Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)

2008-11-15 Terurut Topik Alexander Waraney
masalahnya, program-program pembangunan pertanian di Deptan begitu bejibun 
sehingga sering tumpang tindih satu dengan lainnya. Contohnya sekarang saja yg 
saya ketahui untuk pemberdayaan masyarakat tani saja Deptan punya program PUAP, 
Prima Tani, PP4M, dll, selanjutnya ada program Peningkatan Produksi Padi Sawah, 
Agropolitan, Peningkatan produksi ternak sapi, RPPK,  dll, belum lagi 
program-program yg diselenggarakan secara independen di lembaga-lembaga 
penelitian mulai dari strata eselon II s.d eselon III, belum lagi 
program-program pembangunan pertanian daerah oleh Dinas pertanian/ peternakan 
di masing-masing propinsi, kabupaten/ kota. Semua ingin programnya yg terbaik 
dan maju, akhirnya koordinasi menjadi kacau balau, akibatnya semua program yg 
"niatnya" sebenarnya baik itu menjadi abu-abu alias 1/2 mateng dan akhirnya 
mentok gak ketahuan ujung pangkalnya. So, sebaiknya perlu adanya pemangkasan 
terhadap program pembangunan pertanian yg sudah sekian
 banyak tersebut termasuk Undang-Undang ttg pertanian - perikanan yg sudah 
bejibun juga. COntoh di perikanan saja utk ilegal fishing dan pemanfaatan 
sumberdaya sudah kurang lebih 80-an undang-udang yg sudah dikeluarkan dan masih 
berlaku dari zaman orba sampai sekarang. so...makin ribet dan carut-marutlah 
kondisi pertanian dan perikanan kita...can you have any solution about 
this...???


  

Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)

2008-11-14 Terurut Topik Nurdin Baderan, SP
Ass..bung alex c.s
sudah seharusnya kita yang sudah mulai banyak tahu tentang kelemahan-kelemahan 
dan keunggulan program yang dijalankan pemerintah untuk mencari format yang 
lebih baik dari yang ada sekarang. pada prinsipnya apa yang dilakukan oleh 
pemerintah tidak semuanya tidak tepat (sasaran dan tujuan). hanya saja beberapa 
dari sekian banyak program tersebut masih jauh dari harapan yang diinginkan. 
seperti contoh adanya program agribisnis (masa prof.bungaran saragih), program 
agropolitan (masa Dr. Anton Apriyanto) dan banyak lagi sebelumnya jauh dari 
harapan bahkan komponen lain dalam sistem yang harusnya berjalan sinergis 
justru dilemahkan, seperti eksploitasi over capacity terhadap daya dukung 
lingkungan dan petani sebagai agen pelaksana di level paling teknis tidak punya 
posisi tawar (lemah) karena petani hanya diposisikan sebagi obyek..bukan begitu 
pa alex..dengan demikian, saya menilai bahka pemerintah sampai saat ini baru 
menyelaikan permasalahan pertanian hanya
 pada masalah tersebut, e.x minus produksi diatasi dengan gerakan masal 
pengembangan satu komoditi saja. padahal akar permasalahannya mungkin bukan 
itu..usulan saya kita secara kolektif menjadikan pembangunan pertanian tidak 
sepenuhnya bergantung pada kebijakan pemerintah, baik input-proses-ouput bahkan 
sampai outcomesnya..petani harus segera disadarkan dari tidur panjangnya bahwa 
selama ini mereka banyak melakukan pemboroson dalam hal penggunaan faktor 
(input) produksi..Hal ini bisa kita jalankan jika kita belajar banyak dari 
keberhasilan petani di Jepang dalam memandirikan dan memerdekakan dirinya dari 
ketergantungan yang sifatnya "Given" dari pemerintah. bahkan kebijakan harga 
pun mereka (petani) bisa pengaruhi dan tentukan..PR kita sekalian adalah 
membuat model dan strategi yang praktis dan ekonomis bisa dipahami dan 
dijalankan oleh semua pihak terutama petani..ok..be continued..

Nurdin

--- On Thu, 11/13/08, Alexander Waraney <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Alexander Waraney <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan 
pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, November 13, 2008, 3:49 PM











Bung Nurdin Yth...bagaimana dengan RUU yg mengatur masalah petani 
baik itu organisasinya, akses pasar buat petani, deregulasi birokrasi pertanian 
maupun sharing welfare ke pedesaan. Selama ini Indonesia lebih berkiblat pada 
model Lewis dalam pembangunan pertanian, yg mengkonsepkan transfer surplus 
kapital (terutama tenaga kerja) dari sektor pertanian/ pedesaan ke sektor non 
pertanian (manufaktur/ perkotaan), akibatnya sektor pertanian menjadi mandul, 
lemah dan mudah diombang-ambingkan. Sektor pertanian terutama petaninya hanya 
dijadikan sapi perahan sektor non pertanian (manufaktur) , padahal jika 
pembangunan ekonomi negara dilandaskan pada pertanian pedesaan saya pikir itu 
lebih berhasil-guna dan lebih berdampak positif bagi welfare petani. be 
continued... ..

--- On Thu, 11/13/08, Nurdin Baderan, SP  wrote:

From: Nurdin Baderan, SP 
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan 
pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+ FA+HM+FT+ dll)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Thursday, November 13, 2008, 6:32 AM









ass..mohon maaf baru merespon
setelah membaca postingan rekan2 milister dan diskusi sebelum2nya. saya 
berpikir bahwa hampir semua hal tentang pengembangan pertanian sudah diulas di 
dalam milis ini. namun, hingga saat ini sangat sedikit sekali kita sekalian 
(milister) berdiskusi dan menguji materi tentang solusi dan perbaikan 
pengembangan pertanian di Negara ini khususnya di zajirah Gorontalo dengan 
branding Jagungnya. sebagai Informasi bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi 
(insya Allah) akan digulirkan Undang-Undang Pertanian Berkelanjutan (RUPB) yang 
saat ini masih dalam bentuk rancangan (RUPB) dan telah disosialisasikan ke 
beberapa daerah, seperti Jawa Timur. walaupun masih pro dan kontra...Hal ini 
disebabkan karena awalnya RUPB ini lebih fokus pada perlindungan lahan sawah 
untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan Nasional..nah kaitannya dengan hal 
tersebut bagaimana tanggapan rekan2 milister terutama yang concern denan 
pengembangan pertanian selama ini?? apakah penting
 memasukkan lahan pertanian untuk komoditi lain selain padi sawah dalam UUPB, 
agar monoisme sumber pangan pokok tidak terjadi??..mohon tanggapannya
 
wasalam
Nurdin-Bogor


--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 3:36 PM








Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya. Kendaraannya nda salah yg 
salah adalah drivernya, montirnya, pabriknya. So yg dirubah/ digan

Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)

2008-11-13 Terurut Topik Alexander Waraney
Bung Nurdin Yth...bagaimana dengan RUU yg mengatur masalah petani baik itu 
organisasinya, akses pasar buat petani, deregulasi birokrasi pertanian maupun 
sharing welfare ke pedesaan. Selama ini Indonesia lebih berkiblat pada model 
Lewis dalam pembangunan pertanian, yg mengkonsepkan transfer surplus kapital 
(terutama tenaga kerja) dari sektor pertanian/ pedesaan ke sektor non pertanian 
(manufaktur/ perkotaan), akibatnya sektor pertanian menjadi mandul, lemah dan 
mudah diombang-ambingkan. Sektor pertanian terutama petaninya hanya dijadikan 
sapi perahan sektor non pertanian (manufaktur), padahal jika pembangunan 
ekonomi negara dilandaskan pada pertanian pedesaan saya pikir itu lebih 
berhasil-guna dan lebih berdampak positif bagi welfare petani. be continued.

--- On Thu, 11/13/08, Nurdin Baderan, SP <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Nurdin Baderan, SP <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan 
pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, November 13, 2008, 6:32 AM











ass..mohon maaf baru merespon
setelah membaca postingan rekan2 milister dan diskusi sebelum2nya. saya 
berpikir bahwa hampir semua hal tentang pengembangan pertanian sudah diulas di 
dalam milis ini. namun, hingga saat ini sangat sedikit sekali kita sekalian 
(milister) berdiskusi dan menguji materi tentang solusi dan perbaikan 
pengembangan pertanian di Negara ini khususnya di zajirah Gorontalo dengan 
branding Jagungnya. sebagai Informasi bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi 
(insya Allah) akan digulirkan Undang-Undang Pertanian Berkelanjutan (RUPB) yang 
saat ini masih dalam bentuk rancangan (RUPB) dan telah disosialisasikan ke 
beberapa daerah, seperti Jawa Timur. walaupun masih pro dan kontra..Hal ini 
disebabkan karena awalnya RUPB ini lebih fokus pada perlindungan lahan sawah 
untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan Nasional..nah kaitannya dengan hal 
tersebut bagaimana tanggapan rekan2 milister terutama yang concern denan 
pengembangan pertanian selama ini?? apakah penting memasukkan
 lahan pertanian untuk komoditi lain selain padi sawah dalam UUPB, agar 
monoisme sumber pangan pokok tidak terjadi??..mohon tanggapannya
 
wasalam
Nurdin-Bogor


--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 3:36 PM








Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya. Kendaraannya nda salah yg 
salah adalah drivernya, montirnya, pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan 
kendaraannya tapi oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...

--- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu  wrote:

From: Fadly Tantu 
Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM






Herwin Mopangga  wrote: 







SIARAN PERS

ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA

    Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam rangkaian Dies Natalis IPB, 
mahasiswa pasca sarjana IPB mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad 
untuk berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun pertanian dengan 
mengembangkan  ekonomi jagung di Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus 
dilakukan bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah” 
yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya ditambah pengalamannya 
memimpin Gorontalo.
    Pertanian Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa sebagai 
penggerak ekonomi nasional namun tidak dikelola dengan baik.. Sumber daya 
ekonomi pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, kacang-kacangan, 
serealia, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan tidak dikelola dengan 
baik dibiarkan berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian 
Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan berjalan sendiri tandap 
didukung kebijakan pengembangan daya saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 
1, karet nomor 2, beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu 
membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan infrastruktur dan 
suprastruktur yang diperlukan untuk pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih 
senang mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai tukang jahit 
saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam menawarkan peluang usaha di sektor 
pertanian kepada investor. Ini terlihat
 dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan sektor industri. 
Rencana PMA untuk sektor pertanian pada 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara 
untuk sektor industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya sebesar 
4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang mencapai US$  93,142 miliar. 
Meski ekspor industri kita tinggi tapi kita sedang menuju ke fase 
deindustrialissi. Kalangan perbankan juga lebih royal meng

Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku vs UU-lahan pertanian berkelanjutan (tanggapan for laci-laci+IM+FA+HM+FT+dll)

2008-11-12 Terurut Topik Nurdin Baderan, SP
ass..mohon maaf baru merespon
setelah membaca postingan rekan2 milister dan diskusi sebelum2nya. saya 
berpikir bahwa hampir semua hal tentang pengembangan pertanian sudah diulas di 
dalam milis ini. namun, hingga saat ini sangat sedikit sekali kita sekalian 
(milister) berdiskusi dan menguji materi tentang solusi dan perbaikan 
pengembangan pertanian di Negara ini khususnya di zajirah Gorontalo dengan 
branding Jagungnya. sebagai Informasi bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi 
(insya Allah) akan digulirkan Undang-Undang Pertanian Berkelanjutan (RUPB) yang 
saat ini masih dalam bentuk rancangan (RUPB) dan telah disosialisasikan ke 
beberapa daerah, seperti Jawa Timur. walaupun masih pro dan kontra..Hal ini 
disebabkan karena awalnya RUPB ini lebih fokus pada perlindungan lahan sawah 
untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan Nasional..nah kaitannya dengan hal 
tersebut bagaimana tanggapan rekan2 milister terutama yang concern denan 
pengembangan pertanian selama ini?? apakah penting memasukkan
 lahan pertanian untuk komoditi lain selain padi sawah dalam UUPB, agar 
monoisme sumber pangan pokok tidak terjadi??..mohon tanggapannya
 
wasalam
Nurdin-Bogor


--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 3:36 PM










Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya. Kendaraannya nda salah yg 
salah adalah drivernya, montirnya, pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan 
kendaraannya tapi oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...

--- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu  wrote:

From: Fadly Tantu 
Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM






Herwin Mopangga  wrote: 







SIARAN PERS

ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA

    Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam rangkaian Dies Natalis IPB, 
mahasiswa pasca sarjana IPB mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad 
untuk berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun pertanian dengan 
mengembangkan  ekonomi jagung di Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus 
dilakukan bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah” 
yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya ditambah pengalamannya 
memimpin Gorontalo.
    Pertanian Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa sebagai 
penggerak ekonomi nasional namun tidak dikelola dengan baik.. Sumber daya 
ekonomi pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, kacang-kacangan, 
serealia, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan tidak dikelola dengan 
baik dibiarkan berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian 
Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan berjalan sendiri tandap 
didukung kebijakan pengembangan daya saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 
1, karet nomor 2, beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu 
membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan infrastruktur dan 
suprastruktur yang diperlukan untuk pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih 
senang mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai tukang jahit 
saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam menawarkan peluang usaha di sektor 
pertanian kepada investor. Ini terlihat
 dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan sektor industri. 
Rencana PMA untuk sektor pertanian pada 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara 
untuk sektor industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya sebesar 
4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang mencapai US$  93,142 miliar. 
Meski ekspor industri kita tinggi tapi kita sedang menuju ke fase 
deindustrialissi. Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya 
untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit modal kerja dan kredit 
investasi untuk sektor pertanian hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor 
industri nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor pertanian 
yakni Rp 203,808 triliun. 
    Pertanian kita sedang dijepit secara sistematis agar tidak berdaya 
oleh kartel komoditi dunia. Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk 
yang besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah menyebabkan pasar produk 
pertanian dalam negeri dibanjiri produk impor. Memang dalam jangka pendek 
terkesan menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan berkualitas 
tapi dalam jangka panjang akan menciptakan ketergantungan yang khronis  dan 
mematikan hasrat petani untuk berproduksi karena tidak ada kesempatan 
berpendapatan.
    Ketergantungan kita terhadap produk pertanian impor sangatlah 
besar. Kita setiap tahun mengimpor 1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum, 900 
ribu ton gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu. Masih pantas 
dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri agraris? Ujar Fadel.

Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)

2008-11-11 Terurut Topik laci laci
kalau cuma berbaur dengan masyarakat Gorontalo apalagi di pedalaman, saya sudah 
cukup pengalaman (walau mungkin tak sebanyak anda) yah kurang lebih hanya 5 
tahun berbaur dgn masyarakat tani Gorontalo mulai dari pedalaman kwandang - 
sumalata sampai ke Randangan...mulai dari Randangan sampai ke bone pante & 
pedalaman Dodepo. Mungkin anda lebih dari itu...do'akan saja semoga saya 
diterima kembali untuk mengabdi di tanah leluhur saya Gorontalo dan kita 
sama-sama membangun Goronalo bukan hanya dengan retorika dan pepesan kosong, 
seperti apa yg diungkapkan Bung Fadli Ahmad.

--- On Tue, 11/11/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 9:33 PM











Bung laci yang terhormat, saya berdoa mudah2an kita bisa ketemu di Gorontalo 
dan bersama2 membangun daerah kita. Saya akan ajak anda keliling Gorontalo, 
masuk keluar kampung dan berbaur dengan masyarakat di pedalaman mengaplikasikan 
ilmu yang kita peroleh. Salam saya buat teman2 di Bogor, Nurdin Baderan, Amir 
Halid, Wawan Tolinggi dll. Mudah2an mereka bisa memberikan informasi tentang 
pengalaman saya selama ini numpang di proyek seperti dugaan anda.
 
Salam hangat menjelang musim dingin,
Iqbal

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 9:14 PM








nah...mungkin anda, dan semua orang "pinter" di negeri ini termasuk dlm 
kriteria yg anda kemukakan tsb. So..ngapain jauh2 pergi studi ke Jepang kalo 
toh nantinya pulang ke Indonesia hanya untuk numpang proyekhe. .he..

--- On Tue, 11/11/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:54 PM









Para penelitinya kebanyakan cuma suka manumpang di proyek, para 
penyuluh pengetahuannya tidak lebih baik dari masyarakatnya. Sementara orang2 
yang mangaku pintar cuma tau menghujat pemimpin dan menjelek2kan daerahnya 
sendiri.
Conclusion : Maju mundurnya suatu bangsa/daerah adalah tanggungjawab semua 
pihak, jadi berhentilah menudingkan jari ke orang lain dan mulailah dari diri 
sendiri.
 
Salam,
Iqbal Makmur
Musim gugur, Kyoto

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:46 PM









Bicara masalah action...kawan- kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli  wrote:

From: ahmad fadhli 
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM




Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
>  wrote:
> 
> From: Fadly Tantu 
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENG

Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)

2008-11-11 Terurut Topik iqbal makmur
Bung laci yang terhormat, saya berdoa mudah2an kita bisa ketemu di Gorontalo 
dan bersama2 membangun daerah kita. Saya akan ajak anda keliling Gorontalo, 
masuk keluar kampung dan berbaur dengan masyarakat di pedalaman mengaplikasikan 
ilmu yang kita peroleh. Salam saya buat teman2 di Bogor, Nurdin Baderan, Amir 
Halid, Wawan Tolinggi dll. Mudah2an mereka bisa memberikan informasi tentang 
pengalaman saya selama ini numpang di proyek seperti dugaan anda.
 
Salam hangat menjelang musim dingin,
Iqbal

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 9:14 PM










nah...mungkin anda, dan semua orang "pinter" di negeri ini termasuk dlm 
kriteria yg anda kemukakan tsb. So..ngapain jauh2 pergi studi ke Jepang kalo 
toh nantinya pulang ke Indonesia hanya untuk numpang proyek...he. .he..

--- On Tue, 11/11/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:54 PM









Para penelitinya kebanyakan cuma suka manumpang di proyek, para 
penyuluh pengetahuannya tidak lebih baik dari masyarakatnya. Sementara orang2 
yang mangaku pintar cuma tau menghujat pemimpin dan menjelek2kan daerahnya 
sendiri.
Conclusion : Maju mundurnya suatu bangsa/daerah adalah tanggungjawab semua 
pihak, jadi berhentilah menudingkan jari ke orang lain dan mulailah dari diri 
sendiri.
 
Salam,
Iqbal Makmur
Musim gugur, Kyoto

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:46 PM









Bicara masalah action...kawan- kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli  wrote:

From: ahmad fadhli 
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM




Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
>  wrote:
> 
> From: Fadly Tantu 
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>     Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>     Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan b

Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)

2008-11-11 Terurut Topik laci laci
nah...mungkin anda, dan semua orang "pinter" di negeri ini termasuk dlm 
kriteria yg anda kemukakan tsb. So..ngapain jauh2 pergi studi ke Jepang kalo 
toh nantinya pulang ke Indonesia hanya untuk numpang proyek...he..he..

--- On Tue, 11/11/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:54 PM











Para penelitinya kebanyakan cuma suka manumpang di proyek, para 
penyuluh pengetahuannya tidak lebih baik dari masyarakatnya. Sementara orang2 
yang mangaku pintar cuma tau menghujat pemimpin dan menjelek2kan daerahnya 
sendiri.
Conclusion : Maju mundurnya suatu bangsa/daerah adalah tanggungjawab semua 
pihak, jadi berhentilah menudingkan jari ke orang lain dan mulailah dari diri 
sendiri.
 
Salam,
Iqbal Makmur
Musim gugur, Kyoto

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:46 PM









Bicara masalah action...kawan- kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli  wrote:

From: ahmad fadhli 
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM




Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
>  wrote:
> 
> From: Fadly Tantu 
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>     Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>     Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan
> berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian
> Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan
> berjalan sendiri tandap didukung kebijakan pengembangan daya
> saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
> beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu
> membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan
> infrastruktur dan suprastruktur yang diperlukan untuk
> pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
> mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai
> tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam
> menawarkan peluang usaha di sektor pertanian kepada
> investor. Ini terlihat
> dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan
> sek

Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)

2008-11-11 Terurut Topik iqbal makmur
Para penelitinya kebanyakan cuma suka manumpang di proyek, para 
penyuluh pengetahuannya tidak lebih baik dari masyarakatnya. Sementara orang2 
yang mangaku pintar cuma tau menghujat pemimpin dan menjelek2kan daerahnya 
sendiri.
Conclusion : Maju mundurnya suatu bangsa/daerah adalah tanggungjawab semua 
pihak, jadi berhentilah menudingkan jari ke orang lain dan mulailah dari diri 
sendiri.
 
Salam,
Iqbal Makmur
Musim gugur, Kyoto

--- On Tue, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: laci laci <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:46 PM











Bicara masalah action...kawan- kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli  wrote:

From: ahmad fadhli 
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM




Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
>  wrote:
> 
> From: Fadly Tantu 
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>     Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>     Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan
> berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian
> Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan
> berjalan sendiri tandap didukung kebijakan pengembangan daya
> saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
> beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu
> membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan
> infrastruktur dan suprastruktur yang diperlukan untuk
> pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
> mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai
> tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam
> menawarkan peluang usaha di sektor pertanian kepada
> investor. Ini terlihat
> dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan
> sektor industri. Rencana PMA untuk sektor pertanian pada
> 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara untuk sektor
> industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya
> sebesar 4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang
> mencapai US$  93,142 miliar. Meski ekspor industri kita
> tinggi tapi kita sedang menuju ke fase deindustrialissi.
> Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya
> untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit
> modal kerja dan kredit inves

Re: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (tanggapan)

2008-11-11 Terurut Topik laci laci
Bicara masalah action...kawan-kawan sesama orang lapangan (peneliti dan 
penyuluh) sudah cukup banyak berbuat untuk merubah wajah pertanian di negeri 
ini. Masalahnya para pengambil kebijakan yg menjadi "pemilik sang pabrik" di 
negeri ini masih jalan di tempat dan hanya sebatas retorika. Yang jadi 
pertanyaan sebagai pribadi sumbangsih action saudara Fadli sendiri untuk 
memajukan atau setidaknya merubah wajah pertanian di negeri ini seperti apa? 
apa hanya sebatas demo2...apa itu justru hanya sebuah pepesan kosong atau 
retorika tidak punya arti? Jadi sebenarnya yg cuma beretorika siapa ya? jadi 
bingung nih...
so pendidikan tanpa pengalaman itu kering...pengalaman tanpa pendidikan itu 
gersang. Artinya "jamak". oche...bolo maapu ju..

--- On Tue, 11/11/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 11, 2008, 8:58 AM






Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...

--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED] com> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED] com>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
>  wrote:
> 
> From: Fadly Tantu 
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>     Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>     Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan
> berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian
> Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan
> berjalan sendiri tandap didukung kebijakan pengembangan daya
> saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
> beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu
> membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan
> infrastruktur dan suprastruktur yang diperlukan untuk
> pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
> mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai
> tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam
> menawarkan peluang usaha di sektor pertanian kepada
> investor. Ini terlihat
> dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan
> sektor industri. Rencana PMA untuk sektor pertanian pada
> 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara untuk sektor
> industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya
> sebesar 4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang
> mencapai US$  93,142 miliar. Meski ekspor industri kita
> tinggi tapi kita sedang menuju ke fase deindustrialissi.
> Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya
> untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit
> modal kerja dan kredit investasi untuk sektor pertanian
> hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor industri
> nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor
> pertanian yakni Rp 203,808 triliun. 
>     Pertanian kita sedang dijepit secara
> sistematis agar tidak berdaya oleh kartel komoditi dunia.
> Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk yang
> besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah
> menyebabkan pasar produk pertanian dalam negeri dibanjiri
> produk impor. Memang dalam jangka pendek terkesan
> menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan
> berkualitas tapi dalam jangka panjang aka

[GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku (for: Laci)

2008-11-11 Terurut Topik ahmad fadhli
Saya teringat pesan dr Prof.Jimly Assidiqi : antara Retorika dan Action harus 
seimbang"

So, jgn talalu banyak retorika bung LACI...actionnya mana

Bolomaafu juga...


--- Pada Sel, 11/11/08, laci laci <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

> Dari: laci laci <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
> Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 3:36 PM
> Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya.
> Kendaraannya nda salah yg salah adalah drivernya, montirnya,
> pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan kendaraannya tapi
> oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...
> 
> --- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Fadly Tantu <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah
> Buku
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Herwin Mopangga  wrote: 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> SIARAN PERS
> 
> ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA
> 
>     Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam
> rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB
> mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk
> berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun
> pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di
> Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus dilakukan
> bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari
> Daerah” yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya
> ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.
>     Pertanian Indonesia mempunyai
> potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional
> namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi
> pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura,
> kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan, perkebunan
> dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan
> berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian
> Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan
> berjalan sendiri tandap didukung kebijakan pengembangan daya
> saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
> beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu
> membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan
> infrastruktur dan suprastruktur yang diperlukan untuk
> pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
> mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai
> tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam
> menawarkan peluang usaha di sektor pertanian kepada
> investor. Ini terlihat
>  dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan
> sektor industri. Rencana PMA untuk sektor pertanian pada
> 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara untuk sektor
> industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya
> sebesar 4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang
> mencapai US$  93,142 miliar. Meski ekspor industri kita
> tinggi tapi kita sedang menuju ke fase deindustrialissi.
> Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya
> untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit
> modal kerja dan kredit investasi untuk sektor pertanian
> hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor industri
> nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor
> pertanian yakni Rp 203,808 triliun. 
>     Pertanian kita sedang dijepit secara
> sistematis agar tidak berdaya oleh kartel komoditi dunia.
> Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk yang
> besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah
> menyebabkan pasar produk pertanian dalam negeri dibanjiri
> produk impor. Memang dalam jangka pendek terkesan
> menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan
> berkualitas tapi dalam jangka panjang akan menciptakan
> ketergantungan yang khronis  dan mematikan hasrat petani
> untuk berproduksi karena tidak ada kesempatan berpendapatan.
>     Ketergantungan kita terhadap produk
> pertanian impor sangatlah besar. Kita setiap tahun mengimpor
> 1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum, 900 ribu ton
> gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu.
> Masih pantas dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri
> agraris? Ujar Fadel.
>     Kita harus sadar sesadar-sadarnya
> bahwa pertanian kita dalam bahaya. Jika suatu negara
> memiliki ketahanan pangan yang rapuh maka negara akan mudah
> runtuh. Sementara kita menghadapi tiga bahaya besar yang
> mengancam sektor pertanian namun tidak ada strategi besar
> yang andal untuk mengatasinya. Pertama, Kemampuan pertanian
> kita untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif
> telah dan sedang menurun dengan sangat besar. Kedua,
> sekarang Indonesia berada d

Re: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku

2008-11-11 Terurut Topik laci laci
Pertaniannya nda salah...yang salah para oknumnya. Kendaraannya nda salah yg 
salah adalah drivernya, montirnya, pabriknya. So yg dirubah/ diganti bukan 
kendaraannya tapi oknum2 dibalik kendaraan tsb. Oche salam damai...

--- On Mon, 11/10/08, Fadly Tantu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Fadly Tantu <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Balasan: [GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Monday, November 10, 2008, 4:51 AM








Herwin Mopangga  wrote: 







SIARAN PERS

ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN KITA

    Bogor, 10 Nopember 2008. Dalam rangkaian Dies Natalis IPB, 
mahasiswa pasca sarjana IPB mengundang Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad 
untuk berbagi pengalaman tentang keberhasilannya membangun pertanian dengan 
mengembangkan  ekonomi jagung di Gorontalo. Dalam kesempatan tersebut sekaligus 
dilakukan bedah buku ”Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah” 
yang merupakan pengembangan disertasi doktoralnya ditambah pengalamannya 
memimpin Gorontalo.
    Pertanian Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa sebagai 
penggerak ekonomi nasional namun tidak dikelola dengan baik. Sumber daya 
ekonomi pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, kacang-kacangan, 
serealia, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan tidak dikelola dengan 
baik dibiarkan berkembang sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian 
Indonesia yang unggul di pasar dunia saat ini dibiarkan berjalan sendiri tandap 
didukung kebijakan pengembangan daya saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 
1, karet nomor 2, beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu 
membangun keterkaitan sektor hulu-hilir dan mempersiapkan infrastruktur dan 
suprastruktur yang diperlukan untuk pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih 
senang mengembangkan  sektor industri meski juga hanya sebagai tukang jahit 
saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam menawarkan peluang usaha di sektor 
pertanian kepada investor. Ini terlihat
 dari timpangnya investasi antara sektor pertanian dengan sektor industri. 
Rencana PMA untuk sektor pertanian pada 2007 hanya US$ 1.491,6  juta sementara 
untuk sektor industri US$ 27.209,4. Ekspor produk pertanian kita hanya sebesar 
4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang mencapai US$  93,142 miliar. 
Meski ekspor industri kita tinggi tapi kita sedang menuju ke fase 
deindustrialissi. Kalangan perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya 
untuk sektor Industri ketimbang sektor pertanian. Kredit modal kerja dan kredit 
investasi untuk sektor pertanian hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor 
industri nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor pertanian 
yakni Rp 203,808 triliun. 
    Pertanian kita sedang dijepit secara sistematis agar tidak berdaya 
oleh kartel komoditi dunia. Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk 
yang besarnya 0 – 10% untuk 43 produk pertanian telah menyebabkan pasar produk 
pertanian dalam negeri dibanjiri produk impor. Memang dalam jangka pendek 
terkesan menguntungkan karena konsumen mendapatkan produk murah dan berkualitas 
tapi dalam jangka panjang akan menciptakan ketergantungan yang khronis  dan 
mematikan hasrat petani untuk berproduksi karena tidak ada kesempatan 
berpendapatan.
    Ketergantungan kita terhadap produk pertanian impor sangatlah 
besar. Kita setiap tahun mengimpor 1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum, 900 
ribu ton gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu. Masih pantas 
dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri agraris? Ujar Fadel.
    Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa pertanian kita dalam 
bahaya. Jika suatu negara memiliki ketahanan pangan yang rapuh maka negara akan 
mudah runtuh. Sementara kita menghadapi tiga bahaya besar yang mengancam sektor 
pertanian namun tidak ada strategi besar yang andal untuk mengatasinya. 
Pertama, Kemampuan pertanian kita untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, 
relatif telah dan sedang menurun dengan sangat besar. Kedua, sekarang Indonesia 
berada dalam ancaman "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya pangan, tetapi 
karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar.  
Ketiga, Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan 
luar negri yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang 
pangan.
    Untuk mengatasinya kita harus membuat road map (peta jalan) untuk: 
(1)Industri berbasis agro dan perkebunan; (2) Regionalisasi pengembangan 
komoditi untuk menuju skala ekonomi dan aglomerasi; (3) Pengembangan pertanian 
tanaman pangan, peternakan dan industri kecil menengah pedesaan dengan adanya 
peta jalan di tiga ranah maka diharapkan pengembangan pertanian kita menjadi 
lebih fokus dan terarah. Selain itu aspek penting lainnya yang perlu mendapat 
perhatian adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan social 
capital untuk sektor pertanian guna  

[GM2020] Press Release; Orasi dan Bedah Buku

2008-11-09 Terurut Topik Herwin Mopangga




SIARAN PERS

 

ADA YANG SALAH DENGAN PERTANIAN
KITA

 

    Bogor, 10 Nopember 2008.
Dalam rangkaian Dies Natalis IPB, mahasiswa pasca sarjana IPB mengundang
Gubernur Gorontalo DR.Ir. Fadel Muhammad untuk berbagi pengalaman tentang
keberhasilannya membangun pertanian dengan mengembangkan  ekonomi jagung di 
Gorontalo. Dalam kesempatan
tersebut sekaligus dilakukan bedah buku ”Reinventing
Local Government: Pengalaman dari Daerah” yang merupakan pengembangan
disertasi doktoralnya ditambah pengalamannya memimpin Gorontalo.

    Pertanian Indonesia
mempunyai potensi yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi nasional namun
tidak dikelola dengan baik. Sumber daya ekonomi pertanian mulai dari tanaman
pangan, hortikultura, kacang-kacangan, serealia, peternakan, perikanan,
perkebunan dan kehutanan tidak dikelola dengan baik dibiarkan berkembang
sendiri tanpa ada road map. Produk pertanian Indonesia yang unggul di
pasar dunia saat ini dibiarkan berjalan sendiri tandap didukung kebijakan
pengembangan daya saing. Kita penghasil sawit dan lada nomor 1, karet nomor 2,
beras nomor 3 di dunia. Tapi kita tidak mau dan mampu membangun keterkaitan
sektor hulu-hilir dan mempersiapkan infrastruktur dan suprastruktur yang
diperlukan untuk pengembangan komoditas tersebut. Kita lebih senang
mengembangkan  sektor industri meski juga
hanya sebagai tukang jahit saja. Pemerintah juga kurang gigih dalam menawarkan
peluang usaha di sektor pertanian kepada investor. Ini terlihat dari timpangnya
investasi antara sektor pertanian dengan sektor industri. Rencana PMA untuk
sektor pertanian pada 2007 hanya US$ 1.491,6 
juta sementara untuk sektor industri US$ 27.209,4. Ekspor produk
pertanian kita hanya sebesar 4,9% dari total ekspor nasional tahun 2007 yang
mencapai US$  93,142 miliar. Meski ekspor
industri kita tinggi tapi kita sedang menuju ke fase deindustrialissi. Kalangan
perbankan juga lebih royal mengucurkan kreditnya untuk sektor Industri
ketimbang sektor pertanian. Kredit modal kerja dan kredit investasi untuk
sektor pertanian hanya Rp 55,906 triliun sementara untuk sektor industri
nilainya hampir empat kali lipat lebih besar dari sektor pertanian yakni Rp
203,808 triliun. 

    Pertanian kita sedang
dijepit secara sistematis agar tidak berdaya oleh kartel komoditi dunia.
Penandatanganan LoI IMF tentang penurunan bea masuk yang besarnya 0 – 10% untuk
43 produk pertanian telah menyebabkan pasar produk pertanian dalam negeri
dibanjiri produk impor. Memang dalam jangka pendek terkesan menguntungkan
karena konsumen mendapatkan produk murah dan berkualitas tapi dalam jangka
panjang akan menciptakan ketergantungan yang khronis  dan mematikan hasrat 
petani untuk berproduksi
karena tidak ada kesempatan berpendapatan.

    Ketergantungan kita
terhadap produk pertanian impor sangatlah besar. Kita setiap tahun mengimpor
1,2 juta ton kedele, 5 juta  ton gandum,
900 ribu ton gaplek, dan 600 ribu ekor sapi serta 964 ribu ton susu. Masih
pantas dan banggakah kita menyebut diri sebagai negeri agraris? Ujar Fadel.

    Kita harus sadar
sesadar-sadarnya bahwa pertanian kita dalam bahaya. Jika suatu negara memiliki
ketahanan pangan yang rapuh maka negara akan mudah runtuh. Sementara kita
menghadapi tiga bahaya besar yang mengancam sektor pertanian namun tidak ada
strategi besar yang andal untuk mengatasinya. Pertama, Kemampuan
pertanian kita untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif
telah dan sedang menurun dengan sangat besar. Kedua, sekarang Indonesia berada
dalam ancaman "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya
pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply
Luar.  Ketiga, Pasar pangan
amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negri
yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.

    Untuk mengatasinya kita
harus membuat road map (peta jalan) untuk: (1)Industri berbasis agro dan
perkebunan; (2) Regionalisasi pengembangan komoditi untuk menuju skala
ekonomi dan aglomerasi; (3) Pengembangan pertanian tanaman pangan,
peternakan dan industri kecil menengah pedesaan dengan adanya peta jalan di
tiga ranah maka diharapkan pengembangan pertanian kita menjadi lebih fokus dan
terarah. Selain itu aspek penting lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah 
meningkatkan
kuantitas dan kualitas infrastruktur dan social capital untuk sektor
pertanian guna  meningkatkan efesiensi,
produktivitas dan inovasi. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih
proaktif dalam membangun inisiatif dan tindakan untuk membuat jejaring
kersajama usaha tani sebagai agenda pembangunan daerah. Selain itu pemerintah 
harus
berani dan tegas dalam membuka, menciptakan, dan mengamankan pasar produk
pertanian dan memihak petani.



    Kita bisa melakukannya dan
sudah ada hasilnya. Gorontalo adalah contohnya. Dengan kebijakan agropolitan,
Gorontalo berhasil meningkatkan produksi pangan secara lestari pada tingkat
harga yang pantas  un