Beberapa kali ambo mambaco ada yang meragukan hasil survei yang berkaitan
dengan pemilu/ pilkada.

Kalau yang tidak mengerti - seperti saya - paling2 berpikir: "apa bener ya
...", abis itu ... ya sudah, liat aja nanti hasil pemilu/ pilkada sebenarnya

Yang lebih bingung lagi, kalau saya membaca pendapat ahli/ surveyor lain
bahwa seharusnya survey itu begini begini ... dst

Nah, mungkin ga ya, para surveyor itu membentuk suatu organisasi profesi
yang di dalamnya ada mekanisme untuk memberikan keyakinan  (to assure)
kepada siapapun akan kualitas pekerjaannya?

Sebagai contoh, misalnya profesi akuntan itu punya aspsiasi  yang punya
mekanisme quality assurance review (yang bisa saja dilakukan secara peer).

Dengan demikian, keraguan pengguna laporan (ataupun sesama teman sejawat)
dapat diminimalisasi

Riri
Bekasi, l, 48






2010/6/24 <andri...@gmail.com>

> Maaf, ambo agiah tinjauan singkek sajo atas Survei InCodt nan dipostibg di
> siko. Dg masa pengumpulan data lapangan 6 hari, dan dengan teknik sampling
> yang benar sampai terpilihnya seorang responden utk diwawancarai, kemampuan
> maksimal seorang pewawancara lapangan hanyalah utk 30 responden.
> Survei dg 7300 lbh responden ini berarti memerlukan sekitar 245 orang
> tenaga pewawancara dan sekitar 24 orang Koordinator Area. Perkiraan biaya
> utk jumlah sampel sebesar ini benar sekitar Rp 1 miliar (kalau teknik dan
> prosedurnya benar).
> Dari berita ttg survei InCost, pihak InCost hanya menjelaskan proses
> penentuan jumlah sampel sampai di tingkat nagari/desa. Dlm pekerjaan
> penarikan sampel yg benar, ini masih di tahap kerja yg ringan krn dikerjakan
> di komputer. Tetapi, tahap selanjutnya, yakni mengacak responden terpilih,
> memerlukan kerja manual yg butuh kecermatan dan kedisplinan menerapkan
> teknik sampling. Di sini, pewawancara sendiri yg harus melakukan pengacakan
> sampel, dimulai dg mengacak semua RT yg ada di nagari/desa, lalu mendapatkan
> data seluruh KK yg ada di RT terpilih, dan setelah mendapatkan KK terpilih,
> mendata ulang anggota dlm rumah tangga terpilih, dan terakhir, mengacak
> responden di dlm rumah tangga terpilih.
> Utk menjamin teknik ini dijalankan dg benar oleh tenaga pewawancara,
> lembaga survei yg komit dg integritas akan mengirim tenaga ke lapangan utk
> menjemput potongan kartu kontrol sebanyak 10% dr total respopnden. Utk ini
> diperlukan wakti 2 hari. Kartu kontrol adalah kartu yg potongannya ditinggal
> di rumah resppnden terpilih dan potongan sisanya dibawa kembali dg diisi
> alamat lengkap responden.
> Bagi pengguna hasil survei tsb, cara utk mengecek kualitas sampel dapat
> dilakukan dg melihat mirip tidaknya data demografis survei dg data dari BPS.
> Kalau sebagian besar komposisinya mirip, spt laki perempuan, agama,
> pekerjaan, dsb, maka itu indikasi kualitas data bagus. Kalau tidak, ya patut
> diragukan utk menggambarkan keadaan yg sebenarnya.
> Terima kasih.
>
> Andrinof A Chaniago, 47+
> Direktur CIRUS Surveyors Group (CSG)
> Moto CSG: Ingin menjadi lembaga terpercaya karena Bersandar pd Standar
> Integritas, Profesionaisme dan Metode Terbaru
>
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
> ------------------------------
> *From: * Imran Al <palito_k...@yahoo.co.id>
> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com
> *Date: *Thu, 24 Jun 2010 00:57:52 +0800 (SGT)
> *To: *<rantaunet@googlegroups.com>
> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [...@ntau-net] Survei Pilgub Sumbar versi InCoSt (Pembanding)
>
> Aslm Wr Wb....
>>
>> Sanak dan mamak-mamak di palanta sado alah nyo. Iko jadi pemikiran dek
>> ambo.....
>>
>> Dua berita dengan satu orang nara sumber yang sama, Edi Indrizal....
>>
>> Pada pemberitaan di Singgalang sebagaimana di copy paste kan da Israr
>> Iskandar, Edi Indrizal tak berani menyebut source dari analisa yang
>> dilakukan nyo...
>>
>> Sementara, InCoSt, berani mengungkap "isi paruik" nyo, walau di kecek an
>> da Andrinof Chaniago, responden untuk survei di pilgub Sumbar, cukup 800
>> orang saja....
>>
>> ===============
>>
>> Jika kita menganilisa survei Incost dengan melakukan pendekatan kuantitas
>> pelaksana (surveyor), tentu akan merepotkan jika orangnya di asumsikan
>> sedikit.
>>
>> Nah.... jika rentang waktu 6-11 Juni 2010 (6 hari) digunakan untuk
>> mensurvei 7.329 responden, maka diperlukan setidaknya 100 tenaga surveyor di
>> lapangan, agar bisa mensurvei 12/13 orang per hari.... Apakah, untuk 12 atau
>> 13 orang per hari, lai takaja an? Mungkin lai, mungkin juo indak...
>>
>> Jika untuk satu nara sumber unit cost-nya sebesar Rp150 ribu (termasuk utk
>> cenderamata bagi responden, honor tenaga surveyor dan lainnya), maka survei
>> incost ini senilai Rp1,099 miliar....
>>
>> Besarkah nilai ini, untuk ukuran pesta demokrasi sekelas pilgub Sumbar
>> yang terdiri dari 19 kabupaten/kota... ?
>>
>> Bagi ambo, kepeang dengan sembilan digit iko, iyo gadang...
>>
>> imran, 34 +, tingga di padang
>>
>>
>> Sebagai "pembanding" survei InCost, kan ada pula hasil survei LSI bbrp
>> waktu yl.
>>
>> Israr (37, Padang)
>>
>> Singgalang Kamis, 17 June 2010
>>
>> *MATO Masih Unggul, Irwan-MK Melesat*
>>
>> *HASIL SURVEI LSI  *
>>
>> *Padang, Singgalang*
>> Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Sumbar terkait dengan
>> pemilihan gubernur periode 2010-2015, pasangan Marlis-Aristo (MATO) unggul
>> ketimbang empat pasangan lainnya. Namun, patut diwaspadai, karena majunya
>> Irwan Prayitno yang berpasangan dengan Muslim Kasim mendapat respon luar
>> biasa.
>> Suaranya melesat mengiringi MATO. Perbedaan kedua pasangan ini, pun tipis.
>> Sisa masa kampanye, adalah saat-saat urgen bagi pasangan nomor urut 2 dan 3
>> tersebut.
>> Koordinator LSI Sumbar, Jambi, Riau dan Kepri Drs. Edi Indrizal, M.Si.,
>> kepada Singgalang, Rabu (16/6) di Padang menyebutkan, hingga hari kedua masa
>> kampanye, Selasa (15/6), pasangan MATO yang diusung Partai Golkar dan
>> didukung PDI-P masih yang teratas. Belum bisa dikalahkan oleh pasangan lain.
>> Hanya saja, jaraknya dengan pasangan lain, kian dekat.
>> “Saat survei April lalu, pasangan MATO unggul cukup jauh ketimbang
>> pasangan lain. Baru kemudian diikuti oleh Fauzi Bahar dan Endang Irzal.
>> Ketika itu, nama Irwan Prayitno belum disebut-sebut. Tapi setelah
>> pendaftaran Balongub ke KPU Sumbar, dan Irwan dimunculkan, peta langsung
>> berubah. Irwan langsung menyedot pemilih yang akan memilih Marlis, Fauzi
>> maupun Endang. Jadi, sejak pertengahan Mei hingga Selasa (15/6), nama Irwan
>> melonjak,’’ terang dia.
>> Aktivis sejumlah LSM ini mengungkapkan, survei yang dilakukan itu belum
>> menyeluruh. Lebih banyak menganalisa hasil survei April lalu dan
>> disinkronkan dengan perkembangan di lapangan yang ada dalam semua aspek.
>> Hasil sementara, MATO masih terdepan.
>> Menurutnya, satu hal yang patut dicatat, melesatnya pasangan Irwan-MK,
>> karena didukung dengan strategi bredding yang dilakukan. Pemasangan baliho,
>> menyebar dan variatif. Pencitraan lewat media massa gencar pula. Kondisi ini
>> diperkuat oleh jalannya mesin partai yang ditukangi PKS.
>> “Soal mesin partai, PKS boleh dikata tak ada bandingannya, termasuk partai
>> besar seperti Partai Demokrat. Bahkan koalisi PKS sendiri, Hanura dan PBR
>> juga tak terlihat signifikan,” ujar Edi.
>> Sedikit unik dari pasangan Irwan-MK ini, di basis MK sendiri di Piaman,
>> ternyata resistensi cukup besar karena beberapa kasus. Tak heran, ada rumor
>> berkembang di kalangan PKS sendiri, lebih berat mengkampanyekan MK ketimbang
>> Irwan di Piaman. Tapi ini, sebut Edi, sebatas rumor, belum ada pembuktian.
>> Akan halnya pasangan Fauzi Bahar-Yohannes Dahlan, kendati publikasi gencar
>> dan selalu diramaikan pengiring ternyata tak berpengaruh signifikan.
>> Sebanyak yang mendukung, sebanyak itu pula yang menolak. Resistensi dari
>> sejumlah tokoh, sepertinya tak bisa dibendung.
>> “Benar, program yang dibawa Fauzi, cukup mengena dan menyentuh hati
>> rakyat. Apalagi di ranah Minang ini, tapi langkah tersebut tak menolong
>> besar. Resistensi sejumlah tokoh kian besar pula. Begitu pula dalam
>> melangkah, Fauzi terkesan memobilisasi PNS. Jangan dikira, yang ikut itu,
>> rela. Mau ikut karena terpaksa,” ujar Edi seraya menyebut mesin PAN dan PPP
>> sebagai pengusung Fauzi-Yohannes kalah jauh ketimbang PKS.
>> Endang-Asrul? Edi berpendapat, masih tertinggal ketimbang Fauzi. Apalagi
>> dengan Irwan maupun Marlis. Sudahlah tingkat popularitas tak sehebat Fauzi,
>> Marlis dan Irwan, mesin partaipun tak berjalan maksimal, walau partainya
>> besar, Partai Demokrat. Sejumlah wartawan di Padang, mulai ‘ogah’ pada
>> Endang - Asrul, karena kubu ini pernah melontarkan pendapat, pengaruh media
>> massa hanya 2 persen belaka.
>> “Cubo banalah kok iyo duo persen, maleh lo wak,” kata seorang wartawan
>> senior pada Singgalang.
>> Sepertinya, pasangan nomor 4 ini, sulit mengejar pasangan MATO, Irwan-MK
>> dan Fauzi-Yohannes, kalau mesin partai tak bergerak kencang melebihi PKS.
>> Mesin partai belum bergerak maksimal, juga menimpa partai besar lain,
>> Golkar. Mujur pasangan ini mengusung Marlis-Aristo. Selain incumbent, kedua
>> tokoh ini pun sudah memberi bukti, berkiprah. Tidak pula banyak masalah.
>> Pencitraan positif pun terbentuk dari awal.
>> Karena itu, sambung Edi, mesin partai Golkar maupun mesin Partai Demokrat
>> wajib harus bergerak maksimal hingga jajaran kader terbawah untuk bisa lebih
>> mengangkat calon yang mereka usung. Khusus Partai Golkar, lengah, bisa-bisa
>> digulung Irwan-MK, karena kekuatan mesin partainya.
>> Lantas pasangan Ediwarman-Husni Hadi? Tanpa meremehkan pasangan yang
>> diusung Koalisi Partai Maju Bersama (KPMB) ini, Edi menyebut, peluang untuk
>> tampil sebagai pemenang tipis. Hasil surveinya, lebih jauh lagi tertinggal.
>> (101)
>>
>>
>>
>>>   Sumbar | Senin, 21/06/2010 23:29 WIB
>>> Pilgub Satu Putaran Riset Pilgub InCoSt Unggulkan Irwan-MKSwari Arfan - 
>>> Posmetro
>>> Padang <http://www.posmetropadang.com/>
>>>
>>> [image: klik untuk melihat 
>>> foto]<http://padang-today.com/foto/berita/25005_100208213355954_100001003260810_660_58098_n.jpg>
>>>
>>> Direktur riset Institute for Community Studies (InCoSt) Firdaus SE MSi
>>> mengungkapkan, berdasarkan survei preferensi pemilih pra-pemilu kepala
>>> daerah tingkat provinsi Sumbar 2010 ini, pasangan calon nomor urut 3 Irwan
>>> Prayitno-Muslim Kasim tingkat keterpilihannya (elektabilitas) sebesar 30,6
>>> persen. Margin eror 1,5 persen dengan tingkat keterpercayaan sebesar 95
>>> persen.
>>>
>>> "Survei dilakukan pada 6-11 Juni 2010 dengan populasi, pemilih pemilu
>>> kepala daerah Sumbar berdasarkan daftar pemilih sementara (DPS) yang
>>> diterbitkan KPU," ungkap Firdaus, di Padang, Senin (21/6).
>>>
>>> Jika survei ini benar, maka pemilu kepala daerah tingkat Sumbar akan
>>> berlangsung satu kali putaran saja. Sebab, Pasal 107 Ayat (2) UU No 12 Tahun
>>> 2008 yang merupakan perubahan kedua dari UU No 32 Tahun 2004 tentang
>>> Pemerintahan Daerah menyebutkan, pasangan calon kepala daerah dan wakil
>>> kepala daerah yang memeroleh suara lebih dari 30 persen dari jumlah suara
>>> sah, maka pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar, dinyatakan
>>> sebagai pasangan calon terpilih.
>>>
>>> Pilgub Sumbar, diikuti lima pasangan calon. Yakni calon nomor urut 1,
>>> Ediwarman-Husni Hadi yang diusung koalisi partai maju bersama (KPMB) yang
>>> terdiri dari 24 partai politik peserta pemilu 2009. Nomor urut 2 yakni
>>> Marlis Rahman-Aristo Munandar. Pasangan dengan akronim Mato itu diusung
>>> Partai Golkar dan didukung PDI Perjuangan.
>>>
>>> Selanjutnya, pasangan nomor urut 3 Irwan Prayitno-Muslim Kasim yang
>>> dijagokan PKS, Hanura dan PBR. Kemudian, pasangan calon nomor urut 4, Endang
>>> Irzal-Asrul Syukur yang menggunakan perahu Partai Demokrat dan Partai
>>> Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Pasangan nomor urut 5, Fauzi
>>> Bahar-Yohanes Dahlan yang diusung koalisi PAN dan PPP.
>>>
>>> Terpisah, dosen Antropologi Universitas Andalas Edi Indrizal mengharapkan
>>> masyarakat, jangan dengan mudah memercayai hasil survei, yang dirilis
>>> lembaga tertentu terkait pelaksanaan pemilu kepala daerah yang digelar
>>> serentak antara pilgub dengan pilkada dua wali kota dan 11 bupati, 30 Juni
>>> nanti.
>>>
>>> Karenanya, Edi Indrizal mengimbau masyarakat, untuk tetap kritis terhadap
>>> hasil survei tersebut. Sikap kritis itu bisa ditunjukan dengan cara, mencari
>>> tahu lembaga yang melakukan survei. "Apakah lembaga itu bisa dipercaya atau
>>> hanya sekadar kepentingan propaganda dalam memengaruhi preferensi pemilih
>>> semata," terangnya.
>>>
>>> Selain itu, melakukan telaahan terhadap hasil survei tersebut, apakah
>>> cenderung memihak pada pasangan calon tertentu. "Juga penting diketahui,
>>> tentang kredibilitas dari lembaga dan orang yang melakukan survei tersebut.
>>> Tujuannya, untuk mengetahui, apakah lembaga tersebut objektif dan telah
>>> menerapkan prinsip-prinsip ilmiah secara benar," tegas Edi Indrizal yang
>>> juga koordinator LSI wilayah Sumbar, Riau, Kepri dan Jambi itu.
>>>
>>> Diterangkan, prinsip ilmiah itu terkait dengan metode yang digunakan,
>>> seperti kerangka sampel (cara memilih responden-red) dan jumlah responden
>>> yang digunakan. Kemudian, margin of error dan konsistensi dari metode yang
>>> dilakukan. "Survei memang tidak dilarang. Akan tetapi, bagi masyarakat yang
>>> akan menggunakan hak pilihnya, jangan terpengaruh begitu saja. Diharapkan,
>>> untuk memelajari rekam jejak sang calon, kompetensi dan lainnya," terang Edi
>>> Indrizal.
>>>
>>> Multistage Random Sampling
>>>
>>> Dikatakan Firdaus, survei dilakukan dengan metoda wawancara tatap muka
>>> dengan responden sebanyak 7.329 orang. "Pemilihan sampel (responden) ini,
>>> dilakukan dengan metoda multistage random sampling," terang Firdaus yang
>>> juga dosen di Universitas Andalas itu.
>>>
>>> Sampel tersebut, jelasnya, didistribusikan secara prorporsional dengan
>>> jumlah pemilih pada kabupaten/kota. Selanjutnya, sampel tersebut kembali
>>> didistribusikan secara proporsional dengan jumlah pemilih perkecamatan.
>>> Kemudian, di tingkatan kecamatan, sampel kembali didistribusikan pada semua
>>> kelurahan (nagari) secara merata.  "Dari data yang kita peroleh, masih
>>> terdapat sekitar 11,3 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya,"
>>> terang Firdaus.
>>>
>>> Hasilnya, pasangan calon nomor urut 1 (Ediwarman-Husni Hadi) hanya
>>> memiliki tingkat keterpilihan sebesar 1,8 persen, pasangan calon nomor urut
>>> 2 (Marlis Rahman-Aristo Munandar) 20,4 persen. Selanjutnya, Endang
>>> Irzal-Asrul Syukur (19,9 persen) dan Fauzi Bahar-Yohanes Dahlan (16,0
>>> persen). [*]
>>>
>>> grafis:
>>>
>>> Keterpilihan Pasangan Calon Gubernur & Wakil Gubernur
>>>
>>> Nama Pasangan Calon      Keterpilihan [Elektabilitas]/Juni 2010
>>>
>>> 1. Ediwarman-Husni Hadi         1,8%
>>>
>>> 2. Marlis Rahman-Aristo Munandar     20,4%
>>>
>>> 3. Irwan Prayitno-Muslim Kasim     30,6%
>>>
>>> 4. Endang Irzal-Asrul Syukur        19,9%
>>>
>>> 5. Fauzi Bahar-Yohannes Dahlan     16,0%
>>>
>>> Belum Memutuskan Pilihan        11,3%
>>>
>>>
>

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke