Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Iya, sebaiknya begitu. Kalau misalnya Anda mempunyai masalah di perkawinan/pernikahan Anda, mungkin jangan di diskusikan secara ramai ramai. Sebaiknya mencari seorang konsultan atau seseorang yang dapat dipercaya. (Atau pertanyaan Anda adalah iseng, sekedar ikut ber partisipasi ? :p Ok, gpp ) Di setiap perkawinan/pernikahan, pasti selalu terdapat masalah (biasanya dianggap sebagai 'bumbu' pernikahan :p ). Bukan berarti apabila kita melakukan pernikahan/perkawinan yang mungkin dari suku yang sama, atau agama yang sama, atau mungkin pandangan yang sama atau "jenis yang sama" ??? (hahahah... becanda).. maka kita tidak akan menghadapi masalah apapun. Dulu Yana Julio pernah menulis di lagunya : "Bukankah cinta datang untuk menyatukan dua hati (dunia) yang berbeda"... Ada juga yang pernah menyatakan bahwa " Berbeda itu Indah"., dst.. PS : Pisss utk rekan2 yg sudah memberikan tanggapan. Salam Kenal :) Yoi ... ^_^ --- On Mon, 10/26/09, cristine_mandasari wrote: From: cristine_mandasari Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, October 26, 2009, 5:08 PM selamat sore semua mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap pertanyaan sy... dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, sy memutuskan untuk menutup topik ini... semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" wrote: > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada yang > nanya.. > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote: > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi > > manusia ya ?? > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? > > wkwkwkwk > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan > > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama > > sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap > > sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah > > mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, > > atau orang eskimo ??? > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan > > langsung. > > > > Setuju rekan rekan ??? > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke > > topik SARA. > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > saja? > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > > kelurahan...hehehe...hehehe (
RE: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Ada beberapa kasus tragedy yang terjadi pada beberapa petempuan Tionghoa yang dinikahi oleh pria beragama tertentu. Setelah "digituin" dan diporotin hartanya, barulah sang istri malang dipaksa memeluk agama terakhir dan terbenar menurut sebagian pemeluknya dan yang keterlaluan lagi adalah harta porotan itu dipakai untuk menikahi istri kedua. Betapa sengsaranya sang istri yang telah terlanjur "ternoda" dan terbenam dalam lumpur kehinaan keluarga besarnya sendiri. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi ada juga sih kasus sukses berumah tangga antara perempuan Tionghoa dan etnis Jawa Islam. Sang suami tetap membiarkan istrinya beragama semula dan hidup tenteram damai bersama beberapa anak yang beberapa di antaranya telah berhasil menjadi sarjana (hasil beasiswa), meskipun mereka hidup secara sederhana. :-) _ From: zho...@yahoo.com [mailto:zho...@yahoo.com] Sent: Wednesday, October 28, 2009 10:33 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan yg ada, yakni: masalah perbedaan agama! Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua, tapi bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip toleransi, dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian bagi dia, apakah tulus atau tidak? Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT _ From: "Bagus" Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 - To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia berbeda beda tapi sama.
Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Sebetulnya perkawinan campur tidak selalu berjalan seperti yang diceritakan berdasar pengalaman Tan Lookay. Kebetulan saja yang dialami oleh Tan Lookay seperti yang diuraikan, atau lebih tepatnya tidak ada data statistik yang menunjang claim claim tertentu. Perkawinan campur harus di kategorikan ke beberapa macam. Misalnya apakah ini perkawinan antara dua orang yang belum kawin? ataukah antara duda dengan anak gadis atau antara janda dengan jejaka. Dan apakah sang duda atau sang janda sudah mempunyai anak dengan isteri/suami sebelumnya? Apakah mereka menjadi duda atau janda karena bercerai hidup atau karena pasangannya meninggal? Kemudian juga harus dilihat bagaimanakah status sosial masing2 pihak? Apakah status sosial mereka sama? Apakah status materi mereka sama? Ataukah status yang satu lebih tinggi dari yang lain? Dan kapan perkawinan campur ini terjadi? Sebelum tahun 1920'an atau antara 1920 1945? Atau 45 sd 70? Atau 70 sd 98? Atau sesudah tahun 1998? Dan dimana? Di Jawa atau di luar Jawa? Antara suku apa? Dan apakah ada perbedaan agama? Walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, agaknya berdasar cerita cerita dari jaman dahulu dan melihat ke sekeliling, di jaman dahulu (seb 45), perkawinan campur lebih tidak menjadi masalah, jika semakin sedikit faktor yang bisa menjadi penghalang. Misalnya antara perjaka dan gadis lebih sedikit masalahnya dibanding duda atau janda sdh beranak dengan gadis/jejaka. Dalam hal yang terakhir, baik yang cerai hidup maupun yang karena pasangan meninggal, maka biasanya faktor keluarga (ayah, ibu, saudara) dari yang bercerai atau yang meninggal ikut bersuara karena sudah ada anak tadi. Juga walaupun tidak ada statistik yang mendukung, tetapi dari beberapa perkawinan campur yang penulis ketahui dari masa sebelum tahun 45, biasanya status sosial menjadi faktor penentu apakah seseorang akan ikut menjadi golongan yang mana. Ada banyak kasus terutama di Jawa (yang diketahui oleh penulis) yang orang Jawa menjadi orang Tionghoa, tapi juga ada kasus dimana orang Tionghoa menjadi orang Jawa. Di jaman dulu katanya status sosial dan status materi yang menentukan, biasanya yang kalah statusnya 'di dudut' oleh pihak yang status nya lebih tinggi. Dan ini bisa berlaku baik bagi pria maupun wanita. Antara tahun 1900'an sampai dengan 1945 datang sejumlah pemuda imigran dari daratan Tiongkok, banyak diantara mereka yang kemudian mengambil gadis lokal menjadi isterinya, walaupun tidak ada data statistik yang mendukung, perkawinan campur mereka melahirkan generasi yang kemudian dan tidak ada masalah. Dan sebetulnya perkawinan campur seperti ini juga sudah terjadi beberapa abad sebelumnya terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kenapa Jawa Tengah dan Jawa Timur? Ya karena waktu itu lebih banyak yang berorientasi ke pusat ekonomi Jawa, yang tentu saja masih bukan Jakarta tetapi berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lagi lagi tanpa data statistik yang mendukung, ada yang merasakan terutama setelah tahun 1970'an faktor yang menentukan terhadap perkawinan campur bergeser ke agama. Tentu saja semua ini akan menjadi subyek yang menarik untuk menjadi bahan kajian yaitu membandingkan pergeseran yang terjadi dalam hal faktor2 yang menentukan di perkawinan campur sebelum tahun 45 dan sesudah tahun 45. Atau mungkin dengan periodisasi yang lebih rinci lagi Tentu saja itu semua bisa dijadikan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana. Salam, Harry Alim --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo wrote: > > Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share > pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku, > setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu) > meninggal. Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu > masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar. Lha, mama > Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah > resmi secara agama dan ada surat nikahnya.
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung...emang iya
Makin menarik aja ni diskusi. EMANG IYA , pertama-tama toleransi memang harus baik. Tapi saya ada pengalaman unik dengan sodara sepupu saya di Jawa Tengah. Dia Katolik, kebetulan ada Orang Jawa asli teman gereja dia naksir ama dia. Orang Jawa itu baik bangat, tapi tante saya gak mau...ini jeleknya ortu. Mmmkira2 beberapa tahun berselang sepupu saya itu ketemu dengan Orang Sumatra ( Islam). Entah siapa yang lebih dulu jatuh cinta yang jelas lamaran sampai ke rumah. Eh...malah diterima dan sepupu saya menikah ama Orang Sumatra itu. Walau beda agama tapi sangat harmonis rumah tangganya. Selain harmonis, dengar2 usahanya juga makin maju. Ato jangan2 tante saya bisa meramal juga sehingga dia tau sepupu saya bakal happy ama yang Sumatera itu yak? hehehe...sebab kalo dilihat hubungan sosial , logikanya tante saya harus menerima yang Jawa karena selain sudah menetap di Jawa dari generasi ke generasi, mereka kan masih saling kenal satu sama lain. Nah kalo yang Sumatra kan jauh di mato...tapi mungkin faktor lain yang sangat menentukan, seperti yang saya pernah katakan... mungkin karena faktor pendekatan yang kurang meyakinkan...makanya langsung direject..heheheampe segitunya. --- On Tue, 10/27/09, zho...@yahoo.com wrote: From: zho...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:33 PM Sebelum menikah, sebenarnya ada satu ujian penting bagi pasangan lintas golongan, untuk menguji apakah mereka bisa saling toleransi atas perbedaan yg ada, yakni: masalah perbedaan agama! Jika untuk menikah, salah satu pihak mensyaratkan calon pasangannya pindah agama, ini sudah merupakan indikasi kuat tidak adanya toleransi! Tak usah bicara toleransi untuk hal2 lain2 yg lebih kecil. Mungkin alasan pindah agama adalah untuk memenuhi persyaratan orang tua, tapi bagi orang yg menghargai pasangannya, untuk mempertahankan prinsip toleransi, dia hrs berani melawan kehendak orang tuanya sendiri. Ini ujian bagi dia, apakah tulus atau tidak? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: "Bagus" Date: Wed, 28 Oct 2009 02:34:08 - To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia berbeda beda tapi sama. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari " wrote: > > hehehehe... sy jadi bingung mw ngomong apa [:p] > mungkin frasa "dikembalikan ke pribadi masing2" dapat dijadikan argumen > yg tepat? terutama untuk diri sy [:)] > makasih atas semua sarannya [:x] > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" > wrote: > > > > Tenang, tenang, zis. > > > > Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil > juga bicara mengenai "penerbukan silang". > > > > Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani > persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA. > > > > Hadapi, jangan kita sembunyi.. > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "cristine_mandasari " > cristine_mandasari@ wrote: > > > > > > selamat sore semua [:)] > > > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, > > > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan > terhadap > > > pertanyaan sy... > > > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, > > > sy memutuskan untuk menutup topik ini... > > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "younginheart5000" > > > wrote: > > > > > > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > > > > > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya > ada > > > yang nanya.. > > > > > > > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tarto Waseto twasey@ > wrote: > > > > > > > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin > itu > > > masi manusia ya ?? > > > > > > > > &g
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka > > > > bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri > > > > bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi > > > > masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, > > atau > > > > bule, atau negro, atau orang eskimo ??? > > > > > > > > > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak > > berhubungan > > > > langsung. > > > > > > > > > > > > Setuju rekan rekan ??? > > > > > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah > > mengarah > > > > ke topik SARA. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > > > > > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > > > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > > > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > > > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > > > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > > > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > > > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > > > > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > > > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > > > > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > > > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > > > > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > > > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > > > > > saja? > > > > > > > > > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > > > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > > > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > > > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > > > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > > > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > > > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > > > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > > > > > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > > > > > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > > > > > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > > > > > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > > > > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > > > > > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > > > > > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > > > > > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > > > > > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > > > > > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > > > > > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > > > > > > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > > > > > > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > > > > > > > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > > > > > > > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > > > > > > > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > > > > > > > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > > > > > > > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah
Pengalaman perkawinan campur Tionghua - Jawa Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Lookay sudah tua (58) dan menjalani sendiri, jadi bisa share pengalaman. Ayah Lookay almarhum pertama kali menikah dengan sesama suku, setelah punya anak 5 orang lalu mama tua (Lookay blom pernah ketemu) meninggal. Ketika papa Lookay mau menikah dengan mama Lookay, jaman itu masih kuno , jadi ayah Lookay agak dikucilkan dari rumah besar. Lha, mama Lookay gimana ?. Ya payah juga malah dikatakan jadi gundik, padahal dinikah resmi secara agama dan ada surat nikahnya. Dan kakak tiri Lookay bersikap macam-macam, ada yang nganggap Lookay adik sendiri, ada yang tidak mengakui Lookay. Karena papa Lookay meninggal Lookay masih kecil, ya Jawanya jadi tambah kentel karena semakin jauh dari rumah besar dan merangkul budaya mama. Lha setelah dewasa terulang lagi, lookay jatuh cinta sama seseorang yang rumahnya dekat Keraton, istri Lookay cucu pangeran Hadiwinata dari HB VI, pertentangan juga terjadi, tapi ya sama-sama nekat, setelah lima tahun dengan usaha maksimal akhirnya Lookay toh jadi mantu favorit. Trus anak-anak gimana, anak pertama (laki-laki) menikah dengan puteri Sumatera Utara, bubar dalam waktu dua tahun karena perbedaan cara pandang, sebentar lagi anak kedua (perempuan) akan keluar pintu dan menikah dengan anak keluarga Tung (Khek dan dibesarkan di Makassar), toh aman-aman saja. Jadi perkawinan adalah antara dua orang yang menjalani, pihak lain jangan campur, boleh menasehati tetapi semuanya terserah kepada yang menjalankan. Kawin beda suku ya lebih berat dalam hal penyesuaian , kalau keduanya kuat ya berhasil, nggak ya bubar. Salam, Tan Lookay
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
soal kawin campur menurut gue itu sangat manusiawi ketertarikan antar lawan jenis itu wajar apalagi dengan beda bangsa dan agama.menurut saya yang terpenting dari kawin campur atau kawin sama sesama adalah jangan terlalu ego alias mau menang sendiri.suatu perkawian yang terpenting adalah saling memahami baik kelebihan da kekurangan serta saling mencintai. Tuhan menciptakan manusia berbeda beda tapi sama. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "cristine_mandasari" wrote: > > hehehehe... sy jadi bingung mw ngomong apa [:p] > mungkin frasa "dikembalikan ke pribadi masing2" dapat dijadikan argumen > yg tepat? terutama untuk diri sy [:)] > makasih atas semua sarannya [:x] > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" > wrote: > > > > Tenang, tenang, zis. > > > > Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil > juga bicara mengenai "penerbukan silang". > > > > Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani > persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA. > > > > Hadapi, jangan kita sembunyi.. > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "cristine_mandasari" > cristine_mandasari@ wrote: > > > > > > selamat sore semua [:)] > > > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, > > > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan > terhadap > > > pertanyaan sy... > > > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, > > > sy memutuskan untuk menutup topik ini... > > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" > > > wrote: > > > > > > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > > > > > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya > ada > > > yang nanya.. > > > > > > > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ > wrote: > > > > > > > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin > itu > > > masi manusia ya ?? > > > > > > > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? > > > wkwkwkwk > > > > > > > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, > dan > > > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka > > > bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri > > > bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi > > > masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, > atau > > > bule, atau negro, atau orang eskimo ??? > > > > > > > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak > berhubungan > > > langsung. > > > > > > > > > > Setuju rekan rekan ??? > > > > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah > mengarah > > > ke topik SARA. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > > > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > > > > saja? > > &
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
hehehehe... sy jadi bingung mw ngomong apa [:p] mungkin frasa "dikembalikan ke pribadi masing2" dapat dijadikan argumen yg tepat? terutama untuk diri sy [:)] makasih atas semua sarannya [:x] --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" wrote: > > Tenang, tenang, zis. > > Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil juga bicara mengenai "penerbukan silang". > > Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA. > > Hadapi, jangan kita sembunyi.. > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "cristine_mandasari" cristine_mandasari@ wrote: > > > > selamat sore semua [:)] > > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, > > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap > > pertanyaan sy... > > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, > > sy memutuskan untuk menutup topik ini... > > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" > > wrote: > > > > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > > > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada > > yang nanya.. > > > > > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote: > > > > > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu > > masi manusia ya ?? > > > > > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? > > wkwkwkwk > > > > > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan > > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka > > bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri > > bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi > > masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau > > bule, atau negro, atau orang eskimo ??? > > > > > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan > > langsung. > > > > > > > > Setuju rekan rekan ??? > > > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah > > ke topik SARA. > > > > > > > > > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > > > saja? > > > > > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > >
Anak Oom Liem (Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung)
- Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > anaknya Om Lim kan > merid ama anak Pak Harto - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Apa iya ada anak Liem Sioe Liong yang married dengan anak Soeharto? Yang mana (siapa) ya? Rasanya koq tidak ada! Soal perkawinan campur antar anak bigshots, ada ihwal yang menarik. Dari antara daftar 10 orang Indonesia terkaya versi majalah Forbes, semuanya suku tionghoa, kecuali hanya 2 orang yang non-tionghoa. Yaitu Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro. Tetapi kedua-duanya itu, yang kebetulan karena teman sekolah jadi saya kenal dekat, anak-anaknya menikah campuran dengan pemuda-pemudi tionghoa. Kami-kami jadi suka mempercandai mereka: "Karena itulah maka sekarang kalian layak masuk daftar Forbes itu...". Wasalam. = - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 25, 2009 8:38 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Kalo ada ce Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya bagus. Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( mantan presiden ) Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist Tionghoa... kalo ada, gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa yak..??? hehehe. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.423 / Virus Database: 270.14.32/2459 - Release Date: 10/25/09 19:57:00
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Tenang, tenang, zis. Tak ada masalah sara disini. Pertanyaan anda sangat wajar. tokoh Nabil juga bicara mengenai "penerbukan silang". Tak ada pertemuan etnis di Indonesia tanpa ada yang berani persilangan. unsur sara selalu ada, dimanapun, juga di Eropa dan USA. Hadapi, jangan kita sembunyi.. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "cristine_mandasari" wrote: > > selamat sore semua [:)] > mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, > intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap > pertanyaan sy... > dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, > sy memutuskan untuk menutup topik ini... > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" > wrote: > > > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada > yang nanya.. > > > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote: > > > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu > masi manusia ya ?? > > > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? > wkwkwkwk > > > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan > bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka > bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri > bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi > masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau > bule, atau negro, atau orang eskimo ??? > > > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan > langsung. > > > > > > Setuju rekan rekan ??? > > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah > ke topik SARA. > > > > > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > > saja? > > > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > > > dengan negara-nega
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
selamat sore semua [:)] mohon maap jika ada kata menyinggung atau berkesan sara, intinya sy berterima kasih atas semua apresiasi yg diberikan terhadap pertanyaan sy... dengan pertimbangan agar tidak terjadi perselisihan yg lebih lanjut, sy memutuskan untuk menutup topik ini... semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua [:)] --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "younginheart5000" wrote: > > Nanya ama yang menanyakan soal ini.. > > emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada yang nanya.. > > bahas Sara? si Yuni Sara? > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto twasey@ wrote: > > > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi manusia ya ?? > > > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk > > > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ??? > > > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. > > > > Setuju rekan rekan ??? > > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik SARA. > > > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 crv118@ wrote: > > > > > From: younginheart5000 crv118@ > > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > > masalah yang timbul dalam persilangan > > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > > saja? > > > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > > > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > > > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > > > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > > > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > > > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > > > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > > > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > > > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > > > macam-macam, > > > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > > > ukuran finansial ma
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Bener mang, anda gak ada masalah kawin ama siapa aja. Yang ada masalah mungkin yang anda mau kawini? ha ha ha kawin ama bantal kayaknya lebih gak bermasalah mang.. emang gak ada guna bahas masalah yang gak ada hubungan langsung, tapi yang nanyain ini ada masalah, kalau nggak dia nggak nanya.. setuju mang Tarto? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto wrote: > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi > manusia ya ?? > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama > sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, > Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai > istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin > ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang > eskimo ??? > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. > > Setuju rekan rekan ??? > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik > SARA. > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > > > From: younginheart5000 > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > masalah yang timbul dalam persilangan > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > saja? > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > > macam-macam, > > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > > teman cici saya. > > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > > ortu...hehehe. > > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > > Ambon, Aceh, Manad
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Nanya ama yang menanyakan soal ini.. emang sama aja, tapi tetap ada yang menghadapi masalah, buktinya ada yang nanya.. bahas Sara? si Yuni Sara? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto wrote: > > Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? > Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi > manusia ya ?? > > Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk > > Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama > sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, > Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai > istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin > ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang > eskimo ??? > > Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. > > Setuju rekan rekan ??? > Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik > SARA. > > > > --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > > > From: younginheart5000 > > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > > masalah yang timbul dalam persilangan > > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > > saja? > > > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > Nasir Tan wrote: > > > > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > > palagi yang merasa sering dipersulit di > > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > > macam-macam, > > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > > teman cici saya. > > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > > ortu...hehehe. > > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > > Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini > > sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa > > Indonesia "baru tahap belajar alias menilai >
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Ga setuju, kenapa dikit2 harus dianggap SARA, hubungan antar manusia itu termasuk antar etnis kan? Jd apa salahnya dibahas, asal sama2 terbuka dan jgn pake prinsip "g mau begini lo mau apa" pasti ga masalah kok. -Original Message- From: Tarto Waseto Date: Sun, 25 Oct 2009 21:48:50 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi manusia ya ?? Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ??? Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. Setuju rekan rekan ??? Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik SARA. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > From: younginheart5000 > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > masalah yang timbul dalam persilangan > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > saja? > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > Nasir Tan wrote: > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > palagi yang merasa sering dipersulit di > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > macam-macam, > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > teman cici saya. > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini > sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa > Indonesia "baru tahap belajar alias menilai > negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis > di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya > terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih > aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah > kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, > apalag
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Mang napa ya bahas masalah orang mau kawin ?? Mau kawin sama siapa saja ya sama saja, selama yg mau di kawinin itu masi manusia ya ?? Daripada di luar negeri ada orang yang kawin ma bantal nya ? wkwkwkwk Selama dua orang yang berkomitmen untuk bersama sampai usia tua, dan bersama sama bisa bahagia saat hidup bersama, merasakan suka duka bersama sama, Seorang suami bersikap sebagai suami dan seorang istri bersikap sebagai istri, anak sebagai anak, semuanya tidak akan jadi masalah, apakah mau kawin ama orang tionghoa, atau jawa atau batak, atau bule, atau negro, atau orang eskimo ??? Tidak perlu bahas masalah masalah yang lain lah yg tidak berhubungan langsung. Setuju rekan rekan ??? Kalau setuju, ya case close, daripada ntar diskusinya malah mengarah ke topik SARA. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: > From: younginheart5000 > Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Sunday, October 25, 2009, 8:05 PM > masalah yang timbul dalam persilangan > antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) > agama. sekali pukul dua ha ha ha. > > jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama > sama Islam, sudah berkurang halangan. > > halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga > antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. > > lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: > diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK > saja? > > supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), > dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot > dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > Nasir Tan wrote: > > > > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan > melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami > persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah > pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( > etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya > pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( > terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 > palagi yang merasa sering dipersulit di > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, > General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui > secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan > mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan > pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan > dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal > ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru > SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD > kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru > balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi > waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya > sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah > ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya > ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang > luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan > macam-macam, > > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo > ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial > teman cici saya. > > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama > ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, > sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, > SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut > pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang > suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk > Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini > sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa > Indonesia "baru tahap belajar alias menilai > negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis > di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya > terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih > aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah > kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, > apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan > soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang > mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro > Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan > kesetaraan pendidikan, > > harta, budaya, agama dll bahwa > kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga > tergantung nasi
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
@ bung nasir: sy suka dengan argumen anda. memang seharusnya dikembalikan ke pribadi masing2 tanpa melihat identitas kesukuan [:)] @ bung zoufy: wah, sy juga ga bakal nolak tuh, hehehe... [:D] --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain. > Kedudukan bung > > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: Nasir Tan hitaci2...@... > Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung > >  > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ).  > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA.  Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar  Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar   alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama  Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, > harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. >  >  >  > Nasir Tan >  >  >  > > > --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari cristine_mandas...@... wrote: > > >  > > > > terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. > (maap jika sy salah sebut) > sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" > memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, > namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini > terima kasih. > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zhoufy@ wrote: > > > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan es campur. > > > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan pendapatan. > > > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg jasmaniah, tapi setelah
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
sip, bung anton [:)] terima kasih atas sarannya... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pempekd9" wrote: > > Perlu diingat juga kalau Pangeran Diponegoro memiliki satu hulubalang dari marga Oey yang salah satu keturunannnya bernama Oey Tjoe Tat. > > Tampaknya Babat Dipanegara harus dibaca dalam konteks agama Islam, jangann dibaca secara letterlijk kesialan disebabkan Diponegoro menjadikan seorang wanita yang bukan muhrim menjadi tukang pijat. Atau Sasradilaga berhubungan seksual dengan yang bukan istri. > > Salam, > Anton W > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendibowana@ wrote: > > > Silahkan baca babad dipanegara(pangeran diponogoro) pada suatu saat ia kalah perang di gowok diluar surakarta(15 okt 1826) ia telah diruntuhkan oleh gadis china yg kemudian dijdkan tukang pijat . Disamping ia menyalahkan sasradilaga iparnya yg kalah perang krn berhubungan seksual dgn perempuan china lengkapnya. Bagi org cina sendiri pd saat itu timbul ketakutan terhdp dipanegara dan pengikutnya yg telah melakukan penyerangan dilasem.silahkan bc buku orang china bandar tol, candu dan perang jawa karangan peter carey terbitan komunitas bambu. >
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Bukan Natsir, tapi Nasir..:). Kalo saya pribadi gak ada masalah, saya fleksibel aja, walau di kalangan keluarga ( sepupu, ii, dll terdapat banyak paham ). Di rumah juga terdapat perbedaan mashab walo sama2 Isalm ( N.U dan Muhammadiah ), tetapi tidak pernah diperdebatkan, padahal kalau mau mencari sumber perdebatannya,byk lho. Mayoritas masyarakat Indonesia etnis Tionghoa yang beragama Islam, adalah Muhammadiah, tapi yah ada aja Tionghoa Muslim yang ikut paham N.U. Saya gak pernah komentari yang seperti itu. Mmmm.Ce Tionghoa "biasanya" kurang respek sama Co Muslim, sekalipun dia seorang yang berdarah Tionghoa...kecuali kalo emang ganteng bangat yah..mungkin lain soal...hehehe. Tetapi semuanya itu juga tentunya tergantung pendekatan satu sama lain antara co dan ce. Karena banhyak kejadian percintaan berawal dari cuek..lama-lama bisa jadi benaran, kalo ada pihak yang agresif. Ada kasus spt : Sepupu saya Katolik, ditaksir sama etnis non Tionghoa Kristen yang udah punya anak dua...akhirnya jadi merid juga anaknya dah 3 malah. Padahal, si suami ini..yah cuma karena modal Kristen aja, waktu dia naksir sepupu, rumah juga gak punya, apa-apa gak punya. Gak tau gimana cara pendekatannya..sehingga sepupu saya yang punya posisi di tempat kerjanya bisa mau gitu lho. Sebelum mereka merid, saya ditanya ama family juga, dan saya tegas tidak setuju, tapi kalo kedua belah pihak sudah setuju atau papa/mama/ setuju..yah silakan saja. Kalo adik kandung saya pasti menentang habis2an...tapi sepupu sih...nanti dikiranya saya mempersulit...hehehe. --- On Sun, 10/25/09, younginheart5000 wrote: From: younginheart5000 Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, October 25, 2009, 9:05 AM masalah yang timbul dalam persilangan antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) agama. sekali pukul dua ha ha ha. jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama sama Islam, sudah berkurang halangan. halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK saja? supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Nasir Tan wrote: > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!! > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya > terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh > kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis > Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah > pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa > mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... > hehehe... hehehe ( 2x ketawa ). > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang > punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar > kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. > Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau > di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya > jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate > atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia > merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; > teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan > pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, > jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah > dari kemampuan financial teman cici saya. > Saya menduga jangan- jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya > tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH > ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa > itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, > Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni > kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: > Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
Perlu diingat juga kalau Pangeran Diponegoro memiliki satu hulubalang dari marga Oey yang salah satu keturunannnya bernama Oey Tjoe Tat. Tampaknya Babat Dipanegara harus dibaca dalam konteks agama Islam, jangann dibaca secara letterlijk kesialan disebabkan Diponegoro menjadikan seorang wanita yang bukan muhrim menjadi tukang pijat. Atau Sasradilaga berhubungan seksual dengan yang bukan istri. Salam, Anton W --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendibow...@... wrote: > Silahkan baca babad dipanegara(pangeran diponogoro) pada suatu saat ia kalah > perang di gowok diluar surakarta(15 okt 1826) ia telah diruntuhkan oleh gadis > china yg kemudian dijdkan tukang pijat . Disamping ia menyalahkan sasradilaga > iparnya yg kalah perang krn berhubungan seksual dgn perempuan china > lengkapnya. Bagi org cina sendiri pd saat itu timbul ketakutan terhdp > dipanegara dan pengikutnya yg telah melakukan penyerangan dilasem.silahkan bc > buku orang china bandar tol, candu dan perang jawa karangan peter carey > terbitan komunitas bambu.
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Kalo ada ce Tionghoa trus dilamar ama putra Presiden yah pasti respeknya bagus. Dah ada contohnya koq, anaknya Om Lim kan merid ama anak Pak Harto ( mantan presiden ) Sayang waktu anaknya Om Lim dilamar ama anak Pak Harto, blom ada milist Tionghoa...kalo ada gak bisa ngebayangin diskusi di miling list ini kayak apa yak..??? .hehehe. --- On Sun, 10/25/09, zho...@yahoo.com wrote: From: zho...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, October 25, 2009, 9:02 AM Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain. Kedudukan bung Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: Nasir Tan Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 -0700 (PDT) To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mohon maaf, saya ikut nimbrung .!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan- persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan... hehehe... hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan. .hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe. Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe. Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasan
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
masalah yang timbul dalam persilangan antara non Tionghoa dan Tionghoa adalah a) etnisitas dan b) agama. sekali pukul dua ha ha ha. jadi kalau agama sama, misalnya sama sama Kristen atau sama sama Islam, sudah berkurang halangan. halangan dalam bentuk tingkat sosial ada dimana-mana, juga antar non Tionghoa, atau antar Tionghoa. lain hal, bro Nasir (atau Natsir?), bagaimana dengan anda: diantara Muslim non Tionghoa, dan Tionghoa non Muslim. OK OK saja? supir saya, pemuda Tionghoa Muslim (ibunya non Tionghoa), dia tak ada masalah dengan penduduk setempat, tetapi repot dengan saudara saudara pihak Tionghoa yang Konghucu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Nasir Tan wrote: > > > Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! > Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya > terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh > kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis > Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah > pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa > mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di > kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). > Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang > punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar > kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi > juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. > Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau > di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce > Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya > jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate > atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia > merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; > teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan > pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, > jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, > tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah > dari kemampuan financial teman cici saya. > Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya > tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato > ortu...hehehe. > Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH > ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa > itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. > Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, > Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni > kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: > Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran > sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya > masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non > Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis > Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi > banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro > Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, > harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. > Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. > > > > Nasir Tan > > > > > > --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: > > > > > > > terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. > (maap jika sy salah sebut) > sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" > memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang > akan membuat hubungan lebih langgeng, > namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua > etnis ini > terima kasih. > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zhoufy@ wrote: > > > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur > > dan es campur. > > > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > > pendapatan. > > > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan me
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Coba kalau yg melamar itu anak presiden! Pertimbangannya pasti lain. Kedudukan bung Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Nasir Tan Date: Sun, 25 Oct 2009 04:26:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan > usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs > dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan > yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua > orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua > keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untu
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
1.Mungkin yg dimksd KGPA Radityo prabukusuma putra tertua dr mangunegara VIII yg menikah dengan emma santoso seorang artis peranakan china/tionghoa?benar perang diponegoro merupakan titik tolak hubungan etnis jawa-tionghoa. Paham perempuan china sbg pembaw sial sebenarnya hanya kambing hitam krn kekalah dlm beberapa perang. Sebenarnya dulu china dianggap istimewa bahkan banyak org jawa senang beristri china. Namun keadaan terbalik krn org china terlibat dlm kehidupan ekonomi org jawa spt sbg penarik tol dan pedagang candu yg dianggap memiskin masyarakat oleh dipanegara. Namun ada hal. 2.Mungkin bisa ditambahkan sesuai pendpt bung zufai(mhn maaf klo salah) diliat dr sudut pandang orang tua. 3.Betul golongan mudalah yg harus memulai asimilasi dgn pergaulan. Tanpa ada kecurigaan terhadap etnis tertentu. Sy selalu salut dgn soe hok gie jika mebaca memoarnya bagamana seorang keturunan tionghoa bisa seberani itu menyuarkan tuntutan serta pergaulan yg luas. Menurut sy pendidikan adalah salah satu faktor dimana org bs bergaul sedemikian luas tanpa meninggalkan identitasnya. Perkawinan kaka sy bukan tanpa halangan terutama dari pihak kaka 2 ayah sy(walau papah dan mamah sy menerima). Dikarenakan kaka sy menikah dgn seorg guru agama islam yg jelas berbeda sekali dgn kami yg kristen namun krn keteguhan hati mrk dan kaka ipar sy yg bisa meneguhkan hati keluraga ayah sy dgn komunikasi dan sering sowan akhirnya mrk menerima juga. Memang terjadi culture shock ketika sincia ato kaka ipar sy dtg kmi tdk lagi menyajikan babi panggang. Ato ketika lebaran tiba keluarganya berkunjung kermh kami. Sebenarnya hal ini bs terjadi jika kt saling menghormati dan menghargai. Sy yakin jika komunikasi terjalin dgn baik orang tua anda akan menrima pasangan anda. Prasangka antar etnis sebenarnya bs hilang dgn sendirinya jika kt bergaul lsg dan berkomunikasi hanya saja rasa bangga diri dan perasaan curiga terhadap etnis lain kdg2 menghalangi hingga kesalahan satu dua org bs menyebabkan 1 etnis tercemar. Makasi saranya sy pribadi mengakui bahwa pergaulan sy lebih bnyak teman2 diluar etnis tionghoa(sdh dr kecil)mungkin itu salah satu penyebabnya walaupun ada beberapa faktor laen spt ketdk percayaan calon mertua sy bahwa sy org tionghoa bahkan ada yg mengatakan sy tiko(sy sendiri kurang tau arti istilah ini) tapi sy yakin Tuhan slalu memberikan yg terbaik bagi umatnya mk sy ga musingin mau china ato bkn yg penting sehati hehe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "cristine_mandasari" Date: Sun, 25 Oct 2009 09:19:05 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur pertama, terima kasih atas sharingnya... 1. wah, ternyata anda mempunyai minat baca yg luas tentang etnis tionghoa di indonesia. salut atas suggestion bukunya :) sy pernah mengikuti forum diskusi etnis tionghoa di univ. atmajaya, yogyakarta. dlm suatu sesi, panelis diskusi menyatakan bahwa perang diponegoro merupakan titik tolak hubungan etnis jawa-tionghoa yg disebabkan oleh menyebarnya mitos "wanita tionghoa akan membawa kesialan jika menikah dgn pria jawa". dan entah mengapa mitos itu kembali diperkuat dengan beberapa kejadian... (mitos mempunyai daya tarik tersendiri, jika dipercaya akan terjadi, jika tidak makin menjadi, only god knows why [O:)] ) misalnya, saat kasultanan yogyakarta bersatu di bawah republik indonesia & kekuasaan kasultanan dibatasi dalam daerah istimewa, wanita tionghoa yg menjadi salah satu selir sultan dianggap sebagai penyebab kesialan tersebut. (maap jika sy lupa sultan hamengku buwono keberapa dan siapa nama selir yg dimaksud, mungkin bung hendi bisa membantu sy [:-/] ) 2. sy setuju apa yg bung hendi katakan, faktor ekonomi, budaya, dan keyakinan, merupakan bibit, bebet, bobot dalam mencari & menentukan pasangan hidup. namun, sy juga tidak menutup mata bahwa dalam kasus kawin campur, kendala yg ada adalah prasangka antar etnis (misal, etnis tionghoa pelit ataupun etnis jawa pemalas, sekali lagi maap jika sy terdengar rasis). bung karno sendiri pernah bercerita bahwa semasa mudanya, beliau pernah menjalin asmara dgn wanita tionghoa bermarga nioe tapi tidak mendapatkan restu dari kedua orangtua disebabkan prasangka antar etnis sehingga percintaannya pun kandas. 3. jika generasi lama bersikap kolot, berarti harapan yg ada bertumpu pada generasi mudanya? pernikahan kakak anda merupakan salah satu contoh asimilasi yg berjalan dgn wajar. salut untuk keluarga bung hendi yg telah terbuka dengan proses asimilasi [:)] sebenarnya poin kedua yg sy tanyakan adalah refleksi terhadap keluarga besar ayah sy, di mana om, sepupu laki2 sy melakukan perkawinan campur dgn wanita suku lain. tapi entah kenapa, sy mendapat halangan berat oleh keluarga besar ibu sy dikarenakan pacar sy adalah seorg jawa. (orangtua sy adalah generasi kedua tionghoa totok) untuk bung hendi, sekedar saran, sy mempunyai seorang teman pria yg berkulit hi
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur...nimbrung
Mohon maaf, saya ikut nimbrung.!!! Sebelum pelaksanaan " kawin campur " bagi yang akan melaksanakan, tentunya terlebih dahulu harus memahami persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kalau yang melamar dalam hal ini pihak laki-laki ( etnis Jawa ) yang pendidikan menengah kebawa trus kerjanya pegawai kelurahan yah pasti akan mengalami hambatan ( terutama di Pulau Jawa ). Blom apa-apa mama/papa dah mencak2 palagi yang merasa sering dipersulit di kelurahan...hehehe...hehehe ( 2x ketawa ). Tetapi coba, kalo Orang Jawa yang kerja di NASA, General Electric, ato yang punya hak paten dan diakui secara internasional, Orang Tionghoa besar kemungkinan akan mempertimbangkan..hehehe. Ini bukan karena faktor materi juga, tetapi adalah faktor experience, pendidikan dan pergaulan yang luas. Saya gak tau kalau di daerah perbatasan dengan negara-negara tetangga, atau di luar Pulau Jawa hal ini bisa saja terjadi.Saya ada kenalan ( yang pasti ce Tionghoa ) di suatu daerah di luar Jawa dia merid ama guru SD. Gak usah saya jelaskan gimana keadaan guru SD kan...???!!! Yang jelas bukan guru Karate atau guru balet...:-). Saya gak bisa membayangkan apa yang terjadi waktu dia merid, karena tidak diundang, tapi nyatanya sukses...hehehe.Contoh lain; teman cici sepupu saya nikah ama polisi. Walau bukan perwira disetujui dan pernikahannya ramai. Kebetulan orang tua polisi itu punya sawah yang luas, jadi udah diolah ama istrinya bisnis agro dan macam-macam, tapi bukan karena itu disetujui..karena kalo ukuran finansial masih jauhlah dari kemampuan financial teman cici saya. Saya menduga jangan-jangan yang naksir ama ce Tionghoa cara pendekatannya tidak meyakinkan ya, sehingga mungkin tidak mendapat respek dari ce ato ortu...hehehe. Ingat pesan iklan, KESAN PERTAMA BEGITU MENGGODA, SELANJUTNYA TERSERAH ANDA. Ada juga kesan ( menurut pengamatan pribadi saya ) bahwa etnis Jawa itu terkadang suka menggurui dan menganggap dia lebih tau dari segalanya. Sebaliknya, etnis luar Jawa yang non Tionghoa ( termasuk Ambon, Aceh, Manado, Minang dll ) pada dasarnya kita ini sama saja dengan yang lain yakni kita semua Bangsa Indonesia "baru tahap belajar alias menilai negatif: Saya kemukakan karena saya yakin tidak tertulis di dalam buku pelajaran sekolah tetapi kenyataannya terjadi seperti itu. Ini saya dengar sewaktu saya masih aktif di kepemudaan di Jakarta beberapa tahun lalu. Nah kalau etnis non Tionghoa aja berpendapat seperti ini, apalagi yang etnis Tionghoa...hehehe.Jadi masalahnya, bukan soal mitos atau non mitos tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sebagaimana yang dikemukakan sama Bro Zhoufy, bahwa ada korelasi antara pernikahan dengan kesetaraan pendidikan, harta, budaya, agama dll bahwa kesemuanya ini memang betul adanya. Tetapi semua itu juga tergantung nasib dan garis tangan seseorang. Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, cristine_mandasari wrote: terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini terima kasih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan > usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs > dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan > yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua > orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua > keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. > Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "cristine_mandasari " cristine_mandasari@ ... > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > selamat pagi, > semoga hari ini me
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
memang mantap penjelasan pak Zhoufy. pada dasarnya, perkawinan silang aman aman saja, kalau kedua pihak mampu saling menghargai. jangankan antar etnis, antara tionghoa saja, kalau yang satu katholik, yang lain kristen. lalu saling mengejek ibadah masing masing, ya repot. atau yang satu konghucu, yang lain non konghucu, lalu mentertawakan ritual konghucu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Nasir Tan wrote: > > Penjelsan Bro Zhoufy mantap juga nih.. Tetapi kalo yang berhubungan ama hari > Raya, Sincia ama Puasa gak masalah sebenarnya, bisa diadakan dua kali aja, > yang puasa kan bisa ikut malamnya. Yang penting esensi dari perayaan itu > sendiri dan yang lebih penting lagi adalah semua itu bisa diatasi kalo kita > mua bro.Contoh, saya dah brapa kali nemani Cici sepupu ke restoran kesukaan > dia di Bulan Puasa, gak papa, saya gak terpengaruh. Asal jangan pada Hari > Jum'at jam 12-an, itu tidak bisa karena saya mesti shalat Jum'at. Tetapi > setelah saya tinggal di China, ternyata shalat Jum'at agak bergeser ( lebih > telat ) dibanding di Indonesia, jadi kalo cici minta ditemani makan pada Jam > 12.-an gak masalah. > > > > > > --- On Sat, 10/24/09, zho...@... wrote: > > > From: zho...@... > Subject: Re: [budaya_tionghua] perkawinan campur > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Saturday, October 24, 2009, 11:13 PM > > > > > > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan > es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua > manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan > golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan > pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, > membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng > latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng > latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg > jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan > usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs > dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan > yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua > orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua > keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. > Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > > From: "cristine_mandasari " > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 - > To: > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > > > selamat pagi, > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua :D > sy anggota baru milis ini, salam kenal :) > > ada yg mengganjal dalam pikiran sy tentang kawin campur: > 1. mengapa kawin campur antara etnis tionghoa dan etnis bumiputra lain, > terutama jawa (maapkan jika istilah sy kurang tepat atau terkesan rasis)masih > dianggap tabu hingga sekarang, dan mendapatkan halangan yg berat dari pihak > orangtua? > bukankah hal itu merupakan proses asimilasi yg wajar jika pasangan beda etnis > sama2 mencintai? > 2. sy melihat adanya diskriminasi gender... > jika yang menikah adalah pria tionghoa dan wanita jawa, misalnya, hal itu > tidak akan bermasalah sebab anak yg lahir akan mengikuti seh (marga) si > ayah... > namun, tidak demikian halnya, jika pria jawa dan wanita tionghoa, seringkali > dianggap menyalahi aturan dengan adanya mitos (dalam adat jawa)bahwa abu > orang tionghoa lebih tua daripada jawa sehingga pernikahan mereka akan pamali > atau bernasib buruk? > 3. bagaimana cara mengubah pola pikir generasi lama? > terima kasih & mohon tanggapannya :D >
Re: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
Yg perlu harus diketahui bahwa ga cuma antar etnis aja, antar suku pun masih banyak yg ditentang padahal agamanya sama. -Original Message- From: "cristine_mandasari" Date: Sun, 25 Oct 2009 09:28:42 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: perkawinan campur terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" [:D] memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini [:)] terima kasih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "cristine_mandasari" cristine_mandas...@... > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > selamat pagi, > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua :D > sy anggota baru milis ini, salam kenal :) > > ada yg mengganjal dalam pikiran sy tentang kawin campur: > 1. mengapa kawin campur antara etnis tionghoa dan etnis bumiputra lain, terutama jawa (maapkan jika istilah sy kurang tepat atau terkesan rasis)masih dianggap tabu hingga sekarang, dan mendapatkan halangan yg berat dari pihak orangtua? > bukankah hal itu merupakan proses asimilasi yg wajar jika pasangan beda etnis sama2 mencintai? > 2. sy melihat adanya diskriminasi gender... > jika yang menikah adalah pria tionghoa dan wanita jawa, misalnya, hal itu tidak akan bermasalah sebab anak yg lahir akan mengikuti seh (marga) si ayah... > namun, tidak demikian halnya, jika pria jawa dan wanita tionghoa, seringkali dianggap menyalahi aturan dengan adanya mitos (dalam adat jawa)bahwa abu orang tionghoa lebih tua daripada jawa sehingga pernikahan mereka akan pamali atau bernasib buruk? > 3. bagaimana cara mengubah pola pikir generasi lama? > terima kasih & mohon tanggapannya :D >
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
terima kasih atas tanggapannya bung zhoufy. (maap jika sy salah sebut) sy jadi lapar membaca "nasi campur & es campur" [:D] memang yg anda katakan benar 100% jika persamaan & kesamaan latar belakang akan membuat hubungan lebih langgeng, namun adakah solusi yg tepat untuk meruntuhkan dinding prasangka antar kedua etnis ini [:)] terima kasih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > Kawin campur? Kok seperti jenis makanan dan minuman saja! Ada nasi campur dan es campur. > > Janganlah memandang keberatan orang tua dng kacamata negatif. Orang tua manapun akan lebih senang anaknya kawin dng orang segolongan, kalau bukan golongan etnis, ya golongan pendidikan, atau golongan agama, atau golongan pendapatan. > > Semua itu ada dasarnya. Perkawinan adalah persekutuan seumur hidup, membutuhkan penyesuaian total dari dua pribadi yg berlainan. Dua orang dng latar belakang sama saja belum tentu bisa akur dlm segala hal, apalagi dng latar budaya yg sangat jauh! Inilah pertimbangan para orangtua. > > Pada saat jatuh cinta, perbedaan2 ini biasanya tertutupi oleh hal2 yg jasmaniah, tapi setelah berjalan sekian lama akan menjadi masalah. Dibutuhkan usaha yg lebih keras utk saling menerima. > > Tapi memang semua tdk mutlak, tergantung pribadi masing2. Yg penting hrs dipikir matang2 dulu, dlm perkawinan antar golongan anda menghadapi tantangan yg lebih besar. > > Satu hal yg penting: bagi para orangtua, perkawinan bukan hanya antar dua orang saja, tapi juga merupakan perkawinan antar dua keluarga. Jika dua keluarga tradisinya sangat berlainan, sulit untuk bisa benar2 menyatu. Misalnya saat merayakan sincia yg satu sedang puasa, kan repot. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "cristine_mandasari" cristine_mandas...@... > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > selamat pagi, > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua :D > sy anggota baru milis ini, salam kenal :) > > ada yg mengganjal dalam pikiran sy tentang kawin campur: > 1. mengapa kawin campur antara etnis tionghoa dan etnis bumiputra lain, terutama jawa (maapkan jika istilah sy kurang tepat atau terkesan rasis)masih dianggap tabu hingga sekarang, dan mendapatkan halangan yg berat dari pihak orangtua? > bukankah hal itu merupakan proses asimilasi yg wajar jika pasangan beda etnis sama2 mencintai? > 2. sy melihat adanya diskriminasi gender... > jika yang menikah adalah pria tionghoa dan wanita jawa, misalnya, hal itu tidak akan bermasalah sebab anak yg lahir akan mengikuti seh (marga) si ayah... > namun, tidak demikian halnya, jika pria jawa dan wanita tionghoa, seringkali dianggap menyalahi aturan dengan adanya mitos (dalam adat jawa)bahwa abu orang tionghoa lebih tua daripada jawa sehingga pernikahan mereka akan pamali atau bernasib buruk? > 3. bagaimana cara mengubah pola pikir generasi lama? > terima kasih & mohon tanggapannya :D >
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
pertama, terima kasih atas sharingnya... 1. wah, ternyata anda mempunyai minat baca yg luas tentang etnis tionghoa di indonesia. salut atas suggestion bukunya :) sy pernah mengikuti forum diskusi etnis tionghoa di univ. atmajaya, yogyakarta. dlm suatu sesi, panelis diskusi menyatakan bahwa perang diponegoro merupakan titik tolak hubungan etnis jawa-tionghoa yg disebabkan oleh menyebarnya mitos "wanita tionghoa akan membawa kesialan jika menikah dgn pria jawa". dan entah mengapa mitos itu kembali diperkuat dengan beberapa kejadian... (mitos mempunyai daya tarik tersendiri, jika dipercaya akan terjadi, jika tidak makin menjadi, only god knows why [O:)] ) misalnya, saat kasultanan yogyakarta bersatu di bawah republik indonesia & kekuasaan kasultanan dibatasi dalam daerah istimewa, wanita tionghoa yg menjadi salah satu selir sultan dianggap sebagai penyebab kesialan tersebut. (maap jika sy lupa sultan hamengku buwono keberapa dan siapa nama selir yg dimaksud, mungkin bung hendi bisa membantu sy [:-/] ) 2. sy setuju apa yg bung hendi katakan, faktor ekonomi, budaya, dan keyakinan, merupakan bibit, bebet, bobot dalam mencari & menentukan pasangan hidup. namun, sy juga tidak menutup mata bahwa dalam kasus kawin campur, kendala yg ada adalah prasangka antar etnis (misal, etnis tionghoa pelit ataupun etnis jawa pemalas, sekali lagi maap jika sy terdengar rasis). bung karno sendiri pernah bercerita bahwa semasa mudanya, beliau pernah menjalin asmara dgn wanita tionghoa bermarga nioe tapi tidak mendapatkan restu dari kedua orangtua disebabkan prasangka antar etnis sehingga percintaannya pun kandas. 3. jika generasi lama bersikap kolot, berarti harapan yg ada bertumpu pada generasi mudanya? pernikahan kakak anda merupakan salah satu contoh asimilasi yg berjalan dgn wajar. salut untuk keluarga bung hendi yg telah terbuka dengan proses asimilasi [:)] sebenarnya poin kedua yg sy tanyakan adalah refleksi terhadap keluarga besar ayah sy, di mana om, sepupu laki2 sy melakukan perkawinan campur dgn wanita suku lain. tapi entah kenapa, sy mendapat halangan berat oleh keluarga besar ibu sy dikarenakan pacar sy adalah seorg jawa. (orangtua sy adalah generasi kedua tionghoa totok) untuk bung hendi, sekedar saran, sy mempunyai seorang teman pria yg berkulit hitam tapi slalu dapat menawan hati kaum hawa karena dy selalu menjaga kebersihan wajahnya & tersenyum manis. ingat kata pepatah, "hitam manis" [:x] terima kasih [:)] --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendibow...@... wrote: > > Salam hormat dan salam kenal semuanya. Sy anggota baru juga ijin urun rembug menjawab. Pertanyaan yg menrt sy bgs namun sensitip hehhe > Sblmnya sy memperkenal diri dl sy adalah kake n oma sy dr kedua org tua sy asli dr tiongkok sana(bisa dibuktikan dgn surat kewarganegaara) sy lahir di indonesia tercinta. Disuatu daerah dijawa tengah. > Sy sendiri tidak mirip sekali dgn org china atau tionghoa.kulit sy hitam cuma mata sy saja yg agak sipit. Dan sy lebih bnyak bergaul dgn org2 jawa dibanding dgn org yg sesama etnis sy > Berkaitan dgn pertanyaan cristine_mandasari. Klo berdsrkan. Sejarah ini bermula pada saat jaman dipanegara, > Silahkan baca babad dipanegara(pangeran diponogoro) pada suatu saat ia kalah perang di gowok diluar surakarta(15 okt 1826) ia telah diruntuhkan oleh gadis china yg kemudian dijdkan tukang pijat . Disamping ia menyalahkan sasradilaga iparnya yg kalah perang krn berhubungan seksual dgn perempuan china lengkapnya. Bagi org cina sendiri pd saat itu timbul ketakutan terhdp dipanegara dan pengikutnya yg telah melakukan penyerangan dilasem.silahkan bc buku orang china bandar tol, candu dan perang jawa karangan peter carey terbitan komunitas bambu. > Sy sendiri sampai skr kesulitan mendptkan kekasih org china(sy berusia 27th) krn biasanya ortu mereka pertama melihat fisik sy melaranag mrk untuk berpcaran dgn sy. > Sy berpendpt(ini pendpt pribadi mhn dimaafkan klo salah) > Pertama > 1.Msh ada perbedaan jenjang sosial dlm hal kekayaan. > Klo yg menikah sama2 sederajat dlm hal kekayaan maka hal ini tdk mslh. > Temen2 tiongho sy dibdg yg bekerja sbg mandor di suatu pabrik tekstil rata2 menikah dgn > Wanita diluar etnisnya akan menimbulkan mslh dikeluarganya(ayah dan ibunya).krn dianggap mau hartanya saja. Ada beberapa kasus pria china menikah dgn perempuan diluar china ketika ia jatuh dlm usaha nya ia ditinggaln istrinya. Walau hal ini ga bisa digeneralisir namun ada ketakutan hal demikian.. > 2.Perbedaan kebudayaan antara pribumi dan china.wanita china dikenal pekerja giat terutama juga prianya terutama dlm hal perdaganagan. Berbeda dgn kaum pria jawa yg kebanyakan lebih memilih sbg pegawai hal ini kadang2 sekali lg menimbulkan masalah dlm hal ekonomi. Disamping mgkin adanya poligami dimasyarakat jawa. > 3. Agama yg berbeda jelas hal ini akan menyulitkan krn harus ada salah satu yg mengalah. > Sekali lg ini hanya pendpt pribadi.mohon maaf jika sy slah dan menyinggung sy cuma sharing.sy menrima segala perbedaan yg ada kaka p
[budaya_tionghua] Re: perkawinan campur
campur dan campur tidak selalu sama. mencampur elemen yang basisnya sesuai lebih mudah daripada mencampur sesuatu yang sangat beda dasarnya. ini tidak perduli antar etnis tionghoa, atau non tionghoa. yang lebih mendukung adalah kesamaan: agama, pendidikan, tingkat sosial, tingkat finansial, kebudayaan. kesenjangan selalu menghalangi pernikahan, yang adalah penyatuan dua kelompok keluarga yang berbeda. tetapi ini tak berarti tak dapat diatasi. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hendibow...@... wrote: > > Salam hormat dan salam kenal semuanya. Sy anggota baru juga ijin urun rembug > menjawab. Pertanyaan yg menrt sy bgs namun sensitip hehhe > Sblmnya sy memperkenal diri dl sy adalah kake n oma sy dr kedua org tua sy > asli dr tiongkok sana(bisa dibuktikan dgn surat kewarganegaara) sy lahir di > indonesia tercinta. Disuatu daerah dijawa tengah. > Sy sendiri tidak mirip sekali dgn org china atau tionghoa.kulit sy hitam > cuma mata sy saja yg agak sipit. Dan sy lebih bnyak bergaul dgn org2 jawa > dibanding dgn org yg sesama etnis sy > Berkaitan dgn pertanyaan cristine_mandasari. Klo berdsrkan. Sejarah ini > bermula pada saat jaman dipanegara, > Silahkan baca babad dipanegara(pangeran diponogoro) pada suatu saat ia kalah > perang di gowok diluar surakarta(15 okt 1826) ia telah diruntuhkan oleh gadis > china yg kemudian dijdkan tukang pijat . Disamping ia menyalahkan sasradilaga > iparnya yg kalah perang krn berhubungan seksual dgn perempuan china > lengkapnya. Bagi org cina sendiri pd saat itu timbul ketakutan terhdp > dipanegara dan pengikutnya yg telah melakukan penyerangan dilasem.silahkan bc > buku orang china bandar tol, candu dan perang jawa karangan peter carey > terbitan komunitas bambu. > Sy sendiri sampai skr kesulitan mendptkan kekasih org china(sy berusia 27th) > krn biasanya ortu mereka pertama melihat fisik sy melaranag mrk untuk > berpcaran dgn sy. > Sy berpendpt(ini pendpt pribadi mhn dimaafkan klo salah) > Pertama > 1.Msh ada perbedaan jenjang sosial dlm hal kekayaan. > Klo yg menikah sama2 sederajat dlm hal kekayaan maka hal ini tdk mslh. > Temen2 tiongho sy dibdg yg bekerja sbg mandor di suatu pabrik tekstil rata2 > menikah dgn > Wanita diluar etnisnya akan menimbulkan mslh dikeluarganya(ayah dan > ibunya).krn dianggap mau hartanya saja. Ada beberapa kasus pria china menikah > dgn perempuan diluar china ketika ia jatuh dlm usaha nya ia ditinggaln > istrinya. Walau hal ini ga bisa digeneralisir namun ada ketakutan hal > demikian.. > 2.Perbedaan kebudayaan antara pribumi dan china.wanita china dikenal pekerja > giat terutama juga prianya terutama dlm hal perdaganagan. Berbeda dgn kaum > pria jawa yg kebanyakan lebih memilih sbg pegawai hal ini kadang2 sekali lg > menimbulkan masalah dlm hal ekonomi. Disamping mgkin adanya poligami > dimasyarakat jawa. > 3. Agama yg berbeda jelas hal ini akan menyulitkan krn harus ada salah satu > yg mengalah. > Sekali lg ini hanya pendpt pribadi.mohon maaf jika sy slah dan menyinggung sy > cuma sharing.sy menrima segala perbedaan yg ada kaka permepuan sy menikah dgn > pria jawa smapai saat ini keluraganya harmonis dan kami sekeluarga menrima > suaminya sbg anggota keluarga. > sy sendiri juga bingung bgmana untuk menghilangkan hal ini krn sampai saat > ini sy sendiri kesuliatn mendpt kekasih cina walau mungkin ini disebabkan > karena wajah sy hehehe.. > Ym sy: hendibowana > Jika ingin sharing lebih lanjut. > Thx > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message- > From: "cristine_mandasari" > Date: Sat, 24 Oct 2009 21:32:09 > To: > Subject: [budaya_tionghua] perkawinan campur > > selamat pagi, > semoga hari ini menjadi hari yg baik untuk anda semua :D > sy anggota baru milis ini, salam kenal :) > > ada yg mengganjal dalam pikiran sy tentang kawin campur: > 1. mengapa kawin campur antara etnis tionghoa dan etnis bumiputra lain, > terutama jawa (maapkan jika istilah sy kurang tepat atau terkesan > rasis)masih dianggap tabu hingga sekarang, dan mendapatkan halangan yg berat > dari pihak orangtua? > bukankah hal itu merupakan proses asimilasi yg wajar jika pasangan beda etnis > sama2 mencintai? > 2. sy melihat adanya diskriminasi gender... > jika yang menikah adalah pria tionghoa dan wanita jawa, misalnya, hal itu > tidak akan bermasalah sebab anak yg lahir akan mengikuti seh (marga) si > ayah... > namun, tidak demikian halnya, jika pria jawa dan wanita tionghoa, seringkali > dianggap menyalahi aturan dengan adanya mitos (dalam adat jawa)bahwa abu > orang tionghoa lebih tua daripada jawa sehingga pernikahan mereka akan pamali > atau bernasib buruk? > 3. bagaimana cara mengubah pola pikir generasi lama? > terima kasih & mohon tanggapannya :D >
Re: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No!
Iya, negara stupid, orang-orangnya jangan ikut-ikutan stupid sekalian, celaka dong! Bagaimana, ya. Namanya juga cinta itu buta. Didalam pergaulan sehari-hari, cinta itu jatuh dari mata saling pandang, dan ketika itu tidak terasa beda agama yang mengganjel. Makin ditolak setelah tahu beda agama, cinta itu mendesak makin menjadi-jadi. Begimana, sih. Akhirnya kedua belah pihak muda-mudi kewalahan untuk berlawan, menyerah meneruskan cintanya tumbuh makin mesrah. Heheheee, Lalu, tentu harus ada pemecahannya. Disana ditentang, disini dilarang untuk kawin secarah sah menurut hukum agama. Pusing! Itulah yang didiskusikan beberapa hari ini dengan meriah. Mudah-mudahan bagi muda-mudi yang bersangkutan tidak menjadi judeg dan mendapatkan pencerahan setelah membaca begitu banyak pendapat. Kesimpulan terakhir berada sepenuhnya ditangan kalian berdua. Ambillah keputusan setelah dipikirkan kembali seribu-kali. Kebulatan hati kalian berdua, bertekad memelihara pertumbuhan cinta yang wajar dan sehat itu sebaik-baiknya setelah hidup berkeluarga adalah hal yang paling utama. Harus bisa saling memberi toleransi, tetap memberikan kasih-sayang, saling menghormati dan menghargai satu sama lain dengan memberi kepercayaan penuh, tidak saling ngotot mempertahankan kebenaran sendiri, tidak saling curiga-mencurigai dan tidak saling menghina satu sama lain, maka percintaan kalian bisa terus terpupuk dan tumbuh lebih baik dan lebih baik lagi. Berbahagialah hidup berkeluarga sekalipun beda ras, beda etnis dan beda agama. Mudah-mudahan demikian. Salam, ChanCT - Original Message - From: olipbas To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 18, 2005 1:33 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No! Gw bingung, cewek/cowok yang seagama segitu banyak, ngapain sih pusing2 cari yg beda agama?, udah tau negara ini negara stupid, ngapain bikin susah diri sendiri?Saran gw, untuk yg udah terlanjur kecantol sama yg beda agama, ya go ahead, cari jalan aja utk bisa nikah, tapi utk yg belum ngebet mau kawin, mendingan cari yg seagama ajalah.--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Lim Wiss" <[EMAIL PROTECTED]...> wrote:>> Jadi ikutan nimbrung juga :)> Sekedar berbagi pengalaman aja > > Saya pernah pacaran 6 th dengan cowok Kristen, fanatiknya bukan main.> Setiap pagi jam 6 saya dibangunkan ikut kebaktian dari jam 7 pagi sampai jam> 12 siang di 2 gereja. Hari kamis & Jumat saya dijemput dari tmp kerja> langsung ke gereja.> > Saya tidak tahan dengan sikap fanatiknya, akhirnya kami bubar.> > Lucunya setelah ia menikah dengan seagama. Ia jarang ke gereja, hanya> seminggu sekali. Mungkin ia menganggap tidak baik terlalu fanatik :)> > -Lim Wiss-> > -Original Message-> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Stevan Raharjo> Sent: Saturday, October 15, 2005 11:44 AM> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com> Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes!> Fanatik No!> > Yan Widjaja wrote:> > Sebaliknya banyak pasangan suami-istri yang seagama tapi usia> perkawinannya tidak lama sudah bubar alias bercerai (kecuali bagi mereka> yang beragama Katolik karena memang tak mengenal kata perceraian kecuali> terpaksa `diceraikan' oleh Tuhan alias salah satu meninggal lebih dahulu!).> > Nio Tek Ceng :> teorinya emang gt, tp jg ada yg cerai tuh.> > > Yan Widjaja wrote:> > Memang kalau Pemerintah Republik Indonesia mempersulit pernikahan> beda agama cara paling gampang ya nikah saja di luar negeri, Singapura,> Australia, Kanada, bahkan di kota Las Vegas, Amerika Serikat, ada praktek> resmi pernikahan yang nyaris buka 24 jam setiap hari tanpa prosedur> macam-macam pokoknya keduanya menyatakan suka sama suka! > > Nio Tek Ceng :> Pernikahan adalah bersatunya 2 keluarga, bukan hanya bersatunya 2 manusia.> Itu yg patut dipikirkan.> > > Yan Widjaja wrote: > > Masih banyak lagi contoh kasus suami-istri beda agama, beda > etnis, tidak menjadi persoalan sebenarnya, asalkan TIDAK fanatik! > Problema bagi Fong justru pada masalah ini, karena pernikahan bukan > cuma masalah seorang pria dan wanita tapi juga menyangkut keluarga > besar mereka. Apakah Fong bisa diterima di keluarganya, sebaliknya > apakah keluargamu juga bersedia menerimanya? Janganlah menjadi > penyesalan berkepanjangan tak habis-habisnya di belakang hari> > Nio Tek Ceng :> Saya setuju, tapi yang nggak fanatik harus dua2nya donk. Kalau salah > satu fanatik, yang satu pasti merasa tertekan.> > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.&
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No!
Gw bingung, cewek/cowok yang seagama segitu banyak, ngapain sih pusing2 cari yg beda agama?, udah tau negara ini negara stupid, ngapain bikin susah diri sendiri? Saran gw, untuk yg udah terlanjur kecantol sama yg beda agama, ya go ahead, cari jalan aja utk bisa nikah, tapi utk yg belum ngebet mau kawin, mendingan cari yg seagama ajalah. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Lim Wiss" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi ikutan nimbrung juga :) > Sekedar berbagi pengalaman aja > > Saya pernah pacaran 6 th dengan cowok Kristen, fanatiknya bukan main. > Setiap pagi jam 6 saya dibangunkan ikut kebaktian dari jam 7 pagi sampai jam > 12 siang di 2 gereja. Hari kamis & Jumat saya dijemput dari tmp kerja > langsung ke gereja. > > Saya tidak tahan dengan sikap fanatiknya, akhirnya kami bubar. > > Lucunya setelah ia menikah dengan seagama. Ia jarang ke gereja, hanya > seminggu sekali. Mungkin ia menganggap tidak baik terlalu fanatik :) > > -Lim Wiss- > > -Original Message- > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Stevan Raharjo > Sent: Saturday, October 15, 2005 11:44 AM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! > Fanatik No! > > Yan Widjaja wrote: > > Sebaliknya banyak pasangan suami-istri yang seagama tapi usia > perkawinannya tidak lama sudah bubar alias bercerai (kecuali bagi mereka > yang beragama Katolik karena memang tak mengenal kata perceraian kecuali > terpaksa `diceraikan' oleh Tuhan alias salah satu meninggal lebih dahulu!). > > Nio Tek Ceng : > teorinya emang gt, tp jg ada yg cerai tuh. > > > Yan Widjaja wrote: > > Memang kalau Pemerintah Republik Indonesia mempersulit pernikahan > beda agama cara paling gampang ya nikah saja di luar negeri, Singapura, > Australia, Kanada, bahkan di kota Las Vegas, Amerika Serikat, ada praktek > resmi pernikahan yang nyaris buka 24 jam setiap hari tanpa prosedur > macam-macam pokoknya keduanya menyatakan suka sama suka! > > Nio Tek Ceng : > Pernikahan adalah bersatunya 2 keluarga, bukan hanya bersatunya 2 manusia. > Itu yg patut dipikirkan. > > > Yan Widjaja wrote: > > Masih banyak lagi contoh kasus suami-istri beda agama, beda > etnis, tidak menjadi persoalan sebenarnya, asalkan TIDAK fanatik! > Problema bagi Fong justru pada masalah ini, karena pernikahan bukan > cuma masalah seorang pria dan wanita tapi juga menyangkut keluarga > besar mereka. Apakah Fong bisa diterima di keluarganya, sebaliknya > apakah keluargamu juga bersedia menerimanya? Janganlah menjadi > penyesalan berkepanjangan tak habis-habisnya di belakang hari > > Nio Tek Ceng : > Saya setuju, tapi yang nggak fanatik harus dua2nya donk. Kalau salah > satu fanatik, yang satu pasti merasa tertekan. > > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > Yahoo! Groups Links > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [budaya_tionghua] RE : Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No!
Jangankan yang beda Islam -Kristen, teman saya yang beda tipis Katolik-Protestan aja pernah bingung tarik-tarikan. Sampai seorang kawan yang muslim ikut bingung, "apa bedanya, khan sama-sama Kristen?" hehehehehh. Satu hal yang jadi ironi dan selalu saya ingat adalah soal Titi DJ dan Indra Lesmana, (dulu bubar katanya lantaran beda agama, tapi terus masing masing nikah dengan yang beda agama juga dan pindah agama sekalian dan ujung ujungnya dua duanya bubar pulak, duh selebritis). Jadi saya beranggapan masalah agama mustinya ngga ada kalau kita udah sreg sama orangnya. However seorang kerabat saya lantaran dua pihak sama ngotot pengen menjalankan secara agama masing-masing, bisa kok 2 kali. Sekali pemberkatan di gereja katolik, besoknya akad nikah di masjid. Gak masyallah tuh. Tapi saya nggak tahu catatan sipilnya apa dua kali juga ya? Pendidikan agama anak, ajarin aja dua-duanya (atau lima sekalian, hehe), biarlah pada waktu anak dewasa dan telah mampu bertanggungjawab, dia boleh pilih sendiri mana yang lebih sreg sama nuraninya. Sama kayak ngajarin anak dwi bahasa, khan enggak jelek toh? -Original Message- From: jamal_clark_kent [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, October 16, 2005 5:32 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] RE : Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No! Ya, memang sudah saatnya kita membuang jauh-jauh pikiran kalau kita harus menikah segama, atau seetnis. Saya pernah membaca kasus serupa di milis agama, dia (Wanita) tempaknya sangat bingung mempetanyakan problemanya tentang nikah beda agama. Masalah utamanya, dia ingin pasangannya menikah dengan tata cara agamanya (Kristen), sedangkan pasangannya juga ingin mereka menikah dengan tata cara agama pasangannya (Islam). Tampaknya mereka tidak dapat memecahkan problema mereka ini. Saya dengan tegas, memberikan nasehat, bahwa sebenarnya yang dipertannyakan itu adalah hal sepele. Hanya saja mereka masih terlalu egois, sehingga tidak ada yang mau mengalah. Kalau saja masalah sepele ini mereka tidak dapat pecahkan, bagaimana bisa hidup berdampingan seumur hidup, menghadapi problema-problema kehidupan yang sering dialami pasangan beda agama? Bagaimana mementukan pendidikan agama anak-anak mereka? bagaimana jika suatu saat salah satu dari mereka harus hadir di tempat ibadah pasangannya? dll... Karena itu saya sarankan agar mereka berpisah saja !! Yahoo! Groups Sponsor ~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No!
Jadi ikutan nimbrung juga :) Sekedar berbagi pengalaman aja Saya pernah pacaran 6 th dengan cowok Kristen, fanatiknya bukan main. Setiap pagi jam 6 saya dibangunkan ikut kebaktian dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang di 2 gereja. Hari kamis & Jumat saya dijemput dari tmp kerja langsung ke gereja. Saya tidak tahan dengan sikap fanatiknya, akhirnya kami bubar. Lucunya setelah ia menikah dengan seagama. Ia jarang ke gereja, hanya seminggu sekali. Mungkin ia menganggap tidak baik terlalu fanatik :) -Lim Wiss- -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Stevan Raharjo Sent: Saturday, October 15, 2005 11:44 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No! Yan Widjaja wrote: > Sebaliknya banyak pasangan suami-istri yang seagama tapi usia perkawinannya tidak lama sudah bubar alias bercerai (kecuali bagi mereka yang beragama Katolik karena memang tak mengenal kata perceraian kecuali terpaksa `diceraikan' oleh Tuhan alias salah satu meninggal lebih dahulu!). Nio Tek Ceng : teorinya emang gt, tp jg ada yg cerai tuh. Yan Widjaja wrote: > Memang kalau Pemerintah Republik Indonesia mempersulit pernikahan beda agama cara paling gampang ya nikah saja di luar negeri, Singapura, Australia, Kanada, bahkan di kota Las Vegas, Amerika Serikat, ada praktek resmi pernikahan yang nyaris buka 24 jam setiap hari tanpa prosedur macam-macam pokoknya keduanya menyatakan suka sama suka! Nio Tek Ceng : Pernikahan adalah bersatunya 2 keluarga, bukan hanya bersatunya 2 manusia. Itu yg patut dipikirkan. Yan Widjaja wrote: > Masih banyak lagi contoh kasus suami-istri beda agama, beda etnis, tidak menjadi persoalan sebenarnya, asalkan TIDAK fanatik! Problema bagi Fong justru pada masalah ini, karena pernikahan bukan cuma masalah seorang pria dan wanita tapi juga menyangkut keluarga besar mereka. Apakah Fong bisa diterima di keluarganya, sebaliknya apakah keluargamu juga bersedia menerimanya? Janganlah menjadi penyesalan berkepanjangan tak habis-habisnya di belakang hari Nio Tek Ceng : Saya setuju, tapi yang nggak fanatik harus dua2nya donk. Kalau salah satu fanatik, yang satu pasti merasa tertekan. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Sponsor ~--> Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving. http://us.click.yahoo.com/V8WM1C/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] RE : Perkawinan campur: Beda Agama/Etnis Yes! Fanatik No!
Ya, memang sudah saatnya kita membuang jauh-jauh pikiran kalau kita harus menikah segama, atau seetnis. Saya pernah membaca kasus serupa di milis agama, dia (Wanita) tempaknya sangat bingung mempetanyakan problemanya tentang nikah beda agama. Masalah utamanya, dia ingin pasangannya menikah dengan tata cara agamanya (Kristen), sedangkan pasangannya juga ingin mereka menikah dengan tata cara agama pasangannya (Islam). Tampaknya mereka tidak dapat memecahkan problema mereka ini. Saya dengan tegas, memberikan nasehat, bahwa sebenarnya yang dipertannyakan itu adalah hal sepele. Hanya saja mereka masih terlalu egois, sehingga tidak ada yang mau mengalah. Kalau saja masalah sepele ini mereka tidak dapat pecahkan, bagaimana bisa hidup berdampingan seumur hidup, menghadapi problema-problema kehidupan yang sering dialami pasangan beda agama? Bagaimana mementukan pendidikan agama anak-anak mereka? bagaimana jika suatu saat salah satu dari mereka harus hadir di tempat ibadah pasangannya? dll... Karena itu saya sarankan agar mereka berpisah saja !! Sedikit Humor : Suatu hari berkumpul tiga orang pria (Badu, Bejo, dan Cecep) di bar, dengan wajah sedih. Badu : Bejo, Mengapa kamu tampak begitu sedih? Bejo : Saya baru saja berpisah dengan kekasih saya, karena orang tua kami berdua tidak merestui kami, karena kami beda agama. Badu : Saya turut prihatin, emm Bagaimana denganmu Cecep? Cecep : Sama, beda Suku. Badu : (Terdiam, penuh keprihatinan) Cecep : Lalu mengapa kamu juga tampak begitu sedih, Badu? Badu : Emmm, sama, beda kelamin. Cecep & Bejo : ??? Salam, Jamal. > Buat Fong yang lagi bimbang, > > Membaca saran dan nasihat dari teman-teman di milis, semoga pikiranmu bisa > lebih terbuka. > > Aku bisa memaklumi kalau usiamu pasti masih muda, remaja mungkin, hingga > sangat memuliakan apa yang namanya cinta. > > Jujur saja, banyak, banyak sekali temanku yang menjadi pasangan suami- > istri yang berbeda agama, berbeda etnis, dan terbukti mampu membina rumah > tangga bahagia sampai bertahun-tahun. Yahoo! Groups Sponsor ~--> 1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery. http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
tambahan tidak ada sebutan pula mantan anak he... He... He... -Lim Wiss- -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of RuDi JC Sent: Friday, October 14, 2005 10:45 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur saya pun setuju dengan apa yang dikatakan saudara Lim Wiss Bagaimanapun akan ada perbedaan dalam hal cara pandang, pola pikir dan yang terutama tradisi, adat istiadat..daripada harus bersusah payah menyesuaikan diri lebih baik dengan orang yang kita tau mempunyai tradisi yang sama dengan kita..!!! Apalagi ketika orang tua yang menasehati, orang tua saya pernah menasehati, klo pacar bisa jadi mantan pacar, istri atau suamipun bisa jadi mantan istri atau mantan suami, tapi tidak ada yang namanya mantan orang tua, atau mantan saudara. bener ga...??? Salam, Rudi - Original Message - From: "Stevan Raharjo" <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Date: Fri, 14 Oct 2005 03:11:59 - > > Saya sependapat dengan komentar dari saudara Lim Wiss, jangan terlalu > emosional lah. > Pikir yang panjang, orang bilang pernikahan tidak cukup hanya dengan > cinta. > Orang tua menasehati belum tentu ujung2nya pengkotak-kotakan, mungkin > saja mereka malah memikirkan kita dan itu salah satu bukti rasa sayang > pada kita. Tapi malah kita yang pikiran negatif. > Perempuan dan laki-laki ada dimana-mana tapi orang tua nggak mungkin > tergantikan. > > Salam, > > Nio Tek Ceng > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Sponsor ~--> 1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery. http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
saya pun setuju dengan apa yang dikatakan saudara Lim Wiss Bagaimanapun akan ada perbedaan dalam hal cara pandang, pola pikir dan yang terutama tradisi, adat istiadat..daripada harus bersusah payah menyesuaikan diri lebih baik dengan orang yang kita tau mempunyai tradisi yang sama dengan kita..!!! Apalagi ketika orang tua yang menasehati, orang tua saya pernah menasehati, klo pacar bisa jadi mantan pacar, istri atau suamipun bisa jadi mantan istri atau mantan suami, tapi tidak ada yang namanya mantan orang tua, atau mantan saudara. bener ga...??? Salam, Rudi - Original Message - From: "Stevan Raharjo" <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Date: Fri, 14 Oct 2005 03:11:59 - > > Saya sependapat dengan komentar dari saudara Lim Wiss, jangan > terlalu emosional lah. > Pikir yang panjang, orang bilang pernikahan tidak cukup hanya dengan > cinta. > Orang tua menasehati belum tentu ujung2nya pengkotak-kotakan, > mungkin saja mereka malah memikirkan kita dan itu salah satu bukti > rasa sayang pada kita. Tapi malah kita yang pikiran negatif. > Perempuan dan laki-laki ada dimana-mana tapi orang tua nggak mungkin > tergantikan. > > Salam, > > Nio Tek Ceng > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
gt; Padahal berdasarkan pengalaman saya pribadi saya lebih bahagi a mempunyai > istri pribumi daripada bule > > Si Wied istrinya mang Ucup yg sekarang ini pribumi 100% > > > > Salam > > Mang Ucup > > > > > > > > -Urspr?he Nachricht- > Von: budaya_tionghua@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im Auftrag von ulysee > Gesendet: maandag 10 oktober 2005 9:32 > An: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Betreff: RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur > > > > Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut ngomong, boleh ya > > Tergantung keluarganya apa menganut garis fundamental atau ngga (hihi > istilah yang baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak liberal > ya nggak ada masalah, kalau keluarganya masih fundamental ya butuh > perjuangan. > > Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal, tapi family > rata rata menganut fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian mau > kawin campur itu perjuangannya seru. Waktu Acek gue mau nikah > sama wanita muslim dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici misan > gue mau nikah sama pemuda Batak (yang antero familinya fundamental juga > hihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama kristen. > > Dua duanya pada mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat: keluarga > bukan masyarakat) > Masyarakat ( tetangga di tempat mereka tinggal) sih kayaknya ngga > masalah tuh. > Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan keluarga itu > tinggal kenangan, gak masyalah lagi. > > Saran.. kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun saling dukung > sampai aki nini, ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa, suku > apa atau agamanya apa. > (apalagi agama khan hak asasi pribadi, ortu tidak berhak, pasangan juga > ga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan) > > Orang bilang sebaiknya yang "sama"-"sama" itu khan untuk menghindari > konflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada ngga peduli kawin > sama anaknya siapa, jad i yang penting adalah komitmen, kemauan untuk > berusaha, bagaimana memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalau > udah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara mengatasinya, tancap > sajhh, maju terus pantang bingung, heheh. > > Masalah prasangka/ prejudice seringkali muncul karena stereotype. > Kecenderungan stereotype ada di dalam diri, jadi perjuangannya harus > terus dan terus dan tersss. Seringkali diri sendiri lebih kejam dari > 'masyarakat'. Jadi, positip thinking aja terus. Dan berjuanglah terus. > > (ngomong gampang, prakteknya syusyhhh b! Huehuehue) > yang masih berjuang, > *ul > > > -Original Message- > From: twsoemodinoto [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, October 06, 2005 9:55 PM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur > > Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo > sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra > pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat > dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. > Sayapun mohon saran2. > > Terima kasih banyak. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" wrote: > > halo semuanya, > > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana > pandangan > > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > > rasa penolakan dari masyarakat? > > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > > > > Terimakasih. > > > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > > > > > _ > > YAHOO! GROUPS LINKS > > > > * Visit your group "budaya_tionghua > " on the web. > > > * To unsubscribe from this group, send an email to: > [EMAIL PROTECTED] > > > > * Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo!
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Hi Fong-san, Anda jangan ber kecil hati,.. Memang didalam masyarakat, terutama di Indo itu ada pengkotakkan2 yg menurut agama maupun ras dll. Secara tidak sadar karena ajaran2 ortu dan lingkungan, kita ikut ter kotak2. Kalau bisa di bayangkan satu kelompok berada di satu sisi sungai, kelompok yg lain berada disini seberang. Dengan anda dan pacar anda yg berasal dari sisi yg berlawanan,bisa bertumbuh cinta, sebetulnya kalian berdua telah membangun sebuah jembatan sehingga kedua sisi sungai bisa bertemu, somewhere di tengah2. Thus masing2 secara sadar maupun tidak sadar telah meninggalkan pengkotakkan2 masyarakat tsb., untuk membentuk sesuatu baru yg tanpa garis pemisah. Ini mungkin sebab utama mengapa kawin campur bisa mencapai angka sukses yg tinggi(dalam prosentase) Tetapi kita harus ingat bahwa masih banyak orang2 yg belum mampu/pernah merasakan kehidupan tanpa garis pemisah, termasuk mungkin ortu anda(dan atau ortu pacar) di karenakan dari kebiasaan dan tradisi. Seharusnya di pertanyakan apakah sbg ortu yg tentunya mencintai anak nya tanpa pamrih, akan berpikir DEMI untuk pribadi sendiri atau demi untuk si anak. Demikian juga seorang anak yg menghargai ortu nya, apakah melakukan perkawinan itu DEMI untuk menyenangkan ortu atau demi untuk hari depan sendiri. Semoga anda bisa keluar dari jebakan sesaat.. rgds. rc --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fong <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > andai aja yah smua org tionghua bisa berpikiran liberal ! soalnya aku jg lg terjebak di masalah yg sama pacar ku islam (yg fanatik Bo!!), nah tuh mama ku yg racist, padahal kan sebagai cewe aku hrs ikut suami, susah !! aku harap semakin bnyk deh org tionghua yg mo ngerti gitu, kan kita hidup juga bukan di negeri china sana, gak hrs nikah ma yg sesama kan?! bnyk yg suka bilang klo pribumi tuh "fankui" alias pembantu or rendahan (btw bener kagak tuh bahasa cinanya yah?? soalnya aku kurang ngerti .. hehehe) . koq kagak enak gitu seh ? padahal bnyk jg org china yg hidup susah n bnyk jg org pribumi yg hidup senang. so there's nothing wrong with the difference kan??? > > Fong > > budaya_tionghua@yahoogroups.com wrote: > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Semua org bebas memilih utk menikah dgn suku apapun juga.Tp sayangnya mereka yg sdh terlanjur kawin dgn suku lain selalu saja menganjurkan org lain utk mengambil langkah yg sama.Itu pun bagus selama berada di koridor bebas memilih dgn tidak ada unsur paksaan. Benny Joe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fong <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > andai aja yah smua org tionghua bisa berpikiran liberal ! soalnya aku jg lg terjebak di masalah yg sama pacar ku islam (yg fanatik Bo!!), nah tuh mama ku yg racist, padahal kan sebagai cewe aku hrs ikut suami, susah !! aku harap semakin bnyk deh org tionghua yg mo ngerti gitu, kan kita hidup juga bukan di negeri china sana, gak hrs nikah ma yg sesama kan?! bnyk yg suka bilang klo pribumi tuh "fankui" alias pembantu or rendahan (btw bener kagak tuh bahasa cinanya yah?? soalnya aku kurang ngerti .. hehehe) . koq kagak enak gitu seh ? padahal bnyk jg org china yg hidup susah n bnyk jg org pribumi yg hidup senang. so there's nothing wrong with the difference kan??? > > Fong > > budaya_tionghua@yahoogroups.com wrote: > > There are 11 messages in this issue. > > Topics in this digest: > > 1. AW: Re: Perkawinan campur > From: "MANG UCUP" > 2. perkenalkan.. > From: "adi nugroho" > 3. aloww all... > From: "Hendry Antony" > 4. Perkawinan campur > From: Fong > 5. Re: Tanya mengenai "Kong Tek" > From: Rinto Jiang > 6. Re: AW: Re: Perkawinan campur > From: Nasir Tan > 7. RE: Perkawinan campur > From: "ulysee" > 8. CD untuk intall tulisan mandarin > From: "Lim Wiss" > > 9. Re: Tiga Unsur Pemerintahan > From: Nasir Tan > 10. OOT: KISAH SERBA-SERBI ( Obat Tradisional ) > From: "Sobron Aidit" > 11. Re: CD untuk intall tulisan mandarin > From: [EMAIL PROTECTED] > > > _ ___ > _ ___ > > Message: 1 > Date: Mon, 10 Oct 2005 10:08:27 +0200 > From: "MANG UCUP" > Subject: AW: Re: Perkawinan campur > > Aneh bin nyata kalau saya mau kawin sama bule ? mantan istri pertamanya mang > Ucup orang Jerman > > Tidak pernah dipermasalahkan, bahkan keluarga turut bangga, karena anaknya > bisa ngawinin bule, > > Tetapi kebalikannya kalau kita kawin sama wanita pribumi ini baru menjadi > masalah > > Padahal berdasarkan pengalaman saya pribadi saya lebih bahagia mempunyai > istri pribumi daripada bule > > Si Wied istrinya mang Ucup yg sekarang ini pribumi 100% > > > > Salam > > Mang Ucup > > > > > > > > -Urspr?he Nachricht- > Von: budaya_tionghua@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im Auftrag von ulysee > Gesendet: maandag 10 oktober 2005 9:32 > An: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Betreff: RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur > > > > Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut ngomong, boleh ya > > Tergantung keluarganya apa menganut garis fundamental atau ngga (hihi > istilah yang baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak liberal > ya nggak ada masalah, kalau keluarganya masih fundamental ya butuh > perjuangan. > > Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal, tapi family > rata rata menganut fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian mau > kawin campur itu perjuangannya seru. Waktu Acek gue mau nikah > sama wanita muslim dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici misan > gue mau nikah sama pemuda Batak (yang antero familinya fundamental juga > hihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama kristen. > > Dua duanya pada mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat: keluarga > bukan masyarakat) > Masyarakat ( tetangga di tempat mereka tinggal) sih kayaknya ngga > masalah tuh. > Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan keluarga itu > tinggal kenangan, gak masyalah lagi. > > Saran.. kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun saling dukung > sampai aki nini, ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa, suku > apa atau agamanya apa. > (apalagi agama khan hak asasi pribadi, ortu tidak berhak, pasangan juga > ga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan) > > Orang bilang sebaiknya yang "sama"-"sama" itu khan untuk menghindari > konflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada ngga peduli kawin > sama anaknya siapa, jadi yang penting adalah komitmen, kemauan untuk > berusaha, bagaimana memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalau > udah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara mengatasinya, tancap > sajhh, maju ter
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Terimakasih Suk Chan, Asuk sudah memberikan angin segar dan penerangan pada saya, dan itu menumbuhkan semangat baru utk melalui kehidupan ini. Saya kadang berpikir kenapa saya harus terlahir dengan kulit dan kebangsaan begini tapi mencintai yg lain, sepertinya kok manusia dikotak- kotakkan padahal kan kasih itu tidak mengenal batas. Semua manusia dikasihi Tuhan?? Cuman saya memang mendapat omongan miring dari golongan tionghua, dan juga pacar saya juga mendapat peringatan2 dan ejekan dari teman2 sesama pribuminya. Saya ingin sekali bisa hidup di Amerika yang sudah tidak primordial spt disini. Adakah cara untuk menumbuhkembangkan wawasan penduduk Indonesia yg sempit itukah? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Memang, kawin silang ras, suku, dan etnis yang berbeda didalam masyarakat sering terganjel apalagi yang namanya silang agama, lebih gawat lagi halangan. Barangkali juga orang didalam hidup terlalu terpaku oleh yang namanya steriotipe, mudah menggebyah-uyah kan semua orang yang dari ras A begini dan ras B begitu, tanpa ada kecuali. Genjelan tentu menjadi lebih berat untuk si muda-mudi melangsungkan perkawinannya, kalau ras-A menganggap lebih tinggi derajatnya ketimbang ras-B. Bisa ditentang habis-habisan oleh keluar A, padahal perkawinan itu belum tentu tidak akan membawa kebahagiaan, karena cinta yang murni dan sungguhan. > > Ada cerita sungguhan yang lucu dan menarik sekali, seorang sahabat kelahiran Surabaya mendapatkan kerja di Srilanka, eh jatuh cinta dengan gadis Srilanka. Pada saat mau melangsungkan perkawinan lebih 25 tahun yl. kedua belah pihak keluarga menantang habis-habisan. Dan karena ditentang kedua belah pihak orang-tuanya, sahabat ini bertekad tidak kawin untuk selanjutnya, dengan siapapun. Yang menarik, tanpa ada hubungan terlebih dahulu, dalam waktu yang hampir bersamaan, orang tua yang diSurabaya pergi keperamal, untuk menghitung ramalan jodoh putranya yang di Srilanka itu. Tanpa disangka, peramal meramalkan kalau putranya akan kawin dengan suku lain yang berkulit kehitam-hitaman, dan, ... itulah jodoh hidupnya yang paling cocok. Sebaliknya, begitu juga orang-tua di Srilanka itu, ada juga peramal dan menyatakan bahwa putrinya akan kawin dengan seorang putra suku lain yang berkulit kekuning-kuningan, dan itulah jodo hidupnya yang paling cocok. Kontan saja, keduabelah pihak orang tuanya jadi menyetujui perkawinan mereka, dan, sahabat itu kawin dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan sampai sekarang dengan 2 anak yang cakep dan pinter-pinter. > > Ada lagi cerita pengalaman juga sungguhan, justru anak yang disetujui perkawinannya oleh orang-tua, karena kebetulan sama-sama Tionghoa, bahkan sesama Hokian, belum lewat 6 tahun harus berakhir dengan perceraian. Sebaliknya, anak perempuan berikut, yang pacaran dengan pemuda Jepang bukan saja mendapat halangan ibunya, dituntut untuk memutus hubungan, tapi karena memang yang namanya cinta itu mahadahsyat, segala halangan akan diterjangnya juga. Si ibu sampai nangis-nangis berusaha mencegah perkawinan mereka itu, hanya karena si Ibu kuatir putrinya tidak mendapat penghargaan dari pemuda Jepang itu. Begitulah pengertiannya, bangsa Jepang memandang rendah kaum wanita, jalan bersama saja tidak boleh sejajar, harus berada dibelakang suami, katanya. Tapi, setelah tertunda beberapa tahun, akhirnya perkawinan silang Tionghoa-Jepang, dilangsungkan juga tanpa restu orang-tua. Tapi, ternyata justru perkawinan putri yang ditentang habis-habisan inilah yang mendapatkan kebahagiaan, sampai sekarang setelah lewat lebih 20 tahun perkawinan diberkahi 3 anak dan, ... orang-tuanya terpaksa mengakui perkawinan mereka setelah lahir anak pertamanya berusia hampir setahun. Bagus dan sangat bagus bisa damai melihat kenyataan kebahagiaan hidup putrinya, ternyata pemuda Jepang juga bisa memberikan perhatian dan kasih-sayang yang hangat pada putrinya itu. > > Itulah, perkawinan silang, baik antar ras, suku, etnis yang beda sebetulnya tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan. Juga silang agama. Dan tidak seharusnya orang-tuanya terlalu mencampuri, apalagi melarang. Cukup dengan memberikan nasehat- nasehat yang harus dipertimbangkan lebih baik dan lebih matang lagi. Keputusan akhir harus diserahkan pada anak itu sendiri, demi kebahagiaan mereka berdua yang sudah dewasa itu. > > Salam, > ChanCT > > - Original Message - > From: Nasir Tan > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, October 11, 2005 1:11 PM > Subject: Re: AW: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur > > > Komentar : > heheheitu namanya Mang Ucup kembali ke selera asal...:) karena disaat orang Indon rame2 pengen dapat bule Mang Ucup nyari yang pribumi. > Yah...itu tergantung orangnya juga sih...cuma sayang aja napa Mang Ucup dulunya gak nyoba c
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Memang, kawin silang ras, suku, dan etnis yang berbeda didalam masyarakat sering terganjel apalagi yang namanya silang agama, lebih gawat lagi halangan. Barangkali juga orang didalam hidup terlalu terpaku oleh yang namanya steriotipe, mudah menggebyah-uyah kan semua orang yang dari ras A begini dan ras B begitu, tanpa ada kecuali. Genjelan tentu menjadi lebih berat untuk si muda-mudi melangsungkan perkawinannya, kalau ras-A menganggap lebih tinggi derajatnya ketimbang ras-B. Bisa ditentang habis-habisan oleh keluar A, padahal perkawinan itu belum tentu tidak akan membawa kebahagiaan, karena cinta yang murni dan sungguhan. Ada cerita sungguhan yang lucu dan menarik sekali, seorang sahabat kelahiran Surabaya mendapatkan kerja di Srilanka, eh jatuh cinta dengan gadis Srilanka. Pada saat mau melangsungkan perkawinan lebih 25 tahun yl. kedua belah pihak keluarga menantang habis-habisan. Dan karena ditentang kedua belah pihak orang-tuanya, sahabat ini bertekad tidak kawin untuk selanjutnya, dengan siapapun. Yang menarik, tanpa ada hubungan terlebih dahulu, dalam waktu yang hampir bersamaan, orang tua yang diSurabaya pergi keperamal, untuk menghitung ramalan jodoh putranya yang di Srilanka itu. Tanpa disangka, peramal meramalkan kalau putranya akan kawin dengan suku lain yang berkulit kehitam-hitaman, dan, ... itulah jodoh hidupnya yang paling cocok. Sebaliknya, begitu juga orang-tua di Srilanka itu, ada juga peramal dan menyatakan bahwa putrinya akan kawin dengan seorang putra suku lain yang berkulit kekuning-kuningan, dan itulah jodo hidupnya yang paling cocok. Kontan saja, keduabelah pihak orang tuanya jadi menyetujui perkawinan mereka, dan, sahabat itu kawin dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan sampai sekarang dengan 2 anak yang cakep dan pinter-pinter. Ada lagi cerita pengalaman juga sungguhan, justru anak yang disetujui perkawinannya oleh orang-tua, karena kebetulan sama-sama Tionghoa, bahkan sesama Hokian, belum lewat 6 tahun harus berakhir dengan perceraian. Sebaliknya, anak perempuan berikut, yang pacaran dengan pemuda Jepang bukan saja mendapat halangan ibunya, dituntut untuk memutus hubungan, tapi karena memang yang namanya cinta itu mahadahsyat, segala halangan akan diterjangnya juga. Si ibu sampai nangis-nangis berusaha mencegah perkawinan mereka itu, hanya karena si Ibu kuatir putrinya tidak mendapat penghargaan dari pemuda Jepang itu. Begitulah pengertiannya, bangsa Jepang memandang rendah kaum wanita, jalan bersama saja tidak boleh sejajar, harus berada dibelakang suami, katanya. Tapi, setelah tertunda beberapa tahun, akhirnya perkawinan silang Tionghoa-Jepang, dilangsungkan juga tanpa restu orang-tua. Tapi, ternyata justru perkawinan putri yang ditentang habis-habisan inilah yang mendapatkan kebahagiaan, sampai sekarang setelah lewat lebih 20 tahun perkawinan diberkahi 3 anak dan, ... orang-tuanya terpaksa mengakui perkawinan mereka setelah lahir anak pertamanya berusia hampir setahun. Bagus dan sangat bagus bisa damai melihat kenyataan kebahagiaan hidup putrinya, ternyata pemuda Jepang juga bisa memberikan perhatian dan kasih-sayang yang hangat pada putrinya itu. Itulah, perkawinan silang, baik antar ras, suku, etnis yang beda sebetulnya tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan. Juga silang agama. Dan tidak seharusnya orang-tuanya terlalu mencampuri, apalagi melarang. Cukup dengan memberikan nasehat-nasehat yang harus dipertimbangkan lebih baik dan lebih matang lagi. Keputusan akhir harus diserahkan pada anak itu sendiri, demi kebahagiaan mereka berdua yang sudah dewasa itu. Salam, ChanCT - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 11, 2005 1:11 PM Subject: Re: AW: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Komentar : heheheitu namanya Mang Ucup kembali ke selera asal...:) karena disaat orang Indon rame2 pengen dapat bule Mang Ucup nyari yang pribumi. Yah...itu tergantung orangnya juga sih...cuma sayang aja napa Mang Ucup dulunya gak nyoba cari second wife yang bule lagibelum tentu Mang Ucup tidak bahagia bahkan bisa lebih bahagia dari sekarang..hehehe..:) Tapi kalo saya sendiri lebih menyukai Chinese Woman (CW) aja, karena menurut saya CW lebih moderat. Artinya bahwa dia bisa mengkombinasikan antara pola tradisional (adat istiadat) dan dunia modern ( teknologi, rekayasa dan sebagainya), sehingga menurut "wa", CW lebih serasi untuk jadi mother di abad ini. Soal perjuangan untuk merid lintas suku/ras/etnis memang bukan perkara mudah, karena bukan hanya menuntut fleksibilitas dan style tertentu, tetapi juga butuh kesabaran. Kalo ga..hehehe.bisa-bisa layu sebelum berkembang:-). Waktu itu ada keluarga kami ( woman) mau dilamar sama salah seorang dari salah satu suku asli Indonesia (berkulit gelap asli) .Dari awal aja udah mulai alot karena ban
Re: AW: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Komentar : heheheitu namanya Mang Ucup kembali ke selera asal...:) karena disaat orang Indon rame2 pengen dapat bule Mang Ucup nyari yang pribumi. Yah...itu tergantung orangnya juga sih...cuma sayang aja napa Mang Ucup dulunya gak nyoba cari second wife yang bule lagibelum tentu Mang Ucup tidak bahagia bahkan bisa lebih bahagia dari sekarang..hehehe..:) Tapi kalo saya sendiri lebih menyukai Chinese Woman (CW) aja, karena menurut saya CW lebih moderat. Artinya bahwa dia bisa mengkombinasikan antara pola tradisional (adat istiadat) dan dunia modern ( teknologi, rekayasa dan sebagainya), sehingga menurut "wa", CW lebih serasi untuk jadi mother di abad ini. Soal perjuangan untuk merid lintas suku/ras/etnis memang bukan perkara mudah, karena bukan hanya menuntut fleksibilitas dan style tertentu, tetapi juga butuh kesabaran. Kalo ga..hehehe.bisa-bisa layu sebelum berkembang:-). Waktu itu ada keluarga kami ( woman) mau dilamar sama salah seorang dari salah satu suku asli Indonesia (berkulit gelap asli) .Dari awal aja udah mulai alot karena banyak family yang menentang. Bukan hanya koko sepupu saya yang nolak, tapi wa juga nolak, karena dalam hati causin saya yang pretty begitu mau-maunya dilamar sama pri...yah..mending kalo prinya yang punya..wong orangnya juga suka drink pokoknya jeleklah. selain itu causin saya ini juga seorang doktercik cik cik..herannya causin saya koq mau gitso what gitu lho..:)) tapi akhirnya causin saya sendiri yang mendesak keluarga dan kami semua karena katanya love akhirnya pernikahan terlaksana..yah love emang buta dan kadang susah ditebak...itulah mungkin jalan hidup cuasin saya. Eh...sekarang mereka bahagia dan katanya husbandnya baik dan sayang istri...:-) yah gitulah..!! Jadi intinya bahwa untuk merid lintas ras, diperlukan penanganan khusus oleh kedua belah pihak harus siap korban...asalkan jangan korban BOM Bali aja...:) ...Kalo man (teng lang) melamar gadis pribumi, kesulitannya mungkin tergantung pada daerah masing-masing ato dimana man mau ngelamar gadis, misalnya di Nias, Dayak, Manado, Ambon,Toraja dan lain-lain. Dan kesemuanya itu kecuali Ambon (umumnya imut= item mutlak..:) rata-rata berkulit putih dan mirip-mirip Teng Lang la. Kaya-kayanya kalo di daerah itu no problemla setidak2nya masih bisa menghela napas. Atau mungkin di Jawa ( pada umumnya ) dimana masyarakatnya lebih liberal/fleksibel dan kadang tidak terlalu mempersoalkan ras+agama yang penting bahagia. MANG UCUP <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Aneh bin nyata kalau saya mau kawin sama bule mantan istri pertamanya mang Ucup orang Jerman Tidak pernah dipermasalahkan, bahkan keluarga turut bangga, karena anaknya bisa ngawinin bule, Tetapi kebalikannya kalau kita kawin sama wanita pribumi ini baru menjadi masalah Padahal berdasarkan pengalaman saya pribadi saya lebih bahagia mempunyai istri pribumi daripada bule Si Wied istrinya mang Ucup yg sekarang ini pribumi 100% Salam Mang Ucup -Ursprüngliche Nachricht-Von: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im Auftrag von ulyseeGesendet: maandag 10 oktober 2005 9:32An: budaya_tionghua@yahoogroups.comBetreff: RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut ngomong, boleh yaTergantung keluarganya apa menganut garis fundamental atau ngga (hihiistilah yang baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak liberalya nggak ada masalah, kalau keluarganya masih fundamental ya butuhperjuangan. Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal, tapi familyrata rata menganut fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian maukawin campur itu perjuangannya seru. Waktu Acek gue mau nikahsama wanita muslim dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici misangue mau nikah sama pemuda Batak (yang antero familinya fundamental jugahihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama kristen.Dua duanya pada mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat: keluargabukan masyarakat) Masyarakat ( tetangga di tempat mereka tinggal) sih kayaknya nggamasalah tuh. Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan keluarga itutinggal kenangan, gak masyalah lagi.Saran.. kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun saling dukungsampai aki nini, ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa, sukuapa atau agamanya apa. (apalagi agama khan hak asasi pribadi, ortu tidak berhak, pasangan jugaga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan) Orang bilang sebaiknya yang "sama"-"sama" itu khan untuk menghindarikonflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada ngga peduli kawinsama anaknya siapa, jadi yang penting adalah komitmen, kemauan untukberusaha, bagaimana memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalauudah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara mengatasinya, tancapsajhh, maju terus pantang bingung, heheh. Masalah prasangka/ prejudice seringkali muncul karena stereotype.Kecenderungan stereotype a
AW: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Aneh bin nyata kalau saya mau kawin sama bule – mantan istri pertamanya mang Ucup orang Jerman Tidak pernah dipermasalahkan, bahkan keluarga turut bangga, karena anaknya bisa ngawinin bule, Tetapi kebalikannya kalau kita kawin sama wanita pribumi ini baru menjadi masalah Padahal berdasarkan pengalaman saya pribadi saya lebih bahagia mempunyai istri pribumi daripada bule Si Wied istrinya mang Ucup yg sekarang ini pribumi 100% Salam Mang Ucup -Ursprüngliche Nachricht- Von: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Im Auftrag von ulysee Gesendet: maandag 10 oktober 2005 9:32 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com Betreff: RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut ngomong, boleh ya Tergantung keluarganya apa menganut garis fundamental atau ngga (hihi istilah yang baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak liberal ya nggak ada masalah, kalau keluarganya masih fundamental ya butuh perjuangan. Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal, tapi family rata rata menganut fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian mau kawin campur itu perjuangannya seru. Waktu Acek gue mau nikah sama wanita muslim dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici misan gue mau nikah sama pemuda Batak (yang antero familinya fundamental juga hihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama kristen. Dua duanya pada mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat: keluarga bukan masyarakat) Masyarakat ( tetangga di tempat mereka tinggal) sih kayaknya ngga masalah tuh. Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan keluarga itu tinggal kenangan, gak masyalah lagi. Saran.. kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun saling dukung sampai aki nini, ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa, suku apa atau agamanya apa. (apalagi agama khan hak asasi pribadi, ortu tidak berhak, pasangan juga ga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan) Orang bilang sebaiknya yang "sama"-"sama" itu khan untuk menghindari konflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada ngga peduli kawin sama anaknya siapa, jadi yang penting adalah komitmen, kemauan untuk berusaha, bagaimana memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalau udah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara mengatasinya, tancap sajhh, maju terus pantang bingung, heheh. Masalah prasangka/ prejudice seringkali muncul karena stereotype. Kecenderungan stereotype ada di dalam diri, jadi perjuangannya harus terus dan terus dan tersss. Seringkali diri sendiri lebih kejam dari 'masyarakat'. Jadi, positip thinking aja terus. Dan berjuanglah terus. (ngomong gampang, prakteknya syusyhhh b! Huehuehue) yang masih berjuang, *ul -Original Message- From: twsoemodinoto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 06, 2005 9:55 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. Sayapun mohon saran2. Terima kasih banyak. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > halo semuanya, > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana pandangan > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > rasa penolakan dari masyarakat? > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > Terimakasih. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
RE: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut ngomong, boleh ya Tergantung keluarganya apa menganut garis fundamental atau ngga (hihi istilah yang baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak liberal ya nggak ada masalah, kalau keluarganya masih fundamental ya butuh perjuangan. Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal, tapi family rata rata menganut fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian mau kawin campur itu perjuangannya seru. Waktu Acek gue mau nikah sama wanita muslim dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici misan gue mau nikah sama pemuda Batak (yang antero familinya fundamental juga hihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama kristen. Dua duanya pada mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat: keluarga bukan masyarakat) Masyarakat ( tetangga di tempat mereka tinggal) sih kayaknya ngga masalah tuh. Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan keluarga itu tinggal kenangan, gak masyalah lagi. Saran.. kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun saling dukung sampai aki nini, ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa, suku apa atau agamanya apa. (apalagi agama khan hak asasi pribadi, ortu tidak berhak, pasangan juga ga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan) Orang bilang sebaiknya yang "sama"-"sama" itu khan untuk menghindari konflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada ngga peduli kawin sama anaknya siapa, jadi yang penting adalah komitmen, kemauan untuk berusaha, bagaimana memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalau udah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara mengatasinya, tancap sajhh, maju terus pantang bingung, heheh. Masalah prasangka/ prejudice seringkali muncul karena stereotype. Kecenderungan stereotype ada di dalam diri, jadi perjuangannya harus terus dan terus dan tersss. Seringkali diri sendiri lebih kejam dari 'masyarakat'. Jadi, positip thinking aja terus. Dan berjuanglah terus. (ngomong gampang, prakteknya syusyhhh b! Huehuehue) yang masih berjuang, *ul -Original Message- From: twsoemodinoto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 06, 2005 9:55 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. Sayapun mohon saran2. Terima kasih banyak. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > halo semuanya, > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana pandangan > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > rasa penolakan dari masyarakat? > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > Terimakasih. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Sponsor ~--> Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving. http://us.click.yahoo.com/V8WM1C/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Pernikahan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Maka dari itu tidak boleh dianggap remeh, terutama hal tersebut menyangkut orang banyak (kluarga, anak cucu keturunan, dll). Saya kira wajar kalau orang tionghua lebih suka kumpul dan menikah dengan sesama tionghua, begitu juga dengan orang batak, jawa, ambon, papua, sunda, dan sebagainya. Saya sendiri seorang mahasiswa bisa melihat gejala2 tersebut dilingkungan kampus, orang ambon kumpul2 dengan sesama ambon, orang papua kumpul2 dengan sesama papua. Stiap orang pasti pengen rukun2, anak cucu keturunan yang berbakti. Saya kurang setuju dengan sebutan pribumi dan non pribumi, saya lebih setuju sebut Batak, Tionghua, Sunda, Jawa, Ambon, Papua. Salam, Nio Tek Ceng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "twsoemodinoto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo > sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra > pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat > dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. > Sayapun mohon saran2. > > Terima kasih banyak. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > halo semuanya, > > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana > pandangan > > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > > rasa penolakan dari masyarakat? > > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > > > > Terimakasih. > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Banyak orang beranggapan perkawinan adalah sesuatu hal yg suci. Saya suka berkelakar "Jadi makin banyak kawin makin suci". Padahal, makin banyak kawin kemungkinan makin nafsu birahi. Di orde baru, melalui propaganda TVRI menyiarkan drama perkawinan campur Tionghoa dgn pribumi. Kayagnya gak berhasil. Kalau mau berhasil, maka harus ekstra sabar berjuang untuk menunjukkan rasa bakti kepada (calon) orang tua dan mertua. Dengan demikian terbuka kemungkinan hati mereka akan luluh sehingga akan merestui pernikahan ini. Apabila sudah mendapat restu, maka masalah agama bisa dirembukkan bersama. Semoga saran ini bermanfaat. Salam, Surjadie Chandra. - Original Message - From: twsoemodinoto <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, October 06, 2005 9:54 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur > Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo > sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra > pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat > dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. > Sayapun mohon saran2. > > Terima kasih banyak. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > halo semuanya, > > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana > pandangan > > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > > rasa penolakan dari masyarakat? > > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > > > > Terimakasih. > > > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > Yahoo! Groups Links > > > > > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Perkawinan campur
Menyambung ide pru, saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan putra pribumi, sama seperti pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin pindah agama. Sayapun mohon saran2. Terima kasih banyak. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > halo semuanya, > para sesepuh budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana pandangan > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila seorang tionghua > menikah dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada > rasa penolakan dari masyarakat? > Mohon saran2 dalam menghadapi semua ini. > > > Terimakasih. Yahoo! Groups Sponsor ~--> Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now. http://us.click.yahoo.com/T8WM1C/KbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/