*Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...
Ajo Duta yth di **Sterling, Virginia-USA**,
Mungkin motto di bawah ko handakno batulih gadang-gadang ...., "Jauhilah
buruk sangka, mematai matai, suka membicarakan / mendengar kejelekan orang,
dengki dan membenci. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara (HR
Bukhari-Muslim)...
supayo indak laihie juo masyarakat nan baputuih aso ..
baputuih aso itu doso tu mah Ajo ...

Wassalam
Buya HMA
**--
Allahumma inna nas-aluka ridhaa-ka wa al-jannah, wa na'uudzu bika min
sakhati-ka wa an-naar
Allahumma ghfir-lana dzunubana, wa li ikhwanina, wa sabaquuna bil-imaan,wa
laa taj'al fii qulubinaa ghillan lil-ladzina aamanuu Rabbana innaka
ghafuurun rahiim.*

Pada 6 April 2010 07:39, ajo duta <ajod...@gmail.com> menulis:

> Senin, 05 April 2010
> Lupakan Sajalah Minangkabau Ini
>
> *wisran hadi*
> Tujuh hari lalu, seorang pemuda kota besar datang ke rumah saya. Bahwa dia
> dari kota besar saya tandai dengan dandanannya (celana jean, kaos oblong,
> parfum, subang dan sisiran rambut seperti macang bacucuik), peralatan yang
> dibawanya (handphone tiga macam, ransel kecil berisi laptop, kamera, i-pod
> dan handsfree menyumbat kedua lubang telinganya). Tapi dari caranya masuk
> rumah, duduk di kursi dengan tertib, dan bicara dengan sopan sekali, saya
> mendapat kesan, pemuda ini adalah anak terdidik baik oleh masyarakat, guru
> dan orang tuanya.
>
> Dalam pembicaraan dengan orang muda ini barulah saya tahu,  dia adalah
> kemenakan saya benar, benar-benar kemenakan saya. Dia sengaja datang menemui
> saya, mamaknya. Bicara dengan bahasa dan dialek campuran; bahasa Inggris,
> dialek Betawi, logat Jawa, idiom-idiom Prancis. Sekali-sekali dengan body
> language.
> Inilah secuil kutipan dialog yang telah saya Indonesiakan dengan betul dan
> benar dengan kemenakan yang berbahasa blang-bonteng itu.
> “Sudah lima generasi kaum kita tidak punya penghulu. Bagaimana seandainya
> diangkat lagi seorang penghulu, untuk memimpin kita, untuk kebanggaan kaum
> kita, sekaligus membangkitkan kembali adat dan budaya kita. Dari hari ke
> hari masyarakat kita semakin ganas dan liar,” katanya dengan jelas dan
> terang benderang.
> Terpurangah saya mendengar permintaannya. Selepas terpurangah, lalu saya
> bertanya. “Kenapa kamu ngotot se kali hendak jadi penghulu? Apa karena lagi
> musim orang berebutan jadi penghulu dalam menghadapi pilkada besok ini, atau
> supaya kau dianggap bangsawan dari ranah Minang? Ehm...jangan-jangan ada
> kaitannya pula dengan kongres kebudayaan Minangkabau,” tambah saya.
>
> Setelah membungkukkan badan sedemikian rupa, lalu dia berkata; “Maaf mamak.
> Kepenghuluan yang kita inginkan tidak ada kaitannya dengan trend, pilkada,
> kebangsawanan, tua atau muda, diskusi, seminar, kongres-kongres kebudayaan
> atau keriaan-keriaan lainnya.”
> “Lalu kenapa kamu mau jadi penghulu? Alasannya apa? Dari mana kamu tahu,
> kita sudah lima generasi tidak punya penghulu? Apa benar dengan kepenghuluan
> itu adat dan budaya Minang ini akan bangkit? Alasanmu alasan emosional,
> akademis atau politis? Ah, kamu terlalu muda untuk berkubang dalam budaya
> Minang yang telah belepotan ini.” kata saya mengketutus.
>
> Setelah berdiskusi ke hilir ke mudik dari restoran ke restoran, dari kafe
> ke kafe, selama tiga hari tiga malam, baru saya dapat menyimpulkan apa
> sesungguhnya keinginan kemenakan saya ini. Kenapa seorang anak muda seperti
> kemenakan saya ini, yang hidupnya sudah ultra modern dan berasal dari kota
> metropolitan mau menjadi penghulu dan bersedia untuk bertungkus lumus dengan
> masyarakat kampung dan kaumnya.
> Inilah beberapa alasannya;
>
> 1. Kemenakan saya itu merasa berkewajiban memimpin kaumnya guna memajukan
> tingkat dan taraf hidup saudara-saudaranya sekaum dan senagari. Bencana
> gempa, banjir, longsor, kemiskinan tidak bisa hanya diatasi dengan janji,
> dan pidato-pidato.
> 2. Kemenakan saya itu merasa berkewajiban untuk menjelaskan identitas
> dirinya, sebagai orang berasal muasal, orang berbangsa dan berbudaya.
> 3. Kemenakan saya itu harus melatih dirinya menjadi seorang pemimpin yang
> punya orientasi budaya dan agama yang jelas, dan itu hanya ada dalam tugas
> dan fungsi seorang penghulu di Minangkabau.
> 4. Kemenakan saya itu mau jadi penghulu karena dia secara sadar sedang
> mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang tinggi dan luas lagi
> jangkauannya.
> 5. Kemenakan saya itu dengan sejumlah uang hasil jerih payah kerjanya yang
> selama ini ditabungnya, akan dipergunakan untuk menjemput kembali (manabuih
> baliak) sawah dan ladang yang tergadai selama ini oleh mamak-mamak
> terdahulu, termasuk saya.
> Berlinang air mata saya mendengar pengakuannya yang tulus itu. Akan tetapi,
> semakin jatuh ke dalam air mata saya mendengar kesediaannya menebus sawah
> ladang yang telah tergadai. Itulah hal yang paling penting dari segala
> alasan yang dikemukakannya. Tapi sebagai mamak, tentu saya tidak boleh
> tampak emosional di depan seorang kemenakan.
>
> Dengan penuh wibawa saya jawab apa telah disampaikannya itu. “Wahai
> kemenakan, ketahuilah,” kata saya dengan suara serak. “Sedangkan aku,
> mamakmu, sudah jenuh dengan Minangkabau-minangkabau ini, sudah muak dengan
> adat-adat ini, sudah bosan dengan kehebatan-kehebatan sejarah dan budaya
> Minang ini.”
> Lalu saya tukuk tambahi lagi; “Wahai kemenakan. Ketahuilah. Minangkabau ini
> kini seperti lereng bukit-bukit terjal sepanjang jalan Padang-Bukittinggi.
> Hujan sedikit, longsor. Kini Minangkabau ini tinggal menunggu longsornya
> yang lebih besar. Kehancuran Minangkabau itu sudah di depan mata. Jadi,
> sebelum kau tertimbun batu-batu dan pohon-pohon besar yang tumbang atau
> jalan yang terban, segeralah kembali ke kota metropolitanmu. Soal gelar
> penghulu, perkauman, adat basandi syarak, mambangkik batang tarandam, sako
> jo pusako dan tetek bengek budaya Minangkabau lainnya itu lupakan saja. Kita
> sekarang harus lebih rasional. Apalagi kita sudah terlatih sebagai
> masyarakat Minangkabau modern yang egois, individualis dari manusia modern
> manapun di dunia ini.”
>
> Beberapa waktu kemudian, saya baca di surat kabar, kemenakan saya itu
> menjadi penghulu dalam kaum yang lain, di nagari yang lain. “Masih mau juga
> jadi penghulu! Indak jaran-jarannyo,” kata saya manggarutok. *
>
>
>
> http://www.hariansinggalang.co.id/index.php?mod=detail_berita.php&id=6005
>
> --
> Wassalaamu'alaikum
> Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
> gelar Bagindo, suku Mandahiliang,
> lahir 17 Agustus 1947.
> Nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman. rantau: Deli, Jakarta, USA.
> sekarang Sterling, Virginia-USA
> ------------------------------------------------------------
> "Jauhilah buruk sangka, mematai matai, suka membicarakan/mendengar
> kejelekan orang, dengki dan membenci. Jadilah kamu hamba Allah yang
> bersaudara (HR Bukhari-Muslim)
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  --
> .
> Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat
> lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~<http://groups.google.com/group/RantauNet/%7E>
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan
> keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
>



*
*

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.

Kirim email ke