[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-17 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena masih 
terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar tidak 
kelaparan.
Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo, anjar d.a. 
yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya (diopspek) alex aur yg 
skrg di hidup. Anak terkacangannya franky hardiman.
Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di wuwungan, 
gembos kurang angin.
Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara 
kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan.

Salam,

Chen Gui Xin


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri 
 sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi
 mana?
 
 Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan.
 
 Salam,
 
 Erik
 
 \
 ---
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym
 ikkyosensei@ wrote:
 
  Dear Jackson,
  Just intermezo crita2 juga, saya sendiri sejak SD sampai kuliah
 ekonomi beragama Katholik, trus lanjut lagi kuliah filsafat di
 Driyarkara kehilangan katholik dan menjadi buddhist.
  Menikah dg istri yang kristen injili, maka mau tidak mau sedikit
 belajar tentang protestan, karena nganter setiap minggu.
  Saya setuju, walaupun katholik di masa lalu sesat, namun saat ini
 katholik berkeras untuk fokus ke ajaran kasih.
  Dan juga setuju, untuk kristen selain injili (umumnya karismatik dan
 pendetanya suka kotbah berjam2 ttg kejagoan/kesaktiannya di masa dulu)
 memang yang terutama adalah iman. Dan, setuju juga, iman sesuai dengan
 kedangkalan penalarannya.
  Dan tentang harta dalam karismatik, saya tambahkan bahwa yang paling
 sial jauh dari berkat adalah Yesusnya sendiri, karena paling miskin. ha
 ha ha.
  Salam,
 
  Chen Gui Xin





[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-17 Terurut Topik Erik

Oh ya sama,  saya juga tidak selesai. Saat hampir selesai di tahun 1987
tiba-tiba dapat tawaran bea siswa belajar bahasa ke Beijing.  Sulit juga
menentukan pilihan waktu itu, tapi akhirnya saya pilih ke Beijing, kapan
lagi ke luar negeri!

Tapi bersyukur juga, saya tidak salah pilih, nyatanya saya sekarang
mampu membaca  teks bahasa Tionghoa (bahasa klasik sekalipun) dan
berbicara Mandarin dengan logat yang terbilang standar!!

Btw, Frenky Hardiman masih aktif di FAHAMI (Forum Antar Agama tentang
Hak Azasi Manusia Indonesia)??

Sampai jumpa pada tgl 20 nanti di Gedung VOC Galangan ya, saya tunggu!!

Salam,



Erik

\
-

  In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosen...@...
wrote:
  Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena
masih terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar
tidak kelaparan.
  Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo,
anjar d.a. yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya
(diopspek) alex aur yg skrg di hidup. Anak terkacangannya franky
hardiman.
  Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di
wuwungan, gembos kurang angin.
  Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara
kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan.

Salam,

  Chen Gui Xi

\
---
In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
 
 
Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri 
sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi
mana?
 
Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan.
  
Salam,

Erik




[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-17 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Saya cuman bimbingan Franky yang kelas buncis, jadi ndak terlalu ngerti 
aktivitasnya. Salah satu orang yg mengesankan saya dg pemikiran dan Seagal 
style-nya.
Hayah...kok malah jadi ajang mojok dengan senior ya. :)

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Oh ya sama,  saya juga tidak selesai. Saat hampir selesai di tahun 1987
 tiba-tiba dapat tawaran bea siswa belajar bahasa ke Beijing.  Sulit juga
 menentukan pilihan waktu itu, tapi akhirnya saya pilih ke Beijing, kapan
 lagi ke luar negeri!
 
 Tapi bersyukur juga, saya tidak salah pilih, nyatanya saya sekarang
 mampu membaca  teks bahasa Tionghoa (bahasa klasik sekalipun) dan
 berbicara Mandarin dengan logat yang terbilang standar!!
 
 Btw, Frenky Hardiman masih aktif di FAHAMI (Forum Antar Agama tentang
 Hak Azasi Manusia Indonesia)??
 
 Sampai jumpa pada tgl 20 nanti di Gedung VOC Galangan ya, saya tunggu!!
 
 Salam,
 
 
 
 Erik
 
 \
 -
 
   In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ikkyosensei_ym ikkyosensei@
 wrote:
   Saya bukan alumni karena tidak selesai(kayaknya abadi) :).. karena
 masih terpecah antara menikmati negeri di wuwungan dan berjuang agar
 tidak kelaparan.
   Saya baru blajaran kok mas, tahun 2000... angkatannya ario soembogo,
 anjar d.a. yg ponakannya romo katedral, leo, dll...adik kelasnya
 (diopspek) alex aur yg skrg di hidup. Anak terkacangannya franky
 hardiman.
   Saya masuk sebagai awam abidin... mangkanya tersungkur dari negeri di
 wuwungan, gembos kurang angin.
   Halah itu crita masa lalu... yang mengesankan saya adalah di Driyarkara
 kekatholikan dimanusiakan...uppsss maksudnya dibumikan.
 
 Salam,
 
   Chen Gui Xi
 
 \
 ---
 In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
  
  
 Bung Chen alumni STF Driyarkara? Tahun berapa? Atas Biaya Sendiri 
 sebagai mahasiswa awam ato Abidin (Atas Biaya Dinas) dan dari kongregasi
 mana?
  
 Saya juga dari sana, tahun 1983, satu tahun di bawah Romo Sandiawan.
   
 Salam,
 
 Erik





[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik Erik

Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
bidang IPTEK.

Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.

Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia.

Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari
ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini.

Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan
Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara
tidak menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal
dengan nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok
berkat keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle
kerajaan. Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara
meja abu leluhur dan melaksanakan beberapa upacara
tradisional, agama Jing Jiao pun dilarang oleh raja yang merasa
tersinggung, para pastur bule harus minggat dari Tiongkok diusir oleh
kerajaan dan pastur lokal pun dipaksa lepas jubah.

Nah, berkaca pada pengalaman masa lampau itu, pastur-pastur Katolik yang
datang ke daratan Tiongkok di kemudian
hari (Matthew Ricci dkk) lebih pandai beradaptasi dengan budaya lokal.
Dengan berjubah pendeta Taois mereka memberi kotbah dalam bahasa
Mandarin, bangunan gereja pun ditata dalam arsitektur dan ornamen
ketionghoaan. Bahkan sembahyang leluhur dengan hio pun tidak diharamkan,
asal tidak dilakukan di paroki.  Hal serupa juga dipraktekkan di
Indonesia, walau masih dalam cekaman rezim rasis Orde Bau dulu, misalnya
paroki Santa Maria de Fatima (Toa Se Bio)  yang di Petak sembilan serta
yang di Mg Besar Jakarta tidak pernah putus menyelenggarakan misa Sincia
setiap tahun sepanjang masa kekuasaan rezim Orde Bau. Dalam terminologi
antropologi budaya, apa yang dilakukan Matthew Ricci dkk 

[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik ardian_c
ikut nimbrung jg, seinget aye tuh yg namanya jingjiao/nestorian itu agama 
kristen yg beda ama yg jaman sekarang. seabis konsili nicea khan semua yg tdk 
sepaham dibantai abis ama yg menang.
nah ada bbrp yg kabur, salah satunya Aloben yg kabur ke dinasti Tang dan minta 
suaka. Pada dasarnya dinasti Tang itu dinasti yang toleran dan nerima banyak 
pelarian, Aloben dikasih tempat, kebebasan mengembangkan agamanya, kitabnya jg 
diterjemahkan.

Nah kejadian yg parah itu khan dijaman Qing awal, yg mana gara2 gak respect ama 
budaya Tionghoa makanya semua missionaris katolik nelen pil pahit.
Kalu Jing Jiaonya sendiri khan gak berkembang di Tiongkok malah Mongol empire 
dapet surat dari Vatican yg suruh para Khannya menakluk kepada kerajaan Allah 
trus jg itu agama Nestorian harus dibasmi.

Matteo Ricci sendiri bawa buku2 filsafat timur plus pengetahuan Tiongkok yg 
nantinya bawa Eropa kearah abad pencerahan.

So itu ya kalu dibilang timbal baliklar. Gak beda itu waktu jaman Eropa masuk 
abad kegelapan, bisa ngeliat terangnya sedikit gara2 pengaruh Arab.
Sayangnya org2 Eropa waktu jaman dah melek mata itu jadi arogan plus jg 
terbiasa mensetan2kan budaya lain.

Ya baru ditahun 1930an itu Vatican melek mata dan kasih ijin utk budaya 
Tionghoa dilaksanakan oleh umat2nya. Sebelonnya mana boleh seh ?

Suka gak suka ya inilah sisi gelap sejarahnya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!
 
 Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
 terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
 penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
 memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.
 
 Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
 Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
 STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
 para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
 sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
 saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
 Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
 Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
 bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
 serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
 para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
 pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
 mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
 Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
 KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
 tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).
 
 Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
 oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
 yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
 dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
 barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
 Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
 bidang IPTEK.
 
 Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
 berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
 dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
 Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
 Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
 tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
 teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
 asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
 mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.
 
 Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
 budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
 terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
 lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
 pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
 tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
 Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
 inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
 pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia.
 
 Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
 menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
 beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
 dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
 budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari
 ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa 

[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik younginheart5000
Kelompok Nestorian yang mewakili bagian dari umat Kristen awal tidak mengakui 
Yesus sebagai Tuhan, dan di-kejar kejar. Banyak yang kemudian menjadi Islam.

Inti pemahaman Nestorian kini hidup lagi, diwakili oleh kelompok yang bernama 
Unitarian Curch, satu kelompok Non Trinitarian..



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

 ikut nimbrung jg, seinget aye tuh yg namanya jingjiao/nestorian itu agama 
 kristen yg beda ama yg jaman sekarang. seabis konsili nicea khan semua yg tdk 
 sepaham dibantai abis ama yg menang.
 nah ada bbrp yg kabur, salah satunya Aloben yg kabur ke dinasti Tang dan 
 minta suaka. Pada dasarnya dinasti Tang itu dinasti yang toleran dan nerima 
 banyak pelarian, Aloben dikasih tempat, kebebasan mengembangkan agamanya, 
 kitabnya jg diterjemahkan.
 
 Nah kejadian yg parah itu khan dijaman Qing awal, yg mana gara2 gak respect 
 ama budaya Tionghoa makanya semua missionaris katolik nelen pil pahit.
 Kalu Jing Jiaonya sendiri khan gak berkembang di Tiongkok malah Mongol empire 
 dapet surat dari Vatican yg suruh para Khannya menakluk kepada kerajaan Allah 
 trus jg itu agama Nestorian harus dibasmi.
 
 Matteo Ricci sendiri bawa buku2 filsafat timur plus pengetahuan Tiongkok yg 
 nantinya bawa Eropa kearah abad pencerahan.
 
 So itu ya kalu dibilang timbal baliklar. Gak beda itu waktu jaman Eropa masuk 
 abad kegelapan, bisa ngeliat terangnya sedikit gara2 pengaruh Arab.
 Sayangnya org2 Eropa waktu jaman dah melek mata itu jadi arogan plus jg 
 terbiasa mensetan2kan budaya lain.
 
 Ya baru ditahun 1930an itu Vatican melek mata dan kasih ijin utk budaya 
 Tionghoa dilaksanakan oleh umat2nya. Sebelonnya mana boleh seh ?
 
 Suka gak suka ya inilah sisi gelap sejarahnya.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
 
  
  Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!
  
  Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
  terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
  penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
  memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.
  
  Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
  Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
  STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
  para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
  sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
  saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
  Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
  Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
  bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
  serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
  para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
  pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
  mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
  Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
  KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
  tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).
  
  Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
  oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
  yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
  dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
  barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
  Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
  bidang IPTEK.
  
  Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
  berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
  dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
  Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
  Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
  tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
  teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
  asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
  mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.
  
  Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
  budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
  terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
  lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
  pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
  tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
  Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
  inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
  pilihan yang menguntungkan 

[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik ardian_c
lha lha lage kota hangzhou dikuasain ame org2 taiping trus dikepung abis ama 
tentara qing khan katanya ada kanibalisme hehehehehehehehhe



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Pak Beng:
 
 (Surat anda sebaiknya jangan dialamatkan ke japri, langsung ke jalur umum 
 saja.) 
 
 Logikanya begini:
 Kanibal berarti taraf peradabannya sangatlah rendah, masif primitif, apa 
 sudah ada budaya yg cukup berharga utk dipertahankan?
 
 Jika satu suku peradabannya sdh cukup tinggi, tdk mungkin dia kanibal! 
 Makanya saya meragukan cerita misionaris yg dimakan suku batak! Dibunuh bisa 
 saja, tapi dimakan? Itu tahun berapa? Apa di tahun tsb suku batak masih 
 begitu primitif?
 
 Masalah persepsi barat thd timur tak usah kita berasumsi, fakta sejarah sudah 
 cukup bicara, tdk hanya tercermin dari tindakan2 mereka, tapi juga dari 
 dokumen2 tertulis yg tercatat di sejarah, misalnya surat2 menyurat dlm 
 pemerintahan mereka, komentar di surat2 kabar dll. Bahkan sampai menjelang 
 olympiade beijing, komentar miring thd tiongkok masih merajarela! Baru tahun 
 terakhir ini saja saat amerika dan barat mengalami krisis ekonomi, mereka 
 baru mengubah nada bicara thd tiongkok, tujuannya tak lain agar tiongkok 
 terayu mau mengeluarkan dana  untuk membantu kesulitan ekonomi dunia.
 
 Dan bukan masalah takut dng kekristenan, budaya tionghoa cukup tangguh untuk 
 menangkal kristenisasi total kok! Yg jadi heran justru, mengapa anda harus 
 memaksakan nilai2 kristen ke orang tionghoa?  memangnya kami tidak boleh 
 hanya menjadi tionghoa tanpa jadi kristen? Apa anda beranggapan kemanusiaan 
 kami belum  lengkap tanpa jadi kristen? Apa anda beranggapan nilai kristen 
 lebih tinggi daripada nilai2 budaya tionghoa?
 
 Sent from my BlackBerry0…3
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT





[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik Erik


Oh ya btl, Jing Jiao tu Nestorian yg dah punah. Yg ditemukan di Zhongguo jg 
cuma prasasti yg diragukan otentisitasnya. Juga btl Katolik berkaca pd 
pengalaman di zaman Tang bkn Yuan. Tq ya atas koreksinya. Perspektip historis 
ada yg error nih!

Salam

Erik





[budaya_tionghua] Re: nDableg

2009-12-16 Terurut Topik ikkyosensei_ym
Wadouw, maaf neh, terpaksa saya menunjukkan mo yong berbahasa anda.

Pertama judul tersebut menunjuk pada 1 agama (Kristen) dan 1 budaya (Tionghoa). 
Jadi, agama mana yang sedang saya tikaikan dengan kristen?
Kedua, jelas sekali judul tersebut sedang menabrakkan Kristen sebagai agama 
dengan Tionghoa sebagai budaya.

Kenapa saya merujuk pada budaya Tionghoa saja? Karena memang yang saya cermati 
saya dengar, kebetulan memang cuman budaya Tionghoa yang saya pahami. Buktinya 
budaya Tionghoa yang sedang ditertawakan apa? Karena membahas tentang gambar 
naga, paikui, chengbeng, wayang potehi, dll.

Kenapa saya merujuk pada Kristen sebagai agama? Karena tempatnya di gereja 
kristen, saat terjadi kotbah oleh pendeta kristen, disaksikan oleh para umat 
kristen, dan terjadi bukan di satu tempat saja di Jakarta.

Sekali lagi, maaf sebelumnya, gunakan pikiran anda dulu sebelum berujar. 
Sehingga anda terlihat memahami permasalahan.

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... 
wrote:

 - Original Message - 
 From: ikkyosensei_ym 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 Sent: Monday, December 14, 2009 6:28 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak 
 Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa?
 
  Saya tidak sedang membawa konflik
  agama dalam forum ini.
  Silahkan dicermati kembali isi tulisan2 saya.
 
 
 
 Wah, Chen Gui Xin ini emang nggak ngerti apa belagak nggak ngerti!?
 
 Kan sudah saya tulis dengan huruf yang secara khusus saya kapitalkan 
 (huruf-besarkan) bahwa sianseng satu ini dengan judul posting yang dipilihnya 
 sedang dengan sengaja memprovokasi perang agama di milis budaya tionghoa ini.
 
 Koq masih juga mau muter-muter terus, membela diri dengan bicara berbusa-busa 
 menyuruh kita mencermati isi posting-nya!
 
 Orang Tionghoa di sini bilang itu botjenglie! he he he...
 
 Wasalam.
 
 
 
   - Original Message - 
   From: ikkyosensei_ym 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, December 14, 2009 6:28 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak 
 Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa?
 
 
 
   Dear Bukhari,
   Saya tidak sedang membawa konflik agama dalam forum ini. Silahkan dicermati 
 kembali isi tulisan2 saya.
   Kebetulan sekali, memang dalam hal ini yang saya keluhkan adalah ajaran 
 yang umum diterima di gereja kristen, yang diajarkan secara publik oleh para 
 pendeta, yang jelas sekali melecehkan simbol-simbol budaya tionghoa.
   Tradisi paikui di depan meja leluhur contohnya. Tentu saja, kita sama2 
 orang dewasa tahu, bahwa tradisi tersebut ingin mengajarkan kepada anak untuk 
 berbakti tanpa syarat kepada kedua orang tuanya. Jika kepada leluhur yang 
 sudah meninggal saja bisa, apalagi kepada kedua orang tua yang masih hidup.
   Tahukah anda bahwa simbol budaya tersebut dengan mudahnya dihina2 dalam 
 kotbah di gereja2 kristen dg alamat yang saya sebutkan sebelumnya? Dan, kalau 
 anda tidak keberatan, silahkan anda hadir di kebaktian mereka, siapa tahu 
 anda juga merasakan pelecehan secara pribadi kepada budaya suku/agama anda.
   Berkenaan saya menyebut istilah agama Islam dan ibu anda, saya yakin tentu 
 saja anda juga tahu, bahwa maksud saya agar anda bisa menjiwai kemarahan dan 
 kekecewaan kita. Sudah jelaskah anda dengan point yang ini?
 
   Mari, bergabunglah dalam kasus hukum ini. Apakah ada yang salah dengan 
 menegakkan penghormatan kepada budaya/agama yang lain? Kebetulan saja, kali 
 ini pendeta yang menjadi percontohannya. Karena menurut saya, mereka yang 
 paling aktif berperilaku semaunya asal demi Tuhan mereka.
 
   Salam,
 
   Chen Gui Xin
 
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absaleh@ 
 wrote:
   
- Original Message - 
From: ikkyosensei_ym 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, December 13, 2009 7:58 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Bagaimana Cara Membuat Orang Kristen Tidak 
 Kurang Ajar Lagi terhadap Budaya Tionghoa?


 Bukhari,
 Jika saya mengejek2 agama Islam
 atau suku Ibu anda... 
 apa anda juga akan berpendapat yang sama?

-

Chen Gui Xin, saya ini anggota milis ini sejak awal yang sudah proven.

Ketika tempo hari ada member Islam yang mengacau ngajak perang agama juga 
 dari sudut pandang Islam, saya yang paling depan 'hajar' dia.
Kalau tidak salah dia sudah di-banned moderator, atau keluar sendiri, 
 mokal abis!

Jadi kalau Chen-heng mengira bisa dengan mudah mengacau, memprovokasi 
 perang agama, agama apa saja, di milis ini, seperti yang mungkin lauwtee 
 mudah dilakukan di milis lain, pikir-pikir 1000 kali dulu, ingat bahwa ada 
 saya di sini...

Karena Chen-heng sudah bukan anak kecil, tentunya sudah tahu bedanya 
 antara bikin posting yang isinya 

Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik jackson_yahya
Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit fanatik

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Erik rsn...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
bidang IPTEK.

Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.

Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia.

Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari
ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini.

Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan
Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara
tidak menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal
dengan nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok
berkat keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle
kerajaan. Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara
meja abu

Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik agoeng_set
Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik 
dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah  tobat mengajak yg laennya 
tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya 
tionghoa. 
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit fanatik

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Erik rsn...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
bidang IPTEK.

Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.

Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia.

Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai

Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik agoeng_set
Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo 
dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan 
khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? 
Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp 
jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum 
saja? 
 Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja 
mau ikut 1 kali lagi kursus  belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi 
mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? 
Cobalah pahami perasaan  keluarga yg cerai berai karena agama. 
  
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum 
pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, 
sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan 
umat katolik sembayang ke dewi kwan Im.

Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe

Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di 
hajar rata semua


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik 
dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah  tobat mengajak yg laennya 
tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya 
tionghoa. 
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit fanatik

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Erik rsn...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini

Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik jackson_yahya
Ini si agung selalu jadi kompor. Ok kalau begitu kamu saja yang maju jadi 
pemimpin kita di belakangmu. Kayanya ga berani nih.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 15:19:13 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo 
dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan 
khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? 
Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp 
jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum 
saja? 
 Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja 
mau ikut 1 kali lagi kursus  belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi 
mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? 
Cobalah pahami perasaan  keluarga yg cerai berai karena agama. 
  
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum 
pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, 
sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan 
umat katolik sembayang ke dewi kwan Im.

Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe

Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di 
hajar rata semua


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik 
dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah  tobat mengajak yg laennya 
tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya 
tionghoa. 
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit fanatik

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Erik rsn...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul!  Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
Arogansi Kultural. (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa

Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik agoeng_set
Kompor darimana? Coba ditunjukan dimana g berperan jadi kompor? 
G cuma blg jgn apa2 nuduh oknum, oknum atau emang kebijakan harus diliat dulu. 
Getu aja dituduh kompor, coba donk dibahas secara benar, jgn kalo udah ga 
sejalan langsung menghakimi dan nuduh sembarangan trus kalo bisa ngomporin yg 
laen. 
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 16:35:57 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Ini si agung selalu jadi kompor. Ok kalau begitu kamu saja yang maju jadi 
pemimpin kita di belakangmu. Kayanya ga berani nih.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 15:19:13 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo 
dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan 
khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa oknum saja??? 
Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp 
jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut hanya oknum 
saja? 
 Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja 
mau ikut 1 kali lagi kursus  belajar agama. Apakah ketika sedang beraksi 
mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? 
Cobalah pahami perasaan  keluarga yg cerai berai karena agama. 
  
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum 
pendetanya yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, 
sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan 
umat katolik sembayang ke dewi kwan Im.

Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe

Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di 
hajar rata semua


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik 
dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah  tobat mengajak yg laennya 
tobat dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
bermasalah maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya 
tionghoa. 
-Original Message-
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit fanatik

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Erik rsn...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam Persepsi
Yang Keliru dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip

[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik Erik

Terima kasih atas tambahannya bung. Rasanya tidak ada perbedaan pendapat
antara kita ya.  Anda benar, pastor-pastor datang ke Tiongkok memang di
Zaman dinasti Tang (bukan Yuan sebagaimana saya katakan), itu sudah
dikoreksi oleh Ardian.  Dan tentu saja bukan cuma Ricci seorang, hanya
kebetulan saja saya katakan Matteo Ricci dkk.

Anda juga benar, adanya saling isi mengisi antara timur dan barat lewat
arus persilangan budaya waktu itu. Pada posting yang lalu saya hanya
ungkapkan sumbangsih barat untuk timur dan tidak sempat bercerita hal
yang sebaliknya, karena konteksnya adalah saya sedang menjawab seorang
rekan yang kebetulan beragama Krisren yang saya kira telah salah
mengerti apa yang saya maksud pada posting saya yang lebih dulu lagi. 
Dan saya membuka identitas Kekatolikan saya juga agar rekan yang
beragama Kristen itu tidak salah mengerti, tidak menganggap saya
termasuk kelompok non Nasrani yang sedang menyerang Kristen. Itu saja.

Demikian, harap maklum.

Salam,



Erik

\
---

  In budaya_tionghua@yahoogroups.com, shinmen takezo
hisashi.mits...@... wrote:
Erik ,

wah salut saya ini milist di penuhi para katolik2 (apalagi jebolan
driyarkara) , para katolik2 di milist ini yang sangat peduli sama budaya
tionghoa dan sejarah tiongkok . .

Pada masa Matteo Ricci itu yang terjadi adalah Tiongkok di banjiri oleh
Jesuit2 , jadi bukan Ricci seorang . Kiprah Jesuit yang sukses itu
belakangan di jegal ordo dominikan (rites controversy) . Jadi yang
terjadi  pada masa itu adalah pertukaran ilmu pengetahuan antara east
dan west .
  Boleh anda telusuri buku2 dan pengetahuan Tiongkok yang di transfer ke
Eropa dan di terjemahkan. Ini menurut pendapat pribadi saya adalah
gelombang kedua pencerahan , setelah sebelumnya gelombang pertama
terjadi saat di era skolastik , dark ages eropa , ramai2 menerjemahkan
buku2 dari timur tengah  ke bahasa latin. Jadi antara Timur dan Barat ,
masing2 masing tidak ada yang  lebih unggul .
Leibniz berpendapat bahwa Eropa dan Tiongkok saling melengkapi satu sama
lain , western physics dan eastern ethics . Eropa unggul dalam teoritis
tapi lemah dibidang etika dan politik.

Sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak
Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai Toleransi beragama juga
di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik
protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis
dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan
persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa ,
khususnya Prancis untuk meniru
 Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites
Controversy, dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo
Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari
Tiongkok.

Mengenai Matteo Ricci , Leibniz melontarkan pujiannya .

I praise the foresight of Matteo Ricci, a great man, for following the 
example of the Church Fathers who interpreted Plato and other
philosophers  in a Christian fashion. Let us suppose he didn't
understand properly-may we not for this reason retain their opinions,
like gold, purged of all
  impurities? If we ever impute to Confucius doctrines that are not his,
certainly no pious deception would be more innocent, since danger to
those mistaken and offence to those who teach is absent. (Leibniz , On
The Civil Cult of Confucius , 1700)

 Selain Ricci , ada Needham yang sangat peduli terhadap sejarah
Tiongkok .




Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik shinmen takezo
tambahan sedikit saja Jesuit seperti Ricci lum ada pada dinasti Tang , baru
ada pada masa dinasti Ming , dan Qing ..

thanks



2009/12/17 Erik rsn...@yahoo.com




 Terima kasih atas tambahannya bung. Rasanya tidak ada perbedaan pendapat
 antara kita ya. Anda benar, pastor-pastor datang ke Tiongkok memang di
 Zaman dinasti Tang (bukan Yuan sebagaimana saya katakan), itu sudah
 dikoreksi oleh Ardian. Dan tentu saja bukan cuma Ricci seorang, hanya
 kebetulan saja saya katakan Matteo Ricci dkk.

 Anda juga benar, adanya saling isi mengisi antara timur dan barat lewat
 arus persilangan budaya waktu itu. Pada posting yang lalu saya hanya
 ungkapkan sumbangsih barat untuk timur dan tidak sempat bercerita hal
 yang sebaliknya, karena konteksnya adalah saya sedang menjawab seorang
 rekan yang kebetulan beragama Krisren yang saya kira telah salah
 mengerti apa yang saya maksud pada posting saya yang lebih dulu lagi.
 Dan saya membuka identitas Kekatolikan saya juga agar rekan yang
 beragama Kristen itu tidak salah mengerti, tidak menganggap saya
 termasuk kelompok non Nasrani yang sedang menyerang Kristen. Itu saja.

 Demikian, harap maklum.

 Salam,

 Erik

 --\
 ---

 In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 shinmen takezo

 hisashi.mits...@... wrote:
 Erik ,
 
 wah salut saya ini milist di penuhi para katolik2 (apalagi jebolan
 driyarkara) , para katolik2 di milist ini yang sangat peduli sama budaya
 tionghoa dan sejarah tiongkok . .
 
 Pada masa Matteo Ricci itu yang terjadi adalah Tiongkok di banjiri oleh
 Jesuit2 , jadi bukan Ricci seorang . Kiprah Jesuit yang sukses itu
 belakangan di jegal ordo dominikan (rites controversy) . Jadi yang
 terjadi pada masa itu adalah pertukaran ilmu pengetahuan antara east
 dan west .
 Boleh anda telusuri buku2 dan pengetahuan Tiongkok yang di transfer ke
 Eropa dan di terjemahkan. Ini menurut pendapat pribadi saya adalah
 gelombang kedua pencerahan , setelah sebelumnya gelombang pertama
 terjadi saat di era skolastik , dark ages eropa , ramai2 menerjemahkan
 buku2 dari timur tengah ke bahasa latin. Jadi antara Timur dan Barat ,
 masing2 masing tidak ada yang lebih unggul .
 Leibniz berpendapat bahwa Eropa dan Tiongkok saling melengkapi satu sama
 lain , western physics dan eastern ethics . Eropa unggul dalam teoritis
 tapi lemah dibidang etika dan politik.
 
 Sekalipun Leibniz seorang protestan , tapi Leibniz berada pada pihak
 Jesuit dalam Rites Controversy. Leibniz menilai Toleransi beragama juga
 di perlihatkan oleh kebijakan Kang Xi , dapat di adopsi untuk konflik
 protestan vs katolik yang mengancam Eropa. Dijaman Leibniz , Prancis
 dibawah Louis XIV mengeluarkan Edict of Nantes (1598) dan melakukan
 persekusi terhadap kaum Huguenot. Leibniz berharap agar Eropa ,
 khususnya Prancis untuk meniru
  Tiongkok dalam hal toleransi beragama. Tetapi muncullah Rites
 Controversy, dimana Tiongkok di judge sebagai negara pagan. Ordo
 Dominika yang menjegal Jesuit , dan berujung pada tindakan balasan dari
 Tiongkok.
 
 Mengenai Matteo Ricci , Leibniz melontarkan pujiannya .

 I praise the foresight of Matteo Ricci, a great man, for following the
 example of the Church Fathers who interpreted Plato and other
 philosophers in a Christian fashion. Let us suppose he didn't
 understand properly-may we not for this reason retain their opinions,
 like gold, purged of all
 impurities? If we ever impute to Confucius doctrines that are not his,
 certainly no pious deception would be more innocent, since danger to
 those mistaken and offence to those who teach is absent. (Leibniz , On
 The Civil Cult of Confucius , 1700)
 
  Selain Ricci , ada Needham yang sangat peduli terhadap sejarah
 Tiongkok .

  



[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-16 Terurut Topik Erik

Ya iya donk!  Tentu Matteo Ricci tidak hidup satu zaman dengan dinasti
Tang! Tapi beliau belajar pengalaman dari pendahulu-pendahulunya yang
pernah berkarya di Tiongkok pada dinasti Tang!!



Salam,



Erik

\
--
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, shinmen takezo
hisashi.mits...@... wrote:

 tambahan sedikit saja Jesuit seperti Ricci lum ada pada dinasti Tang ,
baru
 ada pada masa dinasti Ming , dan Qing ..

 thanks




[budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

2009-12-15 Terurut Topik ardian_c
ada satu jurnal yg neliti org dayak, coba aje tanya2 ape isinye tentang 
penghabisan budaya dayak oleh missionaris. en pernah dimasukin ke milist ini 
nama jurnalnya , kapan dan diterbitin dimana


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, beng mazmuri beng...@... wrote:


     Dear all members,..

 Saya baru brapa bulan mengikuti milis BT,  Senang sekali bisa mendapatkan 
 banyak pengetahuan tentang hal2 yg berhubungan dng kebudayaan Tionghoa, baik 
 dari sisi sejarah, sosial ,,filosophi ,mitos dan implikasi untk kehidupan 
 sehari2

 Tapi dlm minggu2 ini ada yg mengganggu saya sehubungan topik tg pendeta 
 kristen atau orang2 kristen. Saya melihat sudah ada peringatan dan penjelasan 
 dari moderator BT.
 Perkenankan saya sharing sedikit dng pengetahuan saya yg bersifat umum dan 
 tidak berpihak, untk menyanggah keterangan dari Sdr Chen , yg agak provokasi.

 1. Saya keturunan Tionghoa di Indonesia generasi ke empat.
 2. Saya kristen, diawali dari nenek dari pihak ibu dan keluarga ayah yg masih 
 memegang tradisi tionghoa. Ayah seorang atheis meskipun berpendidikan 
 belanda. Ketika kakek dari pihak ayah meninggal, pihak ibu saya yg kristen, 
 dng senang hati mengikuti semua kegiatan upacara penguburan scr adat 
 tionghoa, spt memakai baju blacu putih, memegang hio dll, sedangkan ayah saya 
 malah tidak mau mengikuti upacara yg bagi dia itu merepotkan.  Masa kecil 
 saya , juga mengikuti hari raya imlek , perayaan barongsai, cap goh me dll, 
 dan semua itu berakhir stelah kejadian 1965.

 3. Thn 1975 - 1979 saya sempat kuliah theologi dan filsafat. Dan sblm kuliah, 
 dng pertimbangan brapa teman, saya memilih college yg netral, karna pd era 
 thn 70an ada ajaran theologi yg liberal dan kharismatik . Dari ajaran yg 
 kharismatik ini, saya harus mengakui ada pendeta lulusan tsb yg agak 
 kebablasan dlm hal pengajaran tg surga dan neraka,tg setan dan meremehkan 
 agama2 dan kebudayaan lain .

 4. Tapi saya bisa mengatakan dng pasti, karna pd masa kuliah saya secara 
 pribadi melakukan survey pd beberapa aliran ajaran, gereja2 yg ada di 
 Indonesia.
 Untk gereja yg sudah established, yg modern dng pengikut mayoritas di 
 Indonesia ( saya tidak ingin menyebut nama aliran atau gereja apa, karna saya 
 bukan speaker mrk , dan saya sudah 30 thn stelah keluar kuliah, memegang 
 prinsip universal dan menghormati agama2 lain selama ajaran2 itu sopisticated 
 dlm prinsip universal ). Tidak ada ajaran2 atau2 hal2 yg mem provokasi , 
 khususnya tg kebudayaan tionghoa. dan di Alkitab kristen yg diakui secara 
 umum, tidak ada ajaran2 atau dogma spt itu . Kalaupun ada, misalnya tg 
 pemujaan berhala, harus dilihat dari konteks latar belakang sejarah waktu 
 itu, tidak bisa mengambil ayat sepenggal penggal tanpa melihat konteks 
 sejarah waktu itu dan dengan seenaknya menyamakan dng kondisi saat ini,

 5. Saya katakan tadi saya hrs mengakui , ada aliran kharismatik yg kebablasan 
 dlm hal menafsirkan ayat2 Alkitab atau dng seenaknya meremehkan kebudayaan 
 atau agama lain, tapi ada aliran kharismatik yg lebih educated dan 
 sopisticated, mrk adalah orang2 berpendidikan, profesional, atau orang2 yang 
 haus akan masalah kerohanian, tapi tidak membabi buta atau seenaknya 
 menyerang agama atau kebudayaan lain, mereka adalah orang2 kristen yg 
 berprinsip  KASIH , adalah diatas segalanya. Bukti bhw kt mengasihi Tuhan 
 adalah dng pernyataan kasih terhadap sesama manusia dan makhluk hidup dan 
 lingkungan, berbuat hal yg nyata, karena dari situ lah kehidupan ke kristen 
 an akan nyata dilihat.

 6. Saya ingin menyanggah sedikit pernyataan Sdr Eric, adalah tidak betul bhw 
 misi penyebaran agama kristen pd awal2 misionaris yg di pelopori oleh orang2 
 barat , salah satunya adalah untk memberangus kebudayaan lokal, setempat yg 
 sudah berakar kuat sebelumnya. Misi mrk yg terutama dalah pendidikan dan 
 kesehatan, siapa yg mau memperhatikan mrk..? ( suku2 atau masyarakat yg 
 dianggap terbelakang, bahkan kanibal ). Saya sedih ktk ada pihak2 yg 
 menyerang mrk, dng alasan , mendirikan sekolah2 atau rumah sakit, hanya kedok 
 belaka , semata mata untk menyebarkan agama kristen atau brain washing , 
 Prinsip utama dlm ke kristen an adalah KASIH .

  Sebagai contoh , kt ambil saja di Indonesia, Pd awalnya misionaris masuk ke 
 suku batak, yg pertama masuk kesana, seorang germany, ditangkap , dibunuh, 
 dan kanibalisasi masih berlangsung disana. Dan kemudian stelah banyak suku 
 batak yg menjadi kristen, apakah kebudayaan luhur mrk ,( bukan yg kanibal 
 atau perang antar suku ), hilang begitu saja diberangus oleh ke kristen 
 an...? Ternyata TIDAK, kebudayaan lokal setempat yg bermartabat, 
 penghormatan trhdp leluhur , orang tua, dan adat istiadat lainnya yg 
 mengandung makna bijak dan baik tetap dijalankan dan bersinergi dng baik dng 
 ke kristenan mrk.

   Begitu juga di Nias, Kalimantan ( dayak ), Ambon, Flores dll

 7.Saya setuju, kalau ada pendeta2 kristen yg trlalu berlebihan dlm menyerang, 
 khususnya kebudayaan