[GELORA45] Ceramah Paling Menggetarkan Jiwa Dari Kh Syukron Ma'mun Gurunya Ma'ruf Amin 106,792 views•Oct 19, 2020 2.1K 51 SHARE SAVE KAJIAN ASWAJA Ceramah Paling Menggetarkan Jiwa Dari Kh Syukron Ma'm

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
*https://www.youtube.com/watch?v=n3r8oL2BGGI
*


[GELORA45] Fitnah Politikus AS terhadap Inisiatif Sabuk dan Jalan ; Tiongkok Undang Teman Mancanegara Berjalan-jalan ke Xinjiang

2020-10-27 Terurut Topik ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]


 Fitnah Politikus AS terhadap Inisiatif Sabuk dan Jalan


 Merupakan Penghinaan kepada Dirinya Sendiri

http://indonesian.cri.cn/20201027/7f873503-d378-b90b-26d1-cd99a25c2a03.html
2020-10-27 10:53:39

Baru-baru ini Mike Pompeo berkali-kali mencoreng Tiongkok di ajang 
internasional, terus menyebarkan kebohongan tentang “perangkap hutang” 
yang diakibatkan Inisiatif Sabuk dan Jalan, tujuannya adalah  mengganggu 
kerja sama negara-negara lain dengan Tiongkok, hal ini telah menimbulkan 
antipati umum dari masyarakat internasional.


Inisiatif Sabuk dan Jalan adalah produk publik global yang disediakan 
Tiongkok kepada masyarakat internasional. Sejak inisiatif itu dicetuskan 
pada tahun 2013, Tiongkok selalu mengembangkan kerja sama dengan 
negara-negara berkembang di atas dasar saling menghormati, kesetaraan 
dan kemenangan bersama,  menyediakan bantuan sebatas kemampuan tanpa 
syarat politik apa pun, di mana telah berhasil mendorong pertumbuhan 
ekonomi dan masyarakt serta kesejahteraan setempat, maka disambut baik 
berbagai pihak. Sejauh ini belum ada satu negara pun yang terjerumus 
dalam apa yang disebut sebagai “perangkap hutang” akibat kerja sama 
dengan Tiongkok. Terhitung sampai bulan Mei lalu,  totalnya terdapat 138 
negara dan 30 organisasi internasional sudah menandatangani 200 dokumen 
kerja sama dengan Tiongkok tentang pembangunan bersama Sabuk dan Jalan. 
Itulah kepercayaan dan dukungan nyata dari masyarkat internasional 
kepada inisiatif Sabuk dan Jalan.


Sebaliknya, menurut data IMF, terhitung sampai akhir tahun 2019, sekitar 
40 persen negara-negara Afrika jatuh ke dalam kesulitan hutang, akan 
tetapi kebanyakan kreditornya dari bank dan perusahaan  negara-negara 
Eropa dan Amerika Serikat (AS). Siapalah yang menyeret negara-negara 
Afrika ke dalam perangkap hutang? Negara-negara Barat yang dipimpin AS 
itu harus bertanggung jawab.


Kini, wabah Covid-19 telah membawakan dampak serius kepada ekonomi 
global. Untuk membantu banyak negara-negara berkembang yang sedang 
menghadapi tekanan ekonomi, Tiongkok aktif memprakarsai dan mengikuti 
Rencana G20 tentang Penundaan Pembayaran Hutang, sementara itu berupaya 
mendorong proyek infrastruktur dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan untuk 
memperdayakan negara-negara berkembang. Hal ini menandakan bahwa 
Inisiatif Sabuk dan Jalan bukanlah “perangkap” yang  menimbulkan 
kesulitan hutang, sedangkan adalah solusi untuk mewujudkan pembangunan.




 Tiongkok Undang Teman Mancanegara Berjalan-jalan ke Xinjiang

http://indonesian.cri.cn/20201027/2359928e-f65e-5a6c-779b-c1c2d26a3e78.html
2020-10-27 10:55:08

Pada tanggal 19-22 Oktober lalu, para dubes dan diplomat dari 20 negara 
Arab dan Liga Arab untuk Tiongkok mengunjungi Xinjiang. Juru Bicara 
Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian hari Senin kemarin (26/10) 
menyatakan, pembangunan ekonomi dan sosial serta prestasi pengentasan 
kemiskinan di Xinjiang, persatuan dan harmoni berbagai etnis serta 
kemajuan usaha HAM di Xinjiang, hasil anti-terorisme dan deekstremisme 
di Xinjiang telah disaksikan semua orang. Pihak Tiongkok menyambut 
teman-teman mancanegara termasuk yang dari Arab dan negara-negara Islam 
berjalan-jalan ke Xinjiang, dan menceritakan keadaan  Xinjiang yang 
nyata, indah dan pesona kepada dunia.


Rombongan tersebut berkunjung ke perusahaan, sekolah, program 
pengentasan kemiskinan dan komunitas basis setempat, sempat mengadakan 
pembicaraan tatap muka dengan penduduk desa, secara mendalam mengenal 
keadaan kestabilan sosial, kesetaraan dan persatuan nasional, perbaikan 
kehidupan rakyat dan pembangunan ekonomi di Xinjiang. Rombongan itu juga 
menuju pondok pesantren dan mesjid untuk mengenal situasi perlindungan 
kebebasan pada kepercayaan dan agama di Xinjiang. Para diplomat menilai 
positif prestasi perkembangan ekonomi, sosial dan usaha HAM di Xinjiang. 
Ada yang menunjukkan, kebohongan dunia luar mengenai keadaan HAM 
Tiongkok dan Xinjiang sama sekali tidak berdasar. Mereka berpendapat, 
pengalaman Xinjiang di bidang anti-terorisme dan deekstremisme patut 
dibelajari, dan banyak anggota rombongan beramai-ramai menyatakan akak 
memberikan kontribusi kepada kerja sama pragmatis antara negara-negara 
Arab dan Xinjiang.






[GELORA45] Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran Rakyat

2020-10-27 Terurut Topik ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]


 Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran Rakyat

Selasa , 27 Oktober 2020 | 19:00
https://www.sinarharapan.co/opinidaneditorial/read/25750/komunisme_bukan_jalan_menuju_kemakmuran_rakyat
Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran Rakyat
Sumber Foto RMOLJatim
Ilustrasi
POPULER
Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran Rakyat 
Ancaman 
Menjadi Peluang, Surat Hutang Obligasi Berkelanjutan 


Listen to this

*Oleh Taufik Darusman*

Pada 1961, ketika saya berusia 12 tahun, ayah saya, seorang diplomat 
karir, ditugaskan di KBRI Beograd, (ketika itu) Yugoslavia. Di bawah 
tangan besi Josip Broz Tito, Yugoslavia menganut paham komunisme namun 
tidak berafiliasi kepada Uni Soviet maupun China. Posisi ini berarti 
negeri ini berada di luar apa yang dikenal sebagai Tirai Besi, dan 
memiliki cukup wibawa untuk memprakarsai, pada 1961, Gerakan Non-Blok 
(GNB) bersama Presiden Soekarno dan beberapa pemimpin Asia dan Afrika.


Saya tidak berpretensi menguasai seluk-beluk komunisme sebagai sebuah 
paham. Yang pasti, seperti saya sehari-hari saksikan sendiri di 
Yugoslavia dan kemudian hari di Uni Soviet, komunisme bukanlah jalan 
bagi suatu negara mana pun untuk mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.


Selama enam tahun di Yugoslavia (1961-1967), setiap musim panas kami 
sekeluarga berlibur ke salah satu negara tetangga non-komunis, yaitu 
Austria, Italia dan Yunani. Saya menyaksikan sendiri betapa 
ketinggalannya Yugoslavia dari mereka – dalam segala bidang. Orang 
Yugoslavia tidak kalah cerdas, rajin maupun inovatif dibandingkan dengan 
para tetangganya. Yang menghambat kemajuan mereka, tampaknya, adalah 
sistem pemerintahannya yang berbasis komunisme – suatu sistem yang 
memasung kreatifitas dan kewirausahawan.


Tidak mengherankan bahwa tak lama setelah Tito wafat, pada usia 88 tahun 
(1980), rakyatnya memilih untuk pecah kongsi menjadi beberapa negara 
independen yang bebas dari komunisme. Cukup sudah, menurut anggapan 
mereka, hidup dengan sebuah ideologi yang tidak menghasilkan 
kesejahteraan yang berarti.


Pada pertengahan 1970an ayah menjabat sebagai duta besar di Moskow (Uni 
Soviet) dan saya beberapa kali mengunjungi negara itu, bahkan sempat ke 
pusat teknologinya yang megah di Irkuts. (Letaknya demikian jauh di 
bagian timur sehingga koridor waktunya sama dengan Indonesia.) Ketika 
itu saya berkuliah dan bekerja di Negeri Belanda. Setiap musim panas 
saya terbang sekitar dua jam dari Schiphol (Amsterdam) dan mendarat di 
Moskow. Saya menyaksikan betapa tajamnya kontras tingkat kemakmuran 
antara kedua kota itu.


Pemandangan ibu-ibu, bahkan bapak-bapak, mengantri untuk membeli 
sembako, terutama roti, sangat jamak di Moskow. (Ini mengingatkan saya 
pada antrian minyak tanah di Indonesia pada awal 1960an.) Di jalan-jalan 
raya yang tampak hanya mobil-mobil buatan Soviet yang desiannya tidak 
menarik dan merek Fiat versi negara itu. Kalau ada merek lain, itu hanya 
milik kedutaan asing.


Tapi jangan salah, ayah mengingatkan saya, bangsa Soviet bukanlah tidak 
cerdas. Mereka adalah salah satu dari sedikit negara (ketika itu) yang 
memiliki bom atom, dan lebih dahulu dari AS dalam meluncurkan satelit 
dan mengorbitkan astronaut (atau kosmonaut, istilah Soviet) ke ruang 
angkasa. Dan tidak kalah penting, mungkin, negara itu memiliki 
grandmaster catur terbanyak di dunia.


Kalau ada yang menganggap komunisme menghapus kelas masyarakat yang 
berbeda-beda, pikirlah kembali: di Uni Soviet, para pemimpin partai 
memiliki akses ke toko-toko khusus untuk membeli barang-barang luar 
negeri, dan beberapa ruas jalan di dalam kota hanya boleh dilewati elit 
penguasa. Mereka juga mendapatkan perawatan kesehatan yang jauh lebih 
baik ketimbang yang dinikmati warga biasa, dan memiliki vila-vila mewah 
(/dacha/) di luar Moskow.


*Label*

Sebagai catatan, Rusia, bahkan China pun secara praktis sudah 
mencampakkan komunisme. Dewasa ini kedua negara tersebut dapat dikatakan 
hanya berpura-pura menganutnya dan berbasa-basi saja menyanjung sistem 
tersebut. Kedua negara itu, demikian juga benteng-benteng komunisme 
kelas teri seperti Kuba dan Korea Utara, menggunakan komunisme sebagai 
suatu “label” atau identitas saja yang dianggap akan membedakan mereka 
dari apa yang dikenal sebagai negara-negara kapitalis seperti AS, 
Inggris atau Perancis.


Pada 1990, atas undangan kedubes Uni Soviet di Jakarta saya diundang ke 
Moskow dan Leningrad (dulu St. Peterburg dan kini kembali bernama itu) 
untuk menyaksikan hasil dari/glasnost/(keterbukaan) 
dan/perestroika/(restrukturisasi ekonomi), anjungan reformasi kembar 
yang diprakarsai Mikhail Gorbachev. Ketika itu komunisme masih merupakan 
identitas politik negara itu, namun peranan sektor swasta, sesuatu yang 
merupakan pantangan dalam sistem komunisme yang menekankan 

[GELORA45] Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran Rakyat

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
*https://www.sinarharapan.co/opinidaneditorial/read/25750/komunisme_bukan_jalan_menuju_kemakmuran_rakyat
*

Komunisme Bukan Jalan Menuju Kemakmuran RakyatSelasa , 27 Oktober 2020 |
19:00

 *Oleh Taufik Darusman*

Pada 1961, ketika saya berusia 12 tahun, ayah saya, seorang diplomat karir,
ditugaskan di KBRI Beograd, (ketika itu) Yugoslavia. Di bawah tangan besi
Josip Broz Tito, Yugoslavia menganut paham komunisme namun tidak
berafiliasi kepada Uni Soviet maupun China. Posisi ini berarti negeri ini
berada di luar apa yang dikenal sebagai Tirai Besi, dan memiliki cukup
wibawa untuk memprakarsai, pada 1961, Gerakan Non-Blok (GNB) bersama
Presiden Soekarno dan beberapa pemimpin Asia dan Afrika.

Saya tidak berpretensi menguasai seluk-beluk komunisme sebagai sebuah
paham. Yang pasti, seperti saya sehari-hari saksikan sendiri di Yugoslavia
dan kemudian hari di Uni Soviet, komunisme bukanlah jalan bagi suatu negara
mana pun untuk mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.

Selama enam tahun di Yugoslavia (1961-1967), setiap musim panas kami
sekeluarga berlibur ke salah satu negara tetangga non-komunis, yaitu
Austria, Italia dan Yunani. Saya menyaksikan sendiri betapa ketinggalannya
Yugoslavia dari mereka – dalam segala bidang. Orang Yugoslavia tidak kalah
cerdas, rajin maupun inovatif dibandingkan dengan para tetangganya. Yang
menghambat kemajuan mereka, tampaknya, adalah sistem pemerintahannya yang
berbasis komunisme – suatu sistem yang memasung kreatifitas dan
kewirausahawan.

Tidak mengherankan bahwa tak lama setelah Tito wafat, pada usia 88 tahun
(1980), rakyatnya memilih untuk pecah kongsi menjadi beberapa negara
independen yang bebas dari komunisme. Cukup sudah, menurut anggapan mereka,
hidup dengan sebuah ideologi yang tidak menghasilkan kesejahteraan yang
berarti.

Pada pertengahan 1970an ayah menjabat sebagai duta besar di Moskow (Uni
Soviet) dan saya beberapa kali mengunjungi negara itu, bahkan sempat ke
pusat teknologinya yang megah di Irkuts. (Letaknya demikian jauh di bagian
timur sehingga koridor waktunya sama dengan Indonesia.) Ketika itu saya
berkuliah dan bekerja di Negeri Belanda. Setiap musim panas saya terbang
sekitar dua jam dari Schiphol (Amsterdam) dan mendarat di Moskow. Saya
menyaksikan betapa tajamnya kontras tingkat kemakmuran antara kedua kota
itu.

Pemandangan ibu-ibu, bahkan bapak-bapak, mengantri untuk membeli sembako,
terutama roti, sangat jamak di Moskow. (Ini mengingatkan saya pada antrian
minyak tanah di Indonesia pada awal 1960an.) Di jalan-jalan raya yang
tampak hanya mobil-mobil buatan Soviet yang desiannya tidak menarik dan
merek Fiat versi negara itu. Kalau ada merek lain, itu hanya milik kedutaan
asing.

Tapi jangan salah, ayah mengingatkan saya, bangsa Soviet bukanlah tidak
cerdas. Mereka adalah salah satu dari sedikit negara (ketika itu) yang
memiliki bom atom, dan lebih dahulu dari AS dalam meluncurkan satelit dan
mengorbitkan astronaut (atau kosmonaut, istilah Soviet) ke ruang angkasa.
Dan tidak kalah penting, mungkin, negara itu memiliki grandmaster catur
terbanyak di dunia.

Kalau ada yang menganggap komunisme menghapus kelas masyarakat yang
berbeda-beda, pikirlah kembali: di Uni Soviet, para pemimpin partai
memiliki akses ke toko-toko khusus untuk membeli barang-barang luar negeri,
dan beberapa ruas jalan di dalam kota hanya boleh dilewati elit penguasa.
Mereka juga mendapatkan perawatan kesehatan yang jauh lebih baik ketimbang
yang dinikmati warga biasa, dan memiliki vila-vila mewah (*dacha*) di luar
Moskow.

*Label*

Sebagai catatan, Rusia, bahkan China pun secara praktis sudah mencampakkan
komunisme. Dewasa ini kedua negara tersebut dapat dikatakan hanya
berpura-pura menganutnya dan berbasa-basi saja menyanjung sistem tersebut.
Kedua negara itu, demikian juga benteng-benteng komunisme kelas teri
seperti Kuba dan Korea Utara, menggunakan komunisme sebagai suatu “label”
atau identitas saja yang dianggap akan membedakan mereka dari apa yang
dikenal sebagai negara-negara kapitalis seperti AS, Inggris atau Perancis.

Pada 1990, atas undangan kedubes Uni Soviet di Jakarta saya diundang ke
Moskow dan Leningrad (dulu St. Peterburg dan kini kembali bernama itu)
untuk menyaksikan hasil dari *glasnost* (keterbukaan) dan
*perestroika* (restrukturisasi
ekonomi), anjungan reformasi kembar yang diprakarsai Mikhail Gorbachev.
Ketika itu komunisme masih merupakan identitas politik negara itu, namun
peranan sektor swasta, sesuatu yang merupakan pantangan dalam sistem
komunisme yang menekankan perencanaan pusat (*central planning*), mulai
memegang peranan. Saya merasakan semangat dan gairah baru dalam jiwa orang
Soviet – mereka tampak lebih gembira, sehat dan bergairah.

20 Tahun kemudian, pada 2010, saya diajak Ketua DPD (ketika itu) Irman
Gusman turut serta dalam rombongannya melakukan kunjungan resmi ke Moskow.
(Ketika itu Uni Soviet sudah pecah menjadi beberapa negara independen 

[GELORA45] Fwd: These garment workers in Myanmar need our help today

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
-- Forwarded message -
From: LabourStart 
Date: Fri, Oct 23, 2020 at 12:24 PM
Subject: These garment workers in Myanmar need our help today
To: Hendrik 


Please take a minute to support the online campaign
View this email in your browser

[image: "The pandemic is not an excuse to attack workers."]
*I'm
not sure if you saw this message which we sent out last week.  This
campaign has 5,680 supporters - but we need many more of you to sign up in
order to force these companies to do right by the workers in Myanmar.  If
you have supported the campaign - thank you!  If you haven't yet, please
read on ...*

Around 200 unionized workers who make sports equipment for Wilson, Mizuno,
and CCM Hockey at factories in Yangon, Myanmar, were fired after they
demanded Covid-19 safety measures.

The union president was stabbed by company thugs.

*This is union-busting and it must stop now. *

Despite the union reaching out, the brands have refused to intervene or
mediate.

Join us in calling on the brands to take responsibility.

*Please take a minute to send your message of protest now - click here.
*

*And please share this message with your friends, family and fellow union
members.*

Thank you!



Eric Lee
[image: Twitter]

[image: Facebook]

[image: Website]

[image: Email] 
[image: LinkedIn]

[image: Instagram]

*Copyright © 2020 LabourStart, All rights reserved.*
You are receiving this message because you opted in on our website or
through on of our online campaigns in support of workers' rights.

*Our mailing address is:*
LabourStart
27 Muswell Hill Place
London, London N10 3RP
United Kingdom

Add us to your address book



Want to change how you receive these emails?
You can update your preferences

or unsubscribe from this list
.


[image: Email Marketing Powered by Mailchimp]



Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 Sekedar klarifikasi untuk semuanya, anak saya bermain piano karena memang 
suka. Tahun ini karena Covid-19 tidak memungkinkan untuk les dengan guru tetapi 
toh tetap latihan sendiri dan belajar lagu2 baru walaupun tanpa guru.
Memang benar waktu main seperti hafalan karena memang lagi menghafal lagu itu, 
setelah hafal tanpa lihat score lagi biasanya baru sedikit improvisasi main 
sesuai dgn mood. Tetapi ya itulah setelah menguasai satu lagu kemudian pindah 
kelagu lainnya lagi, seperti misalnya sekarang ini baru saja selesai / bisa 
main Chopin Etude Revolutionary eh sudah ganti Etude Torrent jadinya ya bermain 
dgn perasaan agak tertinggal. 
On Tuesday, October 27, 2020, 09:23:37 AM PDT, 'nesare' nesa...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
 


Mendingan gak usah disimpan link nya. Percuma wong gak bakalan ngerti.

Paling2 nanti komentarnya: DUNGU, DUNGU, DUNGU.

Oh ini bahasanya RG. Kalo ente bahasanya: OON, OON, OON.

  

Hanya saja setelah suka ngata2in orang lain DUNGU dan OON, lalu dibalikin orang 
ngata2in ente DUNGU dan OON, eh jebulnya marah hehehe.

  

Lagi ngomongin yg santai2 ttg bible = non fiction saja, ente stop, eh ngumpet 
deh.

  

Payah skrng mau ngibul mau ngerti omongannya Stiglitz. Iiii lucu akh.

Sono mendingan ente mendera, menyiksa anak ente maen piano aja. Tapi ngomong2 
ada kemajuan dak anaknya maen piano  itu. Sudah disiksa dipaksa, eh jebulnya 
maennya biasa2 saja kayak hapalan tanpa emosi. Persis yg menyiksa asbun gak ada 
perasaan. Hehehehe.

  

Nesare

  

  

From: GELORA45@yahoogroups.com  
Sent: Tuesday, October 27, 2020 11:18 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
(bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

  

  

waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya 

bandinginnya mbok ya jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin 
sama Luhut

  

  

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote: 

  

  

  

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.

  

How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School

  

| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
| 

 | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School
 |

 |

 |


  

  

  


 

  

[GELORA45] The CIA and Chile: Anatomy of an Assassination

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
*https://nsarchive.gwu.edu/briefing-book/chile/2020-10-22/cia-chile-anatomy-assassination
*

Mungkin menarik untuk dibaca.


Re: [GELORA45] Fwd: drone ‘revolution’ in agriculture

2020-10-27 Terurut Topik 'B.H. Jo' b...@yahoo.com [GELORA45]
Bung Djie,
Setahu saya, AS dan Kanada masih kalah ttg penggunaan drone di bidang yg bukan 
militer. Dan pabrik pembuatan drone yg terbesar di dunia adalah di Tiongkok.
Salam,BH Jo

Sent from Yahoo Mail on Android 
 
  On Tue, Oct 27, 2020 at 12:27 PM, kh djie dji...@gmail.com 
[GELORA45] wrote:       


Apakah petani Indonesia belum membutuhkan drone untuk menyebar benih dan 
pesticide?
-- Forwarded message -
Date: di 27 okt. 2020 om 16:40
Subject: drone ‘revolution’ in agriculture




China experiencing adrone ‘revolution’ in agriculture

Farmers are becoming proficient drone pilots, as they monitortheir crops, 
distribute seeds and fertilize more efficiently

By DAVE MAKICHUKOCTOBER 26, 2020

China experiencing a drone ‘revolution’ in agriculture


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
China experiencing a drone ‘revolution’ in agriculture

While China is leading the way in military uses for drones, it is facing a 
revolution of sorts in another sector...
 |

 |

 |

https://asiatimes.com/2020/10/china-experiencing-a-drone-revolution-in-agriculture/




  #yiv2715106845 #yiv2715106845 -- #yiv2715106845ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845ygrp-mkp #yiv2715106845hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-mkp #yiv2715106845ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-mkp .yiv2715106845ad 
{padding:0 0;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-mkp .yiv2715106845ad p 
{margin:0;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-mkp .yiv2715106845ad a 
{color:#ff;text-decoration:none;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-sponsor 
#yiv2715106845ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845ygrp-sponsor #yiv2715106845ygrp-lc #yiv2715106845hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845ygrp-sponsor #yiv2715106845ygrp-lc .yiv2715106845ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv2715106845 #yiv2715106845actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv2715106845
 #yiv2715106845activity span {font-weight:700;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv2715106845 #yiv2715106845activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv2715106845 #yiv2715106845activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv2715106845 #yiv2715106845activity span 
.yiv2715106845underline {text-decoration:underline;}#yiv2715106845 
.yiv2715106845attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv2715106845 .yiv2715106845attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv2715106845 .yiv2715106845attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv2715106845 .yiv2715106845attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv2715106845 .yiv2715106845attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv2715106845 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv2715106845 .yiv2715106845bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv2715106845 
.yiv2715106845bold a {text-decoration:none;}#yiv2715106845 dd.yiv2715106845last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2715106845 dd.yiv2715106845last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2715106845 
dd.yiv2715106845last p span.yiv2715106845yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv2715106845 div.yiv2715106845attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv2715106845 div.yiv2715106845attach-table 
{width:400px;}#yiv2715106845 div.yiv2715106845file-title a, #yiv2715106845 
div.yiv2715106845file-title a:active, #yiv2715106845 
div.yiv2715106845file-title a:hover, #yiv2715106845 div.yiv2715106845file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv2715106845 div.yiv2715106845photo-title a, 
#yiv2715106845 div.yiv2715106845photo-title a:active, #yiv2715106845 
div.yiv2715106845photo-title a:hover, #yiv2715106845 
div.yiv2715106845photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv2715106845 
div#yiv2715106845ygrp-mlmsg #yiv2715106845ygrp-msg p a 
span.yiv2715106845yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv2715106845 
.yiv2715106845green {color:#628c2a;}#yiv2715106845 .yiv2715106845MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv2715106845 o {font-size:0;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845photos div {float:left;width:72px;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845photos div div {border:1px solid 
#66;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845photos div label 
{color:#66;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv2715106845
 #yiv2715106845reco-category {font-size:77%;}#yiv2715106845 
#yiv2715106845reco-desc {font-size:77%;}#yiv2715106845 .yiv2715106845replbq 
{margin:4px;}#yiv2715106845 #yiv2715106845ygrp-actbar div 

[GELORA45] Fwd: drone ‘revolution’ in agriculture

2020-10-27 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Apakah petani Indonesia belum membutuhkan drone untuk menyebar benih dan
pesticide?
-- Forwarded message -
Date: di 27 okt. 2020 om 16:40
Subject: drone ‘revolution’ in agriculture



*China experiencing a drone ‘revolution’ in agriculture*

Farmers are becoming proficient drone pilots, as they monitor their crops,
distribute seeds and fertilize more efficiently

*By DAVE MAKICHUK *OCTOBER 26,
2020

China experiencing a drone ‘revolution’ in agriculture


China experiencing a drone ‘revolution’ in agriculture

While China is leading the way in military uses for drones, it is facing a
revolution of sorts in another sector...

https://asiatimes.com/2020/10/china-experiencing-a-drone-revolution-in-agriculture/


[GELORA45] Malampertama: Kisah pernikahan para perempuan yang hancur karena dianggap tidak perawan

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Mengapa hanya orang perempuan dites keperawanan? Apakah masih terus
dilakukan tes keperawanan kepada mereka yang mau menjadi "Polwan"?

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50216471



*Malam pertama: Kisah pernikahan para perempuan yang hancur karena dianggap
tidak perawan*

   -

   Hevar Hasan
   -

   BBC Arabic

29 Oktober 2019

[image: Bride in wedding gown]

SUMBER GAMBAR,
GETTY IMAGES

*Pernikahan semestinya menjadi sesuatu yang paling diidamkan semua orang.
Namun bagi sebagian perempuan di beberapa negara, "perayaan" ini bisa
menjadi pengalaman traumatis, dan tidak bisa melupakan malam pertama karena
berbagai alasan keliru.*

Di Arab dan negara-negara yang berpenduduk Muslim, para perempuan
diharuskan menjaga keperawanan mereka sampai menikah nanti.

BBC Arabic mewawancarai para perempuan dari berbagai latar belakang sosial,
tentang bagaimana dampak malam pertama dan kurangnya pendidikan seks
mempengaruhi kehidupan pernikahan mereka selanjutnya.

Berikut ini adalah potret para perempuan dari berbagai kalangan usia, yang
kehidupannya berbalik setelah mereka menikah.

   -

   Tes keperawanan untuk pengantin baru, aktivis India luncurkan gerakan
   hentikan praktik 'menghina'
   
   -

   Vaginismus: 'Tubuh saya tidak mengizinkan saya berhubungan seksual'
   
   -

   Satu dari 10 perempuan di Inggris kesakitan saat berhubungan seks
   

*Somayya - 23* *tahun*

[image: A woman sitting on a bed and staring down]

SUMBER GAMBAR,
GETTY IMAGES

Somayya sudah lama bersitegang dengan keluarganya, karena orang tuanya
tidak mengizinkan dirinya menikahi Ibrahim, laki-laki yang sangat ia cintai
dan bisa dianggap seorang calon suami ideal untuk para gadis remaja.

Ia tidak tahu bahwa begitu mimpinya terwujud, ia harus siap dengan sebuah
kejutan besar.

Rasa cinta lenyap begitu saja saat mereka menghabiskan malam pertama,
karena sang suami diliputi rasa curiga tentang apakah Somayya masih
"perawan" atau tidak.

Sommaya, 23 tahun sebentar lagi akan menyelesaikan studinya untuk meraih
gelar di bidang Sastra Arab di Universitas Damaskus, Suriah. Namun,
hari-harinya disibukkan dengan Ibrahim, yang berjanji tidak akan
menghalangi ia menyelesaikan studinya dan menunggu hingga lulus.

Selain keluarga yang tidak mengizinkannya menikahi Ibrahim, Somayya juga
keras kepala karena ia belum lulus dan belum mempunyai rumah sendiri.

Ia menikahi Ibrahim berlandaskan keyakinannya akan cinta dan dukungan calon
suami. Ia membawa seluruh keluarganya, melangkah lebih jauh dengan
menyatakan bahwa ia akan bahagia tinggal bersama mertuanya, yang ia hormati
seperti ibunya sendiri.

Namun, Somayya terkejut saat menjalani malam pertamanya. Sang suami "dengan
penuh semangat dan tanpa memberinya waktu untuk mengatur nafasnya,
melakukan hubungan badan dengan langsung menembus selaput dara, ia mencari
pembenaran bahwa rasa cintalah yang mendorong semuanya".

"Saya menuruti keinginannya," kata Somayya, "dan, meski kelelahan, saya
patuh".
*Rasa cinta lenyap begitu saja*

[image: Crying bride]

SUMBER GAMBAR,
GETTY IMAGES

Rasa cinta dan kasih sayang sepertinya lenyap begitu saja. Raut wajahnya
langsung berubah, Somayya mengatakan ia tahu sang suami curiga kalau ia
sudah tidak perawan lagi setelah ia menyebut "tidak ada bercak darah.

Sebagian besar perempuan mengalami pendarahan, dengan tingkat berbeda, saat
selaput dara robek, namun, menurut para dokter dan ahli, perdarahan itu
tidak selalu terjadi pada semua perempuan.

Bentuk selaput dara itu beragam: beberapa hanya dapat ditembus dengan
tindakan operasi; namun ada juga yang bentuknya sangat tipis sehingga bisa
robek tanpa pendarahan. Ada juga beberapa anak gadis yang terlahir tanpa
selaput dara sama sekali, atau selaput dara mereka secara tidak sengaja
robek akibat cedera yang dialami selama masa kanak-kanak.

Somayya menggambarkan reaksi suaminya dengan mengatakan "ia menatap saya
seperti menancapkan belati di dada saya, ia secara tidak sengaja telah
membunuh saya".

"Ia bahkan tidak mau berbicara dengan saya. Saya merasa diabaikan dan saya
seolah-olah menjadi tersangka yang menunggu untuk diadili. Sebelum menikah,
kami telah membahas banyak hal," tambahnya, "bahkan malam pernikahan kami,
yang seharusnya menjadi malam terbaik dalam hidup kami ".

"Kami pikir kami sudah mengenal satu sama lain, namun semuanya sirna ketika
'tidak ada tanda-tanda keperawanan muncul'."
*Selembar kain berlumur darah*

[image: A woman sitting on a bed]

SUMBER GAMBAR,
GETTY IMAGES

Meski kejadian tersebut lumrah terjadi di lingkungannya, Somayya tak
menyangka ia akan mengalaminya sendiri. Karena ia menganggap perilaku kaum
remaja pria sudah berubah dan pandangan mereka berbeda terhadap generasi
kakek-neneknya, terutama karena tunangannya dari kalangan intelektual,
mempunyai pikiran terbuka dan lulusan universitas.

Namun saat sang suami menganjurkan pergi ke dokter 

[GELORA45] Menguji Dasar Sosiologis UU Cipta Kerja

2020-10-27 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 



https://news.detik.com/kolom/d-5230318/menguji-dasar-sosiologis-uu-cipta-kerja?tag_from=wp_cb_kolom_list




Kolom

Menguji Dasar Sosiologis UU Cipta Kerja

Umar Sholahudin - detikNews

Selasa, 27 Okt 2020 12:09 WIB
1 komentar
SHARE
URL telah disalin
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Indonesia Menggugat tutup 
Exit Tol Pasteur. Aksi itu digelar untuk menolak omnibus law UU Cipta Kerja.
Foto: Yudha Maulana
Jakarta -

Sebuah peraturan perundangan-undangan yang baik dan fungsional di masyarakat 
tidak hanya dituntut memiliki dasar pertimbangan filosofis dan yuridis yang 
kuat, tetapi juga pertimbangan sosiologis. Dalam perspektif sosiologis, perlu 
kita cermati dan kritisi bersama apakah UU Cipta Kerja yang menimbulkan 
kontroversi itu telah mempertimbangkan aspek sosiologis dan dinamika kekinian 
dan proyeksi ke depan yang memadai.

Pertimbangan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa UU Cipta Kerja memiliki 
dasar rasionalitas, validitas, dan visibilitas filosofis, yuridis, dan 
sosiologis yang paralel. Pertimbangan dan uji dasar sosiologis ini penting 
dilakukan untuk memastikan sebuah produk hukum akan dapat dapat diterima 
masyarakat dan diimplementasikan dengan efektif atau tidak, atau memiliki 
legitimasi sosial yang kuat di mata masyarakat.

Pertimbangan sosiologis penting untuk diajukan dan didialogkan karena; pertama, 
mengutip filosof Romawi, Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), ubi ius ibi 
societas, di mana ada hukum di situ ada masyarakat, atau sering kita sebut 
sebagai law in society (hukum dalam masyarakat). Ini memberi makna bahwa hukum 
tak dapat dilepaskan dari konteks sosial-masyarakatnya. Rahim dari hukum adalah 
masyarakat.

Kedua, karena bagaimanapun undang-undang muara terakhirnya adalah masyarakat. 
Bagaimana sebuah produk hukum jika ketika dalam proses dan pengesahannya 
mendapat protes dan penolakan dari masyarakat. Dipastikan, undang-undang 
tersebut ketika diimplementasikan akan tetap bermasalah dan tidak akan efektif 
dijalankan.

Legitimasi

Saat ini UU Cipta Kerja yang disahkan DPR pada 5 Oktober lalu masih terus 
mendapat protes dan penolakan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk kaum 
buruh. Aksi protes dan penolakan yang sangat keras dari berbagai elemen 
masyarakat dan meluas dari berbagai daerah menunjukkan bahwa UU Cipta Kerja ini 
memiliki daya legitimasi sosial yang rendah.

Hipotesis sosialnya: semakin tinggi dan luas tingkat penolakan dari masyarakat 
atas sebuah undang-undang, semakin rendah tingkat legitimasi sosialnya. Secara 
sosiologis, legitimasi sosial ini setidaknya terkait dengan tiga hal, yakni 
social materiality assessment, proses dan prosedur pembahasan, serta substansi 
yang diatur.

Pertama, social materiality assessment, ini terkait dengan bagaimana pemerintah 
bersama DPR menggali, memilah, dan memilih bahan-bahan sosial yang bersumber 
dari aspirasi dan fakta-fakta sosial yang ada dan berkembang untuk dijadikan 
sebagai roll materiality hukum dalam pembahasan RUU Cipta Kerja. Dalam konteks 
ini, DPR dan pemerintah kurang menangkap suasana kebatinan dari aspirasi dan 
kepentingan masyarakat yang akan dikonversi dalam norma-norma hukum.

Ada disparitas yang lebar antara basis sosial hukum (baca: masyarakat) dan 
norma hukum itu sendiri. Karena itu, wajar jika masyarakat memprotes da 
menolak. Roll materiality yang digali dan diformulasikan dalam bahan hukum 
lebih mengedepankan kepentingan elite (kekuasaan dan pengusaha) daripada 
kepentingan rakyat.

Kedua, lemah dalam proses dan prosedur pembahasan. Dalam proses pembahasan RUU 
Cipta Kerja, masyarakat menilai DPR kurang terbuka, transparan, dan 
partisipatif. Hal ini ditandai dengan waktu pembahasan yang dilakukan dengan 
menggunakan sistem "kejar tayang" dan terlalu buru-buru; dilakukan dalam 
kondisi keprihatinan pandemi Covid-19, sehingga keterlibatan masyarakat dalam 
proses pembuatannya sangat terbatas dan berakibat pada banyak pasal-pasal dalam 
UU yang bermasalah dan dipermasalahkan publik.

Selain tu, aspirasi dan kepentingan masyarakat/buruh untuk diakomodasi dalam UU 
Cipta Kerja justru di ujung dikhianati. Para anggota dewan dan pemerintah lebih 
mendengar dan mengakomodasi aspirasi dan kepentingan elite politik atau 
pengusaha dari pada aspirasi dan kepentingan buruh. Karena itu, wajar jika 
publik menilai, UU Cipta Kerja ini cacat prosedur.

Ketiga, lemah dari substansi yang diatur. Banyak dari materi yang diatur dalam 
UU Cipta Kerja ini mengandung dan mengundang masalah dan dipermasalahkan 
publik. Beberapa di antaranya; pertama, masalah pesangon. Pasal 89 Omnibus Law 
Cipta Kerja mengubah Pasal 156 ayat 1 UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK), 
di mana uang pesangon memang ada, tetapi tidak ada standar minimal dan uang 
penghargaan masa kerja, serta uang pengganti ditiadakan.

Pasal 156 ayat 12 hanya mengatur standar maksimal pesangon. Jadi pengusaha 
bebas memberikan uang pesangon di bawah standar UU Cipta kerja. Kedua, masalah 
Upah 

[GELORA45] Mewaspadai Pasal Pendidikan UU Cipta Kerja

2020-10-27 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 


https://news.detik.com/kolom/d-5230609/mewaspadai-pasal-pendidikan-uu-cipta-kerja?tag_from=wp_cb_kolom_list




Kolom

Mewaspadai Pasal Pendidikan UU Cipta Kerja

Rangga Asmara - detikNews

Selasa, 27 Okt 2020 14:47 WIB
0 komentar
SHARE
URL telah disalin
YOGYAKARTA, INDONESIA - SEPTEMBER 28: Kharisma Anisa Putri (14), uses her broke 
screen smartphone for studying online using free wifi provided by the village 
as to help parents with financial difficulties, they pay 30,000 Indonesian 
Rupiah or around (USD 2) per month amid the Coronavirus pandemic on September 
28, 2020 in Yogyakarta, Indonesia. According to the Indonesian Ministry of 
Education and Culture data nearly 70 million children have been affected by 
school shutdowns which started in mid-March. Since it closed on March 16, the 
school has implemented various methods and approaches to support distance 
learning. Even so, its implementation in the field still faces various 
obstacles. The problem is limited support facilities, such as laptops, smart 
phones, and internet data packages. In addition, parents also claim to not have 
enough time and feel they lack the knowledge to accompany children to learn 
online. Indonesia is struggling to contain thousands of new daily cases of 
coronavirus amid easing of rules to allow economic activity to resume. (Photo 
by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Foto ilustrasi: Ulet Ifansasti/Getty Images
Jakarta -

Upaya pemerintah meringkas berbagai peraturan untuk menumbuhkan iklim investasi 
usaha melalui skema Omnibus Law menambah daftar produk hukum kontroversial yang 
disahkan pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Meski begitu, Omnibus Law 
Undang-Undang (UU) Cipta Kerja digadang-gadang mampu mempercepat transformasi 
ekonomi nasional di tengah pelemahan ekonomi global akibat pandemi.

Gelombang penolakan Omnibus Law ini sudah menyeruak ke publik sejak masih 
menjadi RUU. Bukan hanya kluster ketenagakerjaan yang ramai dipersoalkan, 
kluster pendidikan yang sebelumnya dikatakan dihapuskan juga menjadi polemik. 
Semua pasal kluster pendidikan memang akhirnya sama sekali tak tercantum di UU 
Cipta Kerja yang disahkan, namun di paragraf 12 Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 
65 masih ada 1 pasal 2 ayat yang muncul.

Pasal itu berbunyi, "Pelaksanaan perizinan pada sektor pendidikan dapat 
dilakukan melalui perizinan berusaha sebagaimana dimaksud dalam undang-undang 
ini," pada ayat (1), dan "Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan perizinan pada 
sektor pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan 
Pemerintah," pada ayat (2).

Jika menilik pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 nomor 4, yang dimaksud dengan 
perizinan berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha untuk 
memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya. Sedangkan pada Pasal 1 
nomor 7, yang disebut pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha 
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang tertentu.

Selanjutnya soal definisi badan usaha diatur di Pasal 1 nomor 9. Yang dimaksud 
badan usaha adalah badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan 
hukum yang didirikan di wilayah NKRI dan melakukan usaha dan/atau kegiatan pada 
bidang tertentu.

Substansi dari pasal tersebut arahnya memberikan jalan dan kesempatan pada 
korporasi untuk masuk ke sistem pendidikan Indonesia. Dengan adanya UU Cipta 
Kerja, unit usaha yang berinvestasi di Indonesia dapat memperlebar usahanya 
melalui sektor pendidikan. Pasal tersebut membuat pemerintah mudah mengeluarkan 
kebijakan perizinan usaha di bidang pendidikan.

Gagal Paham

Sejatinya, menyebut izin pendirian lembaga pendidikan dengan istilah perizinan 
berusaha pada sektor pendidikan itu sendiri akan membuat publik menjadi gagal 
paham, karena izin usaha meliputi semua aspek kegiatan ekonomi sebagaimana 
tertuang dalam Pasal 1 huruf d UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar 
Perusahaan. Di dalamnya jelas dinyatakan, usaha adalah setiap tindakan, 
perbuatan, atau kegiatan apa pun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh 
setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

Tidak bisa dimungkiri, isi pasal pendidikan pada UU Cipta Kerja dapat memberi 
ruang kepada korporasi menjadi benar-benar pengelola komoditas pendidikan, 
dengan mengatur izin pendidikan sebagai izin usaha/bisnis profit bukan 
non-profit. Meskipun selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), 
namun PP adalah ranah otoritas kerja eksekutif, dibuat tanpa perlu persetujuan 
wakil rakyat dan lebih sulit dikontrol oleh publik.

Harus diakui, adanya perizinan berusaha dalam Pasal 65 akan menjadikan sektor 
pendidikan sebagai aktivitas ekonomi. Tren ekonomi abad ke-21, sektor jasa 
masih menjadi primadona. Dunia pendidikan adalah satu dari tiga sektor bisnis 
yang dianggap paling menjanjikan, selain teknologi informasi, dan wellness. 
Belum lagi Indonesia terikat pada komitmen internasional bahwa pendidikan masuk 
sektor jasa yang diakui oleh 

[GELORA45] Majelis Warga

2020-10-27 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1972-majelis-warga



Selasa 27 Oktober 2020, 05:00 WIB 

Majelis Warga 

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Majelis Warga MI/Ebet Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group. DIKTATOR 
konstitusional adalah gejala pembuatan undang-undang yang tidak melibatkan 
publik sama sekali. Begitu setidaknya definisi diktator konstitusional menurut 
pakar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie. Jimly yang kini juga anggota Dewan 
Perwakilan Daerah DKI Jakarta ini menyebut lima undang-undang disahkan tanpa 
melibatkan publik sama sekali. Kelimanya ialah Undang-Undang KPK, Undang-Undang 
Mineral dan Batu Bara, Undang-Undang Penanganan Covid-19, Undang-Undang 
Mahkamah Konstitusi, dan omnibus law Cipta Kerja. Sekretaris Jenderal 
Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mencatat sembilan pertemuan membahas 
Undang-Undang Cipta Kerja dengan mengundang serikat buruh. Itu artinya tidak 
tepat bila dikatakan publik sama sekali tidak dilibatkan dalam pembuatan 
Undang-Undang Cipta Kerja. Lalu, keterlibatan macam apa lagi yang Jimly 
kehendaki? Semoga Jimly tidak membayangkan pelibatan publik dalam pengambilan 
keputusan itu harus secara langsung, serupa demokrasi kuno di Yunani dan 
Romawi. Dalam demokrasi langsung, rakyat berpartisipasi secara langsung dalam 
setiap pengambilan keputusan. Di masa itu negara berbentuk negara kota yang 
penduduknya sedikit dan sederhana. Demokrasi langsung tidak bisa diterapkan di 
negara-bangsa berjumlah besar dan kompleks. Kita kemudian menciptakan demokrasi 
perwakilan. Rakyat memilih wakil mereka untuk duduk di lembaga perwakilan atau 
parlemen. Rakyat mewakilkan, menitipkan, atau memercayakan keterlibatan mereka 
dalam pengambilan keputusan kepada wakil-wakil yang telah mereka pilih itu. Ini 
yang disebut demokrasi modern. Demokrasi modern ialah demokrasi perwakilan. 
Dalam konteks demokrasi modern publik kiranya telah terlibat dalam pengambilan 
keputusan meski secara tidak langsung. Akan tetapi, dengan berbagai alasan, 
misalnya ketidakpercayaan DPR sungguh-sungguh membawakan aspirasi rakyat, 
publik menuntut terlibat langsung. Dalam Undang-Undang Cipta Kerja buruh 
kepingin terlibat langsung. Pemerintah, seperti kata Sekjen Kemenakertrans, 
sudah melibatkan serikat pekerja membahas RUU Cipta Kerja. Masih merasa kurang 
terlibat juga, para buruh melibatkan diri dalam unjuk rasa menolak 
Undang-Undang Cipta Kerja. Bukankah unjuk rasa juga bentuk keterlibatan dalam 
memengaruhi pengambilan keputusan? Bila keterlibatan itu gagal memengaruhi 
keputusan, itu perkara lain. Konstitusi juga membuka ruang bagi publik untuk 
terlibat memengaruhi pengambilan keputusan pengesahan undang-undang melalui uji 
materi ke Mahkamah Konstitusi. Bila uji materi diterima, alhamdulillah, puji 
Tuhan. Bila uji materi ditolak, konstitusi mengharuskan semua pihak menerima 
karena keputusan MK bersifat final dan mengikat. Bila sudah dilibatkan dalam 
pengambilan keputusan melalui perwakilan di DPR, serikat pekerja, unjuk rasa, 
uji materi ke MK, tetapi merasa tidak dilibatkan, barangkali karena aspirasi 
atau keinginan tak tercapai. Kita sering kali merasa tidak dilibatkan, meski 
sesungguhnya sudah dilibatkan, karena aspirasi kita tak kesampaian. Supaya 
merasa benar-benar dilibatkan dalam pengambilan keputusan, kita barangkali 
perlu membentuk majelis warga (citizen assembly). Majelis warga mengakomodasi 
ketidakpercayaan rakyat kepada wakil mereka di parlemen. Pew Research Centre 
menemukan 64% rakyat di 34 negara tidak percaya pejabat yang mereka pilih 
peduli dengan keinginan rakyat kebanyakan. Majelis warga ialah bentuk demokrasi 
deliberatif. Majelis warga terdiri atas, katakanlah, 100 orang. Mereka dipilih 
melalui mekanisme pemilihan tertentu untuk mewakili gender, usia, dan status 
sosial ekonomi. Mereka bertemu intensif membicarakan topik-topik penting, 
misalnya reformasi ketenagakerjaan danperubahan iklim. Mereka boleh mengundang 
berbagai kalangan untuk mendapat masukan. Majelis warga kemudian menghasilkan 
rekomendasi yang harus dijalankan pemerintah. Prancis menyeleksi para anggota 
Majelis Warga dengan menelepon secara acak 225 ribu warga. Mereka mewakili 
gender, usia, pendapatan, dan tempat tinggal. Usia minimal untuk dipilih 
menjadi anggota Majelis Warga 16 tahun supaya pelajar SMA bisa berpartisipasi. 
Mereka dibayar 86 euro (sekitar Rp1,4 juta) per hari. Berdasarkan survei 70% 
warga Prancis ingin terlibat dalam Majelis Warga. Tahun lalu, Presiden Prancis 
Emmanuel Macron menyelenggarakan konferensi warga tentang iklim. Konferensi 
bertugas menghasilkan rekomendasi pengurangan emisi gas paling tidak 40% pada 
2030. Majelis Warga yang beranggotakan 150 partisipan itu merekomendasi dua 
perubahan konstitusi untuk menyelamatkan lingkungan dan keanekaragaman hayati 
serta hukuman buat perusak ekologi. Majelis Warga Irlandia menghasilkan dua 
referendum tentang perkawinan sesama jenis dan aborsi. Kedua 

[GELORA45] Tunggu Pengesahan UU Cipta Kerja

2020-10-27 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2153-tunggu-pengesahan-uu-cipta-kerja



Selasa 27 Oktober 2020, 05:00 WIB 

Tunggu Pengesahan UU Cipta Kerja 

Administrator | Editorial 

  Tunggu Pengesahan UU Cipta Kerja MI/Seno . UNDANG-UNDANG Cipta Kerja masih 
menunggu pengesahan. Ada dua bentuk pengesahan, yaitu Presiden membubuhkan 
tanda tangan atau berlaku secara otomatis. Presiden Joko Widodo bisa 
membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu 30 hari sejak rancangan 
undang-undang (RUU) itu disetujui bersama DPR dan Presiden. Persetujuan bersama 
diambil dalam Rapat Paripurna DPR pada 5 Oktober. Sudah lewat 22 hari disetujui 
bersama, tapi Presiden belum juga membubuhkan tanda tangan. Sekalipun tidak 
diteken Presiden, dalam waktu 30 hari sejak disetujui bersama, Cipta Kerja sah 
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. Sudah banyak undang-undang berlaku 
otomatis alias tidak diteken presiden. Tidak diteken, biasanya, karena berbagai 
alasan termasuk penolakan masyarakat. UU Cipta Kerja memang mendapatkan 
penolakan masyarakat. Bahkan, unjuk rasa penolakan masih berlangsung. Namun, 
kita percaya bahwa Presiden Jokowi akan membubuhkan tanda tangannya karena 
kelahiran undang-undang itu diinisiasi oleh pemerintah sendiri. Bukan sekadar 
diinisiasi. Pembentukan UU Cipta Kerja adalah realisasi janji politik Jokowi 
ketika dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2019. Saat itu Jokowi mengajak 
DPR untuk menyederhanakan regulasi yang menghambat investasi melalui mekanisme 
omnibus law. Mestinya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan oleh Presiden 
Jokowi untuk segera mengesahkan UU Cipta Kerja. Dalam berbagai kesempatan 
Jokowi berjanji memimpin Indonesia pada periode kedua dengan tanpa beban. 
Jokowi tidak punya beban untuk menjaga popularitas karena tidak bisa 
mencalonkan diri sebagai presiden pada periode selanjutnya. Karena itu, Jokowi 
mestinya lebih berani membuat keputusan-keputusan yang tidak populer, termasuk 
meneken UU Cipta Kerja. Pengesahan UU Cipta Kerja memang ditunggu-tunggu untuk 
memberi kepastian bagi para pihak berkepentingan. Pengesahan itu dinilai 
penting karena menjadi momentum bagi pemerintah untuk membuat aturan 
pelaksananya. Sebaliknya bagi masyarakat yang menentang, pengesahan itu bisa 
menjadi momentum untuk mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Masih ada 
waktu delapan hari ke depan bagi Presiden untuk membubuhkan tanda tangannya 
atau membiarkan undang-undang itu berlaku otomatis. Pemerintah memang perlu 
berhatihati dengan mengecek ulang naskah undang-undang tersebut. Staf Khusus 
Presiden Bidang Hukum Dini Purwono mengakui bahwa proses pengecekan naskah UU 
Cipta Kerja oleh Sekretariat Negara sudah selesai. Hanya Pasal 46 yang 
dikeluarkan dari naskah UU Cipta Kerja lantaran pasal itu dalam proses di panja 
DPR sebelumnya disepakati dihapus. Eloknya, pemerintah dan DPR memberikan 
penjelasan secara transparan kepada publik mengapa Pasal 46 tentang minyak dan 
gas bumi terdapat dalam undang-undang yang akan disahkan. Bukankah DPR punya 
waktu selama satu minggu untuk merapikan naskah undang-undang sebelum 
diserahkan kepada Presiden? Penjelasan secara transparan sangat penting untuk 
menghindari tuduhan ada upaya penyelundupan pasal. Perlu juga dijelaskan 
terbuka apakah pasal yang didrop itu tidak dibutuhkan persetujuan DPR lagi 
melalui rapat paripurna? Jumlah halaman draf membengkak dari semula 812 menjadi 
1.187 juga butuh penjelasan resmi. Kita berharap, sangat berharap, pengesahan 
UU Cipta Kerja segera dilakukan sehingga tujuan menarik investasi cepat 
terealisasi. Lebih dari itu, pengesahan UU Cipta Kerja sesegera mungkin untuk 
memberikan kepastian bahwa pembuat undang-undang memang tidak salah orientasi. 
 

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2153-tunggu-pengesahan-uu-cipta-kerja








[GELORA45] Penembakanpengurus gereja di Papua disebut 'salah kaprah' dan bisa 'timbulkanantipati warga terhadap pemerintah Indonesia'

2020-10-27 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54474767
*Penembakan pengurus gereja di Papua disebut 'salah kaprah' dan bisa
'timbulkan antipati warga terhadap pemerintah Indonesia'*

3 jam yang lalu

ANTARA/HO-DOK HUMAS KEMENKO POLHUKAM

Keterangan gambar,
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Penembakan Intan Jaya di Intan
Jaya, Papua.

*Tokoh gereja Katolik mengatakan peristiwa penembakan yang berulang pada
pengurus gereja di Papua bisa menimbulkan perasaan antipati pada pemerintah
Indonesia.*

Tokoh agama Katolik, Alberto John Bunay yang merupakan Pastor Pembina Orang
Muda Katolik Keuskupan Jayapura mengatakan hal itu menyusul tewasnya
Rufinus Tigau, seorang pengurus gereja Katolik dalam kontak senjata antara
kelompok bersenjata dan aparat keamanan Senin (26/10) lalu.

Meski disebut gereja Katolik sebagai pengurus, TNI - melalui Kepala
Penerangan Kogabwilhan III (Timika, Papua), Kolonel Czi Gusti Nyoman
Suriastawa mengeklaim Rufinus adalah bagian kelompok bersenjata yang
menyerang militer.

   -

   'Misteri' tewasnya Pendeta Yeremias Zanambani di Papua: Pemerintah RI
   bentuk tim gabungan pencari fakta
   
   -

   Dosen UGM anggota tim pencari fakta kematian pendeta Papua tertembak dan
   dievakuasi, TPNPB klaim bertanggung jawab
   
   -

   Konflik di Nduga, Papua: 'Korban terus berjatuhan', pemerintah diminta
   ubah 'pola' kebijakan 

Insisden ini adalah peristiwa penembakan ketiga yang terjadi pada
tokoh-tokoh gereja dalam kurun waktu dua bulan terakhir.

Peneliti masalah Papua meminta pemerintah melakukan investigasi peristiwa
ini secara cepat dan terbuka untuk menjaga kepercayaan warga Papua,
mengingat posisi tokoh agama yang sangat penting di masyarakat.

*"Pewarta gereja"*

Keuskupan Timika menyatakan bahwa Rufinus Tigau adalah seorang pengurus
gereja yang disebut sebagai pewarta atau katekis di Paroki Jalae, Intan
Jaya, Papua, sejak tahun 2015.

Pewarta adalah mereka yang bertugas menerjemahkan khotbah dari bahasa
Indonesia ke bahasa lokal kepada para jemaat


ernyataan tertulis yang dikeluarkan Administrator Diosesan Keuskupan Timika
Pastor Marthen Kuayo, Selasa (27/10) itu membantah tudingan TNI bahwa
Rufinus adalah bagian dari kelompok separatis atau kelompok bersenjata.

"Tuduhan bahwa Rafinus terlibat dalam gerakan separatis atau kelompok
bersenjata yang dituduhkan kepadanya adalah tidak benar.

"Saat ini, Keuskupan Timika sedang menyusun laporan dan kronologis insiden
penembakan yang menewaskan Rufinus," kata pernyataan itu.

*"Sudah diincar lama"*

Namun Kolonel Czi Gusti Nyoman Suriastawa mengatakan Rufinus adalah bagian
dari gerakan yang disebutnya Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata atau
KKSB.

Ia mengatakan kelompok itu mengganggu warga dengan meminta jatah dana satu
desa, yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum desa.

Rufinus sendiri, kata Suriastawa, sudah diamati sejak peristiwa serangan
pada anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),
 yang menyelidiki
peristiwa pembunuhan pendeta Yeremia Zanambani, pada tanggal 9 Oktober 2020.

SUMBER GAMBAR,
ANTARA FOTO

Keterangan gambar,
Sebanyak 500-an prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Yonif
Para Raider 432/Waspada Setia Jaya tiba di Kota Jayapura, 6 September 2020.
Yonif PR 432/WSJ ini menggantikan Satgas Yonif Raider 751/Vira Jaya Sakti
dalam tugas operasi Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) di wilayah Papua.

Dosen Universitas Gadjah Mada Bambang Purwoko yang merupakan anggota TGPF
ditembak dan mengalami luka-luka. Dua anggota TNI yang mendampingi Bambang
juga terluka.

"Dia [Rufinus] KKSB, sudah lama diincar... Ini sudah diikuti lama, sejak
tanggal 9 (Oktober).

"Saya melihatnya sekarang itu, entah pendeta, entah apa, begitu dia masuk
kelompok KKSB yang meresahkan masyarakat, melawan TNI, melawan aparat
pemerintah, dia akan berhadapan dengan TNI," kata Suriastawa.

Ia mengatakan kontak senjata terjadi karena kelompok itu melakukan
penyerangan.

Rufinus, disebutnya, ditembak karena mencoba melakukan perlawanan pada
pihak TNI.
*Kasus ketiga dalam dua bulan*

Rufinus adalah pengurus gereja ketiga yang tertembak dalam kurun waktu dua
bulan terakhir atau setelah peristiwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani
pada bulan September lalu.

Sebelumnya, Agustinus Duwitau, pewarta yang bertugas di gereja Katolik di
Emondi, Distrik Sugapa, tertembak di bagian bahu kirinya pada minggu
pertama bulan Oktober.

Kolonel Czi Gusti Nyoman Suriastawa menyebut penembakan itu terjadi karena
Agustinus ditemukan membawa senapan dan terlihat mengendap-ngendap di dekat
bandara Bilorai yang rawan.

SUMBER GAMBAR,
ANTARA FOTO

Keterangan gambar,
Foto ilustrasi: Seorang tokoh agama Katolik Papua meminta presiden menarik
prajurit TNI non-organik dari tanah Papua.

Ketika diberi peringatan, Agustinus, katanya, malah lari, sehingga ditembak

Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 bukannya anda sendiri yg tidak bisa membuktikan kitab suci itu fakta?

On Tuesday, October 27, 2020, 09:23:37 AM PDT, 'nesare' nesa...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
 


Mendingan gak usah disimpan link nya. Percuma wong gak bakalan ngerti.

Paling2 nanti komentarnya: DUNGU, DUNGU, DUNGU.

Oh ini bahasanya RG. Kalo ente bahasanya: OON, OON, OON.

  

Hanya saja setelah suka ngata2in orang lain DUNGU dan OON, lalu dibalikin orang 
ngata2in ente DUNGU dan OON, eh jebulnya marah hehehe.

  

Lagi ngomongin yg santai2 ttg bible = non fiction saja, ente stop, eh ngumpet 
deh.

  

Payah skrng mau ngibul mau ngerti omongannya Stiglitz. Iiii lucu akh.

Sono mendingan ente mendera, menyiksa anak ente maen piano aja. Tapi ngomong2 
ada kemajuan dak anaknya maen piano  itu. Sudah disiksa dipaksa, eh jebulnya 
maennya biasa2 saja kayak hapalan tanpa emosi. Persis yg menyiksa asbun gak ada 
perasaan. Hehehehe.

  

Nesare

  

  

From: GELORA45@yahoogroups.com  
Sent: Tuesday, October 27, 2020 11:18 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
(bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

  

  

waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya 

bandinginnya mbok ya jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin 
sama Luhut

  

  

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote: 

  

  

  

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.

  

How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School

  

| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
| 

 | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School
 |

 |

 |


  

  

  


 

  

Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 US tahun ini mendapatkan nobel di bidang Medicine tepatnya virology (Hepatitis 
C) tetapi ironinya tidak sanggup mengatasi penyebaran Covid-19.
Juga tahun ini dapat Nobel dalam ekonomi, tetapi eknominya morat-marit.
kira2 salah dimana?

On Tuesday, October 27, 2020, 09:30:13 AM PDT, B.H. Jo  
wrote:  
 
  Betul, betul juga, koq dibandingkan dgn Rocky Gerung yg adalah "nobody  tanpa 
kualifikasi yg kredibel". Luhut sedikitnya mempunyai kedudukan di 
Pemerintah/Indonesia.

On Tuesday, October 27, 2020, 09:17:50 AM MDT, Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45]  wrote:  
 
     

 waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya bandinginnya mbok ya 
jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin sama Luhut

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
  

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 |

 |

 |







[GELORA45] Bentrok Antarwarga di Kerinci, atu Tewas

2020-10-27 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 


https://mediaindonesia.com/read/detail/356165-bentrok-antarwarga-di-kerinci-satu-tewas



Selasa 27 Oktober 2020, 14:11 WIB 

Bentrok Antarwarga di Kerinci, atu Tewas 

Sol Mi | Nusantara 

  Bentrok Antarwarga di Kerinci, Satu Tewas ANTARA/Wahdi Septiawan . 
BENTROKAN warga antardesa di Kerinci yang terjadi sepanjang hari Minggu hingga 
Senin (26/10). Hingga kini dilaporkan satu orang tewas dan beberapa orang 
terluka akibat bentrokan itu. Bentrokan yang melibatkan ratusan orang itu 
melibatkan warga Desa Muak, Kecamatan Bukit Kerman, dengan warga Desa Semerap, 
Kecamatan Danau Kerinci. Korban tewas dan terluka berdasarkan informasi yang 
dihimpun Media Indonesia akibat terkena tembakan senjata kecepek dan lemparan 
benda keras. Gesekan horizontal tersebut ditimbulkan dari konflik lahan. Warga 
Desa Semerap marah lantaran aktivitas warga Desa Muak yang membuka dan membakar 
area perladangan di wilayah Desa Semerap. Terpancing emosi, puluhan warga 
Semerap dengan membawa beragam senjata tajam mendatangi Desa Muak, Minggu 
siang. Namun mereka terhadang. Warga Desa Muak memblokade jalan masuk desa 
dengan tebangan batang pohon. Situasi kian memanas dan pecah jadi bentrok. 
Empat warga Desa Semerap terluka dan satu orang, Selasa pagi, dikabarkan 
meninggal dunia akibat luka serius di bagian kepala. Korban tewas tersebut 
terkena peluru senjata jenis rakitan (kecepek). Berkat kedatangan aparat 
kepolisian dan TNI, bentrokan di perbatasan dua desa berhasil diredam. Wakil 
Bupati Kerinci Ami Taher pun turut mendinginkan emosi kedua kelompok warga 
bertikai pada Senin petang. Dikawal puluhan aparat kepolisian dan TNI, situasi 
di perbatasan dua desa bertikai sampai Selasa pagi berhasil dikendalikan dan 
kondusif. Bahkan Kapolda Jambi Irjen Firman Shantyabudi dan Danrem 042 Garuda 
Putih Brigjen TNI M Zulkili, Selasa pagi, sampai ke lokasi untuk mendukung 
kondusivitas keadaan. Kapolda meminta kepada kedua kubu warga yang bertikai 
tidak mudah terpancing emosi dan menyelesaikan masalah lahan yang disengketakan 
melalui jalur musyawarah dan koridor hukum yang berlaku. Mengenai adanya korban 
yang jatuh dalam perikaian, Firman minta warga menyerahkan penyelesaiannya 
kepada aparat hukum. "Kita semua bersaudara. Jangan mudah terpancing emosi. 
Marilah kita wujudkan negeri Jambi, khususnya Kerinci sebagai negeri yang aman 
dan nyaman, " kata Firman. Ia pada Selasa siang bersama Danrem Zulkifli 
menyempatkan diri menyelawat ke rumah duka dan mengantarkan jenazah almarhum 
Awarah, warga Desa Semerap yang menjadi korban pertikaian berdarah itu. Firman 
juga meminta para pemuka masyarakat dan tokoh adat daerah kedua desa membantu 
perdamaian kedua kelompok masyarakat yang bertikai. (OL-14)   TAGS: # konflik 
# Jambi

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/read/detail/356165-bentrok-antarwarga-di-kerinci-satu-tewas







RE: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
Si Jonathan ini keminter orangnya. Sombongnya itu yg gak ketulungan.

Konsep dasar spt public company vs private company saja dia gak ngerti, 
gaya2nya mau baca tulisan Stiglitz.

 

Sudah sombong, ngeyel dan nyinyir orang laen lain.

Setelah saya balikin OON OON dia, eh dia marah malah fitnah bilang saya yg 
duluan bilang OON.

 

Sifat2 dan tindakan2 spt ini kelasnya RG yg suka muterin ide orang laen, 
diplintir pake’ yg katanya dia adalah: logika.

 

Payah orang2 spt ini. Payahnya krn ada maunya.

Kelompoknya yg disebut KAMI itu dulunya diklaim sbg Gerakan moral, lalu diganti 
sendiri menjadi social movement.

 

Jelas itu adalah Gerakan politik, ttp gak berani sebut itu Gerakan politik. 
Parah gak?

 

Ya sdh mati Gerakan KAMI itu stlh pentolan2nya yg ada 7 atau 8 ditangkap 
termasuk Syahganda Nainggolan dan jumhur hidayat. Yg di medan yg ditangkap wah 
orang2 radikal tukang ngamuk semua. Yg kayak gini mengklaim jadi Gerakan moral.

 

Sayang RR yg sdh kebacut msh berkoar2, ttp koar2nya sdh agak lunak hanya 
ngomong ekonomi, sdh gak berani ngomong non ekonomi hehehehe. Juga RR nyindir 
gatot yg malahan berbalik memuji RUU cipta kerja/jokowi.

 

KAMI = layu sebelum berkembang

 

Nesare

 

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com  
Sent: Tuesday, October 27, 2020 12:20 PM
To: gelora45@yahoogroups.com; GELORA45@yahoogroups.com; Jonathan Goeij 

Subject: Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
(bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

 

  

Betul, betul juga, koq dibandingkan dgn Rocky Gerung yg adalah "nobody  tanpa 
kualifikasi yg kredibel". Luhut sedikitnya mempunyai kedudukan di 
Pemerintah/Indonesia.

 

 

On Tuesday, October 27, 2020, 09:17:50 AM MDT, Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com   [GELORA45] 
mailto:gelora45@yahoogroups.com> > wrote: 

 

 

  

waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya 

bandinginnya mbok ya jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin 
sama Luhut

 

 

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
  [GELORA45] mailto:gelora45@yahoogroups.com> > wrote: 

 

 

 

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.

 

How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
 

 







   


How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 

 

 





Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik 'B.H. Jo' b...@yahoo.com [GELORA45]
 Betul, betul juga, koq dibandingkan dgn Rocky Gerung yg adalah "nobody  tanpa 
kualifikasi yg kredibel". Luhut sedikitnya mempunyai kedudukan di 
Pemerintah/Indonesia.

On Tuesday, October 27, 2020, 09:17:50 AM MDT, Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45]  wrote:  
 
     

 waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya bandinginnya mbok ya 
jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin sama Luhut

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
  

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 |

 |

 |





  

RE: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
Mendingan gak usah disimpan link nya. Percuma wong gak bakalan ngerti.

Paling2 nanti komentarnya: DUNGU, DUNGU, DUNGU.

Oh ini bahasanya RG. Kalo ente bahasanya: OON, OON, OON.

 

Hanya saja setelah suka ngata2in orang lain DUNGU dan OON, lalu dibalikin orang 
ngata2in ente DUNGU dan OON, eh jebulnya marah hehehe.

 

Lagi ngomongin yg santai2 ttg bible = non fiction saja, ente stop, eh ngumpet 
deh.

 

Payah skrng mau ngibul mau ngerti omongannya Stiglitz. Iiii lucu akh.

Sono mendingan ente mendera, menyiksa anak ente maen piano aja. Tapi ngomong2 
ada kemajuan dak anaknya maen piano  itu. Sudah disiksa dipaksa, eh jebulnya 
maennya biasa2 saja kayak hapalan tanpa emosi. Persis yg menyiksa asbun gak ada 
perasaan. Hehehehe.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com  
Sent: Tuesday, October 27, 2020 11:18 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
(bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

 

  

waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya 

bandinginnya mbok ya jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin 
sama Luhut

 

 

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
  [GELORA45] mailto:gelora45@yahoogroups.com> > wrote: 

 

 

 

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.

 

How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School 
 

 







   


How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 

 

 





Re: [GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 waduh hampir 1 jam lamanya, saya simpan dulu link nya bandinginnya mbok ya 
jangan sama Rocky Gerung ha ha ha nanti ada yg bandingin sama Luhut

On Monday, October 26, 2020, 11:06:13 PM PDT, 'B.H. Jo' b...@yahoo.com 
[GELORA45]  wrote:  
 
  

Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 |

 |

 |





  

[GELORA45] narasi sejarah seorang psychologist dan korban penganiayaan '65

2020-10-27 Terurut Topik 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
1.

Berikut Peninjauan sejarah dari sudut pandang:

seorang Social Psychologist Indonesian History Dr. Risa Permana Deli -
Dari Perang Padri - Peristiwa 65, Kita Suka Bertikai dengan Bangsa
Sendiri.

https://www.youtube.com/watch?v=f7KeqHFwiH4


2.:

seorang korban penganiayaan dalam peristiwa #September65 #G30S:

#Survivor Sumini Dipenjara Karena Gerwani, Suaminya Seorang Anggota
Ansor dan Dituduh PKI juga Dipenjara.

https://www.youtube.com/watch?v=oq6yyXYcrF8


[GELORA45] Fwd: Kijk 'How do young Tibetan generations pursue happiness in life?' op YouTube

2020-10-27 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
-- Forwarded message -
Date: di 27 okt. 2020 om 14:01
Subject: Kijk 'How do young Tibetan generations pursue happiness in life?'
op YouTube



https://youtu.be/HtQW4fsA7ME

Outlook for Android  downloaden


[GELORA45] Bintang Emon Layak Jadi Asisten Moeldoko di KSP

2020-10-27 Terurut Topik 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]

Rocky Gerung Sebut Bintang Emon Layak Jadi Asisten Moeldoko di KSP
Selasa, 27 Oktober 2020 12:41 WIB

https://www.indozone.id/news/ers70oA/rocky-gerung-sebut-bintang-emon-layak-jadi-asisten-moeldoko-di-ksp


[GELORA45] Analisis Asvi Warman Adam dan Sukmawati ttg Peristiwa September 65.

2020-10-27 Terurut Topik 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
Menyimak analisis Asvi Warman Adam dan Sukmawati ttg Peristiwa
September 65.

1.:

#Sejarawan #Peristiwa65 #Jokowi
Prof. Asvi Warman Adam: Sejarah Peristiwa '65, Tjakrabirawa, Pulau Buru
& Soekarno Sebagai Korban

https://www.google.com/search?client=ubuntu=OZ4=fs=Prof.+Asvi+Warman+Adam:+Sejarah+Peristiwa+%2765,+Tjakrabirawa,+Pulau+Buru+Soekarno+Sebagai+Korban=1=X=2ahUKEwivk-ygwdTsAhWvxoUKHYTcBDgQBSgAegQIChAt


2.:
DE
0:49 / 21:18
#SukmawatiSoekarnoputri #Soeharto #G30S
Sukmawati Soekarnoputri Berkisah Tentang Letkol Untung, Soeharto, dan
Peristiwa '65

https://www.google.com/url?sa=t=j==s=web==2ahUKEwjY8fuLw9TsAhUox4UKHWXqDfwQwqsBMAB6BAgKEAM=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DT9uGgKH1dm8=AOvVaw0rf_oepe6cqBRdpN-voOkl


[GELORA45] Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School (bandingkanlah dgn si Rocky Gerung)

2020-10-27 Terurut Topik 'B.H. Jo' b...@yahoo.com [GELORA45]
Kuliah yg mencerahkan dari Joseph Stiglitz (pemenang Hadiah Nobel) di Norwegian 
Business School. Bandingkanlah dgn kualitas ocehan2 si Rocky Gerung.
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
How Did China Succeed? | Joseph E. Stiglitz | BI Norwegian Business School


 |

 |

 |