[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-16 Terurut Topik indoguoyue
Ardian,

Saya sadar bahwa hobi orang itu bermacam-macam, oleh karena itu saya 
sudah bilang bahwa posisi saya berseberangan dengan pak Suryana, dan 
perdebatan saya dengan pak Suryana tidak akan bisa menemukan solusi 
apa-apa.

Disini saya tidak berbicara tentang masalah hobi dengan pak Suryana, 
disini yang saya bicarakan adalah usaha kita untuk melestarikan 
budaya warisan leluhur kita.

Kalau menurut anda scope/cakupan budaya Tionghua itu luas, maka saya 
yakin anda tidak akan bingung/kesulitan untuk menjawab apa 
kontribusi anda pada budaya Tionghua.

Dan saya tidak hanya bertanya tentang kontribusi, saya bertanya 
tentang seberapa perdulikah anda semua pada budaya Tionghua?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Mingjin ,
> 
> org itu hobbynya macem2, jadi rasanya gak pada tempatnya tanya apa 
> kontribusi bp.Suryana buat budaya tionghoa.
> Sama jg kalau anda tanya apa kontribusi saya ? Saya bakal bingung 
> menjawabnya.
> 
> Scope cakupan budaya tionghua itu gak sesempit yg kita pikir.
> 
> 
> 
> Ardian
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "indoguoyue" 
>  wrote:
> >
> > Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang 
menyaksikan 
> > Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang 
segalanya 
> > serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka 
lebih 
> > baik dibandingkan kita.
> > 
> > Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni 
> tidak 
> > diexploitasi secara berlebihan.
> > 
> > Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan 
> melupakan 
> > bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami 
dan 
> > mengerti bentuk asli seni itu sendiri.
> > 
> > Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali 
> > infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas 
> namakan 
> > inovasi dan kolaborasi
> > 
> > Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang 
kromong 
> > misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah 
kolaborasi 
> > antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang 
> > adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya?
> > 
> > Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir 
> > karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, 
saya 
> > berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, 
> > sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton 
> yang 
> > menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu 
> sendiri, 
> > saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni 
budaya 
> > Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya 
> > Tionghua?
> > 
> > 
> > 
> > > 
> > > Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu 
> > keluar disaat
> > > tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk 
> > keluar setiap
> > > saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang 
> > eksistensinya
> > > rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, 
> toko-
> > toko/ruko
> > > yang berjejer dan berkembang secara cepat...
> > > Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan.
> > > Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman 
> > klenteng untuk
> > > latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh 
> pulau
> > > terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru 
> sekali 
> > nonton
> > > barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee 
> atawa 
> > Chenlung
> > > :o)
> > > 
> > > +++
> > > Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat 
sudah 
> > masuk ke
> > > dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi 
> > tersebut.
> > > 
> > > 
> > > Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi 
> > tetap eksis
> > > dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di 
butuhkan 
> > inovasi,
> > > karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi.
> > > 
> > > +++
> > > Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik 
> > konteporer
> > > modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini 
> tinggal 
> > pencinta
> > > seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru 
dan
> > > meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima 
kedua 
> > nya dengan
> > > risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-
> katung 
> > semisal
> > > musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu 
> karya 
> > baru yang
> > > sulit dicari peminatnya...
> > > 
> > > Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa 
> > dibilang pernah
> > > di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya
> > > ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat 
> pasar 
> > baru (
> > > kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal 
> gedung 
> > tersebut
> > > di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke 
gedung 
> > kesenian )
> > > tetap saja eksistensinya kur

[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-16 Terurut Topik ardian_c
Mingjin ,

org itu hobbynya macem2, jadi rasanya gak pada tempatnya tanya apa 
kontribusi bp.Suryana buat budaya tionghoa.
Sama jg kalau anda tanya apa kontribusi saya ? Saya bakal bingung 
menjawabnya.

Scope cakupan budaya tionghua itu gak sesempit yg kita pikir.



Ardian

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "indoguoyue" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang menyaksikan 
> Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang segalanya 
> serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka lebih 
> baik dibandingkan kita.
> 
> Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni 
tidak 
> diexploitasi secara berlebihan.
> 
> Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan 
melupakan 
> bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami dan 
> mengerti bentuk asli seni itu sendiri.
> 
> Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali 
> infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas 
namakan 
> inovasi dan kolaborasi
> 
> Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang kromong 
> misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah kolaborasi 
> antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang 
> adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya?
> 
> Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir 
> karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, saya 
> berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, 
> sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton 
yang 
> menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu 
sendiri, 
> saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni budaya 
> Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya 
> Tionghua?
> 
> 
> 
> > 
> > Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu 
> keluar disaat
> > tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk 
> keluar setiap
> > saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang 
> eksistensinya
> > rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, 
toko-
> toko/ruko
> > yang berjejer dan berkembang secara cepat...
> > Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan.
> > Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman 
> klenteng untuk
> > latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh 
pulau
> > terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru 
sekali 
> nonton
> > barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee 
atawa 
> Chenlung
> > :o)
> > 
> > +++
> > Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah 
> masuk ke
> > dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi 
> tersebut.
> > 
> > 
> > Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi 
> tetap eksis
> > dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan 
> inovasi,
> > karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi.
> > 
> > +++
> > Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik 
> konteporer
> > modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini 
tinggal 
> pencinta
> > seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan
> > meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua 
> nya dengan
> > risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-
katung 
> semisal
> > musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu 
karya 
> baru yang
> > sulit dicari peminatnya...
> > 
> > Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa 
> dibilang pernah
> > di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya
> > ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat 
pasar 
> baru (
> > kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal 
gedung 
> tersebut
> > di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung 
> kesenian )
> > tetap saja eksistensinya kurang diminat-i
> > 
> > EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama 
> manusia nya
> > memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya 
> manusia biasa,
> > dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan.
> > 
> > sur.
> >
>






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-16 Terurut Topik indoguoyue
Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang menyaksikan 
Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang segalanya 
serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka lebih 
baik dibandingkan kita.

Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni tidak 
diexploitasi secara berlebihan.

Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan melupakan 
bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami dan 
mengerti bentuk asli seni itu sendiri.

Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali 
infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas namakan 
inovasi dan kolaborasi

Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang kromong 
misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah kolaborasi 
antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang 
adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya?

Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir 
karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, saya 
berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, 
sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton yang 
menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu sendiri, 
saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni budaya 
Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya 
Tionghua?



> 
> Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu 
keluar disaat
> tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk 
keluar setiap
> saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang 
eksistensinya
> rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, toko-
toko/ruko
> yang berjejer dan berkembang secara cepat...
> Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan.
> Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman 
klenteng untuk
> latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh pulau
> terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru sekali 
nonton
> barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee atawa 
Chenlung
> :o)
> 
> +++
> Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah 
masuk ke
> dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi 
tersebut.
> 
> 
> Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi 
tetap eksis
> dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan 
inovasi,
> karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi.
> 
> +++
> Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik 
konteporer
> modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini tinggal 
pencinta
> seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan
> meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua 
nya dengan
> risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-katung 
semisal
> musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu karya 
baru yang
> sulit dicari peminatnya...
> 
> Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa 
dibilang pernah
> di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya
> ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat pasar 
baru (
> kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal gedung 
tersebut
> di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung 
kesenian )
> tetap saja eksistensinya kurang diminat-i
> 
> EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama 
manusia nya
> memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya 
manusia biasa,
> dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan.
> 
> sur.
>







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-16 Terurut Topik Suryana
From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]>

> Anda lihat dan mengakui bahwa saat Barongsai menjadi tontonan yang
> membosankan, hal ini dikarenakan pelaku seni Barongsai tersebut
> tidak menempatkan seni barongsai sebagai sesuatu yang luhur dan
> harus dijunjung tinggi, parahnya lagi kalau mereka sudah bergantung
> pada seni Barongsai untuk mencari makan :(

Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu keluar disaat
tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk keluar setiap
saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang eksistensinya
rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, toko-toko/ruko
yang berjejer dan berkembang secara cepat...
Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan.
Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman klenteng untuk
latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh pulau
terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru sekali nonton
barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee atawa Chenlung
:o)


>
> Ekploitasi yang berlebihan akan membuat seni itu menjadi terkesan
> murahan.
+++
Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah masuk ke
dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi tersebut.

>
> Kolaborasi bukanlah jawaban yang tepat dalam pelestarian seni
> budaya. kolaborasi boleh-boleh saja dilakukan sebagai variasi dalam
> seni selama kita masih bisa memelihara bentuk aslinya.

Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi tetap eksis
dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan inovasi,
karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi.

>
> Saya tidak menutup diri hanya dengan mendengarkan musik tradisional
> China, saya senang mendengar berbagai macam jenis musik, seperti
> musik klasik barat, Keroncong, musik tradisional India, Dayak,
> Jepang, Flamenco, Jazz, Country, Bossanova dan juga sebagian lagu2
> pop masa kini dan masa lalu.
>
> Setiap musik tradisional etnis manapun memiliki ciri khas dan
> keindahan tersendiri, hal itu membuat saya selalu berpendapat bahwa
> harus ada pelestarian budaya tradisional asli. Sayang sekali kalau
> keindahan itu harus hilang total atau kehilangan sebagian dari warna
> aslinya.
+++
Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik konteporer
modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini tinggal pencinta
seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan
meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua nya dengan
risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-katung semisal
musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu karya baru yang
sulit dicari peminatnya...

Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa dibilang pernah
di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya
?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat pasar baru (
kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal gedung tersebut
di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung kesenian )
tetap saja eksistensinya kurang diminat-i

EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama manusia nya
memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya manusia biasa,
dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan.

sur.



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-15 Terurut Topik indoguoyue
Anda lihat dan mengakui bahwa saat Barongsai menjadi tontonan yang 
membosankan, hal ini dikarenakan pelaku seni Barongsai tersebut 
tidak menempatkan seni barongsai sebagai sesuatu yang luhur dan 
harus dijunjung tinggi, parahnya lagi kalau mereka sudah bergantung 
pada seni Barongsai untuk mencari makan :(

Ekploitasi yang berlebihan akan membuat seni itu menjadi terkesan 
murahan.

Kolaborasi bukanlah jawaban yang tepat dalam pelestarian seni 
budaya. kolaborasi boleh-boleh saja dilakukan sebagai variasi dalam 
seni selama kita masih bisa memelihara bentuk aslinya.

Saya tidak menutup diri hanya dengan mendengarkan musik tradisional 
China, saya senang mendengar berbagai macam jenis musik, seperti 
musik klasik barat, Keroncong, musik tradisional India, Dayak, 
Jepang, Flamenco, Jazz, Country, Bossanova dan juga sebagian lagu2 
pop masa kini dan masa lalu. 

Setiap musik tradisional etnis manapun memiliki ciri khas dan 
keindahan tersendiri, hal itu membuat saya selalu berpendapat bahwa 
harus ada pelestarian budaya tradisional asli. Sayang sekali kalau 
keindahan itu harus hilang total atau kehilangan sebagian dari warna 
aslinya.




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Suryana" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Yup sampai saat ini budaya Barongsay sudah menjadi seni 
memobosankan karena
> seringnya tampil di setiap acara, dan hal inilah yang sulit di 
hindar-i
> disaat etnis Tionghoa Indonesia ingin meluapkan kegembiraan nya 
dengan
> bebasnya mempertunjukan salah satu budaya nya ( setahuku untuk 
mengundang
> tampil tari Barongsay dibutuhkan dana sekitar 30 juta-an 
tergantung lokasi
> dan dari daerah mana.
> 
> Sedang untuk budaya seni suara yang kena serbu dari luar, juga 
dialam-i oleh
> negara-negara Europa ( mohon di ingat Europa sendiri memiliki 
budaya
> sendiri ), dimana sampai saat ini 'mereka' berusaha keras untuk 
menahan
> serbuan dari luar, dan...salah satu solusi adalah 
berkolaborasi
> sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan semua.
> 
> Budaya dimanapun juga berdasarkan sejarah akan selalu berubah, 
dimana
> pemegang kekuasaan tertinggi lah budaya yang akan di adop, disaat 
ini sudah
> kita ketahui siapa pemegang kekuasaan dunia ini, ngotot dan 
menutup diri
> juga bukan sebuah solusi, karena generasi muda tidak akan mudah 
untuk di
> cegah menerima budaya luar ( terutama di seni suara/musik ), apa 
mungkin
> irama rap dari rapper Eminem yang jelas-jelas kata-kata/lyrik nya 
tidak
> sesuai dengan budaya kita dilarang untuk tidak didengar oleh 
keturunan kita,
> sedang musik tersebut diputar di mana-mana diluar rumah, sebagai 
orang tua
> nantinya akan dikatakan kuno oleh keturunan kita, tentunya ucapan 
tersebut
> ada yang spontan ada pula yang diucapkan dibelakang kita, belum 
lagi di
> pergaulan keturunan kita memiliki teman yang beragam...
> 
> Contoh menarik...musik Dangdut menjelang akhir 90-an boleh 
dibilang
> masih menjadi jenis musik kelas bawah, dan.saat ini kelas 
atas, dan
> dari segala etnis pun sudah tidak lagi malu untuk mendengarkannya 
( dan bagi
> yang tidak suka pun tidak akan memberikan komentar jelek kepada 
penggemar
> musik tersebut.
> 
> - Original Message -
> From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> 
> >
> > Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan 
membuat seni
> > Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya 
kenal
> > sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain 
atraksi yang
> > ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering.
> >
> > Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi 
seni
> > budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk 
kepentingan
> > materi semata.
> >
> > Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama 
lebih
> > dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, 
jangankan
> > untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan 
dengan
> > diam-diam.
> >
> > Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan 
murahan
> > yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau 
diajarkan
> > oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri 
(hanya
> > demi materi)
> >
> > Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan 
orang
> > yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya.
> > Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu 
sendiri
> > dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global.
> >
> >
>







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Y

Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-15 Terurut Topik Suryana
Yup sampai saat ini budaya Barongsay sudah menjadi seni memobosankan karena
seringnya tampil di setiap acara, dan hal inilah yang sulit di hindar-i
disaat etnis Tionghoa Indonesia ingin meluapkan kegembiraan nya dengan
bebasnya mempertunjukan salah satu budaya nya ( setahuku untuk mengundang
tampil tari Barongsay dibutuhkan dana sekitar 30 juta-an tergantung lokasi
dan dari daerah mana.

Sedang untuk budaya seni suara yang kena serbu dari luar, juga dialam-i oleh
negara-negara Europa ( mohon di ingat Europa sendiri memiliki budaya
sendiri ), dimana sampai saat ini 'mereka' berusaha keras untuk menahan
serbuan dari luar, dan...salah satu solusi adalah berkolaborasi
sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan semua.

Budaya dimanapun juga berdasarkan sejarah akan selalu berubah, dimana
pemegang kekuasaan tertinggi lah budaya yang akan di adop, disaat ini sudah
kita ketahui siapa pemegang kekuasaan dunia ini, ngotot dan menutup diri
juga bukan sebuah solusi, karena generasi muda tidak akan mudah untuk di
cegah menerima budaya luar ( terutama di seni suara/musik ), apa mungkin
irama rap dari rapper Eminem yang jelas-jelas kata-kata/lyrik nya tidak
sesuai dengan budaya kita dilarang untuk tidak didengar oleh keturunan kita,
sedang musik tersebut diputar di mana-mana diluar rumah, sebagai orang tua
nantinya akan dikatakan kuno oleh keturunan kita, tentunya ucapan tersebut
ada yang spontan ada pula yang diucapkan dibelakang kita, belum lagi di
pergaulan keturunan kita memiliki teman yang beragam...

Contoh menarik...musik Dangdut menjelang akhir 90-an boleh dibilang
masih menjadi jenis musik kelas bawah, dan.saat ini kelas atas, dan
dari segala etnis pun sudah tidak lagi malu untuk mendengarkannya ( dan bagi
yang tidak suka pun tidak akan memberikan komentar jelek kepada penggemar
musik tersebut.

- Original Message -
From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]>


>
> Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan membuat seni
> Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya kenal
> sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain atraksi yang
> ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering.
>
> Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi seni
> budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk kepentingan
> materi semata.
>
> Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama lebih
> dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, jangankan
> untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan dengan
> diam-diam.
>
> Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan murahan
> yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau diajarkan
> oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri (hanya
> demi materi)
>
> Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan orang
> yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya.
> Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu sendiri
> dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global.
>
>



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-15 Terurut Topik ulysee
Setujuu Kang Sur, kebudayaan itu sekarang bukan hak milik suku-etnis
tertentu saja, tapi bisa oleh siapa saja yang mau memeliharanya. 

Tapi ada setujunya juga sih sama indoguoye, hehehe. 

Maksudnya begini lhoh, sementara gue tahunya tarian barongsay itu
disakralkan dan dianggap kesenian bermutu, sampai ada kejuaraannya
segala, agak miris lah hati ini sewaktu melihat barongsay yang joget di
jalanan depan rumah, lompat pun hanya sekenanya, gerakan cuman megal
megol semaunya, sama sekali enggak ada hati yang memainkannya, asal
goyang, tidak menjiwai 'sandiwara' jadi binatang itu, asal dapat
angpaunya saja. 

Papi gue ngomel panjang pendek melihatnya, katanya jaman dulu itu
barongsay malahan diwariskan, dipelihara hati-hati, bahkan bisa sampe
babak belur membelanya (gue percaya sebab udah nonton pelem si Jet lee)
sekarang kok dianggap mainan anak-anak, di goyang tanpa penghayatan,
sedih donk. 

Tapi terus si papi juga melanjutkan dengan ketawa, tapi masih lebih
bagus boleh berlari lari di jalan, daripada itu barongsay terkurung lesu
di dalam gudang saja, hihihi. 

Sama seperti gue yang pernah dikuliahin sedikt tentang talempong
(itu tuh gamelan padang) begitu melihat pertunjukan talempong di luar
negeri, sempat mengomel karena ja dari keindahan talempong yang
di tanah air. Tapi ada sedikit bangganya juga, sebab yang samasekali
enggak ngerti sih tetap saja manggut-manggut bilang "bagus! bagus!"
hihihihi.  

{Sementara gue ngomel dalam hati, 
talempong kok kayak gending jawa, lambrettt bo!<= padahal baru
ngerti sedikit aja udah berani komentar kayak gini, hihihi}



-Original Message-
From: Suryana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 14, 2006 10:44 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi
budaya Tionghua


From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]>


> Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya
> tionghua:
>
> Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua 
> oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.
>
> Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 tertentu, 
> sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran atau bahkan 
> mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, seringkali para 
> "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang Tionghua.

Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan
tidak semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah
universalnya budaya Tionghoa. Sedang komersialisasi tidak bisa lagi
dihindari karena dengan hanya mempertunjukan Barongsay/naga di even
tertentu malah akan menimbulkan lagi kesan eksklusivismenya Tionghoa
yang jelas-jelas hal ini tidak akan pernah ada didalam kamus Tionghoa
terutama Tionghoa perantauan..
>
> Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum 
> yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan 
> menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified.
>
> Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak jenis

> musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak 
> diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk 
> dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik tradisional 
> Hakka yang hampir punah di kota Bandung)

Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang
biarpun pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang
disaat orang tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di
dapat. Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung,
janganlah kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga
musik sunda lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan
menjadi wajar karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap
memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya.
>
> Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman 
> dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin dari

> budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman sekarang 
> banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral kepada siapa 
> saja yang sanggup membayar.

Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan
setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga dalam
( maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi
bisa terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu
tetap bayar iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku
alhasil nafasku jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah
aliran darah ngkali yah )
>
> Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya tionghua 
> secara perlahan-lahan tanpa kita sadari.

Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bi

[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-14 Terurut Topik indoguoyue

Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan membuat seni
Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya kenal
sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain atraksi yang
ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering.

Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi seni
budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk kepentingan
materi semata.

Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama lebih
dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, jangankan
untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan dengan
diam-diam.

Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan murahan
yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau diajarkan
oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri (hanya
demi materi)

Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan orang
yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya.
Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu sendiri
dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Suryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: "indoguoyue" [EMAIL PROTECTED]
>
>
> > Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya
> > tionghua:
> >
> > Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua
> > oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.
> >
> > Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2
> > tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran
> > atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya,
> > seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang
> > Tionghua.
> 
> Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan
tidak
> semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah
universalnya
> budaya Tionghoa.
> Sedang komersialisasi tidak bisa lagi dihindari karena dengan hanya
> mempertunjukan Barongsay/naga di even tertentu malah akan menimbulkan
lagi
> kesan eksklusivismenya Tionghoa yang jelas-jelas hal ini tidak akan
pernah
> ada didalam kamus Tionghoa terutama Tionghoa perantauan..
> >
> > Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum
> > yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan
> > menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified.
> >
> > Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak
> > jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak
> > diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk
> > dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik
> > tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung)
> 
> Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang
biarpun
> pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang disaat
orang
> tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di dapat.
> Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung,
janganlah
> kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga musik
sunda
> lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan menjadi wajar
> karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap
> memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya.
> >
> > Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman
> > dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin
> > dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman
> > sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral
> > kepada siapa saja yang sanggup membayar.
> 
> Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan
> setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga
dalam (
> maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi
bisa
> terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu tetap
bayar
> iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku alhasil
nafasku
> jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah aliran darah
ngkali
> yah )
> >
> > Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya
> > tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari.
> 
> Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bisa
benar-benar
> punah, yang terjadi hanyalah kompilasi budaya koq...
>
> sur ( di Jakjazz kemarin pemain top di tantang untuk berkolaborasi
dengan
> peralatan musik Tionghoa, hasilnya ok banget tuh )
> >
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" kiekian@ wrote:
> > >
> > > Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan
> > > mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan
milis
> > > "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya
> > ada
> > > menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan
> > agama
> > > apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU A

Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-14 Terurut Topik Suryana
From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]>


> Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya
> tionghua:
>
> Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua
> oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.
>
> Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2
> tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran
> atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya,
> seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang
> Tionghua.

Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan tidak
semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah universalnya
budaya Tionghoa.
Sedang komersialisasi tidak bisa lagi dihindari karena dengan hanya
mempertunjukan Barongsay/naga di even tertentu malah akan menimbulkan lagi
kesan eksklusivismenya Tionghoa yang jelas-jelas hal ini tidak akan pernah
ada didalam kamus Tionghoa terutama Tionghoa perantauan..
>
> Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum
> yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan
> menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified.
>
> Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak
> jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak
> diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk
> dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik
> tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung)

Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang biarpun
pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang disaat orang
tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di dapat.
Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung, janganlah
kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga musik sunda
lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan menjadi wajar
karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap
memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya.
>
> Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman
> dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin
> dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman
> sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral
> kepada siapa saja yang sanggup membayar.

Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan
setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga dalam (
maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi bisa
terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu tetap bayar
iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku alhasil nafasku
jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah aliran darah ngkali
yah )
>
> Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya
> tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari.

Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bisa benar-benar
punah, yang terjadi hanyalah kompilasi budaya koq...

sur ( di Jakjazz kemarin pemain top di tantang untuk berkolaborasi dengan
peralatan musik Tionghoa, hasilnya ok banget tuh )
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan
> > mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan milis
> > "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya
> ada
> > menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan
> agama
> > apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU APP
> maupun
> > kewarganegaraan tdk perlu dilanjutkan karena tidak berkaitan dengan
> > milis ini.
> >
> >
> >
> > Sangat disayangkan selama lebih dari 30 tahun budaya tionghoa di
> > Indonesia sepertinya hampir musnah karena dilarang oleh pemerintah
> > waktu itu.
> >
> > Bersyukur sekarang ini sudah mulai kembali di kembangkan lagi. Cuma
> > mungkin masih disayangkan banyak yang di "bisnis"kan alias utk
> > mempelajari kebudayaan tionghoa di Indonesia mesti mengikuti kelas
> dgn
> > bayaran yang tidak murah (CMIIW).
> >



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua

2006-03-13 Terurut Topik indoguoyue
Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya 
tionghua:

Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua 
oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.

Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 
tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran 
atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, 
seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang 
Tionghua.

Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum 
yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan 
menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified.

Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak 
jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak 
diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk 
dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik 
tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung)

Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman 
dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin 
dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman 
sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral 
kepada siapa saja yang sanggup membayar.

Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya 
tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan
> mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan milis
> "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya 
ada
> menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan 
agama
> apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU APP 
maupun
> kewarganegaraan tdk perlu dilanjutkan karena tidak berkaitan dengan
> milis ini.
> 
> 
> 
> Sangat disayangkan selama lebih dari 30 tahun budaya tionghoa di
> Indonesia sepertinya hampir musnah karena dilarang oleh pemerintah
> waktu itu.
> 
> Bersyukur sekarang ini sudah mulai kembali di kembangkan lagi. Cuma
> mungkin masih disayangkan banyak yang di "bisnis"kan alias utk
> mempelajari kebudayaan tionghoa di Indonesia mesti mengikuti kelas 
dgn
> bayaran yang tidak murah (CMIIW).
> 
> 
> 
> Di negeri saya tinggal saat ini, kebudayaan tionghoa sangat 
diminati
> dan dihargai keberadaannya. Banyak sukarelawan yang memberikan
> pelajaran-2 dgn biaya yang relative murah.
> 
> Mulai dari kelas musik dengan peralatan traditional, lion/dragon
> dance, bahasa tionghoa, meditasi, tai chi utk kesehatan dsb.
> 
> 
> 
> Tidak hanya budaya tionghoa saja yang dihargai, semua jenis 
kebudayaan
> disini dihargai dan diberikan kebebasan untuk berkembang.
> 
> 
> 
> Bicara mengenai kebudayaan, saya pribadi mempunyai pengamatan dari
> jenis makanannya. Kebudayaan yang sangat TUA dan sangat TINGGI 
adalah
> 2 hal yang berbeda. Saya tidak tahu persis tua mana budaya mesir
> dengan budaya di China ? Namun menurut pendapat saya pribadi Budaya
> China lebih tinggi daripada budaya Mesir, bahkan kebudayaan 
Indiapun
> lebih tinggi daripada Mesir.
> 
> Hal ini menurut pendapat saya (CMIIW) cara/budaya orang India &
> Chinese dalam mengolah makanan lebih bervariasi dan complex.
> 
> Dibandingkan dengan kebudayaan kepulauan pacific yang sangat
> simple/sederhana, cara mereka mengolah makananpun sangat amat
> sederhana.
> 
> 
> 
> Hal lain dari perbandingan budaya mesir (kuno) dan budaya Tiongkok
> (kuno) walaupun Mesir banyak ukiran-2, namun dari bentuk ukirannya
> tingkat kesulitannya tidak lebih tinggi dari ukiran-2 di tiongkok. 
Di
> Junani/Roma (kelompok mediteranian) mempunyai bangunan kolosal yang
> besar-2 namun dalam tingkat kedetilannya masih dibawah tiongkok.
> 
> 
> 
> Mungkin ada teman-2 yang bisa memberikan informasi/perbandingan 
yang
> lebih detail, karena sumber yang saya dapatkan sangat terbatas dan
> sederhana pula.
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/