Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik mayasari widihastuti
Yang ideal memang seseorang diharapkan dapat berpenampilan yang santun diiringi 
perilaku yang santun pula, namun setiap orang memiliki proses yang mungkin 
panjang untuk sampai ke tahap ideal ini. Secara pribadi, saya lebih memilih 
untuk senantiasa membawa diri saya ke arah ideal ini, walaupun sangat tidak 
mudah. Tapi, etika sosial dan etika agama bagi saya sudah lebih dari cukup 
sebagai pengontrol diri untuk dapat menampilkan diri dengan kemasan dan 
perilaku yang santun.
Peace.   

A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Bagi saya, biar pun orang tersebut jujur, santun, dsb,
tapi kalau ke mana2 telanjang di depan umum (termasuk
di depan anak kecil), tetap saja ada yang kurang...:)


--- Carla Annamarie <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> betul bgt..pak...
> temen2 saya ada yang berpakaian ala gothic, piercing
> on the nose and
> tongues..tp mereka drink no alcohol, no smoking, and
> campaigning abt
> bahayanya drugs abuse..., gak pernah menghujat
> orang, malah helpful bgt, i
> think they re not hipocrite..sering orang yang very
> religious, agamawi, n
> punya self-righteous yang tinggi..melihat orang dari
> sebelah mata...,
> padahal i think if ppl want to look by heart not by
> eyes...it's surely give
> a lots of different...
> 
> 
> 
> 
> 
>   
>  "RM Danardono  
>   
>  HADINOTO"  
>   
>  <[EMAIL PROTECTED]  
>To 
>  oo.de>   
> ppiindia@yahoogroups.com
>  Sent by:   
>cc 
>  [EMAIL PROTECTED]  
>   
>  ups.com
>   Subject 
>Meniru Budaya
> Telanjang - Re:   
>[ppiindia]
> Re: Mengapa Kita Perlu   
>  06/06/2005 03:36  Meniru Barat?
> (lagi2 si ulil..) 
>  PM 
>   
> 
>   
> 
>   
>  Please respond to  
>   
>  [EMAIL PROTECTED]  
>   
>   ups.com   
>   
> 
>   
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "kucing_liar1"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang
> perempuan mau pakai
> > baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga
> lelaki.
> >
> > Never judge people dari cara dia berpakaian!
> >
> > Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat
> integritas.Percaya
> lha
> > Pak.
> > Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu
> perempuan sundal atau yg
> > berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti
> yg
> > dicitrakannya,begitu sebaliknya.
> >
> >
> > Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana
> seseorang berpakaian.
> >
> > Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan
> gampang dijadikan
> > jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge
> orang dengan
> > pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or
> later bahwa yg anda
> > sangkakan itu sangatlah sumir.
> >
> >
> > 'salam
> >
> -
> Exactly!. Saya ada kenalan wanita Indonesia disini,
> yang kadang
> kadang 5 kali seminggu ke gereja, tiap pagi jam
> 06.00, tetapi rajin
> menghujat. Yang lain, rajin membuat tanda salib
> sebelum makan, tetapi
> hidup macam... nah ya..
> 
> begitu juga busana.
> 
> 
> >
> >
> >
> >
> > Subject
> > >Meniru
> Budaya Telanjang -
> > Re:
> > >  06/06/2005 09:09 
> [ppiindia] Re: Mengapa
> Kita
> > Perlu
> > >  AMMeniru
> Barat? (lagi2 si
> > ulil..)
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > >  Please respond
> > to
> > >
> > [EMAIL PROTECTED]
> > >
> > ups.com
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > A Nizami wrote:
> > > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia
> adalah budaya
> > > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> hingga
> > > > bugil hingga maraknya pornografi dan
> perkosaan, serta
> > > > semangat merubah2 agama.
> > >
> > > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah
> untuk bisa bangkit.
> > wong
> > > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun
> terus. kalo
> dilihat
> > > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai
> menuai hasil
> > > menghancurkan generasi

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik Lina Dahlan
ya udah..kita telanjang aja semua, biar gak ada perkosaan...:-)))

Kalo dipedalaman gak ada perkosaan karena mereka memang gak kenal 
kata itu, mereka cuma tau (mungkin) free sex...he..he...
Free sex merekapun bukan karena meniru budaya barat. 

Gitu aja deh. Gak tau sih gimana suku pedalaman itu membuat 
peraturan untuk kaumnya sendiri. gaptek!

wassalam,

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya kira yang dimaksudkan bukan telanjang bulat, karena 
sebahagian dari > masyarakat Indonesia juga telanjang bulat, tetapi  
dalam mengatur masyarakat > dan kemajuan dalam bidang ilmu 
pengetahuan maupun teknologi modern. Bukankah > hal-hal demikian 
sangat dibutuhkan untuk membawa Indonesia di abad > kontemporer 
untuk keluar dari keterbelakangan dan lingkaran rantai 
> kemiskian?
> 
> Bila dikaitkan telajang bulat dengan perkosaan, patut dilihat  
pada penduduk > masyarakat yang masih telanjang bulat atau setengah 
telanjang bulat seperti > misalnya masyarakat orang Indian di 
Amazona [Brasilia] atau juga penduduk di > pedalaman Papua. Atau 
juga dulu di Bali dimana wanita "topless". Apakah > pada masyarakat 
demikian ini  adalah secara umum sering terjadi perkosaan? 
> Jawaban dari pertanyaan demikian adalah  negatif.
> 
> Mengenai perkosaan, kalau  diikuti berita-berita TKW  Indonesia di 
Timur > Tengah pasti akan mengajak kita untuk berpikir lebih jauh.
> 
> Wasssalam,
> 
> 
> - Original Message - 
> From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: ; "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, June 06, 2005 3:34 AM
> Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita 
Perlu 
> Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> 
> 
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > semangat merubah2 agama.
> >
> > Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> > dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
> >
> > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >> heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> >>
> >> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> >> wrote:
> >> >
> >> > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> >> > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> >> > 31/05/2005
> >> > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> >> dicontohkan oleh
> >> Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> >> atas kehidupan,
> >> dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >>
> >> dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> >> Barat harus ditiru
> >> secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> >> dirinya (truisme).
> >> Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> >> >
> >> > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> >> yang dihadapi
> >> Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> >> Jepang dihadapkan
> >> pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> >> Barat atau tetap
> >> berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> >> total dari pengaruh
> >> asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> >> di harian Al
> >> Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> >> benar: tirulah
> >> Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> >> peralihan abad 20
> >> mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> >> sana terdapat hal-
> >> hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> >> Kalau kita
> >> baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> >> Hourani, akan
> >> tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> >> meniru Barat begitu
> >> menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> >> 19 dan awal abad
> >> 20.
> >> > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> >> terutama dimulai dari
> >> Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> >> "Perang Tujuh
> >> Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> >> mana negara-
> >> negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> >> Rezim-rezim otoriter di
> >> Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> >> Barat" gagal memenuhi
> >> harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> >> dengan jargon besar
> >> yang menipu, "Al Isla

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik Ambon
Saya kira yang dimaksudkan bukan telanjang bulat, karena sebahagian dari 
masyarakat Indonesia juga telanjang bulat, tetapi  dalam mengatur masyarakat 
dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi modern. Bukankah 
hal-hal demikian sangat dibutuhkan untuk membawa Indonesia di abad 
kontemporer untuk keluar dari keterbelakangan dan lingkaran rantai 
kemiskian?

Bila dikaitkan telajang bulat dengan perkosaan, patut dilihat  pada penduduk 
masyarakat yang masih telanjang bulat atau setengah telanjang bulat seperti 
misalnya masyarakat orang Indian di Amazona [Brasilia] atau juga penduduk di 
pedalaman Papua. Atau juga dulu di Bali dimana wanita "topless". Apakah 
pada masyarakat demikian ini  adalah secara umum sering terjadi perkosaan? 
Jawaban dari pertanyaan demikian adalah  negatif.

Mengenai perkosaan, kalau  diikuti berita-berita TKW  Indonesia di Timur 
Tengah pasti akan mengajak kita untuk berpikir lebih jauh.

Wasssalam,


- Original Message - 
From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, June 06, 2005 3:34 AM
Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu 
Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)


> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.
>
> Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
>
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>> heheheheceritanya Ulil lagi neh...
>>
>> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
>> wrote:
>> >
>> > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
>> > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
>> > 31/05/2005
>> > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
>> dicontohkan oleh
>> Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
>> atas kehidupan,
>> dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
>>
>> dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
>> Barat harus ditiru
>> secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
>> dirinya (truisme).
>> Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
>> >
>> > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
>> yang dihadapi
>> Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
>> Jepang dihadapkan
>> pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
>> Barat atau tetap
>> berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
>> total dari pengaruh
>> asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
>> di harian Al
>> Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
>> benar: tirulah
>> Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
>> peralihan abad 20
>> mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
>> sana terdapat hal-
>> hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
>> Kalau kita
>> baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
>> Hourani, akan
>> tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
>> meniru Barat begitu
>> menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
>> 19 dan awal abad
>> 20.
>> > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
>> terutama dimulai dari
>> Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
>> "Perang Tujuh
>> Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
>> mana negara-
>> negara Arab kalah perang terhadap Israel.
>> Rezim-rezim otoriter di
>> Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
>> Barat" gagal memenuhi
>> harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
>> dengan jargon besar
>> yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
>> itu memupus
>> warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
>> semacam Rifa'ah
>> Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
>> itu, dikesankan
>> seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
>> sekali bertolak
>> belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
>> "dekaden" secara moral.
>> Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
>> yang memusuhi hasil-
>> hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
>> sistem demokrasi.
>> Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
>> kekalahan kedua setelah
>> kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
>> >
>> > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa
>> Arab adalah warisan
>> institusi negara di sana yang begitu raksasa.
>> Kekuatan-kekua

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik Ida Z.A
gak hanya papua,di negara ntah berantah pun yg namanya belum 
tersentuh/terjamah tangan2 manusia berakal n belum ada pencerahan ke 
arah yg benar ya hasilnya bakal tetap seperti aslinya..telanjang 
kayak gitu...masyarakat primitif seperti itu tidak bisa kita katakan 
meniru barat. apa yg mesti ditiru, wong yg mereka tau cuma kelompok n 
wilayah mereka sendiri. terisolasi.

Barat yg notabenenya adl manusia "berakal" "modern" "intelek" namun 
mereka kembali pada kebiasaan jahiliyah...bertelanjang dada dsb itu 
yg aneh n norakk...wong udah dikasih akal malah disia-siakan.

salam,

--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 
> --- elok dyah messwati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita
> > sebangsa  yang telanjang...
> > masak itu meniru Barat?
> > 
> > - Original Message -
> > From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: ; "sabili"
> > <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
> > Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia]
> > Re: Mengapa Kita Perlu
> > Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> > 
> > 
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah
> > budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> > hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan,
> > serta
> > > semangat merubah2 agama.
> > >
> > > Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau
> > mandiri
> > > dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon"
> > <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam
> > sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan
> > rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya
> > ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat.
> > Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran
> > dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis
> > seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu,
> > intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan
> > meniru
> > > > Barat atau tetap
> > > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup
> > diri
> > > > total dari pengaruh
> > > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal
> > ini
> > > > di harian Al
> > > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang
> > ternyata
> > > > benar: tirulah
> > > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > > peralihan abad 20
> > > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena
> > di
> > > > sana terdapat hal-
> > > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > > Kalau kita
> > > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya
> > Albert
> > > > Hourani, akan
> > > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > > meniru Barat begitu
> > > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada
> > abad
> > > > 19 dan awal abad
> > > > 20.
> > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > > terutama dimulai dari
> > > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman
> > pahit
> > > > "Perang Tujuh
> > > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun
> > 1967 di
> > > > mana negara-
> > > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > > Rezim-rezim otoriter di
> > > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > > Barat" gagal memenuhi
> > > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > > deng

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik eka zulkarnain

Memangnya budaya Barat telanjang doang? Banyak
semangat lain yang kita perlu tiru? Bukan yang
negatifnya yang perlu kita tiru. Makanya bangsa ini
harus digiring ke arah yang lebih positif...



--- Carla Annamarie <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> good point...:))
> 
> 
> 
> 
>   
>  "elok dyah 
>   
>  messwati"  
>   
>  <[EMAIL PROTECTED]>  
>To 
>  Sent by: 
>   
>  [EMAIL PROTECTED]  
>cc 
>  ups.com
>   
> 
>   Subject 
>Re: Meniru
> Budaya Telanjang - Re:   
>  06/06/2005 03:57  [ppiindia]
> Re: Mengapa Kita Perlu   
>  PMMeniru Barat?
> (lagi2 si ulil..) 
> 
>   
> 
>   
>  Please respond to  
>   
>  [EMAIL PROTECTED]  
>   
>   ups.com   
>   
> 
>   
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita
> sebangsa  yang
> telanjang...
> masak itu meniru Barat?
> 
> - Original Message -----
> From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: ; "sabili"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
> Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia]
> Re: Mengapa Kita Perlu
> Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> 
> 
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah
> budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan,
> serta
> > semangat merubah2 agama.
> >
> > Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau
> mandiri
> > dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
> >
> > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > > >
> > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > 31/05/2005
> > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam
> sudah
> > > dicontohkan oleh
> > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan
> rasionalisasi
> > > atas kehidupan,
> > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya
> ditempatkan
> > >
> > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat.
> Bahwa
> > > Barat harus ditiru
> > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran
> dalam
> > > dirinya (truisme).
> > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > >
> > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis
> seperti
> > > yang dihadapi
> > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu,
> intelektual
> > > Jepang dihadapkan
> > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan
> meniru
> > > Barat atau tetap
> > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup
> diri
> > > total dari pengaruh
> > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal
> ini
> > > di harian Al
> > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang
> ternyata
> > > benar: tirulah
> > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > peralihan abad 20
> > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena
> di
> > > sana terdapat hal-
> > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > Kalau kita
> > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya
> Albert
> > > Hourani, akan
> > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > meniru Barat begitu
> > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada
> abad
> > > 19 dan awal abad
> > > 20.
> > > > 

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik A Nizami
Bagi saya, biar pun orang tersebut jujur, santun, dsb,
tapi kalau ke mana2 telanjang di depan umum (termasuk
di depan anak kecil), tetap saja ada yang kurang...:)


--- Carla Annamarie <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> betul bgt..pak...
> temen2 saya ada yang berpakaian ala gothic, piercing
> on the nose and
> tongues..tp mereka drink no alcohol, no smoking, and
> campaigning abt
> bahayanya drugs abuse..., gak pernah menghujat
> orang, malah helpful bgt, i
> think they re not hipocrite..sering orang yang very
> religious, agamawi, n
> punya self-righteous yang tinggi..melihat orang dari
> sebelah mata...,
> padahal i think if ppl want to look by heart not by
> eyes...it's surely give
> a lots of different...
> 
> 
> 
> 
> 
>   
>  "RM Danardono  
>   
>  HADINOTO"  
>   
>  <[EMAIL PROTECTED]  
>To 
>  oo.de>   
> ppiindia@yahoogroups.com
>  Sent by:   
>cc 
>  [EMAIL PROTECTED]  
>   
>  ups.com
>   Subject 
>Meniru Budaya
> Telanjang - Re:   
>[ppiindia]
> Re: Mengapa Kita Perlu   
>  06/06/2005 03:36  Meniru Barat?
> (lagi2 si ulil..) 
>  PM 
>   
> 
>   
> 
>   
>  Please respond to  
>   
>  [EMAIL PROTECTED]  
>   
>   ups.com   
>   
> 
>   
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "kucing_liar1"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> > wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang
> perempuan mau pakai
> > baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga
> lelaki.
> >
> > Never judge people dari cara dia berpakaian!
> >
> > Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat
> integritas.Percaya
> lha
> > Pak.
> > Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu
> perempuan sundal atau yg
> > berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti
> yg
> > dicitrakannya,begitu sebaliknya.
> >
> >
> > Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana
> seseorang berpakaian.
> >
> > Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan
> gampang dijadikan
> > jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge
> orang dengan
> > pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or
> later bahwa yg anda
> > sangkakan itu sangatlah sumir.
> >
> >
> > 'salam
> >
> -
> Exactly!. Saya ada kenalan wanita Indonesia disini,
> yang kadang
> kadang 5 kali seminggu ke gereja, tiap pagi jam
> 06.00, tetapi rajin
> menghujat. Yang lain, rajin membuat tanda salib
> sebelum makan, tetapi
> hidup macam... nah ya..
> 
> begitu juga busana.
> 
> 
> >
> >
> >
> >
> > Subject
> > >Meniru
> Budaya Telanjang -
> > Re:
> > >  06/06/2005 09:09 
> [ppiindia] Re: Mengapa
> Kita
> > Perlu
> > >  AMMeniru
> Barat? (lagi2 si
> > ulil..)
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > >  Please respond
> > to
> > >
> > [EMAIL PROTECTED]
> > >
> > ups.com
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > A Nizami wrote:
> > > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia
> adalah budaya
> > > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> hingga
> > > > bugil hingga maraknya pornografi dan
> perkosaan, serta
> > > > semangat merubah2 agama.
> > >
> > > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah
> untuk bisa bangkit.
> > wong
> > > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun
> terus. kalo
> dilihat
> > > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai
> menuai hasil
> > > menghancurkan generasi muda muslim. strategi
> barat untuk
> > menciptakan
> > > jahiliyah modern.
> > > >
> > > >
> > > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > >
> > > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > > >
> > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > wrote:
> > > > > >
> > > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > > 31/05/2005
> > > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam
> sudah
> > > > > dicontohkan oleh
> > > > > Jepang, yaitu meniru Bara

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik A Nizami
Kalau di Papua telanjang karena masih primitif. Toh
yang sudah modern seperti para pejabatnya dan orang
kotanya atau yang sudah tersentuh dunia modern sudah
berpakaian normal.

Yang aneh adalah yang sudah berpakaian normal, terus
telanjang karena melihat orang barat pada
telanjang...:)

Intinya adalah, selektif dan kritis. Jangan yang jelek
dan hancur dari Barat juga ditiru.

--- elok dyah messwati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita
> sebangsa  yang telanjang...
> masak itu meniru Barat?
> 
> - Original Message -
> From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: ; "sabili"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
> Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia]
> Re: Mengapa Kita Perlu
> Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> 
> 
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah
> budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan,
> serta
> > semangat merubah2 agama.
> >
> > Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau
> mandiri
> > dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
> >
> > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > > >
> > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > 31/05/2005
> > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam
> sudah
> > > dicontohkan oleh
> > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan
> rasionalisasi
> > > atas kehidupan,
> > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya
> ditempatkan
> > >
> > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat.
> Bahwa
> > > Barat harus ditiru
> > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran
> dalam
> > > dirinya (truisme).
> > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > >
> > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis
> seperti
> > > yang dihadapi
> > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu,
> intelektual
> > > Jepang dihadapkan
> > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan
> meniru
> > > Barat atau tetap
> > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup
> diri
> > > total dari pengaruh
> > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal
> ini
> > > di harian Al
> > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang
> ternyata
> > > benar: tirulah
> > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > peralihan abad 20
> > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena
> di
> > > sana terdapat hal-
> > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > Kalau kita
> > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya
> Albert
> > > Hourani, akan
> > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > meniru Barat begitu
> > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada
> abad
> > > 19 dan awal abad
> > > 20.
> > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > terutama dimulai dari
> > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman
> pahit
> > > "Perang Tujuh
> > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun
> 1967 di
> > > mana negara-
> > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > Rezim-rezim otoriter di
> > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > Barat" gagal memenuhi
> > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > dengan jargon besar
> > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan
> Ikhwan
> > > itu memupus
> > > warisan penting yang ditinggalkan oleh
> orang-orang
> > > semacam Rifa'ah
> > > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan
> semboyan
> > > itu, dikesankan
> > > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang
> sama
> > > sekali bertolak
> > > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > > "dekaden" secara moral.
> > > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai
> agama
> > > yang memusuhi hasil-
> > > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > > sistem demokrasi.
> > > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > > keka

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik Carla Annamarie

good point...:))



   
 "elok dyah
 messwati" 
 <[EMAIL PROTECTED]>  To 
 Sent by:
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Re: Meniru Budaya Telanjang - Re:   
 06/06/2005 03:57  [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu   
 PMMeniru Barat? (lagi2 si ulil..) 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita sebangsa  yang
telanjang...
masak itu meniru Barat?

- Original Message -
From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu
Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)


> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.
>
> Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
>
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > >
> > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > 31/05/2005
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan,
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme).
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > >
> > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > yang dihadapi
> > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > Jepang dihadapkan
> > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > Barat atau tetap
> > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > total dari pengaruh
> > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > di harian Al
> > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > benar: tirulah
> > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > peralihan abad 20
> > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > sana terdapat hal-
> > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > Kalau kita
> > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > Hourani, akan
> > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > meniru Barat begitu
> > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > 19 dan awal abad
> > 20.
> > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > terutama dimulai dari
> > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > "Perang Tujuh
> > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > mana negara-
> > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > Rezim-rezim otoriter di
> > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > Barat" gagal memenuhi
> > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > dengan jargon besar
> > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > itu memupus
> > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > semacam Rifa'ah
> > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > itu, dikesankan
> > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > sekali bertolak
> > bela

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik Carla Annamarie

betul bgt..pak...
temen2 saya ada yang berpakaian ala gothic, piercing on the nose and
tongues..tp mereka drink no alcohol, no smoking, and campaigning abt
bahayanya drugs abuse..., gak pernah menghujat orang, malah helpful bgt, i
think they re not hipocrite..sering orang yang very religious, agamawi, n
punya self-righteous yang tinggi..melihat orang dari sebelah mata...,
padahal i think if ppl want to look by heart not by eyes...it's surely give
a lots of different...




   
 "RM Danardono 
 HADINOTO" 
 <[EMAIL PROTECTED]  To 
 oo.de>ppiindia@yahoogroups.com
 Sent by:   cc 
 [EMAIL PROTECTED] 
 ups.com   Subject 
   Meniru Budaya Telanjang - Re:   
   [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu   
 06/06/2005 03:36  Meniru Barat? (lagi2 si ulil..) 
 PM
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




--- In ppiindia@yahoogroups.com, "kucing_liar1" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang perempuan mau pakai
> baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga lelaki.
>
> Never judge people dari cara dia berpakaian!
>
> Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat integritas.Percaya
lha
> Pak.
> Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan sundal atau yg
> berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg
> dicitrakannya,begitu sebaliknya.
>
>
> Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana seseorang berpakaian.
>
> Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan gampang dijadikan
> jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge orang dengan
> pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later bahwa yg anda
> sangkakan itu sangatlah sumir.
>
>
> 'salam
>
-
Exactly!. Saya ada kenalan wanita Indonesia disini, yang kadang
kadang 5 kali seminggu ke gereja, tiap pagi jam 06.00, tetapi rajin
menghujat. Yang lain, rajin membuat tanda salib sebelum makan, tetapi
hidup macam... nah ya..

begitu juga busana.


>
>
>
>
> Subject
> >Meniru Budaya Telanjang -
> Re:
> >  06/06/2005 09:09  [ppiindia] Re: Mengapa
Kita
> Perlu
> >  AMMeniru Barat? (lagi2 si
> ulil..)
>
>
>
>
>
>
> >  Please respond
> to
> >
> [EMAIL PROTECTED]
> >
> ups.com
>
>
>
>
>
>
> >
> >
> >
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> > A Nizami wrote:
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > > semangat merubah2 agama.
> >
> > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit.
> wong
> > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo
dilihat
> > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> > menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk
> menciptakan
> > jahiliyah modern.
> > >
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > 

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik elok dyah messwati
Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita sebangsa  yang telanjang...
masak itu meniru Barat?

- Original Message -
From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu
Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)


> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.
>
> Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
>
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > >
> > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > 31/05/2005
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan,
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme).
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > >
> > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > yang dihadapi
> > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > Jepang dihadapkan
> > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > Barat atau tetap
> > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > total dari pengaruh
> > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > di harian Al
> > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > benar: tirulah
> > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > peralihan abad 20
> > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > sana terdapat hal-
> > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > Kalau kita
> > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > Hourani, akan
> > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > meniru Barat begitu
> > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > 19 dan awal abad
> > 20.
> > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > terutama dimulai dari
> > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > "Perang Tujuh
> > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > mana negara-
> > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > Rezim-rezim otoriter di
> > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > Barat" gagal memenuhi
> > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > dengan jargon besar
> > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > itu memupus
> > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > semacam Rifa'ah
> > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > itu, dikesankan
> > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > sekali bertolak
> > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > "dekaden" secara moral.
> > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > yang memusuhi hasil-
> > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > sistem demokrasi.
> > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > kekalahan kedua setelah
> > kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
> > >
> > > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa
> > Arab adalah warisan
> > institusi negara di sana yang begitu raksasa.
> > Kekuatan-kekuatan
> > alternatif dalam masyarakat sulit berkembang,
> > seluruh potensi ke arah
> > pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang
> > begitu kuat, tetapi
> > sekaligus tak terkontrol. Korban dari "negara
> > kontrol" ini bukan saja
> > kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum
> > oposisi Islam.
> > Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum
> > Islamis di Mesir, Al
> > Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi
> > Arabia. Paradoks di
> > dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat
> > dan rasionalisme
> > justru diselenggarakan melalui "negara kontrol" yang
> > represif. Sudah
> > bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah
>

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "kucing_liar1" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> 
> wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang perempuan mau pakai 
> baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga lelaki.
> 
> Never judge people dari cara dia berpakaian!
> 
> Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat integritas.Percaya 
lha 
> Pak.
> Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan sundal atau yg 
> berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg 
> dicitrakannya,begitu sebaliknya. 
> 
> 
> Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana seseorang berpakaian.
> 
> Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan gampang dijadikan 
> jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge orang dengan 
> pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later bahwa yg anda 
> sangkakan itu sangatlah sumir.
> 
> 
> 'salam
> 
-
Exactly!. Saya ada kenalan wanita Indonesia disini, yang kadang 
kadang 5 kali seminggu ke gereja, tiap pagi jam 06.00, tetapi rajin 
menghujat. Yang lain, rajin membuat tanda salib sebelum makan, tetapi 
hidup macam... nah ya..

begitu juga busana.


> 
> 
> 
>
> Subject 
> >Meniru Budaya Telanjang - 
> Re:   
> >  06/06/2005 09:09  [ppiindia] Re: Mengapa 
Kita 
> Perlu   
> >  AMMeniru Barat? (lagi2 si 
> ulil..) 
> 
>
> 
> 
>
> 
> >  Please respond 
> to 
> >  
> [EMAIL PROTECTED] 
> >   
> ups.com  
> 
>
> 
> 
>
> 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> > A Nizami wrote:
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > > semangat merubah2 agama.
> > 
> > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. 
> wong
> > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo 
dilihat
> > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> > menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk 
> menciptakan
> > jahiliyah modern.
> > >
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > > Barat atau tetap
> > > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > > > total dari pengaruh
> > > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > > > di harian Al
> > > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > > > benar: tirulah
> > > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > > peralihan abad 20
> > > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > > > sana terdapat hal-
> > > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > > Kalau kita
> > > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > > > Hourani, akan
> > > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > > meniru Barat begitu
> > > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > > > 19 dan awal abad
> > > > 20.
> > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > > terutama dimulai dari
> > > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > > > "Perang Tujuh
> > > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > > > mana negara-
> > > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > > Rezim-rezim otoriter di
> > > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > > Barat" gagal memenuhi
> > > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > > dengan jargon besar
> > > >

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-06 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Carla Annamarie 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> btw mba Ida, klo budaya telanjang sebenarnya juga merupakan bagian 
dari
> budaya indo..., topless ( dulu wanita2 di Bali pakaian sehari2nya 
cuman
> dililit kain n topless), wanita2 jawa cuman memakai kain ketat yang
> memperlihatkan lekukan n dililit sebatas dada), liat deh gambar2 
dicandi2
> rata2 pakaiannya half naked..kan..?, so jgn blindly blame budaya 
telanjang
> itu dari barat..., kudu subjektif..mba..:))..
--

Saya pernah melihat foto foto dari tahun 1800an akhir, dari berbagai 
suku, antara lain Nias, juga di Jawa dan Bali, dan pulaiu pulkau lain 
di archive Belanda, semua topless. Benar mBak, ini budaya.

Juga baju wanita tataran atas di Paris tahun 1700an, pakai rok 
panjang berumbai sampai lantai, tetapi bagian dada terbuka, sampai 
buah dada terlihat sampai 2/3. Juga di Hawaii wanita dahulu topless.

Sekarang jilbab banyak dipakai, dengan blouse super ketat, dan rok 
panjang dengan belahan sampai keatas...






***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> 
> A Nizami wrote:
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > semangat merubah2 agama.
> 
> **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. wong 
> generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo dilihat 
> dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil 
> menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk menciptakan 
> jahiliyah modern.
---

Menurut pengamatan historis yang saya lakukan, tak pernah ada zaman 
yang benar benar bebas dari jahilyiah. Hanya dikurangi karena hal ini 
membuat kacau tatanan. kalau mungkin, setiap manusia, dari bangsa 
apapun, agama apapaun, ingin melakukan jahilyah2an.

Di Barat ini, semua di-komersialisasikan, sehingga tubuh dan sexualitas 
juga jadi bahan commodity niaga. Ini merangsek sampai ke Thailand, yang 
Buddhist.  Siaft ini tak hanya mengnacurkan generasi muda Muslim, namun 
generasi muda dari tiap agama.

Lihatlah Amerika Latin yang kini hancur2an, karena drug. Afganistan 
yang islami terpaksa hidup dari menanam heroin dan mengexport benda 
maut ini ke-mana2.

RRT adalah salah satu pengexport ranjau darat yang murah keseluruh 
dunia. Lihatlah anak anak yang cacat karena menginjak ranjau kala main 
dihalaman, ini juga bentuk jahilyaih melalui perang untuk rebutan 
wilayah atau hasil bumi.

Salam

danardono







 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.
> 
> Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
-

Ya, bukan semangat liberalisme (yang kebablasan) serta dekadensi yang 
kita harus tiru, namun semangat pencerahan serta disiplin kerja yang 
tinggi serta ketaatan hukum yang masuk ketulang sungsum.

Lebih mudah memang, meniru yang tak baik dan menyenangkan.







 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/MCfFmA/SOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Lina Dahlan
tergantung apa yang di 'judge'...:-)

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "kucing_liar1" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> Cara bacanya salah, don't judge people dari cara berpakaiannya.
> 
> 'salam
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Maksudnya, kalau telanjang pasti bagus ya moralnya?:)
> > 
> > --- kucing_liar1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > 
> > > 
> > > wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang
> > > perempuan mau pakai 
> > > baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga
> > > lelaki.
> > > 
> > > Never judge people dari cara dia berpakaian!
> > > 
> > > Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat
> > > integritas.Percaya lha 
> > > Pak.
> > > Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan
> > > sundal atau yg 
> > > berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg 
> > > dicitrakannya,begitu sebaliknya. 
> > > 
> > > 
> > > Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana
> > > seseorang berpakaian.
> > > 
> > > Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan
> > > gampang dijadikan 
> > > jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge
> > > orang dengan 
> > > pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later
> > > bahwa yg anda 
> > > sangkakan itu sangatlah sumir.
> > > 
> > > 
> > > 'salam
> > >




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/HO7EnA/3MnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Lina Dahlan
Ini bisa juga menjadi suatu pembelajaran bahwa yang namanya meniru 
itu tidak bisa langsung asal caplok. Belajar meniru yang baik2 saja.
Kalo orang punya kepribadian gak bakalan gampang meniru. Perlu 
selektif, perlu kritis..itu juga yang dimaksud oleh Ulil 
(mungkin) 'meniru dengan kritis'.

Sekali lagi, apa yang dimaksud dengan 'maju'?

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Joko" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Wakakakaka, lama lama kalo baca email kayak gini saya jadi geli
> sendiri...
> Budaya barat lah...budaya timur lahatau budaya tenggara 
sekalipun yang
> jelas. Email kayak ginian ga akan merubah pola pikir untuk lebih 
maju...!
> Sebab kebanyakan menyalahkan orang lain sih...!!!
> Lihat Malaysia., muslim juga kayak kita. tapi bisa lebih maju 
dari
> kita
> Yuk belajar aja yuk.
> - Original Message -
> From: "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Monday, June 06, 2005 9:09 AM
> Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita 
Perlu
> Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> 
> 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> > A Nizami wrote:
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > > semangat merubah2 agama.
> >
> > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. 
wong
> > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo 
dilihat
> > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> > menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk 
menciptakan
> > jahiliyah modern.
> > >
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > > Barat atau tetap
> > > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > > > total dari pengaruh
> > > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > > > di harian Al
> > > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > > > benar: tirulah
> > > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > > peralihan abad 20
> > > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > > > sana terdapat hal-
> > > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > > Kalau kita
> > > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > > > Hourani, akan
> > > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > > meniru Barat begitu
> > > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > > > 19 dan awal abad
> > > > 20.
> > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > > terutama dimulai dari
> > > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > > > "Perang Tujuh
> > > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > > > mana negara-
> > > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > > Rezim-rezim otoriter di
> > > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > > Barat" gagal memenuhi
> > > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > > dengan jargon besar
>

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik kucing_liar1
Cara bacanya salah, don't judge people dari cara berpakaiannya.

'salam


--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Maksudnya, kalau telanjang pasti bagus ya moralnya?:)
> 
> --- kucing_liar1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > 
> > wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang
> > perempuan mau pakai 
> > baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga
> > lelaki.
> > 
> > Never judge people dari cara dia berpakaian!
> > 
> > Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat
> > integritas.Percaya lha 
> > Pak.
> > Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan
> > sundal atau yg 
> > berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg 
> > dicitrakannya,begitu sebaliknya. 
> > 
> > 
> > Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana
> > seseorang berpakaian.
> > 
> > Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan
> > gampang dijadikan 
> > jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge
> > orang dengan 
> > pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later
> > bahwa yg anda 
> > sangkakan itu sangatlah sumir.
> > 
> > 
> > 'salam
> > 





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Ever feel sad or cry for no reason at all?
Depression. Narrated by Kate Hudson.
http://us.click.yahoo.com/LLQ_sC/esnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Ida Z.A
yuk belajar terusbelajar menerima perbedaan..belajar 
memperbaiki kekurangan...belajar saling menghargai...belajar 
mengatakan yg salah itu salah... dan belajar mengakui keunggulan 
orang lain.

salam,


--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Joko" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Wakakakaka, lama lama kalo baca email kayak gini saya jadi geli
> sendiri...
> Budaya barat lah...budaya timur lahatau budaya tenggara 
sekalipun yang
> jelas. Email kayak ginian ga akan merubah pola pikir untuk lebih 
maju...!
> Sebab kebanyakan menyalahkan orang lain sih...!!!
> Lihat Malaysia., muslim juga kayak kita. tapi bisa lebih maju 
dari
> kita
> Yuk belajar aja yuk.
> - Original Message -
> From: "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Monday, June 06, 2005 9:09 AM
> Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita 
Perlu
> Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)
> 
> 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> > A Nizami wrote:
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > > semangat merubah2 agama.
> >
> > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. 
wong
> > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo 
dilihat
> > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> > menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk 
menciptakan
> > jahiliyah modern.
> > >
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > > Barat atau tetap
> > > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > > > total dari pengaruh
> > > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > > > di harian Al
> > > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > > > benar: tirulah
> > > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > > peralihan abad 20
> > > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > > > sana terdapat hal-
> > > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > > Kalau kita
> > > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > > > Hourani, akan
> > > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > > meniru Barat begitu
> > > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > > > 19 dan awal abad
> > > > 20.
> > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > > terutama dimulai dari
> > > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > > > "Perang Tujuh
> > > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > > > mana negara-
> > > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > > Rezim-rezim otoriter di
> > > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > > Barat" gagal memenuhi
> > > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > > dengan jargon besar
> > > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > > > itu memupus
> > > > warisan penting yang diti

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik A Nizami
Maksudnya, kalau telanjang pasti bagus ya moralnya?:)

--- kucing_liar1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang
> perempuan mau pakai 
> baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga
> lelaki.
> 
> Never judge people dari cara dia berpakaian!
> 
> Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat
> integritas.Percaya lha 
> Pak.
> Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan
> sundal atau yg 
> berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg 
> dicitrakannya,begitu sebaliknya. 
> 
> 
> Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana
> seseorang berpakaian.
> 
> Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan
> gampang dijadikan 
> jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge
> orang dengan 
> pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later
> bahwa yg anda 
> sangkakan itu sangatlah sumir.
> 
> 
> 'salam
> 
> 
> 
> >   
> 
> Subject 
> >Meniru
> Budaya Telanjang - 
> Re:   
> >  06/06/2005 09:09  [ppiindia]
> Re: Mengapa Kita 
> Perlu   
> >  AMMeniru
> Barat? (lagi2 si 
> ulil..) 
> >   
> 
> 
> >   
> 
> 
> >  Please respond 
> to 
> >  
> [EMAIL PROTECTED]   
>  
> >   
> ups.com 
> 
> >   
> 
> 
> >   
> 
> 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > A Nizami wrote:
> > > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah
> budaya
> > > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian
> hingga
> > > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan,
> serta
> > > semangat merubah2 agama.
> > 
> > **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk
> bisa bangkit. 
> wong
> > generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun
> terus. kalo dilihat
> > dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai
> hasil
> > menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat
> untuk 
> menciptakan
> > jahiliyah modern.
> > >
> > >
> > > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > > >
> > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > wrote:
> > > > >
> > > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > > 31/05/2005
> > > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam
> sudah
> > > > dicontohkan oleh
> > > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan
> rasionalisasi
> > > > atas kehidupan,
> > > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya
> ditempatkan
> > > >
> > > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat.
> Bahwa
> > > > Barat harus ditiru
> > > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran
> dalam
> > > > dirinya (truisme).
> > > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > > >
> > > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis
> seperti
> > > > yang dihadapi
> > > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu,
> intelektual
> > > > Jepang dihadapkan
> > > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan
> meniru
> > > > Barat atau tetap
> > > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup
> diri
> > > > total dari pengaruh
> > > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai
> hal ini
> > > > di harian Al
> > > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang
> ternyata
> > > > benar: tirulah
> > > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim
> selama
> > > > peralihan abad 20
> > > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat,
> karena di
> > > > sana terdapat hal-
> > > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat
> manusia."
> > > > Kalau kita
> > > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya
> Albert
> > > > Hourani, akan
> > > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan
> keinginan
> > > > meniru Barat begitu
> > > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam
> pada abad
> > > > 19 dan awal abad
> > > > 20.
> > > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > > terutama dimulai dari
> > > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman
> pahit
> > > > "Perang Tujuh
> > > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun
> 1967 di
> > > > mana negara-
> > > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > > Rezim-rezim otoriter di
> > > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi
> "tirulah
> > > > Barat" gagal memenuhi
> > > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > > dengan jargon besar
> > > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan
> Ikhwan
> > > > itu memupus
> > > > warisan penting yang ditinggalkan oleh
> orang-orang
> > > > semacam Rifa'ah

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Joko
Wakakakaka, lama lama kalo baca email kayak gini saya jadi geli
sendiri...
Budaya barat lah...budaya timur lahatau budaya tenggara sekalipun yang
jelas. Email kayak ginian ga akan merubah pola pikir untuk lebih maju...!
Sebab kebanyakan menyalahkan orang lain sih...!!!
Lihat Malaysia., muslim juga kayak kita. tapi bisa lebih maju dari
kita
Yuk belajar aja yuk.
- Original Message -
From: "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, June 06, 2005 9:09 AM
Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu
Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)


> --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> A Nizami wrote:
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > semangat merubah2 agama.
>
> **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. wong
> generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo dilihat
> dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk menciptakan
> jahiliyah modern.
> >
> >
> > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > > >
> > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > 31/05/2005
> > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > dicontohkan oleh
> > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > atas kehidupan,
> > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > >
> > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > Barat harus ditiru
> > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > dirinya (truisme).
> > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > >
> > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > yang dihadapi
> > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > Jepang dihadapkan
> > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > Barat atau tetap
> > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > > total dari pengaruh
> > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > > di harian Al
> > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > > benar: tirulah
> > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > peralihan abad 20
> > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > > sana terdapat hal-
> > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > Kalau kita
> > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > > Hourani, akan
> > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > meniru Barat begitu
> > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > > 19 dan awal abad
> > > 20.
> > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > terutama dimulai dari
> > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > > "Perang Tujuh
> > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > > mana negara-
> > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > Rezim-rezim otoriter di
> > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > Barat" gagal memenuhi
> > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > dengan jargon besar
> > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > > itu memupus
> > > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > > semacam Rifa'ah
> > > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > > itu, dikesankan
> > > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > > sekali bertolak
> > > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > > "dekaden" secara moral.
> > > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > > yang memusuhi hasil-
> > > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > > sistem demokrasi.
> > > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > > kekalahan kedua setelah
> > > kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
> > > >
> >

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik kucing_liar1

wadoh pak Nizam jangan terlalu naive lha,orang perempuan mau pakai 
baju apa saja yah terserah dia lha,begitu juga lelaki.

Never judge people dari cara dia berpakaian!

Tidak ada korelasi antara pakaian dgn tingkat integritas.Percaya lha 
Pak.
Belum tentu yg berpakaian seperti inul itu perempuan sundal atau yg 
berpakaian spt Haji Rhoma Irama itu alim seperti yg 
dicitrakannya,begitu sebaliknya. 


Bukan wilayah kita untuk mengkritik bagaimana seseorang berpakaian.

Zaman seperti sekarang pak,dimana agama dengan gampang dijadikan 
jubah, kalau anda masih pakai cara lama menjudge orang dengan 
pakaiannya,anda mungkin akan menemui sooner or later bahwa yg anda 
sangkakan itu sangatlah sumir.


'salam



>
Subject 
>Meniru Budaya Telanjang - 
Re:   
>  06/06/2005 09:09  [ppiindia] Re: Mengapa Kita 
Perlu   
>  AMMeniru Barat? (lagi2 si 
ulil..) 
>

>

>  Please respond 
to 
>  
[EMAIL PROTECTED] 
>   
ups.com  
>

>

> 
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
> A Nizami wrote:
> > Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> > "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> > bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> > semangat merubah2 agama.
> 
> **betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. 
wong
> generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo dilihat
> dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
> menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk 
menciptakan
> jahiliyah modern.
> >
> >
> > --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > >
> > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > > >
> > > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > > 31/05/2005
> > > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > > dicontohkan oleh
> > > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > > atas kehidupan,
> > > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > >
> > > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > > Barat harus ditiru
> > > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > > dirinya (truisme).
> > > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > >
> > > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > > yang dihadapi
> > > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > > Jepang dihadapkan
> > > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > > Barat atau tetap
> > > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > > total dari pengaruh
> > > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > > di harian Al
> > > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > > benar: tirulah
> > > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > > peralihan abad 20
> > > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > > sana terdapat hal-
> > > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > > Kalau kita
> > > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > > Hourani, akan
> > > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > > meniru Barat begitu
> > > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > > 19 dan awal abad
> > > 20.
> > > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > > terutama dimulai dari
> > > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > > "Perang Tujuh
> > > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > > mana negara-
> > > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > > Rezim-rezim otoriter di
> > > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > > Barat" gagal memenuhi
> > > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > > dengan jargon besar
> > > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > > itu memupus
> > > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > > semacam Rifa'ah
> > > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > > itu, dikesankan
> > > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > > sekali bertolak
> > > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > > "dekaden" secara moral.
> > > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > > yang memusuhi hasil-
> > > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > > sistem demokrasi.
> > > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> >

Re: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Carla Annamarie

btw mba Ida, klo budaya telanjang sebenarnya juga merupakan bagian dari
budaya indo..., topless ( dulu wanita2 di Bali pakaian sehari2nya cuman
dililit kain n topless), wanita2 jawa cuman memakai kain ketat yang
memperlihatkan lekukan n dililit sebatas dada), liat deh gambar2 dicandi2
rata2 pakaiannya half naked..kan..?, so jgn blindly blame budaya telanjang
itu dari barat..., kudu subjektif..mba..:))..



   
 "Ida Z.A" 
 <[EMAIL PROTECTED] 
 .com>  To 
 Sent by:  ppiindia@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ups.com   
   Subject 
   Meniru Budaya Telanjang - Re:   
 06/06/2005 09:09  [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu   
 AMMeniru Barat? (lagi2 si ulil..) 
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
  ups.com  
   
   




--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
A Nizami wrote:
> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.

**betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. wong
generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo dilihat
dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil
menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk menciptakan
jahiliyah modern.
>
>
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > >
> > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > 31/05/2005
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan,
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme).
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > >
> > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > yang dihadapi
> > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > Jepang dihadapkan
> > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > Barat atau tetap
> > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > total dari pengaruh
> > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > di harian Al
> > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > benar: tirulah
> > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > peralihan abad 20
> > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > sana terdapat hal-
> > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > Kalau kita
> > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > Hourani, akan
> > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > meniru Barat begitu
> > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > 19 dan awal abad
> > 20.
> > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > terutama dimulai dari
> > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > "Perang Tujuh
> > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > mana negara-
> > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > Rezim-rezim otoriter di
> > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > Barat" gagal memenuhi
> > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > dengan jargon besar
> > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > itu memupus
> > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > semacam Rifa'ah
> > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > itu, dikesankan
> > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > sekali bertolak
> > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > "dekaden" secara moral.
> > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > yang memusuhi hasil-
> > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > sistem demokrasi.
> > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > kekalahan kedua setelah
> > kek

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik Ida Z.A
--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> 
A Nizami wrote:
> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.

**betul pak Nizam...makanya negeri ini susah untuk bisa bangkit. wong 
generasi penerusnya cuma bisanya fun fun en fun terus. kalo dilihat 
dari sisi...(sisi yg mana yah), barat mulai menuai hasil 
menghancurkan generasi muda muslim. strategi barat untuk menciptakan 
jahiliyah modern.
> 
> 
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> > 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > > 
> > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > 31/05/2005
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh 
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan, 
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> > 
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru 
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme). 
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > > 
> > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > yang dihadapi 
> > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > Jepang dihadapkan 
> > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > Barat atau tetap 
> > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > total dari pengaruh 
> > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > di harian Al 
> > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > benar: tirulah 
> > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > peralihan abad 20 
> > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > sana terdapat hal-
> > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > Kalau kita 
> > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > Hourani, akan 
> > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > meniru Barat begitu 
> > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > 19 dan awal abad 
> > 20. 
> > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > terutama dimulai dari 
> > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > "Perang Tujuh 
> > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > mana negara-
> > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > Rezim-rezim otoriter di 
> > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > Barat" gagal memenuhi 
> > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > dengan jargon besar 
> > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > itu memupus 
> > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > semacam Rifa'ah 
> > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > itu, dikesankan 
> > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > sekali bertolak 
> > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > "dekaden" secara moral. 
> > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > yang memusuhi hasil-
> > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > sistem demokrasi. 
> > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > kekalahan kedua setelah 
> > kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
> > > 
> > > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa
> > Arab adalah warisan 
> > institusi negara di sana yang begitu raksasa.
> > Kekuatan-kekuatan 
> > alternatif dalam masyarakat sulit berkembang,
> > seluruh potensi ke arah 
> > pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang
> > begitu kuat, tetapi 
> > sekaligus tak terkontrol. Korban dari "negara
> > kontrol" ini bukan saja 
> > kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum
> > oposisi Islam. 
> > Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum
> > Islamis di Mesir, Al 
> > Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi
> > Arabia. Paradoks di 
> > dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat
> > dan rasionalisme 
> > justru diselenggarakan melalui "negara kontrol" yang
> > represif. Sudah 
> > bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah
> > kekecewan besar 
> > masyarakat Arab. Kekecewaan itu makin dalam ketika
> > bangsa Arab 
> > melihat kenyataan lain, yaitu berdirinya negara
> > Israel. Masalahnya 
> > menjadi lebih parah lagi karena berdirinya negara
> > Isreal itu tejadi 
> > karena sokongan negeri-negeri Barat terutama AS.
> > Ujung dari semua ini 
> > sudah bisa diduga: menolak Barat berikut
> > rasionalisme yang terkandung 
> > di dalamnya. Manakala Barat ditolak, sudah tentu
> > alternatif harus 
> > diajukan. Ditemukanlah "lampu Aladin" baru, yaitu
> > Islam. 
> > > 
> > > Perkembangan di Arab itu juga mengimbas ke
> > kawasan-kawasan lain. 
> > Jargon "Islam adalah solusi" juga kemudian ditiru di
> > mana-mana. Lalu 
> > muncullah ilusi bahwa Islam akan dapat menjadi
> > sistem alternatif yang 
> > bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
> > oleh umat Islam. 
> > Yang patut dis

Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)

2005-06-05 Terurut Topik A Nizami
Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
"telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
semangat merubah2 agama.

Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)

--- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> heheheheceritanya Ulil lagi neh...
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> > 
> > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > 31/05/2005
> > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> dicontohkan oleh 
> Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> atas kehidupan, 
> dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> 
> dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> Barat harus ditiru 
> secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> dirinya (truisme). 
> Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > 
> > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> yang dihadapi 
> Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> Jepang dihadapkan 
> pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> Barat atau tetap 
> berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> total dari pengaruh 
> asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> di harian Al 
> Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> benar: tirulah 
> Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> peralihan abad 20 
> mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> sana terdapat hal-
> hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> Kalau kita 
> baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> Hourani, akan 
> tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> meniru Barat begitu 
> menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> 19 dan awal abad 
> 20. 
> > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> terutama dimulai dari 
> Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> "Perang Tujuh 
> Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> mana negara-
> negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> Rezim-rezim otoriter di 
> Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> Barat" gagal memenuhi 
> harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> dengan jargon besar 
> yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> itu memupus 
> warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> semacam Rifa'ah 
> Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> itu, dikesankan 
> seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> sekali bertolak 
> belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> "dekaden" secara moral. 
> Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> yang memusuhi hasil-
> hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> sistem demokrasi. 
> Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> kekalahan kedua setelah 
> kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
> > 
> > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa
> Arab adalah warisan 
> institusi negara di sana yang begitu raksasa.
> Kekuatan-kekuatan 
> alternatif dalam masyarakat sulit berkembang,
> seluruh potensi ke arah 
> pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang
> begitu kuat, tetapi 
> sekaligus tak terkontrol. Korban dari "negara
> kontrol" ini bukan saja 
> kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum
> oposisi Islam. 
> Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum
> Islamis di Mesir, Al 
> Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi
> Arabia. Paradoks di 
> dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat
> dan rasionalisme 
> justru diselenggarakan melalui "negara kontrol" yang
> represif. Sudah 
> bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah
> kekecewan besar 
> masyarakat Arab. Kekecewaan itu makin dalam ketika
> bangsa Arab 
> melihat kenyataan lain, yaitu berdirinya negara
> Israel. Masalahnya 
> menjadi lebih parah lagi karena berdirinya negara
> Isreal itu tejadi 
> karena sokongan negeri-negeri Barat terutama AS.
> Ujung dari semua ini 
> sudah bisa diduga: menolak Barat berikut
> rasionalisme yang terkandung 
> di dalamnya. Manakala Barat ditolak, sudah tentu
> alternatif harus 
> diajukan. Ditemukanlah "lampu Aladin" baru, yaitu
> Islam. 
> > 
> > Perkembangan di Arab itu juga mengimbas ke
> kawasan-kawasan lain. 
> Jargon "Islam adalah solusi" juga kemudian ditiru di
> mana-mana. Lalu 
> muncullah ilusi bahwa Islam akan dapat menjadi
> sistem alternatif yang 
> bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
> oleh umat Islam. 
> Yang patut disayangkan adalah bahwa kata "Islam"
> dalam jargon itu 
> dimengerti sebagai suatu sistem tertutup yang
> seolah-olah khas 
> pemberian Tuhan, sudah lengkap dalam dirinya, sudah
> siap pakai, pasti 
> sesuai untuk segala zaman dan tempat. Islam juga
> dimengerti dalam 
> tafsiran yang justru berlawanan dengan kehendak
> zaman itu sendiri, 
> bahkan terkesan anti-rasionalisme dan
> intelektualisme. Saya dapat 
> mengatakan dari sejak mula, proyek "Islam adalah
> solusi" kemungkinan 
> besar akan menemui kegagalan pula. 
> >