Dear mas Hasto, Pertanyaan-pertanyaan anda selalu cerdas dan sulit dijawab. Topik seperti ini menarik dan menurut saya juga mengasah pengetahuan kita, disamping identifikasi burung. Tidak mudah memang memahami ekosistem tropis yang sangat kompleks. Saya mencoba merespon semampu saya. Setahu saya, sebagian besar teori yang ada sekarang ini berpangkal pada teori adaptasi Darwin (atau mungkin Alfred Wallace ?). salah satu inti teori ini adalah semua perilaku atau perubahan ditujukan untuk memaksimalkan fitness (survival dan reproduksi) dan meminimalkan mortalitas. Termasuk perilaku memilih (seleksi) untuk tinggal atau sekedar lewat. jadi untuk tinggal satwa mesti mendapatkan keuntungan fitness, baik berupa makanan, peluang breeding, perlindungan predator, atau sekedar melatih ketrampilan.
Karena begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan untuk tinggal suatu lokasi , dianggap satwa memilih melalui beberapa tahap mulai dari yang paling luas: geografi, landscape, homerange, patch, site. Tahap yang diatas menentukan tahap dibawahnya. Saya sering mengilustrasikannya seperti burung migran dari subtropis ke tropis. Dari ketinggian, yang bisa dirasakan mungkin hanya perbedaan suhu (atau mungkin medan magnet bumi), maka ia menggunakannya sebagai acuan untuk mendekat ke tropis(geografis). Semakin dekat ke tropis, akan semakin kelihatan kondisi pulau, hutan, air dll, maka ia akan menggunakan sebagai acuan untuk mencari lokasi misalnya pulau yang mempunyai hutan dan di tepi pantai (landscape). Semakin ia terbang rendah semakin kelihatan kondisi hutan yang rapat tapi dekat muara sungai (homerange) sebagai acuan, semakin dekat lagi ia akan semakin bisa melihat lebih jelas pohon mana yang akan dipakai hinggap, dan setelah hinggap ia akan memilih lagi cabang mana yang akan digunakan untuk tidur. dst. jadi meskipun ada jenis pohon yang sama di pegunungan, tapi ia tidak akan menggunakannya karena seleksi homerange mengantarkannya pada pohon di tepi pantai. jadi misalnya pada level geografi, faktor yang paling penting bagi flamingo adalah temperatur di sub tropis, maka pilihan lokasi homerange yang tersedia hanya di lokasi sub tropis, meskipun misalnya makanan banyak di indonesia tapi karena temperatur tidak disukai untuk breeding, maka ya ia nggak suka di indonesia. meskipun jika terpaksa yang bisa hidup. karena semua makhluk hidup bisa beradaptasi. Masing-masing species akan mempunyai kebutuhan yang unik. Dugaan saya untuk camar pada musim breeding mungkin yang diperlukan adalah nesting site yang aman dari predator (karena sarang mereka relatif terbuka maka sering memilih tempat yang remote), iklim mikro yang mendukung penetasan, dekat dengan sumber pakan. jadi pada saat breeding karena nesting site yang mereka butuhkan ada di sub tropis, maka meskipun makanan berlimpah di Indonesia mereka ya nggak kesini. Mungkin pada saat nggak breeding mereka menghindari musim dingin dengan migrasi ke arah tropis yang hangat. jadi pada musim ini mereka lebih memerlukan suhu hangat yang makanan sekedarnya untuk bekal migrasi. Didukung oleh mobilitas yang tinggi, mereka akan bisa memilih tempat yang paling sesuai untuk mereka. Tapi ini hanya prediksi saya saja berdasar "Darwin centris". Semoga bisa membantu. Mungkin ahli-ahli yang lain bisa menambahkan atau membetulkan barangkali salah. Salam. NB: kalau ingin searching informasi di internet, coba gunakan key word: multi level habitat selection, hierarchy, adaptive. ___