Maaf, ambo agiah tinjauan singkek sajo atas Survei InCodt nan dipostibg di 
siko. Dg masa pengumpulan data lapangan 6 hari, dan dengan teknik sampling yang 
benar sampai terpilihnya seorang responden utk diwawancarai, kemampuan maksimal 
seorang pewawancara lapangan hanyalah utk 30 responden. 
Survei dg 7300 lbh responden ini berarti memerlukan sekitar 245 orang tenaga 
pewawancara dan sekitar 24 orang Koordinator Area. Perkiraan biaya utk jumlah 
sampel sebesar ini benar sekitar Rp 1 miliar (kalau teknik dan prosedurnya 
benar).
Dari berita ttg survei InCost, pihak InCost hanya menjelaskan proses penentuan 
jumlah sampel sampai di tingkat nagari/desa. Dlm pekerjaan penarikan sampel yg 
benar, ini masih di tahap kerja yg ringan krn dikerjakan di komputer. Tetapi, 
tahap selanjutnya, yakni mengacak responden terpilih, memerlukan kerja manual 
yg butuh kecermatan dan kedisplinan menerapkan teknik sampling. Di sini, 
pewawancara sendiri yg harus melakukan pengacakan sampel, dimulai dg mengacak 
semua RT yg ada di nagari/desa, lalu mendapatkan data seluruh KK yg ada di RT 
terpilih, dan setelah mendapatkan KK terpilih, mendata ulang anggota dlm rumah 
tangga terpilih, dan terakhir, mengacak responden di dlm rumah tangga terpilih.
Utk menjamin teknik ini dijalankan dg benar oleh tenaga pewawancara, lembaga 
survei yg komit dg integritas akan mengirim tenaga ke lapangan utk menjemput 
potongan  kartu kontrol sebanyak 10% dr total respopnden. Utk ini diperlukan 
wakti 2 hari. Kartu kontrol adalah kartu yg potongannya ditinggal di rumah 
resppnden terpilih dan potongan sisanya dibawa kembali dg diisi alamat lengkap 
responden.
Bagi pengguna hasil survei tsb, cara utk mengecek kualitas sampel dapat 
dilakukan dg melihat mirip tidaknya data demografis survei dg data dari BPS. 
Kalau sebagian besar komposisinya mirip, spt laki perempuan, agama, pekerjaan, 
dsb, maka itu indikasi kualitas data bagus. Kalau tidak, ya patut diragukan utk 
menggambarkan keadaan yg sebenarnya.
Terima kasih.

Andrinof A Chaniago, 47+
Direktur CIRUS Surveyors Group (CSG)
Moto CSG: Ingin menjadi lembaga terpercaya karena Bersandar pd Standar 
Integritas, Profesionaisme dan Metode Terbaru

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: Imran Al <palito_k...@yahoo.co.id>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Thu, 24 Jun 2010 00:57:52 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [...@ntau-net] Survei Pilgub Sumbar versi InCoSt (Pembanding)

Aslm Wr Wb....

Sanak dan mamak-mamak di palanta sado alah nyo. Iko jadi pemikiran dek ambo.....

Dua berita dengan satu orang nara sumber yang sama, Edi Indrizal....

Pada pemberitaan di Singgalang sebagaimana di copy paste kan da Israr Iskandar, 
Edi Indrizal tak berani menyebut source dari analisa yang dilakukan nyo... 

Sementara, InCoSt, berani mengungkap "isi paruik" nyo, walau di kecek an da 
Andrinof Chaniago, responden untuk survei di pilgub Sumbar, cukup 800 orang 
saja.... 

===============

Jika kita menganilisa survei Incost dengan melakukan pendekatan kuantitas 
pelaksana (surveyor), tentu akan merepotkan jika orangnya di asumsikan sedikit. 

Nah.... jika rentang waktu 6-11 Juni 2010 (6 hari) digunakan untuk mensurvei 
7.329 responden, maka diperlukan setidaknya 100 tenaga surveyor di lapangan, 
agar bisa mensurvei 12/13 orang per hari.... Apakah, untuk 12 atau 13 orang per 
hari, lai takaja an? Mungkin lai, mungkin juo indak... 

Jika untuk satu nara sumber unit cost-nya sebesar Rp150 ribu (termasuk utk 
cenderamata bagi responden, honor tenaga surveyor dan lainnya), maka survei 
incost ini senilai Rp1,099 miliar.... 

Besarkah nilai ini, untuk ukuran pesta demokrasi sekelas pilgub Sumbar yang 
terdiri dari 19 kabupaten/kota... ? 

Bagi ambo, kepeang dengan sembilan digit iko, iyo gadang... 

imran, 34 +, tingga di padang


Sebagai "pembanding" survei InCost, kan ada pula hasil survei LSI bbrp waktu yl.

Israr (37, Padang)


Singgalang Kamis, 17 June 2010
MATO Masih Unggul, Irwan-MK Melesat
HASIL SURVEI LSI  

Padang, Singgalang

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Sumbar terkait dengan pemilihan 
gubernur periode 2010-2015, pasangan Marlis-Aristo (MATO) unggul ketimbang 
empat pasangan lainnya. Namun, patut diwaspadai, karena majunya Irwan Prayitno 
yang berpasangan dengan Muslim Kasim mendapat respon luar biasa. 

Suaranya melesat mengiringi MATO. Perbedaan kedua pasangan ini, pun tipis. Sisa 
masa kampanye, adalah saat-saat urgen bagi pasangan nomor urut 2 dan 3 tersebut.
Koordinator LSI Sumbar, Jambi, Riau dan Kepri Drs. Edi Indrizal, M.Si., kepada 
Singgalang, Rabu (16/6) di Padang menyebutkan, hingga hari kedua masa kampanye, 
Selasa (15/6), pasangan MATO yang diusung Partai Golkar dan didukung PDI-P 
masih yang teratas. Belum bisa dikalahkan oleh pasangan lain. Hanya saja, 
jaraknya dengan pasangan lain, kian dekat.

“Saat survei April lalu, pasangan MATO unggul cukup jauh ketimbang pasangan 
lain. Baru kemudian diikuti oleh Fauzi Bahar dan Endang Irzal. Ketika itu, nama 
Irwan Prayitno belum disebut-sebut. Tapi setelah pendaftaran Balongub ke KPU 
Sumbar, dan Irwan dimunculkan, peta langsung berubah. Irwan langsung menyedot 
pemilih yang akan memilih Marlis, Fauzi maupun Endang. Jadi, sejak pertengahan 
Mei hingga Selasa (15/6), nama Irwan melonjak,’’ terang dia.

Aktivis sejumlah LSM ini mengungkapkan, survei yang dilakukan itu belum 
menyeluruh. Lebih banyak menganalisa hasil survei April lalu dan disinkronkan 
dengan perkembangan di lapangan yang ada dalam semua aspek. Hasil sementara, 
MATO masih terdepan.

Menurutnya, satu hal yang patut dicatat, melesatnya pasangan Irwan-MK, karena 
didukung dengan strategi bredding yang dilakukan. Pemasangan baliho, menyebar 
dan variatif. Pencitraan lewat media massa gencar pula. Kondisi ini diperkuat 
oleh jalannya mesin partai yang ditukangi PKS. 

“Soal mesin partai, PKS boleh dikata tak ada bandingannya, termasuk partai 
besar seperti Partai Demokrat. Bahkan koalisi PKS sendiri, Hanura dan PBR juga 
tak terlihat signifikan,” ujar Edi.
Sedikit unik dari pasangan Irwan-MK ini, di basis MK sendiri di Piaman, 
ternyata resistensi cukup besar karena beberapa kasus. Tak heran, ada rumor 
berkembang di kalangan PKS sendiri, lebih berat mengkampanyekan MK ketimbang 
Irwan di Piaman. Tapi ini, sebut Edi, sebatas rumor, belum ada pembuktian.

Akan halnya pasangan Fauzi Bahar-Yohannes Dahlan, kendati publikasi gencar dan 
selalu diramaikan pengiring ternyata tak berpengaruh signifikan. Sebanyak yang 
mendukung, sebanyak itu pula yang menolak. Resistensi dari sejumlah tokoh, 
sepertinya tak bisa dibendung.

“Benar, program yang dibawa Fauzi, cukup mengena dan menyentuh hati rakyat. 
Apalagi di ranah Minang ini, tapi langkah tersebut tak menolong besar. 
Resistensi sejumlah tokoh kian besar pula. Begitu pula dalam melangkah, Fauzi 
terkesan memobilisasi PNS. Jangan dikira, yang ikut itu, rela. Mau ikut karena 
terpaksa,” ujar Edi seraya menyebut mesin PAN dan PPP sebagai pengusung 
Fauzi-Yohannes kalah jauh ketimbang PKS.

Endang-Asrul? Edi berpendapat, masih tertinggal ketimbang Fauzi. Apalagi dengan 
Irwan maupun Marlis. Sudahlah tingkat popularitas tak sehebat Fauzi, Marlis dan 
Irwan, mesin partaipun tak berjalan maksimal, walau partainya besar, Partai 
Demokrat. Sejumlah wartawan di Padang, mulai ‘ogah’ pada Endang - Asrul, karena 
kubu ini pernah melontarkan pendapat, pengaruh media massa hanya 2 persen 
belaka. 

“Cubo banalah kok iyo duo persen, maleh lo wak,” kata seorang wartawan senior 
pada Singgalang.
Sepertinya, pasangan nomor 4 ini, sulit mengejar pasangan MATO, Irwan-MK dan 
Fauzi-Yohannes, kalau mesin partai tak bergerak kencang melebihi PKS. 

Mesin partai belum bergerak maksimal, juga menimpa partai besar lain, Golkar. 
Mujur pasangan ini mengusung Marlis-Aristo. Selain incumbent, kedua tokoh ini 
pun sudah memberi bukti, berkiprah. Tidak pula banyak masalah. Pencitraan 
positif pun terbentuk dari awal. 

Karena itu, sambung Edi, mesin partai Golkar maupun mesin Partai Demokrat wajib 
harus bergerak maksimal hingga jajaran kader terbawah untuk bisa lebih 
mengangkat calon yang mereka usung. Khusus Partai Golkar, lengah, bisa-bisa 
digulung Irwan-MK, karena kekuatan mesin partainya.

Lantas pasangan Ediwarman-Husni Hadi? Tanpa meremehkan pasangan yang diusung 
Koalisi Partai Maju Bersama (KPMB) ini, Edi menyebut, peluang untuk tampil 
sebagai pemenang tipis. Hasil surveinya, lebih jauh lagi tertinggal. (101)







Sumbar | Senin, 21/06/2010 23:29 WIB
Pilgub Satu Putaran 
Riset Pilgub InCoSt Unggulkan Irwan-MKSwari Arfan - Posmetro Padang





Direktur riset Institute for Community Studies (InCoSt) Firdaus SE MSi 
mengungkapkan, berdasarkan survei preferensi pemilih pra-pemilu kepala daerah 
tingkat provinsi Sumbar 2010 ini, pasangan calon nomor urut 3 Irwan 
Prayitno-Muslim Kasim tingkat keterpilihannya (elektabilitas) sebesar 30,6 
persen. Margin eror 1,5 persen dengan tingkat keterpercayaan sebesar 95 persen.


"Survei dilakukan pada 6-11 Juni 2010 dengan populasi, pemilih pemilu kepala 
daerah Sumbar berdasarkan daftar pemilih sementara (DPS) yang diterbitkan KPU," 
ungkap Firdaus, di Padang, Senin (21/6).

Jika survei ini benar, maka pemilu kepala daerah tingkat Sumbar akan 
berlangsung satu kali putaran saja. Sebab, Pasal 107 Ayat (2) UU No 12 Tahun 
2008 yang merupakan perubahan kedua dari UU No 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah menyebutkan, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala 
daerah yang memeroleh suara lebih dari 30 persen dari jumlah suara sah, maka 
pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar, dinyatakan sebagai pasangan 
calon terpilih.


Pilgub Sumbar, diikuti lima pasangan calon. Yakni calon nomor urut 1, 
Ediwarman-Husni Hadi yang diusung koalisi partai maju bersama (KPMB) yang 
terdiri dari 24 partai politik peserta pemilu 2009. Nomor urut 2 yakni Marlis 
Rahman-Aristo Munandar. Pasangan dengan akronim Mato itu diusung Partai Golkar 
dan didukung PDI Perjuangan.


Selanjutnya, pasangan nomor urut 3 Irwan Prayitno-Muslim Kasim yang dijagokan 
PKS, Hanura dan PBR. Kemudian, pasangan calon nomor urut 4, Endang Irzal-Asrul 
Syukur yang menggunakan perahu Partai Demokrat dan Partai Gerakan Indonesia 
Raya (Gerindra). Pasangan nomor urut 5, Fauzi Bahar-Yohanes Dahlan yang diusung 
koalisi PAN dan PPP.


Terpisah, dosen Antropologi Universitas Andalas Edi Indrizal mengharapkan 
masyarakat, jangan dengan mudah memercayai hasil survei, yang dirilis lembaga 
tertentu terkait pelaksanaan pemilu kepala daerah yang digelar serentak antara 
pilgub dengan pilkada dua wali kota dan 11 bupati, 30 Juni nanti.


Karenanya, Edi Indrizal mengimbau masyarakat, untuk tetap kritis terhadap hasil 
survei tersebut. Sikap kritis itu bisa ditunjukan dengan cara, mencari tahu 
lembaga yang melakukan survei. "Apakah lembaga itu bisa dipercaya atau hanya 
sekadar kepentingan propaganda dalam memengaruhi preferensi pemilih semata," 
terangnya.


Selain itu, melakukan telaahan terhadap hasil survei tersebut, apakah cenderung 
memihak pada pasangan calon tertentu. "Juga penting diketahui, tentang 
kredibilitas dari lembaga dan orang yang melakukan survei tersebut. Tujuannya, 
untuk mengetahui, apakah lembaga tersebut objektif dan telah menerapkan 
prinsip-prinsip ilmiah secara benar," tegas Edi Indrizal yang juga koordinator 
LSI wilayah Sumbar, Riau, Kepri dan Jambi itu.


Diterangkan, prinsip ilmiah itu terkait dengan metode yang digunakan, seperti 
kerangka sampel (cara memilih responden-red) dan jumlah responden yang 
digunakan. Kemudian, margin of error dan konsistensi dari metode yang 
dilakukan. "Survei memang tidak dilarang. Akan tetapi, bagi masyarakat yang 
akan menggunakan hak pilihnya, jangan terpengaruh begitu saja. Diharapkan, 
untuk memelajari rekam jejak sang calon, kompetensi dan lainnya," terang Edi 
Indrizal.


Multistage Random Sampling

Dikatakan Firdaus, survei dilakukan dengan metoda wawancara tatap muka dengan 
responden sebanyak 7.329 orang. "Pemilihan sampel (responden) ini, dilakukan 
dengan metoda multistage random sampling," terang Firdaus yang juga dosen di 
Universitas Andalas itu.


Sampel tersebut, jelasnya, didistribusikan secara prorporsional dengan jumlah 
pemilih pada kabupaten/kota. Selanjutnya, sampel tersebut kembali 
didistribusikan secara proporsional dengan jumlah pemilih perkecamatan. 
Kemudian, di tingkatan kecamatan, sampel kembali didistribusikan pada semua 
kelurahan (nagari) secara merata.  "Dari data yang kita peroleh, masih terdapat 
sekitar 11,3 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya," terang Firdaus.


Hasilnya, pasangan calon nomor urut 1 (Ediwarman-Husni Hadi) hanya memiliki 
tingkat keterpilihan sebesar 1,8 persen, pasangan calon nomor urut 2 (Marlis 
Rahman-Aristo Munandar) 20,4 persen. Selanjutnya, Endang Irzal-Asrul Syukur 
(19,9 persen) dan Fauzi Bahar-Yohanes Dahlan (16,0 persen). [*]


grafis:

Keterpilihan Pasangan Calon Gubernur & Wakil Gubernur

Nama Pasangan Calon      Keterpilihan [Elektabilitas]/Juni 2010

1. Ediwarman-Husni Hadi         1,8%

2. Marlis Rahman-Aristo Munandar     20,4%


3. Irwan Prayitno-Muslim Kasim     30,6%

4. Endang Irzal-Asrul Syukur        19,9%

5. Fauzi Bahar-Yohannes Dahlan     16,0%

Belum Memutuskan Pilihan        11,3%



-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke