[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Ardian, Saya sadar bahwa hobi orang itu bermacam-macam, oleh karena itu saya sudah bilang bahwa posisi saya berseberangan dengan pak Suryana, dan perdebatan saya dengan pak Suryana tidak akan bisa menemukan solusi apa-apa. Disini saya tidak berbicara tentang masalah hobi dengan pak Suryana, disini yang saya bicarakan adalah usaha kita untuk melestarikan budaya warisan leluhur kita. Kalau menurut anda scope/cakupan budaya Tionghua itu luas, maka saya yakin anda tidak akan bingung/kesulitan untuk menjawab apa kontribusi anda pada budaya Tionghua. Dan saya tidak hanya bertanya tentang kontribusi, saya bertanya tentang seberapa perdulikah anda semua pada budaya Tionghua? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mingjin , > > org itu hobbynya macem2, jadi rasanya gak pada tempatnya tanya apa > kontribusi bp.Suryana buat budaya tionghoa. > Sama jg kalau anda tanya apa kontribusi saya ? Saya bakal bingung > menjawabnya. > > Scope cakupan budaya tionghua itu gak sesempit yg kita pikir. > > > > Ardian > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "indoguoyue" > wrote: > > > > Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang menyaksikan > > Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang segalanya > > serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka lebih > > baik dibandingkan kita. > > > > Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni > tidak > > diexploitasi secara berlebihan. > > > > Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan > melupakan > > bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami dan > > mengerti bentuk asli seni itu sendiri. > > > > Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali > > infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas > namakan > > inovasi dan kolaborasi > > > > Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang kromong > > misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah kolaborasi > > antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang > > adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya? > > > > Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir > > karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, saya > > berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, > > sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton > yang > > menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu > sendiri, > > saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni budaya > > Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya > > Tionghua? > > > > > > > > > > > > Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu > > keluar disaat > > > tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk > > keluar setiap > > > saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang > > eksistensinya > > > rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, > toko- > > toko/ruko > > > yang berjejer dan berkembang secara cepat... > > > Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan. > > > Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman > > klenteng untuk > > > latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh > pulau > > > terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru > sekali > > nonton > > > barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee > atawa > > Chenlung > > > :o) > > > > > > +++ > > > Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah > > masuk ke > > > dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi > > tersebut. > > > > > > > > > Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi > > tetap eksis > > > dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan > > inovasi, > > > karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi. > > > > > > +++ > > > Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik > > konteporer > > > modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini > tinggal > > pencinta > > > seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan > > > meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua > > nya dengan > > > risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung- > katung > > semisal > > > musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu > karya > > baru yang > > > sulit dicari peminatnya... > > > > > > Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa > > dibilang pernah > > > di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya > > > ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat > pasar > > baru ( > > > kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal > gedung > > tersebut > > > di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung > > kesenian ) > > > tetap saja eksistensinya kur
[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Mingjin , org itu hobbynya macem2, jadi rasanya gak pada tempatnya tanya apa kontribusi bp.Suryana buat budaya tionghoa. Sama jg kalau anda tanya apa kontribusi saya ? Saya bakal bingung menjawabnya. Scope cakupan budaya tionghua itu gak sesempit yg kita pikir. Ardian --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang menyaksikan > Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang segalanya > serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka lebih > baik dibandingkan kita. > > Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni tidak > diexploitasi secara berlebihan. > > Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan melupakan > bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami dan > mengerti bentuk asli seni itu sendiri. > > Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali > infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas namakan > inovasi dan kolaborasi > > Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang kromong > misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah kolaborasi > antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang > adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya? > > Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir > karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, saya > berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, > sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton yang > menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu sendiri, > saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni budaya > Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya > Tionghua? > > > > > > > Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu > keluar disaat > > tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk > keluar setiap > > saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang > eksistensinya > > rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, toko- > toko/ruko > > yang berjejer dan berkembang secara cepat... > > Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan. > > Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman > klenteng untuk > > latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh pulau > > terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru sekali > nonton > > barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee atawa > Chenlung > > :o) > > > > +++ > > Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah > masuk ke > > dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi > tersebut. > > > > > > Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi > tetap eksis > > dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan > inovasi, > > karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi. > > > > +++ > > Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik > konteporer > > modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini tinggal > pencinta > > seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan > > meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua > nya dengan > > risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung- katung > semisal > > musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu karya > baru yang > > sulit dicari peminatnya... > > > > Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa > dibilang pernah > > di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya > > ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat pasar > baru ( > > kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal gedung > tersebut > > di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung > kesenian ) > > tetap saja eksistensinya kurang diminat-i > > > > EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama > manusia nya > > memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya > manusia biasa, > > dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan. > > > > sur. > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Pengalaman saya tinggal di Malaysia, saya lebih jarang menyaksikan Barongsai dibandingkan dengan di Indonesia (negara yang segalanya serba kebablasan). Padahal secara kualitas, permainan mereka lebih baik dibandingkan kita. Harus ada nilai2 skaral/luhur yang dipelihara agar sebuah seni tidak diexploitasi secara berlebihan. Inovasi dalam seni memang diperlukan, tetapi tidak dengan melupakan bentuk aslinya. Sebelum berinovasi, seseorang harus mendalami dan mengerti bentuk asli seni itu sendiri. Sungguh disayangkan kalau musik asli harus punah seringkali infiltrasi budaya asing merusak budaya asli dengan mengatas namakan inovasi dan kolaborasi Kolaborasi seringkali membunuh seni aslinya, pada gambang kromong misalnya bisa saya katakan bahwa gambang kromong adalah kolaborasi antara musik Hokkian dengan musik Betawi, pertanyaannya sekarang adalah dimana musik betawi aslinya? dimana musik Hokkian aslinya? Bapak Suryana, saya rasa perdebatan kita ini tidak akan berakhir karena anda berada di posisi yang berseberangan dengan saya, saya berusaha untuk mempertahankan seni budaya asli agar tidak punah, sementara disisi lain anda lebih memilih untuk menjadi penonton yang menikmati perubahan tanpa perduli akan kelestarian seni itu sendiri, saya mempertanyakan seberapa perdulikan anda terhadap seni budaya Tionghua, apa sumbangsih yang sudah anda berikan untuk budaya Tionghua? > > Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu keluar disaat > tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk keluar setiap > saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang eksistensinya > rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, toko- toko/ruko > yang berjejer dan berkembang secara cepat... > Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan. > Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman klenteng untuk > latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh pulau > terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru sekali nonton > barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee atawa Chenlung > :o) > > +++ > Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah masuk ke > dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi tersebut. > > > Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi tetap eksis > dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan inovasi, > karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi. > > +++ > Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik konteporer > modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini tinggal pencinta > seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan > meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua nya dengan > risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-katung semisal > musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu karya baru yang > sulit dicari peminatnya... > > Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa dibilang pernah > di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya > ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat pasar baru ( > kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal gedung tersebut > di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung kesenian ) > tetap saja eksistensinya kurang diminat-i > > EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama manusia nya > memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya manusia biasa, > dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan. > > sur. > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> > Anda lihat dan mengakui bahwa saat Barongsai menjadi tontonan yang > membosankan, hal ini dikarenakan pelaku seni Barongsai tersebut > tidak menempatkan seni barongsai sebagai sesuatu yang luhur dan > harus dijunjung tinggi, parahnya lagi kalau mereka sudah bergantung > pada seni Barongsai untuk mencari makan :( Ada sebuah hal yang terlupakan.Barongsay di jaman lalu keluar disaat tertentu karena kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk keluar setiap saat ( apa mungkin keluar di pasar tradisional yang memang eksistensinya rutin setiap hari ), dan kondisi pada saat itu belum ada mal, toko-toko/ruko yang berjejer dan berkembang secara cepat... Setahu ku di luar negeri pun Barongsay sudah di 'komersil' kan. Dan di jaman lalu Barongsay hanya dilakon-i diwilayah daleman klenteng untuk latihan sedang sekarang menjadi pameo sekali dayung dua puluh pulau terlampau.eniweaku sendiri sampai saat ini baru sekali nonton barongsay, soale..lebih suka nonton di pelem Jet Lee atawa Chenlung :o) > > Ekploitasi yang berlebihan akan membuat seni itu menjadi terkesan > murahan. +++ Benar dan hal ini terjadi pada seni lain nyadisaat sudah masuk ke dunia komersial secara tidak langsung harus menerima kondisi tersebut. > > Kolaborasi bukanlah jawaban yang tepat dalam pelestarian seni > budaya. kolaborasi boleh-boleh saja dilakukan sebagai variasi dalam > seni selama kita masih bisa memelihara bentuk aslinya. Dengan ada nya Kolaborasi, minimal seni asli nya akan menjadi tetap eksis dan untuk membuat eksistensinya tetap eksis tentunya di butuhkan inovasi, karena pada dasarnya manusia hidup ber inovasi. > > Saya tidak menutup diri hanya dengan mendengarkan musik tradisional > China, saya senang mendengar berbagai macam jenis musik, seperti > musik klasik barat, Keroncong, musik tradisional India, Dayak, > Jepang, Flamenco, Jazz, Country, Bossanova dan juga sebagian lagu2 > pop masa kini dan masa lalu. > > Setiap musik tradisional etnis manapun memiliki ciri khas dan > keindahan tersendiri, hal itu membuat saya selalu berpendapat bahwa > harus ada pelestarian budaya tradisional asli. Sayang sekali kalau > keindahan itu harus hilang total atau kehilangan sebagian dari warna > aslinya. +++ Apa yang ditulis di atas tidak bisa dibantah, dan juga musik konteporer modern pun tidak bisa dibendung begitu saja, dalam hal ini tinggal pencinta seni nya saja apakah mau beradaptasi dengan sesuatu yang baru dan meninggalkan begitu saja yang lama, dan bisa juga menerima kedua nya dengan risiko mencari yang lama dengan inovasi baru yang terkatung-katung semisal musik kroncong yang saat ini pun sudah ngos-ngos an menunggu karya baru yang sulit dicari peminatnya... Pelestarian budaya asli semisal di Indonesia saat ini bisa dibilang pernah di harapkan eksis di TMII, dan TIM, dan didalam perjalannannya ?.siapa sponsornya ?, gedung opera/seni yang didekat pasar baru ( kantor pos ) pun mencari pengunjungnya tidak mudah, padahal gedung tersebut di hidupkan lagi ( dengan menutup bioskop dan kembali ke gedung kesenian ) tetap saja eksistensinya kurang diminat-i EniweSeni hanya bisa berkembang dan bertahan selama manusia nya memiliki daya nalar 'yang lebih' dibandingkan dengan umum nya manusia biasa, dan untuk mencapai hal tersebut kembali lah ke pendidikan. sur. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Anda lihat dan mengakui bahwa saat Barongsai menjadi tontonan yang membosankan, hal ini dikarenakan pelaku seni Barongsai tersebut tidak menempatkan seni barongsai sebagai sesuatu yang luhur dan harus dijunjung tinggi, parahnya lagi kalau mereka sudah bergantung pada seni Barongsai untuk mencari makan :( Ekploitasi yang berlebihan akan membuat seni itu menjadi terkesan murahan. Kolaborasi bukanlah jawaban yang tepat dalam pelestarian seni budaya. kolaborasi boleh-boleh saja dilakukan sebagai variasi dalam seni selama kita masih bisa memelihara bentuk aslinya. Saya tidak menutup diri hanya dengan mendengarkan musik tradisional China, saya senang mendengar berbagai macam jenis musik, seperti musik klasik barat, Keroncong, musik tradisional India, Dayak, Jepang, Flamenco, Jazz, Country, Bossanova dan juga sebagian lagu2 pop masa kini dan masa lalu. Setiap musik tradisional etnis manapun memiliki ciri khas dan keindahan tersendiri, hal itu membuat saya selalu berpendapat bahwa harus ada pelestarian budaya tradisional asli. Sayang sekali kalau keindahan itu harus hilang total atau kehilangan sebagian dari warna aslinya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Suryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yup sampai saat ini budaya Barongsay sudah menjadi seni memobosankan karena > seringnya tampil di setiap acara, dan hal inilah yang sulit di hindar-i > disaat etnis Tionghoa Indonesia ingin meluapkan kegembiraan nya dengan > bebasnya mempertunjukan salah satu budaya nya ( setahuku untuk mengundang > tampil tari Barongsay dibutuhkan dana sekitar 30 juta-an tergantung lokasi > dan dari daerah mana. > > Sedang untuk budaya seni suara yang kena serbu dari luar, juga dialam-i oleh > negara-negara Europa ( mohon di ingat Europa sendiri memiliki budaya > sendiri ), dimana sampai saat ini 'mereka' berusaha keras untuk menahan > serbuan dari luar, dan...salah satu solusi adalah berkolaborasi > sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan semua. > > Budaya dimanapun juga berdasarkan sejarah akan selalu berubah, dimana > pemegang kekuasaan tertinggi lah budaya yang akan di adop, disaat ini sudah > kita ketahui siapa pemegang kekuasaan dunia ini, ngotot dan menutup diri > juga bukan sebuah solusi, karena generasi muda tidak akan mudah untuk di > cegah menerima budaya luar ( terutama di seni suara/musik ), apa mungkin > irama rap dari rapper Eminem yang jelas-jelas kata-kata/lyrik nya tidak > sesuai dengan budaya kita dilarang untuk tidak didengar oleh keturunan kita, > sedang musik tersebut diputar di mana-mana diluar rumah, sebagai orang tua > nantinya akan dikatakan kuno oleh keturunan kita, tentunya ucapan tersebut > ada yang spontan ada pula yang diucapkan dibelakang kita, belum lagi di > pergaulan keturunan kita memiliki teman yang beragam... > > Contoh menarik...musik Dangdut menjelang akhir 90-an boleh dibilang > masih menjadi jenis musik kelas bawah, dan.saat ini kelas atas, dan > dari segala etnis pun sudah tidak lagi malu untuk mendengarkannya ( dan bagi > yang tidak suka pun tidak akan memberikan komentar jelek kepada penggemar > musik tersebut. > > - Original Message - > From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> > > > > > > Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan membuat seni > > Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya kenal > > sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain atraksi yang > > ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering. > > > > Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi seni > > budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk kepentingan > > materi semata. > > > > Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama lebih > > dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, jangankan > > untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan dengan > > diam-diam. > > > > Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan murahan > > yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau diajarkan > > oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri (hanya > > demi materi) > > > > Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan orang > > yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya. > > Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu sendiri > > dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global. > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Y
Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Yup sampai saat ini budaya Barongsay sudah menjadi seni memobosankan karena seringnya tampil di setiap acara, dan hal inilah yang sulit di hindar-i disaat etnis Tionghoa Indonesia ingin meluapkan kegembiraan nya dengan bebasnya mempertunjukan salah satu budaya nya ( setahuku untuk mengundang tampil tari Barongsay dibutuhkan dana sekitar 30 juta-an tergantung lokasi dan dari daerah mana. Sedang untuk budaya seni suara yang kena serbu dari luar, juga dialam-i oleh negara-negara Europa ( mohon di ingat Europa sendiri memiliki budaya sendiri ), dimana sampai saat ini 'mereka' berusaha keras untuk menahan serbuan dari luar, dan...salah satu solusi adalah berkolaborasi sehingga generasi yang akan datang tidak kehilangan semua. Budaya dimanapun juga berdasarkan sejarah akan selalu berubah, dimana pemegang kekuasaan tertinggi lah budaya yang akan di adop, disaat ini sudah kita ketahui siapa pemegang kekuasaan dunia ini, ngotot dan menutup diri juga bukan sebuah solusi, karena generasi muda tidak akan mudah untuk di cegah menerima budaya luar ( terutama di seni suara/musik ), apa mungkin irama rap dari rapper Eminem yang jelas-jelas kata-kata/lyrik nya tidak sesuai dengan budaya kita dilarang untuk tidak didengar oleh keturunan kita, sedang musik tersebut diputar di mana-mana diluar rumah, sebagai orang tua nantinya akan dikatakan kuno oleh keturunan kita, tentunya ucapan tersebut ada yang spontan ada pula yang diucapkan dibelakang kita, belum lagi di pergaulan keturunan kita memiliki teman yang beragam... Contoh menarik...musik Dangdut menjelang akhir 90-an boleh dibilang masih menjadi jenis musik kelas bawah, dan.saat ini kelas atas, dan dari segala etnis pun sudah tidak lagi malu untuk mendengarkannya ( dan bagi yang tidak suka pun tidak akan memberikan komentar jelek kepada penggemar musik tersebut. - Original Message - From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> > > Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan membuat seni > Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya kenal > sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain atraksi yang > ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering. > > Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi seni > budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk kepentingan > materi semata. > > Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama lebih > dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, jangankan > untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan dengan > diam-diam. > > Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan murahan > yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau diajarkan > oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri (hanya > demi materi) > > Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan orang > yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya. > Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu sendiri > dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global. > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Setujuu Kang Sur, kebudayaan itu sekarang bukan hak milik suku-etnis tertentu saja, tapi bisa oleh siapa saja yang mau memeliharanya. Tapi ada setujunya juga sih sama indoguoye, hehehe. Maksudnya begini lhoh, sementara gue tahunya tarian barongsay itu disakralkan dan dianggap kesenian bermutu, sampai ada kejuaraannya segala, agak miris lah hati ini sewaktu melihat barongsay yang joget di jalanan depan rumah, lompat pun hanya sekenanya, gerakan cuman megal megol semaunya, sama sekali enggak ada hati yang memainkannya, asal goyang, tidak menjiwai 'sandiwara' jadi binatang itu, asal dapat angpaunya saja. Papi gue ngomel panjang pendek melihatnya, katanya jaman dulu itu barongsay malahan diwariskan, dipelihara hati-hati, bahkan bisa sampe babak belur membelanya (gue percaya sebab udah nonton pelem si Jet lee) sekarang kok dianggap mainan anak-anak, di goyang tanpa penghayatan, sedih donk. Tapi terus si papi juga melanjutkan dengan ketawa, tapi masih lebih bagus boleh berlari lari di jalan, daripada itu barongsay terkurung lesu di dalam gudang saja, hihihi. Sama seperti gue yang pernah dikuliahin sedikt tentang talempong (itu tuh gamelan padang) begitu melihat pertunjukan talempong di luar negeri, sempat mengomel karena ja dari keindahan talempong yang di tanah air. Tapi ada sedikit bangganya juga, sebab yang samasekali enggak ngerti sih tetap saja manggut-manggut bilang "bagus! bagus!" hihihihi. {Sementara gue ngomel dalam hati, talempong kok kayak gending jawa, lambrettt bo!<= padahal baru ngerti sedikit aja udah berani komentar kayak gini, hihihi} -Original Message- From: Suryana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 14, 2006 10:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> > Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya > tionghua: > > Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua > oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri. > > Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 tertentu, > sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran atau bahkan > mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, seringkali para > "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang Tionghua. Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan tidak semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah universalnya budaya Tionghoa. Sedang komersialisasi tidak bisa lagi dihindari karena dengan hanya mempertunjukan Barongsay/naga di even tertentu malah akan menimbulkan lagi kesan eksklusivismenya Tionghoa yang jelas-jelas hal ini tidak akan pernah ada didalam kamus Tionghoa terutama Tionghoa perantauan.. > > Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum > yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan > menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified. > > Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak jenis > musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak > diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk > dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik tradisional > Hakka yang hampir punah di kota Bandung) Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang biarpun pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang disaat orang tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di dapat. Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung, janganlah kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga musik sunda lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan menjadi wajar karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya. > > Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman > dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin dari > budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman sekarang > banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral kepada siapa > saja yang sanggup membayar. Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga dalam ( maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi bisa terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu tetap bayar iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku alhasil nafasku jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah aliran darah ngkali yah ) > > Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya tionghua > secara perlahan-lahan tanpa kita sadari. Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bi
[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Dalam kasus Barongsai, komersialisasi yang kebablasan akan membuat seni Barongsai terkesan sebagai seni murahan. Banyak orang yang saya kenal sudah merasa bosan untuk menonton Barongsai karena selain atraksi yang ditampilkan cuma itu-itu saja, kemunculannya pun terlalu sering. Disinilah letak perbedaan antara mereka yang menjunjung tinggi seni budaya dengan mereka yang mengeksploitasi seni hanya untuk kepentingan materi semata. Terjangan musik luar memang berat untuk dilawan, apalagi selama lebih dari tiga puluh tahun mata rantai kebudayaan kita terputus, jangankan untuk mempertunjukan musik tradisional, latihan saja dilakukan dengan diam-diam. Yang membuat saya prihatin dengan keadaan sekarang adalah kesan murahan yang akan timbul bila musik tradisional China dipentaskan atau diajarkan oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi musik itu sendiri (hanya demi materi) Mengenai musik tradisional yang hampir punah, saya menyesalkan orang yang menganggap bahwa yang terjadi itu hanyalah kompilasi budaya. Anggapan itu secara langsung akan membunuh musik tradisional itu sendiri dan membiarkan budaya kita hancur diterjang oleh budaya global. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Suryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: "indoguoyue" [EMAIL PROTECTED] > > > > Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya > > tionghua: > > > > Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua > > oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri. > > > > Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 > > tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran > > atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, > > seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang > > Tionghua. > > Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan tidak > semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah universalnya > budaya Tionghoa. > Sedang komersialisasi tidak bisa lagi dihindari karena dengan hanya > mempertunjukan Barongsay/naga di even tertentu malah akan menimbulkan lagi > kesan eksklusivismenya Tionghoa yang jelas-jelas hal ini tidak akan pernah > ada didalam kamus Tionghoa terutama Tionghoa perantauan.. > > > > Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum > > yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan > > menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified. > > > > Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak > > jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak > > diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk > > dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik > > tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung) > > Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang biarpun > pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang disaat orang > tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di dapat. > Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung, janganlah > kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga musik sunda > lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan menjadi wajar > karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap > memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya. > > > > Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman > > dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin > > dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman > > sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral > > kepada siapa saja yang sanggup membayar. > > Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan > setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga dalam ( > maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi bisa > terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu tetap bayar > iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku alhasil nafasku > jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah aliran darah ngkali > yah ) > > > > Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya > > tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari. > > Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bisa benar-benar > punah, yang terjadi hanyalah kompilasi budaya koq... > > sur ( di Jakjazz kemarin pemain top di tantang untuk berkolaborasi dengan > peralatan musik Tionghoa, hasilnya ok banget tuh ) > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" kiekian@ wrote: > > > > > > Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan > > > mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan milis > > > "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya > > ada > > > menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan > > agama > > > apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU A
Re: [budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
From: "indoguoyue" <[EMAIL PROTECTED]> > Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya > tionghua: > > Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua > oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri. > > Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 > tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran > atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, > seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang > Tionghua. Sejak dahulu dijaman saya kicit ( Cianjur ) barongsay juga dimainkan tidak semua oleh orang dari etnis Tionghoa, dengan kata lain itulah universalnya budaya Tionghoa. Sedang komersialisasi tidak bisa lagi dihindari karena dengan hanya mempertunjukan Barongsay/naga di even tertentu malah akan menimbulkan lagi kesan eksklusivismenya Tionghoa yang jelas-jelas hal ini tidak akan pernah ada didalam kamus Tionghoa terutama Tionghoa perantauan.. > > Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum > yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan > menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified. > > Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak > jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak > diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk > dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik > tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung) Kita malah harus berterima kasih dengan adanya kursus-kursus yang biarpun pengajarnya karbitan, karena seni baru akan bisa berkembang disaat orang tersebut memaham-i musik tersebut, yang selama ini sulit di dapat. Mengenai musik tradisional Hakka yang hampir punah di Bandung, janganlah kaget, karena yang 'bisa' punah bukan saja musik Hakka, juga musik sunda lho...dan ini salah dampak dari terjangan musik luar dan menjadi wajar karena 'kita' tidak mau membela diri dengan tetap memperdengarkan/mempertunjukan kesenian asli nya. > > Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman > dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin > dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman > sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral > kepada siapa saja yang sanggup membayar. Sewaktu aku kicit aku ikut kelompok Kuntaw ( wushu bukan seh ? ), dan setelah kena breidel aku ikut belajar meditasi, lalu silat tenaga dalam ( maklum mimpinya aku bisa punya lwekang serta ginkang yang hebat, jadi bisa terbang ke cipanas tanpa perlu naik opelet lagi ), dan semua itu tetap bayar iuran lho. ( kecuali meditasi, aku hanya belajar dari buku alhasil nafasku jadi kagak karuan sd usia 40-ankayaknya salah aliran darah ngkali yah ) > > Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya > tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari. Jangan khawatir budaya sebuah bangsa tidak akan pernah bisa benar-benar punah, yang terjadi hanyalah kompilasi budaya koq... sur ( di Jakjazz kemarin pemain top di tantang untuk berkolaborasi dengan peralatan musik Tionghoa, hasilnya ok banget tuh ) > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan > > mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan milis > > "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya > ada > > menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan > agama > > apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU APP > maupun > > kewarganegaraan tdk perlu dilanjutkan karena tidak berkaitan dengan > > milis ini. > > > > > > > > Sangat disayangkan selama lebih dari 30 tahun budaya tionghoa di > > Indonesia sepertinya hampir musnah karena dilarang oleh pemerintah > > waktu itu. > > > > Bersyukur sekarang ini sudah mulai kembali di kembangkan lagi. Cuma > > mungkin masih disayangkan banyak yang di "bisnis"kan alias utk > > mempelajari kebudayaan tionghoa di Indonesia mesti mengikuti kelas > dgn > > bayaran yang tidak murah (CMIIW). > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: memo moderator - Komersialisasi budaya Tionghua
Menanggapi komentar saudara Lie tentang komersialisasi budaya tionghua: Saya turut prihatin dengan tindakan komersialisasi budaya Tionghua oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri. Bisa kita lihat Barongsai yang dulu hanya muncul pada hari2 tertentu, sekarang ini bisa muncul setiap saat tergantung bayaran atau bahkan mereka mengamen dari rumah ke rumah dan ironisnya, seringkali para "oknum" penari barongsai tersebut bukanlah orang Tionghua. Belum lagi kursus-kursus seperti musik tradisional, ada oknum-oknum yang membuka kursus musik tradisional dengan harga mahal atau dengan menggunakan guru-guru kelas karbitan yang tidak qualified. Sementara di sisi yang lain dari musik tradisional China, banyak jenis musik tradisional yang sudah berada di ambang kepunahan tidak diperdulikan lagi karena jenis musik tersebut tidak laku untuk dikomersilkan (lihat tulisan saya terdahulu tentang Musik tradisional Hakka yang hampir punah di kota Bandung) Hal yang hampir sama terjadi pula terhadap wushu, wushu yang jaman dulunya hanya diajarkan kepada orang-orang yang diseleksi mungkin dari budi pekertinya atau berdasarkan garis keturunan, jaman sekarang banyak oknum-oknum yang mengajarkan wushu secara obral kepada siapa saja yang sanggup membayar. Menurut saya tindakan komersialisasi ini akan merusak budaya tionghua secara perlahan-lahan tanpa kita sadari. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "KK Lie" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Menanggapi himbauan moderator agar tulisan tidak menyimpang dan > mengaitkan dengan agama tertentu dan tidak berhubungan dengan milis > "budaya tionghoa" saya pertama kali mohon maaf bila tulisan saya ada > menyinggung agama tertentu walaupun tidak ada maksud menyudutkan agama > apapun. Juga saya setuju bila tulisan yang menyangkut RUU APP maupun > kewarganegaraan tdk perlu dilanjutkan karena tidak berkaitan dengan > milis ini. > > > > Sangat disayangkan selama lebih dari 30 tahun budaya tionghoa di > Indonesia sepertinya hampir musnah karena dilarang oleh pemerintah > waktu itu. > > Bersyukur sekarang ini sudah mulai kembali di kembangkan lagi. Cuma > mungkin masih disayangkan banyak yang di "bisnis"kan alias utk > mempelajari kebudayaan tionghoa di Indonesia mesti mengikuti kelas dgn > bayaran yang tidak murah (CMIIW). > > > > Di negeri saya tinggal saat ini, kebudayaan tionghoa sangat diminati > dan dihargai keberadaannya. Banyak sukarelawan yang memberikan > pelajaran-2 dgn biaya yang relative murah. > > Mulai dari kelas musik dengan peralatan traditional, lion/dragon > dance, bahasa tionghoa, meditasi, tai chi utk kesehatan dsb. > > > > Tidak hanya budaya tionghoa saja yang dihargai, semua jenis kebudayaan > disini dihargai dan diberikan kebebasan untuk berkembang. > > > > Bicara mengenai kebudayaan, saya pribadi mempunyai pengamatan dari > jenis makanannya. Kebudayaan yang sangat TUA dan sangat TINGGI adalah > 2 hal yang berbeda. Saya tidak tahu persis tua mana budaya mesir > dengan budaya di China ? Namun menurut pendapat saya pribadi Budaya > China lebih tinggi daripada budaya Mesir, bahkan kebudayaan Indiapun > lebih tinggi daripada Mesir. > > Hal ini menurut pendapat saya (CMIIW) cara/budaya orang India & > Chinese dalam mengolah makanan lebih bervariasi dan complex. > > Dibandingkan dengan kebudayaan kepulauan pacific yang sangat > simple/sederhana, cara mereka mengolah makananpun sangat amat > sederhana. > > > > Hal lain dari perbandingan budaya mesir (kuno) dan budaya Tiongkok > (kuno) walaupun Mesir banyak ukiran-2, namun dari bentuk ukirannya > tingkat kesulitannya tidak lebih tinggi dari ukiran-2 di tiongkok. Di > Junani/Roma (kelompok mediteranian) mempunyai bangunan kolosal yang > besar-2 namun dalam tingkat kedetilannya masih dibawah tiongkok. > > > > Mungkin ada teman-2 yang bisa memberikan informasi/perbandingan yang > lebih detail, karena sumber yang saya dapatkan sangat terbatas dan > sederhana pula. > > > [Non-text portions of this message have been removed] > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/