RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Kartiko, Anda betul, kalau ingin berkembang menjadi world class, Pertamina harus menjadi independent atau TBK. Tetapi sekarang kendalanya masih tidak memungkinkan. Hubungan dan saling membutuhkan antara Pertamina dan Government masih sangat erat dan kental. Sekarang kalau pinjam dari luar negeri, senadainya mengambil Total mungkin perlu pinjaman 1-3 miliard USD, underlying-nya adalah Pemerintah Indonesia. Karena Pertamina belum TBK, rating-nya (seperti Moody, Fitch,) belum ada. Jadi dia ikut country risk Indonesia. Pertamina diuntungkan karena biasanya company'risk satu atau dua notch lebih rendah dari country risk. Kalau lebih rendah, bunga pinjaman lebih tinggi. Seperti sekarang country risk Indonesia sudah termasuk investment grade. Seandainya Pertamina jadi TBK, ratingnya turun menjadi non-investment grade hingga bunganya lebih tinggi. Sekarang karena belum TBK, kalau ada default yang kena akirnya adalah NKRI. Artinya seakan-akan Pemerintah melakukan investasi sendiri, dan Pertamina sebagai pelaksana. Pemerintah sifatnya adalah risk averse; kebalikan dari Pertamina, risk taker. Pemerintah takut karena Pemerintah harus menjaga keseimbangan APBN yang perlu kepastian. Salah satu contoh ketakutan Pemerintah adalah mematok Cost Recovery dalam APBN, meskipun ini tidak masuk akal dari sudut pandang pelaku industri perminyakan. Salam, HL Ong -Original Message- From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com] Sent: Thursday, October 04, 2012 7:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Exxon Mobil : NYSE : XOM Repsol : NYSE : REP Petronas : Kuala Lumpur : PETD (downstream) maybe next Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau ingin menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan migas dunia lainnya. On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote: Pak Ong Ysh. Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti Amerika, mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya walaupun bukan BUMN apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat sebelum Blok Cepu di award ke Mobil Oil didahului oleh kedatangan Menlu Amerika Condoleza Rice ke Indonesia. Demikian juga waktu Presiden Argentina mau menasionalisasi perusahaan minyak asing di negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan BUMN Spayol dimana Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini membuktikan betapa kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak negaranya. Sangat berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan berani mengorbankan BUMNnya sendiri. Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg salah kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total mengelola blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya dikelola oleh BUMN/PMN/NOC. Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena pertimbangan saya bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin melihat NOCnya besar. Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? Rasanya kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari segi produksi migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3. Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon ma'af jika tidak berkenan Salam, MIK Powered by Telkomsel BlackBerryR -Original Message- From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Indra, trim atas masukannya. Pak Indra mengatakan: Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas, menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan ketat? Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, cukup instruksi. Karena sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari Pertamina nantinya, yang disalahkan bakalnya ya Pemerintah. Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina
RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Luthfi, Terima kasih atas koreksi. HL Ong -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: Thursday, September 27, 2012 9:07 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Ong, Sedikit tambahan, maaf ada yg terlewat terkait harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah. Di era bpmigas dipimpin oleh pak RS, kontrak kerjasama (PSC) diamandemen Pertamina diganti dengan BPMIGAS, jadi written consent-nya tidak lagi dimintakan ke Pertamina tetapi ke BPMIGAS dan Pemerintah Salam, Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Luthfi, Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya. Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya. Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi. Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan argumentasi yang memadai. Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang? Maaf kalau tidak berkenan. Salam Hl Ong -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Lanjut Pak Ong, Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent, bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI. Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan (sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek, terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil.. Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: aluthfi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Exxon Mobil : NYSE : XOM Repsol : NYSE : REP Petronas : Kuala Lumpur : PETD (downstream) maybe next Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau ingin menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan migas dunia lainnya. On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote: Pak Ong Ysh. Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti Amerika, mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya walaupun bukan BUMN apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat sebelum Blok Cepu di award ke Mobil Oil didahului oleh kedatangan Menlu Amerika Condoleza Rice ke Indonesia. Demikian juga waktu Presiden Argentina mau menasionalisasi perusahaan minyak asing di negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan BUMN Spayol dimana Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini membuktikan betapa kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak negaranya. Sangat berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan berani mengorbankan BUMNnya sendiri. Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg salah kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total mengelola blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya dikelola oleh BUMN/PMN/NOC. Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena pertimbangan saya bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin melihat NOCnya besar. Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? Rasanya kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari segi produksi migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3. Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon ma'af jika tidak berkenan Salam, MIK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Indra, trim atas masukannya. Pak Indra mengatakan: Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas, menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan ketat? Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, cukup instruksi. Karena sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari Pertamina nantinya, yang disalahkan bakalnya ya Pemerintah. Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina menanggung segala macam kerugian. Sebagai anak perusahaan Pemerintah, ini bukan persoalan besar. Kalau Pertamina rugi atau memerlukan colateral untuk pinjaman uang umpamanya, pasti default jatuh ke Pemerintah. Ingat Pertamina bukan perusahaan Tbk., jadi semua masih tangungan Pemerintah kalau ada default. Pak Indra, Anda harus juga melihat dari kaca mata Pemerintah. Seperti saya utarakan Pemerintah adalah risk averse, artinya tida senang risiko, mau aman-aman saja. Investasi diharapkan dari luar, supaya risk zero. Pertamina dilain pihak adalah oil co. yang secara intrinsic adalah risk taker. Apalagi geologist, yang biasanya kerja dengan wildcat dengan probability of failure sampai 90%. Memang projek extension adalah safe, tapi safe-safenya juga masih berisiko karena faktor subsurface. Risiko failure masih 10-20%. Ditambah revolusi harga gas dunia penyebab gejolak harga yang tidak menentu. Risiko failure naik menjadi 30%. Bagi geologist ini kecil sekali karena kebiasaanya menanggulangi wildcat. Tapi bagaimana juga pada akirnya, kalau projek rugi ataupun gagal apapun sebabnya, yang harus menanggung risiko adalah Pemerintah, nobody else. Maaf Pak Indra kalau tidak berkenan. Memang kita beda pendapat. Anda melihat dari kacamata Pertamina. Saya melihat dari kacamata Pemerintah. Salam, Hl Ong From: ikusum...@gmail.com [mailto:ikusum...@gmail.com] Sent: Monday, October 01, 2012 2:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Fw: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: ikusum...@gmail.com Date
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Apa nyaman kalau sahamnya dikuasai sama TEMASEK Holdings misalnya, aman singapore buat kelangsungan energynya, diolah di singapore jual ke pasar Indonesia..sama seperti TELKOMSEL-Singtel pasar terbesarnya di Indonesia, keuntungan pemakaian pulsa maka 35 % buat pundi-pundi TEMASEK Holdings 2012/10/4 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Exxon Mobil : NYSE : XOM Repsol : NYSE : REP Petronas : Kuala Lumpur : PETD (downstream) maybe next Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau ingin menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan migas dunia lainnya. On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote: Pak Ong Ysh. Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti Amerika, mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya walaupun bukan BUMN apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat sebelum Blok Cepu di award ke Mobil Oil didahului oleh kedatangan Menlu Amerika Condoleza Rice ke Indonesia. Demikian juga waktu Presiden Argentina mau menasionalisasi perusahaan minyak asing di negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan BUMN Spayol dimana Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini membuktikan betapa kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak negaranya. Sangat berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan berani mengorbankan BUMNnya sendiri. Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg salah kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total mengelola blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya dikelola oleh BUMN/PMN/NOC. Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena pertimbangan saya bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin melihat NOCnya besar. Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? Rasanya kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari segi produksi migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3. Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon ma'af jika tidak berkenan Salam, MIK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Indra, trim atas masukannya. Pak Indra mengatakan: Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas, menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan ketat? Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, cukup instruksi. Karena sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari Pertamina nantinya, yang disalahkan bakalnya ya Pemerintah. Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina menanggung segala macam kerugian. Sebagai anak perusahaan Pemerintah, ini bukan persoalan besar. Kalau Pertamina rugi atau memerlukan colateral untuk pinjaman uang umpamanya, pasti default jatuh ke Pemerintah. Ingat Pertamina bukan perusahaan Tbk., jadi semua masih tangungan Pemerintah kalau ada default. Pak Indra, Anda harus juga melihat dari kaca mata Pemerintah. Seperti saya utarakan Pemerintah adalah risk averse, artinya tida senang risiko, mau aman-aman saja. Investasi diharapkan dari luar, supaya risk zero. Pertamina dilain pihak adalah oil co. yang secara intrinsic adalah risk taker. Apalagi geologist, yang biasanya kerja dengan wildcat dengan probability of failure sampai 90%. Memang projek extension adalah safe, tapi safe-safenya juga masih berisiko karena faktor subsurface. Risiko failure masih 10-20%. Ditambah revolusi harga gas dunia penyebab gejolak harga yang tidak menentu. Risiko failure naik menjadi 30%. Bagi geologist ini kecil sekali karena kebiasaanya menanggulangi wildcat. Tapi bagaimana juga pada akirnya, kalau projek rugi ataupun gagal apapun sebabnya, yang harus menanggung risiko adalah Pemerintah, nobody else
Fw: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: ikusum...@gmail.com Date: Mon, 1 Oct 2012 01:56:44 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: ikusum...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Ong Ysh. Pang Ong wrote : Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti halnya tender blok baru. Menurut saya utk suatu blok yg sudah berakhir kontraknya dan masih punya potensi Migas yg besar seyogyanya ditawarkan ke BUMN (PTM) terlebih dahulu. Begitu juga dengan Blok baru seharusnya ditawarkan dahulu ke Pertamina sebelum ditawarkan ke perusahaan Migas lain. Dalam hal ini apa yg dilakukan pemerintah sudah sesuai dengan ketentuan UU. Rasanya pemerintah tidak akan mengizinkan/membolehkan/melarang PTM mengikuti tender utk mendapatkan blok Migas di negara sendiri, itulah previlege yg diberikan pemerintah kepada PTM. Namun sayangnya dalam implementasinya dengan berbagai macam alasan previlege ini jarang diaplikasikan. Why? Karena banyaknya kepentingan bermain. Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Seyogyanya keuntungan yg dilihat bukan keuntungan finansial semata, tapi yg jauh lebih penting adalah mengamankan kebutuhan energi dalam negeri. Saya kira itulah yg dilakukan oleh negara2 lain, baik sebagai penghasil migas maupun tidak, spt halnya Malaysia dan China. Saya pribadi menginginkan adanya suatu PMN (NOC) di negara ini, kalau tidak didukung oleh pemerintahnya siapa lagi yg diharapkan. Janganla kita berfikiran terlalu liberal yg menyebabkan kita hanya jadi penonton di negara sendiri, alangkah menyedihkannya Mohon ma'af kalau tidak berkenan Salam, MIK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id Date: Mon, 1 Oct 2012 06:25:57 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Rovicky. Rambu-rambu terukur. Betul Pak Rovicky, kita perlu memberikan preference dan kemudahan kepada Pertamina tetapi bukan blank cek. Kita harus memberikan rambu-rambu yang bisa kita ukur. Hal ini karena kepentingan Pertamina dan Pemerintah tidak selalu sejalan, dan bahkan ada kalanya bertentangan. Pemerintah memikirkan Negara secara keseluruhan. Sedangkan Pertamina khusus untuk migas dan kemajuan perusahaan. Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti halnya tender blok baru. Umpama dalam hal Mahakam, bisa diundang Total dan Inpex, sendiri-sendiri. Keduanya sudah mengetahui betul kondisi lapangan. Kriteria tender yang dipakai bisa macam-macam. Salah satu adalah menggunakan Net Present Value (NPV) bagi keuntungan Negara. Kita pakai NPV full cycle waktu memasukan POD. Pengikut tender terbatas menghitung keuntungan yang akan diberikan kepada Pemerintah dengan mengunakan suatu discount rate tertentu, umpama 10%. Pemenang tender adalah yang memberikan keuntungan NPV tertinggi kepada Negara (bukan kepada Pertamina). Umpama salah satu peserta tender memberikan harga paling tinggi 100. Pertamina sebagai perusahaan Negara diberi preference, umpamanya sebesar 10%. Kalau Pertamina memasukkan tender dengan NPV antara 90-100, kita memenangkan Pertamina. Namun kalau Pertamina memasukan NPV dibawah 90, Pertamina kalah. Kita juga bisa memberikan preference yang lebih tinggi kepada Pertamina, umpama 50. Artinya kalau Pertamina waktu memasukan tender memberi kepada Negara hanya 50, kita tetap berikan kepada Pertamina. Yang saya maksudkan sebagai blank cek diberikan kepada Pertamina adalah pembatasan. Bukan at any cost. Bagaimana kalau Pertamina hanya memberikan NPV zero kepada Negara, sedangkan pemenang tender 100. Apakah kita tetap ingin memilih Pertamina. Apakah National pride at any cost, even if the NPV is zero? Kan tidak. Keseimbangan angka preference inilah yang ingin kita cari. Parameter lain yang bisa dipakai adalah facilitas produksi yang diserahkan kepada Pemerintah (Note: bukan milik Pertamina) pada akir kontrak. Pada waktu bidding, Pertamina diberi preference untuk menggunakan semua production facilities yang ada free. Namun demikian facilitas tsb. perlu ditentukan berapa harganya dan kepada pengikut tender lainnya diharuskan sewa. Memang harga buku untuk production facilities sudah nil, tetapi kita pakai replacemnt value. Kembali evaluasi tender dilakukan berdasarkan NPV bagi Negara. NPV adalah keuntungan yang dijanjikan para pengikut tender. Belum tentu mereka bisa tepati. Untuk ini saya mengusulkan dipakai rambu-rambu Cost Recovery Limit atau cost over revenue yang
RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
tanah yang pemiliknya tidak diketahui. Waktu itu mungkin ada tanah kosong lalu dibangun kompleks ataupun dibangun pabrik, tanpa izin apa-apa. Jadi untuk dijadikan pemilik atau modal/asset perlu UU Agraria dirubah untuk akomodir hal-hal tsb. Ini tidak akan mudah dan perlu waktu. Kalau tidak salah sudah lebih dari 10 tahun asset Pertmina diteliti tapi sampai sekarang belum konklusif. Padahal aset adalah step pertama yang harus dilakukan untuk pembukuan yang benar dan merupakan persaratan utama untuk perusahaan TBK. Selain itu yang lebih penting adalah ketergantungan Pemerintah kepada Pertamina dan seballiknya. Pemerintah masih memerlukan Pertamina untuk menalangi biaya-biaya CSR seperti subsidi BBM yang tiap tahun membengkak dan akir-akir ini pemakain BBG. Dilain pihak, Pertamina juga menerima proyek-proyek monopoli yang sangat menguntungkan dari Pemerintah. Ini membuat kesulitan untuk Pertamina berdiri sendiri sebagai TBK. Adalah bagusnya kalau hubungan ini bisa diputus. Ini merupakan hadiah terbesar yang bisa diberikan Pemerintah kepada Pertamina supaya bisa independent dan akirnya accountable to the public. Tapi kalau diputuskan siapa yang akan menaggulangi subsidi BBM yang begitu besar? Jadi rasa-rasanya masih jauh untuk Pertamina dijadikan Tbk. Memang ada arah kesana tetapi masih terlalu dini dan banyak kendalanya termasuk perlunya perubahan (dan pembuatan) beberapa undang-undang dan peraturan. Salam, HL Ong From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Thursday, September 27, 2012 7:23 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 2012/9/27 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Pak Andang, saya kira kita banyak miss nya. Mungkin apa yang saya tulis kurang jelas. Perbedaan yang saya lihat ada dua hal. Menurut Anda, Pertamina adalah kepanjangan dari Pemerintah. Memang betul tetapi kepentigannya tidak selalu sejalan. Perbedaan kedua, kalau saya tidak salah tangkap, adalah bahwa saya menyarankan untuk Mahakam extension diberikan ke Total. Saya tidak pernah mengatakan demikian. Saya menangkap dari Pak Ong ini utamanya seperti tulisan sebelumnya bila asset negara akan diberikan ke Pertamina sebagai operator, yaitu : quote Jangan diberikan blank cek. Sebaiknya Pertamina diberikan rambu-rambu dan pembatasan yang terukur hingga bisa dilakukan evaluasi secara kwantitatip. Harus ada escape clause seandainya tidak berhasil. Risk analysis perlu dilakukan. Saya kira yang ditulis diatas (rambu-rambu) itu yang perlu disiapkan bila pertamina menjadi operator apapun. Tentunya perlunya rambu-rambu berlaku tidak hanya pada mahakam dan juga tidak hanya pada kegiatan eksplorasi tetapi juga produksi bahkan distribusi. Rambu-rambu itu saya yakin perlu dimiliki oleh stake holder Pertamina. Bahkan saya yakin rambu ini diperlukan untuk membantu manajemen pertamina memperbaiki diri. Memang setiap rambu akan terkesan 'membatasi ruang gerak', namun saya kira perusahaan swasta (MNC)pun juga punya rambu, supaya jalannya lurus. Mungkin Pak Ong dapat memberikan contoh-contoh rambu yang diperlukan Pertamina. Nah dalam hal pengawasan, ini akan menjadi efisien dan efektif bila Pertamina menjadi perusahaan terbuka, walau hanya 5% di bursa saham. Ya di bursa saha, bukan 5% sebagai ownership kepemilikan. Dengan keterbukaan informasi publik ini maka yg mengawasi menjadi beragam. Kalau belum memungkinkan Pertamina Persero menjadi terbuka semuanya, mungkin PHE dapat dipakai sebagai uji coba dibuka IPO di BEJ. Syukur-syukur IAGI diberi jatah 0.001% saja sebagai modal kerja organisasi ;-) mimpi kali yeee. Info tambahan. Seingat saya IAGI pernah mengusulkan ke DPR (lupa kapan RDPnya), yang isinya IAGI menyarankan setiap perusahaan (satu Blok PSC) yg sudah berproduksi diatas 10 000 BOePD diwajibkan membuka IPO di BEJ minimal 5%. Kalau ini berhasil tentunya dunia migas Indonesia menjadi milik publik (rakyat) akan terjadi dengan sendirinya. Salam pagi rdp -- Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Ong Ysh. Pang Ong wrote : Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti halnya tender blok baru. Menurut saya utk suatu blok yg sudah berakhir kontraknya dan masih punya potensi Migas yg besar seyogyanya ditawarkan ke BUMN (PTM) terlebih dahulu. Begitu juga dengan Blok baru seharusnya ditawarkan dahulu ke Pertamina sebelum ditawarkan ke perusahaan Migas lain. Dalam hal ini apa yg dilakukan pemerintah sudah sesuai dengan ketentuan UU. Rasanya pemerintah tidak akan mengizinkan/membolehkan/melarang PTM mengikuti tender utk mendapatkan blok Migas di negara sendiri, itulah previlege yg diberikan pemerintah kepada PTM. Namun sayangnya dalam implementasinya dengan berbagai macam alasan previlege ini jarang diaplikasikan. Why? Karena banyaknya kepentingan bermain. Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Seyogyanya keuntungan yg dilihat bukan keuntungan finansial semata, tapi yg jauh lebih penting adalah mengamankan kebutuhan energi dalam negeri. Saya kira itulah yg dilakukan oleh negara2 lain, baik sebagai penghasil migas maupun tidak, spt halnya Malaysia dan China. Saya pribadi menginginkan adanya suatu PMN (NOC) di negara ini, kalau tidak didukung oleh pemerintahnya siapa lagi yg diharapkan. Janganla kita berfikiran terlalu liberal yg menyebabkan kita hanya jadi penonton di negara sendiri, alangkah menyedihkannya Mohon ma'af kalau tidak berkenan Salam, MIK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id Date: Mon, 1 Oct 2012 06:25:57 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Rovicky. Rambu-rambu terukur. Betul Pak Rovicky, kita perlu memberikan preference dan kemudahan kepada Pertamina tetapi bukan blank cek. Kita harus memberikan rambu-rambu yang bisa kita ukur. Hal ini karena kepentingan Pertamina dan Pemerintah tidak selalu sejalan, dan bahkan ada kalanya bertentangan. Pemerintah memikirkan Negara secara keseluruhan. Sedangkan Pertamina khusus untuk migas dan kemajuan perusahaan. Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti halnya tender blok baru. Umpama dalam hal Mahakam, bisa diundang Total dan Inpex, sendiri-sendiri. Keduanya sudah mengetahui betul kondisi lapangan. Kriteria tender yang dipakai bisa macam-macam. Salah satu adalah menggunakan Net Present Value (NPV) bagi keuntungan Negara. Kita pakai NPV full cycle waktu memasukan POD. Pengikut tender terbatas menghitung keuntungan yang akan diberikan kepada Pemerintah dengan mengunakan suatu discount rate tertentu, umpama 10%. Pemenang tender adalah yang memberikan keuntungan NPV tertinggi kepada Negara (bukan kepada Pertamina). Umpama salah satu peserta tender memberikan harga paling tinggi 100. Pertamina sebagai perusahaan Negara diberi preference, umpamanya sebesar 10%. Kalau Pertamina memasukkan tender dengan NPV antara 90-100, kita memenangkan Pertamina. Namun kalau Pertamina memasukan NPV dibawah 90, Pertamina kalah. Kita juga bisa memberikan preference yang lebih tinggi kepada Pertamina, umpama 50. Artinya kalau Pertamina waktu memasukan tender memberi kepada Negara hanya 50, kita tetap berikan kepada Pertamina. Yang saya maksudkan sebagai blank cek diberikan kepada Pertamina adalah pembatasan. Bukan at any cost. Bagaimana kalau Pertamina hanya memberikan NPV zero kepada Negara, sedangkan pemenang tender 100. Apakah kita tetap ingin memilih Pertamina. Apakah National pride at any cost, even if the NPV is zero? Kan tidak. Keseimbangan angka preference inilah yang ingin kita cari. Parameter lain yang bisa dipakai adalah facilitas produksi yang diserahkan kepada Pemerintah (Note: bukan milik Pertamina) pada akir kontrak. Pada waktu bidding, Pertamina diberi preference untuk menggunakan semua production facilities yang ada free. Namun demikian facilitas tsb. perlu ditentukan berapa harganya dan kepada pengikut tender lainnya diharuskan sewa. Memang harga buku untuk production facilities sudah nil, tetapi kita pakai replacemnt value. Kembali evaluasi tender dilakukan berdasarkan NPV bagi Negara. NPV adalah keuntungan yang dijanjikan para pengikut tender. Belum tentu mereka bisa tepati. Untuk ini saya mengusulkan dipakai rambu-rambu Cost Recovery Limit atau cost over revenue yang merupakan ciri khas suatu PSC. CRL memberikan kepastian kepada Negara berapa besarnya uang setiap tahun akan diterima. Besarnya CRL sebaiknya sekitar 40-60%, yaitu range yang umum dan diikuti 75% PSC dunia. Besarnya preference NPV yang akan kita berikan untuk
RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Luthfi, Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya. Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya. Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi. Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan argumentasi yang memadai. Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang? Maaf kalau tidak berkenan. Salam Hl Ong -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Lanjut Pak Ong, Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent, bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI. Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan (sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek, terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil.. Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: aluthfi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai melanggar UU anti monopoli, jadilah
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
2012/9/27 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Pak Andang, saya kira kita banyak “miss” nya. Mungkin apa yang saya tulis kurang jelas. Perbedaan yang saya lihat ada dua hal. Menurut Anda, Pertamina adalah kepanjangan dari Pemerintah. Memang betul tetapi kepentigannya tidak selalu sejalan. Perbedaan kedua, kalau saya tidak salah tangkap, adalah bahwa saya menyarankan untuk Mahakam extension diberikan ke Total. Saya tidak pernah mengatakan demikian. Saya menangkap dari Pak Ong ini utamanya seperti tulisan sebelumnya bila asset negara akan diberikan ke Pertamina sebagai operator, yaitu : quote *Jangan diberikan blank cek.* Sebaiknya Pertamina diberikan *rambu-rambu dan pembatasan yang terukur* hingga bisa dilakukan evaluasi secara kwantitatip. Harus ada escape clause seandainya tidak berhasil. Risk analysis perlu dilakukan. Saya kira yang ditulis diatas (rambu-rambu) itu yang perlu disiapkan bila pertamina menjadi operator apapun. Tentunya perlunya rambu-rambu berlaku tidak hanya pada mahakam dan juga tidak hanya pada kegiatan eksplorasi tetapi juga produksi bahkan distribusi. Rambu-rambu itu saya yakin perlu dimiliki oleh stake holder Pertamina. Bahkan saya yakin rambu ini diperlukan untuk membantu manajemen pertamina memperbaiki diri. Memang setiap rambu akan terkesan 'membatasi ruang gerak', namun saya kira perusahaan swasta (MNC)pun juga punya rambu, supaya jalannya lurus. Mungkin Pak Ong dapat memberikan contoh-contoh rambu yang diperlukan Pertamina. Nah dalam hal pengawasan, ini akan menjadi efisien dan efektif bila Pertamina menjadi perusahaan terbuka, walau hanya 5% di bursa saham. Ya di bursa saha, bukan 5% sebagai ownership kepemilikan. Dengan keterbukaan informasi publik ini maka yg mengawasi menjadi beragam. Kalau belum memungkinkan Pertamina Persero menjadi terbuka semuanya, mungkin PHE dapat dipakai sebagai uji coba dibuka IPO di BEJ. Syukur-syukur IAGI diberi jatah 0.001% saja sebagai modal kerja organisasi ;-) mimpi kali yeee. Info tambahan. Seingat saya IAGI pernah mengusulkan ke DPR (lupa kapan RDPnya), yang isinya IAGI menyarankan setiap perusahaan (satu Blok PSC) yg sudah berproduksi diatas 10 000 BOePD diwajibkan membuka IPO di BEJ minimal 5%. Kalau ini berhasil tentunya dunia migas Indonesia menjadi milik publik (rakyat) akan terjadi dengan sendirinya. Salam pagi rdp -- *Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya. Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun yang menghalangi rencana kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu negara. Sedangkan John Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah tersebut, salah satu ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset Tangguh. Sejak itu saya bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa ExxonMobil dan bp tak akan hengkang dari Indonesia karena Esso ada di Natuna D-Alpha dan Mobil/Ampolec ada di TAC Cepu bersama Humpuss. Apa yang terjadi sekarang persis seperti apa yang dilaporkan majalah Fortune tsb. ExxonMobil dengan kekuatannya mendapatkan blok Cepu (wait see for East Natuna). Sedangkan bp hanya mempertahankan Tangguh, dengan satu persatu melepas blok Kangean (lap Pagerungan, Terang-Sirasun-Batur) ke EMP, blok Muriah (lap Kepodang) ke Petronas, dan ONWJ ke Pertamina. Itulah the Super Major dengan perencanaan jangka panjang dan kekuatannya. Apakah Pertamina punya Perencanaan Jangka Panjang? Jawabnya punya. Jaman Orde Baru, Pertamina punya Renkorp 5 tahunan (Rencana Korporat 5 Tahunan disesuaikan dengan Repelita), karena jaman Orde Baru, Super Body Perencanaan adalah BAPENAS. Setelah diberlakukan UU Migas 22/2001, Pertamina oleh pemerintah di-redefine melalui PP 31/2003 menjadi Pertamina seperti sekarang ini. Apakah Pertamina sekarang punya Rencana Jangka Panjang?. Jawabnya punya, goal jangka panjangnya seperti disampaikan oleh pimpinan Pertamina yaitu berproduksi 1 juta boepd @ 2015. Strateginya pengembangan organik (aset eksisting) dan an-organik (akuisisi). Implementasi an-organik adalah akuisisi di luar negeri dan di dalam negeri. Akuisisi di dalam negeri al. ONWJ, minta ke pemerintah blok Cepu kurang berhasil, minta WMO 100% mendapatkan 80% (yaah apa boleh bua), sekarang minta blok Mahakam banyak yang meragukan termasuk wamen ESDM. Maka tak salah kalau DPRRI dalam sidang Paripurna Hak Angket BBM berkesimpulan bahwa UU Migas 22/2001 Lebih Pro Asing dan Harus di-Revisi, sekarang sedang ramai membicarakan revisi. Maaf Pak Ong, email saya yang panjang diatas tidak bermaksud menggurui Pak Ong, hanya sebagai sharing lesson learnt saja barang kali bermanfaat untuk para netters. Salam Hormat, pak Ong tetap sebagai guru saya. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Luthfi, Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Ludfi dan Pak Ong Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. Maaf kalau kurang berkenan salam Yusak From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya. Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun yang menghalangi rencana kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu negara. Sedangkan John Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah tersebut, salah satu ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset Tangguh. Sejak itu saya bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa ExxonMobil dan bp tak akan hengkang dari Indonesia karena Esso ada di Natuna D-Alpha dan Mobil/Ampolec ada di TAC Cepu bersama Humpuss. Apa yang terjadi sekarang persis seperti apa yang dilaporkan majalah Fortune tsb. ExxonMobil dengan kekuatannya mendapatkan blok Cepu (wait see for East Natuna). Sedangkan bp hanya mempertahankan Tangguh, dengan satu persatu melepas blok Kangean (lap Pagerungan, Terang-Sirasun-Batur) ke EMP, blok Muriah (lap Kepodang) ke Petronas, dan ONWJ ke Pertamina. Itulah the Super Major dengan perencanaan jangka panjang dan
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Gamping:), Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan oil comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina harus mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap melakukan special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan informasinya bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal action karena melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender. 2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com Pak Ludfi dan Pak Ong Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. Maaf kalau kurang berkenan salam Yusak *From:* aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Thursday, September 27, 2012 7:54 AM *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya. Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun yang menghalangi rencana kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu negara. Sedangkan John Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah tersebut, salah satu ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset Tangguh. Sejak itu saya bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa ExxonMobil dan bp tak akan hengkang dari Indonesia karena Esso ada di
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Ong, Sedikit tambahan, maaf ada yg terlewat terkait harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah. Di era bpmigas dipimpin oleh pak RS, kontrak kerjasama (PSC) diamandemen Pertamina diganti dengan BPMIGAS, jadi written consent-nya tidak lagi dimintakan ke Pertamina tetapi ke BPMIGAS dan Pemerintah Salam, Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Luthfi, Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya. Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya. Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi. Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan argumentasi yang memadai. Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang? Maaf kalau tidak berkenan. Salam Hl Ong -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Lanjut Pak Ong, Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent, bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI. Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan (sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek, terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil.. Sent from my BlackBerryR powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: aluthfi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Om OK Makanya sebelum di tender pertamina di tanya dulu mau yang mana. Di Brazil semua blok yang bagus bagus di kasih petrobas dulu. di malaysia, petronas dulu Yusak From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 27, 2012 8:59 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Gamping:), Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan oil comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina harus mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap melakukan special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan informasinya bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal action karena melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender. 2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com Pak Ludfi dan Pak Ong Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. Maaf kalau kurang berkenan salam Yusak From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya. Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam majalah tersebut kami sekarang
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak, Jangan-jangan UU Migas dan UU lain yg saling melengkapi/terkait satu sama lain, juga tidak mengijinkan pemerintah bertanya dulu ke Pertamina. Pertamina bisa dapat hak khusus, tapi UU nya harus dirubah dulu dan harus mendapat persetujuan DPR (di dalamnya tentu banyak bargainning politik ketimbang aspek lainnya). Ery Sent from my iPad On 27 Sep 2012, at 10:07, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote: Om OK Makanya sebelum di tender pertamina di tanya dulu mau yang mana. Di Brazil semua blok yang bagus bagus di kasih petrobas dulu. di malaysia, petronas dulu Yusak From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 27, 2012 8:59 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Gamping:), Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan oil comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina harus mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap melakukan special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan informasinya bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal action karena melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender. 2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com Pak Ludfi dan Pak Ong Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. Maaf kalau kurang berkenan salam Yusak From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum? Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya. Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major suda jelas akan
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
hayo IAGI,IATMI kumpulin tanda tangan, mungkin perlu juga diajak serikat pekerja Petamina, TOTAL. kalau politik yang dihadapi ya dengan politik to.. NOW or NEVER..
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
IAGI Netters, Mohon maaf dan abaikan e-mail ini saya di bawah ini, karena seharusnya di ditujukan langsung ke Arya Nuhan, bukan ke IAGI net. Trims dan mohon maaf sekali lagi, Firman Fauzi On 25 Sep 2012, at 07:04 PM, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk wrote: Aai situ Brurr, berkharisma kali tulisan situ :)) Mantapp cik, dari 50 orang Geologist mungkin cuma 1 yg kayak situ, bisa mengungkapkan pikiran dengan runut dan padu, plus berwawasan cik... :)) Salam, Sent from my iPad On 25 Sep 2012, at 06:33 PM, Arya Nuhan nuh...@yahoo.com wrote:
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina mondar-mandir ke KPPU, kalau tak salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat Pertamina yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah RI. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lanjut Pak Ong, Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent, bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI. Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan (sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek, terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil.. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: aluthfi...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: aluthfi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina mondar-mandir ke KPPU, kalau tak salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat Pertamina yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah RI. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Luthfi Dari ceritera Anda ini (yang saya baru tahu sekarang) , saya menduga keras ada tangan tangan dariluar , sampai KKPU tidak bisa membedakan PTM yag milik negara. Ya , mungkin itu akibat disamakannya PTM dengan KKKS yang lain.(sesuai UU Migas). si Abah From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, September 24, 2012 1:06 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Pak HL Ong Yth. Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina mondar-mandir ke KPPU, kalau tak salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat Pertamina yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah RI. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Bung Bandono S, kayaknya NKRI ini terancam pihak yang ingin meng-koyak2. Kalau lihat perjalanan industri migas ini analog dengan perjalanan kerajaan Mataram. Sebelum lahir kerjaan Mataram, ada Kerajaan Demak dengan R. Patah yg dilanjutkan dengan Sultan Trenggono, ada Kerajaan Pajang dengan Hadiwijoyo. Akhirnya Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan Mataram yang berpusat di Kota Gede, raja ketiga adalah Sultan Agung yg terkenal dan menjadi Pahlawan Nasional. Dalam perjalanan Mataram, datang Belanda (VOC). Oleh VOC Mataram dibagi menjadi dua melalui Perjanjian Gianti, menjadi Keraton Kartosuro dan Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Sekarangpun Keraton Kartosuro masih diributkan masalah pergantian raja, sedangkan Yogyakarta diributkan status keistemewaannya. Kita lihat perjalanan industri perminyakan. Sebelum lahir Pertamina, ada Permina, Pertamin, dan Permigan. Akhirnya semuanya dilebur dan dibentuklah Pertamina. Dalam Perjalanannya IMF memecah Pertamina melalui UU 22/2001. Jadilah Keraton PT. Pertamina (Persero), dan Keraton BPMIGAS. Sampai sekarang PT. Pertamina (Persero) masih dikoyak-koyak oleh invisible hand, dan keistemewaan serta kedaulatan BPMIGAS juga dipersoalkan terus keabsahannya. Mari kita belajar dari kerajaan Mataram yang menjadi korban politik devide at empera VOC. Janganlah perminyakan kita pilar penopang utama NKRI dipecah belah oleh Neolib. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Fyi IAGI-netter, Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG International di Singapore. Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia. Salam, Ben Sapiie
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Sukses pak Benyamin S. Maju terus, padamu negri. Salam bdn Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Fyi IAGI-netter, Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG International di Singapore. Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia. Salam, Ben Sapiie
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Congratulation utk Pak Benyamin dkk. Atas penghargaan AAPG Int.Ozan Sungurlu Award sbg best srudent poster. Dedikasi dan kerja keras team patut kita contoh. Penghargaan ini merupakan kebanggaan kita semuanya. Salam HL Ong . Sent via BlackBerry from SingTel! -Original Message- From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Fyi IAGI-netter, Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG International di Singapore. Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia. Salam, Ben Sapiie
Bls: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Selamat buat Maisi dan teman teman. Terus berprestasi buat Indonesia Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Bravo Pak Benyamin, Sangat membanggakan. Setelah Bandung Basin Research Group, kini ada Rajamandala Research Group ITB. Semoga bisa dikembangkan terus dan tidak mandeg setelah berprestasi di AAPG Singapore. Lingkungan geologi Rajamandala memang sangat menarik dan perlu terus diriset. Salam bangga, Mang Okim -Original Message- From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Fyi IAGI-netter, Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG International di Singapore. Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia. Salam, Ben Sapiie
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Selamat atas keberhasilannya . Tentunya atas bmbingan bapak Mino ya. si Abah From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, September 24, 2012 8:29 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Fyi IAGI-netter, Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG International di Singapore. Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia. Salam, Ben Sapiie
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC tahun 1977. Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL. Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya. Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup banyak. Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara. Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar. Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL, pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru. Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan. HL Ong -Original Message- From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id] Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
PAK Ong Dari paparan yang cukup panjang itu , kesimpulan akhirnya adalah : Bagaimana perusahaan 2 yg diundang memperhitungkan/mengevaluasi resiko yang masih ada . Secara logis , yang paling tahu mestinya Total ya . Kalau untuk mengatasi fairness , apakah mungkin seluruh data dibuka untuk perusahaan2 peserta ? Jadi sistim apapun yang akan dipakai , maka dalam menilai Bok Oks KKKS produksi , maka Negara - lah yang harus tahu dan dapat melakukan assesment risiko dengan baik . APALAGI kalau mau memakai sitim CRL. Mau berapa % besaran limit of CR ? Nah disinilah sebenarnya risiko kerugian negara akan lebih kecil dalam menentukan limit CR KALAU yang mengelola adalah PTM. Dan sebagai sauatu BUMN , an lebih mudah mengontrol PTM (secara positip lho pak Ong) daripada Total negara Indonesie.( kan kita mempunyai pengalaman2 pahit adanya intervensi pemerintah asing daam persoalan2 PSC). Mengenai resouces BP SDM BP Migas , saya kira mereka terlalu/ lebih sibuk dengan pekerjaan adm ketimbang evaluasi teknis. Terima kasih. si Abah From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, September 15, 2012 11:55 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini. Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data, policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran. Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI ikut membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran. Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim PSC semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka extension akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya. Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang disebut oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya 40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim PSC dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar. Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat dari FTP yang bisa dianggap sebagai royalty. Apalagi zaman sekarang, kita tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb. di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui bahwa Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia. Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC tahun 1977. Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL. Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya. Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup banyak. Kalau Pertamina yang
RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Ong, Ide yg bagus dan sangat realistis..saya rasa kombinasi dari ide pak Ong dan ide pak RRR yg bukan versi detik akan memberikan lebih banyak manfaat untuk bangsa ini. On Sep 15, 2012 11:56 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini. Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data, policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran. Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI ikut membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran. Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim PSC semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka extension akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya. Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang disebut oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya 40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim PSC dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar. Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat dari FTP yang bisa dianggap sebagai royalty. Apalagi zaman sekarang, kita tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb. di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui bahwa Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia. Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC tahun 1977. Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL. Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya. Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup banyak. Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara. Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar. Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL, pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru. Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan. HL Ong -Original Message- From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id] Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lha kalau cicing bae rasane tak enak, meureun data yang disampaikan pada R3, termasuk beli/harga alat produksi, tidak akan terbayar dengan minyak yang dihasilkan. Waah teuing; Abah anu bertahun tahun berenang di dunia minyak, pasti lebih arief tibatan/dibanding saya. Aku cuma kasihan pada orang PT yang tadinya jujur dan bersih; jadi berubah setelah kenal sistem eksekutif di NKRI. (Budiono, dll) Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Date: Thu, 13 Sep 2012 22:48:47 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Don Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang harus dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya. si Abah From: Bandono Salim bandon...@gmail.com To: Iagi iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Buat yang menyakini teori evolusi. Dinosaurus yang merajai laut, darat dan udara punya dua pilihan ketika dihadapkan ke bencana pada Jaman Kapur, +/- 65 Ma: 1. Punah atau 2. tetap hidup tapi berubah jadi . ayam. -bg 2012/9/14 Bandono Salim bandon...@gmail.com Lha kalau cicing bae rasane tak enak, meureun data yang disampaikan pada R3, termasuk beli/harga alat produksi, tidak akan terbayar dengan minyak yang dihasilkan. Waah teuing; Abah anu bertahun tahun berenang di dunia minyak, pasti lebih arief tibatan/dibanding saya. Aku cuma kasihan pada orang PT yang tadinya jujur dan bersih; jadi berubah setelah kenal sistem eksekutif di NKRI. (Budiono, dll) Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:48:47 -0700 (PDT) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Don Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang harus dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya. si Abah -- *From:* Bandono Salim bandon...@gmail.com *To:* Iagi iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Thursday, September 13, 2012 6:56 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Sama dg ADB sangat kuciwa dg pernyataan pak DR triple R mosok kayak gitu, ya jelas Pertamina mampu ga perlu di ragukan, pernyataan beliau totally base-less yah Mestinya Bu KA fight to dead tuk dapetin, eh jangankan Pertamina, Suma Sarana aja bisa kelola ex-Total, caranya ya ramp-up man power as needed Secara man power kan pegawai yg pernah sama Kompeni lama kan cuma ganti pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus. Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus. Cape deh Om denger yg ginian. Salam Avi NPA 0666 Merangkap Bendahara IAGI Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Date: Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Ndang Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya Apa yang bikin dia berubah Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya si Abah From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
% serta Inpex 24,5%. 2. Karena muncul daerah harus dapet 10%, maka total/inpex beranggapan termasuk dalam domestik, sehingga pertamina 41%, daerah10% karena sesama domestik. sedangkan pertamina meminta yang daerah dianggap beban baru sehingga harus dibagi dua, yaitu menjadi Pertamina 46%, total 22%, inpex 22%, daerah 10%. permasalahan ini belum tuntas sedang dilakukan Negosiasi. 3. Karena saat kontrak berakhir seluruh fasilitas milik negara, bisa saja Negara menghibahkan kepada Pertamina dan daerah sehingga akan sangat ringan atau malah gratis dalam permodalan, sedangkan total/inpex tentunya harus memasukan modal segar. Tiba-tiba humas pertamina berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Maka wartawan bereaksi, yang tentunya harus saya jawab : 1. Pertamina jangan jalan sendiri, sebaiknya bergandengn dengan kontraktor lama (kita sudah pilih versi-2 karena keterbatsan modal). 2. kalau hanya mengoperasikan lapangan lama yang sekarang sudah mulai terjun bebas produksinya, maka bagaimana mungkin negara bisa diuntungkan dengan harapan naiknya produksi ? maka prospek lapangan baru dan lead baru yang ada di saku KKKS harus bisa dimanfaatkan negara dengan mengawinkan pertamina dengan operator lama, karena kita akan sangat sulit mendapat data (benar-benar usefull) untuk pengembangan lead baru tersebut. Namun sebaliknya bila sudah ada kepastian maka sisa 5 tahun bisa langsung dipakai untuk memulai lead baru tersebut dikembangkan. Kalau kita berbicara fakta, tinggalkan dalam fikiran kita bahwa dengan peraturan dan orang di pemerintahan kita bisamendapatkan data penting dimaksud, mungkin jumlahnya tidak sampe 1% tapi sangat penting, yang 99% nya diberikan kepada pemerintah. 3. Cerita Pertamina menjadi produser ke-3 adalah topik yang berbeda, saya jelaskan kepada wartawan saat KESDM raker seminggu lalu yang menampilkan tabel susunan produser migas, dimana posisi pertamina adalah ketiga. 4. untuk no(3) tsb, Challange diberikan kepada pertamina untuk menjadi nomor SATU, karena memiliki WK yang paling luas, bisa saja setiap DOH (SBU) adalah satu PSC sendiri sehingga punya 5-7 Pertamina yang ramping dan bersaing satu sama lain, atau sesuai permen 06/2010 lepaskan lapangan yang dianggap tidak produktif dan tidak mau dikembangkan, istilahnya jangan dikangkangi aja tapi tidak dibor, karena akan marah mertua . Nah wartawan mengemasnya seperti itu, he. . he. .he. . kalau saya sih sudah biasa diplintir-plintir, sejak jaman Lapindo (seperti mas Azwah dan mas Rusdi perhatikan). Hati-hati dengan nasionalisme buta mengatasnamakan Cinta Negara. Salam Semangat Selalu, RRR Rudi Rubiandini R.S. Petroleum Engineering ITB 2012/9/14 rakhmadi.avia...@gmail.com Sama dg ADB sangat kuciwa dg pernyataan pak DR triple R mosok kayak gitu, ya jelas Pertamina mampu ga perlu di ragukan, pernyataan beliau totally base-less yah Mestinya Bu KA fight to dead tuk dapetin, eh jangankan Pertamina, Suma Sarana aja bisa kelola ex-Total, caranya ya ramp-up man power as needed Secara man power kan pegawai yg pernah sama Kompeni lama kan cuma ganti pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus. Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus. Cape deh Om denger yg ginian. Salam Avi NPA 0666 Merangkap Bendahara IAGI Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 -0700 (PDT) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Ndang Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya Apa yang bikin dia berubah Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya si Abah -- *From:* abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Thursday, September 13, 2012 3:14 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
kan cuma ganti pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus. Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus. Cape deh Om denger yg ginian. Salam Avi NPA 0666 Merangkap Bendahara IAGI Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 -0700 (PDT) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Ndang Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya Apa yang bikin dia berubah Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya si Abah -- *From:* abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Thursday, September 13, 2012 3:14 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg -- Sent from my Computer® -- *Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lah kalo secara hukum kan kontrak itu sudah berahir dari disitu ya harus di balikin dong, masalah keekonomian tentu akan lebih murah kalo Pertamina yg Operate karena Operation Cost jelas bisa di tekan, demikian juga HQ cost akan lebih murah, cuman ya itu willingness dari GOI yg ga brani, mestinya ya harus bisa neken MNC untuk tetep mengembalikan WK itu ke NKRI. Kalo Natuna aku setuju di kasi ke Asing krn secara keekonomian sangat tidak menarik Mestinya para PhD yg di angkat jadi pejabat itu membantu untuk memajukan kemampuan nasional bukan malah sebaliknya. Masih tetep kuciwa dg pernyataan ini Avi NPA 0666 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Date: Sat, 15 Sep 2012 09:39:28 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Sepertinya harus dichalenge keekonomiannya bila ada nonsharable oil dalam future productionnya. Ide nosharable oil ini yg harus dikaji, disebandingkan dan diadu dengan sistem kontrak yg berlaku, siapapun operatornya. Selama ini setiap perpanjangan kontrak asset negara ikut terbawa sebagai bagian yg dibagi, artinya negara sangat berpotensi dirugikan. Keekonomian merupakan hal yg terpenting, mana yg terbaik buat negara. Bukan meributkan siapa yg akan menjadi operator. Bukan hanya peningkatan jumlah barrel produksinya. Tolok ukur bagus tidaknya bagi negara adalah income ke kas negara, bahkan seberapa besar yg sampai ke rakyatnya Bagi rakyat mana yg terbaik buat mereka yg penting. Operator telkom dulu dimonopoli pt telkom, saat itu susah sekali mendapatkan nomer telepon. Namun sekarang, operator telepon sudah banyak, mereka bersaing dan rakyat diuntungkan, walaupun banyak opratornya asing. Saya kira asalkan keekonomiannya lebih bagus untuk negara itulah yg harus diperjuangkan berdasar nasionalisme. Dari sisi bisnis, tentunya akan melihat keuntungan terbesar. Bisnis itu ukurannya keuntungan, dollar. Dari sisi profesi, nah ini dia, semestinya mana yang paling efisien dalam memproduksikan dalam memberikan manfaat. Digenjot habis secara cepat untuk meningkatkan produksi belum tentu efisien karena rusaknya formasi. Profesional berbicara atas dasar current scientific understanding. Barangkali saja meningkatnya produksi bukan tolok ukur utamanya. Salam Rdp On Saturday, September 15, 2012, Ok Taufik wrote: bocoran dari milis sebelah dari RRR *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id javascript:_e({}, 'cvml', 'rrratm_2009%40yahoo.co.id'); *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com javascript:_e({}, 'cvml', 'TM-ITB-Bandung%40yahoogroups.com'); *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04 *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam Temens, Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari seseorang yang dia pantas cemburui. Bayangkan, variasinya : 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis. 2. yang curiga RRR dapet wani piro. 3. yang menebak RRR sekolah di perancis. 4. yang melihat RRR sudah main perawan. 5. yang menganggap RRR sudah pro asing 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya. 8. yang mengira RRR ditekan G2G 9. yang menilai RRR tidak nasionalis 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan. 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri. 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara. Tapi masih ada yang : 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara 2. RRR hanya melakukan trial by the Press 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon. Saya masih percaya bahwa : 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di seluruh dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya. 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs. 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun di negeri Indonesia yang merdeka ini. 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara adalah
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Dari kemarin saya bertanya2, Kenapa ya MH, sang VP Humas Pertamina yang sangat piawai menyuarakan kepentingan Pertamina kepada wartawan tiba2 dipindah ke Jepang?. Terjawab sekarang dari statement Pak RRR dibawah, Tiba-tiba humas pertamina berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Rupanya pernyataan MH ini mengganggu he he he... Salam, MJP Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com Date: Sat, 15 Sep 2012 09:12:18 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 bocoran dari milis sebelah dari RRR *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04 *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam Temens, Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari seseorang yang dia pantas cemburui. Bayangkan, variasinya : 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis. 2. yang curiga RRR dapet wani piro. 3. yang menebak RRR sekolah di perancis. 4. yang melihat RRR sudah main perawan. 5. yang menganggap RRR sudah pro asing 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya. 8. yang mengira RRR ditekan G2G 9. yang menilai RRR tidak nasionalis 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan. 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri. 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara. Tapi masih ada yang : 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara 2. RRR hanya melakukan trial by the Press 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon. Saya masih percaya bahwa : 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di seluruh dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya. 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs. 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun di negeri Indonesia yang merdeka ini. 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja kita punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan pertamina as it is. 4. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal. 5. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan, terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir dan data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan data kunci dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan Siak yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa kontraknya dalam waktu dekat ini ? Maka pelajarannya : 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft landing, sebelum kontrak berakhir pertamina berkorban masuk kedalam system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis tinggal take off dengan enak. 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban negara, karena produksinya turun diakhir kontrak dan lambat diawal kontrak. 3. Kasus BOB-BSP terlalu dominan kedaerahannya mengalahkan Pertamina sehingga sistem manajemennya tidak bisa lari. 4. Kasus Cepu yang sudah mundur lebih dari 4 tahun dari rencana, berapa banyak kesempatan negara untuk mendapatkan revenue hilang selama 4 tahun tsb, karena Pertamina (BUMN) bukan sebagai operator dan bagian daerah tergadaikan pada pemodal asing. Maka beberapa skenario yang menguntungkan negara harus diambil dalam kasus Mahakan
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lha kan harus persetujuan persekutuan dulu, menteri, presiden, pemilik perusahaan. Kalau mau kerja sendiri yaa begitulah. Tapi... Mosok sih Humas berani bicara tanpa persetujuan bossnya humas?? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Muharram J. Panguriseng muhar...@pertamina.com Date: Sat, 15 Sep 2012 04:21:14 To: Iagi-netiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Dari kemarin saya bertanya2, Kenapa ya MH, sang VP Humas Pertamina yang sangat piawai menyuarakan kepentingan Pertamina kepada wartawan tiba2 dipindah ke Jepang?. Terjawab sekarang dari statement Pak RRR dibawah, Tiba-tiba humas pertamina berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Rupanya pernyataan MH ini mengganggu he he he... Salam, MJP Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com Date: Sat, 15 Sep 2012 09:12:18 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 bocoran dari milis sebelah dari RRR *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04 *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam Temens, Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari seseorang yang dia pantas cemburui. Bayangkan, variasinya : 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis. 2. yang curiga RRR dapet wani piro. 3. yang menebak RRR sekolah di perancis. 4. yang melihat RRR sudah main perawan. 5. yang menganggap RRR sudah pro asing 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya. 8. yang mengira RRR ditekan G2G 9. yang menilai RRR tidak nasionalis 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan. 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri. 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara. Tapi masih ada yang : 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara 2. RRR hanya melakukan trial by the Press 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon. Saya masih percaya bahwa : 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di seluruh dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya. 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs. 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun di negeri Indonesia yang merdeka ini. 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja kita punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan pertamina as it is. 4. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal. 5. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan, terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir dan data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan data kunci dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan Siak yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa kontraknya dalam waktu dekat ini ? Maka pelajarannya : 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft landing, sebelum kontrak berakhir pertamina berkorban masuk kedalam system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis tinggal take off dengan enak. 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban negara, karena produksinya
RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini. Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data, policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran. Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI ikut membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran. Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim PSC semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka extension akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya. Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang disebut oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya 40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim PSC dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar. Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat dari FTP yang bisa dianggap sebagai royalty. Apalagi zaman sekarang, kita tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb. di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui bahwa Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia. Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC tahun 1977. Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL. Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya. Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup banyak. Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara. Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar. Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL, pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru. Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan. HL Ong -Original Message- From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id] Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah
[iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung. Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan? Aku tidak faham bagaimana menghitungnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Data teknis kan kita (RI) yang punya ... gimana pak WAmen???.. PSC , hasil tohk, kan udah di CR kan tuh data... Mungkin maksudnya data non teknis?... gak PD kalee. HF 1393 Dari: lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:11 Judul: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal deal politik salam Yusak (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair buat PERTAMINA) - From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik.. Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah RRR memang bicara seperti itu.. On 9/13/12, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote: Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal deal politik salam Yusak (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair buat PERTAMINA) - From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ooops bener juga yah, sapa tahu wartawannya plintir jadi perlu di konfirmasi Thanks mas Kartiko Yusak From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 4:17 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik.. Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah RRR memang bicara seperti itu.. On 9/13/12, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote: Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal deal politik salam Yusak (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair buat PERTAMINA) - From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
IAGI netters yang berbahagia, Ikut sedekah pendapat :). Sebagai pegawai Pertamina di era 'transformasi' saya sampaikan apresiasi atas kritik (baca: alarm) dari pak Rudi (Wamen ESDM?) tersebut, kalau itu benar pendapatnya.Mungkin pendapat saya kesannya subjektif. Tapi tidak masalah setidaknya sebagai penyeimbang pendapat beliau yang dimuat wartawan detikfinance (azas cover both side?). Sejujurnya dari dulu pak Rudi adalah salah satu dosen dan ilmuwan yang saya kagumi karena dedikasi, idealisme dan keberaniannya untuk melawan mainstream dan hegemoni asing. Semoga kekaguman saya tidak akan berkurang walaupun beliau sekarang berada di pusaran kekuasaan. Sebelumnya perlu diperjelas lagi angka 47%, apakah itu luas area blok atau luas lapangan? Mungkin di antara IAGI netters ada yang punya info A1 (rahasia negara?). Baiklah untuk sementara saya anggap luas area blok dan produksinya karena itu yang paling sederhana menghitung dan membandingkannya. Saran saya agar lebih adil/fair (jeruk to jeruk) untuk membandingkan antara K3S satu dengan K3S yang lainnya adalah dengan melihat petroleum systemnya, play-nya, sumberdayanya, cadangannya, RtoP-nya, RF-nya atau CR-nya. Baru terakhir dengan melihat produksinya. Operasi dan HSE-nya jangan lupa. Kalau dibandingkan seperti itu maka saya kira akan terjadi kompetisi yang baik dan sehat, sehingga target penambahan cadangan dan produksi pemerintah akan diperoleh dengan maksimal. Saya coba melihat hubungan wilayah kerja Pertamina dan produksinya dari sudut pandang yang lain. Kita lihat sejarah eksplorasi produksi migasnya. Sebagai yang masih awam, mohon dikoreksi. Kembali sejenak ketika Pertamina berperan sangat power full sebagai regulator, supervisor dan operator (sehingga cenderung korup?). Seperti kita ketahui bahwa blok Pertamina saat ini secara umum berasal dari 5 kategori. Pertama, blok Pertamina EP saat ini yang dulunya adalah blok yang operatornya murni Pertamina. Mungkin ini angka yang 47% itu yang dimaksud. Blok ini sebagian besar berada di onshore, playnya relatif dangkal. Umumnya lapangan minyak dan kebanyakan ditemukan oleh Belanda. Pendek kata lapangan yang sudah tua, tapi dekat dengan peradaban dan fasilitas peninggalan kolonial. Yang jadi pertanyaan, Pertamina sebagai regulator kenapa memilih blok dengan kondisi lapangannya seperti itu. Kenapa tidak yang di offshore. Mungkin karena terlalu beresiko tinggi. Kenapa tidak memilih blok yang ada lapangan besar cadangan dan produksinya, misalnya Lapangan Minas. Toh di onshore juga. Jawabannya saya pikir lebih cenderung psikologis dan politis daripada teknis. Kedua, blok PHE sekarang yang dulunya adalah eks JOB/BOB yang operatornya Pertamina tapi berpartner. Umumnya masih lapangan minyak dan masih dekat fasilitas produksi. Ketiga adalah blok yang operatornya K3S lain tapi PHE masih memilik share. Umumnya lapangan gas besar seperti Lapangan Suban. Keempat adalah blok eks TAC. Blok ini umumnya kembali ke Pertamina EP setelah kontraknya habis. Namun blok TAC yang menarik adalah blok Cepu. Ditemukan oleh Pertamina dan operatornya diberikan kepada 'asisten'nya. Jelas kalah secara politis dan psikologis. Mungkin juga teknis dengan paradigma pada saat itu? Kelima adalah blok yang diperoleh dengan 'jalan pintas' (baca: breakthrough) yaitu dengan cara akuisisi blok K3S lain. Yaitu seperti blok ONWJ WMO. Dan sebentar lagi blok Mahakam, walaupun masih mendapat 'tantangan', sehingga strategu ubu . Inilah mungkin salah dua program Dirut Pertamina untuk mengamankan kebutuhan energi nasional yang membuat beliau dulu terpilih. Kesimpulannya, pembagian blok dulu diperkirakan berkorelasi dengan kondisi politik psikologi para pengambil kebijakannya. Blok Pertamina EP (47%?) adalah blok bagus dengan play concept dulu. Dengan play concept baru (go deeper) atau target gas, blok ini bisa jadi bukan blok yang terlalu bagus, kecuali dengan menggunakan play yang keluar kotak (out of the box). Jadi luasnya blok Pertamina sekarang tidak otomatis berkorelasi dengan produksinya. Namun bagaimanapun kritikan tersebut bisa diambil pelajarannya terutam untuk transformasi SDMnya (baca: energi terbarukannya). waabs. rgds, aminb 3323 Dari: Bandono Salim bandon...@gmail.com Kepada: Iagi iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:30 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung. Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan? Aku tidak faham bagaimana menghitungnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
'Tahu itu relatif Pak, bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti faham semuanya, misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu :-) Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja. Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika usaha EP Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan data seismik secara signifikandi WK Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing. Mengenai kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali tidak kalah dengan SDM di MNC tu.. Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk mendapat kesempatan/peluang. Salam. BKG (Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) - Pesan Asli - Dari: fatchurza...@yahoo.co.id fatchurza...@yahoo.co.id Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Cc: Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi. Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas
Re: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Zardi® -Original Message- From: Brahmantyo Gunawan brm...@yahoo.com Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:32 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 'Tahu itu relatif Pak, bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti faham semuanya, misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu :-) Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja. Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika usaha EP Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan data seismik secara signifikandi WK Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing. Mengenai kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali tidak kalah dengan SDM di MNC tu.. Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk mendapat kesempatan/peluang. Salam. BKG (Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) - Pesan Asli - Dari: fatchurza...@yahoo.co.id fatchurza...@yahoo.co.id Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Cc: Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana investasi ke depan di Indonesia. ism Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi. Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pasti apa yang mereka minta diberi oleh NKRI. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:28 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana investasi ke depan di Indonesia. ism Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi. Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Total explorasi 24 block di Indonesia ? Mangkanya kok rasanya sibuk terus, kerja enggak berhenti henti dan gonta ganti subjek cepet cepet ya... On 9/13/12, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote: Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana investasi ke depan di Indonesia. ism Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi. Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryŽ -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
just curious, angka 47% itu dari total existing field yang ada di Indonesia, atau WK Pertamina 47% dari total wilayah kerja yang ada di Indonesia. Saya agak ragu kalau itu angka dari existing field. Salam, Andri Dari: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Kamis, 13 September 2012 15:14 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rekan Saya pernah posting di iagi millis pada saat Pak Rudi ini diangkat , mengenai kemampuan WaMen yang satu ini yang kurang lebih berbunyi rasanya beliau kurang mampu dibandingkan dengan Alm Mr W , al karena background ilmunya , semoga perkiraan saya salah , begitu komentar saya waktu itu. Ternyata berdasarkan tulisan dibawah ini kesangsian saya tidak salah , Semoga Allah SWT memaafkan saya. Bukannya menyetujui dan meng - amin -i niat PTM supaya produksinya jadi nomor satu sebagai satu National Oil Enterprise , malahan menentang . Dan.salah satu alasannya adalah .memerlukan biaya yang tinggi .dan teknologi . Heem rasa rendah diri salah satu ciri mantan warga negeri TERJAJAH. Semoga ak Dahlan Iskan berpendapat lain . Semoga pak Wamen membaca e-mail saya ini. si Abah From: Bandono Salim bandon...@gmail.come To: Iagi iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 1:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung. Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan? Aku tidak faham bagaimana menghitungnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ndang Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya Apa yang bikin dia berubah Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya si Abah From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Don Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang harus dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya. si Abah From: Bandono Salim bandon...@gmail.com To: Iagi iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9