[Dokter Umum] O O T Surat Terbuka untuk Anggota DPR Baru dan Pencegahan Bencana (Detik online)
Kamis, 16/04/2009 09:53 WIB Surat Terbuka untuk Anggota DPR Baru dan Pencegahan Bencana Taruna Ikrar - Opini Jakarta - Satu tahap pemilihan umum telah selesai dan dalam waktu dekat kita akan mengetahui siapa pemenang. Termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang baru. Mereka merupakan perwakilan kita di DPR yang akan menentukan arahan bangsa ini ke depan lewat produk undang-undang yang akan dijalankan oleh eksekutif di masa depan. Dengan konteks tersebut berarti peran anggota DPR sangat penting. Kalau kita melihat ke belakang sangat banyak aturan yang telah ditetapkan oleh DPR RI. Namun, kelihatannya ada hal yang terlupakan yaitu produk undang-undang yang mengatur tentang bencana yang belum ada. Baik tentang pencegahan, penanganan, evakuasi, bantuan, kerja sama, dan evaluasinya. Padahal negeri kita sangat rawan terhadap bencana. Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah umat manusia. Manusia bergumul dan terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Demikian pula bangsa Indonesia. Kenyataannya 5 tahun terakhir ini bangsa kita didera oleh berbagai bencana. Mulai bencana tsunami di Aceh tahun 2004, gempa bumi: di Yogya, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan Irian Jaya. Bencana kekeringan dan kekurangan pangan di Nusa Tenggara, angin topan di Jawa Timur, bencana longsoran sampah di Bogor, bencana kebakaran hutan di Kalimantan, hingga bencana banjir di Sulawesi Selatan, dan yang teraktual adalah Bencana Situ Gintung di Ciputat. Bencana-bencana tersebut telah mengorbankan ratusan ribu jiwa dan tak terhitung kerugian harta benda. Melihat kondisi tersebut sudah seharusnya menjadi warning bagi kita semua untuk meningkatkan mawas diri terhadap berbagai bencana. Baik dalam konteks individu maupun dalam konteks masyarakat dan bangsa. Wilayah Indonesia berada pada posisi yang sangat rawan terhadap bencana sudah seharusnya pemerintah dibantu berbagai komponen bangsa bertanggung jawab untuk mempersiapkan konsep peringatan dini dan pencegahan. Karena pada prinsipnya beberapa bencana tersebut dapat dicegah lebih dini sehingga tidak perlu mengorbankan begitu banyak harta benda dan jiwa yang tak ternilai harganya. Secara historis dalam pergumulan terhadap bencana di dunia, melahirkan praktek mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan, dan lain-lain. Praktek mitigasi kekeringan ini sudah berusia lebih dari 4.000 tahun. Konsep tentang sistim peringatan dini untuk kelaparan (famine) dan kesiapsiagaan (preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama kelimpahan pangan dan disimpan untuk digunakan selama tujuh tahun masa kekeringan sudah lahir pada tahun 2.000 BC di Mesir. Dalam wahana keindonesiaan tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai pelaksana aturan atau undang-undang yang telah di buat oleh DPR sebagai perwakilan rakyat untuk mempersiapakan berbagai hal dalam mengantisipasi bencana yang terjadi. Tentunya kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Konsep manajemen bencana mengenai pencegahan (prevention) atas bencana ini kalau di zaman dulu pada zaman non peradababan berlandaskan pada astrologi atau ilmu bintang dalam 'simbol-simbol' seperti kurban, penyangkalan diri, dan pengakuan dosa. Maka di zaman modern ini tentunya harus berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam merespon berbagai bencana yang memilukan ini sudah saatnya pemerintah dan DPR melakukan langkah preventif atau pencegahan yang diatur secara jelas dalam sebuah produk undang-undang. Pemerintah dan DPR perlu merevisi kembali manual prosedur operasi dan pemeliharaan dari berbagai aspek yang bisa menyebabkan bencana di tanah air Indonesia. Terutama yang memiliki tingkat risiko tinggi. Seperti tsunami, gempa bumi, kekeringan, sanitasi lingkungan dan manejemen sampah, perbaikan dan pemeliharaan bendungan yang mempunyai sedimen dan kerusakan tinggi. Dengan menerapkan sistem ini maka upaya yang dilaksanakan tidak hanya menyentuh sektor fisik semata. Namun, juga akan menyentuh sektor sosial yang turut menentukan dalam keberlangsungan serta rasa aman masyarakat. Jadi tindakan yang dilakukan bukan sekedar bersifat kuratif, lipstik, atau suportif semata. Tetapi, yang lebih penting dan utama adalah pencegahan atau preventif untuk melindungi masyarakat Indonesia dari berbagai ketakutan dan kekuatiran terhadap bencana yang mungkin akan terjadi di masa depan. Taruna Ikrar Postdoctoral Scholar, University of California, School of Medicine, 364 Irvine, CA, US of America (msh/msh) Suara rakyat untuk anggota DPR RI yang baru, www.detik.com Semoga opini ini bermanfaat: http://suarapembaca.detik.com/read/2009/04/16/095348/1116282/471/surat-terbuka-untuk-anggota-dpr-baru-dan-pencegahan-bencana [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Dokter Umum] Kangker otak...
Seperti bagian-bagian tubuh lain, otak bisa terkena tumor maupun kanker. Bedanya, jika pada bagian tubuh lain tumor jinak kadang tidak mengganggu dan tidak berbahaya, di otak tumor jinak pun bisa sangat mengganggu dan membahayakan nyawa. Banyaknya bagian otak yang memiliki fungsi pengaturan tubuh yang berbeda-beda membuat tumor dan kanker otak memiliki gejala yang sangat variatif. Gejala yang muncul sangat tergantung di bagian otak mana tumor tersebut muncul. Dr. Iskandar Japardi menjelaskan gejala umum tumor dan kanker otak adalah sebagai berikut: Gejala Serebral Umum Dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus. Nyeri Kepala Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak. Muntah Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual. Kejang Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila: - Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun - Mengalami post iktal paralisis - Mengalami status epilepsi - Resisten terhadap obat-obat epilepsi - Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi intrakranial lain. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum, dan craniopharingioma. Selain gejala umum di atas ada gejala-gejala spesifik berdasarkan lokasi dan fungsi otak yang diserang. Antara lain: Tumor pada Lobus Frontal: - Perubahan perilaku dan kepribadian - Penurunan kemampuan menilai sesuatu - Penurunan daya penciuman - Penurunan daya ingat - Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh - Penurunan fungsi mental/kognitif - Penurunan penglihatan dan radang syaraf mata Tumor pada Lobus Parietal: - Penurunan kemampuan bicara - Tidak bisa menulis - Tidak mampu mengenali seseorang - Kejang-kejang - Disorientasi ruang Tumor pada Lobus Oksipital: - Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata - Kejang-kejang Tumor pada Lobus Temporal: - Penurunan kemampuan bicara - Kejang-kejang - Kadang tanpa gejala sama sekali Tumor pada Fosa Posterior: - Gangguan berjalan - Nyeri kepala - Muntah Tumor pada Cerebello Pontin Angie: - Gangguan pendengaran Tumor pada Batang Otak: - Perubahan perilaku dan emosional (lebih sensitif, mudah tersinggung) - Sulit bicara dan menelan - Mengantuk - Sakit kepala, terutama pada pagi hari - Kehilangan pendengaran - Kelemahan syaraf pada salah satu sisi wajah - Kelemahan syaraf pada salah satu sisi tubuh - Gerakan tak terkontrol - Kehilangan penglihatan, kelopak mata menutup, juling, dll. - Muntah Tumor pada Selaput Otak: - Sakit kepala - Kehilangan pendengaran - Gangguan bicara - Inkontinensi (tidak mampu mengontrol buang air kecil/besar) - Gangguan mental dan emosional (apatis, anarkis, dll) - Mengantuk berkepanjangan - Kejang-kejang - Kehilangan penglihatan Tumor pada Kelenjar Pituitary: - Berhenti menstruasi (amenorrhea) - Memproduksi air susu - Impotensi Tumor pada Hipotalamus: - Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak - Kerdil - Berhenti menstruasi (amenorrhea) - Gangguan cairan dan elektrolit Tumor pada Ventrikel: - Hidrosefalus - Leher kaku - Kepala miring - Nyeri kepala mendadak - Penglihatan kabur - Penurunan kesadaran Walaupun mengalami salah satu atau beberapa gejala seperti di atas, belum tentu seseorang mengidap tumor atau kanker otak. Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis (bedah) syaraf dan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan, MRI, angi
[Dokter Umum] sariawan
mau tanya dok, apakah sariawan ada hubungannya dengan stress? saya merasakan setiap kali banyak kerjaan dan tekanan, selalu muncul sariawan...padahal dulu, saya sangat jarang sekali sariawan kalo ga kegigit...tapi sariawan saya tidak diikuti gejala fisik lainnya... terimakasih.. GBU _benedicta_
Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui
Saya tidak setuju dengan pendapat Pak Donny di bawah. Apabila sang ibu mencret/diare, ASI dari sang ibu tidak akan menyebabkan sang anak ikut menjadi diare. Yang menyebabkan sang anak ikut terkena diare, adalah faktor hygiene dari sang ibu yang masih kurang. Hal ini bisa dilihat di textbook pediatric manapun, especially tentang breastfeeding. Mengenai jenis obat yang boleh dikonsumsi sembari menyusui, itu trgantung jenis obatnya, ada yang bisa disekresi melalui ASI, ada yang tidak. Dan ditimbang2 seberapa besar efeknya ke sang bayi. Apabila benar disekresi tetapi efeknya ke bayi sedikit... Tentu hal ini mnjadi prtimbangan kputusan dokter anda. Warm Regards, Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Dr.(Naturopathy) Ir. Donny Hosea MBA. PhD." Date: Wed, 15 Apr 2009 19:15:14 To: Subject: Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui Sebagai tambahan, anggapan bahwa pada asi ada bahan2 immunitas jadi tdk berbahaya: "..dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang saya minum)." Adalah suatu anggapan yg kurang sesuai, mengingat bila sang ibu menceret atau diare, n anak menggunakan asi sang ibu, anak juga mengalami hal yg sama, menceret. Dlm hal case ini, seluruh system immun Ibu bersiaga n melakukan gerakan utk memerangi intruder yg menyerang ibu sehingga terjadi infeksi n panas badan meningkat, dg demikian kesiagapan utk memproduksi asi juga menurun, kecuiali sang ibu adalah ibu super yg bisa paralel processing menghasilkan semua prodsuk n sekaligus menajga daris ernagan, n memeprbaikinya. Anda benar bahwa kwalitas susu ketika sedang demam adalah jauh dibawah ketika sedang sehat. Dan itu tercermin dg warnaya. Selanjutnya sangat diharapkan agar para ibu menjaga kondisi tubuh n system immun nya agar selalu perfrom menjaga diri dari serangan intruder. Sallam, Elvy Surya wrote: > Duh, > > Ini susahnya. Beda dokter beda pendapat. Saya sendiri juga pernah ngalamin. > Panas, awalnya sih demam, tapi kagak turun-turun, dan sempat panas sampai 39 > derajat. Waktu demam pertama ke dokter internis, si dokter bilang stop > menyusui, kalau ibunya lagi minum obat harus stop menyusui karena otomatis > obat itu akan tercampur dalam kandungan asi. Ya wis, saya stop nyusui dulu > (tapi tetep dipompa), ternyata demam kagak turun malah jadi panas sampai 39 > derajat, pusing dan lemes, sempet dibawa ke RS, ditanganin ama dokter UGD, > ditest DBD dan typhus, hasil typhus negatif tapi untuk DBD nya masih harus > ditunggu lagi waktu itu krn baru panas hari ketiga. Saya diinfus penurun > panas, obat dari dokter internis saya tunjukkan ke dokter UGD, katanya tidak > apa-apa saya boleh tetep nyusui... nah lho.. bingung kan.. saya waktu itu sih > stop nyusui dulu, karena badan lemes banget, kebetulan besoknya anak saya > jadwal imunisasi ke dokter anak, jadi suami saya berkonsultasi > dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di > dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak > saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang > saya minum). > > Di ahri kelima saya udah kagak panas dan demam, tapi saya lemes banget, sama > mama diajak ke RS lagi, kata dokternya dirawat aja. Dari hasil test bukan > DBD, tapi leukosit saya waktu itu turun terus, sampai hanya sekitar 2000an. > Dokter yang ini bilang saya kena infeksi virus tapi dia kagak tau virus apa, > karena virus kan banyak. Nah lhoo... lebih pusing lagi. Untung hari minggunya > saya udah boleh pulang (dirawat 2 malam di RS), leukosit saya masih di bawah > normal, tapi sudah menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan trombosit yang > tadinya menurun pun juga sudah mulai naik. > > Waktu sakit itu saya mutuskan kagak menyusui dulu, demi keamanan aja. Saya > takut kalau ternyata ada virus yang bisa masuk ke ASI dan nular ke si anak. > Contoh yang paling jreng aja deh, ibu yang terjangkit HIV kan kagak boleh > nyusui (karena bisa bular yah ke bayinya?) jadi saya takut aja, ya kemarin > sih saya bukan kena HIV, tapi virus jaman sekarang sudah bermutasi dan > semakin aneh-aneh aja, jadi kalau lagi kg enak badan ya mending jangan nyusui > dulu sampai jelas si ibunya sakit apa. > > Anak saya emang agak uring-uringan setelahnya, karena ternyata dokter yang > merawat saya di RS itu memberikan obat flu yang menurut perkiraan dokter > tempat saya kontrol, obat itu mengurangi sekresi cairan tubuh, jadi mungkin > maksudnya mengurangi ingus, tapi asi saya juga berkurang. > > Sekedar tambahan, entah sugesti atau bukan, sepertinya warna ASI saya pun > sedikit berbeda dengan warna ASI ketika badan lagi sehat 100%. > > Tinggal terserah ibunya, sih mau tetap menyusui atau tidak. Tapi > pertimbangkan juga, menyusui berarti ada cairan yang kelu
Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui
Sebagai tambahan, anggapan bahwa pada asi ada bahan2 immunitas jadi tdk berbahaya: "..dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang saya minum)." Adalah suatu anggapan yg kurang sesuai, mengingat bila sang ibu menceret atau diare, n anak menggunakan asi sang ibu, anak juga mengalami hal yg sama, menceret. Dlm hal case ini, seluruh system immun Ibu bersiaga n melakukan gerakan utk memerangi intruder yg menyerang ibu sehingga terjadi infeksi n panas badan meningkat, dg demikian kesiagapan utk memproduksi asi juga menurun, kecuiali sang ibu adalah ibu super yg bisa paralel processing menghasilkan semua prodsuk n sekaligus menajga daris ernagan, n memeprbaikinya. Anda benar bahwa kwalitas susu ketika sedang demam adalah jauh dibawah ketika sedang sehat. Dan itu tercermin dg warnaya. Selanjutnya sangat diharapkan agar para ibu menjaga kondisi tubuh n system immun nya agar selalu perfrom menjaga diri dari serangan intruder. Sallam, Elvy Surya wrote: > Duh, > > Ini susahnya. Beda dokter beda pendapat. Saya sendiri juga pernah ngalamin. > Panas, awalnya sih demam, tapi kagak turun-turun, dan sempat panas sampai 39 > derajat. Waktu demam pertama ke dokter internis, si dokter bilang stop > menyusui, kalau ibunya lagi minum obat harus stop menyusui karena otomatis > obat itu akan tercampur dalam kandungan asi. Ya wis, saya stop nyusui dulu > (tapi tetep dipompa), ternyata demam kagak turun malah jadi panas sampai 39 > derajat, pusing dan lemes, sempet dibawa ke RS, ditanganin ama dokter UGD, > ditest DBD dan typhus, hasil typhus negatif tapi untuk DBD nya masih harus > ditunggu lagi waktu itu krn baru panas hari ketiga. Saya diinfus penurun > panas, obat dari dokter internis saya tunjukkan ke dokter UGD, katanya tidak > apa-apa saya boleh tetep nyusui... nah lho.. bingung kan.. saya waktu itu sih > stop nyusui dulu, karena badan lemes banget, kebetulan besoknya anak saya > jadwal imunisasi ke dokter anak, jadi suami saya berkonsultasi > dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di > dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak > saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang > saya minum). > > Di ahri kelima saya udah kagak panas dan demam, tapi saya lemes banget, sama > mama diajak ke RS lagi, kata dokternya dirawat aja. Dari hasil test bukan > DBD, tapi leukosit saya waktu itu turun terus, sampai hanya sekitar 2000an. > Dokter yang ini bilang saya kena infeksi virus tapi dia kagak tau virus apa, > karena virus kan banyak. Nah lhoo... lebih pusing lagi. Untung hari minggunya > saya udah boleh pulang (dirawat 2 malam di RS), leukosit saya masih di bawah > normal, tapi sudah menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan trombosit yang > tadinya menurun pun juga sudah mulai naik. > > Waktu sakit itu saya mutuskan kagak menyusui dulu, demi keamanan aja. Saya > takut kalau ternyata ada virus yang bisa masuk ke ASI dan nular ke si anak. > Contoh yang paling jreng aja deh, ibu yang terjangkit HIV kan kagak boleh > nyusui (karena bisa bular yah ke bayinya?) jadi saya takut aja, ya kemarin > sih saya bukan kena HIV, tapi virus jaman sekarang sudah bermutasi dan > semakin aneh-aneh aja, jadi kalau lagi kg enak badan ya mending jangan nyusui > dulu sampai jelas si ibunya sakit apa. > > Anak saya emang agak uring-uringan setelahnya, karena ternyata dokter yang > merawat saya di RS itu memberikan obat flu yang menurut perkiraan dokter > tempat saya kontrol, obat itu mengurangi sekresi cairan tubuh, jadi mungkin > maksudnya mengurangi ingus, tapi asi saya juga berkurang. > > Sekedar tambahan, entah sugesti atau bukan, sepertinya warna ASI saya pun > sedikit berbeda dengan warna ASI ketika badan lagi sehat 100%. > > Tinggal terserah ibunya, sih mau tetap menyusui atau tidak. Tapi > pertimbangkan juga, menyusui berarti ada cairan yang keluar, sedangkan si ibu > sendiri sedang membutuhkan cairan dan dalam kondisi tidak sehat. > Pertimbangkan juga napsu makan si ibu ketika sedang sakit apakah ia tetap > mampu makan sebanyak biasanya dan makan makanan yang bergizi? Jika tidak, > susu formula untuk sementara sih rasanya tidak apa-apa daripada si ibu lambat > pulihnya, si bayi akan semakin menderita kalau ibunya sakit. Asal jangan > lupa, si ibu tetap harus memerah walaupun tidak diminumkan, atur jadwalnya, > setiap berapa jam sekali biasanya harus diperah / diminumkan (kalau saya > minimal 4 jam) agar kemampuan payudara si ibu untuk memproduksi asi tidak > berkurang. Dari yang saya baca, banyak/sedikitnya asi tergantung kepada > berapa seringnya dikosongkan, jika malas menyusui dan malas memerah, maka asi > akan berkurang dengan sendirinya (ini juga salah satu cara untuk menyapih > anak nanti). > > Semoga membantu, maaf
Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui
wah menarik cerita dan pengalaman ibu Elvy,,,Terima kasih banyak lo,,, saya dapat pencerahan,,, nanti akan saya info kan ke adik saya,,, jalan terbaiknya gimana... From: Elvy Surya To: dokter_umum@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 15, 2009 1:41:00 PM Subject: Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui Duh, Ini susahnya. Beda dokter beda pendapat. Saya sendiri juga pernah ngalamin. Panas, awalnya sih demam, tapi kagak turun-turun, dan sempat panas sampai 39 derajat. Waktu demam pertama ke dokter internis, si dokter bilang stop menyusui, kalau ibunya lagi minum obat harus stop menyusui karena otomatis obat itu akan tercampur dalam kandungan asi. Ya wis, saya stop nyusui dulu (tapi tetep dipompa), ternyata demam kagak turun malah jadi panas sampai 39 derajat, pusing dan lemes, sempet dibawa ke RS, ditanganin ama dokter UGD, ditest DBD dan typhus, hasil typhus negatif tapi untuk DBD nya masih harus ditunggu lagi waktu itu krn baru panas hari ketiga. Saya diinfus penurun panas, obat dari dokter internis saya tunjukkan ke dokter UGD, katanya tidak apa-apa saya boleh tetep nyusui... nah lho.. bingung kan.. saya waktu itu sih stop nyusui dulu, karena badan lemes banget, kebetulan besoknya anak saya jadwal imunisasi ke dokter anak, jadi suami saya berkonsultasi dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang saya minum). Di ahri kelima saya udah kagak panas dan demam, tapi saya lemes banget, sama mama diajak ke RS lagi, kata dokternya dirawat aja. Dari hasil test bukan DBD, tapi leukosit saya waktu itu turun terus, sampai hanya sekitar 2000an. Dokter yang ini bilang saya kena infeksi virus tapi dia kagak tau virus apa, karena virus kan banyak. Nah lhoo... lebih pusing lagi. Untung hari minggunya saya udah boleh pulang (dirawat 2 malam di RS), leukosit saya masih di bawah normal, tapi sudah menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan trombosit yang tadinya menurun pun juga sudah mulai naik. Waktu sakit itu saya mutuskan kagak menyusui dulu, demi keamanan aja. Saya takut kalau ternyata ada virus yang bisa masuk ke ASI dan nular ke si anak. Contoh yang paling jreng aja deh, ibu yang terjangkit HIV kan kagak boleh nyusui (karena bisa bular yah ke bayinya?) jadi saya takut aja, ya kemarin sih saya bukan kena HIV, tapi virus jaman sekarang sudah bermutasi dan semakin aneh-aneh aja, jadi kalau lagi kg enak badan ya mending jangan nyusui dulu sampai jelas si ibunya sakit apa. Anak saya emang agak uring-uringan setelahnya, karena ternyata dokter yang merawat saya di RS itu memberikan obat flu yang menurut perkiraan dokter tempat saya kontrol, obat itu mengurangi sekresi cairan tubuh, jadi mungkin maksudnya mengurangi ingus, tapi asi saya juga berkurang. Sekedar tambahan, entah sugesti atau bukan, sepertinya warna ASI saya pun sedikit berbeda dengan warna ASI ketika badan lagi sehat 100%. Tinggal terserah ibunya, sih mau tetap menyusui atau tidak. Tapi pertimbangkan juga, menyusui berarti ada cairan yang keluar, sedangkan si ibu sendiri sedang membutuhkan cairan dan dalam kondisi tidak sehat. Pertimbangkan juga napsu makan si ibu ketika sedang sakit apakah ia tetap mampu makan sebanyak biasanya dan makan makanan yang bergizi? Jika tidak, susu formula untuk sementara sih rasanya tidak apa-apa daripada si ibu lambat pulihnya, si bayi akan semakin menderita kalau ibunya sakit. Asal jangan lupa, si ibu tetap harus memerah walaupun tidak diminumkan, atur jadwalnya, setiap berapa jam sekali biasanya harus diperah / diminumkan (kalau saya minimal 4 jam) agar kemampuan payudara si ibu untuk memproduksi asi tidak berkurang. Dari yang saya baca, banyak/sedikitnya asi tergantung kepada berapa seringnya dikosongkan, jika malas menyusui dan malas memerah, maka asi akan berkurang dengan sendirinya (ini juga salah satu cara untuk menyapih anak nanti). Semoga membantu, maaf jika ada yang salah Regards, Elvy S. Setheono - - - - - Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & Rekan Member of PKF International Association Jl. Barito 2 no. 31 Jakarta12130 Ph. (021) 725 2780 Fax. (021) 720 3026 P Save A Tree – Think before you print = = = = = = = Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & Rekan is a member of PKF International Limited, an association of legally independent firms which does not accept any responsibility or liability for the actions or inactions on the part of any individual member firm or firms. Individual member firms do not accept responsibility or liability for actions or inactions on the part of other individual member firm or firms. _ _ __ From: mursyida arif To: dokter_umum@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, April 15,
[Dokter Umum] Kangker otak...
Dear all.. Ada yg mau share g ttg gejala kangker otak... Apa aja keluhannya.. Ampe gimana cara penanganannya ketika kangker menginjak stadium 3... Makasih ya... Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! [ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:dokter_umum-dig...@yahoogroups.com mailto:dokter_umum-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: dokter_umum-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Dokter Umum] Re: (ask) Tes darah Hepatitis
pemeriksaan HAV, HCV dan HbsAg merupakan pemeriksaan spesifik untuk mengenali jenis virus yang menyerang(hepatitis virus A, C, atau B) sedangkan alkali Fosfatase dan Gama GT dilakukan untuk mengenali kerusakan sel hati penderita. --- In dokter_umum@yahoogroups.com, Makmur AS wrote: > > Dok, Mau tanya;Apakah pemeriksaan anti HAV total, anti HCV (immunologi), > HbsAg(immunologi/serologi), alkali fostate, gamma GT adalah untuk pemeriksaan > hepatitis ? untuk mengetahui jenis hepatitis apa ini dok ?Terima kasih atas > bantuannya.Makmur As > > "It's very nice to be an important man but more important to be a nice man" > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[Dokter Umum] Re: berapa lama?
Pada wanita tidak hamil kadar hormon hCG sekitar 5IU/L sedangkan apabila wanita tersebut mengandung maka dalam 28 hari setelah mentruasi terakhir akan terjadi peningkatan kadar sampai 50 iu/L sengga logikanya hari pertama telat haid sudah dapat dilakukan pengecekan kehamilan dengan PP test( dengan catatan ia memiliki sensitifitas mendeteksi hCG sampai 25 IU/L) --- In dokter_umum@yahoogroups.com, sri rahayu wrote: > > dok, untuk melakukan tes kehamilan menggunakan alat tes peck, sebaiknya > berapa hari setelah berhubungan? > thanks > > > > Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih > cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. > Dapatkan IE8 di sini! > http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [Dokter Umum] berapa lama?
Trgantung hari ke berapa setelah mens berhubungannya bu.. Jawaban awamnya mah... Kalau mens/haid biasanya teratur, trus ada feeling kok ga dapet2 yah... Coba aja dicek langsung pakai urine pagi. Jawaban ilmiahnya mah agak panjang... Dan saya lagi tidak di dpn PC... Hehehe SOL Regards, Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: sri rahayu Date: Wed, 15 Apr 2009 15:00:09 To: dokter Subject: [Dokter Umum] berapa lama? dok, untuk melakukan tes kehamilan menggunakan alat tes peck, sebaiknya berapa hari setelah berhubungan? thanks Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [ Forum Kesehatan : http://www.medisiana.com ]Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/dokter_umum/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:dokter_umum-dig...@yahoogroups.com mailto:dokter_umum-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: dokter_umum-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Dokter Umum] cek darah
Trims mbak Irma atas jawabannya. Salam --- In dokter_umum@yahoogroups.com, "Irma Handayani" wrote: > > siang imam, > > wah hasil lab nya lumayan juga yaa,,.. > > ada cara mudah untuk menurunkan kadar kolesterol dengan cara paling alami dan > tanpa obat, cobalah minum 1 sendok extra virgin Olive Oil 2x sehari, di pagi > dan siang hari. sebenarnya tidak berasa, olive oil memiliki rasa yang lebih > enak karena ditambahkan mint. carilah di supermarket, pilihlah yang terbaik. > sehingga waktu anda minum rasanya tetap enak. > > olive oil mengandung monounsaturated fat terbanyak didunia ini. > monounsaturated fat ini membantu menurunkan LDL dan menaikkan HDL. hasilnya > baru terasa setelah 2 mingguan. kemudian sedapat mungkin menerapkan healthy > life style karena merupakan obat yang paling mujarab untuk hidup lebih sehat. > > wokeh, semoga bermanfaat and terima kasih,,.. > > cheers, > irma > > Catatan: Moderator tdk bertanggung jawab terhadap munculnya rekasi lainnya > sebagai akibat dari penggunaan VCO maupun Olive terhadap kelainan metabolisme > tingginya Cholest. > > > - Original Message - > From: imam rasyidi > To: dokter umum > Sent: Wednesday, April 15, 2009 7:33 AM > Subject: [Dokter Umum] cek darah > > > > > > > Dokter, > > Saya baru aja cek darah di laboratorium. Hasilnya adalah: > - Gula darah sewaktu 141 mg%, > - Cholesterol total 245 mg% > - Asam urat 6,3 mg% > > Saya mengkhawatirkan cholesterol saya yang lewat jauh dr normal. Diet apa > yg harus saya kurangi. Saya jogging 4 kali seminggu sejauh 5 km dgn waktu > sekitar 25 menit. > > Terima kasih atas bantuannya. > > Salam > Imam R > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[Dokter Umum] berapa lama?
dok, untuk melakukan tes kehamilan menggunakan alat tes peck, sebaiknya berapa hari setelah berhubungan? thanks Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui
Duh, Ini susahnya. Beda dokter beda pendapat. Saya sendiri juga pernah ngalamin. Panas, awalnya sih demam, tapi kagak turun-turun, dan sempat panas sampai 39 derajat. Waktu demam pertama ke dokter internis, si dokter bilang stop menyusui, kalau ibunya lagi minum obat harus stop menyusui karena otomatis obat itu akan tercampur dalam kandungan asi. Ya wis, saya stop nyusui dulu (tapi tetep dipompa), ternyata demam kagak turun malah jadi panas sampai 39 derajat, pusing dan lemes, sempet dibawa ke RS, ditanganin ama dokter UGD, ditest DBD dan typhus, hasil typhus negatif tapi untuk DBD nya masih harus ditunggu lagi waktu itu krn baru panas hari ketiga. Saya diinfus penurun panas, obat dari dokter internis saya tunjukkan ke dokter UGD, katanya tidak apa-apa saya boleh tetep nyusui... nah lho.. bingung kan.. saya waktu itu sih stop nyusui dulu, karena badan lemes banget, kebetulan besoknya anak saya jadwal imunisasi ke dokter anak, jadi suami saya berkonsultasi dengan dokter anak dan kata dokternya saya boleh tetep nyusui karena di dalam ASI itu sendiri sudah mengandung antibodi, jadi tidak masalah (anak saya tidak bahaya tertular dan juga tidak bahaya terminum kandungan obat yang saya minum). Di ahri kelima saya udah kagak panas dan demam, tapi saya lemes banget, sama mama diajak ke RS lagi, kata dokternya dirawat aja. Dari hasil test bukan DBD, tapi leukosit saya waktu itu turun terus, sampai hanya sekitar 2000an. Dokter yang ini bilang saya kena infeksi virus tapi dia kagak tau virus apa, karena virus kan banyak. Nah lhoo... lebih pusing lagi. Untung hari minggunya saya udah boleh pulang (dirawat 2 malam di RS), leukosit saya masih di bawah normal, tapi sudah menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan trombosit yang tadinya menurun pun juga sudah mulai naik. Waktu sakit itu saya mutuskan kagak menyusui dulu, demi keamanan aja. Saya takut kalau ternyata ada virus yang bisa masuk ke ASI dan nular ke si anak. Contoh yang paling jreng aja deh, ibu yang terjangkit HIV kan kagak boleh nyusui (karena bisa bular yah ke bayinya?) jadi saya takut aja, ya kemarin sih saya bukan kena HIV, tapi virus jaman sekarang sudah bermutasi dan semakin aneh-aneh aja, jadi kalau lagi kg enak badan ya mending jangan nyusui dulu sampai jelas si ibunya sakit apa. Anak saya emang agak uring-uringan setelahnya, karena ternyata dokter yang merawat saya di RS itu memberikan obat flu yang menurut perkiraan dokter tempat saya kontrol, obat itu mengurangi sekresi cairan tubuh, jadi mungkin maksudnya mengurangi ingus, tapi asi saya juga berkurang. Sekedar tambahan, entah sugesti atau bukan, sepertinya warna ASI saya pun sedikit berbeda dengan warna ASI ketika badan lagi sehat 100%. Tinggal terserah ibunya, sih mau tetap menyusui atau tidak. Tapi pertimbangkan juga, menyusui berarti ada cairan yang keluar, sedangkan si ibu sendiri sedang membutuhkan cairan dan dalam kondisi tidak sehat. Pertimbangkan juga napsu makan si ibu ketika sedang sakit apakah ia tetap mampu makan sebanyak biasanya dan makan makanan yang bergizi? Jika tidak, susu formula untuk sementara sih rasanya tidak apa-apa daripada si ibu lambat pulihnya, si bayi akan semakin menderita kalau ibunya sakit. Asal jangan lupa, si ibu tetap harus memerah walaupun tidak diminumkan, atur jadwalnya, setiap berapa jam sekali biasanya harus diperah / diminumkan (kalau saya minimal 4 jam) agar kemampuan payudara si ibu untuk memproduksi asi tidak berkurang. Dari yang saya baca, banyak/sedikitnya asi tergantung kepada berapa seringnya dikosongkan, jika malas menyusui dan malas memerah, maka asi akan berkurang dengan sendirinya (ini juga salah satu cara untuk menyapih anak nanti). Semoga membantu, maaf jika ada yang salah Regards, Elvy S. Setheono - Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & Rekan Member of PKF International Association Jl. Barito 2 no. 31 Jakarta12130 Ph. (021) 725 2780 Fax. (021) 720 3026 P Save A Tree – Think before you print === Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono & Rekan is a member of PKF International Limited, an association of legally independent firms which does not accept any responsibility or liability for the actions or inactions on the part of any individual member firm or firms. Individual member firms do not accept responsibility or liability for actions or inactions on the part of other individual member firm or firms. From: mursyida arif To: dokter_umum@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 15, 2009 11:37:43 AM Subject: Re: [Dokter Umum] tanya DB vs menyusui Terima kasih Bu Irma atas jawabannya,, saya juga mikir, kalau ibunya sakitnya agak lama (mudah2an tidak) takutnya si bayi ngak mau lagi minum asi, karna selama ibunya sakit dikasih susu formula.. sayang juga kan,,,padahal selama ini ibunya bela2in bawa anak ke kantor, dan titip di tpa, biar b