Re: [ekonomi-nasional] STOK PREMIUM DAN SOLAR KRITIS

2005-06-22 Terurut Topik arief rasyid
dari millis sebelah
 
Rekans,
Sekedar share saja kondisi di Jatim mengenai ketersediaan Migas, yang
menurut saya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan propinsi lainnya.
Kebetulan kemarin saya baru saja rapat diskusi panel dengan Deperindag,
Dep ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), BP Migas, Pertamina UPMS V
(Unit Pemasaran V, Jawa Timur), dan beberapa wakil dari kalangan
industri lainnya. Intinya menyoal tentang kelangkaan pasokan Gas Alam di
Jatim dan efeknya terhadap krisis Energi/BBM bagi masyarakat dan
industri.

Saat ini distribusi Gas untuk Industri swasta di Jatim hanya dipegang
oleh PGN (Perusahaan Gas Negara) dengan total kebutuhan sekitar 110
MMCFD (juta kaki kubik gas per hari) dengan sekitar 44 pelangan utama,
11 diantaranya mengkonsumsi min 1 MMCFD. Dengan kebutuhan sebesar itu
idealnya PGN harus memiliki pasokan minimal sebesar 132 MMCFD, sialnya
saat ini pasokan dari blok Migas milik Lapindo Brantas, EMP Kangean dan
Kodeco (yang memasok gas ke PGN) hanya dapat mencukupi kebutuhan
sejumlah maks 80-90 MMCFD. Lebih parah lagi PGN sendiri masih harus
berebut Gas dengan PLN (sekitar 50% Pembangkit Listrik PLN mengunakan
Gas)

Sebagai dampak dari minimnya pasokan Gas ini sejak Q3 2004, lalu
sebagian besar industri terpaksa mengalihkan kebutuhan Gas-nya ke Solar.
Akibatnya kebutuhan Solar di Jatim naik 2-3x lipat, padahal anggaran
subsidi dari Pemerintah pusat yang diajukan oleh Pertamina UPMS V tidak
sebanyak itu karena Pertamina telah mengajukan bujet subsidi 2005
berdasarkan kontrak quota Solar dari sektor Industri tahun 2004 ditambah
angka pertumbuhan industri normal. Harga Solar industri yang dipatok Rp
2200/liter itu masih disubsidi Pemerintah 50% lebih dari harga beli
Pertamina yang USD 51.5 cent/liter atau USD 9.0/MMBTU.

Pertamina confirm off the record bahwa mereka sudah tidak punya uang
lagi untuk beli tambahan Solar karena tambahan subsisdi dari Pemerintah
Pusat belum turun, Dep ESDM pun tidak bisa berkomentar sambil merujuk
bahwa masalah subsidi sebaiknya ditanyakan kepada DepKeu, repotnya
ketika wakil dari Deperindag dan Pertamina bertemu dengan Gubernur
minggu lalu untuk menjelaskan masalah kelangkaan BBM, APBD Jatim tidak
cukup untuk nombok tambahan kebutuhan sekitar 190 juta liter solar
pertahun atau sekitar 47.5 juta USD. Alhasil seminggu belakangan ini
Solar sudah langka di Jatim, bahkan hari ini beberapa SPBU di Surabaya
tidak kebagian Solar dan Premium.

Kalau mau dilihat lebih jauh, masalah yang sedang kita hadapi saat ini
seperti lingkaran setan. Stok BBM nasional yang biasanya 21-28 hari saat
ini hanya tinggal sekitar 15-18 hari, dengan stok level seperti ini
adanya gangguan/keterlambatan distribusi BBM sedikit saja ( 6 jam) bisa
menyebabkan SPBU di daerah kehabisan BBM. Secara mikro dan short term,
kelangkaan BBM di SPBU akan lebih cepat memicu keresahan masyarakat
dibandingkan dengan kelangkaan BBM bagi sektor Industri, oleh karena itu
Men ESDM telah memerintahkan PLN untuk mengurangi penggunaan Solar dan
beralih ke Gas. Jangan salah, PLN sendiri juga saat ini sedang
ketar-ketir karena pasokan listrik untuk Jawa-Bali sudah pas-pasan
karena selain kapasitas pembangkit yang sudah tidak mencukupi ditambah
dengan krisis sumber energi. Kalau PLN beralih ke Gas, maka sektor
Industri akan beralih ke Solar, maka Solar akan semakin langka kecuali
Pemerintah punya cukup dana untuk menambah subsidi. Yang repot
sebenarnya masyarakat juga, karena kalau sampai Solar diperebutkan oleh
sektor Industri seperti saat ini, maka akan banyak terjadi spekulasi di
pasar. Jangankan di tingkat pengecer, para supir truk BBM pun sudah
banyak yang mencari keuntungan sendiri-sendiri, karena harga Solar umum
dan industri terpaut Rp 100/liter. Di sisi lain, ada juga kalangan
sektor industri yang malah beli solar dari SPBU atau lewat
distributor/koperasi yang berani menawarkan Solar dengan harga Rp
2150/liter, sudah jelas kita tahu bahwa itu ialah jatah solar SPBU.

Sehubungan dengan topik pasar bebas BBM yang diajukan om Prap, maka per
tanggal 1 Juni 2005, Pertamina UPMS V melakukan terobosan dengan
menaikkan harga jual solar industri menjadi market price USD 51.6
cents/liter untuk pembelian di atas quota 2004 yang akan berubah setiap
bulannya. Jika hal ini dipatuhi oleh sektor industri bisa jadi
masalahnya menjadi mudah karena Pertamina tidak perlu lagi menunggu
subsisdi Pemerintah, tetapi bisa jadi malah memperburuk situasi kalau
ada sebagian pelaku industri yang malah semakin memperebutkan solar SPBU
mengingat price gap yang 2x lipat.

Dalam jangka panjang, memang arahnya akan kesana, tetapi masih perlu
beberapa pembenahan regulasi terutama dari segi UU Migas itu sendiri,
termasuk perijinan operasi dan patokan tarif explorasi dari pemerintah.
Saat ini Pemerintah mematok harga minimum Migas hasil explorasi yang
harus diikuti oleh para operator, nantinya harga ini akan dilepaskan
tergantung kepada efisiensi masing2.

Sebagai rangkuman, saya cuma mengajak rekan2 TO semua yang umumnya
berjiwa sosial 8-) 

Re: [ekonomi-nasional] Diskusi Pro Exxon di Metro TV

2005-06-22 Terurut Topik OK Taufik
Bapak, kemarin kita melakukan seminar ini adalah hasilnya,

Menurut saya, kontrak ini memamng salah kaprah dengan prosedur
hukumnya dan salah kaprah dengan asumsi-asumsi yg dibawakan oleh
Kartubu dan Rizal M (yg kelihatan pro EMI).
Hukum Indonesia diperkosa oleh EMI, bagaimana bisa lapangan pertamina
TAC bisa diambil alih oleh EMI dan melakukan kegiatan explorasi
seenaknya tanpa ada persetujuan pemerinta? apalagi biaya explorasi itu
sendiri akan di bebankan kepada bagi hasil produksi, dengan manipulasi
biaya proyek dan pembengkakan nilai proyek.

Asumsi-asumsi Kartubi juga tak berlogika, betul

kita emang butuh minyak secepatnya,

kita juga butuh duit secepatnya dan sebanyak-banyaknya,

kita juga butuh menanggulangi busung lapar,

kita juga butuh naggulangi polio,

kita juga butuh senjata,

kita butuh perbaikan sekolah banyak,

kita butuh infrastruktur banyak,

kita butuh ini, butuh itu, dan seterusnya...

apakah itu semua jawabannya adalah extention contract Cepu?


Pemerintah benar-benar mempermalukan dirinya sendiri dengan melanggar
kesepakatan lapangan TAC dan extension contract ke EMI menjadi
PSC..kapan berubahnya?? dan kapan lapangan itu dikembalikan ke
pertamina?? dan kemudian ke migas??, menurut saya Pertamina harus
ngotot untuk meminta kembali lapangan tersebut. kalau perlu PTUN kan
saja pemerintah sekarang. RM dan Kartubi , banar-banar oknum yg tak
berkelas



IAGI – HAGI half day seminar

CEPU GIANT OIL FIELD : REVEALING THE MISTERY

(geological, technical, business, political)

Jakarta, 15 June 2005 – Le Meridien


 

Panelists :

R.P Koesoemadinata

Rovicky Dwi Putrohari

Kurtubi

Kwik Kian Gie (absent)

Rizal Malarangeng (absent)

 

 

Moderator :

Andang Bachtiar

 

Notes/Quotes :

Martiono Hadianto

 

Participants : + 200

Media : + 15


 

Kontrak sumberdaya alam (migas) Indonesia di daerah Cepu dan
Bojonegoro yang dikenal sebagai blok Cepu, melalui seminar setengah
hari yang dilakukan  oleh IAGI-HAGI adalah ingin menguak berbagai
perspektif, mulai besarnya cadangan minyak dan gas bumi sebagai entry
poin dari semua permasalahan ini, aspek teknologi dan kemampuan
penguasaannya, sisi bisnis dengan berbagai term yang memiliki
kekhususan sangat special hingga pada gambaran tentang faktor politis
yang mempengaruhi pada masalah bisnis minyak di blok Cepu.

 

Ketidakhadiran dua orang panelis, Kwik Kian Gie yang sedianya
diharapkan dapat memberikan perspektif politik dan kebangsaan pada
permasalahan Cepu akhirnya tidak dapat hadir, walau telah diusahakan
oleh panitia hingga 15 menit jelang acara dimulai. Sementara Rizal
Malarangeng yang pada kontak pertama memberikan sinyal akan hadir
dalam seminar ini, akhirnya beberapa hari jelang gelaran seminar ini,
beliau memiliki kesibukan lain. Namun demikian kami merasa tak
mengurangi bobot acara yang dihadiri banyak kaum kebumian migas
Indonesia, dari berbagai kalangan, tua mau pun muda, dari pemerhati
amatir hingga para pelaku sejarah Blok Cepu.

 

Konfirmasi ketidak hadiran Rizal Malarangeng sebagai juru bicara tim
negosiasi yang kontroversial ini mengantarkan panitia untuk menemui
Ketua Tim Negosiasi Cepu, Martiono Hadianto. Senin sore kami diterima
dan berdiskusi panjang lebar, hasilnya adalah quotes seperti yang
kami sajikan dalam layar dalam ruang seminar (*.

 

Seminar setengah hari ini dibuka oleh ketua IAGI yang mengantarkan
dalam bilingual dengan sebuah pertanyaan apakah benar yang disampaikan
berbagai pihak bahwa cepu mengandung milyaran barel minyak, benarkah
cepu giant field, atau bukan puluhan atau ratusan juta barel minyak
yang berkelas big field, ataukah little giant, ataukah small ataukah
hoax saja. Karena besaran cadangan adalah entry utama menuju pada
perhitungan-perhitungan lanjut, maka IAGI-HAGI sebagai wadah para
geoscientist (termasuk geoscientists migas) Indonesia mencoba untuk
bersama-sama menguak misteri apa yang ada di kawasan hutan jati, Cepu.
Menyingkap tabir yang selama ini banyak bersliweran di berbagai arena
(media, perkumpulan, rumors, dll). Selain perspektif teknis dari
berbagai unsur kebumian, seminar ini juga menghadirkan sisi pandang
ekonomi makro (energi) yang menjadi basis tingginya nilai bisnis Cepu.
Akhirnya, harapan memperoleh pandangan sisi politis dari ramainya
cepu tak dapat kita peroleh dari  panelis  yang sedianya kami
hadirkan, namun floor lah yang menjawab ini semua.

 



Panelis 1.

Koesoemadinata, R.P

(retired professor Geology ITB, ex. Humpuss Patragas/HPG advisor)

 

Memberikan gambaran tentang sejarah take over block dari Pertamina ke
HPG, dilanjutkan dengan sejarah eksplorasi. Ratusan juta barel minyak
telah diproduksikan dari lapangan-lapangan cepu hingga 1920, Kawengan
adalah temuan 1927 dan telah diproduksikan hingga 120 juta barel
minyak.

 

Eksplorasi Belanda 1887  yang hampir saja menemukan lapangan raksasa
Banyu Urip. Sayangnya pemboran-pemboran sumur dangkal di lapangan Tobo
yang berdekatan dengan struktur Banyuurip, masih dalam teknologi dan
konsep geologi yang ada kala itu belum 

[ekonomi-nasional] Exxon dan Harga Diri Bangsa

2005-06-22 Terurut Topik A Nizami
From: sutomo asngadi [EMAIL PROTECTED] 

Ami Taher
Anggota Komisi VII DPR RI dari FPKS

Setiap tanggal 20 Mei kita peringati hari kebangkitan
nasional. Ada pesan yang
sangat berarti untuk pewaris negeri yang tak boleh
henti, yaitu pentingnya
sebuah harga diri. Bagi sebuah negeri harga diri
adalah harga mati. Tak ada
eksistesi tanpa harga diri.

Saat ini, semangat kebangkitan bangsa kita kembali
diuji. Salah satu ujiannya
adalah tentang perpanjangan kontrak pengelolaan minyak
antara pemerintah kita
dengan perusahaan Exxon Mobil milik Amerika Serikat,
di Blok Cepu, Jawa Timur,
dengan kandungan yang cukup menggiurkan, diperkirakan
memiliki potensi cadangan
2.600 juta barel. (Produksi minyak nasional per tahun
sekitar 400 juta
barel/tahun).

Negara mana yang tak iri dan ingin memiliki kekayaan
alam negeri jamrud
khatulistiwa ini, upaya apapun akan mereka tempuh
untuk dapat menambang kekayaan
dari negeri ini? Untuk itulah seharusnya pemerintah
dalam kebijakannya selalu
berpegang kepada pasal 33 ayat 3 UUD 1945, berbunyi
''bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.''

Untuk kasus Exxon terlihat amat aneh. Penulis melihat
adanya kejanggalan dalam
negosiasi perpanjangan kontrak di Blok Cepu. Hal ini
berkaitan dengan isyarat
pemerintah dalam memberikan angin kepada pihak Exxon
untuk memperpanjang
kontrak, karena jika dilihat dari sisi bisnis
jelas-jelas membiarkan asing masuk
Blok Cepu merupakan kerugian besar bagi negara.
Sebagai wakil rakyat, penulis
dengan tegas telah mengingatkan dalam dalam rapat
dengar pendapat dengan menteri
ESDM, kepala BP Migas, dan dirut Pertamina pada 16 Mei
2005, bahwa pemerintah
tidak perlu memperpanjang kontrak pengelolaan Blok
Cepu, cukup sudah serahkan
saja pada Pertamina, secara legal tidak ada aturan
yang dilanggar. Hal senada
juga diungkapkan oleh Kurtubi, seorang ahli
perminyakan, di Republika, pada 23
Mei 2005.

Kronologi Pada 1980, Pertamina bekerja sama dengan PT
Humpuss Patragas (HPG)
dalam bentuk Technical Assistance Contract (TAC) untuk
daerah Blok Cepu dengan
masa kontrak 30 tahun, sehingga akan berakhir 2010.
Tahun 1994, Ampolex Ltd dari
Australia resmi membeli 49 persen saham HPG. Tidak
berapa lama Ampolex Ltd
diakuisisi oleh Mobil Energy dan Proteleum Australia
(MEPA) dan menunjuk Mobil
oil Indonesia (MOI) sebagai representatif segala hak
dan kewajiban menyangkut 49
persen saham di HPG. Hal ini melanggar ketentuan TAC.
Guna melegalkan pemboran
disusun dokumen perjanjian baru yang disebut ''TAC
Plus''. Kurun waktu 1998-2000
adalah masa perundingan dalam rangka akuisisi 100
persen saham HPG oleh MOI
bersamaan dengan Mobil Internasional sebagai iInduk
MOI diakuisisi oleh Exxon di
AS. Bergantilah nama MOI menjadi Exxon Mobil Indonesia
(EMI)

Menurut Profesor Koesoemadinata, guru besar geologi
ITB, mantan penasihat teknis
geologi HPG, tahun 1998 ditemukan cadangan minyak yang
spektakuler di Cepu oleh
HPG yang waktu itu masih memilki 51 persen sahamnya.
Namun tiba-tiba pihak Mobil
Oil menghentikan proses eksplorasi, dengan alasan ada
gas beracun H2S. Dalam
harian Republika, pada 20 Mei 2005, sumber mereka yang
juga terlibat dalam
eksplorasi menyatakan pihak Mobil Oil telah sengaja
menyembunyikan fakta tentang
hasil penemuan cadangan itu, bahkan dari informasi
yang penulis terima pihak
Mobil Oil menggantung rig (alat pengeboran) selama dua
tahun tidak diaktifkan.

Apakah Mobil Oil tidak memiliki teknologi yang canggih
sehingga harus menunggu
begitu lama dan menghabiskan biaya 100 juta dolar AS,
dan nantinya akan ditagih
kepada negara dalam bentuk cost recovery?
Jangan-jangan ini sekedar akal-akalan
pihak Exxon untuk bisa menguasai Blok Cepu dan punya
alasan untuk memperpanjang
kontrak dengan kita. Tahun 2005, EMI berusaha mendapat
perpanjangan hak
pengelolaan Blok Cepu dengan pemerintah Indonesia
(Pertamina-BP Migas-Departemen
ESDM).

Adakah lagi harga diri bangsa?
Harusnya tim negosisiasi pemerintah harus banyak
belajar tentang arti sebuah
kebangkitan bangsa. Harapan 220 juta rakyat Indonesia
jangan dihanguskan oleh
sebuah kontrak yang bernama Production Sharing
Contract (PSC) yang diajukan oleh
Exxon. Jika PSC benar-benar terjadi maka ini
jelas-jelas merugikan Indonesia.

Apa yang memberatkan bagi pemerintah untuk tidak
memperpanjang kontraknya dengan
Exxon Mobil di Blok Cepu? Bukankah kita tidak
menyalahi prosedur? Tidak ada
kewajiban bagi Pertamina untuk memperpanjang kontrak
Technical Assistance
Contract (TAC) yang berakhir pada 2010 itu. Dalam PP
35/2004 tentang Kegiatan
Usaha Hulu Migas, pada pasal 104 huruf (g) jelas-jelas
dinyatakan bahwa setelah
TAC berakhir, wilayah bekas kontrak tersebut tetap
merupakan wilayah kerja
Pertamina (Persero). Kalau kita melihat kronologis
kontrak TAC ini, merupakan
pembaharuan perjanjian TAC yang dilakukan pada 1997
kepada PT HPG pada dasarnya
adalah usaha melegalkan (pemutihan) atas
''pelanggaran'' yang telah terjadi
sebelumnya dengan adanya 

[ekonomi-nasional] Cara Efektif Mengusir Penjajah Ekonomi

2005-06-22 Terurut Topik A Nizami
Ketika dijajah Belanda dulu, antek2 Belanda yang sawo
mateng juga ada. Selain jadi pejabat seperti bupati,
ada juga yang merangkap jadi tentara.

Toh nenek moyang kita mengangkat senjata melawan
penjajah Belanda. Bukan cuma maki2 bangsa sendiri.
Ketika antek2nya ikut melawan, para pahlawan kita
menggilas mereka juga.

Begitu Belanda ngacir, maka antek2 penjajah seperti
anjing kehilangan majikannya. Tidak bisa apa2.

Nah menghadapi para penjajah ekonomi yang menguras
kekayaan alam negara kita hendaknya begitu. Fokus
melawan para penjajah tsb. Jika ada antek2nya yang
melawan, gilas saja mereka.

Nanti begitu para penjajah ekonomi itu kabur, para
antek itu akan seperti anjing kehilangan majikannya.
Tidak berdaya.

Merdekakan Indonesia dari penjajah ekonomi!

Salam Merdeka!

Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org



 
Yahoo! Sports 
Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football 
http://football.fantasysports.yahoo.com


Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Krisis BBM: Ketika MNC Pengelola Migas Tidak Terkontrol

2005-06-22 Terurut Topik A Nizami
Sesungguhnya krisis BBM yang terjadi saat ini sungguh
ironis. Stok BBM kita hanya cukup hingga 12,5 hari
(dan terus berkurang hingga tulisan ini ditulis).
Bagaimana ini bisa terjadi di negara yang MENGEKSPOR
BBM dan gasnya ke luar negeri?

Jika sampai krisis BBM TOTAL terjadi, lampu2 listrik
dari PLN bisa padam. Mobil2 tak bisa berjalan.
Distribusi barang dan makanan terhenti. Pabrik2 tidak
bisa beroperasi. Pengangguran merajalela.

Hal di atas terjadi karena pemerintah melalui
Pertamina sudah nyaris tidak punya kontrol terhadap
perusahaan2 asing yang mengelola Migas. Caltex
menguasai 700 ribu barrel per hari. Demikian pula
Exxon menguasai produk gas di Aceh. Belum lagi
perusahaan2 lain di Bontang, dsb. 

Namun orientasi mereka hanya ekspor. Tak peduli jika
dalam negeri kekurangan BBM. Di Aceh, pabrik pupuk PT
Iskandar Muda nyaris tutup karena ketiadaan gas (gas
diekspor semua). Indonesia jika membeli minyaknya
sendiri dari perusahaan asing tersebut harus membayar
dengan harga Internasional.

Di manakah akal kita? Di manakah kecerdasan kita
sehingga bisa terjadi hal yang sebodoh ini?

Semoga generasi mendatang bisa lebih cerdas dan tegas
dalam bertindak.

Salam



Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org



 
Yahoo! Sports 
Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football 
http://football.fantasysports.yahoo.com


Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Pemborosan Industri Politik

2005-06-22 Terurut Topik A_Dharmawan
Muhammad Ismail Yusanto: Pilkadal Sebuah Pemborosan Industri Politik
Publikasi: 21/06/2005 08:36 WIB

eramuslim - Pemilihan Kepala Daerah Langsung (pilkadal) awal Juni ini telah
menyedot perhatian rakyat papa, pengusaha, penguasa baru dan lama, juga
media massa. Miliaran rupiah digelontorkan untuk menjadi penguasa kota,
kabupaten maupun provinsi.

Kita belum tahu pasti apakah dengan Pilkadal ini kehidupan masyarakat
setempat akan lebih baik. Publik juga tidak tahu apakah dengan Pilkadal ini
kesehatan dan pendidikan anak-anak kaum miskin bisa gratis. Para pengamat,
akademisi dan birokrat juga tidak bisa memprediksi apakah dengan Pilkadal
ini kesejahteraan dan kemakmuran akan dinikmati. Dan kita juga tidak tahu
apakah dengan plkadal ini korupsi di daerah bisa dihabisi ?

Asal tahu saja, anggaran setiap pasangan calon kepala daerah minimal Rp
4.000.000.000.000,00 (empat milyar rupiah ). Angka tersebut bukanlah angka
yang kecil untuk ukuran ekonomi orang Indonesia. Uang sebanyak itu bisa
digunakan untuk membangun kampus/perguruan tinggi, madrasah/sekolah megah
nan indah, bea siswa bagi anak-anak putus sekolah dan biaya kesehatan yang
tidak murah.

Untuk mengetahui lebih lanjut, Juru Bicara Hizbut Tahrir (HT) Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto menuturkan berbagai hal problematika, ekses dan
implikasi Pilkadal kepada eramuslim.com. Berikut petikannya:

Bulan Juni ini, sejumlah daerah tingkat II dan I di Tanah Air sedang
gegap-gempita menggelar pemilihan kepala daerah lansung (pilkadal). Ada
evaluasi dari Anda tentang pilkadal ini?

Kita harus melihat dari konteks yang luas. Ini sebenarnya kan bagian dari
sub sistem dari sistem politik yang ada. Saya kira harus dikritisi dulu
Pilkadal ini bekerja dalam sistem apa? Dalam ideologi apa? Itu saya kira
yang harus dikaji dulu. Bahwa otonomi itu melahirkan berjuta kemungkinan,
itu betul. Tapi saya kira kita tidak boleh lepas dari konteks global ini.
Maka, yang penting dalam Pilkadal ini bagaimana kita mengedukasi masyarakat
bisa menggunakannya dengan benar.

Lalu partai politik (parpol) juga harus bekerja dengan benar. Karena itu,
jangan kemudian calon yang diajukan mereka yang beruang semata. Peluang
otonomi daerah juga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menegakkan
Syari'ah Islam. Di Bulukumba, Sulawesi Selatan, misalnya, ada best practise
di sana. Zakat bisa menaikan PAD sampai 10 kali lipat. Lalu dengan Perda
larangan minuman keras (miras) bisa menurunkan kejahatan sampai 85%.
Pilkadal harus mengarah ke situ.

Kita lihat dalam proses Pilkadal ini menguras milyaran uang dari
calon-calonnya. Padahal uang itu kalau diakumulasikan bisa untuk membangun
sekolahan, perguruan tinggi atau bea siswa anak tak mampu? Apa ini nanti
tidak akan menjadi peluang untuk balas dendam dari calon terpilih untuk
mengembalikan modalnya itu?

Maka nanti yang menang itu para kapitalis lagi dalam demokrasi. Pilkadal itu
hanya sebagian dari industri politik. Jadi ada industri budaya, industri
pendidikan. Sekarang ini (Pilkadal) industri politik. Industri politik itu
yang berbicara cost and benefit. Cost and benefit dalam industri politik itu
akan memakan korban yang sangat besar karena dia berbicara rakyat
keseluruhan. Kalau industri hiburan hanya mereka yang menikmati, yang tidak
menikmati tidak kena. Industri pendidikan, mereka yang sekolah yang jadi
korban. Industri makanan, mereka yang jadi korban yang makan. Kalau
Pilkadal, yang kena semua.

Jadi ini berpeluang besar merugikan umat Islam?

Saya tidak bilang pasti merugikan. Tapi, bila syarat-syarat dasar tadi
dilupakan jelas sekali merugikan.

Hitungan-hitungan rill, biaya Pilkadal ini cukup besar dan dapat untuk
menghidupkan sektor riil bidang ekonomi dan pendidikan. Bukankah ini
seharusnya yang lebih penting?

Iya. Kalau saya praktis saja. Presiden terpilih memilih kepala daerah.

Praktek demikian lebih hemat, ya?

Iya. Cara seperti ini kayak sistem khalifah. Jadi kita hanya fokus di
pemilihan presiden. Walaupun itu juga tidak jaminan juga. Karena kita bicara
soal sistem juga. Sistemnya itu tidak ada hubungannya bicara soal dipilih
langsung atau tidak langsung. Jadi seharusnya kita mengganti sistemnya dan
orangnya agar tunduk pada sistem yang Islami. Sebab, Pilkadal ini sebuah
pemborosan yang luar biasa. Bayangkan, dalam lima tahun kita melakukan 7
kali nyoblos. Yakni, presiden dua kali nyoblos, lalu gubernur, dan bupati,
lalu legislatif tingkat Pusat, tingkat I dan tingkat II. Jadi ini biayanya
besar sekali. Akibatnya apa? Pembangunan di daerah berhenti karena
terkonsentrasi pada Pilkadal. Ini konsekuensi dari Pilkadal. Bayangkan kalau
nanti rakyat di situ pada pemilihan gubernur. Kalau dua putaran berarti
nanti dia nyoblos empat kali. Yang duanya milih bupati atau wali kota. Ini
pemborosan-pemborosan.

Apa perlu aturan baru untuk menghindari mafsadat (kerusakan) atau madharat
(bahaya)ini?

Oh, iya. Sebaiknya mereka itu dipilih oleh presiden. Atau dalam Islamnya
dipilih oleh khalifah.

Bukan ditunjuk gubernur yang merupakan 

[ekonomi-nasional] BMT

2005-06-22 Terurut Topik Mohd. Sopi
Assalamu'alaikum,

Ditempat saya kerja, sedang marak praktek-praktek rentenir. Bagi saya ini
sangat menyedihkan. Untuk itu saya dan beberapa rekan sepakat untuk
mendirikan sebuah BMT. Untuk itu kiranya ada diantara anggota milis yang
mempunyai pengetahuan tentang apa dan bagaimana BMT, prospek kedepannya
dan bidang usaha yang bisa dilakukan, mohon kiranya di-share ke saya. Ke
milis ini juga boleh atau ke japri ya monggo.

Terimakasih.



Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [ekonomi-nasional] Siapa John Perkins - Confession of an Economic Hit Man ?

2005-06-22 Terurut Topik A Nizami
Pengetahuan orang Barat tentang Indonesia memang
kurang. Ada anak di Swedia yang bertanya, apakah di
Indonesia masih ada Dinosaurus?

Saya juga sempat melihat film tentang Krakatau yang
dibuat oleh orang Barat. Di situ diceritakan Krakatau
ada di timur Jawa. Padahal di barat Jawa (selat
Sunda). Padahal ketika bikin film, paling tidak
ratusan orang terlibat!

Jadi sebaiknya dilihat apa yang ditulis Perkins
kemudian kita evaluasi kebenarannya.

Misalnya strategi penjerumusan negara2 berkembang ke
dalam hutang oleh IMF dan World Bank. Privatisasi yang
mengakibatkan kekayaan alam kita dikuras oleh asing.
Penghancuran mata uang negara2 asia oleh spekulan
valas yang dibantu IMF dgn cara memaksakan floating
rate ke negara2 berkembang seperti Cina, Indonesia,
dsb.

--- asuntana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Menurut saya ulasan bung Poltak atas buku EHM itu
 sangat bias.
 Malah terkesan - lepas dari buku Perkins - membela
 apa yang telah terjadi di
 Indon sebagai sebuah  keniscayaan.
 
 Namun agar tidak menjadi perdebatan yang tidak ada
 ujung pangkalnya, lebih
 baik memang baca bukunya dan menilai sendiri. Setiap
 buku toh punya rujukan
 (dalam bibliography), ulasan, fakta dan analisa
 masing-masing.
 
 BTW, tentang amburadulnya pemahaman orang amerika
 atas geografi dunia
 (bahkan geografi negaranya sendiri) sudah menjadi
 pengetahuan umum. Tidak
 hanya Perkins -  yang hanya lulusan S1 dari Boston
 University/BS - tapi juga
 banyak orang dengan strata jenjang akademik lebih
 tinggi sering 'bingung'
 dalam soal tersebut. 
 Dalam soal ini, saya melihat Perkins - dalam
 bukunya-  menekankan bahwa pada
 saat dia lulus dari BS, dia orang yang masih lugu
 dalam bersentuhan dengan
 isu-isu internasional
 Setelah 'digarap' oleh Claudine - sang mentor -
 Perkins melihat dirinya
 sebagai seseorang yang 'lebih paham' dibanding orang
 lain (di halaman 55 dia
 tulis begini: It seemed that a glorified title or a
 PhD did little to help a
 person understand the plight of a leper living
 beside .)
 
 Dalam buku itu, Perkins sedang menceritakan bahwa
 selepas lulus dari BS dia
 diterima menjadi relawan di Peace Corps. Lembaga itu
 minta dia pergi ke
 Equador yang dia kira (sebagai orang yang baru lulus
 S1) berada di Afrika.
 Nothing wrong with this fact, I guess.
 Lagian konteks cerita ini berada dalam ranah 'latar
 belakang' sejarah
 perjalanan hidupnya, sebelum dia 'digarap' atau
 menceburkan diri (?).
 
 Perkins juga orang yang menyadari 'kebenaran'
 analisis Howard - teman satu
 timnya - tentang pertumbuhan listrik di Jawa (saat
 itu) yang tidak akan
 lebih progresif dibanding di Boston sekitar 7-9%
 pertahun atau bahkan 6% per
 tahun. Perkins menulisnya seperti ini:Part of me
 suspected he (Howard) was
 right, but I felt defensive (hal 31) 
 
 Dalam buku itu diceritakan sebagai EHM dia harus
 menyebut perkiraan
 pertumbuhan kelistrikan berada di dua digit! Jadi,
 walaupuan dia 'memahami'
 analisis Howard, dia toh harus menulis laporan yang
 ABS. Maka dalam
 laporannya dia tulis begini (halaman 54):
 a growth in electric demand averaging 19
 percent per annum for twelve
 years after the new system was completed, tapering
 down to 17 percent for
 eight more years, and then holding at 15 percent for
 the remainder of the
 twenty-five-year projection.
 Dia merasa nyaman dengan angka-angka itu, Karena dia
 ingat pesan Claudine
 (hal 54): Who can see twenty-five years into the
 future? Your guess is as
 good as theirs. Confidence is everything 
 
 Jadi, teman-teman harus membaca buku itu. Menarik!
 Sila simpulkan sendiri.
 Saya tidak membela Perkins, saya hanya kurang setuju
 jika orang terlalu bias
 dalam menilai sesuatu.
 
 Apakah bukunya berisi kebenaran?
 Setiap buku yang menguak sejarah punya fakta dan
 klaim sendiri. Kita perlu
 melakukan cross posting yang bijak sana dan juga
 bijak sini.
 
 Mangga,
 Asuntana
 ===
 
 -Original Message-
 From: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
 Of A Nizami
 Sent: Tuesday, June 21, 2005 7:08 PM
 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 Subject: Re: [ekonomi-nasional] Siapa John Perkins -
 Confession of an
 Economic Hit Man ?
 
 Saya pernah berdebat beberapa kali dengan Poltak
 Hotradero. Menurut pendapat saya, dia itu sangat
 neoliberalis. Dalam pandangannya (ketika diskusi),
 Indonesia tidak mampu mengelola kekayaan alam
 sendiri.
 Oleh karena itu biar asing yang mengelola.
 Privatisasi
 semua BUMN agar manajemennya bagus. Begitu katanya.
 
 
 
 --- Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Ingat nggak beberapa waktu ini kita rame diskusi
  ttg John Perkins ini, di banyak milis Indonesia,
  summarynya juga disebarluaskan.  Kwik bahkan
  menulis khusus ttg buku ini.
  
  Namun demikian banyak pertanyaan ttg sosok ini,
  dan kebenaran fakta yang ada dalam bukunya.
  Silakan dibaca berikut ini.  Bagi yang bisa
  memberikan
  informasi lebih jelas dan akurat silakan di
 sharing.
  
  salam,
  Ari Condro
  
  
  - Original Message 

[ekonomi-nasional] FW: Seminar: Pemberantasan Korupsi (free of charge -- limited seats)

2005-06-22 Terurut Topik Info UPH
 

Program Pascasarjana Universitas Pelita Harapan

mengundang dengan hormat Bapak/Ibu/Sdr untuk hadir dalam acara

 

Leadership  Business Seminar, dengan tema:

 

”Pemberantasan Korupsi (Masalah  Prospek Suksesnya) 

Lima Tahun Mendatang”

 

Pembicara:

Bapak Singgih, SH (Mantan Jaksa Agung RI)

 

 

Acara ini akan diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juni 2005

Pukul : 12.00 - 14.30 BBWI

Tempat : Kampus Pascasarjana UPH

Wisma Slipi Lt. 2 (ex. Wisma Bisnis Indonesia)

Jl. Letjen S. Parman Kav. 12

Jakarta Barat

 

 

 

 

Bagi Bapak/Ibu/Sdr yang berminat untuk mengikuti seminar tersebut di atas,
dapat menghubungi ibu Shinta di (021) 5307130/41 atau mendaftarkan diri
secara langsung dengan me-reply email ([EMAIL PROTECTED]) ini dengan
mencantumkan Nama, Asal Perusahaan, Posisi, No. Telp/HP, Fax dan email
Bapak/Ibu/Sdr sekalian. 

 

Peserta tidak dipungut biaya. Tempat terbatas.

Pendaftaran paling lambat tgl 27 Juni 2005.

 

Besar harapan kami, Bapak/Ibu/Sdr dapat meluangkan waktu untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan kami ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan
terima kasih.

 

 

Salam,

 

 

 

Adeline Monike

Marketing  Admission Manager

 

 

  

UJIAN SARINGAN MASUK PASCASARJANA UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – Rabu 6 Juli
2005, Jam 17.00-21.00  Sabtu 23 Juli 2005, Jam 08.30-12.00 di Kampus UPH
Slipi.

Kelas baru dimulai 1 Agustus 2005.

 

If you do not want receive this newsletter again, please reply on this
message with word ‘remove’ in subject line

This e-mail is for the designated recipient only and may contain privileged
or confidential information. 

If you are not the intended recipient, you are hereby notified that any use,
dissemination, distribution, or reproductuion of this email is prohibited.

If you have received it in error, please notify the sender immediately and
delete the original.

Any views espressed in this e-mail are of the sender and may not necessarily
reflect the views of Universitas Pelita Harapan

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]



Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/