[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena masih terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar tidak kelaparan. Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo, anjar d.a. yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya (diopspek) alex aur yg skrg di hidup. Anak terkacangannya franky hardiman. Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di wuwungan, gembos kurang angin. Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan. Salam, Chen Gui Xin --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi mana? Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan. Salam, Erik \ --- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosensei@ wrote: Dear Jackson, Just intermezo crita2 juga, saya sendiri sejak SD sampai kuliah ekonomi beragama Katholik, trus lanjut lagi kuliah filsafat di Driyarkara kehilangan katholik dan menjadi buddhist. Menikah dg istri yang kristen injili, maka mau tidak mau sedikit belajar tentang protestan, karena nganter setiap minggu. Saya setuju, walaupun katholik di masa lalu sesat, namun saat ini katholik berkeras untuk fokus ke ajaran kasih. Dan juga setuju, untuk kristen selain injili (umumnya karismatik dan pendetanya suka kotbah berjam2 ttg kejagoan/kesaktiannya di masa dulu) memang yang terutama adalah iman. Dan, setuju juga, iman sesuai dengan kedangkalan penalarannya. Dan tentang harta dalam karismatik, saya tambahkan bahwa yang paling sial jauh dari berkat adalah Yesusnya sendiri, karena paling miskin. ha ha ha. Salam, Chen Gui Xin
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Oh ya sama, saya juga tidak selesai. Saat hampir selesai di tahun 1987 tiba-tiba dapat tawaran bea siswa belajar bahasa ke Beijing. Sulit juga menentukan pilihan waktu itu, tapi akhirnya saya pilih ke Beijing, kapan lagi ke luar negeri! Tapi bersyukur juga, saya tidak salah pilih, nyatanya saya sekarang mampu membaca teks bahasa Tionghoa (bahasa klasik sekalipun) dan berbicara Mandarin dengan logat yang terbilang standar!! Btw, Frenky Hardiman masih aktif di FAHAMI (Forum Antar Agama tentang Hak Azasi Manusia Indonesia)?? Sampai jumpa pada tgl 20 nanti di Gedung VOC Galangan ya, saya tunggu!! Salam, Erik \ - In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosen...@... wrote: Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena masih terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar tidak kelaparan. Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo, anjar d.a. yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya (diopspek) alex aur yg skrg di hidup. Anak terkacangannya franky hardiman. Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di wuwungan, gembos kurang angin. Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan. Salam, Chen Gui Xi \ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi mana? Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan. Salam, Erik
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Saya cuman bimbingan Franky yang kelas buncis, jadi ndak terlalu ngerti aktivitasnya. Salah satu orang yg mengesankan saya dg pemikiran dan Seagal style-nya. Hayah...kok malah jadi ajang mojok dengan senior ya. :) Salam, Chen Gui Xin --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Oh ya sama, saya juga tidak selesai. Saat hampir selesai di tahun 1987 tiba-tiba dapat tawaran bea siswa belajar bahasa ke Beijing. Sulit juga menentukan pilihan waktu itu, tapi akhirnya saya pilih ke Beijing, kapan lagi ke luar negeri! Tapi bersyukur juga, saya tidak salah pilih, nyatanya saya sekarang mampu membaca teks bahasa Tionghoa (bahasa klasik sekalipun) dan berbicara Mandarin dengan logat yang terbilang standar!! Btw, Frenky Hardiman masih aktif di FAHAMI (Forum Antar Agama tentang Hak Azasi Manusia Indonesia)?? Sampai jumpa pada tgl 20 nanti di Gedung VOC Galangan ya, saya tunggu!! Salam, Erik \ - In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosensei@ wrote: Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena masih terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar tidak kelaparan. Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo, anjar d.a. yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya (diopspek) alex aur yg skrg di hidup. Anak terkacangannya franky hardiman. Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di wuwungan, gembos kurang angin. Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan. Salam, Chen Gui Xi \ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi mana? Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan. Salam, Erik
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia. Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini. Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara tidak menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal dengan nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok berkat keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle kerajaan. Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara meja abu leluhur dan melaksanakan beberapa upacara tradisional, agama Jing Jiao pun dilarang oleh raja yang merasa tersinggung, para pastur bule harus minggat dari Tiongkok diusir oleh kerajaan dan pastur lokal pun dipaksa lepas jubah. Nah, berkaca pada pengalaman masa lampau itu, pastur-pastur Katolik yang datang ke daratan Tiongkok di kemudian hari (Matthew Ricci dkk) lebih pandai beradaptasi dengan budaya lokal. Dengan berjubah pendeta Taois mereka memberi kotbah dalam bahasa Mandarin, bangunan gereja pun ditata dalam arsitektur dan ornamen ketionghoaan. Bahkan sembahyang leluhur dengan hio pun tidak diharamkan, asal tidak dilakukan di paroki. Hal serupa juga dipraktekkan di Indonesia, walau masih dalam cekaman rezim rasis Orde Bau dulu, misalnya paroki Santa Maria de Fatima (Toa Se Bio) yang di Petak sembilan serta yang di Mg Besar Jakarta tidak pernah putus menyelenggarakan misa Sincia setiap tahun sepanjang masa kekuasaan rezim Orde Bau. Dalam terminologi antropologi budaya, apa yang dilakukan Matthew Ricci dkk
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
ikut nimbrung jg, seinget aye tuh yg namanya jingjiao/nestorian itu agama kristen yg beda ama yg jaman sekarang. seabis konsili nicea khan semua yg tdk sepaham dibantai abis ama yg menang. nah ada bbrp yg kabur, salah satunya Aloben yg kabur ke dinasti Tang dan minta suaka. Pada dasarnya dinasti Tang itu dinasti yang toleran dan nerima banyak pelarian, Aloben dikasih tempat, kebebasan mengembangkan agamanya, kitabnya jg diterjemahkan. Nah kejadian yg parah itu khan dijaman Qing awal, yg mana gara2 gak respect ama budaya Tionghoa makanya semua missionaris katolik nelen pil pahit. Kalu Jing Jiaonya sendiri khan gak berkembang di Tiongkok malah Mongol empire dapet surat dari Vatican yg suruh para Khannya menakluk kepada kerajaan Allah trus jg itu agama Nestorian harus dibasmi. Matteo Ricci sendiri bawa buku2 filsafat timur plus pengetahuan Tiongkok yg nantinya bawa Eropa kearah abad pencerahan. So itu ya kalu dibilang timbal baliklar. Gak beda itu waktu jaman Eropa masuk abad kegelapan, bisa ngeliat terangnya sedikit gara2 pengaruh Arab. Sayangnya org2 Eropa waktu jaman dah melek mata itu jadi arogan plus jg terbiasa mensetan2kan budaya lain. Ya baru ditahun 1930an itu Vatican melek mata dan kasih ijin utk budaya Tionghoa dilaksanakan oleh umat2nya. Sebelonnya mana boleh seh ? Suka gak suka ya inilah sisi gelap sejarahnya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia. Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Kelompok Nestorian yang mewakili bagian dari umat Kristen awal tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan di-kejar kejar. Banyak yang kemudian menjadi Islam. Inti pemahaman Nestorian kini hidup lagi, diwakili oleh kelompok yang bernama Unitarian Curch, satu kelompok Non Trinitarian.. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: ikut nimbrung jg, seinget aye tuh yg namanya jingjiao/nestorian itu agama kristen yg beda ama yg jaman sekarang. seabis konsili nicea khan semua yg tdk sepaham dibantai abis ama yg menang. nah ada bbrp yg kabur, salah satunya Aloben yg kabur ke dinasti Tang dan minta suaka. Pada dasarnya dinasti Tang itu dinasti yang toleran dan nerima banyak pelarian, Aloben dikasih tempat, kebebasan mengembangkan agamanya, kitabnya jg diterjemahkan. Nah kejadian yg parah itu khan dijaman Qing awal, yg mana gara2 gak respect ama budaya Tionghoa makanya semua missionaris katolik nelen pil pahit. Kalu Jing Jiaonya sendiri khan gak berkembang di Tiongkok malah Mongol empire dapet surat dari Vatican yg suruh para Khannya menakluk kepada kerajaan Allah trus jg itu agama Nestorian harus dibasmi. Matteo Ricci sendiri bawa buku2 filsafat timur plus pengetahuan Tiongkok yg nantinya bawa Eropa kearah abad pencerahan. So itu ya kalu dibilang timbal baliklar. Gak beda itu waktu jaman Eropa masuk abad kegelapan, bisa ngeliat terangnya sedikit gara2 pengaruh Arab. Sayangnya org2 Eropa waktu jaman dah melek mata itu jadi arogan plus jg terbiasa mensetan2kan budaya lain. Ya baru ditahun 1930an itu Vatican melek mata dan kasih ijin utk budaya Tionghoa dilaksanakan oleh umat2nya. Sebelonnya mana boleh seh ? Suka gak suka ya inilah sisi gelap sejarahnya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
lha lha lage kota hangzhou dikuasain ame org2 taiping trus dikepung abis ama tentara qing khan katanya ada kanibalisme hehehehehehehehhe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Pak Beng: (Surat anda sebaiknya jangan dialamatkan ke japri, langsung ke jalur umum saja.) Logikanya begini: Kanibal berarti taraf peradabannya sangatlah rendah, masif primitif, apa sudah ada budaya yg cukup berharga utk dipertahankan? Jika satu suku peradabannya sdh cukup tinggi, tdk mungkin dia kanibal! Makanya saya meragukan cerita misionaris yg dimakan suku batak! Dibunuh bisa saja, tapi dimakan? Itu tahun berapa? Apa di tahun tsb suku batak masih begitu primitif? Masalah persepsi barat thd timur tak usah kita berasumsi, fakta sejarah sudah cukup bicara, tdk hanya tercermin dari tindakan2 mereka, tapi juga dari dokumen2 tertulis yg tercatat di sejarah, misalnya surat2 menyurat dlm pemerintahan mereka, komentar di surat2 kabar dll. Bahkan sampai menjelang olympiade beijing, komentar miring thd tiongkok masih merajarela! Baru tahun terakhir ini saja saat amerika dan barat mengalami krisis ekonomi, mereka baru mengubah nada bicara thd tiongkok, tujuannya tak lain agar tiongkok terayu mau mengeluarkan dana untuk membantu kesulitan ekonomi dunia. Dan bukan masalah takut dng kekristenan, budaya tionghoa cukup tangguh untuk menangkal kristenisasi total kok! Yg jadi heran justru, mengapa anda harus memaksakan nilai2 kristen ke orang tionghoa? memangnya kami tidak boleh hanya menjadi tionghoa tanpa jadi kristen? Apa anda beranggapan kemanusiaan kami belum lengkap tanpa jadi kristen? Apa anda beranggapan nilai kristen lebih tinggi daripada nilai2 budaya tionghoa? Sent from my BlackBerry0 3 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Oh ya btl, Jing Jiao tu Nestorian yg dah punah. Yg ditemukan di Zhongguo jg cuma prasasti yg diragukan otentisitasnya. Juga btl Katolik berkaca pd pengalaman di zaman Tang bkn Yuan. Tq ya atas koreksinya. Perspektip historis ada yg error nih! Salam Erik
[budaya_tionghua] Re: nDableg
Wadouw, maaf neh, terpaksa saya menunjukkan mo yong berbahasa anda. Pertama judul tersebut menunjuk pada 1 agama (Kristen) dan 1 budaya (Tionghoa). Jadi, agama mana yang sedang saya tikaikan dengan kristen? Kedua, jelas sekali judul tersebut sedang menabrakkan Kristen sebagai agama dengan Tionghoa sebagai budaya. Kenapa saya merujuk pada budaya Tionghoa saja? Karena memang yang saya cermati saya dengar, kebetulan memang cuman budaya Tionghoa yang saya pahami. Buktinya budaya Tionghoa yang sedang ditertawakan apa? Karena membahas tentang gambar naga, paikui, chengbeng, wayang potehi, dll. Kenapa saya merujuk pada Kristen sebagai agama? Karena tempatnya di gereja kristen, saat terjadi kotbah oleh pendeta kristen, disaksikan oleh para umat kristen, dan terjadi bukan di satu tempat saja di Jakarta. Sekali lagi, maaf sebelumnya, gunakan pikiran anda dulu sebelum berujar. Sehingga anda terlihat memahami permasalahan. Salam, Chen Gui Xin --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: - Original Message - From: ikkyosensei_ym To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, December 14, 2009 6:28 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa? Saya tidak sedang membawa konflik agama dalam forum ini. Silahkan dicermati kembali isi tulisan2 saya. Wah, Chen Gui Xin ini emang nggak ngerti apa belagak nggak ngerti!? Kan sudah saya tulis dengan huruf yang secara khusus saya kapitalkan (huruf-besarkan) bahwa sianseng satu ini dengan judul posting yang dipilihnya sedang dengan sengaja memprovokasi perang agama di milis budaya tionghoa ini. Koq masih juga mau muter-muter terus, membela diri dengan bicara berbusa-busa menyuruh kita mencermati isi posting-nya! Orang Tionghoa di sini bilang itu botjenglie! he he he... Wasalam. - Original Message - From: ikkyosensei_ym To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, December 14, 2009 6:28 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa? Dear Bukhari, Saya tidak sedang membawa konflik agama dalam forum ini. Silahkan dicermati kembali isi tulisan2 saya. Kebetulan sekali, memang dalam hal ini yang saya keluhkan adalah ajaran yang umum diterima di gereja kristen, yang diajarkan secara publik oleh para pendeta, yang jelas sekali melecehkan simbol-simbol budaya tionghoa. Tradisi paikui di depan meja leluhur contohnya. Tentu saja, kita sama2 orang dewasa tahu, bahwa tradisi tersebut ingin mengajarkan kepada anak untuk berbakti tanpa syarat kepada kedua orang tuanya. Jika kepada leluhur yang sudah meninggal saja bisa, apalagi kepada kedua orang tua yang masih hidup. Tahukah anda bahwa simbol budaya tersebut dengan mudahnya dihina2 dalam kotbah di gereja2 kristen dg alamat yang saya sebutkan sebelumnya? Dan, kalau anda tidak keberatan, silahkan anda hadir di kebaktian mereka, siapa tahu anda juga merasakan pelecehan secara pribadi kepada budaya suku/agama anda. Berkenaan saya menyebut istilah agama Islam dan ibu anda, saya yakin tentu saja anda juga tahu, bahwa maksud saya agar anda bisa menjiwai kemarahan dan kekecewaan kita. Sudah jelaskah anda dengan point yang ini? Mari, bergabunglah dalam kasus hukum ini. Apakah ada yang salah dengan menegakkan penghormatan kepada budaya/agama yang lain? Kebetulan saja, kali ini pendeta yang menjadi percontohannya. Karena menurut saya, mereka yang paling aktif berperilaku semaunya asal demi Tuhan mereka. Salam, Chen Gui Xin --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absaleh@ wrote: - Original Message - From: ikkyosensei_ym To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, December 13, 2009 7:58 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa? Bukhari, Jika saya mengejek2 agama Islam atau suku Ibu anda... apa anda juga akan berpendapat yang sama? - Chen Gui Xin, saya ini anggota milis ini sejak awal yang sudah proven. Ketika tempo hari ada member Islam yang mengacau ngajak perang agama juga dari sudut pandang Islam, saya yang paling depan 'hajar' dia. Kalau tidak salah dia sudah di-banned moderator, atau keluar sendiri, mokal abis! Jadi kalau Chen-heng mengira bisa dengan mudah mengacau, memprovokasi perang agama, agama apa saja, di milis ini, seperti yang mungkin lauwtee mudah dilakukan di milis lain, pikir-pikir 1000 kali dulu, ingat bahwa ada saya di sini... Karena Chen-heng sudah bukan anak kecil, tentunya sudah tahu bedanya antara bikin posting yang isinya
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih yang terutama ) Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan kasih juga hanya sedikit fanatik Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan (tujuannya cari selamat aja) Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, mobil dan rumah nya mewah2. Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Erik rsn...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia. Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini. Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara tidak menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal dengan nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok berkat keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle kerajaan. Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara meja abu
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah tobat mengajak yg laennya tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya tionghoa. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih yang terutama ) Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan kasih juga hanya sedikit fanatik Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan (tujuannya cari selamat aja) Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, mobil dan rumah nya mewah2. Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Erik rsn...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia. Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum saja? Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja mau ikut 1 kali lagi kursus belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? Cobalah pahami perasaan keluarga yg cerai berai karena agama. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan umat katolik sembayang ke dewi kwan Im. Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di hajar rata semua Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah tobat mengajak yg laennya tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya tionghoa. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih yang terutama ) Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan kasih juga hanya sedikit fanatik Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan (tujuannya cari selamat aja) Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, mobil dan rumah nya mewah2. Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Erik rsn...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Ini si agung selalu jadi kompor. Ok kalau begitu kamu saja yang maju jadi pemimpin kita di belakangmu. Kayanya ga berani nih. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 15:19:13 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum saja? Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja mau ikut 1 kali lagi kursus belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? Cobalah pahami perasaan keluarga yg cerai berai karena agama. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan umat katolik sembayang ke dewi kwan Im. Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di hajar rata semua Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah tobat mengajak yg laennya tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya tionghoa. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih yang terutama ) Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan kasih juga hanya sedikit fanatik Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan (tujuannya cari selamat aja) Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, mobil dan rumah nya mewah2. Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Erik rsn...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta kepercayaan takhyul! Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati). Saya pun setuju bahwa
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Kompor darimana? Coba ditunjukan dimana g berperan jadi kompor? G cuma blg jgn apa2 nuduh oknum, oknum atau emang kebijakan harus diliat dulu. Getu aja dituduh kompor, coba donk dibahas secara benar, jgn kalo udah ga sejalan langsung menghakimi dan nuduh sembarangan trus kalo bisa ngomporin yg laen. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 16:35:57 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Ini si agung selalu jadi kompor. Ok kalau begitu kamu saja yang maju jadi pemimpin kita di belakangmu. Kayanya ga berani nih. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 15:19:13 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum saja? Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja mau ikut 1 kali lagi kursus belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? Cobalah pahami perasaan keluarga yg cerai berai karena agama. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan umat katolik sembayang ke dewi kwan Im. Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di hajar rata semua Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah tobat mengajak yg laennya tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya tionghoa. -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih yang terutama ) Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan kasih juga hanya sedikit fanatik Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan (tujuannya cari selamat aja) Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, mobil dan rumah nya mewah2. Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Erik rsn...@yahoo.com Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ). Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini! Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya. Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa keterbelakangnya bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Terima kasih atas tambahannya bung. Rasanya tidak ada perbedaan pendapat antara kita ya. Anda benar, pastor-pastor datang ke Tiongkok memang di Zaman dinasti Tang (bukan Yuan sebagaimana saya katakan), itu sudah dikoreksi oleh Ardian. Dan tentu saja bukan cuma Ricci seorang, hanya kebetulan saja saya katakan Matteo Ricci dkk. Anda juga benar, adanya saling isi mengisi antara timur dan barat lewat arus persilangan budaya waktu itu. Pada posting yang lalu saya hanya ungkapkan sumbangsih barat untuk timur dan tidak sempat bercerita hal yang sebaliknya, karena konteksnya adalah saya sedang menjawab seorang rekan yang kebetulan beragama Krisren yang saya kira telah salah mengerti apa yang saya maksud pada posting saya yang lebih dulu lagi. Dan saya membuka identitas Kekatolikan saya juga agar rekan yang beragama Kristen itu tidak salah mengerti, tidak menganggap saya termasuk kelompok non Nasrani yang sedang menyerang Kristen. Itu saja. Demikian, harap maklum. Salam, Erik \ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, shinmen takezo hisashi.mits...@... wrote: Erik , wah salut saya ini milist di penuhi para katolik2 (apalagi jebolan driyarkara) , para katolik2 di milist ini yang sangat peduli sama budaya tionghoa dan sejarah tiongkok . . Pada masa Matteo Ricci itu yang terjadi adalah Tiongkok di banjiri oleh Jesuit2 , jadi bukan Ricci seorang . Kiprah Jesuit yang sukses itu belakangan di jegal ordo dominikan (rites controversy) . Jadi yang terjadi pada masa itu adalah pertukaran ilmu pengetahuan antara east dan west . Boleh anda telusuri buku2 dan pengetahuan Tiongkok yang di transfer ke Eropa dan di terjemahkan. Ini menurut pendapat pribadi saya adalah gelombang kedua pencerahan , setelah sebelumnya gelombang pertama terjadi saat di era skolastik , dark ages eropa , ramai2 menerjemahkan buku2 dari timur tengah ke bahasa latin. Jadi antara Timur dan Barat , masing2 masing tidak ada yang lebih unggul . Leibniz berpendapat bahwa Eropa dan Tiongkok saling melengkapi satu sama lain , western physics dan eastern ethics . Eropa unggul dalam teoritis tapi lemah dibidang etika dan politik. Sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai Toleransi beragama juga di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa , khususnya Prancis untuk meniru Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites Controversy, dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari Tiongkok. Mengenai Matteo Ricci , Leibniz melontarkan pujiannya . I praise the foresight of Matteo Ricci, a great man, for following the example of the Church Fathers who interpreted Plato and other philosophers in a Christian fashion. Let us suppose he didn't understand properly-may we not for this reason retain their opinions, like gold, purged of all impurities? If we ever impute to Confucius doctrines that are not his, certainly no pious deception would be more innocent, since danger to those mistaken and offence to those who teach is absent. (Leibniz , On The Civil Cult of Confucius , 1700) Selain Ricci , ada Needham yang sangat peduli terhadap sejarah Tiongkok .
Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
tambahan sedikit saja Jesuit seperti Ricci lum ada pada dinasti Tang , baru ada pada masa dinasti Ming , dan Qing .. thanks 2009/12/17 Erik rsn...@yahoo.com Terima kasih atas tambahannya bung. Rasanya tidak ada perbedaan pendapat antara kita ya. Anda benar, pastor-pastor datang ke Tiongkok memang di Zaman dinasti Tang (bukan Yuan sebagaimana saya katakan), itu sudah dikoreksi oleh Ardian. Dan tentu saja bukan cuma Ricci seorang, hanya kebetulan saja saya katakan Matteo Ricci dkk. Anda juga benar, adanya saling isi mengisi antara timur dan barat lewat arus persilangan budaya waktu itu. Pada posting yang lalu saya hanya ungkapkan sumbangsih barat untuk timur dan tidak sempat bercerita hal yang sebaliknya, karena konteksnya adalah saya sedang menjawab seorang rekan yang kebetulan beragama Krisren yang saya kira telah salah mengerti apa yang saya maksud pada posting saya yang lebih dulu lagi. Dan saya membuka identitas Kekatolikan saya juga agar rekan yang beragama Kristen itu tidak salah mengerti, tidak menganggap saya termasuk kelompok non Nasrani yang sedang menyerang Kristen. Itu saja. Demikian, harap maklum. Salam, Erik --\ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, shinmen takezo hisashi.mits...@... wrote: Erik , wah salut saya ini milist di penuhi para katolik2 (apalagi jebolan driyarkara) , para katolik2 di milist ini yang sangat peduli sama budaya tionghoa dan sejarah tiongkok . . Pada masa Matteo Ricci itu yang terjadi adalah Tiongkok di banjiri oleh Jesuit2 , jadi bukan Ricci seorang . Kiprah Jesuit yang sukses itu belakangan di jegal ordo dominikan (rites controversy) . Jadi yang terjadi pada masa itu adalah pertukaran ilmu pengetahuan antara east dan west . Boleh anda telusuri buku2 dan pengetahuan Tiongkok yang di transfer ke Eropa dan di terjemahkan. Ini menurut pendapat pribadi saya adalah gelombang kedua pencerahan , setelah sebelumnya gelombang pertama terjadi saat di era skolastik , dark ages eropa , ramai2 menerjemahkan buku2 dari timur tengah ke bahasa latin. Jadi antara Timur dan Barat , masing2 masing tidak ada yang lebih unggul . Leibniz berpendapat bahwa Eropa dan Tiongkok saling melengkapi satu sama lain , western physics dan eastern ethics . Eropa unggul dalam teoritis tapi lemah dibidang etika dan politik. Sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai Toleransi beragama juga di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa , khususnya Prancis untuk meniru Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites Controversy, dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari Tiongkok. Mengenai Matteo Ricci , Leibniz melontarkan pujiannya . I praise the foresight of Matteo Ricci, a great man, for following the example of the Church Fathers who interpreted Plato and other philosophers in a Christian fashion. Let us suppose he didn't understand properly-may we not for this reason retain their opinions, like gold, purged of all impurities? If we ever impute to Confucius doctrines that are not his, certainly no pious deception would be more innocent, since danger to those mistaken and offence to those who teach is absent. (Leibniz , On The Civil Cult of Confucius , 1700) Selain Ricci , ada Needham yang sangat peduli terhadap sejarah Tiongkok .
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
Ya iya donk! Tentu Matteo Ricci tidak hidup satu zaman dengan dinasti Tang! Tapi beliau belajar pengalaman dari pendahulu-pendahulunya yang pernah berkarya di Tiongkok pada dinasti Tang!! Salam, Erik \ -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, shinmen takezo hisashi.mits...@... wrote: tambahan sedikit saja Jesuit seperti Ricci lum ada pada dinasti Tang , baru ada pada masa dinasti Ming , dan Qing .. thanks
[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
ada satu jurnal yg neliti org dayak, coba aje tanya2 ape isinye tentang penghabisan budaya dayak oleh missionaris. en pernah dimasukin ke milist ini nama jurnalnya , kapan dan diterbitin dimana --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, beng mazmuri beng...@... wrote:    Dear all members,.. Saya baru brapa bulan mengikuti milis BT, Senang sekali bisa mendapatkan banyak pengetahuan tentang hal2 yg berhubungan dng kebudayaan Tionghoa, baik dari sisi sejarah, sosial ,,filosophi ,mitos dan implikasi untk kehidupan sehari2 Tapi dlm minggu2 ini ada yg mengganggu saya sehubungan topik tg pendeta kristen atau orang2 kristen. Saya melihat sudah ada peringatan dan penjelasan dari moderator BT. Perkenankan saya sharing sedikit dng pengetahuan saya yg bersifat umum dan tidak berpihak, untk menyanggah keterangan dari Sdr Chen , yg agak provokasi. 1. Saya keturunan Tionghoa di Indonesia generasi ke empat. 2. Saya kristen, diawali dari nenek dari pihak ibu dan keluarga ayah yg masih memegang tradisi tionghoa. Ayah seorang atheis meskipun berpendidikan belanda. Ketika kakek dari pihak ayah meninggal, pihak ibu saya yg kristen, dng senang hati mengikuti semua kegiatan upacara penguburan scr adat tionghoa, spt memakai baju blacu putih, memegang hio dll, sedangkan ayah saya malah tidak mau mengikuti upacara yg bagi dia itu merepotkan. Masa kecil saya , juga mengikuti hari raya imlek , perayaan barongsai, cap goh me dll, dan semua itu berakhir stelah kejadian 1965. 3. Thn 1975 - 1979 saya sempat kuliah theologi dan filsafat. Dan sblm kuliah, dng pertimbangan brapa teman, saya memilih college yg netral, karna pd era thn 70an ada ajaran theologi yg liberal dan kharismatik . Dari ajaran yg kharismatik ini, saya harus mengakui ada pendeta lulusan tsb yg agak kebablasan dlm hal pengajaran tg surga dan neraka,tg setan dan meremehkan agama2 dan kebudayaan lain . 4. Tapi saya bisa mengatakan dng pasti, karna pd masa kuliah saya secara pribadi melakukan survey pd beberapa aliran ajaran, gereja2 yg ada di Indonesia. Untk gereja yg sudah established, yg modern dng pengikut mayoritas di Indonesia ( saya tidak ingin menyebut nama aliran atau gereja apa, karna saya bukan speaker mrk , dan saya sudah 30 thn stelah keluar kuliah, memegang prinsip universal dan menghormati agama2 lain selama ajaran2 itu sopisticated dlm prinsip universal ). Tidak ada ajaran2 atau2 hal2 yg mem provokasi , khususnya tg kebudayaan tionghoa. dan di Alkitab kristen yg diakui secara umum, tidak ada ajaran2 atau dogma spt itu . Kalaupun ada, misalnya tg pemujaan berhala, harus dilihat dari konteks latar belakang sejarah waktu itu, tidak bisa mengambil ayat sepenggal penggal tanpa melihat konteks sejarah waktu itu dan dengan seenaknya menyamakan dng kondisi saat ini, 5. Saya katakan tadi saya hrs mengakui , ada aliran kharismatik yg kebablasan dlm hal menafsirkan ayat2 Alkitab atau dng seenaknya meremehkan kebudayaan atau agama lain, tapi ada aliran kharismatik yg lebih educated dan sopisticated, mrk adalah orang2 berpendidikan, profesional, atau orang2 yang haus akan masalah kerohanian, tapi tidak membabi buta atau seenaknya menyerang agama atau kebudayaan lain, mereka adalah orang2 kristen yg berprinsip KASIH , adalah diatas segalanya. Bukti bhw kt mengasihi Tuhan adalah dng pernyataan kasih terhadap sesama manusia dan makhluk hidup dan lingkungan, berbuat hal yg nyata, karena dari situ lah kehidupan ke kristen an akan nyata dilihat. 6. Saya ingin menyanggah sedikit pernyataan Sdr Eric, adalah tidak betul bhw misi penyebaran agama kristen pd awal2 misionaris yg di pelopori oleh orang2 barat , salah satunya adalah untk memberangus kebudayaan lokal, setempat yg sudah berakar kuat sebelumnya. Misi mrk yg terutama dalah pendidikan dan kesehatan, siapa yg mau memperhatikan mrk..? ( suku2 atau masyarakat yg dianggap terbelakang, bahkan kanibal ). Saya sedih ktk ada pihak2 yg menyerang mrk, dng alasan , mendirikan sekolah2 atau rumah sakit, hanya kedok belaka , semata mata untk menyebarkan agama kristen atau brain washing , Prinsip utama dlm ke kristen an adalah KASIH .  Sebagai contoh , kt ambil saja di Indonesia, Pd awalnya misionaris masuk ke suku batak, yg pertama masuk kesana, seorang germany, ditangkap , dibunuh, dan kanibalisasi masih berlangsung disana. Dan kemudian stelah banyak suku batak yg menjadi kristen, apakah kebudayaan luhur mrk ,( bukan yg kanibal atau perang antar suku ), hilang begitu saja diberangus oleh ke kristen an...? Ternyata TIDAK, kebudayaan lokal setempat yg bermartabat, penghormatan trhdp leluhur , orang tua, dan adat istiadat lainnya yg mengandung makna bijak dan baik tetap dijalankan dan bersinergi dng baik dng ke kristenan mrk.  Begitu juga di Nias, Kalimantan ( dayak ), Ambon, Flores dll 7.Saya setuju, kalau ada pendeta2 kristen yg trlalu berlebihan dlm menyerang, khususnya kebudayaan