Re: [iagi-net-l] Re: kapan sebenarnya dextral jadi sinistral ?
Jadi apakah sebenarnya wrench faults dari adang samasekali tidak memotong basement ? ...karena pada dasarnya basementnya memang sudah berbeda... paternoster dan shwaner di selatan faults dan transisi oceanic di utara faults ( apa namanya ...?) Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+> | | Awang Satyana| | | <[EMAIL PROTECTED]| | | oo.com> | | || | | 28/07/2005 01:00 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+> >--| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] Re: kapan sebenarnya dextral jadi sinistral ? | >--| Batas Adang-Paternoster Fault sudah ada sebelum Adang dextral fault berjalan. Paternoster adalah sebuah mikro-kontinen yang membentur SE Kalimantan sejak Middle-Late Cretaceous. Adang adalah tepi utara kontinen Schwaner yang sudah ada di situ sejak Trias. Adang dextral terbentuk mengakomodasi extrusion dari benturan India-Eurasia yang mengangkat Tibet jadi plato. Di utara Adang dan Paternoster adalah proto-basement Kutei yang bukan kontinental, tetapi transisi-oseanik (mikro-kontinen lagi di Mangkalihat). Lalu, Adang dextral fault terjadi di Paleogen, tepat di batas utara Adang dan Paternoster karena di situlah garis lemah amalgamasi antar kerak. Sesar2 akan berlokasi di garis2 lemah di kerak Bumi, bila ada. Maka, basement Paternoster tak pernah tergeser oleh normal fault dextral slip lalu runtuh menjadi basement Kutei. Kutei punya basement tersendiri sejak umur2 Shwaner dan Paternoster beramalgamasi membentuk Kalimantan. Lateral slip Adang sinistral fault bisa diukur di paper saya itu (IAGI, 1994), atau yang di IAGI (1996 - Adang Lupar Trans-Kalimantan Megashear) sebab ia menggeser beberapa trend lipatan dan beberapa tubuh volkanic basic. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: O iya Kalau pada saat dextral...adang fault cenderung normal apakah basement pater noster (continental ) juga ikut terpotong dan ikut turun? yang kemudian menjadi basement dari kutai basin sebelum pada akhirnya di dorong jadi sinistral Ada tidak data yang menunjukkan seberapa besar slip lateral dari sinistral adang faults di kalimantan..? jad Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+> | | Ferdinandus | | | KARTIKO-SAMODRO | | | | | | 28/07/2005 08:02 | | | AM | | | | |-+> > | | | | To: | | cc: | | Subject: kapan sebenarnya dextral jadi sinistral ?(Document link: Ferdinandus KARTIKO-SAMODRO) | > | Pak Awang Mungkin ada paper yang bisa dijadikan referensi untuk mengetahui kapan pastinya waktu pembalikan trends dari dextral ke sinistral...? dari tulisan Pak Awang tentang Northern Meratus ( thanks to mbak Lina ), ditulis bahwa adang bersifat normal slip (dextral..?) sampai the end of oligocene...dan sinistral start at neogene tapi di tulisan di bawah tertulis sampai miosen tengahdan strike slip sinistral sejak miosen akhir... Kira - kira yang mana yang lebih pasti ya...? Terima kasih sebelumnnya... Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Sampai sekitar Miosen Tengah, Adang dominan normal down to north menuju Bongan Deep di selatan Kutei. Ini terbukti dari terhentinya karbonat paparan Berai (Oligo-Miosen) di atas Barito platform dan berubah fasies jadi Bongan shales di Bongan Deep. Sejak Miosen Akhir, slip lebih menuju ke strike-slip, bukan dip-slip. Kutei basement tak ada yang tahu dengan jelas apa litologinya, bahkan di wilayahnya yang paling terangkat pun (Upper Kutei Basin, termasuk Mandau dan Keriau areas), apalagi di offshore-nya yang kedalamannya bisa > 15.000 meter. Tetapi, pemelajaran2 regional yang dilakukan oleh operator2 sejak Kaltim Shell di akhir tahun 1960an sampai University of London (Steve Mohs dkk.) sementara menyimpulkan bahwa basement Kutei adalah kerak transisi-oseanik - transisi di Upper Kuei dan oseanik di bawah North Makassar. Oseanik di sini
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Belum pernah baca, mirip koran kuning ? Boleh Pak, buat koleksi. Terima kasih. Koreksi sedikit posting saya : seharusnya Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya (Giriharja III), kakaknya yang Ade Kosasih Sunarya (Giriharja II), dan Abahnya Ki Sunarya (Giriharja I). salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Pernah baca Wayang-Kuning? Itu versi Ramayana dilihat dari kacamata yg berbeda, meskipun di beberapa episodenya agak "saru". Kalau belum punya dan berminat bisa saya emailkan BPriadi > Syahdan, tahun 1920an Rabindranath Tagore, sastrawan terkenal India, > datang ke Yogyakarta atas undangan Ki Hadjar Dewantara dari Perguruan > Taman Siswa. Di malam terakhir kunjungannya digelarlah wayang kulit > semalam suntuk. Dan, Rabindranath Tagore pun membenarkan bahwa cerita > wayang Indonesia berbeda dengan asalnya dari cerita Maha Bharata India. > Tidak berbeda jauh, hanya banyak variasinya. > > Saya sering nonton wayang golek tiap malam Minggu 22-24 di TPI, di situ > Ki Dalang Ade Sunandar Sunarya dari Padepokan Giri Harja III dengan > sangat trampil memainkan golek-goleknya yang bentuk raksasa2nya > kontemporer, bisa mengeluarkan darah, muntah, dll. Lalu omongan2 Cepot > mengalir bagai air membuat saya tertawa2 sendirian. Garis besar cerita > sih masih mirip2 Maha Barata, tetapi banyak variasinya. Kalau tak > divariasi begitu, Ki Dalang akan kehabisan cerita tentu. > > Kalau ada yang tertarik dengan cerita aslinya, dua buku terbitan Balai > Pustaka : Maha Bharata dan Ramayana bagus untuk referensi. Komik > pewayangan anggitan R.A. Kosasih bagus juga, tetapi sudah cukup banyak > juga variasinya. > > salam, > awang > > __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang, Pernah baca Wayang-Kuning? Itu versi Ramayana dilihat dari kacamata yg berbeda, meskipun di beberapa episodenya agak "saru". Kalau belum punya dan berminat bisa saya emailkan BPriadi > Syahdan, tahun 1920an Rabindranath Tagore, sastrawan terkenal India, > datang ke Yogyakarta atas undangan Ki Hadjar Dewantara dari Perguruan > Taman Siswa. Di malam terakhir kunjungannya digelarlah wayang kulit > semalam suntuk. Dan, Rabindranath Tagore pun membenarkan bahwa cerita > wayang Indonesia berbeda dengan asalnya dari cerita Maha Bharata India. > Tidak berbeda jauh, hanya banyak variasinya. > > Saya sering nonton wayang golek tiap malam Minggu 22-24 di TPI, di situ > Ki Dalang Ade Sunandar Sunarya dari Padepokan Giri Harja III dengan > sangat trampil memainkan golek-goleknya yang bentuk raksasa2nya > kontemporer, bisa mengeluarkan darah, muntah, dll. Lalu omongan2 Cepot > mengalir bagai air membuat saya tertawa2 sendirian. Garis besar cerita > sih masih mirip2 Maha Barata, tetapi banyak variasinya. Kalau tak > divariasi begitu, Ki Dalang akan kehabisan cerita tentu. > > Kalau ada yang tertarik dengan cerita aslinya, dua buku terbitan Balai > Pustaka : Maha Bharata dan Ramayana bagus untuk referensi. Komik > pewayangan anggitan R.A. Kosasih bagus juga, tetapi sudah cukup banyak > juga variasinya. > > salam, > awang > > Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Abah, > > Bagi yang mengenal pakem pewayangan, saat melihat relief2 Candi Sukuh > akan berkesimpulan bahwa relief2 yang dibuat seolah2 begitu saja diambil > dari cerita pewayangan tetapi dengan variasi tertentu. Seni orang Hindu > yang dimasukkan ke Nusantara telah berkembang sedemikian rupa di tanah > Jawa. Gaya candi Sukuh pun berakhir di dalam perkembangan sejarah alam > pikiran orang Jawa yang memiliki norma hukumnya sendiri dan tidak > dinilai menurut norma hukum yang lain. Candi Sukuh adalah candi pemuja > Syiwa, semua relief adalah untuk kepentingan Syiwa. > > Cerita wayang di relief Sukuh adalah variasi cerita Sudamala > (suda=bersih, mala+dosa). Itu adalah nama yang diberikan oleh Dewi Uma > kepada Sadewa. Mengapa Sadewa diikat dan ditakuti2 oleh Dewi Kunti > ibunya yang lagi dirasuki ? Itu karena rekayasa Btari Durga. Hanya > Sadewa yang bisa meruwat dan membebaskan Durga dari kutukan Batara Guru > karena berbuat serong dengan seorang gembala. Muka Durga adalah raksesi > (raksasa perempuan), sebenarnya dia adalah dewi yang cantik. Durga jadi > raksesi, diusir dan turun ke dunia di Setra Gandamayu. Dan akhirnya, > memang Sadewa berhasil membebaskan kutukan Durga. Maka, dinamakanlah dia > oleh dewi Uma (Btari Durga) Sudamala - yang membersihkan dosa. > > Ada relief juga bagaimana Bima membunuh seorang raksasa bernama > Kalantaka. Pada bidang relief terdapat inskripsi (tulisan) berangka > tahun 1371 Caka (1449 M, Caka 1 = 78 M). Nah, jelaslah kapan candi ini > dibangun. > > salam, > awang > > [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Sdrk Awang > > Kalau nyermpet pewayangan , saya jadii ingin tanya nih. > Seingat saya dalam MahaBarata tidak terceriterakan bahwa > Dewi Kunti pernah bermaksud "membunuh" putra terkecilnya Sadewa. > Jadi , apakah ini suatu rekaan ceritera Mahabarata , yang dikarang oleh > manusia pada masa itu , seperti dalang saat ini? > Padahal Mahabarata kan dianggap sakral oleh penganut Hindu ! > > Si Abah. > > > > - > Yahoo! Mail for Mobile > Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. > __ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > http://mail.yahoo.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
RE: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Proses membangun bangunan tinggi jaman dulu mungkin salah satu caranya adalah seperti itu. Dalam beberapa tayangan tentang bagaimana orang Mesir membangun piramid mirip dengan cerita pemandu wisata di candi Singosari tersebut. Batu yg sudah dipotong-2 berbentuk kotak tersebut didorong/ditarik ke atas melalui tanah yg ditimbun dengan kemiringan tertentu. Btw, kalau yg dimaksud pak Mandiri adalah candi Singosari/Singhasari, setahu saya lokasi candi tersebut ada di kota Singosari sekitar 10 km utara kota Malang. Jadi lokasinya mungkin lebih ke kaki G. Arjuno - sebelah Barat jalan raya Surabaya-Malang. Candi ini termasuk salah satu candi yang aksesnya gampang dan menurut info yg ada candi ini adalah makam Raja Kertanegara (1268-1292). Ada beberapa candi/bangunan peninggalan masa lampau di Jawa Timur yg mudah diakses selain candi Singosari, yaitu pemandian Ken Dedes yg berada tidak jauh dari candi Singosari ke arah Timur (di sebelah Timur jalan raya Surabaya-Malang). Candi lain yg lebih dekat ke kota Surabaya adalah Candi Jawi yg berada di sebelah kanan jalan kalau dari arah Surabaya ke kota peristirahatan Tretes (sebelah Barat jalan) dan candi ini benar-2 berada di tepi jalan. Sebanarnya di seputar G. Penanggungan (1650m) yang berada di kira-2 50km selatan kota Surabaya (di sebelah Barat jalan raya Surabaya-Malang, di dekat kota Pandaan) terdapat banyak candi satu diantaranya adalah candi Jawi tadi. Candi Jolotundo yg berada di bagian Barat gunung ini juga bisa diakses dengan mobil, melalui Trawas dan ke arah Seloliman (cukup dikenal karena ada pusat pelatihan lingkungan hidup/PPLH). Yang paling menarik buat saya adalah candi Belahan yg pernah saya datangi sekitar tahun 1978. Candi ini, letaknya di sisi Timur - posisi berlawanan arah dengan candi Jolotundo, dipercaya adalah makam raja Airlangga yg berkuasa sekitar awal abab ke-11. Meanriknya di sini terdapat 2 kolam dimana di salah satu sisi pendek masing-2 kolam tersebut terdapat patung (dewi Sri dan Laksmi) yg mengeluarkan air melalui kedua payudaranya (hanya satu patung yg berfungsi) dan ketika itu aktif dipakai sebagai temapat mandi oleh penduduk desa Belahan. Saya ketika itu tertarik dengan 'kehebatan' orang jaman dulu yg sudah bisa membuat semacam 'air mancur' dan hebatnya koq masih berfungsi setelah berabad-2 (mungkin karena direnovasi ? tapi seingat saya ketika itu candi tersebut memang jauh dari 'jangkauan' yg berwenang, karena aksesnya tidak gampang. Saya tidak tahu akses ke lokasi tersebut sekarang, apakah sudah dibuatkan akses yg lebih gampang, karena lokasi candi berada di suatu ketinggian. Ketika itu kami berjalan dari tepi jalan raya Sby-Mlg dan melewati hutan pohon akasia melaui jalan desa/setapak. Info yg ada menyebutkan bahwa tidak kurang dari 81 candi ditemukan di seputaran G. Penanggungan ini. Konon gunung ini adalah puncak dari gunung Mahameru, dimana ketika G. Mahameru (G. Semeru) dipindahkan ke Jawa bagian puncaknya jatuh lebih dahulu sebelum sampai di tempatnya sekarang. Salam. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 01, 2005 4:07 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Ini bukan sulap bukan sihir, saya belum pernah mempelajarinya, tapi cerita ini masuk akal juga. Pertanyaan pembuatan candi itu juga diajukan anak saya pada liburan bulan lalu pada saat melihat candi Singosari. Pada saat itu Pak pemandu wisata menerangkan dan saya ikut mendengarkan, terus terang saya juga ikut kaget, karena sebelumnya saya punya bayangan yang high tech. Penyusunan batu dengan teknik saling mengikat dimulai dari bawah, kemudian ditimbun dng tanah hingga pinggirnya rata dengan tanah, dng demikian batu dengan mudah didorong dari samping ke atas, sampai selesai tumpukan kedua, berikutnya tumpukan batu ditimbun tanah lagi, demikian selanjutnya, sampai jadilah bukit tanah yang didalamnya ada tumpukan batu. Tahap berikutnya ada mengukir batu dari atas, begitu selesai ukiran batu paling atas tanah dibongkar, batu berikut diukir, demikian selanjutnya. Nah ... makanya candi Singosari yang diukir baru atasnya, konon kabarnya, tukang ukir kabur karena ada gunjang-ganjing perang Kediri, sehinnga Candi belum terukir semua kecuali pada puncaknya. Itulah oleh-oleh cerita dari kaki Gn. Bromo. regards, mandhiri *** Private and Confidential *** The information in this email is confidential and is intended only for the person(s) named. Any other distribution, copying or disclosure is prohibited. If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately or telephone Premier Oil on +44 (0) 20 7730
Re: [iagi-net-l] Pak Sigit : Batu Penawar Racun
pak kalo disengat tawon dan cuman satu sengatan, bisa itu akan normal dalam waktu yaa sekitar satu/dua jam. kalo yang nyengat ratusan, wah sudah kolap deh. Tapi mau nanya juga nih, tawon apa, kalo tawon madu lebih singkat, kalo tawon "endas" memang ampuh tuh sengatannya. Coba lihat pengobatan dengan sengat tawon, itu juga terasa sakit sekitar satu atau dua jam, tanpa penawar racun. Saya sendiri gak pernah diobat dengan sengatan tawon, cuman nganter sodara. salam. > - Original Message - > From: "Sigit SETIAWAN" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Sunday, July 31, 2005 10:09 AM > Subject: Mau tanya batu > > >> Saya adalah pembaca setia posting-an Pak Miko, soal gemstone di >> IAGI-net. Saya mau tanya tapi via japri aja. >> >> Saya punya batu (beli dari sangiran), seratnya seperti kayu (fosil >> kayu) warna kecoklatan, ada sedikit lapisan putih susu di bawahnya. >> Yang jual waktu itu bilang batu itu bisa untuk menawarkan racun atau >> bisa (ular, tawon, kelabang,dsb). >> >> Saya tidak percaya waktu itu. Kebetulan batu itu "terbeli" karena saya >> iba sama bapak tua yang menjualnya. Dia minta imbalan uang untuk >> sebungkus rokok saja. >> >> Sekian lama, batu itu saya simpan. >> >> Suatu ketika saya disengat tawon. Kontan saya kesakitan dan >> kebingungan. Nggak tahu kenapa saya ingat batu "anti sengat" yang >> pernah saya beli beberapa tahun yang lalu itu. Saya tempelkan batu >> tersebut di bagian yang kena sengat (bengkak dan sakit sekali) pakai >> tensoplast. Setelah kira-kira 3 jam, rasa sakit mulai hilang, denyutan >> panas juga nggak ada. Yang ada tinggal rasa gatal-2. >> >> Saya buka tensoplast. Ajaib. Tidak bengkak dan tidak sakit. Tinggal >> ada bekas seperti titik hitam bekas bolpoint. >> >> Kisah ini nyata, dan sampai sekarang saya belum bisa menerimanya >> secara > ilmiah. >> >> Bisakah Pak Miko ceritakan, apa yang sebenarnya sudah terjadi, dan >> batu tersebut apa? >> >> >> Salam hormat. >> >> Sigit >> >> NB: Kita pernah ketemu di rumah Pak Ongkowidjoyo (Ongki) di >> Balikpapan. >> >> >> >> >> the world belongs to the braves >> >> > > > - To > unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina > (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi > SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) > Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau > [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) > - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Ini bukan sulap bukan sihir, saya belum pernah mempelajarinya, tapi cerita ini masuk akal juga. Pertanyaan pembuatan candi itu juga diajukan anak saya pada liburan bulan lalu pada saat melihat candi Singosari. Pada saat itu Pak pemandu wisata menerangkan dan saya ikut mendengarkan, terus terang saya juga ikut kaget, karena sebelumnya saya punya bayangan yang high tech. Penyusunan batu dengan teknik saling mengikat dimulai dari bawah, kemudian ditimbun dng tanah hingga pinggirnya rata dengan tanah, dng demikian batu dengan mudah didorong dari samping ke atas, sampai selesai tumpukan kedua, berikutnya tumpukan batu ditimbun tanah lagi, demikian selanjutnya, sampai jadilah bukit tanah yang didalamnya ada tumpukan batu. Tahap berikutnya ada mengukir batu dari atas, begitu selesai ukiran batu paling atas tanah dibongkar, batu berikut diukir, demikian selanjutnya. Nah ... makanya candi Singosari yang diukir baru atasnya, konon kabarnya, tukang ukir kabur karena ada gunjang-ganjing perang Kediri, sehinnga Candi belum terukir semua kecuali pada puncaknya. Itulah oleh-oleh cerita dari kaki Gn. Bromo. regards, mandhiri Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]To: iagi-net@iagi.or.id .com> cc: 08/01/2005 01:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Please respond to Geomantik iagi-net Pak Awang ysh., 3 candi di atas adalah candi Budha yg dibangun di masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Hindu yg kira2 seumur kalau nggak salah adalah candi Prambanan, yg juga mempunyai ruang di dalamnya. Dari hitungan mekanika tekniknya (kesetimbagan), bangunan yg ada ruangnya dng tumpukan batu saja membentuk pelataran tentu berbeda. Juga dari mekanika tanah, pondasi, atau kalau skrg ada lagi geologi teknik-nya (daya dukung, kekerasan, stabilitas lereng, dsb). Belum lagi sewaktu bikin site plannya, ilmu ukur tanahnya, stake out di lapangan, kan dulu belum ada theodolite, waterpas. Pertanyaan saya, apakah ada buku ttg ilmu2 tsb pd masa itu? Ilmunya dari mana? Bgmn mereka menaikan batu yg besar2 dari elevasi nol bangunan tsb ke puncak, apakah sudah ada kran cantilever/derek? Mohon penjelasannya kalau mungkin. Terimakasih. Wassalam HK Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi restorasi tersebut dan sebagai seoran g pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, masa orang asing lebih tahu dari kita ? Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asa
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang, Apakah hal yg sama terjadi di wilayah Jawa Barat dan Banten? Candi2 di Jawa Barat dan Banten sepertinya jauh lebih sedikit daripada Jawa Tengah dan Jawa Timur? Apakah hanya faktor topography saja yg jd perhitungan pada waktu itu? Atau ada hal2 lain yg lebih memegang peranan? Faktor tingkat kebudayaan mungkin? regards, -edwin- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] oo.com> cc: 08/02/2005 07:52 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Please respond to iagi-net Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. > >
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang, Apakah hal yg sama terjadi di wilayah Jawa Barat dan Banten? Candi2 di Jawa Barat dan Banten sepertinya jauh lebih sedikit daripada Jawa Tengah dan Jawa Timur? Apakah hanya faktor topography saja yg jd perhitungan pada waktu itu? Atau ada hal2 lain yg lebih memegang peranan? Faktor tingkat kebudayaan mungkin? regards, -edwin- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] oo.com> cc: 08/02/2005 07:52 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Please respond to iagi-net Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. > > ---
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Syahdan, tahun 1920an Rabindranath Tagore, sastrawan terkenal India, datang ke Yogyakarta atas undangan Ki Hadjar Dewantara dari Perguruan Taman Siswa. Di malam terakhir kunjungannya digelarlah wayang kulit semalam suntuk. Dan, Rabindranath Tagore pun membenarkan bahwa cerita wayang Indonesia berbeda dengan asalnya dari cerita Maha Bharata India. Tidak berbeda jauh, hanya banyak variasinya. Saya sering nonton wayang golek tiap malam Minggu 22-24 di TPI, di situ Ki Dalang Ade Sunandar Sunarya dari Padepokan Giri Harja III dengan sangat trampil memainkan golek-goleknya yang bentuk raksasa2nya kontemporer, bisa mengeluarkan darah, muntah, dll. Lalu omongan2 Cepot mengalir bagai air membuat saya tertawa2 sendirian. Garis besar cerita sih masih mirip2 Maha Barata, tetapi banyak variasinya. Kalau tak divariasi begitu, Ki Dalang akan kehabisan cerita tentu. Kalau ada yang tertarik dengan cerita aslinya, dua buku terbitan Balai Pustaka : Maha Bharata dan Ramayana bagus untuk referensi. Komik pewayangan anggitan R.A. Kosasih bagus juga, tetapi sudah cukup banyak juga variasinya. salam, awang Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Abah, Bagi yang mengenal pakem pewayangan, saat melihat relief2 Candi Sukuh akan berkesimpulan bahwa relief2 yang dibuat seolah2 begitu saja diambil dari cerita pewayangan tetapi dengan variasi tertentu. Seni orang Hindu yang dimasukkan ke Nusantara telah berkembang sedemikian rupa di tanah Jawa. Gaya candi Sukuh pun berakhir di dalam perkembangan sejarah alam pikiran orang Jawa yang memiliki norma hukumnya sendiri dan tidak dinilai menurut norma hukum yang lain. Candi Sukuh adalah candi pemuja Syiwa, semua relief adalah untuk kepentingan Syiwa. Cerita wayang di relief Sukuh adalah variasi cerita Sudamala (suda=bersih, mala+dosa). Itu adalah nama yang diberikan oleh Dewi Uma kepada Sadewa. Mengapa Sadewa diikat dan ditakuti2 oleh Dewi Kunti ibunya yang lagi dirasuki ? Itu karena rekayasa Btari Durga. Hanya Sadewa yang bisa meruwat dan membebaskan Durga dari kutukan Batara Guru karena berbuat serong dengan seorang gembala. Muka Durga adalah raksesi (raksasa perempuan), sebenarnya dia adalah dewi yang cantik. Durga jadi raksesi, diusir dan turun ke dunia di Setra Gandamayu. Dan akhirnya, memang Sadewa berhasil membebaskan kutukan Durga. Maka, dinamakanlah dia oleh dewi Uma (Btari Durga) Sudamala - yang membersihkan dosa. Ada relief juga bagaimana Bima membunuh seorang raksasa bernama Kalantaka. Pada bidang relief terdapat inskripsi (tulisan) berangka tahun 1371 Caka (1449 M, Caka 1 = 78 M). Nah, jelaslah kapan candi ini dibangun. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdrk Awang Kalau nyermpet pewayangan , saya jadii ingin tanya nih. Seingat saya dalam MahaBarata tidak terceriterakan bahwa Dewi Kunti pernah bermaksud "membunuh" putra terkecilnya Sadewa. Jadi , apakah ini suatu rekaan ceritera Mahabarata , yang dikarang oleh manusia pada masa itu , seperti dalang saat ini? Padahal Mahabarata kan dianggap sakral oleh penganut Hindu ! Si Abah. - Yahoo! Mail for Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
=quote Lalu ada pendapat bahwa kepercayaan masyarakat Sunda berbeda dengan Jawa. Menurut seorang budayawan, Prof. Jakob Sumarjo, masyarakat Sunda adalah masyarakat peladang. Mereka mengapresiasi kebesaran Tuhan melalui bentukan alam (pohon besar, batu, gunung, dsb) dan disebut kabuyutan. Jadi candi tidak terlalu perlu. Masyarakat Jawa adalah masyarakt petani, yang lebih terorganisir, berpemerintahan, beda antara penguasa dan rakyat sangat jelas, sehingga katanya candi dibangun sebagai kebutuhan untuk menjadi simbol kekuasaan para pemimpinnya. =quote Kalo emang lebih terorganisir kenapa ya justru kerajaan2 di Jawa Barat/Banten sepertinya kalah pamor sama kerjaan2 di Jawa Tengah ataupun Jawa Timur? Apakah karena masyarakat Jawa Barat lebih berkonsentrasi di dalam negeri saja? regards, -edwin- "Budi Brahmantyo" <[EMAIL PROTECTED]To: .id> cc: 08/02/2005 09:42 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Please respond to iagi-net Ikut nimbrung soal candi... Candi di Jawa Barat sepengetahuan saya sedikitnya ada tiga, yaitu candi-candi batubata di Karawang yang diperkirakan peninggalan Tarumanegara (mungkin bukan tempat pemujaan, tetapi lebih bersifat fungsional; pengairan?), Candi Cangkuang di Leles Garut, dan yang baru tergali pada tahun 2000 Candi Bojongmenje di Rancaekek, Bandung sebelah timur. Candi Cangkuang dan Candi Bojongmenje aslinya hanya ditemukan dasarnya saja (fondasi + sebagian lantai candi), ke atasnya sisa-sisa candi sedikit sekali ditemukan. Maka Candi Cangkuang yang telah direkonstruksi sekarang ini hanya tafsiran saja meniru candi-candi Hindu di Jateng berdasarkan kepada bentuk fondasinya. Ini lah yang membuat Candi Cangkuang tidak otentik karena dibangun dengan batu-batu baru (bahkan blok-blok beton) oleh para seniman Yogyakarta dipimpin seorang Arkeolog kelahiran Jawa Barat. Candi Bojongmenje menarik karena jelas tadinya terkubur endapan aluvial di Rancaekek yang sampai sekarang pun masih rawan banjir. Bagian atasnya pun tidak lengkap. Padahal untuk rekonstruksi candi, saya pernah dengar minimal harus ada 70 - 80% sisa batu candi asli. Di bawah itu kalau direkonstruksi, boleh dikatakan candi baru! Lalu ada pendapat bahwa kepercayaan masyarakat Sunda berbeda dengan Jawa. Menurut seorang budayawan, Prof. Jakob Sumarjo, masyarakat Sunda adalah masyarakat peladang. Mereka mengapresiasi kebesaran Tuhan melalui bentukan alam (pohon besar, batu, gunung, dsb) dan disebut kabuyutan. Jadi candi tidak terlalu perlu. Masyarakat Jawa adalah masyarakt petani, yang lebih terorganisir, berpemerintahan, beda antara penguasa dan rakyat sangat jelas, sehingga katanya candi dibangun sebagai kebutuhan untuk menjadi simbol kekuasaan para pemimpinnya. demikian sedikit info, BB > Pak Awang ysh., > > Saya tertarik dengan hal2 yg Bapak ceritakan. Kalau boleh ada lagi > pertanyaan saya, yaitu, mengapa di Jawa Barat nggak ada > peninggalan2-nya? Padahal kalau dari sejarahnya, kerajaan tertua di > Jawa ditemukan di Jawa Barat, Tarumanagara, di tahun 450-an. Apakah > sesudah itu, krn Jawa Barat relatif lebih bergunung-gunung, > masyarakatnya lebih terisolasi sehingga tidak ada komunitas besar lagi > yg menghasilkan sesuatu, ataukah keadaan alam di Jawa Barat yg lebih > destructive (krn gempa, gunung api, dsb., di daerah bergunung2), ataukah > hal lain? Terimakasih. > > Wassalam > HK > - To unsubscribe, send
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Abah, Bagi yang mengenal pakem pewayangan, saat melihat relief2 Candi Sukuh akan berkesimpulan bahwa relief2 yang dibuat seolah2 begitu saja diambil dari cerita pewayangan tetapi dengan variasi tertentu. Seni orang Hindu yang dimasukkan ke Nusantara telah berkembang sedemikian rupa di tanah Jawa. Gaya candi Sukuh pun berakhir di dalam perkembangan sejarah alam pikiran orang Jawa yang memiliki norma hukumnya sendiri dan tidak dinilai menurut norma hukum yang lain. Candi Sukuh adalah candi pemuja Syiwa, semua relief adalah untuk kepentingan Syiwa. Cerita wayang di relief Sukuh adalah variasi cerita Sudamala (suda=bersih, mala+dosa). Itu adalah nama yang diberikan oleh Dewi Uma kepada Sadewa. Mengapa Sadewa diikat dan ditakuti2 oleh Dewi Kunti ibunya yang lagi dirasuki ? Itu karena rekayasa Btari Durga. Hanya Sadewa yang bisa meruwat dan membebaskan Durga dari kutukan Batara Guru karena berbuat serong dengan seorang gembala. Muka Durga adalah raksesi (raksasa perempuan), sebenarnya dia adalah dewi yang cantik. Durga jadi raksesi, diusir dan turun ke dunia di Setra Gandamayu. Dan akhirnya, memang Sadewa berhasil membebaskan kutukan Durga. Maka, dinamakanlah dia oleh dewi Uma (Btari Durga) Sudamala - yang membersihkan dosa. Ada relief juga bagaimana Bima membunuh seorang raksasa bernama Kalantaka. Pada bidang relief terdapat inskripsi (tulisan) berangka tahun 1371 Caka (1449 M, Caka 1 = 78 M). Nah, jelaslah kapan candi ini dibangun. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdrk Awang Kalau nyermpet pewayangan , saya jadii ingin tanya nih. Seingat saya dalam MahaBarata tidak terceriterakan bahwa Dewi Kunti pernah bermaksud "membunuh" putra terkecilnya Sadewa. Jadi , apakah ini suatu rekaan ceritera Mahabarata , yang dikarang oleh manusia pada masa itu , seperti dalang saat ini? Padahal Mahabarata kan dianggap sakral oleh penganut Hindu ! Si Abah. - Yahoo! Mail for Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone.
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang, Pak Surya, Pak Budi, dan rekan2 lainnya ysh., Terimakasih atas penjelasannya. Wassalam, HK - Start your day with Yahoo! - make it your home page
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Sdrk Awang Kalau nyermpet pewayangan , saya jadii ingin tanya nih. Seingat saya dalam MahaBarata tidak terceriterakan bahwa Dewi Kunti pernah bermaksud "membunuh" putra terkecilnya Sadewa. Jadi , apakah ini suatu rekaan ceritera Mahabarata , yang dikarang oleh manusia pada masa itu , seperti dalang saat ini? Padahal Mahabarata kan dianggap sakral oleh penganut Hindu ! Si Abah. Pak Ismail, > > Mungkin yang dimaksud adalah Candi Sukuh ya, di lereng barat Gunung Lawu, > Kab. Karanganyar. Ya, ini candi yang berbeda dengan Borobudur dan kompleks > Prambanan. Candi Sukuh berasal dari abad ke-15, merupakan bangunan yang > didirikan para pemuja Syiwa, yang di Indonesia berbentuk lingga dan > digambarkan secara realistis sebagai alat kelamin laki2. Di salah satu > reliefnya pembukanya ada relief laki-laki telanjang yang ingin > mengingatkan bahwa permulaan hidup adalah bergantung kepada Lingga dan > Yoni (laki-laki dan perempuan). > > Relief2nya sebenarnya tidak porno, hanya seadanya dan terkesan lugu. > Relief candi mengisahkan cerita kuna Sudamala. Cerita ini dimulai dengan > relief seorang yang diikat pada Kepuh Randu, di depannya berdiri seorang > Dewi berwajah mengerikan, mengangkat sebilah pedang, dikawal serombongan > dedemit dengan kepala lepas, tangan lepas dsb. Orang yang diikat ini > adalah Sadewa, Pandawa termuda, yang akan dipersembahkan kepada Btari > Durga (ratu para hantu) oleh ibunya, Dewi Kunti, yang sedang kerasukan > setan. Dst..dst.. > > Candi Sukuh juga unik karena punden berundaknya mirip piramid Aztec di > Amerika Selatan. Apakah ada hubungan antara keduanya, bisa digali lebih > jauh sebab kronologinya berdekatan. > > Di lantai Borobudur yang sekarang tertutup beton juga terdapat relief2 > gambaran manusia yang masih mengikuti hasratnya, termasuk yang menurut > orang porno, itulah Kamadathu - bukan untuk menggambarkan hal2 porno, > tetapi ingin menggambarkan manusia yang seadanya. Ditutup lantai beton > juga bukan karena pornonya itu, tetapi karena fondasi Borobudur > berindikasi ambles, maka diperkuat batu dan ditutup lantai beton. Tapi, > foto2 relief Kamadathu bisa dilihat di Dinas Kepurbakalaan atau Museum > Nasional Gedong Gajah. > > salam, > awang > > ismail <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Awang. > Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi > namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari > candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan > sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata > (?) > , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena > menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). > Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari > candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, > termasuk umurnya. > > Ism > > Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik > > >> Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat >> dalam >> diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun >> 1953 >> pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak >> terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat >> itu, >> bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. >> Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, >> badan >> PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi >> bangunan2 >> kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan >> Daoed >> menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya >> Borobudur >> berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota >> air >> Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 >> tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan >> Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin >> mengunjungi >> restorasi tersebut dan sebagai seoran >> g >> pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. >> >> Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, >> Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita >> perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - >> sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, >> budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan >> hitam >> tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab >> dua >> tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di >> mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, >> masa orang asing lebih tahu dari kita ? >> >> Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. >> Semua >> bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. >> Kita >> sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita >> pun >> abad ke-9, tahun 825, sudah
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Menarik juga keterangan kang Budi Brahmantyo ini soal langkanya candi di Jawa barat (+ Banten). Padahal dari sejarah, beberapa kerajaan Hindu pernah ada. Yang jadi pertanyaan, apakah mereka tidak membikin candi? atau memang belum ditemukan? Salam, Yudie ISKANDAR This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Ikut nimbrung soal candi... Candi di Jawa Barat sepengetahuan saya sedikitnya ada tiga, yaitu candi-candi batubata di Karawang yang diperkirakan peninggalan Tarumanegara (mungkin bukan tempat pemujaan, tetapi lebih bersifat fungsional; pengairan?), Candi Cangkuang di Leles Garut, dan yang baru tergali pada tahun 2000 Candi Bojongmenje di Rancaekek, Bandung sebelah timur. Candi Cangkuang dan Candi Bojongmenje aslinya hanya ditemukan dasarnya saja (fondasi + sebagian lantai candi), ke atasnya sisa-sisa candi sedikit sekali ditemukan. Maka Candi Cangkuang yang telah direkonstruksi sekarang ini hanya tafsiran saja meniru candi-candi Hindu di Jateng berdasarkan kepada bentuk fondasinya. Ini lah yang membuat Candi Cangkuang tidak otentik karena dibangun dengan batu-batu baru (bahkan blok-blok beton) oleh para seniman Yogyakarta dipimpin seorang Arkeolog kelahiran Jawa Barat. Candi Bojongmenje menarik karena jelas tadinya terkubur endapan aluvial di Rancaekek yang sampai sekarang pun masih rawan banjir. Bagian atasnya pun tidak lengkap. Padahal untuk rekonstruksi candi, saya pernah dengar minimal harus ada 70 - 80% sisa batu candi asli. Di bawah itu kalau direkonstruksi, boleh dikatakan candi baru! Lalu ada pendapat bahwa kepercayaan masyarakat Sunda berbeda dengan Jawa. Menurut seorang budayawan, Prof. Jakob Sumarjo, masyarakat Sunda adalah masyarakat peladang. Mereka mengapresiasi kebesaran Tuhan melalui bentukan alam (pohon besar, batu, gunung, dsb) dan disebut kabuyutan. Jadi candi tidak terlalu perlu. Masyarakat Jawa adalah masyarakt petani, yang lebih terorganisir, berpemerintahan, beda antara penguasa dan rakyat sangat jelas, sehingga katanya candi dibangun sebagai kebutuhan untuk menjadi simbol kekuasaan para pemimpinnya. demikian sedikit info, BB > Pak Awang ysh., > > Saya tertarik dengan hal2 yg Bapak ceritakan. Kalau boleh ada lagi > pertanyaan saya, yaitu, mengapa di Jawa Barat nggak ada > peninggalan2-nya? Padahal kalau dari sejarahnya, kerajaan tertua di > Jawa ditemukan di Jawa Barat, Tarumanagara, di tahun 450-an. Apakah > sesudah itu, krn Jawa Barat relatif lebih bergunung-gunung, > masyarakatnya lebih terisolasi sehingga tidak ada komunitas besar lagi > yg menghasilkan sesuatu, ataukah keadaan alam di Jawa Barat yg lebih > destructive (krn gempa, gunung api, dsb., di daerah bergunung2), ataukah > hal lain? Terimakasih. > > Wassalam > HK > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - ITB 25 Juli-11Agustus 2005
> Sdr Yahdi Zaim yang baik hati Selamat atas proyek Anda yang telah berhasil membuktikan kemampuan mahasiswa kita. Yang tentunya tidak terlepas dari jerih payah Anda sebagai pengajar , semoga BP{ Migas dapat meneruskan bantuannya untuk kegiatan kegiatan ilmiah seperti ini. Si Abah Betul Pak Zaim, agar kita juga semakin mampu menjadi penguasa ilmu > pengetahuan di negeri sendiri tanpa menafikan semangat globalitas dalam > memajukan ilmu pengetahuan. Semoga dengan kegiatan ini, paleo-antropologi > makin mendapatkan sosialisasi yang baik. Saya berharap hasil-hasil > penelitian ekskursi ini bisa disosialisasikan ke khalayak ramai sebab "tak > akan sayang kalau tak kenal". Selamat berekskursi dan memajukan > paleo-antropologi. > > salam, > awang > > Yahdi Zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Awang Yth., > > Terima kasih kepada BPMIGAS yang telah mensponsori kegiatan Ekskursi > bersama > antara 16 Mahasiswa Dept. Teknik Geologi ITB dengan 14 Mahasiswa Dept. of > Paleobiology, University of Frankfurt atau dikenal juga sebagai > Universitat > Johann Wolfgang Goethe - Jerman. Ekskursi sekarang ini sedang berjalan > (saya > ke Bandung dulu karena ada rapat di ITB yang tidak bisa saya tinggalkan), > ke > Sangiran - Sambungmacan - Trinil - Ngandong - Kedungbrubus dan terkahir ke > Perning, Mojokerto. Sebelum ekskursi, dilakukan seminar mahasiswa dari > kedua > negara tersebut. Dari Jerman 6 orang presentasi tentang fosil2 dari Jawa > koleksi Von Koenigswald yang sekarang di Museum Senckenberg - Frankfurt > serta koleksi Selenka yang sekarang ada di Museum Berlin. Koleksi fosil2 > tersebut sebagai bahan tesis para mahasiswa Jerman. Mahasiswa ITB, juga 6 > orang presentasi tentang geologi dan stratigrafi daerah2 yang akan > dikunjungi untuk ekskursi. Yang menarik, dan surprise buat saya (maaf, > saya > terlalu menganggap remeh tadinya) ternyata para mahasiswa Indonesia bahasa > Inggrisnya waktu presentasi sangat bagus dan lancar, meski yang kadang ada > sedikit tersendat - maklumlah, tetapi secara umum kemampuan mereka > presentasi dalam bahasa Inggris cukum mengagumkan. > Sekali lagi terima ksih pada BPMIGAS, dengan sponsornya maka pelaksanaan > ekskursi dan seminar mahasiswa antar negara ini dapat berlangsung dengan > baik. Mudah2an hal ini dapat berlangsung terus, agar mahasiswa kita tidak > KUPER... > > Wassalam, > > Yahdi Zaim > > > > - Original Message - > From: "Awang Satyana" > To: ; > Sent: Thursday, July 28, 2005 4:41 PM > Subject: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - > ITB 25 Juli-11Agustus 2005 > > > Pulau Jawa dalam skala geografi dunia memang kecil, tetapi ia besar dalam > dunia paleo-antropologi. Disemangati oleh buku Darwin (1859), The Origin > of > Spesies, yang di salah satu halamannya menyebutkan bahwa missing link > dalam > evolusi manusia harus dicari di benua2 selatan, maka Eugene Dubois > akhirnya > terdampar di Jawa setelah dari Sumatra. Dan, karena Jawalah, tahun 1891, > sejarah paleo-antropologi berubah. Dubois pada Oktober 1891 di sebuah > kampung desa Trinil, di lembah Sungai (Bengawan) Solo menemukan tempurung > kepala spesies hominid (seperti manusia bukan kera) yang lalu dinamakan > Pithecanthropus erectus. > > Di Jawa itulah pertama kali terjadi penemuan fosil hominid di luar Eropa. > Pamor Jawa saat itu sebagai "surga" para paleo-antropologists sangat > "top". > Lalu, menyusul Zhoukoudian (Cina). Maka, lahirlah dalil bahwa Asia adalah > pusat evolusi manusia pada tahap-tahap paling dini. Tidak mengherankan > dalil > ini lahir sebab kebanyakan fosil hominid sebelum 1950an ditemukan di Jawa > dan Cina. Di Jawa, tentu kita patut menyebut von Koenigswald, ahli > paleontologi vertebrata, tokoh penemu fosil2 hominid. Von Koenigswald ini > lalu menurunkan ilmunya ke Pak T. Jacob dan alm. Sartono, lalu > turun-temurun > ke Pak Zaim dan Pak Yan Rizal di ITB sekarang. > > Nah, benarkah Jawa (Asia) pusat evolusi hominid ? Bukan. Paling tidak, itu > menurut dalil yang berlaku sekarang. Tahun 1960-an, bersamaan dengan plate > tectonic theory sedang digodok, Keluarga Leakey (ayah, istri, anak) > memulai > tradisi penelitian paleo-antropologinya di bagian timur Afrika dari > Tanzania-Kenya-Ethiopia. Nah...dengan sokongan yang besar dari National > Geographic Society di Amerika, dengan makin banyaknya para > paleo-antropologist yang terlibat di wilayah itu, maka penelitian 35 tahun > terakhir ini di dunia paleo-antropologi bisa dibilang 90 % terjadi di > Afrika > Timur ini. Dan, terjungkirbalikkanlah teori/dalil bahwa Asia adalah pusat > evolusi hominid. Pamor Jawa meredup dan gugur. Sekarang para > paleo-anthropologists sebagian besar percaya bahwa Afrika lah pusat > evolusi > hominid. "Out of Africa". Biologi-molekuler sudah turut campur dalam > penelitian ini, dan apa daya, memang membenarkan dalil Out of Africa - > bahwa > hominid di Cina dan Jawa itu berasal dari Afrika. > > Benarkah begitu ? Tahun 2001 saya pernah posting tulisan d
Re: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - ITB 25 Juli-11Agustus 2005
Betul Pak Zaim, agar kita juga semakin mampu menjadi penguasa ilmu pengetahuan di negeri sendiri tanpa menafikan semangat globalitas dalam memajukan ilmu pengetahuan. Semoga dengan kegiatan ini, paleo-antropologi makin mendapatkan sosialisasi yang baik. Saya berharap hasil-hasil penelitian ekskursi ini bisa disosialisasikan ke khalayak ramai sebab "tak akan sayang kalau tak kenal". Selamat berekskursi dan memajukan paleo-antropologi. salam, awang Yahdi Zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang Yth., Terima kasih kepada BPMIGAS yang telah mensponsori kegiatan Ekskursi bersama antara 16 Mahasiswa Dept. Teknik Geologi ITB dengan 14 Mahasiswa Dept. of Paleobiology, University of Frankfurt atau dikenal juga sebagai Universitat Johann Wolfgang Goethe - Jerman. Ekskursi sekarang ini sedang berjalan (saya ke Bandung dulu karena ada rapat di ITB yang tidak bisa saya tinggalkan), ke Sangiran - Sambungmacan - Trinil - Ngandong - Kedungbrubus dan terkahir ke Perning, Mojokerto. Sebelum ekskursi, dilakukan seminar mahasiswa dari kedua negara tersebut. Dari Jerman 6 orang presentasi tentang fosil2 dari Jawa koleksi Von Koenigswald yang sekarang di Museum Senckenberg - Frankfurt serta koleksi Selenka yang sekarang ada di Museum Berlin. Koleksi fosil2 tersebut sebagai bahan tesis para mahasiswa Jerman. Mahasiswa ITB, juga 6 orang presentasi tentang geologi dan stratigrafi daerah2 yang akan dikunjungi untuk ekskursi. Yang menarik, dan surprise buat saya (maaf, saya terlalu menganggap remeh tadinya) ternyata para mahasiswa Indonesia bahasa Inggrisnya waktu presentasi sangat bagus dan lancar, meski yang kadang ada sedikit tersendat - maklumlah, tetapi secara umum kemampuan mereka presentasi dalam bahasa Inggris cukum mengagumkan. Sekali lagi terima ksih pada BPMIGAS, dengan sponsornya maka pelaksanaan ekskursi dan seminar mahasiswa antar negara ini dapat berlangsung dengan baik. Mudah2an hal ini dapat berlangsung terus, agar mahasiswa kita tidak KUPER... Wassalam, Yahdi Zaim - Original Message - From: "Awang Satyana" To: ; Sent: Thursday, July 28, 2005 4:41 PM Subject: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - ITB 25 Juli-11Agustus 2005 Pulau Jawa dalam skala geografi dunia memang kecil, tetapi ia besar dalam dunia paleo-antropologi. Disemangati oleh buku Darwin (1859), The Origin of Spesies, yang di salah satu halamannya menyebutkan bahwa missing link dalam evolusi manusia harus dicari di benua2 selatan, maka Eugene Dubois akhirnya terdampar di Jawa setelah dari Sumatra. Dan, karena Jawalah, tahun 1891, sejarah paleo-antropologi berubah. Dubois pada Oktober 1891 di sebuah kampung desa Trinil, di lembah Sungai (Bengawan) Solo menemukan tempurung kepala spesies hominid (seperti manusia bukan kera) yang lalu dinamakan Pithecanthropus erectus. Di Jawa itulah pertama kali terjadi penemuan fosil hominid di luar Eropa. Pamor Jawa saat itu sebagai "surga" para paleo-antropologists sangat "top". Lalu, menyusul Zhoukoudian (Cina). Maka, lahirlah dalil bahwa Asia adalah pusat evolusi manusia pada tahap-tahap paling dini. Tidak mengherankan dalil ini lahir sebab kebanyakan fosil hominid sebelum 1950an ditemukan di Jawa dan Cina. Di Jawa, tentu kita patut menyebut von Koenigswald, ahli paleontologi vertebrata, tokoh penemu fosil2 hominid. Von Koenigswald ini lalu menurunkan ilmunya ke Pak T. Jacob dan alm. Sartono, lalu turun-temurun ke Pak Zaim dan Pak Yan Rizal di ITB sekarang. Nah, benarkah Jawa (Asia) pusat evolusi hominid ? Bukan. Paling tidak, itu menurut dalil yang berlaku sekarang. Tahun 1960-an, bersamaan dengan plate tectonic theory sedang digodok, Keluarga Leakey (ayah, istri, anak) memulai tradisi penelitian paleo-antropologinya di bagian timur Afrika dari Tanzania-Kenya-Ethiopia. Nah...dengan sokongan yang besar dari National Geographic Society di Amerika, dengan makin banyaknya para paleo-antropologist yang terlibat di wilayah itu, maka penelitian 35 tahun terakhir ini di dunia paleo-antropologi bisa dibilang 90 % terjadi di Afrika Timur ini. Dan, terjungkirbalikkanlah teori/dalil bahwa Asia adalah pusat evolusi hominid. Pamor Jawa meredup dan gugur. Sekarang para paleo-anthropologists sebagian besar percaya bahwa Afrika lah pusat evolusi hominid. "Out of Africa". Biologi-molekuler sudah turut campur dalam penelitian ini, dan apa daya, memang membenarkan dalil Out of Africa - bahwa hominid di Cina dan Jawa itu berasal dari Afrika. Benarkah begitu ? Tahun 2001 saya pernah posting tulisan di IAGI-net ini bertajuk "hominid Jawa : in problem" (mungkin ada yang masih ingat). Ada beberapa problem yang belum terpecahkan tentang hominid Jawa yang padahal pada hemat saya sangat berperan penting untuk menguji mana dalil yang benar antara multi-regional (bahwa tiap wilayah punya trah evolusinya sendiri) dan out-of-Africa (bahwa semua hominid berasal dari Afrika). Sebuah problem. Fosil hominid Homo erectus yang ditemukan di Formasi Pucangan Sangiran (populer disebut Pithec
RE: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Saya pernah bincang-bincang dengan seorang arkeolog dari UGM, yang mengatakan bahwa kubah di Borobudur itu mengisyaratkan tempurung yang tertelungkup yang disanggah oleh tongkat. Arti tempurung yang telungkup yaitu seorang Budhis tidak boleh untuk meminta-minta, dan arti tongkat, yaitu harus bekerja. Hal ini menggambarkan kalau seorang Budha sudah sampai tingkatan yang tinggi, sudah tidak memikirkan kehidupan dunia lagi. Sandang, pangan dan papan hanya ala kadarnya saja. Hidupnya hanya untuk pemenuhan rohaniahnya saja. >Gantok Subiyantoro, Formation Evaluation Specialist > >PT Caltex Pacific Indonesia >A subsidiary of ChevronTexaco >Duri, 28884 Riau, Indonesia >Tel 0765 994345, Fax 0765 994016 > -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, August 02, 2005 8:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Pak Sigit, Kubah itu adalah Stupa terbesar di puncak Borobudur yang tertutup. Tak persis mengubah, tetapi kalau dilihat dari udara, Borobudur adalah mengubah sebab Borobudur adalah bangunan candi yang menutupi bukit yang umumnya mengubah. Memang dari bawah ke atas banyak stupa-stupa yang berangsur-angsur tertutup. Di areal Arupadathu, di bawah puncak, kita dapatkan 70 stupa yang punya lubang-lubang hawa dan kita bisa melihat patung Buddha duduk bersila di dalamnya. Perangsuran ketertutupan ini menggambarkan tingkatan-tingkatan kerohanian dalam Buddha, begitu yang ditafsirkan. Mengapa candi Buddha punya stupa ? Itu sesuai dengan amanat Sang Buddha (Sidharta Gautama) yang ketika ditanya bagaimana mendirikan bangunan suci, maka Sang Buddha membentangkan kain di atas tanah dan menaruh mangkuk terbalik di atasnya. Begitulah kubah ditafsirkan. salam, awang Sigit SETIAWAN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya pernah ngobrol dengan teman yang kuliah di arkeologi, menurut cerita dia, sebenarnya di atas bagunan Borobudur terdapat semacam kubah (dome). Apakah ini benar? Karena, masih menurut dia, itulah kenapa sewaktu ditemukan, bangunan dan pernik-2 reliefnya di dalamnya tidak hancur. Selain itu, ditemukan juga serpihan-2 bentuk pecahan kubah di sekitar Borobudur waktu di-restrukturisasi - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Sigit, Kubah itu adalah Stupa terbesar di puncak Borobudur yang tertutup. Tak persis mengubah, tetapi kalau dilihat dari udara, Borobudur adalah mengubah sebab Borobudur adalah bangunan candi yang menutupi bukit yang umumnya mengubah. Memang dari bawah ke atas banyak stupa-stupa yang berangsur-angsur tertutup. Di areal Arupadathu, di bawah puncak, kita dapatkan 70 stupa yang punya lubang-lubang hawa dan kita bisa melihat patung Buddha duduk bersila di dalamnya. Perangsuran ketertutupan ini menggambarkan tingkatan-tingkatan kerohanian dalam Buddha, begitu yang ditafsirkan. Mengapa candi Buddha punya stupa ? Itu sesuai dengan amanat Sang Buddha (Sidharta Gautama) yang ketika ditanya bagaimana mendirikan bangunan suci, maka Sang Buddha membentangkan kain di atas tanah dan menaruh mangkuk terbalik di atasnya. Begitulah kubah ditafsirkan. salam, awang Sigit SETIAWAN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya pernah ngobrol dengan teman yang kuliah di arkeologi, menurut cerita dia, sebenarnya di atas bagunan Borobudur terdapat semacam kubah (dome). Apakah ini benar? Karena, masih menurut dia, itulah kenapa sewaktu ditemukan, bangunan dan pernik-2 reliefnya di dalamnya tidak hancur. Selain itu, ditemukan juga serpihan-2 bentuk pecahan kubah di sekitar Borobudur waktu di-restrukturisasi - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[iagi-net-l] Kartiko Samodro: GemstoneLovers
Pak Kartiko-Samodro, Mang Okim belajar hubungan batumulia dengan fengshui? Secara khusus nggak tuuh ! Mang Okim terpaksa buka-buka buku batumulia terbitan Inggris, Amerika, Belanda, Perancis, Jerman dan Jepang, untuk mencari bahan-bahan tentang birth stones, zodiac stones dan stones of the day. Di negara-negara tersebut, yang percaya ternyata tak sedikit jumlahnya. Nah, dengan referensi tersebut, mang Okim dapat menyalurkan keinginan customers yang datang ke Serambi Batumulia Gem-Afia untuk mendapatkan batumulia yang cocok. Yang dimaksud cocok bukan karena batumulianya punya kekuatan ghoib atau ada khodamnya, tetapi karena warnanya dapat mempengaruhi pemakainya ( mang Okim pernah muncul di TV 7 dengan topic chakra , aura dan warna batumulia ). Menjawab pertanyaan Anda, birth stones untuk bulan Mei ternyata didominasi warna hijau. Batumulianya Krisopras ( Garut atau Bacan ), Giok ( Aceh, Burma,China ), dan Zamrud ( Columbia, India ). Untuk zodiac Gemini ternyata didominasi warna kekuningan yaitu Citrine ( Kalteng ) dan Tiger Eyes Afrika Selatan, India, Amerika ). Dengan demikian, warna hijau harmonious, understanding ) dan kuning ( intelectual, courageous ) merupakan warna preference Anda. Harga batumulia tergantung pada: jenis, warna, cutting, karat, inklusi, etc. Untuk yang ukuran sedang dan bentuknya cembung cabochon ( 13-15 mm ), harganya berkisar: Krisopras dan Giok ( 100-400 ribu rp ), Zamrud ( 1 - 3 juta rp untuk kelas sedang ), Citrine dan Tiger Eyes ( 50-100 ribu rp ). Semoga Anda mulai menyenangi batumulia, Salam buat para sahabat di Total ya, mang Okim - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, August 02, 2005 6:54 AM Subject: [iagi-net-l] Re: [? SPAM ?] Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: GemstoneLovers > > Wah Pak Miko kayaknya belajar hubungan batu dengan fengshui juga nih... > > Jadi mau nanya... > > Apakah ada batu mulia yang cocok untuk saya , lahirnya bulan mei...shio > kerbau, zodiac gemini. > dan berapa kisaran harganya...? > > > Regards > > Kartiko-Samodro > Telp : 3852 > > > > |-+> > | | "sujatmiko" | > | | <[EMAIL PROTECTED]| > | | d> | > | || > | | 02/08/2005 07:43 | > | | AM | > | | Please respond to| > | | iagi-net | > | || > |-+> > >--- ---| > | | > | To: | > | cc: <[EMAIL PROTECTED]> | > | Subject: [? SPAM ?] Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers | > >--- ---| > > > > > > Mengenai Pak Aris, apa bulan lahirnya Oktober sehingga Anda suggest pakai > black opal ? Di pasar batumulia Indonesia sedang banyak beredar opal > laboratorium atau Gilson Opal , demikian juga yang imitasi dari gelas > Slocum Stone ). > > > - > > > > > > > This e-mail (including any attached documents) is intended only for the > recipient(s) named above. It may contain confidential or legally > privileged information and should not be copied or disclosed to, or > otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, > please contact the sender and delete the e-mail from your system. > > > > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) > Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) > - > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Re: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - ITB 25 Juli-11Agustus 2005
Pak Awang Yth., Terima kasih kepada BPMIGAS yang telah mensponsori kegiatan Ekskursi bersama antara 16 Mahasiswa Dept. Teknik Geologi ITB dengan 14 Mahasiswa Dept. of Paleobiology, University of Frankfurt atau dikenal juga sebagai Universitat Johann Wolfgang Goethe - Jerman. Ekskursi sekarang ini sedang berjalan (saya ke Bandung dulu karena ada rapat di ITB yang tidak bisa saya tinggalkan), ke Sangiran - Sambungmacan - Trinil - Ngandong - Kedungbrubus dan terkahir ke Perning, Mojokerto. Sebelum ekskursi, dilakukan seminar mahasiswa dari kedua negara tersebut. Dari Jerman 6 orang presentasi tentang fosil2 dari Jawa koleksi Von Koenigswald yang sekarang di Museum Senckenberg - Frankfurt serta koleksi Selenka yang sekarang ada di Museum Berlin. Koleksi fosil2 tersebut sebagai bahan tesis para mahasiswa Jerman. Mahasiswa ITB, juga 6 orang presentasi tentang geologi dan stratigrafi daerah2 yang akan dikunjungi untuk ekskursi. Yang menarik, dan surprise buat saya (maaf, saya terlalu menganggap remeh tadinya) ternyata para mahasiswa Indonesia bahasa Inggrisnya waktu presentasi sangat bagus dan lancar, meski yang kadang ada sedikit tersendat - maklumlah, tetapi secara umum kemampuan mereka presentasi dalam bahasa Inggris cukum mengagumkan. Sekali lagi terima ksih pada BPMIGAS, dengan sponsornya maka pelaksanaan ekskursi dan seminar mahasiswa antar negara ini dapat berlangsung dengan baik. Mudah2an hal ini dapat berlangsung terus, agar mahasiswa kita tidak KUPER... Wassalam, Yahdi Zaim - Original Message - From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: ; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, July 28, 2005 4:41 PM Subject: [iagi-net-l] Ekskursi Paleo-Antropologi Jawa Goethe Universitat - ITB 25 Juli-11Agustus 2005 Pulau Jawa dalam skala geografi dunia memang kecil, tetapi ia besar dalam dunia paleo-antropologi. Disemangati oleh buku Darwin (1859), The Origin of Spesies, yang di salah satu halamannya menyebutkan bahwa missing link dalam evolusi manusia harus dicari di benua2 selatan, maka Eugene Dubois akhirnya terdampar di Jawa setelah dari Sumatra. Dan, karena Jawalah, tahun 1891, sejarah paleo-antropologi berubah. Dubois pada Oktober 1891 di sebuah kampung desa Trinil, di lembah Sungai (Bengawan) Solo menemukan tempurung kepala spesies hominid (seperti manusia bukan kera) yang lalu dinamakan Pithecanthropus erectus. Di Jawa itulah pertama kali terjadi penemuan fosil hominid di luar Eropa. Pamor Jawa saat itu sebagai "surga" para paleo-antropologists sangat "top". Lalu, menyusul Zhoukoudian (Cina). Maka, lahirlah dalil bahwa Asia adalah pusat evolusi manusia pada tahap-tahap paling dini. Tidak mengherankan dalil ini lahir sebab kebanyakan fosil hominid sebelum 1950an ditemukan di Jawa dan Cina. Di Jawa, tentu kita patut menyebut von Koenigswald, ahli paleontologi vertebrata, tokoh penemu fosil2 hominid. Von Koenigswald ini lalu menurunkan ilmunya ke Pak T. Jacob dan alm. Sartono, lalu turun-temurun ke Pak Zaim dan Pak Yan Rizal di ITB sekarang. Nah, benarkah Jawa (Asia) pusat evolusi hominid ? Bukan. Paling tidak, itu menurut dalil yang berlaku sekarang. Tahun 1960-an, bersamaan dengan plate tectonic theory sedang digodok, Keluarga Leakey (ayah, istri, anak) memulai tradisi penelitian paleo-antropologinya di bagian timur Afrika dari Tanzania-Kenya-Ethiopia. Nah...dengan sokongan yang besar dari National Geographic Society di Amerika, dengan makin banyaknya para paleo-antropologist yang terlibat di wilayah itu, maka penelitian 35 tahun terakhir ini di dunia paleo-antropologi bisa dibilang 90 % terjadi di Afrika Timur ini. Dan, terjungkirbalikkanlah teori/dalil bahwa Asia adalah pusat evolusi hominid. Pamor Jawa meredup dan gugur. Sekarang para paleo-anthropologists sebagian besar percaya bahwa Afrika lah pusat evolusi hominid. "Out of Africa". Biologi-molekuler sudah turut campur dalam penelitian ini, dan apa daya, memang membenarkan dalil Out of Africa - bahwa hominid di Cina dan Jawa itu berasal dari Afrika. Benarkah begitu ? Tahun 2001 saya pernah posting tulisan di IAGI-net ini bertajuk "hominid Jawa : in problem" (mungkin ada yang masih ingat). Ada beberapa problem yang belum terpecahkan tentang hominid Jawa yang padahal pada hemat saya sangat berperan penting untuk menguji mana dalil yang benar antara multi-regional (bahwa tiap wilayah punya trah evolusinya sendiri) dan out-of-Africa (bahwa semua hominid berasal dari Afrika). Sebuah problem. Fosil hominid Homo erectus yang ditemukan di Formasi Pucangan Sangiran (populer disebut Pithecanthrpus IV, Koenigswald and Weidenrich, 1939) menunjukkan ciri geligi yang luar biasa. Terdapat diastema (jarak renggang) antara gigi taring atas dan gigi serinya. Celah renggang ini ditafsirkan sebagai tempat masuknya gigi taring bawah yang besar saat kedua rahang terkatup. Ini ciri yang kadang diperlihatkan oleh Australopithecus dari Laetoli dan Afar di Afrika Timur. Secara evolusi, karena Australopithecus lebih tua dari Homo erectus, maka geligi Pithe
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Benar, karena baru-baru ini juga ditemukan candi baru di sekitar Sukuh dan Cetho, namanya Candi Ketek. http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/07/24/brk,20050724-64320,id.html Sorja On 8/2/05, Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalau didirikan oleh Prabu Brawijaya, jamannya Raden Patah, hal itu sudah > sekitar akhir tahun 1400-an, sudah hampir jaman Islam, jaman Demak. Jadi jauh > lebih muda dari Borobudur. > Mohon koreksinya jika saya salah. Terimakasih. > > Wassalam, > HK > > Sorja Koesuma <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mungkin yang dimaksud Pak Ismail adalah candi Sukuh, terletak diantara > Karanganyar dan Tawangmangu. Candi ini konon didirikan oleh Raden > Brawijaya dalam pelariannya dikejar oleh Raden Patah. Bentuk candi > Utama menyerupai piramid Suku Maya. Di sekitar candi utama terdapat > bermacam-macam patung binatang, ada juga burung garuda namun berkaki > dan berdiri tegak. Konon juga candi ini jaman dulu untuk mengetes > keperawanan calon istri, oleh karena itu banyak relief alat kelamin di > di sekeliling candi. > Wallahu'alam. > > Sorja > > > On 8/1/05, ismail > wrote: > > Pak Awang. > > Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi > > namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari > > candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan > > sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata (?) > > , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena > > menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). > > Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari > > candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, > > termasuk umurnya. > > > > Ism > > > > Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik > > > > > > > Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam > > > diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 > > > pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak > > > terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, > > > bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. > > > Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan > > > PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 > > > kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed > > > menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur > > > berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air > > > Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 > > > tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan > > > Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi > > > restorasi tersebut dan sebagai seoran > > > g > > > pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. > > > > > > Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, > > > Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita > > > perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - > > > sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, > > > budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam > > > tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua > > > tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di > > > mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, > > > masa orang asing lebih tahu dari kita ? > > > > > > Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua > > > bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita > > > sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita pun > > > abad ke-9, tahun 825, sudah punya ilmu semacam itu - geomantik, untuk > > > menempatkan Borobudur. Posisi geomantik Borobudur tak akan dapat dipahami > > > kalau tidak menghubungkannya dengan dua candi di sebelah timurnya : Pawon > > > dan Mendut. Borobudur-Pawon-Mendut membentuk satu garis lurus. Mendut, > > > yang paling timur, dibangun di tepi timur Kali Elo. Pawon di tengah, di > > > bangun 1 km ke barat di tepi barat Kali Progo. Dua kali ini membentuk > > > huruf V, kedua candi dibangun sekitar 1 km di utara pertemuan kali, > > > sehingga kedua kali bertemu di antara kedua candi di sebelah selatannya. > > > > > > Mendut punya ruangan di dalamnya di mana ada patung Budha yang mungkin > > > paling besar di Indonesia. Pawon punya ruangan juga tapi kosong melompong. > > > Secara simbolik, Mendut adalah lambang perempuan, lebih2 lagi di gapura > > > candi terdapat relief Hariti, dewi kekayaan yang sedang menyusui bayi. > > > Pawon adalah lambang laki-laki dengan ruang kosong di dalamnya ditafsirkan > > > sebagai tak memiliki kandungan. Maka, Kali Elo adalah perempuan,
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Harry, Ada satu yang terkenal sebenarnya, Candi Cangkuang, di Kab. Garut, ex Kerajaan Pajajaran, yang kalau kita lihat gambarnya mirip candi2 di Jawa Timur. Apakah hanya itu, kita tentu belum tahu sebab bisa saja kan ada yang lain hanya belum terungkap, masih terkubur. Prasasti Ciaruteun 450 M Purnawarman raja Tarumanegara memang paling tua di Jawa, sebab di Jawa Tengah prasasti yang tertua adalah dari 732 M zaman Sanjaya. Saya pikir bukan karena tuanya, tetapi karena apakah dinasti yang sedang berkuasa itu senang membuat candi atau tidak. Di Jawa Tengah yang banyak candi pun, zaman Dinasti Sanjaya (Hindu) hampir tak ada candi didirikan. Tetapi zaman Dinasti Syailendra (harafiahnya : raja-raja gunung), banyak sekali candi2 didirikan, baik yang Buddha maupun Hindu. Kemudian di Jawa Barat, terjadi gap kekosongan kekuasaan sehabis Purnawarman itu, saat-saat itu kerajaan di Jawa berpusat di Jawa Tengah. Baru kemudian muncul Kerajaan Pajajaran di sekitar abad ke-10 dan berlanjut terus sezaman dengan Majapahit di Jawa Timur. Kelihatannya, Pajajaran bukan dinasti pendiri candi. Bahan baku andesit tetap banyak, sebagian hanya dipahat dijadikan prasasti berhuruf Sunda Kuno tanpa membangun candi yang masif. Keadaan topografi Jawa Barat selatan yang begunung2 > 1000 mdpl juga bisa menjadi alasan kenapa tak banyak candi dibuat. Ex Kresidenan Kedu yang punya puluhan Candi ketinggiannya umumnya < 1000 mdpl. salam, awang Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang ysh., Saya tertarik dengan hal2 yg Bapak ceritakan. Kalau boleh ada lagi pertanyaan saya, yaitu, mengapa di Jawa Barat nggak ada peninggalan2-nya? Padahal kalau dari sejarahnya, kerajaan tertua di Jawa ditemukan di Jawa Barat, Tarumanagara, di tahun 450-an. Apakah sesudah itu, krn Jawa Barat relatif lebih bergunung-gunung, masyarakatnya lebih terisolasi sehingga tidak ada komunitas besar lagi yg menghasilkan sesuatu, ataukah keadaan alam di Jawa Barat yg lebih destructive (krn gempa, gunung api, dsb., di daerah bergunung2), ataukah hal lain? Terimakasih. Wassalam HK Awang Satyana wrote: Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. >Candi di Jawa Timur tak pernah mengguna
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Kalau didirikan oleh Prabu Brawijaya, jamannya Raden Patah, hal itu sudah sekitar akhir tahun 1400-an, sudah hampir jaman Islam, jaman Demak. Jadi jauh lebih muda dari Borobudur. Mohon koreksinya jika saya salah. Terimakasih. Wassalam, HK Sorja Koesuma <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mungkin yang dimaksud Pak Ismail adalah candi Sukuh, terletak diantara Karanganyar dan Tawangmangu. Candi ini konon didirikan oleh Raden Brawijaya dalam pelariannya dikejar oleh Raden Patah. Bentuk candi Utama menyerupai piramid Suku Maya. Di sekitar candi utama terdapat bermacam-macam patung binatang, ada juga burung garuda namun berkaki dan berdiri tegak. Konon juga candi ini jaman dulu untuk mengetes keperawanan calon istri, oleh karena itu banyak relief alat kelamin di di sekeliling candi. Wallahu'alam. Sorja On 8/1/05, ismail wrote: > Pak Awang. > Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi > namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari > candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan > sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata (?) > , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena > menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). > Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari > candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, > termasuk umurnya. > > Ism > > Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik > > > > Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam > > diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 > > pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak > > terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, > > bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. > > Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan > > PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 > > kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed > > menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur > > berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air > > Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 > > tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan > > Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi > > restorasi tersebut dan sebagai seoran > > g > > pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. > > > > Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, > > Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita > > perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - > > sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, > > budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam > > tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua > > tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di > > mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, > > masa orang asing lebih tahu dari kita ? > > > > Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua > > bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita > > sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita pun > > abad ke-9, tahun 825, sudah punya ilmu semacam itu - geomantik, untuk > > menempatkan Borobudur. Posisi geomantik Borobudur tak akan dapat dipahami > > kalau tidak menghubungkannya dengan dua candi di sebelah timurnya : Pawon > > dan Mendut. Borobudur-Pawon-Mendut membentuk satu garis lurus. Mendut, > > yang paling timur, dibangun di tepi timur Kali Elo. Pawon di tengah, di > > bangun 1 km ke barat di tepi barat Kali Progo. Dua kali ini membentuk > > huruf V, kedua candi dibangun sekitar 1 km di utara pertemuan kali, > > sehingga kedua kali bertemu di antara kedua candi di sebelah selatannya. > > > > Mendut punya ruangan di dalamnya di mana ada patung Budha yang mungkin > > paling besar di Indonesia. Pawon punya ruangan juga tapi kosong melompong. > > Secara simbolik, Mendut adalah lambang perempuan, lebih2 lagi di gapura > > candi terdapat relief Hariti, dewi kekayaan yang sedang menyusui bayi. > > Pawon adalah lambang laki-laki dengan ruang kosong di dalamnya ditafsirkan > > sebagai tak memiliki kandungan. Maka, Kali Elo adalah perempuan, dan Kali > > Progo adalah laki-laki. Pertemuan mereka di selatan kedua candi adalah > > suatu physical intercourse, begitu makna simbolik mengartikannya. Dan, > > Borobudurlah, buah kasih mereka. > > > > Adalah Nieuwenkamp, arsitek dan etnolog Belanda masa lalu, yang mengajukan > > tesis bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah danau, pada sebuah > > pulau. Tesisnya hanya didasarkan kepada bentuk ars
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Rekan Milis, Sekedar informasi : Untuk Trowulan, candi-candi dan bangunan lain disekitar peninggalan Kerajaan Majapahit terletak tidak jauh dari aliran Kali Brantas bahan bangunannya sebagian besar terdiri atas batu bata yang sangat bagus kualitasnya (jika dibandingkan dengan yang sekarang ini). Pak Sampurno dari Dept. Teknik Geologi ITB pada tahun 1980-an pernah menulis di Buletin Geologi ITB yang mengatakan kehancuran Kerajaan Majapahit di Trowulan berhubungan dengan kegiatan letusan Gn. Kelud. Kegiatan Gn. Kelud yang cukup dahsyat saat itu menghasilkan produknya masuk ke Kali Brantas yang menyebabkan banjir lumpur dan material volkanik kemudian merendam dan menutupi seluruh wilayah Kerajaan Majapahit di Trowulan, disamping material piroklastik dari udara.Hasil penggalian arkeologi di Trowulan ada tahun 70-an (saya pernah ikut untuk sedimentologi dan srttigrafinya) memang menunjukkan sedimentasi sungai dengan material volkanik yang menutupi bangunan di Trowulan dengan ketebalan berkisar antara 0,5 - 1,5 meter. Wassalam, Zaim - Original Message - From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: ; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, August 02, 2005 7:52 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. > > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.cent
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Mungkin yang dimaksud Pak Ismail adalah candi Sukuh, terletak diantara Karanganyar dan Tawangmangu. Candi ini konon didirikan oleh Raden Brawijaya dalam pelariannya dikejar oleh Raden Patah. Bentuk candi Utama menyerupai piramid Suku Maya. Di sekitar candi utama terdapat bermacam-macam patung binatang, ada juga burung garuda namun berkaki dan berdiri tegak. Konon juga candi ini jaman dulu untuk mengetes keperawanan calon istri, oleh karena itu banyak relief alat kelamin di di sekeliling candi. Wallahu'alam. Sorja On 8/1/05, ismail <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Awang. > Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi > namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari > candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan > sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata (?) > , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena > menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). > Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari > candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, > termasuk umurnya. > > Ism > > Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik > > > > Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam > > diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 > > pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak > > terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, > > bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. > > Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan > > PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 > > kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed > > menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur > > berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air > > Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 > > tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan > > Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi > > restorasi tersebut dan sebagai seoran > > g > > pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. > > > > Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, > > Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita > > perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - > > sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, > > budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam > > tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua > > tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di > > mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, > > masa orang asing lebih tahu dari kita ? > > > > Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua > > bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita > > sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita pun > > abad ke-9, tahun 825, sudah punya ilmu semacam itu - geomantik, untuk > > menempatkan Borobudur. Posisi geomantik Borobudur tak akan dapat dipahami > > kalau tidak menghubungkannya dengan dua candi di sebelah timurnya : Pawon > > dan Mendut. Borobudur-Pawon-Mendut membentuk satu garis lurus. Mendut, > > yang paling timur, dibangun di tepi timur Kali Elo. Pawon di tengah, di > > bangun 1 km ke barat di tepi barat Kali Progo. Dua kali ini membentuk > > huruf V, kedua candi dibangun sekitar 1 km di utara pertemuan kali, > > sehingga kedua kali bertemu di antara kedua candi di sebelah selatannya. > > > > Mendut punya ruangan di dalamnya di mana ada patung Budha yang mungkin > > paling besar di Indonesia. Pawon punya ruangan juga tapi kosong melompong. > > Secara simbolik, Mendut adalah lambang perempuan, lebih2 lagi di gapura > > candi terdapat relief Hariti, dewi kekayaan yang sedang menyusui bayi. > > Pawon adalah lambang laki-laki dengan ruang kosong di dalamnya ditafsirkan > > sebagai tak memiliki kandungan. Maka, Kali Elo adalah perempuan, dan Kali > > Progo adalah laki-laki. Pertemuan mereka di selatan kedua candi adalah > > suatu physical intercourse, begitu makna simbolik mengartikannya. Dan, > > Borobudurlah, buah kasih mereka. > > > > Adalah Nieuwenkamp, arsitek dan etnolog Belanda masa lalu, yang mengajukan > > tesis bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah danau, pada sebuah > > pulau. Tesisnya hanya didasarkan kepada bentuk arsitektur Borobudur yang > > mirip teratai dan bunganya. Sebuah tesis yang mengejutkan, tetapi > > dibenarkan oleh penelitian dua geolog Belanda ternama masa lalu : L.M.R > > Rutten dan R.W. van Bemmelen. Mereka menyebut bahwa di dataran tinggi > > Kedu, di mana Borob
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Ismail, Mungkin yang dimaksud adalah Candi Sukuh ya, di lereng barat Gunung Lawu, Kab. Karanganyar. Ya, ini candi yang berbeda dengan Borobudur dan kompleks Prambanan. Candi Sukuh berasal dari abad ke-15, merupakan bangunan yang didirikan para pemuja Syiwa, yang di Indonesia berbentuk lingga dan digambarkan secara realistis sebagai alat kelamin laki2. Di salah satu reliefnya pembukanya ada relief laki-laki telanjang yang ingin mengingatkan bahwa permulaan hidup adalah bergantung kepada Lingga dan Yoni (laki-laki dan perempuan). Relief2nya sebenarnya tidak porno, hanya seadanya dan terkesan lugu. Relief candi mengisahkan cerita kuna Sudamala. Cerita ini dimulai dengan relief seorang yang diikat pada Kepuh Randu, di depannya berdiri seorang Dewi berwajah mengerikan, mengangkat sebilah pedang, dikawal serombongan dedemit dengan kepala lepas, tangan lepas dsb. Orang yang diikat ini adalah Sadewa, Pandawa termuda, yang akan dipersembahkan kepada Btari Durga (ratu para hantu) oleh ibunya, Dewi Kunti, yang sedang kerasukan setan. Dst..dst.. Candi Sukuh juga unik karena punden berundaknya mirip piramid Aztec di Amerika Selatan. Apakah ada hubungan antara keduanya, bisa digali lebih jauh sebab kronologinya berdekatan. Di lantai Borobudur yang sekarang tertutup beton juga terdapat relief2 gambaran manusia yang masih mengikuti hasratnya, termasuk yang menurut orang porno, itulah Kamadathu - bukan untuk menggambarkan hal2 porno, tetapi ingin menggambarkan manusia yang seadanya. Ditutup lantai beton juga bukan karena pornonya itu, tetapi karena fondasi Borobudur berindikasi ambles, maka diperkuat batu dan ditutup lantai beton. Tapi, foto2 relief Kamadathu bisa dilihat di Dinas Kepurbakalaan atau Museum Nasional Gedong Gajah. salam, awang ismail <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang. Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata (?) , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, termasuk umurnya. Ism Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik > Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam > diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 > pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak > terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, > bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. > Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan > PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 > kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed > menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur > berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air > Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 > tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan > Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi > restorasi tersebut dan sebagai seoran > g > pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. > > Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, > Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita > perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - > sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, > budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam > tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua > tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di > mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, > masa orang asing lebih tahu dari kita ? > > Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua > bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita > sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita pun > abad ke-9, tahun 825, sudah punya ilmu semacam itu - geomantik, untuk > menempatkan Borobudur. Posisi geomantik Borobudur tak akan dapat dipahami > kalau tidak menghubungkannya dengan dua candi di sebelah timurnya : Pawon > dan Mendut. Borobudur-Pawon-Mendut membentuk satu garis lurus. Mendut, > yang paling timur, dibangun di tepi timur Kali Elo. Pawon di tengah, di > bangun 1 km ke barat di tepi barat Kali Progo. Dua kali ini membentuk > huruf V, kedua candi dibangun sekitar 1 km di utara pertemuan kali, > sehingga kedua kali ber
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang ysh., Saya tertarik dengan hal2 yg Bapak ceritakan. Kalau boleh ada lagi pertanyaan saya, yaitu, mengapa di Jawa Barat nggak ada peninggalan2-nya? Padahal kalau dari sejarahnya, kerajaan tertua di Jawa ditemukan di Jawa Barat, Tarumanagara, di tahun 450-an. Apakah sesudah itu, krn Jawa Barat relatif lebih bergunung-gunung, masyarakatnya lebih terisolasi sehingga tidak ada komunitas besar lagi yg menghasilkan sesuatu, ataukah keadaan alam di Jawa Barat yg lebih destructive (krn gempa, gunung api, dsb., di daerah bergunung2), ataukah hal lain? Terimakasih. Wassalam HK Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. >Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti >di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip >batamerah. > > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Rekan2 Milis, Saya ingin ikut nimbrung soal Borobudur. Tetapi bukan masalah yang sedang hangat dibicarakan, melainkan mengabarkan/menginformasikan bahwa sekarang ini ada Mahasiswa S3 Dept. Teknik Geologi ITB yang mengkaji hubungan aspek Geologi Lingkungan, produk Gn. Merapi dalam kaitannya dengan bencana alam yang ditimbulkan pada bangunan2 (Candi2) di lereng Selatan Merapi, masa kerajaan pada abad 8 - 16. Hasil sementara-nya, sangat menarik, karena geologi dapat/mampu berbicara dan menjelaskan masalah "kesejarahan" - arkeologi non-prehistoric : kerusakan candi2 sebagai akibat kegiatan Merapi, dipandang dari arah dan kekuatan aliran lahar,seruakan (surge) piroklastik dan kekuatan fisik bangunan candi2 pada perioda kegiatan letusan Merapi yang berbeda-beda waktunya. Beberapa "cuplikan" hasilnya telah diseminarkan di Hongkong, PIT IAGI dan dipublikasikan di Buletin Geologi ITB dan Jurnal Teknologi Mineral - FIKTM ITB. Kita lihat saja hasil akhirnya, mudah2-an tahun ini (dapat) akan selesai dan promosi. Mahasiswa S3 tersebut dibimbing oleh Prof. Sampurno, Prof. Yahdi Zaim dan Dr. Deny Juanda. Wassalam, Yahdi Zaim - Original Message - From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: ; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, August 01, 2005 3:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Beruntung, walau kolonial Sir Thomas Stamford Raffles juga seorang ilmuwan yang mencintai Jawa. Waktu dia ada di Semarang tahun 1814, ada laporan yang sampai kepadanya tentang penemuan sebuah bangunan kuno di Desa Bumisegoro, Magelang. Langsung saja Raffles memerintahkan penggalian bangunan kuno itu. Dia mengutus Cornelius, ahli candi Belanda untuk mengekskavasi temuan itu. Lalu Cornelius bersama 200 orang desa itu membongkar hutan, semak belukar, menggali tanah, dan...muncullah Borobudur setelah terkubur hampir 1000 tahun. Tahun 1814, Borobudur masih belepotan tanah dan tak semua tanah dikupas sebab khawatir candi akan runtuh. "Lorong-lorongnya masih penuh tanah", begitu tulis Raffles di bukunya yang tersohor : The History of Java (Raffles, 1817). Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. Borobudur dibangun selama 50-70 tahun, terkubur selama hampir 1000 tahun. Berkali-kali puluhan tahun berikutnya diperbaiki, baik di zaman Belanda, Inggris, Jepang, dan zaman kemerdekaan. Kita sekarang dengan mudah bisa menyaksikannya. Semoga kemudahan ini tak menjadikan kita memandangnya dengan sebelah mata... salam, awang Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang ysh., Terimakasih atas tanggapan Bapak. Betul yg Pak Awang kemukakan itu, saya juga sangat mengaguminya. Saya sudah berkali-kali ke sana, kalau jalan ke Jawa. Di daerah Trowulan pun ada peninggalan Majapahit, yg mengalami jaman keemasannya di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350 - 1389) tetapi candi2nya nggak ada yg sebesar Borobudur setahu saya. Saya juga baca sewaktu Angkor Vat ditemukan di Vietnam, katanya waktu itu ditemukannya spt kota mati, nggak ada penduduknya, cuma ada sisa2 bangunan, sudah seperti hutan kembali, di tutupi semak dan tanaman. Dan Borobudur pun sewaktu ditemukan, keadaannya demikian. Mudah2an kita bisa memeliharanya sebagai bangunan warisan budaya nenek moyang kita. Wassalam, HK Awang Satyana wrote: Pak Harry, Kalau kita lihat denah Borobudur, kita akan kagum dengan simetri yang begitu sempurna ke semua sisi. Ibaratnya, Borobudur punya simetri lipat tak hingga karena begitu simetrinya. Bagaimana ini bisa terjadi kepada bangunan 12 abad yang lalu tentu misteri sebab catatan-catatan aslinya tak ditemukan, hanya prasasti berangka tahun 842 M itu. Dalam Babad Tanah Jawi pun tidak ada diceritakan sebab babad mulai banyak ditulis pada zaman Majapahit sekitar 500 tahun sesudah Dinasti Syailendra. Bagaimana menaikkan batu-batu masif andesit basaltik ke puncak bukit pun kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin, menggunakan titian2 kayu/pohon kelapa ditarik tali-tali rami, siapa tahu. Dunia pun sampai sekarang tak bisa mengerti bagaimana batu-batu besar Stonehange di wilayah Inggris/Skotlandia sana ditaruh di atas batu-batu yang lebih kecil. Teknologi apa yang bisa menghasilkan tradisi megalith macam Borobudur, Stonehange, Piramida kita tak tahu banyak. Mungkin ada saja buku2 yang mengulas hal2 seperti ini, tetapi dokumen historis-nya sendiri biasanya tak ada. Lantai Borobudur pun penuh relief sebenarnya, bukan pelataran lantai tanpa relief seperti sekarang. Di situ ada relief2 Kamadathu, yaitu relief2 yang menggambarkan manusia yang mengikuti hasrat baik dan buruknya. Sebelum candi dipugar, ada indikasi bahwa Borobudur retak2 fondasinya. Membayangkan bahwa candi ini suatu hari kelak akan runtuh bila fondasinya tak diperbaiki. Maka, terpaksa areal Kamadathu diperkuat dengan menambahkan batu2 masif penyangga dan akhirnya d
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Salahuddin, Semeru tak seaktif Merapi, maka lebih banyak andesit dimuntahkan Merapi daripada Semeru, sehingga jelas lebih banyak batu andesit di sekitar pusat2 kerajaan Buddha-Hindu. Itulah yang jadi bahan baku candi2 di Jawa Tengah. Ini belum termasuk muntahan andesit dari Merbabu, Sundoro, dan Sumbing di ex Kresidenan Kedu. Maka, tak kurang dari 50 candi besar kecil ditemukan di dataran tinggi ini. Dan, sampai zaman Mataram Hindu, pusat kerajaan ada di Jawa Tengah, bukan di Jawa Timur. Mereka banyak mendirikan candi2. Setelah itu, abad ke-12, pusat kerajaan bergeser ke Jawa Timur menuju Kediri lalu Majapahit di sekitar Trowulan Mojokerto sekarang. Candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur jelas berbeda. Ciri-ciri langgam Jawa Tengah : (1) bentuk bangunan masif, kokoh, tambun, (2) atap nyata berundak-undak, (3) puncak berbentuk stupa, (4) gerbang pintu dan relung berhiaskan kala makara, (5) relief dipahat dalam dan naturalis tak simbolik, (6) letak candi di tengah pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke timur, (8) kebanyakan terbuat dari batu andesit (basaltik sebagian). Akan halnya candi2 Jawa Timur, inilah langgam2nya : (1) bentuk bangunan ramping, (2) atap tak nyata berundak2, (3) puncak mengubus, (4) tak ada makara, hanya ambang atas pintu relung punya kepala kala, (5) relief diukir tipis dan simbolik seperti wayang kulit, (6) letak candi di belakang pelataran, (7) kebanyakan menghadap ke barat, (8) kebanyakan terbuat dari bata. Kalau sempat jalan2 ke candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, silakan perbandingakan ciri-ciri di atas (jangan lupa bawa kompas he2..) Kalau Kraton Boko memang bukan candi tetapi istana raja, ditemukan bekas benteng dan gang kering (bekas selokan) tempat pertahanan di luar benteng, juga bekas2 perumahan (mungkin perumahan tentara kerajaan). Karena Kraton, tentulah harus bergengsi. salam, awang Salahuddin Husein <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: >Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. >Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti >di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip >batamerah. > > - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers
Mang Okim - Terima kasih atas advisnya, kalau Ceu Tetet mah tiasa ngerjain saya ajah.. Salam - Aris "sujatmiko" <[EMAIL PROTECTED] To: id> cc: <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: 02/08/2005 07:43 Gemstone Lovers AM Please respond to iagi-net Dearest Liesye, greetings from Bandung ! Alhamdulilah kita bisa bertemu lagi. Mang Okim masih ingat kunjungan ke Setiabudi 283. Yang pertama ingin belajar teknik gosok batu. Mang Okim terkagum-kagum melihat prestasi yang Anda berdua capai waktu itu, kuliah sambil bisnis batumulia. Produknya juga sudah advance dibandingkan dengan produk pengrajin Sukabumi. Kunjungan kedua, mang Okim ingin beli mesin-mesin Anda setelah mendengar akan dijual. Ternyata rumah dan isinya sudah pindah tangan ke Dr.Ong. Sempat menyesal juga, tetapi karena merasa bukan rezekinya, yah nerimo saja. Nanti kalau ke Bandung singgah ya. Kita perlu ngumpulin gemstone lovers agar bisa lebih rame. Sebetulnya sudah ada organisasi Masyarakat Batumulia Indonesia , hanya jalan di tempat. Mengenai Pak Aris, apa bulan lahirnya Oktober sehingga Anda suggest pakai black opal ? Di pasar batumulia Indonesia sedang banyak beredar opal laboratorium atau Gilson Opal , demikian juga yang imitasi dari gelas Slocum Stone ). Kalau di Australia ada opal doublet dan triplet, maka di Banten, pengrajin sudah pinter juga bikin doublet, bahkan opalnya dibungkus penuh dengan resin. Kalau nggak hati-hati bisa kejeblos. Nah, sekian dulu ya. Salam buat mantan pacar ( Pak Ferry ? ). Semoga kita bener-bener bisa ketemu ya. Best regards, mang Okim - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Monday, August 01, 2005 2:33 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers > > Kalau Aris cocoknya pake Opal kali ya tapi yang dominant hitam. > Pak Sujatmiko apa kabar, pasti lupa sih sama saya. Dulu saya pernah punya > perusahaan batu juga namanya ARGA di Jl Setiabudi 283 Bandung. > Tapi mungkin saya salah zaman pada waktu itu saya masih kuliah. Perasaan > Pak Miko pernah kerumah saya, mampir liat2 batu koleksi saya. Tapi kayanya > pada waktu itu ngobrolnya sama pacar saya yang sekarang jadi suami > saya..hehehe. > Sekarang berhubung rumah saya sudah dijual ke Pak Ong Geoservis, mesin2 > potong batunya masih ada di rumah itu. Sayangnya lagi sama Pak Ong enggak > dipakai. Jadi sampai sekarang itu mesin2 nganggur tak terpakai, sayang > sebetulnya. > > Kapan2 kita mampir deh ke Pajajaran. Sukses ya.. > > Salam > Liesye - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
[iagi-net-l] Re: [? SPAM ?] Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers
Wah Pak Miko kayaknya belajar hubungan batu dengan fengshui juga nih... Jadi mau nanya... Apakah ada batu mulia yang cocok untuk saya , lahirnya bulan mei...shio kerbau, zodiac gemini. dan berapa kisaran harganya...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+> | | "sujatmiko" | | | <[EMAIL PROTECTED]| | | d> | | || | | 02/08/2005 07:43 | | | AM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+> >--| | | | To: | | cc: <[EMAIL PROTECTED]> | | Subject: [? SPAM ?] Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers | >--| Mengenai Pak Aris, apa bulan lahirnya Oktober sehingga Anda suggest pakai black opal ? Di pasar batumulia Indonesia sedang banyak beredar opal laboratorium atau Gilson Opal , demikian juga yang imitasi dari gelas Slocum Stone ). - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang, saya ikut bertanya perihal geo-arkeologi candi. Mengapa candi-candi di Jatim tidak menggunakan batu alam seperti candi-candi di Jateng? Misalkan kesulitan bahan baku batuan beku, kenapa tidak menggunakan batugamping, misalkan. Atau apakah ada perbedaan trend arsitektur di kedua wilayah tersebut pada saat itu, misalkan di Jatim dianggap keren dengan batubata karena istana-istana dibangun dengan batubata, atau bisa juga pembuatan batubata saat itu masih dianggap baru dan teknologi impor jadi mempergunakannya sebagai tempat ibadah bisa menambah gengsi rohani sang penguasa. Sebaliknya di Jateng batualam dianggap mahal dan berkelas karena trend arsitektural bangunan istana masih "menyatu dengan alam" (contoh Kraton Boko di Jogja, tetapi tampaknya ini dibangun sebelum era Borobudur). Salam, Salahuddin Awang Satyana wrote: Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang. Kalau tidak salah disebelah timur Solo , didekat Tawang Mangu ada candi namanya candi Sukun, candi ini ada disuatu perbukitan, yang istimewa dari candi ini konon kabarnya kalau dicandi candi borobudur or prambanan dan sekitarnya relief relief yang ada menggambarkan cerita cerita mahabarata (?) , maka yang di candi Sukun ini reliefnya dikatagorikan "porno" karena menceriterakan ttg hub laki perempuan kabarnya (?). Nah , bagaimana ini , kalau itu benar berarti ada perbedaan konsep dari candi tersebut, terus secara historinya bagaimana hubungan candi tersebut, termasuk umurnya. Ism Subject: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi restorasi tersebut dan sebagai seoran g pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, masa orang asing lebih tahu dari kita ? Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita sekarang mengenalnya dengan nama Feng Shui atau Hong Shui. Bangsa kita pun abad ke-9, tahun 825, sudah punya ilmu semacam itu - geomantik, untuk menempatkan Borobudur. Posisi geomantik Borobudur tak akan dapat dipahami kalau tidak menghubungkannya dengan dua candi di sebelah timurnya : Pawon dan Mendut. Borobudur-Pawon-Mendut membentuk satu garis lurus. Mendut, yang paling timur, dibangun di tepi timur Kali Elo. Pawon di tengah, di bangun 1 km ke barat di tepi barat Kali Progo. Dua kali ini membentuk huruf V, kedua candi dibangun sekitar 1 km di utara pertemuan kali, sehingga kedua kali bertemu di antara kedua candi di sebelah selatannya. Mendut punya ruangan di dalamnya di mana ada patung Budha yang mungkin paling besar di Indonesia. Pawon punya ruangan juga tapi kosong melompong. Secara simbolik, Mendut adalah lambang perempuan, lebih2 lagi di gapura candi terdapat relief Hariti, dewi kekayaan yang sedang menyusui bayi. Pawon adalah lambang laki-laki dengan ruang kosong di dalamnya ditafsirkan sebagai tak memiliki kandungan. Maka, Kali Elo adalah perempuan, dan Kali Progo adalah laki-laki. Pertemuan mereka di selatan kedua candi adalah suatu physical intercourse, begitu makna simbolik mengartikannya. Dan, Borobudurlah, buah kasih mereka. Adalah Nieuwenkamp, arsitek dan etnolog Belanda masa lalu, yang mengajukan tesis bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah danau, pada sebuah pulau. Tesisnya hanya didasarkan kepada bentuk arsitektur Borobudur yang mirip teratai dan bunganya. Sebuah tesis yang mengejutkan, tetapi dibenarkan oleh penelitian dua geolog Belanda ternama masa lalu : L.M.R Rutten dan R.W. van Bemmelen. Mereka menyebut bahwa di dataran tinggi Kedu, di mana Borobudur dibangun, terdapat beberapa danau yang sekarang mengering. Nieuwenkamp dan para geolog Belanda saat itu, tahun 1937 mengadakan penelitian besar keberadaan Danau Borobudur ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang pernah ada danau dengan ketinggian muka air 235 meter dpl, dan Borobudur dibangun di tengah2nya. Apa makna simbolik tesis danau Borobudur ? Borobudur adalah janin yang mengambang di tengah air ketuban rahim, hasil seksualitas Pawon dan Mendut. Borobudur memuat sekaligus dua ajaran : Budhisme dan ajaran kepercayaan Jawa Kuno tentang keterjelmaan manusia. Begitulah "dichtung und wahrheit" tentang Borobudur. Percaya atau tidak, rasanya tak akan terlalu sulit buat kita untuk menelusuri penelitian geologis Rutten atau van Be
[iagi-net-l] Konsep BBM
Meskipun NU dan Muhamadiyah merupakan organisasi keagamaan , ibaratnya "hanya ngurusi masalah Achirat", ternyata dalam krisis energi ini tidak mau ketinggalan untuk dapat memberikan kontribusi pemikirannya, dengan menawarkan konsep " Fuel Management electronic system " dimana konsep tersebut memberikan semacam kartu elektronik kepada kendaraan umum plat Kuning ( Bukan Kitab Kuning, meskipun dicetuskan oleh NU ..) untuk dapat membeli BBM yang bersubsubsidi secara trnasparan dan termonitor. Sedangkan untuk kendaraan pribadi plat hitam dan plat merah harus membeli BBM dengan harga Pasar. Sehingga subsidi BBM dapat mencapai sasarannya. Mereka mengatakan sangat tdk realistik jika sebagian kecil orang berpunya justru dapat menikmati subsidi yang paling banyak, bahkan disini juga disampaikan data ttg jumlah kendaraan pribadi yaitu mobil 5 jutaan dan motor 27 an juta ( tdk disebutkan ini untuk DKI or Indonesia) Terlepas dari sisi negatif dan positifnya konsep tsb, maka konsep yang keluar tsb menunjukan kepeduliaanya terhadap masalah masalah yang krusial, meskipun agak keluar dari wilayahnya. Kalau organisasi keagamaan saja mengusulkan solusi ttg krisis BBM ( mungkin beliau bel;iau didua organisasi tsb sekarang sudah merasa perlu untuk dakwah bil hal dari pada bil lisan ), Maka seharusnya organisasi profesi apalagi yang bergelut didunia SDE lebih aktif lagi untuk memberikan pemikiran pemikrannya. ISM - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Unfortunately, in 1896 the Dutch Colonial Government gave away eight containers of Borobudur stones, 30 stones with relief, 5 Buddha statues, 2 lion statues, several kala stones, stairs and gates of Borobudur, as presents for the King of Siam who was visiting Indonesia. http://en.wikipedia.org/wiki/Borobudur --pta On 8/1/05, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Beruntung, walau kolonial Sir Thomas Stamford Raffles juga seorang ilmuwan > yang mencintai Jawa. Waktu dia ada di Semarang tahun 1814, ada laporan yang > sampai kepadanya tentang penemuan sebuah bangunan kuno di Desa Bumisegoro, > Magelang. Langsung saja Raffles memerintahkan penggalian bangunan kuno itu. > Dia mengutus Cornelius, ahli candi Belanda untuk mengekskavasi temuan itu. > Lalu Cornelius bersama (.deleted) - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Saya pernah ngobrol dengan teman yang kuliah di arkeologi, menurut cerita dia, sebenarnya di atas bagunan Borobudur terdapat semacam kubah (dome). Apakah ini benar? Karena, masih menurut dia, itulah kenapa sewaktu ditemukan, bangunan dan pernik-2 reliefnya di dalamnya tidak hancur. Selain itu, ditemukan juga serpihan-2 bentuk pecahan kubah di sekitar Borobudur waktu di-restrukturisasi - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers
Dearest Liesye, greetings from Bandung ! Alhamdulilah kita bisa bertemu lagi. Mang Okim masih ingat kunjungan ke Setiabudi 283. Yang pertama ingin belajar teknik gosok batu. Mang Okim terkagum-kagum melihat prestasi yang Anda berdua capai waktu itu, kuliah sambil bisnis batumulia. Produknya juga sudah advance dibandingkan dengan produk pengrajin Sukabumi. Kunjungan kedua, mang Okim ingin beli mesin-mesin Anda setelah mendengar akan dijual. Ternyata rumah dan isinya sudah pindah tangan ke Dr.Ong. Sempat menyesal juga, tetapi karena merasa bukan rezekinya, yah nerimo saja. Nanti kalau ke Bandung singgah ya. Kita perlu ngumpulin gemstone lovers agar bisa lebih rame. Sebetulnya sudah ada organisasi Masyarakat Batumulia Indonesia , hanya jalan di tempat. Mengenai Pak Aris, apa bulan lahirnya Oktober sehingga Anda suggest pakai black opal ? Di pasar batumulia Indonesia sedang banyak beredar opal laboratorium atau Gilson Opal , demikian juga yang imitasi dari gelas Slocum Stone ). Kalau di Australia ada opal doublet dan triplet, maka di Banten, pengrajin sudah pinter juga bikin doublet, bahkan opalnya dibungkus penuh dengan resin. Kalau nggak hati-hati bisa kejeblos. Nah, sekian dulu ya. Salam buat mantan pacar ( Pak Ferry ? ). Semoga kita bener-bener bisa ketemu ya. Best regards, mang Okim - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Monday, August 01, 2005 2:33 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers > > Kalau Aris cocoknya pake Opal kali ya tapi yang dominant hitam. > Pak Sujatmiko apa kabar, pasti lupa sih sama saya. Dulu saya pernah punya > perusahaan batu juga namanya ARGA di Jl Setiabudi 283 Bandung. > Tapi mungkin saya salah zaman pada waktu itu saya masih kuliah. Perasaan > Pak Miko pernah kerumah saya, mampir liat2 batu koleksi saya. Tapi kayanya > pada waktu itu ngobrolnya sama pacar saya yang sekarang jadi suami > saya..hehehe. > Sekarang berhubung rumah saya sudah dijual ke Pak Ong Geoservis, mesin2 > potong batunya masih ada di rumah itu. Sayangnya lagi sama Pak Ong enggak > dipakai. Jadi sampai sekarang itu mesin2 nganggur tak terpakai, sayang > sebetulnya. > > Kapan2 kita mampir deh ke Pajajaran. Sukses ya.. > > Salam > Liesye > > > > "sujatmiko" > <[EMAIL PROTECTED] To: > t.id>cc: > Subject: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone > 08/02/2005Lovers > 01:47 AM > Please respond > to iagi-net > > > > > > > Pak Aris, Abah Yanto, Pak Kartiko Samodro, dan rekan-rekan IAGI yang > budiman, > Perkenankan mang Okim ngejawab borongan ya, biar nggak cape : > > Pak ARIS : > Syukurlah, Anda telah kena pelet dan ingin mulai mencintai batumulia. Tak > ada jeleknya, toh itu bidang kita juga. Buat apa menghapal nama 3000 > mineral, sementara 50 jenis batumulia yang layak pakai dan merupakan kelas > elit dari mineral tersebut tak kita ketahui. Tak usah malu deh kalau > sekali-sekali pakai cincin atau dasi koboy batumulia, toh ada beberapa > rekan > IAGI yang begitu setia, fanatik, dan bangga dengan hobbi yang tak ada > hubungannya dengan disiplin ilmu kita, misalnya ngoleksi dan bercengkerama > dengan beragam jenis burung! > Anda pengin pakai cincin batumulia ? Pilihannya banyak sekali, dari yang > harga puluhan ribu sampai yang unlimited ( bisa ratusan juta bahkan > miliaran > rupiah ). Anda tinggal pilih warna favorit yang benar-benar sreg di hati > Anda. Kalau seneng biru, bisa pakai blue sapphire , pirus atau turquoise , > lapis lazuli, sodalite, chrysocolla ( Garut-Bacan ), blue chalcedony > Banten, Lampung, Pacitan ). Kalau seneng merah, bisa pakai ruby atau mirah > delima, garnet, atau red jasper ( ati ayam ). Kalau seneng hijau, bisa > pakai > zamrud atau emerald , krisopras ( Garut ), green jaspers ( Gombong, > Tasikmalaya ), chrysopal ( P.Kabaena ), jade atau giok ( Aceh, > Banjarnegara, > Burma, China ), dan lain-lain. Atau kalau pengin keren bener, boleh juga > pakai diamond atau berlian seperti yang sering dipakai oleh Bapak kita > Prof.Dr. Soejono Martodjojo... pasti banyak yang ngelirik deeh. Untuk itu > sebetulnya ada referensinya yaitu birth stones, zodiac stones atau stones > of > the day ( literaturnya lengkap ). Nanti kalau Anda ada kesempatan ke > Bandung, bisa singgah ke Pusat Promosi Batumulia Indonesia di Jl. Pajajaran > 145 agar bisa langsung lihat contoh2 nya ( he-he, jadinya promosi niih > yee ). > > Abah YANTO, > Mang Okim menih kagum sekali sama Abah, bisa nyenengin almarhumah sampai > akhir hayatnya yaitu dengan selalu memakai cincin kecubung hadiah > almarhumah > (pada kesempatan ultah Abah ke 44). Setidaknya, ketika almarhumah masih > mendampingi Abah, dengan memakai cincin tersebut, dimanapun berada, > sendirian atau berombongan, Abah akan selalu ingat pada
Re: [iagi-net-l] [JCS2005 NEWS] Pengumuman Abstrak (Oral dan Poster) yang DITERIMA bagian KEDUA
wah, pak zardi memang jeli. menurut bocoran yg dapat dipercaya, sudah ada abstrak dari teman2 anggota perhapi, termasuk departemen tambang itb maupun upn. hanya memang belum diumumkan, 'kan baru 2 paket yg diumumkan. kalo nggak salah, kapasitas 120 akan dibagi kuota yg 'adil', 100 yg sudah diumumkan (oral) memang abstrak2 dari teman2 hagi dan iagi, sementara 20 oral akan dialokasikan utk teman2 perhapi. jadi, tunggu tanggal mainnya saja. jadi, perhapi memang tidak sekedar 'tamu' aja lho, he..he.. satu lagi, tampaknya pengumuman yg sangat transparan ini juga 'mengajak' teman2 semuanya utk ikut mengoreksi. panitia dg bantuan para ahli yg menyeleksi abstrak2 makalah plus data makalah2 yg telah dipresentasikan tahun2 sebelumnya, mencoba utk 'menyaring' sebaik mungkin. tapi siapa tahu, ada yg terlewat. saya kira nggak masalah kalo ada masukan kepada panitia ttg makalah/abstrak tertentu yg, misalnya, nggak layak dipresentasikan karena suatu alasan yg jelas dan dapat diterima umum (pernah dimuat persis sama pada seminar lainnya, contohnya). salam, syaiful *temannyapanitia "Arif Zardi Dahlius" To: <[EMAIL PROTECTED] cc: in.net.id> Subject: Re: [iagi-net-l] [JCS2005 NEWS] Pengumuman Abstrak (Oral dan Poster) yang DITERIMA bagian KEDUA 08/01/2005 04:10 PM Please respond to iagi-net Dalam dratf oral presentation JSC 2005 ada paper yang judulnya "perbaikan jembatan dengan grouting." Presenternya staf pengajar dari Program Studi T. Geologi Fak. Teknik UNDIP. Punten, apa di UNDIP Semarang sudah ada T. Geologi nya? Agak surprise juga euy! Kok tidak ada paper dari Departemen Tambang ITB atau UPN (baca : wakil PERHAPI)? Kurang afdhal kalo PERHAPI hanya jadi "tamu" aja. Wassalam, -azd- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
Re: [iagi-net-l] [JCS2005 NEWS] Pengumuman Abstrak (Oral dan Poster) yang DITERIMA bagian KEDUA
Dalam dratf oral presentation JSC 2005 ada paper yang judulnya "perbaikan jembatan dengan grouting." Presenternya staf pengajar dari Program Studi T. Geologi Fak. Teknik UNDIP. Punten, apa di UNDIP Semarang sudah ada T. Geologi nya? Agak surprise juga euy! Kok tidak ada paper dari Departemen Tambang ITB atau UPN (baca : wakil PERHAPI)? Kurang afdhal kalo PERHAPI hanya jadi "tamu" aja. Wassalam, -azd- - Original Message - From: "Taufik Manan" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Milis IAGI" ; "Milis HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>; "JCS2005 Milis Panpel" <[EMAIL PROTECTED]>; "Milis Professional Oil & Gas" <[EMAIL PROTECTED]> Cc: "Andang Bachtiar" <[EMAIL PROTECTED]>; "Wawan Gunawan" <[EMAIL PROTECTED]>; "Latif PERHAPI" <[EMAIL PROTECTED]>; "Budi Santoso - Sekjen PERHAPI" <[EMAIL PROTECTED]>; "Subandrio PERHAPI" <[EMAIL PROTECTED]>; "Nanang Manaf" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "JCS2005 Email Panpel" <[EMAIL PROTECTED]>; "Martinus Sembiring" <[EMAIL PROTECTED]>; "Elan Biantoro" <[EMAIL PROTECTED]>; "Paulus Tangke Allo" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, August 01, 2005 3:28 PM Subject: [iagi-net-l] [JCS2005 NEWS] Pengumuman Abstrak (Oral dan Poster) yang DITERIMA bagian KEDUA > Kepada Yth. > Seluruh ahli profesional G&G dan ahli pertambangan > serta asosiasi profesi; HAGI, IAGI dan PERHAPI. > > Panitia Joint Convention HAGI, IAGI, dan PERHAPI > (JCS2005) menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang > sebesar-besarnya atas partisipasi dan kontribusinya > dengan mengirimkan abstrak untuk dipresentasikan dalam > rangkaian acara ini. > > Sampai batas waktu yang telah ditentukan, Panitia > JCS2005 telah menerima lebih dari 220 buah abstrak > yang dikirim dari berbagai instansi pemerintah, > perguruan tinggi, lembaga penelitian, kelompok > industri dan independent. Antusiasme yang begitu besar > dari para penulis tidak dapat seluruhnya > diakomodasikan dalam acara ini, sehingga perlu > diadakan seleksi yang dilakukan oleh beberapa penilai > yang ahli di bidangnya masing-masing. > > Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka mulai > minggu lalu, tanggal 29 Juli 2005 dan beberapa hari > selanjutnya, Panitia JCS2005 akan mengumumkan secara > bertahap abstrak yang diterima untuk dipresentasikan, > baik oral maupun poster, dalam Technical Session yang > akan diselenggarakan pada tanggal 29 dan 30 November > 2005 di Surabaya. Disamping pengumuman melalui media > elektonik, dalam bentuk milis, email dan web site > resmi JCS2005, Panitia akan menyampaikan pemberitahuan > resmi kepada masing-masing penulis abstrak, baik yang > diterima ataupun yang belum terpilih untuk dapat > dipresentasikan dalam acara ini, melalui email > pribadi, surat dan facsimile. > > Terlampir adalah bagian kedua daftar abstrak oral dan > poster yang diterima dan selanjutnya kepada para > penulis abstrak ini diharapkan untuk segera > mengirimkan full paper atau extended abstract paling > lambat pada hari Senin, tanggal 05 September 2005, > dengan ketentuan format penulisan yang akan > disampaikan kemudian. > > Korespondensi dapat dilakukan melalui Sekretariat > Panitia atau email panitia, yaitu : > [EMAIL PROTECTED] > [EMAIL PROTECTED] > [EMAIL PROTECTED] > > Bagi yang diterima akan diberikan pula surat > pernyataan bersedia (acceptance letter), yang harus > disi dan diserahkan kembali kepada panitia pelaksana > JCS2005. > > Demikian pemberitahuan ini disampaikan, atas perhatian > dan dukungannya kami sampaikan terima kasih. > > Jakarta, 1 Agustus 2005 > > Panitia JCS2005 > Technical Program Coordinator > > > Nanang Abdul Manaf > > > __ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > http://mail.yahoo.com > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) > Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) > - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Beruntung, walau kolonial Sir Thomas Stamford Raffles juga seorang ilmuwan yang mencintai Jawa. Waktu dia ada di Semarang tahun 1814, ada laporan yang sampai kepadanya tentang penemuan sebuah bangunan kuno di Desa Bumisegoro, Magelang. Langsung saja Raffles memerintahkan penggalian bangunan kuno itu. Dia mengutus Cornelius, ahli candi Belanda untuk mengekskavasi temuan itu. Lalu Cornelius bersama 200 orang desa itu membongkar hutan, semak belukar, menggali tanah, dan...muncullah Borobudur setelah terkubur hampir 1000 tahun. Tahun 1814, Borobudur masih belepotan tanah dan tak semua tanah dikupas sebab khawatir candi akan runtuh. "Lorong-lorongnya masih penuh tanah", begitu tulis Raffles di bukunya yang tersohor : The History of Java (Raffles, 1817). Candi-candi di Jawa Timur tentu berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Candi di Jawa Timur tak pernah menggunakan batu masif andesit basaltik seperti di Jawa Tengah, tetapi banyak menggunakan tanah liat yang dibakar mirip batamerah. Borobudur dibangun selama 50-70 tahun, terkubur selama hampir 1000 tahun. Berkali-kali puluhan tahun berikutnya diperbaiki, baik di zaman Belanda, Inggris, Jepang, dan zaman kemerdekaan. Kita sekarang dengan mudah bisa menyaksikannya. Semoga kemudahan ini tak menjadikan kita memandangnya dengan sebelah mata... salam, awang Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang ysh., Terimakasih atas tanggapan Bapak. Betul yg Pak Awang kemukakan itu, saya juga sangat mengaguminya. Saya sudah berkali-kali ke sana, kalau jalan ke Jawa. Di daerah Trowulan pun ada peninggalan Majapahit, yg mengalami jaman keemasannya di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350 - 1389) tetapi candi2nya nggak ada yg sebesar Borobudur setahu saya. Saya juga baca sewaktu Angkor Vat ditemukan di Vietnam, katanya waktu itu ditemukannya spt kota mati, nggak ada penduduknya, cuma ada sisa2 bangunan, sudah seperti hutan kembali, di tutupi semak dan tanaman. Dan Borobudur pun sewaktu ditemukan, keadaannya demikian. Mudah2an kita bisa memeliharanya sebagai bangunan warisan budaya nenek moyang kita. Wassalam, HK Awang Satyana wrote: Pak Harry, Kalau kita lihat denah Borobudur, kita akan kagum dengan simetri yang begitu sempurna ke semua sisi. Ibaratnya, Borobudur punya simetri lipat tak hingga karena begitu simetrinya. Bagaimana ini bisa terjadi kepada bangunan 12 abad yang lalu tentu misteri sebab catatan-catatan aslinya tak ditemukan, hanya prasasti berangka tahun 842 M itu. Dalam Babad Tanah Jawi pun tidak ada diceritakan sebab babad mulai banyak ditulis pada zaman Majapahit sekitar 500 tahun sesudah Dinasti Syailendra. Bagaimana menaikkan batu-batu masif andesit basaltik ke puncak bukit pun kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin, menggunakan titian2 kayu/pohon kelapa ditarik tali-tali rami, siapa tahu. Dunia pun sampai sekarang tak bisa mengerti bagaimana batu-batu besar Stonehange di wilayah Inggris/Skotlandia sana ditaruh di atas batu-batu yang lebih kecil. Teknologi apa yang bisa menghasilkan tradisi megalith macam Borobudur, Stonehange, Piramida kita tak tahu banyak. Mungkin ada saja buku2 yang mengulas hal2 seperti ini, tetapi dokumen historis-nya sendiri biasanya tak ada. Lantai Borobudur pun penuh relief sebenarnya, bukan pelataran lantai tanpa relief seperti sekarang. Di situ ada relief2 Kamadathu, yaitu relief2 yang menggambarkan manusia yang mengikuti hasrat baik dan buruknya. Sebelum candi dipugar, ada indikasi bahwa Borobudur retak2 fondasinya. Membayangkan bahwa candi ini suatu hari kelak akan runtuh bila fondasinya tak diperbaiki. Maka, terpaksa areal Kamadathu diperkuat dengan menambahkan batu2 masif penyangga dan akhirnya ditutup beton. Harus memilih memang : menyelamatkan seluruh candi dengan menutup Kamadathu, atau mempertahankan Kamadathu tetapi candi runtuh ? Saat dipugar, ini pun menjadi perdebatan di antara para ahli sejarah dan ahli teknik sipil. Kita tahu, alternatif no. 1 yang dipilih. Dr. Sukmono, sejarahwan besar dan ketua restorasi, menulis hal itu di bukunya. Adalah Gunadharma yang suka disebut-sebut sang arsitek candi ini. Benar tidaknya tak bisa dibuktikan. Yang jelas, kalau kita ada di atas puncak Borobudur dan melepaskan pandangan ke selatan, maka tampaklah perbukitan Menoreh yang kata orang relief2nya menggambarkan wajah Gunadharma ! salam, awang Harry Kusna wrote: Pak Awang ysh., 3 candi di atas adalah candi Budha yg dibangun di masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Hindu yg kira2 seumur kalau nggak salah adalah candi Prambanan, yg juga mempunyai ruang di dalamnya. Dari hitungan mekanika tekniknya (kesetimbagan), bangunan yg ada ruangnya dng tumpukan batu saja membentuk pelataran tentu berbeda. Juga dari mekanika tanah, pondasi, atau kalau skrg ada lagi geologi teknik-nya (daya dukung, kekerasan, stabilitas lereng, dsb). Belum lagi sewaktu bikin site plannya, ilmu ukur tanahnya, stake out di lapangan, kan dulu belum ada theodolite, waterpas. Pert
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Awang ysh., Terimakasih atas tanggapan Bapak. Betul yg Pak Awang kemukakan itu, saya juga sangat mengaguminya. Saya sudah berkali-kali ke sana, kalau jalan ke Jawa. Di daerah Trowulan pun ada peninggalan Majapahit, yg mengalami jaman keemasannya di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350 - 1389) tetapi candi2nya nggak ada yg sebesar Borobudur setahu saya. Saya juga baca sewaktu Angkor Vat ditemukan di Vietnam, katanya waktu itu ditemukannya spt kota mati, nggak ada penduduknya, cuma ada sisa2 bangunan, sudah seperti hutan kembali, di tutupi semak dan tanaman. Dan Borobudur pun sewaktu ditemukan, keadaannya demikian. Mudah2an kita bisa memeliharanya sebagai bangunan warisan budaya nenek moyang kita. Wassalam, HK Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Harry, Kalau kita lihat denah Borobudur, kita akan kagum dengan simetri yang begitu sempurna ke semua sisi. Ibaratnya, Borobudur punya simetri lipat tak hingga karena begitu simetrinya. Bagaimana ini bisa terjadi kepada bangunan 12 abad yang lalu tentu misteri sebab catatan-catatan aslinya tak ditemukan, hanya prasasti berangka tahun 842 M itu. Dalam Babad Tanah Jawi pun tidak ada diceritakan sebab babad mulai banyak ditulis pada zaman Majapahit sekitar 500 tahun sesudah Dinasti Syailendra. Bagaimana menaikkan batu-batu masif andesit basaltik ke puncak bukit pun kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin, menggunakan titian2 kayu/pohon kelapa ditarik tali-tali rami, siapa tahu. Dunia pun sampai sekarang tak bisa mengerti bagaimana batu-batu besar Stonehange di wilayah Inggris/Skotlandia sana ditaruh di atas batu-batu yang lebih kecil. Teknologi apa yang bisa menghasilkan tradisi megalith macam Borobudur, Stonehange, Piramida kita tak tahu banyak. Mungkin ada saja buku2 yang mengulas hal2 seperti ini, tetapi dokumen historis-nya sendiri biasanya tak ada. Lantai Borobudur pun penuh relief sebenarnya, bukan pelataran lantai tanpa relief seperti sekarang. Di situ ada relief2 Kamadathu, yaitu relief2 yang menggambarkan manusia yang mengikuti hasrat baik dan buruknya. Sebelum candi dipugar, ada indikasi bahwa Borobudur retak2 fondasinya. Membayangkan bahwa candi ini suatu hari kelak akan runtuh bila fondasinya tak diperbaiki. Maka, terpaksa areal Kamadathu diperkuat dengan menambahkan batu2 masif penyangga dan akhirnya ditutup beton. Harus memilih memang : menyelamatkan seluruh candi dengan menutup Kamadathu, atau mempertahankan Kamadathu tetapi candi runtuh ? Saat dipugar, ini pun menjadi perdebatan di antara para ahli sejarah dan ahli teknik sipil. Kita tahu, alternatif no. 1 yang dipilih. Dr. Sukmono, sejarahwan besar dan ketua restorasi, menulis hal itu di bukunya. Adalah Gunadharma yang suka disebut-sebut sang arsitek candi ini. Benar tidaknya tak bisa dibuktikan. Yang jelas, kalau kita ada di atas puncak Borobudur dan melepaskan pandangan ke selatan, maka tampaklah perbukitan Menoreh yang kata orang relief2nya menggambarkan wajah Gunadharma ! salam, awang Harry Kusna wrote: Pak Awang ysh., 3 candi di atas adalah candi Budha yg dibangun di masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Hindu yg kira2 seumur kalau nggak salah adalah candi Prambanan, yg juga mempunyai ruang di dalamnya. Dari hitungan mekanika tekniknya (kesetimbagan), bangunan yg ada ruangnya dng tumpukan batu saja membentuk pelataran tentu berbeda. Juga dari mekanika tanah, pondasi, atau kalau skrg ada lagi geologi teknik-nya (daya dukung, kekerasan, stabilitas lereng, dsb). Belum lagi sewaktu bikin site plannya, ilmu ukur tanahnya, stake out di lapangan, kan dulu belum ada theodolite, waterpas. Pertanyaan saya, apakah ada buku ttg ilmu2 tsb pd masa itu? Ilmunya dari mana? Bgmn mereka menaikan batu yg besar2 dari elevasi nol bangunan tsb ke puncak, apakah sudah ada kran cantilever/derek? Mohon penjelasannya kalau mungkin. Terimakasih. Wassalam HK Awang Satyana wrote: Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi restorasi tersebut dan sebagai seoran g pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. Tahun 2004, setelah lama pe
Re: [iagi-net-l] Borobudur : Posisi Geologi dan Geomantik
Pak Harry, Kalau kita lihat denah Borobudur, kita akan kagum dengan simetri yang begitu sempurna ke semua sisi. Ibaratnya, Borobudur punya simetri lipat tak hingga karena begitu simetrinya. Bagaimana ini bisa terjadi kepada bangunan 12 abad yang lalu tentu misteri sebab catatan-catatan aslinya tak ditemukan, hanya prasasti berangka tahun 842 M itu. Dalam Babad Tanah Jawi pun tidak ada diceritakan sebab babad mulai banyak ditulis pada zaman Majapahit sekitar 500 tahun sesudah Dinasti Syailendra. Bagaimana menaikkan batu-batu masif andesit basaltik ke puncak bukit pun kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin, menggunakan titian2 kayu/pohon kelapa ditarik tali-tali rami, siapa tahu. Dunia pun sampai sekarang tak bisa mengerti bagaimana batu-batu besar Stonehange di wilayah Inggris/Skotlandia sana ditaruh di atas batu-batu yang lebih kecil. Teknologi apa yang bisa menghasilkan tradisi megalith macam Borobudur, Stonehange, Piramida kita tak tahu banyak. Mungkin ada saja buku2 yang mengulas hal2 seperti ini, tetapi dokumen historis-nya sendiri biasanya tak ada. Lantai Borobudur pun penuh relief sebenarnya, bukan pelataran lantai tanpa relief seperti sekarang. Di situ ada relief2 Kamadathu, yaitu relief2 yang menggambarkan manusia yang mengikuti hasrat baik dan buruknya. Sebelum candi dipugar, ada indikasi bahwa Borobudur retak2 fondasinya. Membayangkan bahwa candi ini suatu hari kelak akan runtuh bila fondasinya tak diperbaiki. Maka, terpaksa areal Kamadathu diperkuat dengan menambahkan batu2 masif penyangga dan akhirnya ditutup beton. Harus memilih memang : menyelamatkan seluruh candi dengan menutup Kamadathu, atau mempertahankan Kamadathu tetapi candi runtuh ? Saat dipugar, ini pun menjadi perdebatan di antara para ahli sejarah dan ahli teknik sipil. Kita tahu, alternatif no. 1 yang dipilih. Dr. Sukmono, sejarahwan besar dan ketua restorasi, menulis hal itu di bukunya. Adalah Gunadharma yang suka disebut-sebut sang arsitek candi ini. Benar tidaknya tak bisa dibuktikan. Yang jelas, kalau kita ada di atas puncak Borobudur dan melepaskan pandangan ke selatan, maka tampaklah perbukitan Menoreh yang kata orang relief2nya menggambarkan wajah Gunadharma ! salam, awang Harry Kusna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang ysh., 3 candi di atas adalah candi Budha yg dibangun di masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Hindu yg kira2 seumur kalau nggak salah adalah candi Prambanan, yg juga mempunyai ruang di dalamnya. Dari hitungan mekanika tekniknya (kesetimbagan), bangunan yg ada ruangnya dng tumpukan batu saja membentuk pelataran tentu berbeda. Juga dari mekanika tanah, pondasi, atau kalau skrg ada lagi geologi teknik-nya (daya dukung, kekerasan, stabilitas lereng, dsb). Belum lagi sewaktu bikin site plannya, ilmu ukur tanahnya, stake out di lapangan, kan dulu belum ada theodolite, waterpas. Pertanyaan saya, apakah ada buku ttg ilmu2 tsb pd masa itu? Ilmunya dari mana? Bgmn mereka menaikan batu yg besar2 dari elevasi nol bangunan tsb ke puncak, apakah sudah ada kran cantilever/derek? Mohon penjelasannya kalau mungkin. Terimakasih. Wassalam HK Awang Satyana wrote: Candi Borobudur, Jawa Tengah, mesti mempunyai kesan yang sangat kuat dalam diri Daoed Joesoef, mantan menteri P & K 1978-1983. Daoed muda tahun 1953 pernah mengunjungi candi ini dan menemukan bagunan kuno yang seram, tak terurus, kotor, penuh sampah, dan tempat berpacaran saja. Sejak saat itu, bayangan ngeri tentang Borobudur yang semrawut menghantui pikirannya. Waktu kuliah di Prancis awal 1970-an, Daoed menemukan bahwa Unesco, badan PBB yang bermarkas besar di Paris, punya dana bagi rehabilitasi bangunan2 kuno yang punya nilai sejarah yang tinggi. Maka mulailah perjuangan Daoed menegosiasikan pentingnya rehabilitasi Borobudur. Dan, akhirnya Borobudur berhasil mendapatkan dana tersebut, memenangkan persaingan dengan kota air Venesia dan Mohenjodaro di Pakistan. Maka, dipugarlah Candi Borobudur 10 tahun lamanya, 1973-1983 (dana Pemerintah 2/3-nya, 1/3-nya sumbangan Unesco). Dan sebagai seorang menteri, Pak Daoed Joesoef rutin mengunjungi restorasi tersebut dan sebagai seoran g pelukis, dia mengabadikan peristiwa itu. Tahun 2004, setelah lama pensiun dari kegiatan di badan2 Pemerintah RI, Pak Daoed menerbitkan sebuah buku tentang sebuah candi yang menyita perhatiannya setengah umur hidupnya itu, "Borobudur" (Gramedia, 2004) - sebuah catatan tentang perenungan, perjuangan pemugaran, dan nilai seni, budaya, keilmuan sebuah candi Budha terbesar di dunia. Juga, catatan hitam tentang pengeboman candi ini oleh orang-orang tak berbudaya dan biadab dua tahun sesudah candi selesai dipugar (Januari, 1985). Sebagai bangsa di mana candi itu berada, tentu sebaiknya kita tahu sisik-melik candi ini, masa orang asing lebih tahu dari kita ? Nah, tulisan ini hanya akan mengemukakan posisi geologis candi ini. Semua bangunan yang "dimuliakan" tentu tidak asal letak posisi dibangunnya. Kita sekarang mengenaln
Re: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone Lovers
Kalau Aris cocoknya pake Opal kali ya tapi yang dominant hitam. Pak Sujatmiko apa kabar, pasti lupa sih sama saya. Dulu saya pernah punya perusahaan batu juga namanya ARGA di Jl Setiabudi 283 Bandung. Tapi mungkin saya salah zaman pada waktu itu saya masih kuliah. Perasaan Pak Miko pernah kerumah saya, mampir liat2 batu koleksi saya. Tapi kayanya pada waktu itu ngobrolnya sama pacar saya yang sekarang jadi suami saya..hehehe. Sekarang berhubung rumah saya sudah dijual ke Pak Ong Geoservis, mesin2 potong batunya masih ada di rumah itu. Sayangnya lagi sama Pak Ong enggak dipakai. Jadi sampai sekarang itu mesin2 nganggur tak terpakai, sayang sebetulnya. Kapan2 kita mampir deh ke Pajajaran. Sukses ya.. Salam Liesye "sujatmiko" <[EMAIL PROTECTED] To: t.id>cc: Subject: [iagi-net-l] Re: Aris, Abah Yanto, Kartiko Samodro: Gemstone 08/02/2005Lovers 01:47 AM Please respond to iagi-net Pak Aris, Abah Yanto, Pak Kartiko Samodro, dan rekan-rekan IAGI yang budiman, Perkenankan mang Okim ngejawab borongan ya, biar nggak cape : Pak ARIS : Syukurlah, Anda telah kena pelet dan ingin mulai mencintai batumulia. Tak ada jeleknya, toh itu bidang kita juga. Buat apa menghapal nama 3000 mineral, sementara 50 jenis batumulia yang layak pakai dan merupakan kelas elit dari mineral tersebut tak kita ketahui. Tak usah malu deh kalau sekali-sekali pakai cincin atau dasi koboy batumulia, toh ada beberapa rekan IAGI yang begitu setia, fanatik, dan bangga dengan hobbi yang tak ada hubungannya dengan disiplin ilmu kita, misalnya ngoleksi dan bercengkerama dengan beragam jenis burung! Anda pengin pakai cincin batumulia ? Pilihannya banyak sekali, dari yang harga puluhan ribu sampai yang unlimited ( bisa ratusan juta bahkan miliaran rupiah ). Anda tinggal pilih warna favorit yang benar-benar sreg di hati Anda. Kalau seneng biru, bisa pakai blue sapphire , pirus atau turquoise , lapis lazuli, sodalite, chrysocolla ( Garut-Bacan ), blue chalcedony Banten, Lampung, Pacitan ). Kalau seneng merah, bisa pakai ruby atau mirah delima, garnet, atau red jasper ( ati ayam ). Kalau seneng hijau, bisa pakai zamrud atau emerald , krisopras ( Garut ), green jaspers ( Gombong, Tasikmalaya ), chrysopal ( P.Kabaena ), jade atau giok ( Aceh, Banjarnegara, Burma, China ), dan lain-lain. Atau kalau pengin keren bener, boleh juga pakai diamond atau berlian seperti yang sering dipakai oleh Bapak kita Prof.Dr. Soejono Martodjojo... pasti banyak yang ngelirik deeh. Untuk itu sebetulnya ada referensinya yaitu birth stones, zodiac stones atau stones of the day ( literaturnya lengkap ). Nanti kalau Anda ada kesempatan ke Bandung, bisa singgah ke Pusat Promosi Batumulia Indonesia di Jl. Pajajaran 145 agar bisa langsung lihat contoh2 nya ( he-he, jadinya promosi niih yee ). Abah YANTO, Mang Okim menih kagum sekali sama Abah, bisa nyenengin almarhumah sampai akhir hayatnya yaitu dengan selalu memakai cincin kecubung hadiah almarhumah (pada kesempatan ultah Abah ke 44). Setidaknya, ketika almarhumah masih mendampingi Abah, dengan memakai cincin tersebut, dimanapun berada, sendirian atau berombongan, Abah akan selalu ingat pada isteri terkasih di rumah. Alangkah romantisnya kan ? Mang Okim ikut prihatin bahwa batu pirus Abah, pemberian almarhum ayahanda tercinta, terbukti jenangan atau masakan. Akan sangat sulit untuk menuntut, apalagi belinya sudah tahunan. Mang Okim sendiri pernah terlalu percaya diri, membeli kecubung, padahal pada saat itu mang Okim tidak membawa senter dan loupe. Setelah diperiksa di rumah ternyata kecubung tersebut palsu. Karena tidak ada perjanjian sebelumnya ( kalau palsu dikembalikan ), maka mang Okim tak memaksakan diri untuk mengembalikannya, itung-itung tambah pengalaman. Di Pasar Seng, Mekah, hal seperti inipun sangat sering dialami jemaah haji kita. Si penjual sumpah-sumpah demi Masjidil Haram segala,bahwa batunya asli,. padahal ruby Si
[iagi-net-l] Tokoh dan Peristiwa Fisika Modern
Berikut referensi bagus tentang beberapa peristiwa penting dalam sejarah Fisika Modern, oleh Kenneth S. Krane, Modern Physics, 1982, Depth. Of Physics, Oregon State University, USA, Penerjemah Hans J. Wospakrik, Fisika Modern, 1996, UI Press. 1887Albert A. Michelson dan Edward W. Morley, gagal amati eter. 1896Henry Becquerel menemukan keradiokatifan. 1900Max Plack mengenalkan teori kwantum untuk menjelaskan radiasi benda hitam. 1905Albert Einstein mengemukakan teori relativitas khusus. 1905Albert Einstein mengenalkan gagasan foto untuk menjelaskan efek fotoelektrik. 1911Heike Kamerligh-Onnes menemukan superkonduktivitas. 1911Ernest Rutherford mengemukakan inti atom, berdasarkan pada hasil percobaan Hans Geiger dan Earnest Marsden. 1913Neil Bohr mengenalkan teori struktur atom. 1913William W. Bragg and William L. Bragg (ayah dan anak), mempelajari difraksi sinar X dari berbagai kristal. 1914James Franck dan Gustav Hertz mempelajari bukti keberadaan berbagai energi terkwantisasi atom. 1914Henry G.J. Moseley memperlihatkan hubungan antara frekensi sinar-X dengan nomor atom. 1915Albert Einstein mengemukakan teori relativitas umum. 1916Robert A. Millikan melakukan pengukuran seksama terhadap fotoelektrik dan mengukuhkan teori foton Einstein. 1919Sir Arthur Eddington dan beberapa astronom Britania lainnya mengukur pembelokan sinar cahaya dari bintang dan mengukuhkan ramalan teori relativitas umum Einstein. 1921Otto Stern dan Walter Gerlach memperagakan kuantisasi ruang dan meperlihatkan perlunya diperkenalkan momen magnet intriksik elektron. 1923Arthur H. Compton memperagakan perubahan panjang gelombang sinar-X setelah dihambur elektron. 1924Louis de Broglie mempostulatkan perilaku gelombang dari partikel. 1925Wolfgang Pauli mengemukakan asa larangannya. 1925Samuel Goudsmit dan George Uhlenbeck mengenalkan gagasan momentum sudut instriksik(spin). 1926Edwin Schrodinger mengenalkan mekanika gelombang (mekanika kwantum). 1926Max Born memberi tafsiran statistik, dan probabilistik bagi fungsi gelombang Schrodinger. 1927Werner Heisenberg mengembangkan asas ketidakpastian. 1927Clinton Davisson dan Lester Germer memperagakan perilaku gelombang dari elektron; G. P. Thomson juga melakukan hal yang sama secara terpisah. 1928Paul A.M. Dirac mengemukakan teori kwantum relativistik. 1929Edwin Hubble melaporkan bukti jagadraya mengembang. 1931Carl Anderson menemukan positron (antielektron). 1931Wolfgang Pauli mengusulkan kehadiran partikel neutral(neutrino) yang dipancarkan dalam peluruhan sinar beta. 1932James Chadwick menemukan neutron. 1932John Cockcroft dan Ernest Walton menghasilkan reaksi inti pertama dengan menggunakan akselerator tegangan tinggi. 1935Hideki Yukawa mengemukakan teori yang meramalkan kehadiran partikel massa-sedang(meson). 1938Otto Hahn dan Fritz Strassmann menemukan fisi inti. 1938Hans Bethe mengemukakan reaksi fusi termonuklir sebagai sebagai sumber energi dalam bintang. 1940Edwin McMillan, Glenn Seaborg, beserta rekan-rekannya, menghsilkan unsur transuranik buatan pertama. 1942Enrico Fermi beserta rekan-rekannya membangun reaktor fisi inti pertama. 1945Peledakan bom atom fisi pertama di gurun pasir New Mexico. 1946George Gamow mengemukakan kosmologi Big Bang. 1948John Bardeen, Walter Brattain, dan Wiliam Shockley memperagakan transistor pertama. 1952Peledakan bom atom fusi termonuklir pertama di pulau karang (atol) Eniwetok. 1956Frederick Reines dan Clyde Cowan memperagakan bukti percobaan kehadiran neutrino 1958Rudolf L. Mossbauer memperagakan pancaran takpental sinar gamma. 1960Theodore Maiman menciptakan laser ruby pertama; Ali Javan menciptakan layer helium-neon pertamanya. 1964Allan R. Sandage menemukan kuarsar pertama. 1964Murray Gell-Mann dan George Zweig secara terpisah mengenal model tiga-kuark dari partikel elemnter. 1965Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan radiasi gelombang mikro kosmik. 1967Jocelyn Weinberg dan Abdus Salam secara terpisah mengemukakan suatu teori yang memadukan interaksi lemah dan elektromagnetik. 1974Burton Richter dan Samuel Ting beserta tim kerjanya secara terpisah menemukan bukti pertama keberadaan kuark keempat. 1977Leon Lederman dan rekan-rekannya menemukan partikel baru yang diyaknini memperlihatkan bukti keberadaan kuark kelima. Salam, Maryanto. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Kar