Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Abis saya ngedengernya dari orang galak sih, jadi kesannye horor banget, cerita sambil matanye platat plotot - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, 23 September, 2008 04:28 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Blon baca saja udah galak, apalagi kalau sudah. Salam damai, Tantono 2008/9/22 Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED]> Yang kejar2 kan yang beragama non kristen, bukan Atheis Iya, saya juga ude bosan ngebaca topic itu, tapi lagi hangat tuh brita di korea selatan, kristen radikal yang ngebakar Vihara tua, perdana mentrinya (atau president ya?) nyuruh ngebakarin semua vihara buddhis, malahan katanya ada bikhu yang di paksa baptis (tapi itu baru katanya, britanya blon saya baca sih) Sudah lah, agama untuk di jalanin oleh yang percaya, bukan di bicarakan, kecuali tingkah laku umat2nya ya - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, 22 September, 2008 11:03 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono. -- Best regards, Tantono Subagyo
RE: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Iye noh, Agoeng agoeng galak galak, terutama Agoeng Setiawan krrrekeke, salah makan Blackberry kali jadi galak, kayak kisah SMURF hitam, hihihihi. Agoeng Setiyono juga galak? W Apalagi Agoeng Sutiyoso, lebih galak lagi deh. Weeekkks, ganti2 nama orang ntar ditagih bubur merah bubur putih, krrrkkkekekekeke. -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Tantono Subagyo Sent: Tuesday, September 23, 2008 4:12 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Mau cari member di mall takut sama yang bawa Blackberry apalagi sama yang namanya Agoeng Setiyono waduhhh gualakkk apalagi kalau sedang stress. On Mon, Sep 22, 2008 at 2:02 PM, mailto:[EMAIL PROTECTED]"[EMAIL PROTECTED]> wrote: Itu seh jaman dahulu kala, ketika banyak yg cari member di mall. Heheehe skrg kok dah ga ada yah? Padahal boleh tuh klo pas stress ketemu yg begitu. Biasanya kagak ngerti apa2 tp fanatiknya amit2 dah cocok buat dijadiin pelampiasan stress. Hehehe Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT _ No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.0 - Release Date: 9/18/2008 12:00 AM No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.0 - Release Date: 9/18/2008 12:00 AM
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Blon baca saja udah galak, apalagi kalau sudah. Salam damai, Tantono 2008/9/22 Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED]> >Yang kejar2 kan yang beragama non kristen, bukan Atheis > > Iya, saya juga ude bosan ngebaca topic itu, tapi lagi hangat tuh brita > di korea selatan, kristen radikal yang ngebakar Vihara tua, perdana > mentrinya (atau president ya?) nyuruh ngebakarin semua vihara buddhis, > malahan katanya ada bikhu yang di paksa baptis (tapi itu baru katanya, > britanya blon saya baca sih) > > Sudah lah, agama untuk di jalanin oleh yang percaya, bukan di > bicarakan, kecuali tingkah laku umat2nya ya > > > > > - Original Message - > *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com > *Sent:* Monday, 22 September, 2008 11:03 > *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun > > Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya > 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa > mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang > mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama > terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada > budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono. > > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
2008/9/22 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> Sisakanlah sedikit tempat bagi kami untuk jauh dari kebisingan se-hari2. Salam orang kafir ZFy Lha kok, saya yang harusnya minta tempat untuk dapat belajar Budaya Tionghua tanpa diuber-uber dan tiap kali di kata-katain. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Mau cari member di mall takut sama yang bawa Blackberry apalagi sama yang namanya Agoeng Setiyono waduhhh gualakkk apalagi kalau sedang stress. On Mon, Sep 22, 2008 at 2:02 PM, <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >Itu seh jaman dahulu kala, ketika banyak yg cari member di mall. > Heheehe skrg kok dah ga ada yah? Padahal boleh tuh klo pas stress ketemu yg > begitu. Biasanya kagak ngerti apa2 tp fanatiknya amit2 dah cocok buat > dijadiin pelampiasan stress. Hehehe > > Sent from my BlackBerry(R) > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -- >
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Saya ucapkan selamat kepada calon pendeta Tantono Subagyo yang akan di baptis tanggal 9 November yang akan datang, saya yakin anda akan berbeda dengan pendeta lain karena mau & ingin mendengar keluhan, kritikan dari member di BT ini, dengan penuh harapan juga bahwa anda akan tetap terus mendukung Kebudayaan TiongHua di gereja anda dengan mengesampingkan mitos2 dikalangan christiani yang selama ini terdengung bahwa budaya TiongHua adalah budaya menyembah setan atau sesat. - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, 22 September, 2008 11:25 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Dear Melani, Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan)
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Yang kejar2 kan yang beragama non kristen, bukan Atheis Iya, saya juga ude bosan ngebaca topic itu, tapi lagi hangat tuh brita di korea selatan, kristen radikal yang ngebakar Vihara tua, perdana mentrinya (atau president ya?) nyuruh ngebakarin semua vihara buddhis, malahan katanya ada bikhu yang di paksa baptis (tapi itu baru katanya, britanya blon saya baca sih) Sudah lah, agama untuk di jalanin oleh yang percaya, bukan di bicarakan, kecuali tingkah laku umat2nya ya - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, 22 September, 2008 11:03 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono.
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
From: Tantono Subagyo Dear Melani, Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan) Selamat dan Sukses Yesus selalu bersama Bapak. Dan semoga setelah jadi Pendeta masih tetap aktif di BT yah.. sur
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Mas Tantono harap memaklumi, karena se hari2 di NEGERI SALEH kesayangan Tuhan ini banyak yang stress berat diteror oleh kampanye agamanisasi yang mengharu biru, dan mereka tak berdaya sama sekali untuk melawan, bahkan sedikit menggerutu protes saja bisa diuber2 massa super religius yang dibeckingi aparat penguasa, untuk ditangkap dan diadili, mirip eropa di abad pertengahan lah. Maka begitu ketemu warung kopi yang murtad ini, ramai2lah mereka memojok dan menumpahkan uneg2nya, habis mau di mana lagi bisa ngomel tuntas? ini kan satu2na tempat pelarian. Maka kalau tak ingin mendengar omel2an frustasi ini sebaiknya janganlah menyinggung2 masalah agama di sini. Sisakanlah sedikit tempat bagi kami untuk jauh dari kebisingan se-hari2. Salam orang kafir ZFy --- On Mon, 9/22/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, September 22, 2008, 4:03 AM Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono.
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Itu seh jaman dahulu kala, ketika banyak yg cari member di mall. Heheehe skrg kok dah ga ada yah? Padahal boleh tuh klo pas stress ketemu yg begitu. Biasanya kagak ngerti apa2 tp fanatiknya amit2 dah cocok buat dijadiin pelampiasan stress. Hehehe Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Liquid Yahoo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sun, 21 Sep 2008 21:52:47 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Biasanya sih orang yang beragama yang ganggu orang lain dengan pertanyaan "Agama anda apa?" Pertanyaan itu aja bagi saya sudah mengganggu sekali, lha wong privasi dia koq ditanya, sekalian aja tanya, "Kelamin kamu sudah berbulu blon?" - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, 21 September, 2008 21:25 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Jadi ateis, urusan pribadilah, asal jangan bilang bahwa agama tidak ada gunanya dan agama senang memecah belah etc.etc. Ateis adalah jenis kepercayaan juga, dan kepercayaan sifatnya sangat pribadi jadi monggo mawon. Bagi saya ateis dapat diibaratkan sebagai air sumur dan agama dapat diibaratkan sebagai air kali. Jadi kalau air sumur tidak mengganggu air kali dan sebaliknya maka terjadilah koeksistensi damai. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Terimakasih atas kecintaan rekan-rekan sekalian, di milis ini juga ada pendeta lain lho, Pak Can Keng Hong dari Kalimantan, tapi beliaunya low profile, kalau saya dari kalangan sungai telaga, jadi letakkan golok penjagal tetapi ambil tongkat hok mo thung. Salam, Tan Lookay
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Tyh pak Tan, Congrat atas pentahbisannya,..setuju sekali apa yg dikatkan org itu tdk penting. --- On Mon, 22/9/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, 22 September, 2008, 12:25 PM Dear Melani, Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan)
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Pak. Tantono, Kami ucapkan selamat ya, dan kami doakan semoga Jalan yang Bapak Ambil ini akan memberikan Kedamaian dalam kehidupan Bapak serta Orang2 yang berada disekeliling anda. Salam, Budiman On 9/22/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >Dear Melani, > Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan > datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis > tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan) > > > > >
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Acaranya di mana, jam berapa, Tan lookay?. Tolong loohoe diundang ya... - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, September 22, 2008 11:25 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Dear Melani, Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan) -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG - http://www.avg.com Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.0/1683 - Release Date: 9/21/2008 10:10 AM
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Dear Melani, Apapun kata orang bilamana Tuhan menghendaki, tanggal 9 Nopember yang akan datang saya akan ditahbiskan menjadi pendeta. Salam, Tan Loo Kay (pengemis tua yang tak ada apa-apanya, terutama dihadapan Tuhan)
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Yg penting iman kristennya kan tdk berubah Pak Tan,.. berpendapat biarin aja,kan tdk semua org setuju. GBU --- On Mon, 22/9/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, 22 September, 2008, 12:03 PM Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono.
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Sebaliknya dimilis ini sering kali agama yang dikejar-kejar, kenyataan-nya 'kan begitu, jadi dimana ada minoritas-mayoritas selalu yang merasa mayoritas petentengan karena merasa jadi panglima. Didunia diluar sana yang mayoritas petentengan, tetapi di milis BT ini saya merasa acap kali agama terutama Kristen dikejar-kejar, ada statement : tidak ada agama yang ada budaya etc. Dan itu juga mengganggu bagi saya. Salam, Tantono.
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Biasanya sih orang yang beragama yang ganggu orang lain dengan pertanyaan "Agama anda apa?" Pertanyaan itu aja bagi saya sudah mengganggu sekali, lha wong privasi dia koq ditanya, sekalian aja tanya, "Kelamin kamu sudah berbulu blon?" - Original Message - From: Tantono Subagyo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, 21 September, 2008 21:25 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Jadi ateis, urusan pribadilah, asal jangan bilang bahwa agama tidak ada gunanya dan agama senang memecah belah etc.etc. Ateis adalah jenis kepercayaan juga, dan kepercayaan sifatnya sangat pribadi jadi monggo mawon. Bagi saya ateis dapat diibaratkan sebagai air sumur dan agama dapat diibaratkan sebagai air kali. Jadi kalau air sumur tidak mengganggu air kali dan sebaliknya maka terjadilah koeksistensi damai. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Jadi ateis, urusan pribadilah, asal jangan bilang bahwa agama tidak ada gunanya dan agama senang memecah belah etc.etc. Ateis adalah jenis kepercayaan juga, dan kepercayaan sifatnya sangat pribadi jadi monggo mawon. Bagi saya ateis dapat diibaratkan sebagai air sumur dan agama dapat diibaratkan sebagai air kali. Jadi kalau air sumur tidak mengganggu air kali dan sebaliknya maka terjadilah koeksistensi damai. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Jangan bilang baca yang jeli, lha wong anda yang salah ketik koq, hehehehe, just kidding bozz, seperti yang dibawah tadi, cuma iseng aje, abis suntuk ngebaca orang lain diskusi etnis lah di bandingin dengan agama, piye toh - Original Message - From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, 21 September, 2008 03:37 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun baca yang jeli: Kalau menjadi atheis saja dibolehkan, berarti yang tidak atheis tapi tak memeluk satu agamapun tak menjadi masalah... cukup jelas bukan? - Original Message From: Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, September 20, 2008 10:03:26 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun ZFy: Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! *** Emangnya ada atheis punya agama? Emangnya ada agama atheis? Sorry, ngai ga tahan isengin kata2 tersebut, hehehehe, tapi jangan2 bener2 ada - Original Message - From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Friday, 19 September, 2008 18:13 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Terimakasih pak Syariff! ternyata tak hanya NU yang sanggup melahirkan tokoh2 berwawasan terbuka dan humanis! Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! harusnya tak menjadi masalah. Saya jadi teringat saat dialog dng Arif Budiman tentang masuknya dia ke Islam (ini omongan di forum resmi lho, bukan gosip bisik2), pada intinya dia menyebut alasannya masuk islam karena disyartkan oleh orang tua Leyla -calon istrinya, demi cinta ya dia mengalah, dalam kenyatannya dia toh tak sepenuhnya sbg pemeluk islam yang sejati. tapi memang dia tak berani terang2an dimuka umum mengumbar bahwa islamnya hanya islam KTP atau fomalitas! Dari kasus di atas, saya menagkap sebuah ketak berdayaan yang tragis. Seorang Aeif yang berani vokal melawan tirani poliik, dng resiko dipenjara sekalipun, tapi tak berani melawan arus umum di negeri kita yang sebenarnya salah kaprah: bahwa suami istri harus se-agama, Arif tak berani terang2an menyatakan, bahwa agama bukan hal yang utama dalam hubungan antar manusia! Yang lebih ironis, istrinya Leyla pernah menyindir di kompas, bahwa banyak kalangan di universitas Satyawacana sering mempersoalkan islmnya Arief.. Rupanya, Leyla sendiri sudah lupa, keluarganya juga pernah mempersoalkan ketidak islman arief kok! mungkin bukan Leyla pribadi yang mempersoalkan, tapi saat itu dia tak berdiri satu front dng arief untuk melawan kehendak orang tua! Apa dia masih punya hak menyindir orang lain? Arif pernah membela bahwa demi cinta dia mengalah, tapi mengapa demi cinta bukan agama yang mengalah? Mungkin ada yang menilai ini adalah persoalan pribadi Arif, tak perlu kita ikut campur. Tapi karena Arief adalah seorang pemikir sekaligus aktivis, perjuanganya menjadi sorotan publik, ketakberdayaannya melawan tirani politik agama di Indonesia menjadi sebuah catatan getir. ZFy --- On Thu, 9/18/08, HKSIS <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: HKSIS <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED] com> Date: Thursday, September 18, 2008, 2:21 AM http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0809/ 17/pol02. html Syafii Maarif Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun JAKARTA– Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tak bisa berbuka puasa dengan tenang. Ia harus menerima ucapan selamat yang terus mengalir dari para tamu yang memenuhi aula Gedung PP Muhammadiyah, Senin (15/9) sore itu. Laki-laki yang akrab dipanggil Buya itu baru saja menerima penghargaan Magsaysay Award dari The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) untuk kategori Peace and International Understanding. Magsaysay sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada Mochtar Lubis, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari. Namun pria kelahiran Sumbar itu justru menanggapi biasa saja penghargaan itu. “Sebenarnya saya tidak bisa menanggung beban pujian-pujian itu. Karena tidak sehebat itu. Tanya saja pada istri saya,” katanya. Ia malah mengharapkan penghargaan yang diterimanya itu dapat memberi inspirasi bagi kalangan muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan demokrasi, inklusivitas dan pluralisme dengan serius. Baginya, pluralitas harus mendapatkan perhatian utama, karena bangsa Indonesia lahir dari banyaknya suku-suku yang bersatu. Masyarakat di dalam suku tersebut memiliki beragama kepercayaan yang hidup. Sehingga, pemaksaan
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
baca yang jeli: Kalau menjadi atheis saja dibolehkan, berarti yang tidak atheis tapi tak memeluk satu agamapun tak menjadi masalah... cukup jelas bukan? - Original Message From: Liquid Yahoo <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, September 20, 2008 10:03:26 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun ZFy: Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! *** Emangnya ada atheis punya agama? Emangnya ada agama atheis? Sorry, ngai ga tahan isengin kata2 tersebut, hehehehe, tapi jangan2 bener2 ada - Original Message - From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Friday, 19 September, 2008 18:13 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Terimakasih pak Syariff! ternyata tak hanya NU yang sanggup melahirkan tokoh2 berwawasan terbuka dan humanis! Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! harusnya tak menjadi masalah. Saya jadi teringat saat dialog dng Arif Budiman tentang masuknya dia ke Islam (ini omongan di forum resmi lho, bukan gosip bisik2), pada intinya dia menyebut alasannya masuk islam karena disyartkan oleh orang tua Leyla -calon istrinya, demi cinta ya dia mengalah, dalam kenyatannya dia toh tak sepenuhnya sbg pemeluk islam yang sejati. tapi memang dia tak berani terang2an dimuka umum mengumbar bahwa islamnya hanya islam KTP atau fomalitas! Dari kasus di atas, saya menagkap sebuah ketak berdayaan yang tragis. Seorang Aeif yang berani vokal melawan tirani poliik, dng resiko dipenjara sekalipun, tapi tak berani melawan arus umum di negeri kita yang sebenarnya salah kaprah: bahwa suami istri harus se-agama, Arif tak berani terang2an menyatakan, bahwa agama bukan hal yang utama dalam hubungan antar manusia! Yang lebih ironis, istrinya Leyla pernah menyindir di kompas, bahwa banyak kalangan di universitas Satyawacana sering mempersoalkan islmnya Arief.. Rupanya, Leyla sendiri sudah lupa, keluarganya juga pernah mempersoalkan ketidak islman arief kok! mungkin bukan Leyla pribadi yang mempersoalkan, tapi saat itu dia tak berdiri satu front dng arief untuk melawan kehendak orang tua! Apa dia masih punya hak menyindir orang lain? Arif pernah membela bahwa demi cinta dia mengalah, tapi mengapa demi cinta bukan agama yang mengalah? Mungkin ada yang menilai ini adalah persoalan pribadi Arif, tak perlu kita ikut campur. Tapi karena Arief adalah seorang pemikir sekaligus aktivis, perjuanganya menjadi sorotan publik, ketakberdayaannya melawan tirani politik agama di Indonesia menjadi sebuah catatan getir. ZFy --- On Thu, 9/18/08, HKSIS <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: HKSIS <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED] com> Date: Thursday, September 18, 2008, 2:21 AM http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0809/ 17/pol02. html Syafii Maarif Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun JAKARTA– Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tak bisa berbuka puasa dengan tenang. Ia harus menerima ucapan selamat yang terus mengalir dari para tamu yang memenuhi aula Gedung PP Muhammadiyah, Senin (15/9) sore itu. Laki-laki yang akrab dipanggil Buya itu baru saja menerima penghargaan Magsaysay Award dari The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) untuk kategori Peace and International Understanding. Magsaysay sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada Mochtar Lubis, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari. Namun pria kelahiran Sumbar itu justru menanggapi biasa saja penghargaan itu. “Sebenarnya saya tidak bisa menanggung beban pujian-pujian itu.. Karena tidak sehebat itu. Tanya saja pada istri saya,” katanya. Ia malah mengharapkan penghargaan yang diterimanya itu dapat memberi inspirasi bagi kalangan muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan demokrasi, inklusivitas dan pluralisme dengan serius. Baginya, pluralitas harus mendapatkan perhatian utama, karena bangsa Indonesia lahir dari banyaknya suku-suku yang bersatu. Masyarakat di dalam suku tersebut memiliki beragama kepercayaan yang hidup. Sehingga, pemaksaan atas nama satu keyakinan tertentu pada masyarakat tersebut tidak boleh dibiarkan karena bisa melahirkan perpecahan. Bahkan, Sjafii juga menegaskan, di dunia ini, manusia diperbolehkan untuk tidak beragama ataupun menjadi ateis sekalipun. Asalkan, masing-masing pihak saling menghormati, tidak memiliki agenda tersembunyi ataupun saling menghancurkan satu sama lain. Pendapat tersebut didasarkan pada nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam Kitab Suci Al – Quran. “Menurut saya, Al – Quran itu lebih toleransi dibandingkan dengan orang Islam,” katanya. Ia mengakui, saat ia memutuskan untuk bicara masalah itu persoalannya tidak mudah. Ia menuai kemarahan yang hebat dari para ulama dan jug
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
ZFy: Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! *** Emangnya ada atheis punya agama? Emangnya ada agama atheis? Sorry, ngai ga tahan isengin kata2 tersebut, hehehehe, tapi jangan2 bener2 ada - Original Message - From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, 19 September, 2008 18:13 Subject: Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun Terimakasih pak Syariff! ternyata tak hanya NU yang sanggup melahirkan tokoh2 berwawasan terbuka dan humanis! Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! harusnya tak menjadi masalah. Saya jadi teringat saat dialog dng Arif Budiman tentang masuknya dia ke Islam (ini omongan di forum resmi lho, bukan gosip bisik2), pada intinya dia menyebut alasannya masuk islam karena disyartkan oleh orang tua Leyla -calon istrinya, demi cinta ya dia mengalah, dalam kenyatannya dia toh tak sepenuhnya sbg pemeluk islam yang sejati. tapi memang dia tak berani terang2an dimuka umum mengumbar bahwa islamnya hanya islam KTP atau fomalitas! Dari kasus di atas, saya menagkap sebuah ketak berdayaan yang tragis. Seorang Aeif yang berani vokal melawan tirani poliik, dng resiko dipenjara sekalipun, tapi tak berani melawan arus umum di negeri kita yang sebenarnya salah kaprah: bahwa suami istri harus se-agama, Arif tak berani terang2an menyatakan, bahwa agama bukan hal yang utama dalam hubungan antar manusia! Yang lebih ironis, istrinya Leyla pernah menyindir di kompas, bahwa banyak kalangan di universitas Satyawacana sering mempersoalkan islmnya Arief.. Rupanya, Leyla sendiri sudah lupa, keluarganya juga pernah mempersoalkan ketidak islman arief kok! mungkin bukan Leyla pribadi yang mempersoalkan, tapi saat itu dia tak berdiri satu front dng arief untuk melawan kehendak orang tua! Apa dia masih punya hak menyindir orang lain? Arif pernah membela bahwa demi cinta dia mengalah, tapi mengapa demi cinta bukan agama yang mengalah? Mungkin ada yang menilai ini adalah persoalan pribadi Arif, tak perlu kita ikut campur. Tapi karena Arief adalah seorang pemikir sekaligus aktivis, perjuanganya menjadi sorotan publik, ketakberdayaannya melawan tirani politik agama di Indonesia menjadi sebuah catatan getir. ZFy --- On Thu, 9/18/08, HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Thursday, September 18, 2008, 2:21 AM http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0809/ 17/pol02. html Syafii Maarif Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun JAKARTA– Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tak bisa berbuka puasa dengan tenang. Ia harus menerima ucapan selamat yang terus mengalir dari para tamu yang memenuhi aula Gedung PP Muhammadiyah, Senin (15/9) sore itu. Laki-laki yang akrab dipanggil Buya itu baru saja menerima penghargaan Magsaysay Award dari The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) untuk kategori Peace and International Understanding. Magsaysay sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada Mochtar Lubis, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari. Namun pria kelahiran Sumbar itu justru menanggapi biasa saja penghargaan itu. “Sebenarnya saya tidak bisa menanggung beban pujian-pujian itu. Karena tidak sehebat itu. Tanya saja pada istri saya,” katanya. Ia malah mengharapkan penghargaan yang diterimanya itu dapat memberi inspirasi bagi kalangan muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan demokrasi, inklusivitas dan pluralisme dengan serius. Baginya, pluralitas harus mendapatkan perhatian utama, karena bangsa Indonesia lahir dari banyaknya suku-suku yang bersatu. Masyarakat di dalam suku tersebut memiliki beragama kepercayaan yang hidup. Sehingga, pemaksaan atas nama satu keyakinan tertentu pada masyarakat tersebut tidak boleh dibiarkan karena bisa melahirkan perpecahan. Bahkan, Sjafii juga menegaskan, di dunia ini, manusia diperbolehkan untuk tidak beragama ataupun menjadi ateis sekalipun. Asalkan, masing-masing pihak saling menghormati, tidak memiliki agenda tersembunyi ataupun saling menghancurkan satu sama lain. Pendapat tersebut didasarkan pada nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam Kitab Suci Al – Quran. “Menurut saya, Al – Quran itu lebih toleransi dibandingkan dengan orang Islam,” katanya. Ia mengakui, saat ia memutuskan untuk bicara masalah itu persoalannya tidak mudah. Ia menuai kemarahan yang hebat dari para ulama dan juga kaum intelektual. Bahkan, salah satu dari mereka sangat kecewa dan segera menanyakan posisi teologis Sjafii sebagai seorang muslim. Namun, setelah dijelaskan pandangannya, pihak-pihak ya
Re: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
Terimakasih pak Syariff! ternyata tak hanya NU yang sanggup melahirkan tokoh2 berwawasan terbuka dan humanis! Jika menjadi Atheis saja berhak, apalagi menjadi seorang yang tak beragama! harusnya tak menjadi masalah. Saya jadi teringat saat dialog dng Arif Budiman tentang masuknya dia ke Islam (ini omongan di forum resmi lho, bukan gosip bisik2), pada intinya dia menyebut alasannya masuk islam karena disyartkan oleh orang tua Leyla -calon istrinya, demi cinta ya dia mengalah, dalam kenyatannya dia toh tak sepenuhnya sbg pemeluk islam yang sejati. tapi memang dia tak berani terang2an dimuka umum mengumbar bahwa islamnya hanya islam KTP atau fomalitas! Dari kasus di atas, saya menagkap sebuah ketak berdayaan yang tragis. Seorang Aeif yang berani vokal melawan tirani poliik, dng resiko dipenjara sekalipun, tapi tak berani melawan arus umum di negeri kita yang sebenarnya salah kaprah: bahwa suami istri harus se-agama, Arif tak berani terang2an menyatakan, bahwa agama bukan hal yang utama dalam hubungan antar manusia! Yang lebih ironis, istrinya Leyla pernah menyindir di kompas, bahwa banyak kalangan di universitas Satyawacana sering mempersoalkan islmnya Arief. Rupanya, Leyla sendiri sudah lupa, keluarganya juga pernah mempersoalkan ketidak islman arief kok! mungkin bukan Leyla pribadi yang mempersoalkan, tapi saat itu dia tak berdiri satu front dng arief untuk melawan kehendak orang tua! Apa dia masih punya hak menyindir orang lain? Arif pernah membela bahwa demi cinta dia mengalah, tapi mengapa demi cinta bukan agama yang mengalah? Mungkin ada yang menilai ini adalah persoalan pribadi Arif, tak perlu kita ikut campur. Tapi karena Arief adalah seorang pemikir sekaligus aktivis, perjuanganya menjadi sorotan publik, ketakberdayaannya melawan tirani politik agama di Indonesia menjadi sebuah catatan getir. ZFy --- On Thu, 9/18/08, HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun To: "HKSIS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Thursday, September 18, 2008, 2:21 AM http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0809/ 17/pol02. html Syafii Maarif Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun JAKARTA– Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tak bisa berbuka puasa dengan tenang. Ia harus menerima ucapan selamat yang terus mengalir dari para tamu yang memenuhi aula Gedung PP Muhammadiyah, Senin (15/9) sore itu. Laki-laki yang akrab dipanggil Buya itu baru saja menerima penghargaan Magsaysay Award dari The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) untuk kategori Peace and International Understanding. Magsaysay sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada Mochtar Lubis, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari. Namun pria kelahiran Sumbar itu justru menanggapi biasa saja penghargaan itu. “Sebenarnya saya tidak bisa menanggung beban pujian-pujian itu. Karena tidak sehebat itu. Tanya saja pada istri saya,” katanya. Ia malah mengharapkan penghargaan yang diterimanya itu dapat memberi inspirasi bagi kalangan muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan demokrasi, inklusivitas dan pluralisme dengan serius. Baginya, pluralitas harus mendapatkan perhatian utama, karena bangsa Indonesia lahir dari banyaknya suku-suku yang bersatu. Masyarakat di dalam suku tersebut memiliki beragama kepercayaan yang hidup. Sehingga, pemaksaan atas nama satu keyakinan tertentu pada masyarakat tersebut tidak boleh dibiarkan karena bisa melahirkan perpecahan.. Bahkan, Sjafii juga menegaskan, di dunia ini, manusia diperbolehkan untuk tidak beragama ataupun menjadi ateis sekalipun. Asalkan, masing-masing pihak saling menghormati, tidak memiliki agenda tersembunyi ataupun saling menghancurkan satu sama lain. Pendapat tersebut didasarkan pada nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam Kitab Suci Al – Quran. “Menurut saya, Al – Quran itu lebih toleransi dibandingkan dengan orang Islam,” katanya. Ia mengakui, saat ia memutuskan untuk bicara masalah itu persoalannya tidak mudah. Ia menuai kemarahan yang hebat dari para ulama dan juga kaum intelektual. Bahkan, salah satu dari mereka sangat kecewa dan segera menanyakan posisi teologis Sjafii sebagai seorang muslim. Namun, setelah dijelaskan pandangannya, pihak-pihak yang marah tersebut hanya diam hingga sekarang. Menurutnya, beberapa ayat di dalam Al – Quran sangat jelas menegaskan tidak boleh adanya pemaksaan dalam beragama. Bahkan, katanya, nabi pun dilarang memaksa. “Jadi, kalau orang mau beriman mari beriman kalau tidak juga mari. Perkara nanti perkara di depan Tuhan itu urusan mereka. Tapi tidak ada kekuatan duniawi untuk memaksa orang atau pengadilan untuk membunuh atau menghukum orang yang tidak beriman. Itu pendapat saya,” paparnya. Ia melihat, kemarahan yang ditunjukkan kepadanya, kemungkinan besar karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang pemahaman teologis aya
[budaya_tionghua] Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0809/17/pol02.html Syafii Maarif Manusia Berhak Menjadi Ateis Sekalipun JAKARTA? Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif tak bisa berbuka puasa dengan tenang. Ia harus menerima ucapan selamat yang terus mengalir dari para tamu yang memenuhi aula Gedung PP Muhammadiyah, Senin (15/9) sore itu. Laki-laki yang akrab dipanggil Buya itu baru saja menerima penghargaan Magsaysay Award dari The Board of Trustees of the Ramon Magsaysay Foundation (RMAF) untuk kategori Peace and International Understanding. Magsaysay sebelumnya juga pernah dianugerahkan kepada Mochtar Lubis, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer Abdurrahman Wahid dan Dita Indah Sari. Namun pria kelahiran Sumbar itu justru menanggapi biasa saja penghargaan itu. ?Sebenarnya saya tidak bisa menanggung beban pujian-pujian itu. Karena tidak sehebat itu. Tanya saja pada istri saya,? katanya. Ia malah mengharapkan penghargaan yang diterimanya itu dapat memberi inspirasi bagi kalangan muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan demokrasi, inklusivitas dan pluralisme dengan serius. Baginya, pluralitas harus mendapatkan perhatian utama, karena bangsa Indonesia lahir dari banyaknya suku-suku yang bersatu. Masyarakat di dalam suku tersebut memiliki beragama kepercayaan yang hidup. Sehingga, pemaksaan atas nama satu keyakinan tertentu pada masyarakat tersebut tidak boleh dibiarkan karena bisa melahirkan perpecahan. Bahkan, Sjafii juga menegaskan, di dunia ini, manusia diperbolehkan untuk tidak beragama ataupun menjadi ateis sekalipun. Asalkan, masing-masing pihak saling menghormati, tidak memiliki agenda tersembunyi ataupun saling menghancurkan satu sama lain. Pendapat tersebut didasarkan pada nilai-nilai toleransi yang terkandung dalam Kitab Suci Al ? Quran. ?Menurut saya, Al ? Quran itu lebih toleransi dibandingkan dengan orang Islam,? katanya. Ia mengakui, saat ia memutuskan untuk bicara masalah itu persoalannya tidak mudah. Ia menuai kemarahan yang hebat dari para ulama dan juga kaum intelektual. Bahkan, salah satu dari mereka sangat kecewa dan segera menanyakan posisi teologis Sjafii sebagai seorang muslim. Namun, setelah dijelaskan pandangannya, pihak-pihak yang marah tersebut hanya diam hingga sekarang. Menurutnya, beberapa ayat di dalam Al ? Quran sangat jelas menegaskan tidak boleh adanya pemaksaan dalam beragama. Bahkan, katanya, nabi pun dilarang memaksa. ?Jadi, kalau orang mau beriman mari beriman kalau tidak juga mari. Perkara nanti perkara di depan Tuhan itu urusan mereka. Tapi tidak ada kekuatan duniawi untuk memaksa orang atau pengadilan untuk membunuh atau menghukum orang yang tidak beriman. Itu pendapat saya,? paparnya. Ia melihat, kemarahan yang ditunjukkan kepadanya, kemungkinan besar karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang pemahaman teologis ayat-ayat Quran terkait dengan kebebasan untuk berkehendak dan memilih. Dalam pandangannya, sesuai dengan Al-Quran, Tuhan sejatinya menawarkan kebebasan terhadap seluruh umat manusia untuk mempercayai ataupun tidak mempercayai, sedangkan resikonya merupakan urusan pribadi masing-masing dengan Tuhan. ?Dengan kata lain, seseorang yang mengklaim dirinya sebagai seorang ateis ataupun orang yang ingkar terhadap agama tidak dapat dibawa ke pengadilan untuk menghadapi hukuman agama sebagaimana pandangan yang dianut muslim klasik,? katanya. Tak Boleh Monopoli Ia juga menyadari, saat ini tidak banyak ulama yang mau membuka kembali Quran dan menempatkanya secara kontekstual. Sehingga, untuk masalah ini ke depan akan sangat tergantung pada kemampuan umat muslim untuk memberikan respon secara kreatif dalam menghadapi tantangan hari ini. Pasalnya, interpretasi teks keagamaan harus dilihat dalam kaca mata waktu saat itu. Karenanya, seorang ahli yang kaliberpun tidak punya hak untuk memonopoli kebenaran. Al ? Quran, katanya, secara tegas melarang umat manusia secara buta menjadi pengikut para ulama. Bahkan, Al- Quran menegaskan membunuh seseorang artinya membunuh seluruh kemanusiaan. Dia melihat, kelompok militan dan radikal yang siap untuk mati umumnya mempertahankan fatwa-fatwa dari pandangan Islam klasik. Salah satu contohnya adalah peledakan bom di Bali dan JW Mariot. Terkadang, untuk kelompok seperti ini, membunuh orang lain yang berbeda secara ideologis dari pandangan agamanya dalam beberapa kasus sebenarnya justru demi kepentingan uang. Oleh karena itu, yang terjadi sebenarnya adalah penyalahgunaan agama untuk kepentingan dan tujuan rendah. ?Secara adil tidak hanya orang muslim yang melakukan monopoli praktik bom bunuh diri. Beberapa pengikut agama lain juga sering melakukan hal yang sama. Ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh beberapa orang harus bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang salah tersebut,? imbuhnya. Namun, bagaimana itu dijalankan di Indonesia, ketika hukum negarapun ternyata masih mencantumkan pasal tentang penistaan agama? Ia pun menjawab dengan singkat