Barangkali masalah Urang Gilo ko rancak diurus negara secara Program Terbaru 
Nasional. Ado Badan, latakkanlah Kementerian atau Deopartemen Orang Gila yang 
khusus mengurus Orang Gila ini. Salah satu yang terbayang adalah menjadi Proyek 
Transmigrasi. 

SEMUA oOrang Gila ini dikumpulkan dan ditransmigrasi ke suatu propinsi baru, 
dengan ibu kota baru, kabuoaten baru dan kecamatan baru, penduduk baru, entah 
di mana. Dari gubernur, bupati, camat, lurah, semua aparat dan dan penduduknya 
diatur menurut kebijaksanaan Daerah Istimewa Otonomi Propinsi Orang Gila. 
KTPnya juga diatur dengan KTP Orang Gila. Mungkin ini akan merupakan proyek 
mulia dan pertama kali di dunia, world premiere. 

Di Propinsi Orang Gila ini diatur pula Jawatan Turis atau Wisata yang semua 
pengelola dan guidesnya juga Oang Gila. Pasti Industri Turis mereka akan 
menjadi masukan Devisa Negara sehingga orang Propinsi Orang Gila ini dapat 
menghasilkan anggaran mereka. Turis mancaanegara pasti akan berhamburanmkesana 
dari segala penjuru dunia. 

Pilkada mereka juga diatur secataa otonomi Orang Gila. Biarlah mereka juga yang 
mencatat dan membuat laporan resmi statistik berapa banyaknya orang gila 
menurut pandangan Orang Gila. Di Propinsi Orang Gila itu, Orang yang Tidak Gila 
akan dianggap Orang Gila. ...

-- Nyit Sungut

--- In rantau...@yahoogroups.com, Sri Yansen <syansen@...> wrote:
>
> 
> 
> Apoko iko dampak dek gagalnyo "Industri Utak"....kini SUMBAR Rangking 3 
> Nasional
> 
> 
> http://regional.kompas.com/read/2011/11/14/14390742/NTB.Urutan.Empat.Penderita.Gangguan.Jiwa.Berat
> 
> 
> NTB Urutan Empat Penderita Gangguan Jiwa Berat
> Khaerul Anwar | Robert Adhi Ksp | Senin, 14 November 2011 | 14:39 WIB
> Dibaca: 86
> Komentar: 0
> |
> Share:
> SURYA
> Ilustrasi
> MATARAM, KOMPAS.com - Nusa Tenggara Barat yang warganya mengalami gangguan 
> jiwa berat menduduki urutan ke empat nasional, setelah DKI Jakarta, Nangroe 
> Aceh Darussalam dan Sumatera Barat. Malah angka penderita gangguan jiwa berat 
> di NTB sejumlah satu persen dari jumlah penduduknya (4 juta), atau lebih 
> tinggi dari rata-rata nasional sebesar 0,5 persen.
> 
> Karena data resmi tahun 2011 belum ada, kami pakai data hasil riset tahun 
> 2007 yang dilakukan Kementrian Kesehatan, kata Direktur Rumah Sakit Jiwa 
> (RSJ) Provinsi NTB, dr Elly Rosila Wijaya SpKJ, Senin (14/11/2011) di 
> Mataram, tentang data sebagai gambaran kesehatan jiwa di Provinsi yang 
> meliputi Pulau Lombok dan Sumbawa itu.
> 
> Menurut Elly, gangguan jiwa disebabkan banyak faktor seperti faktor genetik 
> dan kemiskinan. Di NTB penyebab dominan adalah soal kemiskinan, seperti 
> terindikasi di RSJ NTB, dari 100 tempat tidur, 70 persen adalah pasien warga 
> miskin yang biaya perawatannya dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
> Begitu pun di eksRSJ Selebung, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah, 100 
> tempat tidur umumnya diisi penderita dengan latar belakang ekonomi kelas 
> bawah.
> 
> Jumlah itu belum termasuk penderita gangguan jiwa berat yang dirawat sendiri 
> oleh keluarganya dengan cara dipasung. Mereka ini bisa dirawat di RSJ NTB dan 
> Puskesmas asalkan sudah terdaftar sebagai anggota Jamkesmas. Hanya saja soal 
> perawatan di luar rumah penderita seperti RSJ, dinilai sangat dilematis.
> 
> Elly memberi contoh, seorang lelaki penderita gangguan jiwa berat di Desa 
> Buer, Kabupaten Sumbawa, yang dipasung. Penderita yang memiliki seorang anak, 
> ditinggal isterinya menjadi buruh migran, itu dirawat sendiri oleh ibunya.
> 
> Petugas RSJ NTB yang hendak membawa penderita itu untuk dirawat ke Mataram, 
> tidak diberi izin oleh orang tuanya (ibu penderita). Ibu si pasien menangis, 
> kalau (penderita) dibawa saya mesti ikut. Lalu kalau saya pergi, siapa yang 
> merawat cucu saya, ujar Elly mengutip pengakuan ibu si penderita tadi.
> 
> Gangguan jiwa berat terbanyak di Kabupaten Bima (1,5 persen), disusul Lombok 
> Timur (1,2 persen), Kota Mataram (0,9 persen), Dompu (0,8 persen), sedang 
> kabupaten lain seperti Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah dan Kota 
> Bima lebih rendah (rata-rata 0,6 persen).
> 
> Elly juga mengungkapkan, gangguan jiwa ringan (gangguan emosional) di NTB, 
> angkanya lebih tinggi (12,8 persen) dibanding nasional (11,6 persen). Di 
> Lombok Tengah mencapai 23 persen, Lombok Barat 15 persen, Kabupaten Bima dan 
> Dompu 13 persen, Lombok Timur 13 persen, dan kabupaten lain masih rendah.
> 
> 
> Wassalam,
> Yansen/39+/Lk


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke