[iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik prasiddha Hestu Narendra
Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
**
*Investor AS Bangun Pembangkit Listrik

*


Tenaga Panas Lumpur Lapindo
Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua tahun
tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya, perusahaan
energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP).

Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan
kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres Alwi
Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).

Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang rencananya
menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan bencana di
Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
Indonesia, dan dialek lokal itu.

Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas lumpur
Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal (vertical
tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical Construction
Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw, jelasnya.
Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan melibatkan
Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana sendiri
dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta untuk
menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus. Untuk
dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi.
Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat
Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan listrik
murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per kilowatt
hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas rumah
tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan dari
sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak
akibat penggunaan pembangkit diesel, kata pria kelahiran Sumatera Barat 57
tahun lalu itu.

Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak meminta
penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana tersebut
ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama 3-4
tahun.

Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin, diperkirakan bakal memakan
waktu 36 bulan sebelum masuk ke jaringan distribusi PLN. Setelah itu,
manfaat besar akan dinikmati lantaran cost yang dikeluarkan jauh lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional yang selama ini
digunakan Pertamina dan PLN. Tidak hanya itu, capacity factor dipertahankan
pada kisaran 70-80 persen, janjinya.

Bagaimana proses sederhana PLTP dari lumpur Lapindo itu, mantan Kepala Unit
PLN PJB I Harijono Hirdjosumaryo yang menyertai Taswin memberikan
penjelasan. Kita memasukkan air ke panas bumi, air menjadi uap. Uap naik ke
atas sehingga menjalankan turbin, jelasnya. Pada tahap awal, tanah digali
sedalam 10 mil untuk mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12
kaki. Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas.

Mengutip dari situsnya, Vlociti Holdings Inc merupakan sebuah lembaga
bermisi sosial untuk membantu anak-anak, keluarga, dan lingkungan di negara
berkembang, seperti Vietnam dan Indonesia, melalui sejumlah program, antara
lain, pendidikan, teknologi, dan kesehatan.

Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden Alwi Hamu yang menerima presentasi
mengungkapkan dukungan pemerintah terhadap proyek tersebut. Wapres Jusuf
Kalla telah meminta Ditjen Migas Departemen ESDM dan Kementerian Negara
Ristek dan Teknologi untuk mengkaji teknologi tersebut. Pada prinsipnya,
karena tujuannya baik dan negara diuntungkan, Wapres meminta proposal
tersebut dikaji kelayakannya, terangnya. (noe/kim)


Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
 Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil
panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding
dilapisi dengan lapisan tahan panas.

WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ?
Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ...


RDP

2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:
 Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
 **
 *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik

 *


 Tenaga Panas Lumpur Lapindo
 Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua tahun
 tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya, perusahaan
 energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
 memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
 (PLTP).

 Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan
 kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres Alwi
 Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).

 Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
 dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang rencananya
 menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
 diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan bencana di
 Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
 masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
 Indonesia, dan dialek lokal itu.

 Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas lumpur
 Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal (vertical
 tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical Construction
 Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
 Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw, jelasnya.
 Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan melibatkan
 Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana sendiri
 dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
 sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
 memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
 Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
 pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta untuk
 menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus. Untuk
 dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi.
 Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat
 Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan listrik
 murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per kilowatt
 hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas rumah
 tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan dari
 sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak
 akibat penggunaan pembangkit diesel, kata pria kelahiran Sumatera Barat 57
 tahun lalu itu.

 Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak meminta
 penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada Bank
 Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana tersebut
 ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama 3-4
 tahun.

 Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin, diperkirakan bakal memakan
 waktu 36 bulan sebelum masuk ke jaringan distribusi PLN. Setelah itu,
 manfaat besar akan dinikmati lantaran cost yang dikeluarkan jauh lebih murah
 dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional yang selama ini
 digunakan Pertamina dan PLN. Tidak hanya itu, capacity factor dipertahankan
 pada kisaran 70-80 persen, janjinya.

 Bagaimana proses sederhana PLTP dari lumpur Lapindo itu, mantan Kepala Unit
 PLN PJB I Harijono Hirdjosumaryo yang menyertai Taswin memberikan
 penjelasan. Kita memasukkan air ke panas bumi, air menjadi uap. Uap naik ke
 atas sehingga menjalankan turbin, jelasnya. Pada tahap awal, tanah digali
 sedalam 10 mil untuk mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12
 kaki. Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas.

 Mengutip dari situsnya, Vlociti Holdings Inc merupakan sebuah lembaga
 bermisi sosial untuk membantu anak-anak, keluarga, dan lingkungan di negara
 berkembang, seperti Vietnam dan Indonesia, melalui sejumlah program, antara
 lain, pendidikan, teknologi, dan kesehatan.

 Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden Alwi Hamu yang menerima presentasi
 mengungkapkan dukungan pemerintah terhadap proyek tersebut. Wapres Jusuf
 Kalla telah meminta Ditjen Migas Departemen ESDM dan Kementerian Negara
 Ristek dan Teknologi untuk mengkaji teknologi tersebut. Pada prinsipnya,
 karena tujuannya baik dan negara diuntungkan, Wapres meminta proposal
 tersebut dikaji kelayakannya, terangnya. (noe/kim)




-- 
http://tempe.wordpress.com/
Telling the truth is important
Telling the positive is better !!!


Re: [iagi-net-l] The History of Java (Thomas Stamford Raffles, 1817)

2008-07-09 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2008/7/9 Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED]:
 Saya suka berandai-andai, apa ya jadinya kalau kita dulu diperintah oleh 
 Raffles, bukan Belanda?


Pak Raffles ini warga negara Inggeris, tetapi sepertinya beliau ke
Jawa sini sebagai seorang Gubernur Jenderal Belanda. Atas nama
pemerintah belanda juga. Jadi ya dibenaknya bisa jadi berbau lebih
Belanda juga. Kononnya beliau ini ngga setuju dengan kebijakan
Inggeris untuk tidak mengusik daerah jajahan Belanda, ketika
mendirikan kota dagang Singapura.
Singapura sendiri sebenernya dahulunya digarap oleh Prameswara (putra
mahkota Sriwijaya) dengan nama Tamasek. Namun tentusaja karena klaim
yg lebih dikenal Singapura hasil buah tangan Raffles. Singapura lebih
dikenal dari Raffles bukan ide dari Prameswara (sekitar 1600-an).

Prameswara kemudian membuat Melaka, tapi konon Melaka sebelumnya juga
sudah dikembangkan sodagar2 China yg sudah ada disitu sebelumnya. Dua
pekan kemarin saya ke Melaka memang hanya melihat peninggalan China,
bukan peninggalan Prameswara (Kerajaan Melaka). Konon ada yang
berargumentasi karena Kerajaan Melaka ini mirip budaya orang Melayu
pada umumnya yang tidak pernah membuat rumah batu bata (brick). Karena
rumah dan istananya dari kayu maka peninggalannyapun tidak dijumpai
dalam bentuk bangunan fisik.

Seperti yang dicatat juga oleh Pak Awang bahwa, kehebatan Raffles dan
penjelajah (dan penjajah) ini memang selalu mencatat detail setiap
hasil pengamatannya. Kalau ngga salah setiap ekspedisi jaman kolonial
selalu didampingi oleh seorang dokter (medis), ahli botani (tumbuh2an)
dan anthropolog atau (pengamat sosial). Dan setiap ekspedisi
kapal-kapal penjelajah ini selalu menuliskannya dalam bentuk
jurnal-jurnal dan yang lebih penting lagi ...ada gambarnya ! (lah
kalau sekarang tinggal di jepret pakai Dijital SLR ya mudah, tapi di
kala itu !).

salam

rdp


PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik miko
Pak Rovicky,

Salut deeh, dalam waktu hanya 11 menit sejak Pak Prasidha mosting emailnya,
Pak Rovicky sudah nyampaikan comment . Memang mang Okim sempat
terheran-heran membaca angka 10 mil dan 12 kaki, apa mungkin ya ?  Mang Okim
langsung saja ingat dongeng Sangkuriang yang siapa tahu  bisa ngebor bumi
dengan mata bor berdiameter 12 kaki dan sampai kedalaman 10 mil ( yang
keluar bisa-bisa magma pijar tak iye ! ).

Betapapun kekeliruan telah dikoreksi dan  semoga benar dan lebih realistis.

Salam,
Mang Okim




- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, July 09, 2008 1:21 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik


  Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil
 panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding
 dilapisi dengan lapisan tahan panas.

 WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ?
 Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ...


 RDP

 2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:
  Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
  **
  *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik
 
  *
 
 
  Tenaga Panas Lumpur Lapindo
  Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua
tahun
  tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya,
perusahaan
  energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
  memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
  (PLTP).
 
  Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan
  kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres
Alwi
  Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).
 
  Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
  dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang
rencananya
  menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
  diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan bencana
di
  Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
  masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
  Indonesia, dan dialek lokal itu.
 
  Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas
lumpur
  Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal
(vertical
  tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical
Construction
  Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
  Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw,
jelasnya.
  Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan
melibatkan
  Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana
sendiri
  dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
  sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
  memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
  Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
  pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta
untuk
  menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus.
Untuk
  dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi.
  Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat
  Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan
listrik
  murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per
kilowatt
  hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas
rumah
  tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan dari
  sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak
  akibat penggunaan pembangkit diesel, kata pria kelahiran Sumatera Barat
57
  tahun lalu itu.
 
  Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak
meminta
  penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada
Bank
  Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana
tersebut
  ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama
3-4
  tahun.
 
  Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin, diperkirakan bakal memakan
  waktu 36 bulan sebelum masuk ke jaringan distribusi PLN. Setelah itu,
  manfaat besar akan dinikmati lantaran cost yang dikeluarkan jauh lebih
murah
  dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional yang selama ini
  digunakan Pertamina dan PLN. Tidak hanya itu, capacity factor
dipertahankan
  pada kisaran 70-80 persen, janjinya.
 
  Bagaimana proses sederhana PLTP dari lumpur Lapindo itu, mantan Kepala
Unit
  PLN PJB I Harijono Hirdjosumaryo yang menyertai Taswin memberikan
  penjelasan. Kita memasukkan air ke panas bumi, air menjadi uap. Uap
naik ke
  atas sehingga menjalankan turbin, jelasnya. Pada tahap awal, tanah
digali
  sedalam 10 mil untuk mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang
12
  kaki. Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas.
 
  Mengutip dari situsnya, 

Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik basuki puspoputro
Prasiddha HN,
 
Semoga tidak seperti blue energy lah. Cuma angka atau satuan yang diberikan kok 
begitu ya, diameter lubang 10 kaki, digali lubang 10 mil. Yang salah itu yang 
mengucapkan atau yang menulis atau saya memang kurang ngert, gitu ajaaa
 
Yangkung

--- On Wed, 9/7/08, prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, 9 July, 2008, 1:00 PM

Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
**
*Investor AS Bangun Pembangkit Listrik

*


Tenaga Panas Lumpur Lapindo
Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua tahun
tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya, perusahaan
energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP).

Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan
kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres Alwi
Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).

Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang rencananya
menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan bencana
di
Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
Indonesia, dan dialek lokal itu.

Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas lumpur
Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal (vertical
tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical Construction
Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw, jelasnya.
Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan melibatkan
Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana sendiri
dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta untuk
menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus. Untuk
dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi.
Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat
Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan listrik
murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per kilowatt
hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas rumah
tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan dari
sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak
akibat penggunaan pembangkit diesel, kata pria kelahiran Sumatera Barat
57
tahun lalu itu.

Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak meminta
penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana tersebut
ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama 3-4
tahun.

Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin, diperkirakan bakal memakan
waktu 36 bulan sebelum masuk ke jaringan distribusi PLN. Setelah itu,
manfaat besar akan dinikmati lantaran cost yang dikeluarkan jauh lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional yang selama ini
digunakan Pertamina dan PLN. Tidak hanya itu, capacity factor
dipertahankan
pada kisaran 70-80 persen, janjinya.

Bagaimana proses sederhana PLTP dari lumpur Lapindo itu, mantan Kepala Unit
PLN PJB I Harijono Hirdjosumaryo yang menyertai Taswin memberikan
penjelasan. Kita memasukkan air ke panas bumi, air menjadi uap. Uap naik
ke
atas sehingga menjalankan turbin, jelasnya. Pada tahap awal, tanah digali
sedalam 10 mil untuk mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12
kaki. Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas.

Mengutip dari situsnya, Vlociti Holdings Inc merupakan sebuah lembaga
bermisi sosial untuk membantu anak-anak, keluarga, dan lingkungan di negara
berkembang, seperti Vietnam dan Indonesia, melalui sejumlah program, antara
lain, pendidikan, teknologi, dan kesehatan.

Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden Alwi Hamu yang menerima presentasi
mengungkapkan dukungan pemerintah terhadap proyek tersebut. Wapres Jusuf
Kalla telah meminta Ditjen Migas Departemen ESDM dan Kementerian Negara
Ristek dan Teknologi untuk mengkaji teknologi tersebut. Pada prinsipnya,
karena tujuannya baik dan negara diuntungkan, Wapres meminta proposal
tersebut dikaji kelayakannya, terangnya. (noe/kim)

Send instant messages to your 

Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik Eko Prasetyo
Terlepas dari keheranan dimensi-dimensi itu,
bagaimana step-step mereka sampai bisa nantinya MENDIRIKAN drilling rig di
situ kalo tidak menebas regulasi-regulasi dan tata ruang yang ada? Apa akan
ada special privilege untuk mereka?

Lalu:

*Vlocity hanya meminta bantuan Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk
mempermudah masuknya dana
*
Mungkin BI dan Depkeu harus memberi memo ke BIN untuk merunut pendanaan,
apakah *money laundry* atau bukan


On 7/9/08, miko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Rovicky,

 Salut deeh, dalam waktu hanya 11 menit sejak Pak Prasidha mosting emailnya,
 Pak Rovicky sudah nyampaikan comment . Memang mang Okim sempat
 terheran-heran membaca angka 10 mil dan 12 kaki, apa mungkin ya ?  Mang
 Okim
 langsung saja ingat dongeng Sangkuriang yang siapa tahu  bisa ngebor bumi
 dengan mata bor berdiameter 12 kaki dan sampai kedalaman 10 mil ( yang
 keluar bisa-bisa magma pijar tak iye ! ).

 Betapapun kekeliruan telah dikoreksi dan  semoga benar dan lebih realistis.

 Salam,
 Mang Okim




 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, July 09, 2008 1:21 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik


   Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil
  panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding
  dilapisi dengan lapisan tahan panas.
 
  WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ?
  Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ...
 
 
  RDP
 
  2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:
   Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
   **
   *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik
  
   *
  
  
   Tenaga Panas Lumpur Lapindo
   Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua
 tahun
   tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya,
 perusahaan
   energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
   memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
   (PLTP).
  
   Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib
 membeberkan
   kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres
 Alwi
   Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).
  
   Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
   dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang
 rencananya
   menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
   diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan
 bencana
 di
   Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
   masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
   Indonesia, dan dialek lokal itu.
  
   Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas
 lumpur
   Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal
 (vertical
   tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical
 Construction
   Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
   Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw,
 jelasnya.
   Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan
 melibatkan
   Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana
 sendiri
   dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
   sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
   memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
   Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
   pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta
 untuk
   menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus.
 Untuk
   dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana
 Investasi.
   Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500
 derajat
   Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan
 listrik
   murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per
 kilowatt
   hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas
 rumah
   tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan
 dari
   sisi pasokan listrik murah dan berkurangnya subsidi bahan bakar minyak
   akibat penggunaan pembangkit diesel, kata pria kelahiran Sumatera
 Barat
 57
   tahun lalu itu.
  
   Berbeda dengan pembangkit listrik batu bara 10.000 mw, Vlocity tidak
 meminta
   penjaminan kredit dari pemerintah. Vlocity hanya meminta bantuan kepada
 Bank
   Indonesia dan Departemen Keuangan untuk mempermudah masuknya dana
 tersebut
   ke Indonesia. Dana Rp 47 triliun itu akan masuk secara bertahap selama
 3-4
   tahun.
  
   Pembangunan energi panas bumi, lanjut Taswin, diperkirakan bakal
 memakan
   waktu 36 bulan sebelum masuk ke jaringan distribusi PLN. Setelah itu,
   manfaat besar akan dinikmati lantaran cost yang dikeluarkan jauh lebih
 murah
   dibandingkan dengan menggunakan teknologi 

Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi

2008-07-09 Terurut Topik Y S Yuwono

Noor yth.
Maksud saya bukan melecehkan hasil karya orang kita sendiri. Saya juga amat 
salut kalau kita pergi ke pelosok desa yang belum ada listrik, penduduk 
setempat terutama banyak di Jawa Barat, mereka membuat kincir kecil di 
sungai dekat kampung mereka untuk dipasangi generator berukuran 1000 watt-an 
sekedar untuk menyalakan TV dan penerangan rumah. Mereka harus diacungi 
jempol dengan swadaya yang mereka lakukan. Maksud saya itu lho yang 
berwenang kok tidak berwawasan terintegrasi, misalnya mengenai kebijakan 
energi nasional harusnya mulai dengan kebijakan yang terintegrasi untuk 
mengantisipasi krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini. Sumber 
energi kita cukup melimpah (di luar bahan bakar fosil). Contoh: rencana 
bendungan Jati Gede di Jawa Barat sudah dimulai penelitian sejak 1973 (saya 
tugas akhir S-1 di sana di bawah Prof. Sampurno), sudah 35 th lebih blm 
terealisir, pembebasan tanah sudah dilakukan sejak 20 th yang lalu, saya dan 
teman-2 Ekologi Unpad sudah melakukan penelitian AMDAL bahkan sudah 2 
kali Nasib..??

Salam,
Yatno
- Original Message - 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 03, 2008 11:16 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi



Pak Yatno,
Ibarat kuman di seberang lautan keliatan tapi gajah di pelupuk mata malah 
tidak kelihatan (kelilipan kali yah...)...
Ya itulah kalau kita melihat sesuatu dari LN kok selalu bagus dan kita 
memujinya...namun karena di akhir posting ada kalimat: Indonesia???, maka 
saya tergelitik juga bahwa yang seperti itu juga ada di 
Indonesia..Kita tidak boleh melupakan beberapa usaha sejenis yang 
sudah dirintis di kampung-kampung (Garut, Banten, Jawa Tengah, dll)... 
cuman memang karena made in Indonesia dan buatan orang kampung, maka yang 
itu tidak pernah dilirik orang.. padahal sudah banyak kok yang pasang 
mini PLTA, pembangkit mikrohydro, solar cell dll...
Kalau kita bicara energi, maka salah satu yang bisa kita lakukan mulai 
saat ini oleh kita kita sendiri maupun bersama adalah dengan mengubah 
perilaku kita sehari-hari:
- mengurangi konsumi BBM dengan cara merencanakan dengan baik pemakaian 
kendaraan

- mengurangi beban listrik dengan mematikan lampu yang tidak perlu
- kalau memang tidak tahan dingin ya AC-nya dikecilin, bukan malah ACnya 
tetap digedein tapi kitanya pakai jaket:-(

- dll.
salam,



- Original Message 
From: Y S Yuwono [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, July 4, 2008 1:02:35 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi

Rekans,
Di Negara Barat (4 musim), energi sekecil apapun akan dimanfaatkan secara
efisien. Air panas 120 der C juga sangat ekonomis misalnya untuk pemanas
ruangan di musim dingin.
Di Prancis ada air terjun dengan danau di bawahnya di lereng Alpen yang
hanya berair di musim panas. Mereka bikin turbin pembangkit listrik tapi 
air

yang terbatas itu tidak dialirkan, tetapi dipompa kembali ke atas untuk
selanjutnya dipakai menggerakkan turbin lagi secara kontinyu. Lalu energi
utk memompa ke atas apakah tidak tekor dengan produksi yang dihasilkan?
Tentu saja tekor. Tetapi no problem karena sistim kelistrikan di sana 
sudah

integrated dari berbagai sumber termasuk PLTN. Pemompaan air ke atas
dilakukan pada saat jam-jam low demand dan dihentikan pada saat jam-jam 
peak

demand. PLTN tidak dapat di switch off mendadak sehingga saat kelebihan
listrik (jam tidak sibuk), kelebihan ini dimanfaatkan untuk membayar
ketekoran tadi, sehingga PLTA tadi tetap Ekonomis meskipun hasilnya 
tekor.
Hebat bukan? Ada contoh lagi. Sungai Rhone yang melewati kota Lyon 
mempunyai
debit yang sangat besar tetapi tidak ada air terjun karena topografi 
landai.
Maka setian jarak beberapa km dibuat bendung untuk meninggikan air 
beberapa
meter sehingga seperti air terjun kecil bertingkat2. Di situ dipasang 
turbin
untuk PLTA kecil2 tetapi banyak sekali sehingga memberikan sumbangan 
energi

yang cukup signifikan. Indonesia
Salam,
Yatno



PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri 

RE: [iagi-net-l] The History of Java (Thomas Stamford Raffles, 1817)

2008-07-09 Terurut Topik Sugeng Hartono
Bung Vick,
Trimakasih atas tambahannya informasi penting.
Malaka merupakan tujuan wisata historis yang menarik.
Banyak gedung peninggalan Portugis, bahkan sekarang ada
museum (bahari) dengan replika kapal Hang Tuah.
Kalau di pelajaran sejarah kita, Singapura itu di jaman
Sriwijaya namanya Tumasik; belakangan menjadi Temasek.
Di Singapura ada bbrp sekolah swasta bernama Temasek, Tun Seri Lanang,
ini kan nama para sastrawan Melayu. Saya lalu teringat pelajaran
Kesusasteraan dulu, ada Radja Ali Hadji yang terkenal dengan Gurindam
Duabelas dll. Kok anak-2 sekarang sudah tidak mengenal kesusasteraan yha?

Oyha, ada buku baru: Babad Tabah Jawi, disusun oleh W.L.Olthof di Belanda
(1941). Lagi-2 buku ini diterbitkan oleh penerbit di Yogyakarta, dengan
judul asli: Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi
in Taoen 1647. Naskah asli BTJ memuat silsilah raja-2 Jawa dari Nabi Adam,
dewa-dewi dalam agama Hindu, tokoh-2 dalam Mahabarata, Cerita Panji Masa
Kediri, Masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga Demak yang kemudian 
dilanjutkan dengan silsilah kerajaan Pajang, Mataram, dan berakhir pada masa
Kartasura. Di situ banyak diceritakan kisang-2 menarik, misalnya Joko Tarub, 
Trunojoyo, Ki Ageng Selo, sampai Aryo Penangsang, pertemuan antara  Senopati
dengan Ratu Kidul...

Salam,
sugeng



-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wed 7/9/2008 1:30 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] The History of Java (Thomas Stamford Raffles, 1817)
 
2008/7/9 Sugeng Hartono [EMAIL PROTECTED]:
 Saya suka berandai-andai, apa ya jadinya kalau kita dulu diperintah oleh 
 Raffles, bukan Belanda?


Pak Raffles ini warga negara Inggeris, tetapi sepertinya beliau ke
Jawa sini sebagai seorang Gubernur Jenderal Belanda. Atas nama
pemerintah belanda juga. Jadi ya dibenaknya bisa jadi berbau lebih
Belanda juga. Kononnya beliau ini ngga setuju dengan kebijakan
Inggeris untuk tidak mengusik daerah jajahan Belanda, ketika
mendirikan kota dagang Singapura.
Singapura sendiri sebenernya dahulunya digarap oleh Prameswara (putra
mahkota Sriwijaya) dengan nama Tamasek. Namun tentusaja karena klaim
yg lebih dikenal Singapura hasil buah tangan Raffles. Singapura lebih
dikenal dari Raffles bukan ide dari Prameswara (sekitar 1600-an).

Prameswara kemudian membuat Melaka, tapi konon Melaka sebelumnya juga
sudah dikembangkan sodagar2 China yg sudah ada disitu sebelumnya. Dua
pekan kemarin saya ke Melaka memang hanya melihat peninggalan China,
bukan peninggalan Prameswara (Kerajaan Melaka). Konon ada yang
berargumentasi karena Kerajaan Melaka ini mirip budaya orang Melayu
pada umumnya yang tidak pernah membuat rumah batu bata (brick). Karena
rumah dan istananya dari kayu maka peninggalannyapun tidak dijumpai
dalam bentuk bangunan fisik.

Seperti yang dicatat juga oleh Pak Awang bahwa, kehebatan Raffles dan
penjelajah (dan penjajah) ini memang selalu mencatat detail setiap
hasil pengamatannya. Kalau ngga salah setiap ekspedisi jaman kolonial
selalu didampingi oleh seorang dokter (medis), ahli botani (tumbuh2an)
dan anthropolog atau (pengamat sosial). Dan setiap ekspedisi
kapal-kapal penjelajah ini selalu menuliskannya dalam bentuk
jurnal-jurnal dan yang lebih penting lagi ...ada gambarnya ! (lah
kalau sekarang tinggal di jepret pakai Dijital SLR ya mudah, tapi di
kala itu !).

salam

rdp


PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from 

[iagi-net-l] The 'LUSI' Mud Eruption of East Java; PESA WA - 24 July Luncheon meeting

2008-07-09 Terurut Topik dharmayanti dessy
Barangkali ada yang berminat mendengarkan The 'LUSI' Mud Eruption of East Java
versi  Dr. Mark Tingay  di PESA (Petroleum Exploration Society of Australia) WA 
Luncheon meeting di Perth 24 July 2008.
Ada yang tahu nggak, siapa di Indonesia yang menjadi partner kerjasama Dr 
Tingay ini ?
Salam,
dessy
- Forwarded Message 
From: Message From PESA [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, 9 July, 2008 6:11:43 PM
Subject: PESA WA - 24 July Luncheon meeting

Dear Member

Details of the PESA WA Branch 24 July luncheon meeting are now
available on the PESA Events Database - http://events.pesa.com.au/

The PESA Events Database provides members with the opportunity to
register and pay online. Payment is through PESA's secure online payment
gateway and a receipt is automatically created for all online
payments. Should you wish to register online and pay offline you can do
this. A payment form is attached to the event listing on the database.

Title of Luncheon meeting: The 'LUSI' Mud Eruption of East Java

Presenter: Dr Mark Tingay, Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer, 
Department of Applied Geology, Curtin University of Technology.

Venue: Parmelia Hilton Hotel, 14 Mill Street Perth

Date: Thursday 24 July

Start time: 12.00 PM (mid-day)
End time: 2.00 PM

Prices: Members Early Bird: $60.00
Early Bird bookings must be made by Friday 18 July

All bookings received after Friday 18 July will be charged at the
fee of $80.00.

Student and Retired Members Early Bird: $30.00
Early Bird bookings must be made by Friday 18 July

All bookings received after Friday 18 July
will be charged at the fee of $80.00. 

Non-Members - the fee of $80.00 applies. 

No refund for cancellations after 4:00 pm Tuesday 22 July

Registration/Payment

Individuals should go to the PESA Events Database -
http://events.pesa.com.au/

Companies should email details of multiple registrations and payment
details to [EMAIL PROTECTED] or use the form (attached to the
event in the Event Database) and fax it to the number listed (9375
7636).

Abstract:

Early in the morning of the 29th of May 2006, hot mud started erupting from the 
ground in the densely populated Porong District of Sidoarjo, East Java. With 
initial flow rates of ~5000 cubic meters per day, the mud quickly inundated 
neighbouring villages. Over two years later and the 'Lusi' eruption has 
increased in strength, expelling over 50 million cubic meters of mud at an 
average rate of approximately 10 cubic meters per day. The mud flow has now 
covered over 700 hectares of land to depths of over 20 meters, engulfing a 
dozen villages and displacing over 25000 people.

The Lusi eruption is an example of a mud volcano, a relatively common feature 
in sedimentary basins that have been rapidly deposited or are in tectonically 
active areas. However, controversy remains regarding what triggered the mud 
eruption. Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude 
6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006. However, other 
researchers believe the mud eruption resulted from a drilling accident in the 
adjacent Banjar Panji-1 exploration well. This talk will review the events 
leading up to and following the Lusi eruption, discuss the attempts made to 
contain and stop the mud flow and examine the competing theories about what 
triggered the eruption.

About the speaker:
Mark Tingay is currently an Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer in the 
Department of Applied Geology at Curtin University where he examines the 
tectonic evolution of sedimentary basins in SE Asia. His primary field of 
research is in petroleum geomechanics, pore pressure prediction and 
neotectonics. In particular, he specialises in studying the mechanics of rock 
failure and fluid mobilisation in zones of very high pore pressure, including 
oil field blowouts and natural features, such as mud volcanoes, shale dykes and 
shale diapirs.

Dr Tingay graduated with a PhD in geophysics from the Australian School of 
Petroleum in 2003. Following his PhD, he became the petroleum geomechanics 
researcher at the World Stress Map Project in Germany, where he undertook 
collaborative petroleum geomechanics projects with over twenty petroleum 
companies in more than a dozen countries, including Azerbaijan, Egypt, Oman, 
Thailand and Malaysia. He has published over 20 papers, consulted on numerous 
petroleum geomechanics projects in SE Asia and taught several industry short 
courses on petroleum geomechanics and tectonics.
for PESA WA



  Start at the new Yahoo!7 for a better online experience. www.yahoo7.com.au

Re: [iagi-net-l] The 'LUSI' Mud Eruption of East Java; PESA WA - 24 July Luncheon meeting

2008-07-09 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude
6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006.
However, other researchers believe the mud eruption resulted from a
drilling accident in the adjacent Banjar Panji-1 exploration well.

All,

Numpang tanya nih..

Ada ga yang tau siapa saja yang dimaksud dengan 'Some scientists' di
atas, tetapi selain orang dari negeri kita sendiri? Maksud saya..orang
dari luar Indonesia lah.. Interest aja pengen baca kalau ada
link-nya..

Trims,
Natan

On Wed, Jul 9, 2008 at 10:58 PM, dharmayanti dessy
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Barangkali ada yang berminat mendengarkan The 'LUSI' Mud Eruption of East 
 Java
 versi  Dr. Mark Tingay  di PESA (Petroleum Exploration Society of Australia) 
 WA Luncheon meeting di Perth 24 July 2008.
 Ada yang tahu nggak, siapa di Indonesia yang menjadi partner kerjasama Dr 
 Tingay ini ?
 Salam,
 dessy
 - Forwarded Message 
 From: Message From PESA [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, 9 July, 2008 6:11:43 PM
 Subject: PESA WA - 24 July Luncheon meeting

 Dear Member

 Details of the PESA WA Branch 24 July luncheon meeting are now
 available on the PESA Events Database - http://events.pesa.com.au/

 The PESA Events Database provides members with the opportunity to
 register and pay online. Payment is through PESA's secure online payment
 gateway and a receipt is automatically created for all online
 payments. Should you wish to register online and pay offline you can do
 this. A payment form is attached to the event listing on the database.

 Title of Luncheon meeting: The 'LUSI' Mud Eruption of East Java

 Presenter: Dr Mark Tingay, Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer, 
 Department of Applied Geology, Curtin University of Technology.

 Venue: Parmelia Hilton Hotel, 14 Mill Street Perth

 Date: Thursday 24 July

 Start time: 12.00 PM (mid-day)
 End time: 2.00 PM

 Prices: Members Early Bird: $60.00
 Early Bird bookings must be made by Friday 18 July

 All bookings received after Friday 18 July will be charged at the
 fee of $80.00.

 Student and Retired Members Early Bird: $30.00
 Early Bird bookings must be made by Friday 18 July

 All bookings received after Friday 18 July
 will be charged at the fee of $80.00.

 Non-Members - the fee of $80.00 applies.

 No refund for cancellations after 4:00 pm Tuesday 22 July

 Registration/Payment

 Individuals should go to the PESA Events Database -
 http://events.pesa.com.au/

 Companies should email details of multiple registrations and payment
 details to [EMAIL PROTECTED] or use the form (attached to the
 event in the Event Database) and fax it to the number listed (9375
 7636).

 Abstract:

 Early in the morning of the 29th of May 2006, hot mud started erupting from 
 the ground in the densely populated Porong District of Sidoarjo, East Java. 
 With initial flow rates of ~5000 cubic meters per day, the mud quickly 
 inundated neighbouring villages. Over two years later and the 'Lusi' eruption 
 has increased in strength, expelling over 50 million cubic meters of mud at 
 an average rate of approximately 10 cubic meters per day. The mud flow 
 has now covered over 700 hectares of land to depths of over 20 meters, 
 engulfing a dozen villages and displacing over 25000 people.

 The Lusi eruption is an example of a mud volcano, a relatively common feature 
 in sedimentary basins that have been rapidly deposited or are in tectonically 
 active areas. However, controversy remains regarding what triggered the mud 
 eruption. Some scientists believe the eruption was triggered by the Magnitude 
 6.4 Yogyakarta earthquake that occurred on the 27th of May 2006. However, 
 other researchers believe the mud eruption resulted from a drilling accident 
 in the adjacent Banjar Panji-1 exploration well. This talk will review the 
 events leading up to and following the Lusi eruption, discuss the attempts 
 made to contain and stop the mud flow and examine the competing theories 
 about what triggered the eruption.

 About the speaker:
 Mark Tingay is currently an Australian Postdoctoral Fellow and Lecturer in 
 the Department of Applied Geology at Curtin University where he examines the 
 tectonic evolution of sedimentary basins in SE Asia. His primary field of 
 research is in petroleum geomechanics, pore pressure prediction and 
 neotectonics. In particular, he specialises in studying the mechanics of rock 
 failure and fluid mobilisation in zones of very high pore pressure, including 
 oil field blowouts and natural features, such as mud volcanoes, shale dykes 
 and shale diapirs.

 Dr Tingay graduated with a PhD in geophysics from the Australian School of 
 Petroleum in 2003. Following his PhD, he became the petroleum geomechanics 
 researcher at the World Stress Map Project in Germany, where he undertook 
 collaborative petroleum geomechanics projects with over twenty petroleum 
 companies in more than a dozen countries, including 

Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik Ferdi . RIZAL

memang harus di cross check nih, benar juga sama pak de rovicky..

10,000 ft ~ 3 km terus diameter 12 ft ~ 144inch, ehm setau saya drilling
untuk migas aja yg terbesar 30 dan itu conductor pipe yg kedalamannya
paling tidak kurang dari 200m,
kalo saya membayangkan :
1. ehmm siapa yah yg buatin casing dengan diameter sebesar itu ??terus
bitnya pake opo yah ??
2. kalo si lusi ini terus keluar dan menyebar di permukaan emangnya
dimana tuh drilling rignya ?? apa ntar ngga tenggelam juga tuh apa si
lusi ??
3. kalo iya nanti pake sistem horizontal well, moso sih bisa dengan diamter
144inch ??
4. apa engineer dan expertise dari vlociti yg ada di uwak sam kagak ikut
serta tuh ??

khawatir proyek yg mega budget ini (47 T) ntar berhenti ditengah jalan
layaknya proyek monorail yg ujung2 ntar ngerugiin masyarakat

yah positive thinking saja, mudah2an berguna buat masyarakat



   
 Rovicky Dwi  
 Putrohari
 [EMAIL PROTECTED]  To 
 miagi-net@iagi.or.id 
cc 
 09/07/2008 02:21  
 PMSubject 
   Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit  
   Listrik 
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
   .id
   
   
   




 Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk mengambil
panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki. Kemudian, dinding
dilapisi dengan lapisan tahan panas.

WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ?
Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ...


RDP

2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:
 Nah lho.sudah ada yg serius mencoba memanfaatkannya...
 **
 *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik

 *


 Tenaga Panas Lumpur Lapindo
 Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo selama dua
tahun
 tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar. Buktinya,
perusahaan
 energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc berniat
 memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
 (PLTP).

 Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin Tarib membeberkan
 kelayakan rencana proyeknya di hadapan staf khusus Sekretariat Wapres
Alwi
 Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).

 Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah bernegosiasi
 dengan pemilik teknologi geotermal untuk melaksanakan proyek yang
rencananya
 menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47 triliun) siap
 diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas bumi yang merupakan bencana
di
 Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk seluruh
 masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa berbahasa Inggris, Jerman,
 Indonesia, dan dialek lokal itu.

 Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik dari panas lumpur
 Lapindo akan dihasilkan dengan empat pembangkit lorong vertikal (vertical
 tunnels). Vlociti bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical
Construction
 Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah diterapkan di
 Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang dihasilkan 200-500 mw,
jelasnya.
 Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya akan
melibatkan
 Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu, ada dana
sendiri
 dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan memakai dana grup
 sendiri, collateral (jaminan) yang digunakan ialah milik grup dan tidak
 memerlukan collateral dari PLN atau pemerintah.
 Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek tersebut,
 pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan datang ke Jakarta untuk
 menandatangani nota kesepahaman dengan pihak Vlocity pada 15 Agustus.
Untuk
 dalam negeri, proyek itu rencananya diwakili PT Jatayu Sarana Investasi.
 Selain bebas polusi, pembangkit yang akan memanen panas bumi 500 derajat
 Fahrenheit pada kedalaman 20 kilometer tersebut bakal menghasilkan
listrik
 murah pada kisaran harga 2-3 sen Euro (Rp 289-Rp 433,7 per kwh) per
kilowatt
 hour (kwh). Harga itu jauh lebih murah daripada tarif PLN untuk kelas
rumah
 tangga yang besar Rp 621 per kwh. Dengan demikian, PLN diuntungkan dari
 sisi pasokan listrik murah dan 

Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi

2008-07-09 Terurut Topik oki musakti
Saya gak tahu apakah di Indonesia ada aturan soal PLN beli listrik dari 
masarakat (dalam skala perorangan). 
Di beberapa negara, pemilik properti terangsang untuk membangkitkan listrik 
sendiri melalui solar cell dll karena kelebihan listriknya bisa dialirkan 
(dijual) kembali ke electricity grid, selain juga ada insentif perpajakan lain.
 
Yang saya tahu di Indones, ia baru ada skema pembelian listrik oleh PLN dari 
skala desa seperti yang dirintis oleh Tri Mumpuni (alumnus Undip) yang oleh 
Tempo pernah ditahbiskan sebagai SuperWoman Indonesia.
 
Salam 
Oki

--- On Wed, 7/9/08, Y S Yuwono [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Y S Yuwono [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, July 9, 2008, 5:37 PM

Noor yth.
Maksud saya bukan melecehkan hasil karya orang kita sendiri. Saya juga amat 
salut kalau kita pergi ke pelosok desa yang belum ada listrik, penduduk 
setempat terutama banyak di Jawa Barat, mereka membuat kincir kecil di 
sungai dekat kampung mereka untuk dipasangi generator berukuran 1000 watt-an 
sekedar untuk menyalakan TV dan penerangan rumah. Mereka harus diacungi 
jempol dengan swadaya yang mereka lakukan. Maksud saya itu lho yang 
berwenang kok tidak berwawasan terintegrasi, misalnya mengenai kebijakan 
energi nasional harusnya mulai dengan kebijakan yang terintegrasi untuk 
mengantisipasi krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini. Sumber 
energi kita cukup melimpah (di luar bahan bakar fosil). Contoh: rencana 
bendungan Jati Gede di Jawa Barat sudah dimulai penelitian sejak 1973 (saya 
tugas akhir S-1 di sana di bawah Prof. Sampurno), sudah 35 th lebih blm 
terealisir, pembebasan tanah sudah dilakukan sejak 20 th yang lalu, saya dan 
teman-2 Ekologi Unpad sudah melakukan penelitian AMDAL bahkan sudah 2 
kali Nasib..??
Salam,
Yatno
- Original Message - 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 03, 2008 11:16 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi


 Pak Yatno,
 Ibarat kuman di seberang lautan keliatan tapi gajah di pelupuk mata malah 
 tidak kelihatan (kelilipan kali yah...)...
 Ya itulah kalau kita melihat sesuatu dari LN kok selalu bagus dan kita 
 memujinya...namun karena di akhir posting ada kalimat: Indonesia???, maka 
 saya tergelitik juga bahwa yang seperti itu juga ada di 
 Indonesia..Kita tidak boleh melupakan beberapa usaha sejenis yang 
 sudah dirintis di kampung-kampung (Garut, Banten, Jawa Tengah, dll)... 
 cuman memang karena made in Indonesia dan buatan orang kampung, maka yang 
 itu tidak pernah dilirik orang.. padahal sudah banyak kok yang pasang 
 mini PLTA, pembangkit mikrohydro, solar cell dll...
 Kalau kita bicara energi, maka salah satu yang bisa kita lakukan mulai 
 saat ini oleh kita kita sendiri maupun bersama adalah dengan mengubah 
 perilaku kita sehari-hari:
 - mengurangi konsumi BBM dengan cara merencanakan dengan baik pemakaian 
 kendaraan
 - mengurangi beban listrik dengan mematikan lampu yang tidak perlu
 - kalau memang tidak tahan dingin ya AC-nya dikecilin, bukan malah ACnya 
 tetap digedein tapi kitanya pakai jaket:-(
 - dll.
 salam,



 - Original Message 
 From: Y S Yuwono [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Friday, July 4, 2008 1:02:35 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OK, kita bicara Energi --masuk lagi

 Rekans,
 Di Negara Barat (4 musim), energi sekecil apapun akan dimanfaatkan secara
 efisien. Air panas 120 der C juga sangat ekonomis misalnya untuk pemanas
 ruangan di musim dingin.
 Di Prancis ada air terjun dengan danau di bawahnya di lereng Alpen yang
 hanya berair di musim panas. Mereka bikin turbin pembangkit listrik tapi 
 air
 yang terbatas itu tidak dialirkan, tetapi dipompa kembali ke atas untuk
 selanjutnya dipakai menggerakkan turbin lagi secara kontinyu. Lalu energi
 utk memompa ke atas apakah tidak tekor dengan produksi yang dihasilkan?
 Tentu saja tekor. Tetapi no problem karena sistim kelistrikan di sana 
 sudah
 integrated dari berbagai sumber termasuk PLTN. Pemompaan air ke atas
 dilakukan pada saat jam-jam low demand dan dihentikan pada saat jam-jam 
 peak
 demand. PLTN tidak dapat di switch off mendadak sehingga saat kelebihan
 listrik (jam tidak sibuk), kelebihan ini dimanfaatkan untuk membayar
 ketekoran tadi, sehingga PLTA tadi tetap Ekonomis meskipun hasilnya 
 tekor.
 Hebat bukan? Ada contoh lagi. Sungai Rhone yang melewati kota Lyon 
 mempunyai
 debit yang sangat besar tetapi tidak ada air terjun karena topografi 
 landai.
 Maka setian jarak beberapa km dibuat bendung untuk meninggikan air 
 beberapa
 meter sehingga seperti air terjun kecil bertingkat2. Di situ dipasang 
 turbin
 untuk PLTA kecil2 tetapi banyak sekali sehingga memberikan sumbangan 
 energi
 yang cukup signifikan. Indonesia
 Salam,
 Yatno




 PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
 * acara 

Re: [iagi-net-l] LUSI - Pembangkit Listrik

2008-07-09 Terurut Topik liamsi
Kok spt nya persis kayak Blue Energi yg berani jual produknya
dg harga separo harga pasaran.Dari Proyek ini PLTLP ( pembangkit Listrik tenaga 
Lumpur Panas
) akan dijual listriknya 289 - 433,7 Rp/Kwh atau 3 - 4,7 C$ /
Kwh , padahal rata rata PLTP dijawa ini harganya sdh mendekati
8 c$/Kwh.padahaldg teknologi biasa ,( ngebor dg sumur ukuran /
diameter dan kedalamannya yg  biasa , serta tanpa harus
mengalirkan air kedalam reservoar untuk dijadikan uap panas )Target proyek ini 
akan memanfaatkan panas 500 F atau 260 C pada
kedalaman 20 Km ( 20.000 m ) dg memasukan air dan airnya akan
menjadi uap yg akan digunakan menggerakan turbin dan
menghasilkan listrik dg capasity faktor 70 - 80 % dg biaya 2,5
Juta $/WM ( 2000 MW / 5,2 Milyar $ )Rasanya kok model blue energi juga 
penjelasannya... banyak
hil hil yg mustahil...kalau harganya bisa separonya dan
ngapain harus ngebor segitu dalam kalau cuma mendapatkan temp
segitu dan harus memasukan air ( dingin )segala dan harus
ditempat itu yg tingkat kerepotannya tinggi ( daerah Lusi )

ISM


 memang harus di cross check nih, benar juga sama pak de
 rovicky..

 10,000 ft ~ 3 km terus diameter 12 ft ~ 144inch, ehm setau
 saya drilling untuk migas aja yg terbesar 30 dan itu
 conductor pipe yg kedalamannya paling tidak kurang dari
 200m,
 kalo saya membayangkan :
 1. ehmm siapa yah yg buatin casing dengan diameter
 sebesar itu ??terus bitnya pake opo yah ??
 2. kalo si lusi ini terus keluar dan menyebar di permukaan
 emangnya dimana tuh drilling rignya ?? apa ntar ngga
 tenggelam juga tuh apa si lusi ??
 3. kalo iya nanti pake sistem horizontal well, moso sih bisa
 dengan diamter 144inch ??
 4. apa engineer dan expertise dari vlociti yg ada di uwak
 sam kagak ikut serta tuh ??

 khawatir proyek yg mega budget ini (47 T) ntar berhenti
 ditengah jalan layaknya proyek monorail yg ujung2 ntar
 ngerugiin masyarakat

 yah positive thinking saja, mudah2an berguna buat
 masyarakat




 Rovicky Dwi
   Putrohari
 [EMAIL PROTECTED]
   To  m
iagi-net@iagi.or.id

cc
 09/07/2008 02:21
   PM
Subject
   Re: [iagi-net-l] LUSI
   - Pembangkit   Listrik


 Please respond to
   [EMAIL PROTECTED]

   .id








  Pada tahap awal, tanah digali sedalam 10 mil untuk
 mengambil panas alami bumi dengan diameter lubang 12 kaki.
 Kemudian, dinding dilapisi dengan lapisan tahan panas.

 WOW !!! 10 Mil dengan diameter 12 kaki ?
 Hmmm ... 10 000 feet dengan diameter 12 inci kali ya ...


 RDP

 2008/7/9 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:
 Nah lho.sudah ada yg serius mencoba
 memanfaatkannya...
 **
 *Investor AS Bangun Pembangkit Listrik

 *


 Tenaga Panas Lumpur Lapindo
 Indopos-JAKARTA - Semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo
 selama dua
 tahun
 tanpa henti ternyata mengandung potensi bisnis besar.
 Buktinya,
 perusahaan
 energi asal Houston, Amerika Serikat, Vlocity Holding Inc
 berniat memanfaatkan panas tersebut untuk pembangkit
 listrik tenaga panas bumi (PLTP).

 Untuk menunjukkan keseriusannya, CEO Vlociti Dr Taswin
 Tarib membeberkan kelayakan rencana proyeknya di hadapan
 staf khusus Sekretariat Wapres
 Alwi
 Hamu di gedung II Istana Wapres, Jakarta, kemarin (8/7).

 Taswin yang kemarin tampil berbaju necis mengatakan telah
 bernegosiasi dengan pemilik teknologi geotermal untuk
 melaksanakan proyek yang
 rencananya
 menghasilkan 2.000 MW. Dana USD 5,2 miliar (sekitar Rp 47
 triliun) siap diguyurkan ke kawasan lumpur Lapindo. Panas
 bumi yang merupakan bencana
 di
 Sidoarjo akan kami manfaatkan menjadi energi listrik untuk
 seluruh masyarakat, tegas Taswin, yang mengaku bisa
 berbahasa Inggris, Jerman, Indonesia, dan dialek lokal itu.

 Mengenai gambaran proyeknya, Tasrib memaparkan, listrik
 dari panas lumpur Lapindo akan dihasilkan dengan empat
 pembangkit lorong vertikal (vertical tunnels). Vlociti
 bakal memindahkan manufaktur Sirex Vertical
 Construction
 Machine dari Amerika Serikat. Teknologi energi ini sudah
 diterapkan di Arizona (AS) dan Jerman dengan daya yang
 dihasilkan 200-500 mw,
 jelasnya.
 Terkait soal pendanaan, Taswin mengungkapkan bahwa pihaknya
 akan
 melibatkan
 Sirex PHS asal AS dan Turbo Jacks asal Jerman. Selain itu,
 ada dana
 sendiri
 dan sebagian kecil dari perbankan asing. Karena akan
 memakai dana grup sendiri, collateral (jaminan) yang
 digunakan ialah milik grup dan tidak memerlukan collateral
 dari PLN atau pemerintah.
 Dia menambahkan, untuk mendukung rencana pembangunan proyek
 tersebut, pemilik teknologi dari Xirex dan Turbo Jacks akan
 datang ke Jakarta untuk menandatangani nota kesepahaman
 dengan