Angku Taufiq sarato Rang  Lapau nan Basamo,

Kalau buku itu akan terbit, tampaknya penelitiannya relatif baru dan
mungkin juga mengguanakan data historis. Mudah-mudahan buku itu dapat
menerangkan dan merasakan bagaimana rasahati Rang Kampuang terhadap
Tanah Ulayatnya dan juga mudah-mudahan  barangkali disebut-sebut juga
seiring dengan isu Harta Pusaka Tinggi. Buku itu tampaknya wajib dibaca
oleh para pemerhati masyarakat, baik di Kampuang Halaman (Ranah) maupun
para cultural brokers dari Pusat.

Walaupun kasus Lubuk Basung yang Angku Taufiq bayangkan tampaknya baru,
namun hal ini mungkin ada similaritinya dengan kasus-kasus yang lain. 
Ingatlah pengusiran dengan kekerasan pemilik Hak Ulayat dalam Kasus
Sungai Kamuyang Padang Manggateh baru-baru ini. Galodo mungkin juga akan
disangkut pautkan dengan anggapan Rang Kampung dengan kasus itu.
Perhatikan juga Kasus Ampalu Halaban; pekikan bahwa Tanah Ulayat mereka
telah dibambil oleh orang Propinsi Riau, "batu sipadan sudah diasak
urang lalu" seperti tidak kedengaran oleh Penguasa di Padang,
setidak-tidaknya tidak diketengahkan serius dalam media. Padahal itu
adalah batas propinsi. Kalau hal itu tetrjadi dengan Negara Jiran,
seperti kasus Sipadan misalnya, sudah teriak-teriak bangkang ingin
memukul genderang perang, apalagi dalam suasana-suasana mengejan-ejan
tuah dalam pemilu.

Di daerah luar Sumatera Barat sendiri, di Riau misalnya,  kasus Tanah
Ulayat Orang di Rokan Hulu vs Torganda jelas menjadi contoh bagaimana
Penguasa di Pekanbaru tidak mengindahkan atau kongkalingkong dengan
pihak ketiga dalam menindakkeras Rang Kampung mereka sendiri.  Kisah
sedih diRokan Hulu ini menjadi Kisah Bersambung dalam  Harian Kompas
sekitar  April 1999.  Dari kejauhan, saya mengikuti dengan seksama, dan
kadang-kadang dengan cucur airmata, Kisah Bersambung "Sang Sapurba" yang
dimuat kira-kira 60 terbitan bersambung setiap hari. 
Kerisauan-kerisauan dan kekerasan dalam kasus ini masih berlanjut sampai
saat ini.


"Kondisi di atas melahirkan dampak sosial dan ekonomi yang
besar bagi masyarakat hukum adat berupa konflik vertikal antara
masyarakat  hukum adat dengan pemerintah dan pengusaha,
kemiskinan,    kriminalisasi terhadap masyarakat  hukum adat dan
kekerasan. Oleh  sebab itu pemulihan  hak ulayat merupakan
tuntutan hukum dan politik serta sosial dalam menghadapi
persoalan-persoalan  tersebut."


"Buku ini menganjurkan kepada pembaca untuk melihat secara
utuh  persoalan pemanfaatan dan pengelolaan hak ulayat dalam
hubungan tiga  unsur, yaitu : masyarakat hukum adat, pemerintah,
dan pengusaha dalam  analisis hukum dan sosiologis pada konteks
pemulihan hak ulayat ini."

Kita harap buku ini akan manjadi perhatian bagi para para penggerak
Kongres ABS SBK, lebih-lebih lagi bagi Masyarakat Adat Rang Kampuang 
(di Ranah) dalam meneliti isi detail draft para inisiator dan sponsornya
yang ingin mengadakan penegasan perubahan dalam bergagai issu yang akan
diketengahkan  itu. Sio-sio utang tumbuah...

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif

--- In rantau...@yahoogroups.com, taufiqras...@... wrote:
>
> Penelitiannyo lah lamo atau Baru ??
>  Dari Lb Basuang- Agam ado kasus pertanahan  masyarakat jo perusahaan
perkebunan
>
> Sudah sering terjadi demo dan persoalannya sudah sampai ditingkat
Propinsi
>
> Salam
> TR
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: andi ko andi.ko...@...
> Date: Tue, 6 Apr 2010 17:30:03
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Subject: [...@ntau-net] Buku : PEMULIHAN TANAH ULAYAT: Perspektif
Pemangku
>  Kepentingan di Sumatera Barat
>
> Sanak Palanta
>
> Sebuah buku tentang tanah ulayat terkini akan terbit segera
>
> Judul : PEMULIHAN TANAH ULAYAT: Perspektif Pemangku Kepentingan di
Sumatera
> Barat
> Penulis : Kurnia Warman, Jomi Suhendri. S, Nurul Firmansyah, Lili
Suarni,
> Raenal Daus
>
> DAFTAR ISI
>
> Kata Pengantar
>
> Bab I.
Pendahuluan....................................................... 7
>
> A. Latar
Belakang....................................................... 7
>
> B. Rumusan Masalah...................................................
11
>
> C. Tujuan dan Faedah Penelitian.................................... 12
>
> D. Lokasi
Penelitian..................................................... 13
>
> E. Metode
Penelitian.................................................... 16
>
> F. Faedah
Penelitian.................................................... 17
>
> Bab II. Tinjauan
Pustaka............................................... 19
>
> A. Konsep Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat............... 19
>
> A.1. Masyarakat Hukum Adat sebagai Subyek
>
> Hak Ulayat...................................................... 19
>
> A.2. Konsep Hak Ulayat........................................... 22
>
> A.3. Daya Berlakunya Hak Ulayat.............................. 25
>
> B. Hak Ulayat di Minangkabau...................................... 29
>
> C. Konsep Hak Menguasai Negara dan Tanah Negara
>
> Menurut Hukum Agraria........................................... 32
>
> D. Hubungan Hak Ulayat dengan Hak Menguasai Negara.. 36
>
> E. Pemulihan Hak Ulayat..............................................
41
>
> Bab III. Hasil Penelitian dan Pembahasan.................... 49
>
> A. Gambaran Lokasi Penelitian...................................... 49
>
> 1. Kabupaten Pesisir Selatan.................................... 49
>
> a. Nagari Kambang............................................. 50
>
> b. Nagari Pelangai............................................... 52
>
> 2. Kabupaten Solok Selatan...................................... 53
>
> a. Nagari Lubuak Gadang..................................... 54
>
> b. Nagari Pasia Talang......................................... 55
>
> 3. Kabupaten Pasaman............................................ 56
>
> a. Nagari Lingkuang Aua...................................... 57
>
> b. Nagari Kinali................................................... 58
>
> B. Pola Pemanfaatan Tanah Ulayat oleh Pihak Ketiga....... 59
>
> 1. Pola Pemanfaatan Tanah Ulayat Oleh Investor...... 59
>
> 2. Pola pemanfaatan Tanah Ulayat Oleh Pemerintah.. 64
>
> 3. Pola Pemanfaatan Tanah Ulayat Oleh Pihak Lainnya
>
> 66
>
> C. Pemulihan Tanah Ulayat Perspektif Masyarakat
>
> Hukum Adat...........................................................
69
>
> 1. Perspektif Kerapatan Adat Nagari (KAN).............. 69
>
> 2. Perspektif Pemerintahan Nagari.......................... 73
>
> 3. Perspektif Anak Nagari...................................... 74
>
> D. Pemulihan Tanah Ulayat Perpektif Investor: PT. Andalas
>
> Merapi Timber........................................................
76
>
> 1. Andalas Singkat PT. Andalas Merapi
>
> Timber (PT. AMT)............................................. 76
>
> 2. Pemulihan Tanah Ulayat Dalam Perspektif
>
> PT. AMT.......................................................... 77
>
> E. Pemulihan Tanah Ulayat Perspektif Pemerintah............ 79
>
> 1. Perspektif Pemerintahan Nagari.......................... 79
>
> 2. Perspektif Pemerintahan Daerah......................... 84
>
> 3. Perspektif Badan Pertanahan Nasional (BPN)........ 87
>
> 4. Perspektif Instansi Sektoral: Kehutanan
>
> dan Perkebunan............................................... 91
>
> Bab IV. Kesimpulan dan Rekomendasi.......................... 95
>
> A.
Kesimpulan............................................................
95
>
> B.
Rekomendasi.......................................................... 96
>
> Daftar Pustaka
>
>
> PENGANTAR
>
>
> Buku yang hadir di hadapan para pembaca ini adalah tentang
> pemulihan hak ulayat masyarakat hukum adat (nagari) paska
> pemanfaatan oleh pihak ketiga (pemerintah dan pengusaha).
> Pemulihan hak ulayat merupakan respon hukum dan sosiologis
> atas konflik-konflik hak ulayat dalam pemanfaatan dan pengelolaan
> sumber daya alam. Konflik-konflik ini melibatkan masyarakat hukum
> adat di satu sisi dan pengusaha (pelaku bisnis) dan pemerintah di
> sisi lainnya.
> Lahirnya konflik-konflik tersebut akibat lemahnya kepastian
> hukum terhadap status hak ulayat atas tanah dan sumberdaya
> alam lainnya dalam hukum negara. Akibatnya, walaupun terdapat
> perjanjian antara masyarakat hukum adat dengan pengusaha
> untuk mengembalikan tanah dan sumber daya alam itu setelah
> pemanfaatan, tetap saja terbentur oleh status tanah negara pada
> tanah dan sumber daya alam tersebut. Persoalan ini di temukan
> hampir di seluruh tanah-tanah yang menggunakan hak konsesi,
> baik itu HGU maupun IUPHK. Selain itu, pemulihan hak ulayat juga
> dalam konteks memperjelas status hak ulayat di kawasan hutan
> yang ditetapkan sepihak oleh pemerintah.
> Kondisi di atas melahirkan dampak sosial dan ekonomi yang
> besar bagi masyarakat hukum adat berupa konflik vertikal antara
> masyarakat hukum adat dengan pemerintah dan pengusaha,
> kemiskinan, kriminalisasi terhadap masyarakat hukum adat dan
> kekerasan. Oleh sebab itu pemulihan hak ulayat merupakan
> tuntutan hukum dan politik serta sosial dalam menghadapi
> persoalan-persoalan tersebut. Buku ini membahas konstruksi
> hukum atas pemulihan hak ulayat yang sebenarnya telah di atur
> dalam pasal 11 Perda Provinsi Sumatera Barat tentang tanah ulayat
> dan pemanfaatannya (Perda TUP).
> Pasal 11 perda TUP belum secara tegas menyebutkan pengambalian
> terhadap tanah-tanah yang telah di manfaatkan oleh pihak ketiga
> pada status tanah ulayat, namun keinginan untuk pemulihan
> hak ulayat itu telah menjadi perspektif umum sebagai hal yang
> relevan di lakukan. Hal ini terlihat dari perspektif pemangku
> kepentingan, baik itu masyarakat hukum adat, pemerintah daerah
> dan pengusaha (pelaku bisnis) atas pemulihan hak ulayat tersebut.
> Buku ini menganjurkan kepada pembaca untuk melihat secara
> utuh persoalan pemanfaatan dan pengelolaan hak ulayat dalam
> hubungan tiga unsur, yaitu : masyarakat hukum adat, pemerintah,
> dan pengusaha dalam analisis hukum dan sosilogis pada konteks
> pemulihan hak ulayat ini.
> Di samping untuk kebutuhan memperluas khasanah ilmu
> pengetahuan, buku ini sangat berguna bagi mendorong kebijakan
> pengelolaan sumber daya yang menghargai, menghormati
> dan perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat sekaligus
> memecahkan persoalan-persoalan konflik sumber daya alam yang
> selama ini terjadi. Oleh sebab itu, buku ini tidak hanya berguna bagi
> aktivis ornop, dan ilmuwan, namun juga pengusaha, pengambil
> kebijakan.
> Buku ini tidak mungkin hadir dihadapan para pembaca tanpa jasa
> banyak orang. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
> kepada semua pihak yang berkontribusi bagi lahirnya buku ini,
> terutama bagi pemerintah daerah, instansi terkait, pengusaha dan
> masyarakat hukum adat atas kesedian waktu dan kesempatannya.
> Akhir kata selamat untuk kita semua dan semoga kehadiran buku
> ini akan bermanfaat bagi kita semua.
>


-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.

Kirim email ke