Mo nambahin komentar nih buat Bung Sena:)
 
Teori2 anda semua masuk akal. Misalnya soal homerange flamingo adalah daerah 
subtropis sehingga walo di daerah tropis banyak makanan, mereka gak ke sini 
karena itu gak cocok dgn iklim mikro yg mereka butuhkan untuk breeding dll. 
Juga soal camar.
 
Tapi ada pertanyaan yg muncul di benak saya soal camar, karena kayaknya 
kasusnya beda. Sebabnya adalah niche yg ditempati camar itu (yaitu burung 
pelagic yg cari makan dengan terbang berkeliling di laut2 atau di pantai2 dan 
kawasan pesisir) sepertinya kok "kosong" atau hanya sedikit yg menempati di 
daerah tropis (dara laut, yg menempati niche itu di daerah tropis, jumlahnya 
juga gak melimpah). 
 
Kalo gak salah, camar atau gull itu terdiri dari ratusan sub-spesies. Yg bikin 
saya bingung: kenapa di antara ratusan spesies gull itu tak ada yg dalam 
perjalanan evolusinya beradaptasi untuk breeding dan menetap di daerah tropis?? 
(kalau memang benar di daerah tropis makanan untuk niche ini melimpah). 
 
Katakanlah kalau ada "camar versi iklim sedang", mestinya ada juga "camar versi 
tropis", sehingga niche ini di daerah tropis ada yg menempati, dan makanan yg 
melimpah di niche ini di daerah tropis ada yg memanfaatkan (dengan catatan, 
memang benar ada makanan yg melimpah buat camar di daerah tropis).
 
Agak sulit dipahami kenapa, kalau memang di daerah tropis ikan melimpah dan 
memungkinkan mendukung kehidupan burung pelagic spt camar, kenapa tak ada 
spesies yg memanfaatkan sumber pakan itu supaya tidak "mubazir". Bukankah pakan 
adalah sumberdaya yg sangat berharga bagi setiap mahluk, untuk mendapatkan 
energi untuk breeding dan kelangsungan spesiesnya, yg selalu dicari setiap 
spesies untuk kelangsungan hidup mereka??
 
Sulit dipahami bahwa, selama ribuan tahun evolusi burung, diantara ratusan 
spesies burung pelagic itu (yg sangat mudah berpindah dan menemukan daerah 
sumber pakan baru) tak ada satu pun yg menemukan "sumberdaya yg mubazir" itu 
dan kemudian beradaptasi untuk breeding dan tinggal di daerah tropis dan 
jumlahnya menjadi melimpah spt gull di daerah beriklim sedang--dengan tujuan 
untuk memanfaatkan "pakan yg melimpah" itu. 
 
Dengan berpegang pada kenyataan itu, saya jadi agak ragu, benarkah memang pakan 
untuk niche itu melimpah di sini.
 
Salam,
Hasto Pratikto


--- On Wed, 12/10/08, Hasto P Irawan <hpirawan2...@yahoo.com> wrote:

From: Hasto P Irawan <hpirawan2...@yahoo.com>
Subject: Re: [SBI-InFo] camar dan flamingo
To: sbi-info@yahoogroups.com
Date: Wednesday, December 10, 2008, 11:22 AM











Akhirnya ada juga nih pakar yg mau "turun gunung" dan membagi ilmunya:)
 
Terima kasih, Mas Sena, atas penjelasannya yang komprehensif, lengkap, dan dari 
berbagai sisi tentang habitat satwa. Semua "teori" yang Anda kemukakan masuk 
akal juga. Memang faktor yg mempengaruhi pilihan habitat mestinya banyak dan 
kompleks, dan musti dijelaskan oleh yg punya ilmunya:)
 
Kalau saya kan cuma bisa memandang dan mengira-ngira dari satu sisi saja dan 
kemudian menarik kesimpulan yg dangkal. Maklum saya gak punya ilmunya he he.. 
Thanks, Mas, atas infonya.
 
Salam,
Hasto Pratikto

--- On Tue, 12/9/08, sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de> wrote:

From: sena adisubrata <adisubrataugm@ yahoo.de>
Subject: [SBI-InFo] camar dan flamingo
To: sbi-i...@yahoogroup s.com
Date: Tuesday, December 9, 2008, 5:36 PM






Dear mas Hasto,

Pertanyaan-pertanya an anda selalu cerdas dan sulit dijawab. Topik seperti ini 
menarik dan menurut saya juga mengasah pengetahuan kita, disamping identifikasi 
burung. Tidak mudah memang memahami ekosistem tropis yang sangat kompleks. Saya 
mencoba merespon semampu saya. Setahu saya, sebagian besar teori yang ada 
sekarang ini berpangkal pada teori adaptasi Darwin (atau mungkin Alfred Wallace 
?). salah satu inti teori ini adalah semua perilaku atau perubahan ditujukan 
untuk memaksimalkan fitness (survival dan reproduksi) dan meminimalkan 
mortalitas. Termasuk perilaku memilih (seleksi) untuk tinggal atau sekedar 
lewat. jadi untuk tinggal satwa mesti mendapatkan keuntungan fitness, baik 
berupa makanan, peluang breeding, perlindungan predator, atau sekedar melatih 
ketrampilan. 

Karena begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan untuk 
tinggal suatu lokasi , dianggap satwa memilih melalui beberapa tahap mulai dari 
yang paling luas: geografi, landscape, homerange, patch, site. Tahap yang 
diatas menentukan tahap dibawahnya. 

Saya sering mengilustrasikannya seperti burung migran dari subtropis ke tropis. 
Dari ketinggian, yang bisa dirasakan mungkin hanya perbedaan suhu (atau mungkin 
medan magnet bumi), maka ia menggunakannya sebagai acuan untuk mendekat ke 
tropis(geografis) . Semakin dekat ke tropis, akan semakin kelihatan kondisi 
pulau, hutan, air dll, maka ia akan menggunakan sebagai acuan untuk mencari 
lokasi misalnya pulau yang mempunyai hutan dan di tepi pantai (landscape). 
Semakin ia terbang rendah semakin kelihatan kondisi hutan yang rapat tapi dekat 
muara sungai (homerange) sebagai acuan, semakin dekat lagi ia akan semakin bisa 
melihat lebih jelas pohon mana yang akan dipakai hinggap, dan setelah hinggap 
ia akan memilih lagi cabang mana yang akan digunakan untuk tidur. dst.  jadi 
meskipun ada jenis pohon yang sama di pegunungan, tapi ia tidak akan 
menggunakannya karena seleksi homerange mengantarkannya pada pohon di tepi 
pantai. 

jadi misalnya pada level geografi, faktor yang paling penting bagi flamingo 
adalah temperatur di sub tropis, maka pilihan lokasi homerange yang tersedia 
hanya di lokasi sub tropis, meskipun misalnya makanan banyak di indonesia tapi 
karena temperatur tidak disukai untuk breeding, maka ya ia nggak suka di 
indonesia. meskipun jika terpaksa yang bisa hidup. karena semua makhluk hidup 
bisa beradaptasi.

Masing-masing species akan mempunyai kebutuhan yang unik. Dugaan saya untuk 
camar pada musim breeding mungkin yang diperlukan adalah nesting site yang aman 
dari predator (karena sarang mereka relatif terbuka maka sering memilih tempat 
yang remote),  iklim mikro yang mendukung penetasan, dekat dengan sumber 
pakan.  jadi pada saat breeding karena nesting site yang mereka butuhkan ada di 
sub tropis, maka meskipun makanan berlimpah di Indonesia mereka ya nggak 
kesini.  Mungkin pada saat nggak breeding mereka menghindari musim dingin 
dengan migrasi ke arah tropis yang hangat. jadi pada musim ini mereka lebih 
memerlukan suhu hangat yang makanan sekedarnya untuk bekal migrasi. Didukung 
oleh mobilitas yang tinggi, mereka akan bisa memilih tempat yang paling sesuai 
untuk mereka. 

Tapi ini hanya prediksi saya saja berdasar "Darwin centris". Semoga bisa 
membantu. Mungkin ahli-ahli yang lain bisa menambahkan atau membetulkan 
barangkali salah. 


Salam.

NB: kalau ingin searching informasi di internet, coba gunakan key word: multi 
level habitat selection, hierarchy, adaptive.   

   


___ 

 














      

Reply via email to