RE: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 

Wah menarik diskusi global tektonik ini. Banyak sekali pakar
bermunculan. Saya mau ikut komentar. 

Watuadeg, sepertinya berlokasi di sekitar 10 km tenggara pusat kota
Yogyakarta.  OAF "Old Andesit Formation" menjadi nama-nama di suatu
lokasi sbb: Jampang (Jabar), Gabon (Banyumas), OAF (Kulon Progo),
Nglanggran (Wonosari), Mandaliko (Wonogiri), Besole (Pacitan) (Djuhaeni,
2003). 

Wah bagus sekali standar deviasi pengukurannya, yang hanya sekitar 3
juta untuk umur 58-59 Ma. OAF "Old Andesit Formation" sepertinya mengacu
umur antara 75-52 Ma. Ini bersesuaian dengan compresi mulai seperempat
akhir Cretaceus (83 Ma), hingga seperempat awal Cenocoic (52 Ma). 

Juga pertanyaan untuk Pak Awang: Kapan, umur-umur berapa saja dalam Ma,
batuan volkanik pada volcanic arc terjadi? Sewaktu kompresi atau
ekstensi? Apakah ada pada setiap siklus 7 Ma? Berikut ini analisa saya. 

Abstract: Tentu akan dengan Kalender SALAM, di mana ada siklus
sinusoidal kompresi ekstensi pereode 700 Ma, 70 Ma, 7 Ma, dll, dengan
standar deviasi misal ICS 2004 adalah berturut-turut kurang dari 10 %.
Amat bagus derajad errornya. Condie, 1997 sebut adanya siklus
supercontinent. SALAM kalendar melihat bahwa siklus itu bersesuaian
dengan siklus order1 (700 Ma). Haraldur Sigurdsson, 2000, sebutkan bahwa
masih banyak problem menghubungkan vulkanisme dengan global tektonik.
Selanjutnya Kalendar SALAM banyak membantu dalam prediksikan
korelasinya. 

1. Condie, Kent C, 1997 : Origin and evolution of earth, sebutkan sbb: 
Prediksi ada siklus, yang menjadikan adanya Supercontinent. Umur-umur
yang telah di prediksi adalah: 200 Ma, 900 Ma, 1600 Ma. Untuk umur
sebelumnya, maka sulit rekordnya, walauoun di duga ada sejak 4.500 Ma.
Tak disebutkan berapa standar deviasinya. Dugaan saya, ini bisa 30-200
Ma, untuk umue-umur itu, dimana semakin tua, makin besar errornya.  

Umur-umur terprediksi itu bersesuaian dengan prediksi supercontinent
pada Kalender SALAM (pereode 700 Ma), yakni sekuen order 2 sewaktu Low
stand position pada umur-umur: 240 Ma, 940 Ma, 1640 Ma. Selain itu,
kalender ini sudah prediksi supercontinent yang lain sebelumnya yakni
pada umur-umur: 2340  Ma, 3040 Ma, 3740 Ma, 4440 Ma.

Selanjutnya, Condie menulis: breakup Pangea 200 Ma, terdapat pada
upwelling. Selain Afrika, maka sejak  200 Ma itu, semua kontinental
menjauh dari Afrtika. Ini bersesuai dengan kalender itu, yang
menyebutkan bahwa sejak Kambrium hingga PermianTriassik, maka seluruh
kontinent convergent, untuk menjadikan supercontinent pada
PermianTriassik 277-207 Ma. Lalu sejak umur ini, maka semua continental
divergent, menjauh dari Afrika, tepatnya menjauh dari AAN "Anticlinal of
Arabian Nubian". Yang juga ini di interpretasi dari data Collins, 2003. 

Condie sebut pergerakan kontinen sekitar 4 cm/a "annum" sewaktu
break-up, dan 1-2 cm/a sewaktu pembentukan kontinen. Muka laut naik
sewaktu "aggregate", dan muka laut menurun sewaktu "break up". Kalender
SALAM melihat Atlantic, Pacific MOR " Mid Ocean Ridge" 70 Ma-present,
melihat kecepatan itu juga, yakni 4 cm/a (pada 67 Ma, KT boundary), 2
cm/a (52 Ma, Mid Miocen), 4 cm/a ( Oligocene), 6 cm/a (13 Ma, Mid
Eocene), 4 cm/a (present).

Selanjutnya:
Condie, 2000SALAM Calendar, 2003:
Earth form  4.600-4.400 Ma  4.617,373522 Ma.
Early rock  4.000-3.800 Ma  4.452,373522 Ma
small rock  3.750 Ma3.752,373522 Ma
Major orogeny   2.700 Ma3.052,373522 Ma
2.000 Ma2.352,373522 Ma
1.000 Ma0.952,373522 Ma

Ini menunjukkan adanya korelasi yang bagus dalam sekala 700 Ma itu. 

2. Haraldur Sigurdsson, 2000 in book titled Encyclopedi of Volcano,
1500's pages.

Volcanic Episodes, Rate of volcanism, sebut Pacific MOR "Mid Ocean
Ridge" paling besar pada masa 120-80 Ma. Ini bersesuain dengan kecepatan
spreading maximum order 700 Ma sejak PermianTriassik itu. Kalender ini
sebut kecepatan spreding mulai 0 (PermianTriassic, 245 Ma), Maximum pada
115-83 Ma Mid Cretaceous, mengecil hingga kini. Bahwa basal umumnya
hanya dalam pereode pendek, kurang dari 4 Ma durasi kemunculannya untuk
hasi MOR. Lihat LIP di bawah. 

Tephra layer (ash layer), banyak pada pereode 42-37 Ma Eocene, jarang
pada Oligocene 32-28 Ma, intensive pada 17-13 Ma Miocene, amat banyak
pada 5-0 Ma Plio-quartenary. (Cambray and Cadet, 1996).  Prediksi
Kalender SALAM, ada sequence boundary siklus order 3 (7 Ma) pada : 46
Ma, 39 ma, 32 Ma, 25 Ma, 18 Ma, 11 Ma, 4 Ma. Ini berarti dengan lapisan
debu volkanik tadi untuk umur-umur: 46, -, 32, 25, 18, 11, dan 4 Ma.

Berikut sari dari buku tsb: Haraldur Sigurdsson, 2000 buku judul
Encyclopedi of Volcano, 1500's pages.
Oceanic riges, Hot spot, volcanic arcs.
2.a Ocean Ridges: 
- Oceanic crust is 70 % covering earth's surface, 30 % continental
crust. 
- oceanic crust and lithosphere (ca. 80 km thick) may has been formed
since earth history 4

Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
Pak Ade Kadarusman beberapa hari yang lalu, masih dalam kaitan subyek ini juga, 
 sudah posting urutan metode radiometri absolute dating dari yang sederhana - 
K-Ar (kualitas rendah ?) sampai yang tercanggih - SHRIMP (kualitas tinggi ?). 
Tetapi, saya lebih percaya ke keharmonisan sejarah geologi walaupun tidak 
berarti menafikan metode radiometri absolut. Juga tak akan menunggu-nunggu 
sampai SHRIMP melakukan pengukuran, kalau dengan K-Ar saja bisa. Hasil2-nya 
kita kontrol dengan keharmonisan geologi dalam ruang-waktu tadi.
 
"Spotty" dalam hal ini adalah kejadian2 yang dilaporkan masih di satu tempat 
(satu titik di peta), maka saya cukup tempatkan itu "sementara" di background. 
Kalau nanti2 makin banyak dilaporkan kejadian yang sekarang rasanya menyimpang, 
artinya sudah peak, maka tentu kita perlu memikirkan implikasi geodinamika.
 
Dalam satu periode memang hasil akhirlah yang terekam, tetapi dalam hal 
time-slice seismik 3 D, kalau kita lakukan time slice per 2 million years 
katakanlah, tentu kita akan banyak dapatkan evolusi paleogeografi, walaupun di 
setiap slice adalah hasil akhirnya.
 
Akan halnya dengan VR, tentu saja juga hasil akhir saat kita menancapkan sumur 
di wilayah itu dan mengukur VR cutting sample-nya. Tetapi, kita bisa 
merekonstruksi kematangannya dengan analisis burial depth, kan ini juga butuh 
profil depth vs. VR.
 
Geologi butuh interpretasi dinamik, bukan statik. Maka semua parameter harus 
bisa direkonstruksi sebab semua proses geologi adalah proses historis. 
 
Beberapa studi terakhir dari kawan2 yang menekuni Jawa (stratigrafi, tektonik, 
volkanisme) akan siap mengguncang pikiran kita. Saya tidak akan pernah menolak 
satu pun dari itu. Untuk kemudian mengatakannya ini benar itu salah, itu butuh 
proses lama, tetapi mari kita uji saja. Saya menganggap itu semua suatu 
"peningkatan adrenalin" dalam gairah kegeologian...
 
Btw, sayang Stephen Jay Gould telah tiada, guncangan evolusi kurang semarak 
tanpa dia. Belum ada yang seprolifik dia dalam berpikir dan mengkomunikasikan 
evolusi. 

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Adakah metode dating yg "lebih baik" dari K-Ar utk batuan volcanic ?.
K-Ar yg cenderung mengukur proses yg terakhir tentusaja akan sulit
menunjukkan atau memiliki hasil pengukuran umur yg lebih tua lagi.
Artinya walaupun hasil pengukuran dari sample location yg spotty
apakah kita masih juga belum dapat menggunakan setara/setingkat dengan
pengukuran2 lain, sehingga anda meletakkannya hanya sebagai
"background" ?

Sebenernya banyak sekali hasil-hasil dalam pengamatan geologi ini yg
hanya menunjukkan "fase terakhir" saja dari sebuah proses. Misalnya
penampakan sungai berkelok-kelok dalam timeslice seismic-pun adalah
hasil preservasi terakhir dari morfologi yang ada. Dengan demikian
seringkali kita melihat sungai berkelok2 dan menginterpretasikan
sebagai lingkungan coastal plain (misalnya). Namun kalau yg terjadi
adalah periode lowstand dari sebuah shelf, maka antara sungai dengai
dengan sedimen yg dipotongnya memiliki katidak samaan depositional
environment.

Hal mirip adalah VR (Vitrinite Reflectance). VR menunjukkan tingkat
kematangan (pressure-temperature) yang "tertinggi". Dalam hal ini,
bukan yg terakhir, sdikit berbeda dengan yg dua metode identifikasi
diatas. Namun perlu diketahui bagaimana metode pengukuran yg kita
lakukan.

Btw, saya juga tidak akan terburu-buru merubah pemahaman saya tentang
volkanisme di jawa. Saya masih menggunakan pendekatan historical /
harmonical perspective atau keharmonisan sejarah geologi dari daerah
tersebut. Walopun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan yg
kadangkala terasa radikal.
Pemahaman geologi juga akan evolutif, kadangkala pelaaan sekali
lam, bergeming sdkit walopun ada data-data baru. Namun juga kadang
sangat cepet seperti punctuation equilibirium-nya S.J Gould.

Salam
RDP

On 9/7/05, Awang Satyana wrote:
> 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International 
> Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University 
> Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu adalah 54.8 Ma 
> (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di 
> lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene.
> 
> Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru 
> seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik 
> Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous 
> : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.
> 
> Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa 
> di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. 
> Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya 
> hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari 
> background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua 
> itu di histogram K-Ar dan fi

Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Pak Awang,

Adakah metode dating yg "lebih baik" dari K-Ar utk batuan volcanic ?.
K-Ar yg cenderung mengukur proses yg terakhir tentusaja akan sulit
menunjukkan atau memiliki hasil pengukuran umur yg lebih tua lagi.
Artinya walaupun hasil pengukuran dari sample location yg spotty
apakah kita masih juga belum dapat menggunakan setara/setingkat dengan
pengukuran2 lain, sehingga anda meletakkannya hanya sebagai
"background" ?

Sebenernya banyak sekali hasil-hasil dalam pengamatan geologi ini yg
hanya menunjukkan "fase terakhir" saja dari sebuah proses. Misalnya
penampakan sungai berkelok-kelok dalam timeslice seismic-pun adalah
hasil preservasi terakhir dari morfologi yang ada. Dengan demikian
seringkali kita melihat sungai berkelok2 dan menginterpretasikan
sebagai lingkungan coastal plain (misalnya). Namun kalau yg terjadi
adalah periode lowstand dari sebuah shelf, maka antara sungai dengai
dengan sedimen yg dipotongnya memiliki katidak samaan depositional
environment.

Hal mirip adalah VR (Vitrinite Reflectance). VR menunjukkan tingkat
kematangan (pressure-temperature) yang "tertinggi". Dalam hal ini,
bukan yg terakhir, sdikit berbeda dengan yg dua metode identifikasi
diatas. Namun perlu diketahui bagaimana metode pengukuran yg kita
lakukan.

Btw, saya juga tidak akan terburu-buru merubah pemahaman saya tentang
volkanisme di jawa. Saya masih menggunakan pendekatan historical /
harmonical perspective atau keharmonisan sejarah geologi dari daerah
tersebut. Walopun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan yg
kadangkala terasa radikal.
Pemahaman geologi juga akan evolutif, kadangkala pelaaan sekali
lam, bergeming sdkit walopun ada data-data baru. Namun juga kadang
sangat cepet seperti punctuation equilibirium-nya S.J Gould.

Salam
RDP

On 9/7/05, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International 
> Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University 
> Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu  adalah 54.8 Ma 
> (Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di 
> lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene.
> 
> Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru 
> seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik 
> Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous 
> : Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.
> 
> Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa 
> di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. 
> Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya 
> hanya melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari 
> background volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua 
> itu di histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang sudah 
> dipublikasi, seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary magmatic 
> belts in Java - Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2, p. 13-27 
> (Pak Bambang Priadi salah satu co-author-nya).
> 
> Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang lebar 
> di histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2 dalam 
> status kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik Jawa 
> saat Late Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang berumur tua 
> itu hanya spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari background 
> volcanism yang umum terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini menambah data baru 
> bahwa dari Paleosen pun sudah ada background volcanism).
> 
> Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya volcanic 
> arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat bahwa 
> volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late Miocene-Early 
> Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction tertentu untuk membuat 
> volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua. Perlambatan subduction 
> karena oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman akan meniadakan volcanism 
> di depannya, itu antara lain.
> 
> Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti lebih 
> diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu tempat di 
> Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang lain yang 
> selama ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang mungkin dalam lima 
> tahun terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang keberadaannya. Volkanisme 
> umur 75 Ma Kulon Progo adalah salah satu kontributornya. tepatnya, saya 
> sedang mengkhayalkan sebuah sliver kontinen skala kecil terdapat di bawah 
> Bayat dan Nanggulan...
> 
> Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah 
> skripsi saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks 
> melange Ciletuh, di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner wall 
> suatu palung, dengan bebe

Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik Awang Satyana
55.8 +/- 0.2 Ma adalah batas terbaru (Gradstein et al., 2004, International 
Commision on Stratigraphy, Geologic Time Scale, 2004, Cambridge University 
Press) antara Paleosen dan Eosen. Enam tahun lalu, batas itu  adalah 54.8 Ma 
(Geologic Time Scale, 1999). Angka absolut ini membatasi stage Ypresian di 
lowermost Eosen dan Thanetian di Upper Paleocene.
 
Dengan menggunakan dua skala waktu itu, maka penemuan beberapa dating baru 
seperti yang di-posting Pak Zaim, jelas menunjukkan umur volkanik/magmatik 
Paleosen untuk Jatibarang, Subang Selatan, dan Watuadeg; dan Late Cretaceous : 
Campanian untuk 75 Ma di Kulon Progo.
 
Apakah kita perlu segera merevisi implikasi geodinamika volcanic arcs di Jawa 
di periode Late Cretaceous-Paleogene ? Pada hemat saya, tidak segera. 
Katakanlah semua umur itu benar secara analisis laboratorium. Maka, saya hanya 
melihat itu hanya sebaran umur yang sparse/spotted - tak lebih dari background 
volcanism Jawa di umur2 Paleosen-Eosen. Coba kita taruh umur2 tua itu di 
histogram K-Ar dan fission track absolute dating Jawa yang sudah dipublikasi, 
seperti dari Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary magmatic belts in Java - 
Journal of SE Asian Earth Sciences, v.9, n. 1/2, p. 13-27 (Pak Bambang Priadi 
salah satu co-author-nya). 
 
Nah, kalau umur Paleosen atau lower Eocene membuat peak volcanism yang lebar di 
histogram tersebut (seperti di Oligo-Miosen), maka kita benar2 dalam status 
kritis untuk memikirkan ulang geodinamika, tektonik, volkanik Jawa saat Late 
Cretaceous-Paleogene. Namun, selama angka2 baru yang berumur tua itu hanya 
spotted, saya hanya memandangnya tak lebih dari background volcanism yang umum 
terjadi di Jawa sejak Eosen (hanya ini menambah data baru bahwa dari Paleosen 
pun sudah ada background volcanism).
 
Sebuah catatan dari plate tectonic theory : tak semua periode punya volcanic 
arc-nya sendiri. Di Jawa, pemahaman sampai saat ini hanya melihat bahwa 
volcanic arcs pernah terjadi di : (1) Oligo-Miosen, (2) Late Miocene-Early 
Pliocene, dan (3) Kuarter. Butuh mekanisme subduction tertentu untuk membuat 
volkanisme bangkit di island arc atau tepi benua. Perlambatan subduction karena 
oceanic plateaux yang terkunci di penunjaman akan meniadakan volcanism di 
depannya, itu antara lain.
 
Bagaimana dengan 75 Ma di Kulon Progo ? Pada hemat saya, ini yang mesti lebih 
diwaspadai sepanjang dominan sebarannya. Saya kok merasa di suatu tempat di 
Jawa Selatan antara Bayat dan Karang Sambung ada sesuatu yang lain yang selama 
ini lepas dari pemikiran tektonik kita tetapi yang mungkin dalam lima tahun 
terakhir ini indikasinya semakin kuat tentang keberadaannya. Volkanisme umur 75 
Ma Kulon Progo adalah salah satu kontributornya. tepatnya, saya sedang 
mengkhayalkan sebuah sliver kontinen skala kecil terdapat di bawah Bayat dan 
Nanggulan...
 
Saya pernah melihat Citirem di Ciletuh Pak Zaim, kebetulan itu wilayah skripsi 
saya dulu (1988). Saya melihatnya sebagai bagian dari kompleks melange Ciletuh, 
di-emplacement sebagai endapan pond deposits di inner wall suatu palung, dengan 
beberapa intrusi magmatik (seperti leuco-granite di Karang Sambung ?) ; 
kelihatannya bukan mengindikasi volcanic arc Mesozoik Jawa. 
 
Umur volkanik Paleosen di Subang Selatan, hampir saja mungkin bisa membuat kita 
segera (dengan terburu-buru ?) menyambungkan volkanisme Bayah-Subang-Jatibarang 
sebagai arc. Lebih baik kita cermati dulu hal semacam itu, sebelum para 
volkanisme tua ini menunjukkan peak di histogram.
 
OAF tak perlu dibingungkan, kalau merujuk ke buku sumbernya (Verbeek en 
Fennema, 1896; van Bemmelen, 1949, 1970). Itu hanya istilah relatif yang bisa 
setua Paleosen dan semuda Miosen Awal, tetapi dominasi di Oligo-Miosen.
 
salam,
awang

Yahdi Zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Koesoemadinata Yth.,
Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak:
> Apakah "age-dating" ini bisa dikutip dan apakah referensinya yang dapat
> dipakai untuk digunakan studi?
> Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
> RPK

Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan study
paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut:
1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The
Suitability of Andesitic Rocks from Yogyakarta for Paleomagnetic Study,
Proc. PIT 29 HAGI, Yogyakarta.
2. La Ode Ngkoimani, S. Bijaksana, H. Utoyo and S. Permanadewi, 2004: New
K-Ar Ages of Igneous Rocks from Yogyakarta (Abstract), Workshop on Paleogene
Stratigraphy of Jawa.
3. S. Bijaksana, S.Bronto, L.O. Ngkoimani and S. Mulyaningsih, 2004 :
Eruption Centre of Pillow Lavas in Brebah Area, Yogyakarta
(Abstract),Workshop on Paleogene Stratigraphy of Jawa
4. S. Bronto, S. Bijaksana, P.Sanyoto, L.O. Ngkoimani and S. Mulyaningsih,
2004 : Preliminary Study of Jawa Paleogene Volcanism (Abstract),Workshop on
Paleogene Stratigraphy of Jawa.
5. Disertasi S3 Sdr. L.O. Ngkoimani, tetapi Ngkoimani baru akan Sidang
Terbuka S3-nya di ITB tanggal 1

RE: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Mohon Pencerahan Mengenai Organic Shale

2005-09-06 Terurut Topik Subiyantoro, Gantok (gantoks)
Secara petrografi shale masih mempunyai kandungan +/- 60 % clay. Kalau
dari log aja, antara shale dan clay sulit dibedakan karena kita tidak
tahu jenis clay yang terkandung di shale. Oleh karena itu perlu
diketahui jenis claynya dari analisa XRD. Berapa GAPI nilai GRnya?.
Kalau dihubungkan dengan log resistivitas yang drop, kemungkinan shale
tersebut banyak sudah tidak banyak HC, seperti kata pak Awang,
sebaliknya mengandung unsur hidroksida. Kalau GRnya besar dan
resistivitasnya sangat kecil, kemungkinan shale tersebut mengandung clay
jenis montmorilonite. Bisa juga banyak glaukonitnya (mengandung Fe).

>Gantok Subiyantoro, 
>

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, September 07, 2005 10:39 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Mohon Pencerahan Mengenai Organic
Shale

Organic shales (maksudnya di siklus Delta Mahakam kan ?) diendapkan saat
tubuh delta mengalami penenggelaman (flooding events, kita mengenalnya
sekarang). Maka, organic shales adalah batas-batas flooding surface,
atau maximum flooding surface, atau juga transgressive surface (TS). 
 
Pengalaman saya saat mempelajarinya dulu (Total, 1990) menunjukkan bahwa
organic shales lebih baik sebagai marker untuk korelasi, dibandingkan
sebagai batuan induk. Setelah mempelajari geokimia lapangan2 migas di
Delta Mahakam, terbukti bahwa batubara asosiasi delta yang menjadi
batuan induk utama migas di wilayah ini, dibandingkan kontribusi dari
organic shales.
 
Pertanyaannya lebih mengarah ke karakteristik petrofisika batuan induk,
khususnya log resistivitas. Karena shale, tentu GR-nya tinggi, terutama
karena kontribusi mineral radioaktif uranium yang tinggi di dalam shale,
dan moderate K dan thorium. Dalam hal resistivitas, maka perlu dibedakan
antara batuan induk matang dan tidak matang. Batuan induk matang dan
sudah selesai menggenerasikan migas (spent source rocks) akan punya GR
tinggi dan resistivitas tinggi. Batuan induk matang yang sedang aktif
menggenerasikan migas (saat ini ada di HC window) akan punya GR tinggi
dan resistivitas tinggi (tetapi resistivitasnya lebih kecil dari spent
source rocks). Dan, batuan induk shale yang belum matang (immature) akan
punya GR tinggi dan RESISTIVITAS YANG RENDAH. 
 
Secara logis, ini mudah diterima karena minyak dan gas yang tergenerasi
di batuan induk matang akan bersifat isolator sehingga menghasilkan
resistivitas tinggi. Tetapi, shale yang immature di daerah delta fluida
di dalamnya hampir semuanya air laut yang kita tahu bersifat elektrolit
karena banyak garam terlarut di dalamnya sehingga resistivitasnya
rendah.
 
Dan, harus juga dibedakan dengan coal yang punya resistivitas tinggi,
yang semata-mata karena terkandung fluida bukan air laut. Coal yang
telah menggenerasikan migas akan punya resistivitas yang maksimum.

Semoga cukup memberikan keterangan dalam hal logika.
 
salam,
awang

wanasherpa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Rekan-rekans dan teman-temans,

saya minta penjelasan mengenai genesa organic shale, secara kasat mata
terlihat menarik pada log respon dimana harga GR begitu tinggi yang di
ikuti oleh dropnya harga Resistivity, dan anggapan saya GR yang tinggi
disebabkan oleh sifat shale nya (walaupun harga GR nya lebih tinggi dari
clean shale) namun mengapa harga resistivitinya juga drop (lebih rendah
dari clean shale) dengan asumsi adanya organic matter seharusnya
menambah nilai resistiviy (seperti coal).
mohon pencerahannya.siapa tau saya salah 

wanasherpa




Moderators:
Budhi Setiawan '91 <[EMAIL PROTECTED]> Edi Suwandi Utoro
'92 <[EMAIL PROTECTED]> Sandiaji '94 <[EMAIL PROTECTED]>
Wanasherpa '97 <[EMAIL PROTECTED]> Satya '2000
<[EMAIL PROTECTED]>




SPONSORED LINKS
College and university search School education Colleges and universities
College and university search engine Colleges and universities in
College and university information 

-
YAHOO! GROUPS LINKS 


Visit your group "Geo_Unpad" on the web.
  
To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



-



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com 


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
K

[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Mohon Pencerahan Mengenai Organic Shale

2005-09-06 Terurut Topik Awang Satyana
Organic shales (maksudnya di siklus Delta Mahakam kan ?) diendapkan saat tubuh 
delta mengalami penenggelaman (flooding events, kita mengenalnya sekarang). 
Maka, organic shales adalah batas-batas flooding surface, atau maximum flooding 
surface, atau juga transgressive surface (TS). 
 
Pengalaman saya saat mempelajarinya dulu (Total, 1990) menunjukkan bahwa 
organic shales lebih baik sebagai marker untuk korelasi, dibandingkan sebagai 
batuan induk. Setelah mempelajari geokimia lapangan2 migas di Delta Mahakam, 
terbukti bahwa batubara asosiasi delta yang menjadi batuan induk utama migas di 
wilayah ini, dibandingkan kontribusi dari organic shales.
 
Pertanyaannya lebih mengarah ke karakteristik petrofisika batuan induk, 
khususnya log resistivitas. Karena shale, tentu GR-nya tinggi, terutama karena 
kontribusi mineral radioaktif uranium yang tinggi di dalam shale, dan moderate 
K dan thorium. Dalam hal resistivitas, maka perlu dibedakan antara batuan induk 
matang dan tidak matang. Batuan induk matang dan sudah selesai menggenerasikan 
migas (spent source rocks) akan punya GR tinggi dan resistivitas tinggi. Batuan 
induk matang yang sedang aktif menggenerasikan migas (saat ini ada di HC 
window) akan punya GR tinggi dan resistivitas tinggi (tetapi resistivitasnya 
lebih kecil dari spent source rocks). Dan, batuan induk shale yang belum matang 
(immature) akan punya GR tinggi dan RESISTIVITAS YANG RENDAH. 
 
Secara logis, ini mudah diterima karena minyak dan gas yang tergenerasi di 
batuan induk matang akan bersifat isolator sehingga menghasilkan resistivitas 
tinggi. Tetapi, shale yang immature di daerah delta fluida di dalamnya hampir 
semuanya air laut yang kita tahu bersifat elektrolit karena banyak garam 
terlarut di dalamnya sehingga resistivitasnya rendah.
 
Dan, harus juga dibedakan dengan coal yang punya resistivitas tinggi, yang 
semata-mata karena terkandung fluida bukan air laut. Coal yang telah 
menggenerasikan migas akan punya resistivitas yang maksimum.

Semoga cukup memberikan keterangan dalam hal logika.
 
salam,
awang

wanasherpa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Rekan-rekans dan teman-temans,

saya minta penjelasan mengenai genesa organic shale, secara kasat mata 
terlihat menarik pada log respon dimana harga GR begitu tinggi yang di 
ikuti oleh dropnya harga Resistivity,
dan anggapan saya GR yang tinggi disebabkan oleh sifat shale nya 
(walaupun harga GR nya lebih tinggi dari clean shale) namun mengapa 
harga resistivitinya juga drop (lebih rendah dari clean shale) dengan 
asumsi adanya organic matter seharusnya menambah nilai resistiviy 
(seperti coal).
mohon pencerahannya.siapa tau saya salah 

wanasherpa




Moderators:
Budhi Setiawan '91 <[EMAIL PROTECTED]>
Edi Suwandi Utoro '92 <[EMAIL PROTECTED]>
Sandiaji '94 <[EMAIL PROTECTED]>
Wanasherpa '97 <[EMAIL PROTECTED]>
Satya '2000 <[EMAIL PROTECTED]>




SPONSORED LINKS 
College and university search School education Colleges and universities 
College and university search engine Colleges and universities in College and 
university information 

-
YAHOO! GROUPS LINKS 


Visit your group "Geo_Unpad" on the web.
  
To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


-



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[iagi-net-l] Nanya (MINING): Model Pembebanan di tanah timbunan

2005-09-06 Terurut Topik Djuharlan
Aku mau nanya nikh.
Aku kerja di tambang ngurusin Dump (Overburden, metal mining), aku lagi
coba2
membuat permodelan beban tanah timbunan yang tujuannya adalah
mengetahui stress distribution, sehingga aku bisa bilang ke orang
Geotech
harus pasang alat monitor dimana untuk mengantisipasi gerakan tanah
timbunan tsb. akibat stress yang berkembang (berpengaruh) di daerah2
tsb.
Permasalahannya, aku nggak punya (harus cari lagi kalau mau) data
distribusi jenis tanah timbunan, apakah boleh kalau aku anggap homogen
dan cukup satu bulk density saja yang aku pake ?.  Sehingga rumusnya
Load = gamma x h aku simpilfy menjadi h saja, aku baca rumus ini dipake
untuk Coal.

Kalau pernah ada yang lakukan ini, bisakah sharing idea. 

Regards/Salam,
MJ Djuharlan
GRS Engineering Dumps & Projects
Phone: 541-7491 (K), 352-090 (R)
Mobile: 0812-33-87176
Trunk: 201-2001-691


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik Yahdi Zaim
Pak Koesoemadinata Yth.,
Bapak menanyakan tentang referensi sebagaimana dalam email Bapak:
> Apakah "age-dating" ini bisa dikutip dan apakah referensinya  yang dapat
> dipakai untuk digunakan studi?
> Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
> RPK

Berikut ini beberapa publikasi berkenaan dengan hasil pentarikhan dan study
paleomagnetisme batuan volkanik yang bisa dirujuk sebagai berikut:
1. La Ode Ngkoimani, Satria Bijaksana and The How Liong, 2004: The
Suitability of Andesitic Rocks from Yogyakarta for Paleomagnetic Study,
Proc. PIT 29 HAGI, Yogyakarta.
2. La Ode Ngkoimani, S. Bijaksana, H. Utoyo and S. Permanadewi, 2004: New
K-Ar Ages of Igneous Rocks from Yogyakarta (Abstract), Workshop on Paleogene
Stratigraphy of Jawa.
3. S. Bijaksana, S.Bronto, L.O. Ngkoimani and S. Mulyaningsih, 2004 :
Eruption Centre of Pillow Lavas in Brebah Area, Yogyakarta
(Abstract),Workshop on Paleogene Stratigraphy of Jawa
4. S. Bronto, S. Bijaksana, P.Sanyoto, L.O. Ngkoimani and S. Mulyaningsih,
2004 : Preliminary Study of Jawa Paleogene Volcanism (Abstract),Workshop on
Paleogene Stratigraphy of Jawa.
5. Disertasi S3 Sdr. L.O. Ngkoimani, tetapi Ngkoimani baru akan Sidang
Terbuka S3-nya di ITB tanggal 10 September 2005 mendatang.

Mudah-mudahan beberapa referensi di atas bisa memenuhi referensi yang Bapak
tanyakan/perlukan.

Terima kasih,

Salam Hormat saya,

Yahdi Zaim

- Original Message - 
From: "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, September 06, 2005 8:08 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa


> Apakah "age-dating" ini bisa dikutip dan apakah referensinya  yang dapat
> dipakai untuk digunakan studi?
> Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
> RPK
> - Original Message - 
> From: "Yahdi Zaim" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Tuesday, September 06, 2005 7:58 AM
> Subject: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
>
>
> > Maaf Rekan2 Yth.,
> > Melengkapi informasi tentang hasil "dating", Bronto et al. (2004) juga
> > melaporkan hasil pentarikhan batuan volkanik Formasi Jatibarang yang
> > disebut
> > sebagai Cibitung Caldera, berumur 59+/- 1.94 jtl dan batuan lava andesit
> > dari Sungai Ngalang, selatan Subang berumur 58.85+/- 3.24 jtl.yang
> > keduanya
> > menunjukkan Akhir Kapur - Awal Eosen, seusia dengan hasil pentarikhan
> > batuan
> > volkanik Watuadeg yang 56 atau 58 jtl.
> >
> > Wassalam,
> >
> > Yahdi Zaim
> >
> > - Original Message - 
> > From: "Yahdi Zaim" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Tuesday, September 06, 2005 7:44 AM
> > Subject: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa
> >
> >
> >> Rekan2 yth.,
> >> Dating contoh batuan volkanik dari  Watuadeg - Yogyakarta yang
dilakukan
> >> oleh La Ode Ngkoimani, mahasiswa S3 Dept. Fisika ITB menghasilkan umur
56
> >> jtl dan dari Kulonprogo 75 jtl. Pentarikhan tersebut dilakukan dengan
> > metoda
> >> K-Ar di Lab. Australia. Contoh yang sama dari Watuadeg, menurut
informasi
> >> dari La Ode Ngkoimani kemarin siang ketika berbincang-bincang di ruang
> > saya,
> >> juga telah di-dating dengan metoda K-Ar di sebuah Lab. di Amerika,
> >> menghasilkan umur 58 jtl. Kelihatannya, angka 56 jtl dari Australia,
> > "masih"
> >> bisa dianggap bersesuaian dengan angka 58 jtl dari Amerika. Jadi, hasil
> >> pentarikhan La Ode Ngkoimani yang 56 jtl. mestinya  bisa kita katakan
> >> "absolutely right" ketimbang "absolutely wrong". Lagipula, menurut
Bronto
> > et
> >> al. (2004), ada batuan volkanik di selatan Palabuhanratu, Jawa Barat,
> > dalam
> >> peta geologi dimasukkan dalam Formasi Citirem yang berumur Mesozoikum.
> > Oleh
> >> sebab itu, kelihatannya, angka2 56 dan 58 jtl untuk batuan volkanik
dari
> >> Watuadeg, 75 jtl. dari Kulonprogo dan batuan volkanik Formasi Citirem
> >> yang
> >> Mesozoik bukan masalah lagi, karena merupakan hasil penelitian dan
kajian
> >> ilmiah yang bisa dipertanggung - jawabkan. Yang sangat menarik dari
hasil
> >> pentarikhan tersebut adalah implikasinya terhadap perkembangan geologi
> > Pulau
> >> Jawa. Kini kita memiliki data umur yang cukup tua (Mesozoikum) di
> >> Yogyakarta - Kulon Progo - Karangsambung dan Selatan Palabuhanratu,
Jawa
> >> Barat. Adalah tantangan bagi kita semua untuk melihat dan mengkaji
> >> kembali
> >> geologi sejarah Pulau Jawa, termasuk perkembangan geodinamika dan
> >> proses-proses geologi lainnya.
> >>
> >> Wassalam,
> >>
> >> Yahdi Zaim
> >>
> >>
> >> - Original Message - 
> >> From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
> >> To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
> >> Sent: Thursday, September 01, 2005 5:32 PM
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] FW: [GeoUgm90] Tanya soal Jatibarang
volcanics
> >>
> >>
> >> OAF berumur 75-17 Ma (Latest Cretaceous-Early Miocene) ? Betapa lebar
> >> kisaran umurnya. Ini bisa mengakomodasi sampai tiga periode volkanisme
di
> >> Jawa. OAF menurut penemunya (Verbeek and Fennema, 1896, Geologie
> >> Beschrijving van Java) hanya Oligo-Miosen. K

[iagi-net-l] EMail Address Alit

2005-09-06 Terurut Topik Dwi_Mandhiri

Maaf numpang jalur umum, tolong ada yang bisa beri informasi email
address-nya Alit.

terimakasih,
mandhiri


The  information contained in this communication is intended solely for the
use  of  the  individual  or  entity  to  whom  it  is addressed and others
authorized to receive it. It may contain confidential or legally privileged
information.  If you are not the intended recipient you are hereby notified
that any disclosure, copying, distribution or taking any action in reliance
on  the  contents  of  this  information  is strictly prohibited and may be
unlawful.  If  you have received this communication in error, please notify
us  immediately  by  responding  to this email and then delete it from your
system. CNOOC is neither liable for the proper and complete transmission of
the  information  contained  in this communication nor for any delay in its
receipt.



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Apakah lokasi dari contoh2 agedating ini bisa saya dapatkan? (dalam 
coordinate lat/long) atau paling tidak nama formasinya pada peta P3G

Terima kasih
RPK

- Original Message - 
From: "Yahdi Zaim" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, September 06, 2005 7:44 AM
Subject: [iagi-net-l] Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa



Rekan2 yth.,
Dating contoh batuan volkanik dari  Watuadeg - Yogyakarta yang dilakukan
oleh La Ode Ngkoimani, mahasiswa S3 Dept. Fisika ITB menghasilkan umur 56
jtl dan dari Kulonprogo 75 jtl. Pentarikhan tersebut dilakukan dengan 
metoda

K-Ar di Lab. Australia. Contoh yang sama dari Watuadeg, menurut informasi
dari La Ode Ngkoimani kemarin siang ketika berbincang-bincang di ruang 
saya,

juga telah di-dating dengan metoda K-Ar di sebuah Lab. di Amerika,
menghasilkan umur 58 jtl. Kelihatannya, angka 56 jtl dari Australia, 
"masih"

bisa dianggap bersesuaian dengan angka 58 jtl dari Amerika. Jadi, hasil
pentarikhan La Ode Ngkoimani yang 56 jtl. mestinya  bisa kita katakan
"absolutely right" ketimbang "absolutely wrong". Lagipula, menurut Bronto 
et
al. (2004), ada batuan volkanik di selatan Palabuhanratu, Jawa Barat, 
dalam
peta geologi dimasukkan dalam Formasi Citirem yang berumur Mesozoikum. 
Oleh

sebab itu, kelihatannya, angka2 56 dan 58 jtl untuk batuan volkanik dari
Watuadeg, 75 jtl. dari Kulonprogo dan batuan volkanik Formasi Citirem yang
Mesozoik bukan masalah lagi, karena merupakan hasil penelitian dan kajian
ilmiah yang bisa dipertanggung - jawabkan. Yang sangat menarik dari hasil
pentarikhan tersebut adalah implikasinya terhadap perkembangan geologi 
Pulau

Jawa. Kini kita memiliki data umur yang cukup tua (Mesozoikum) di
Yogyakarta - Kulon Progo - Karangsambung dan Selatan Palabuhanratu, Jawa
Barat. Adalah tantangan bagi kita semua untuk melihat dan mengkaji kembali
geologi sejarah Pulau Jawa, termasuk perkembangan geodinamika dan
proses-proses geologi lainnya.

Wassalam,

Yahdi Zaim


- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, September 01, 2005 5:32 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: [GeoUgm90] Tanya soal Jatibarang volcanics


OAF berumur 75-17 Ma (Latest Cretaceous-Early Miocene) ? Betapa lebar
kisaran umurnya. Ini bisa mengakomodasi sampai tiga periode volkanisme di
Jawa. OAF menurut penemunya (Verbeek and Fennema, 1896, Geologie
Beschrijving van Java) hanya Oligo-Miosen. Kebobutak, Gabon, Totogan,
Jampang di selatan Jawa adalah contoh-contohnya; ini semua 
volkanik-klastik

Oligo-Miosen.

OAF adalah volcanic arc pertama di Jawa yang jelas, dan ini didukung oleh
distribusi dominasi sebaran umur volkanik berdasarkan K-Ar dan fission
track. Yang lebih tua dari itu, Eosen maksudnya, hanya background 
volcanism.


Saya sukar membayangkan skenario tektonik-volkanik umur 75 Ma masuk di
Pegunungan Selatan Jawa kemudian disebut OAF. Kita tak pernah punya 
volcanic
arc berumur lebih tua dari Eosen di selatan Jawa. Kalau ada, ini akan 
sulit

menghubungkannya dengan arcs umur lain seperti kata Pak Bambang. Latest
Cretaceous arcs hanya ada di utara Jawa dengan pasangan subduction di
Ciletuh-Luk Ulo-Bantimala. Lalu baru membentuk arc lagi pada Oligo-Miosen 
di
selatan Jawa sampai Nusa Tenggara yang terkenal sekarang sebagai 
Pegunungan

Selatan. Pasangan subduction-nya ada di submarine ridges selatan Jawa
sekarang atau non-volcanics islands barat Sumatra sekarang.

Di mana volcanic arc Eosen ? Kuncinya, kelihatannya ada di Bayah dan
Jatibarang. Tetapi riset petro-tektonik di dua daerah itu kurang sehingga
kita tak tahu dengan jelas. Sebagian spekulasi menghubungkan volkanik 
Eosen

Bayah dengan volkanik Eosen Jatibarang. Ini harus diklarifikasi dulu.

Umur volkanik 75 Ma di Jawa selatan akan memerlukan subduction yang jauh 
ke

offshore selatan Jawa. Bagaimana hubungannya dengan volcanic arc seumur di
Laut Jawa yang sekarang diskenariokan hasil subduction di Ciletuh-Luk Ulo.
Tak mungkin ada double subduction pada umur itu dengan kedua volcanic arc
muncul di utara dan selatan Jawa. Lalu, Latest Cretaceous volcanic arc di
Jawa selatan akan tidak bisa diterima oleh konsep migrasi orogen yang
menjauhi perisai benua, dan tak akan bisa diterima juga oleh mekanisme
kemiringan subduction pada zone Wadati-Benioff.

Maka, lebih baik diperiksa ulang umur 75 Ma itu, K-Ar dating bisa meleset.
Lagipula, satu sampel berumur itu tak akan mewakili seluruh Jawa selatan
tentunya. Posisi paleomagnetik (paleo-latitude) sampel ini menjadi penting
untuk klarifikasi, seperti kata Pak Bambang.

Pak Satria Bijaksana 2 tahun lalu di PIT HAGI-IAGI 2003 Jakarta 
menampilkan
riset S3-nya tentang paleomagnetik Jawa. Tetapi sebaran sampel hanya 
banyak
untuk selatan Jawa Timur. Kesimpulannya, Jawa Timur pernah menduduki 
posisi

lebih selatan dibandingkan sekarang. Tentu saja, ini sebagian kecil dari
grand movement sejak Late Mesozoic untuk seluruh SE Asia bahwa pergerakan
kontinen dan busur kepulauan menuju Equator

Re: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa

2005-09-06 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Apakah "age-dating" ini bisa dikutip dan apakah referensinya  yang dapat 
dipakai untuk digunakan studi?

Atau e-mail Anda bisa saya gunakan sebagai referensi?
RPK
- Original Message - 
From: "Yahdi Zaim" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, September 06, 2005 7:58 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa



Maaf Rekan2 Yth.,
Melengkapi informasi tentang hasil "dating", Bronto et al. (2004) juga
melaporkan hasil pentarikhan batuan volkanik Formasi Jatibarang yang 
disebut

sebagai Cibitung Caldera, berumur 59+/- 1.94 jtl dan batuan lava andesit
dari Sungai Ngalang, selatan Subang berumur 58.85+/- 3.24 jtl.yang 
keduanya
menunjukkan Akhir Kapur - Awal Eosen, seusia dengan hasil pentarikhan 
batuan

volkanik Watuadeg yang 56 atau 58 jtl.

Wassalam,

Yahdi Zaim

- Original Message - 
From: "Yahdi Zaim" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, September 06, 2005 7:44 AM
Subject: Batuan Volkanik Mesozoik Pulau Jawa



Rekan2 yth.,
Dating contoh batuan volkanik dari  Watuadeg - Yogyakarta yang dilakukan
oleh La Ode Ngkoimani, mahasiswa S3 Dept. Fisika ITB menghasilkan umur 56
jtl dan dari Kulonprogo 75 jtl. Pentarikhan tersebut dilakukan dengan

metoda

K-Ar di Lab. Australia. Contoh yang sama dari Watuadeg, menurut informasi
dari La Ode Ngkoimani kemarin siang ketika berbincang-bincang di ruang

saya,

juga telah di-dating dengan metoda K-Ar di sebuah Lab. di Amerika,
menghasilkan umur 58 jtl. Kelihatannya, angka 56 jtl dari Australia,

"masih"

bisa dianggap bersesuaian dengan angka 58 jtl dari Amerika. Jadi, hasil
pentarikhan La Ode Ngkoimani yang 56 jtl. mestinya  bisa kita katakan
"absolutely right" ketimbang "absolutely wrong". Lagipula, menurut Bronto

et

al. (2004), ada batuan volkanik di selatan Palabuhanratu, Jawa Barat,

dalam

peta geologi dimasukkan dalam Formasi Citirem yang berumur Mesozoikum.

Oleh

sebab itu, kelihatannya, angka2 56 dan 58 jtl untuk batuan volkanik dari
Watuadeg, 75 jtl. dari Kulonprogo dan batuan volkanik Formasi Citirem 
yang

Mesozoik bukan masalah lagi, karena merupakan hasil penelitian dan kajian
ilmiah yang bisa dipertanggung - jawabkan. Yang sangat menarik dari hasil
pentarikhan tersebut adalah implikasinya terhadap perkembangan geologi

Pulau

Jawa. Kini kita memiliki data umur yang cukup tua (Mesozoikum) di
Yogyakarta - Kulon Progo - Karangsambung dan Selatan Palabuhanratu, Jawa
Barat. Adalah tantangan bagi kita semua untuk melihat dan mengkaji 
kembali

geologi sejarah Pulau Jawa, termasuk perkembangan geodinamika dan
proses-proses geologi lainnya.

Wassalam,

Yahdi Zaim


- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, September 01, 2005 5:32 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: [GeoUgm90] Tanya soal Jatibarang volcanics


OAF berumur 75-17 Ma (Latest Cretaceous-Early Miocene) ? Betapa lebar
kisaran umurnya. Ini bisa mengakomodasi sampai tiga periode volkanisme di
Jawa. OAF menurut penemunya (Verbeek and Fennema, 1896, Geologie
Beschrijving van Java) hanya Oligo-Miosen. Kebobutak, Gabon, Totogan,
Jampang di selatan Jawa adalah contoh-contohnya; ini semua

volkanik-klastik

Oligo-Miosen.

OAF adalah volcanic arc pertama di Jawa yang jelas, dan ini didukung oleh
distribusi dominasi sebaran umur volkanik berdasarkan K-Ar dan fission
track. Yang lebih tua dari itu, Eosen maksudnya, hanya background

volcanism.


Saya sukar membayangkan skenario tektonik-volkanik umur 75 Ma masuk di
Pegunungan Selatan Jawa kemudian disebut OAF. Kita tak pernah punya

volcanic

arc berumur lebih tua dari Eosen di selatan Jawa. Kalau ada, ini akan

sulit

menghubungkannya dengan arcs umur lain seperti kata Pak Bambang. Latest
Cretaceous arcs hanya ada di utara Jawa dengan pasangan subduction di
Ciletuh-Luk Ulo-Bantimala. Lalu baru membentuk arc lagi pada Oligo-Miosen

di

selatan Jawa sampai Nusa Tenggara yang terkenal sekarang sebagai

Pegunungan

Selatan. Pasangan subduction-nya ada di submarine ridges selatan Jawa
sekarang atau non-volcanics islands barat Sumatra sekarang.

Di mana volcanic arc Eosen ? Kuncinya, kelihatannya ada di Bayah dan
Jatibarang. Tetapi riset petro-tektonik di dua daerah itu kurang sehingga
kita tak tahu dengan jelas. Sebagian spekulasi menghubungkan volkanik

Eosen

Bayah dengan volkanik Eosen Jatibarang. Ini harus diklarifikasi dulu.

Umur volkanik 75 Ma di Jawa selatan akan memerlukan subduction yang jauh

ke
offshore selatan Jawa. Bagaimana hubungannya dengan volcanic arc seumur 
di
Laut Jawa yang sekarang diskenariokan hasil subduction di Ciletuh-Luk 
Ulo.

Tak mungkin ada double subduction pada umur itu dengan kedua volcanic arc
muncul di utara dan selatan Jawa. Lalu, Latest Cretaceous volcanic arc di
Jawa selatan akan tidak bisa diterima oleh konsep migrasi orogen yang
menjauhi perisai benua, dan tak akan bisa diterima juga oleh mekanisme
kemiringan subduction pada zone Wadati-Benioff.

Maka, lebih baik diperik

RE: [iagi-net-l] FW: [GeoUgm90] Tanya soal Jatibarang volcanics

2005-09-06 Terurut Topik soegiri
Pak-Bapak,
Terima kasih atas pencerahannya, semua yang pak-bapak berikan telah saya
forward ke temen yang lagi research untuk S3 di Fukuoka Jepang, Semoga
bermanfaat bagi kita umumnya dan bagi dia khususnya.
Nuwun.

Soegiri


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, September 05, 2005 10:50 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] FW: [GeoUgm90] Tanya soal Jatibarang volcanics


Karena geologi bertanggung jawab menerangkan ruang-waktu, maka kondisi ruang
dalam suatu waktu pada masa lampau menjadi penting. Lebih-lebih lagi, semua
yang kita peroleh sekarang ini - pegunungan, lautan, mineral, minyak dan gas
bumi -adalah hasil proses historis. Agar dapat memahaminya dengan baik, mau
tidak mau kita harus bergelut dengan proses-proses natural history - sejarah
alam.

Suatu rekonstruksi geologi dibangun atas sejumlah data dasar yang tercatat
pada batuan seperti umur relatif, umur absolut, dan posisi paleomagnetik.
Sekumpulan hard data ini akan berbicara bila kita menjalankannya dengan
konsep-konsep geologi yang telah terbukti benar.

Rekontsruksi juga harus harmonis antar berbagai unsurnya dan wajar secara
ruang-waktu dan sesuai dengan bagaimana Bumi Pertiwi ini beroperasi. Sebuah
data yang menyimpang dan jauh keluar dari jalurnya tak akan segera merusak
rekontruksi yang sudah harmonis. Harus dicermati dulu, apakah data ini
benar. Juga, harus dicermati dulu apakah ia signifikan secara keruangan.
Kalau data benar dan secara keruangan signifikan, maka tak ada alasan untuk
menolak sebuah revisi rekontruksi.

"Oud Andesiet" atau old andesite hanyalah istilah relatif yang suka dipakai
Verbeek dan Fennema dan diikuti semua geologists Belanda sesudahnya yang
bekerja di Jawa (van Bemmelen, Duyfjes, dll.) dan mendapatkan tempat khusus
di buku van Bemmelen. Setua apa ia, tak ada data absolut di buku2 sumbernya,
tetapi ia lebih tua dari andesit gunungapi2 Kuarter yang menumpahkan
piroklastik calk-alkaline, dan lebih muda dari Paleosen. van Bemmelen sering
menggolongkannya sebagai Oligo-Miosen. Maka, 75 Ma (Campanian, Late
Cretaceous) jelas bukan Old Andesite.

Dating K-Ar memang tahun2 belakangan ini banyak diserang. Tetapi, ia hanya
diserang sesudah ditemukan metode2 geokronologi canggih-supercanggih. Tak
semua K-Ar dating patut diragukan. Saya hanya mengetesnya dengan
keharmonisannya dengan rekontruksi tektonik. Sebuah misal. Dating K-Ar yang
menyeluruh menyimpulkan bahwa umur volkanisme Jawa pertama yang jelas adalah
Oligo-Miosen. Kemudian, ada selang tanpa volkanisme di antara 18-12 Ma. Saya
percaya dengan itu karena ini harmonis dengan banyak unsur geologi yang
terkait dalam ruang dan waktu yang berhubungan seperti tektonik atau
sedimentasi karbonat (secara dominan, karbonat di Jawa selatan tak muncul
saat volkanisme Oligo-Miosen terjadi, lalu mereka tiba-tiba menjadi mulai
dominan di Miosen Tengah post 18 Ma saat volkanime menurun).

Benang merahnya, kita dapat menguji keabsahan suatu data baru di geologi
yang menunjukkan anomali dengan dua cara : (1) mengujinya dengan metode
analisis yang lebih canggih, (2) menaruh data itu apa adanya di ruang-waktu
geologi dan melihat keharmonisannya dengan sejarah alam.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
On 9/1/05, Awang Satyana wrote:
> OAF berumur 75-17 Ma (Latest Cretaceous-Early Miocene) ? Betapa lebar
kisaran umurnya. Ini bisa mengakomodasi sampai tiga periode volkanisme di
Jawa. OAF menurut penemunya (Verbeek and Fennema, 1896, Geologie
Beschrijving van Java) hanya Oligo-Miosen. Kebobutak, Gabon, Totogan,
Jampang di selatan Jawa adalah contoh-contohnya; ini semua volkanik-klastik
Oligo-Miosen.
>
>  cut 

Mungkin karena metodenya. K-Ar kalau ngga salah sangat-sangat
dipengaruhi proses hydrothermal, sehingga proses yag terakhir akan
menunjukkan hasilnya. Nah kisaran itu barangkali saja muncul akibat
agggregat prses yg sudah dilaluinya.
Jadi, akan ada pengaruh akurasi serta presisi dari metode K-AR itu sendiri.

Mungkinkah 75 Ma ?
Sulitnya disini kita sudah mendefinisikan OAF sebagai satu kesatuan
proses, mekanisme dan umur. Apalagi bahwa istilah OAF mengandung
kata-kata "Old", yang selalu mengundang pertanyaan "how old ?" ataupun
"older that what ?".

Saya sepakat dengan pendekatan Pak Awang selama ini dengan pendekatan
historis, atau kesatuan proses dengan yang lain. Walopun itu hal
inilah yg paling sulit dalam 'geological science protocol' dan
tentusaja dapat misleading, tetapi geologist selalu saja akan dituntut
untuk menjelaskan secara historis.

Salam
RDP

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratn