RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-10-05 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Kartiko,

Anda betul, kalau ingin berkembang menjadi world class, Pertamina harus
menjadi independent atau TBK. Tetapi sekarang kendalanya masih tidak
memungkinkan. Hubungan dan saling membutuhkan antara Pertamina dan
Government masih sangat erat dan kental. Sekarang kalau pinjam dari luar
negeri, senadainya mengambil Total mungkin perlu pinjaman 1-3 miliard USD,
underlying-nya adalah Pemerintah Indonesia. Karena Pertamina belum TBK,
rating-nya (seperti Moody, Fitch,) belum ada. Jadi dia ikut country risk
Indonesia. Pertamina diuntungkan karena biasanya company'risk satu atau dua
notch lebih rendah dari country risk. Kalau lebih rendah, bunga pinjaman
lebih tinggi. Seperti sekarang country risk Indonesia sudah termasuk
investment grade. Seandainya Pertamina jadi TBK, ratingnya turun menjadi
non-investment grade hingga bunganya lebih tinggi. Sekarang karena belum
TBK, kalau ada default yang kena akirnya adalah NKRI. Artinya seakan-akan
Pemerintah melakukan investasi sendiri, dan Pertamina sebagai pelaksana.
Pemerintah sifatnya adalah risk averse; kebalikan dari Pertamina, risk
taker. Pemerintah takut karena Pemerintah harus menjaga keseimbangan APBN
yang perlu kepastian. Salah satu contoh ketakutan Pemerintah adalah mematok
Cost Recovery dalam APBN, meskipun ini tidak masuk akal dari sudut pandang
pelaku industri perminyakan.  

Salam,

HL Ong 


-Original Message-
From: kartiko samodro [mailto:kartiko.samo...@gmail.com] 
Sent: Thursday, October 04, 2012 7:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3

Exxon Mobil : NYSE : XOM
Repsol : NYSE : REP
Petronas  : Kuala Lumpur : PETD (downstream)
maybe next
Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA

sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau ingin
menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan migas dunia
lainnya.

On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote:
 Pak Ong Ysh.
 Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. 
 Apapun yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu 
 yang kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, 
 Pertamina tidak bisa menolak.
 Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia 
 dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti 
 Amerika, mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya 
 walaupun bukan BUMN apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat 
 sebelum Blok Cepu di award ke Mobil Oil didahului oleh kedatangan 
 Menlu Amerika Condoleza Rice ke Indonesia. Demikian juga waktu 
 Presiden Argentina mau menasionalisasi perusahaan minyak asing di 
 negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan BUMN Spayol dimana 
 Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini membuktikan betapa 
 kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak negaranya. Sangat 
 berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan berani mengorbankan
BUMNnya sendiri.
 Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg 
 salah kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total 
 mengelola blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya 
 dikelola oleh BUMN/PMN/NOC.
 Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena 
 pertimbangan saya bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin
melihat NOCnya besar.
 Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? 
 Rasanya kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari 
 segi produksi migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3.
 Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon 
 ma'af jika tidak berkenan

 Salam,

 MIK
 Powered by Telkomsel BlackBerryR

 -Original Message-
 From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
 Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi 
 Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Indra, trim atas masukannya.



 Pak Indra mengatakan:  Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti 
 tender seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok 
 Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, diberikan saja 
 persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya.



 Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas, 
 menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan 
 ketat?
 Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana 
 mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang 
 disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang 
 kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, 
 Pertamina tidak bisa menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, 
 cukup instruksi. Karena sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari 
 Pertamina nantinya, yang disalahkan bakalnya ya Pemerintah.



 Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina

RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-10-05 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Luthfi, Terima kasih atas koreksi.

HL Ong

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, September 27, 2012 9:07 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Pak Ong,

Sedikit tambahan, maaf ada yg terlewat terkait harus minta izin dari dua
instansi yaitu dari Pertamina dan dari Pemerintah.
Di era bpmigas dipimpin oleh pak RS, kontrak kerjasama (PSC) diamandemen
Pertamina diganti dengan BPMIGAS, jadi written consent-nya tidak lagi
dimintakan ke Pertamina tetapi ke BPMIGAS dan Pemerintah

Salam,



Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3 Pak Luthfi, 

Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi
kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya.

Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya.
Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri
Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum
F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan
memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin
disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya
tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi.
Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan
argumentasi yang memadai.  

Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya
adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated
company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan
dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang? 

Maaf kalau tidak berkenan.

Salam

Hl Ong   



-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com]
Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Lanjut Pak Ong,

Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment
laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent,
bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof
RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI.
Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore
dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan
Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan
(sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran
Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit
diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada
management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial
untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan
F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek,
terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu
mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari
akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. 


Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil..


Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: aluthfi...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca
tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ
(kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto
disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini,
waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel
Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina
harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke
Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi
NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh
beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan
Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum
kita? DO NOT GET

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-10-03 Terurut Topik kartiko samodro
Exxon Mobil : NYSE : XOM
Repsol : NYSE : REP
Petronas  : Kuala Lumpur : PETD (downstream)
maybe next
Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA

sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau
ingin menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan
migas dunia lainnya.

On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote:
 Pak Ong Ysh.
 Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun
 yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang
 kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina
 tidak bisa menolak.
 Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia
 dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti Amerika,
 mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya walaupun bukan BUMN
 apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat sebelum Blok Cepu di award ke
 Mobil Oil didahului oleh kedatangan Menlu Amerika Condoleza Rice ke
 Indonesia. Demikian juga waktu Presiden Argentina mau menasionalisasi
 perusahaan minyak asing di negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan
 BUMN Spayol dimana Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini
 membuktikan betapa kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak
 negaranya. Sangat berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan berani
 mengorbankan BUMNnya sendiri.
 Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg salah
 kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total mengelola
 blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya dikelola oleh
 BUMN/PMN/NOC.
 Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena pertimbangan saya
 bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin melihat NOCnya besar.
 Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? Rasanya
 kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari segi produksi
 migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3.
 Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon ma'af jika
 tidak berkenan

 Salam,

 MIK
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
 Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3
 Pak Indra, trim atas masukannya.



 Pak Indra mengatakan:  Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti
 tender
 seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini
 ke
 PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus
 dipenuhinya.



 Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas,
 menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan
 ketat?
 Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana
 mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang
 disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang
 kadang-kadang
 kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa
 menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, cukup instruksi. Karena
 sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari Pertamina nantinya, yang
 disalahkan bakalnya ya Pemerintah.



 Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina menanggung
 segala macam kerugian. Sebagai anak perusahaan Pemerintah, ini bukan
 persoalan besar. Kalau Pertamina rugi atau memerlukan colateral untuk
 pinjaman uang umpamanya, pasti default jatuh ke Pemerintah. Ingat Pertamina
 bukan perusahaan Tbk., jadi semua masih tangungan Pemerintah kalau ada
 default.



 Pak Indra,  Anda harus juga melihat dari kaca mata Pemerintah. Seperti saya
 utarakan Pemerintah adalah risk averse, artinya tida senang risiko, mau
 aman-aman saja. Investasi diharapkan dari luar, supaya risk zero. Pertamina
 dilain pihak adalah oil co. yang secara intrinsic adalah risk taker.
 Apalagi geologist, yang biasanya kerja dengan wildcat dengan probability of
 failure sampai 90%. Memang projek extension adalah safe, tapi safe-safenya
 juga masih berisiko karena faktor subsurface. Risiko failure masih 10-20%.
 Ditambah revolusi harga gas dunia penyebab gejolak harga yang tidak
 menentu.
 Risiko failure naik menjadi 30%. Bagi geologist ini kecil sekali karena
 kebiasaanya menanggulangi wildcat. Tapi bagaimana juga pada akirnya, kalau
 projek rugi ataupun gagal apapun sebabnya, yang harus menanggung risiko
 adalah Pemerintah, nobody else.



 Maaf Pak Indra kalau tidak berkenan. Memang kita beda pendapat. Anda
 melihat
 dari kacamata Pertamina. Saya melihat dari kacamata Pemerintah.



 Salam,



 Hl Ong



 From: ikusum...@gmail.com [mailto:ikusum...@gmail.com]
 Sent: Monday, October 01, 2012 2:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Fw: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3



 Powered by Telkomsel BlackBerryR

   _

 From: ikusum...@gmail.com

 Date

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-10-03 Terurut Topik Ok Taufik
Apa nyaman kalau sahamnya dikuasai sama TEMASEK Holdings misalnya, aman
singapore buat kelangsungan energynya, diolah di singapore jual ke pasar
Indonesia..sama seperti TELKOMSEL-Singtel  pasar terbesarnya di Indonesia,
keuntungan pemakaian pulsa maka 35 % buat pundi-pundi TEMASEK Holdings

2012/10/4 kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com

 Exxon Mobil : NYSE : XOM
 Repsol : NYSE : REP
 Petronas  : Kuala Lumpur : PETD (downstream)
 maybe next
 Pertamina : NYSE : PTM and JKSE : PTMA

 sepertinya memang sudah saatnya PTM menjadi perusahaan terbuka kalau
 ingin menjadi perusahaan yang maju dan berkembang seperti perusahaan
 migas dunia lainnya.

 On 10/3/12, ikusum...@gmail.com ikusum...@gmail.com wrote:
  Pak Ong Ysh.
  Seperti yg disampaikan Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah.
 Apapun
  yang disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang
  kadang-kadang kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina
  tidak bisa menolak.
  Dalam hal ini memang benar adanya, itulah bedanya Pemerintah Indonesia
  dengan pemerintah negara lain. Kalau pemerintah negara lain seperti
 Amerika,
  mereka justru mendukung keinginan perusahaan minyaknya walaupun bukan
 BUMN
  apalagi yg BUMN. Mungkin Pak Ong masih ingat sebelum Blok Cepu di award
 ke
  Mobil Oil didahului oleh kedatangan Menlu Amerika Condoleza Rice ke
  Indonesia. Demikian juga waktu Presiden Argentina mau menasionalisasi
  perusahaan minyak asing di negaranya yg salah satunya Repsol yg merupakan
  BUMN Spayol dimana Pemerintah Spanyol tidak bisa menerima. Hal ini
  membuktikan betapa kuatnya dukungan pemerintah thd perusahaan minyak
  negaranya. Sangat berbeda jauh dengan pemerintah Indonesia yg malahan
 berani
  mengorbankan BUMNnya sendiri.
  Dalam hal Blok Mahakam yg sudah akan expire kontraknya kan ngak ada yg
 salah
  kalau kontrak tidak diperpanjang? Sudah cukuplah rasanya Total mengelola
  blok ini 30 th + 20 th, biarlah blok ini selanjutnya dikelola oleh
  BUMN/PMN/NOC.
  Memang dalam hal ini kita berbeda pendapat Pak Ong, karena pertimbangan
 saya
  bukan hanya didasari sudut ekonomi semata, tapi ingin melihat NOCnya
 besar.
  Kalau bukan pemerintahnya sendiri yg akan membesarkan siapa lagi? Rasanya
  kinerja PTM yg sekarang sudah cukup bagus Pak Ong, dan dari segi produksi
  migas (boe) sudah no. 2 di Indonesia bukan no.3.
  Sekian dulu Pak Ong pendapat saya sebagai pensiunan PTM dan mohon ma'af
 jika
  tidak berkenan
 
  Salam,
 
  MIK
  Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
  -Original Message-
  From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
  Date: Tue, 2 Oct 2012 13:22:59
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
  Pertamina Cuma Nomor 3
  Pak Indra, trim atas masukannya.
 
 
 
  Pak Indra mengatakan:  Jadi karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti
  tender
  seperti usulan Pak Ong, maka pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini
  ke
  PTM agar jangan blank check, diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus
  dipenuhinya.
 
 
 
  Persaratan ketat yang harus dipenuhi Pertamina yang Anda sebut diatas,
  menurut saya tidak banyak artinya. Apa yang disebut dengan persaratan
  ketat?
  Persaratan ketat terhadapa apa dan dibandingkan dengan apa? Bagaimana
  mengukurnya? Pertamina adalah anak perusahaan Pemerintah. Apapun yang
  disaratkan oleh Pemerintah, Pertamina akan nurut. Sesuatu yang
  kadang-kadang
  kurang masuk akalpun kalau Pemerintah yang minta, Pertamina tidak bisa
  menolak. Jadi tidak perlu diberi persaratan, cukup instruksi. Karena
  sifatnya instruksi, kalau ada kesalahan dari Pertamina nantinya, yang
  disalahkan bakalnya ya Pemerintah.
 
 
 
  Mungkin salah satu sarat yang Anda minta adalah bahwa Pertamina
 menanggung
  segala macam kerugian. Sebagai anak perusahaan Pemerintah, ini bukan
  persoalan besar. Kalau Pertamina rugi atau memerlukan colateral untuk
  pinjaman uang umpamanya, pasti default jatuh ke Pemerintah. Ingat
 Pertamina
  bukan perusahaan Tbk., jadi semua masih tangungan Pemerintah kalau ada
  default.
 
 
 
  Pak Indra,  Anda harus juga melihat dari kaca mata Pemerintah. Seperti
 saya
  utarakan Pemerintah adalah risk averse, artinya tida senang risiko, mau
  aman-aman saja. Investasi diharapkan dari luar, supaya risk zero.
 Pertamina
  dilain pihak adalah oil co. yang secara intrinsic adalah risk taker.
  Apalagi geologist, yang biasanya kerja dengan wildcat dengan probability
 of
  failure sampai 90%. Memang projek extension adalah safe, tapi
 safe-safenya
  juga masih berisiko karena faktor subsurface. Risiko failure masih
 10-20%.
  Ditambah revolusi harga gas dunia penyebab gejolak harga yang tidak
  menentu.
  Risiko failure naik menjadi 30%. Bagi geologist ini kecil sekali karena
  kebiasaanya menanggulangi wildcat. Tapi bagaimana juga pada akirnya,
 kalau
  projek rugi ataupun gagal apapun sebabnya, yang harus menanggung risiko
  adalah Pemerintah, nobody else

Fw: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-10-01 Terurut Topik ikusuma54

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: ikusum...@gmail.com
Date: Mon, 1 Oct 2012 01:56:44 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: ikusum...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Pak Ong Ysh.
Pang Ong wrote :
Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender 
terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti 
halnya tender blok baru. 
Menurut saya utk suatu blok yg sudah berakhir kontraknya dan masih punya 
potensi Migas yg besar seyogyanya ditawarkan ke BUMN (PTM) terlebih dahulu. 
Begitu juga dengan Blok baru seharusnya ditawarkan dahulu ke Pertamina sebelum 
ditawarkan ke perusahaan Migas lain. Dalam hal ini apa yg dilakukan pemerintah 
sudah sesuai dengan ketentuan UU. Rasanya pemerintah tidak akan 
mengizinkan/membolehkan/melarang PTM mengikuti tender utk mendapatkan blok 
Migas di negara sendiri, itulah previlege yg diberikan pemerintah kepada PTM. 
Namun sayangnya dalam implementasinya dengan berbagai macam alasan previlege 
ini jarang diaplikasikan. Why? Karena banyaknya kepentingan bermain. Jadi 
karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka 
pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, 
diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Seyogyanya keuntungan 
yg dilihat bukan keuntungan finansial semata, tapi yg jauh lebih penting adalah 
mengamankan kebutuhan energi dalam negeri. Saya kira itulah yg dilakukan oleh 
negara2 lain, baik sebagai penghasil migas maupun tidak, spt halnya Malaysia 
dan China. 
Saya pribadi menginginkan adanya suatu PMN (NOC) di negara ini, kalau tidak 
didukung oleh pemerintahnya siapa lagi yg diharapkan. Janganla kita berfikiran 
terlalu liberal yg menyebabkan kita hanya jadi penonton di negara sendiri, 
alangkah menyedihkannya
Mohon ma'af kalau tidak berkenan

Salam,

MIK 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
Date: Mon, 1 Oct 2012 06:25:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Pak Rovicky.

 

Rambu-rambu terukur.

 

Betul Pak Rovicky, kita perlu memberikan preference dan kemudahan kepada
Pertamina tetapi bukan blank cek. Kita harus memberikan rambu-rambu yang
bisa kita ukur. Hal ini karena kepentingan Pertamina dan Pemerintah tidak
selalu sejalan, dan bahkan ada kalanya bertentangan. Pemerintah memikirkan
Negara secara keseluruhan. Sedangkan Pertamina khusus untuk migas dan
kemajuan perusahaan. 

 

Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender
terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti
halnya tender blok baru. Umpama dalam hal Mahakam, bisa diundang Total dan
Inpex, sendiri-sendiri. Keduanya sudah mengetahui betul kondisi lapangan.
Kriteria tender yang dipakai bisa macam-macam. Salah satu adalah menggunakan
Net Present Value (NPV) bagi keuntungan Negara. Kita pakai NPV full cycle
waktu memasukan POD. Pengikut tender terbatas menghitung keuntungan yang
akan diberikan kepada Pemerintah dengan mengunakan suatu discount rate
tertentu, umpama 10%. Pemenang tender adalah yang memberikan keuntungan NPV
tertinggi kepada Negara (bukan kepada Pertamina). Umpama salah satu peserta
tender memberikan harga paling tinggi 100. Pertamina sebagai perusahaan
Negara diberi preference, umpamanya sebesar 10%.  Kalau Pertamina memasukkan
tender dengan NPV antara 90-100,  kita memenangkan Pertamina. Namun kalau
Pertamina memasukan NPV dibawah 90, Pertamina kalah. Kita juga bisa
memberikan preference yang lebih tinggi kepada Pertamina, umpama 50. Artinya
kalau Pertamina waktu memasukan tender memberi kepada Negara hanya 50, kita
tetap berikan kepada Pertamina. 

 

Yang saya maksudkan sebagai blank cek diberikan kepada Pertamina adalah
pembatasan. Bukan at any cost. Bagaimana kalau Pertamina hanya memberikan
NPV zero kepada Negara, sedangkan pemenang tender 100. Apakah kita tetap
ingin memilih Pertamina. Apakah National pride at any cost, even if the NPV
is zero? Kan tidak. Keseimbangan angka preference inilah yang ingin kita
cari. 

 

Parameter lain yang bisa dipakai adalah facilitas produksi yang diserahkan
kepada Pemerintah (Note: bukan milik Pertamina) pada akir kontrak. Pada
waktu bidding, Pertamina diberi preference untuk menggunakan semua
production facilities yang ada free. Namun demikian facilitas tsb. perlu
ditentukan berapa harganya  dan kepada pengikut tender lainnya diharuskan
sewa. Memang harga buku untuk production facilities sudah nil, tetapi kita
pakai replacemnt value. Kembali evaluasi tender dilakukan berdasarkan NPV
bagi Negara.  

 

NPV adalah keuntungan yang dijanjikan para pengikut tender. Belum tentu
mereka bisa tepati. Untuk ini saya  mengusulkan dipakai rambu-rambu Cost
Recovery Limit atau cost over revenue yang

RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-30 Terurut Topik Ong Han Ling
 tanah yang pemiliknya tidak diketahui. Waktu itu
mungkin ada tanah kosong lalu dibangun kompleks ataupun dibangun pabrik,
tanpa izin apa-apa.  Jadi untuk dijadikan pemilik  atau modal/asset perlu UU
Agraria dirubah untuk akomodir hal-hal tsb. Ini tidak akan mudah dan perlu
waktu. Kalau tidak salah sudah lebih dari 10 tahun asset Pertmina diteliti
tapi sampai sekarang belum konklusif. Padahal aset adalah step pertama yang
harus dilakukan untuk pembukuan yang benar dan merupakan persaratan utama
untuk perusahaan TBK. 

 

Selain itu yang lebih penting adalah ketergantungan Pemerintah kepada
Pertamina dan seballiknya. Pemerintah masih memerlukan Pertamina untuk
menalangi biaya-biaya CSR seperti subsidi BBM yang tiap tahun membengkak dan
akir-akir ini pemakain BBG. Dilain pihak, Pertamina juga menerima
proyek-proyek monopoli yang sangat menguntungkan dari Pemerintah. Ini
membuat kesulitan untuk Pertamina berdiri sendiri sebagai TBK. Adalah
bagusnya kalau hubungan ini bisa diputus. Ini merupakan hadiah terbesar yang
bisa diberikan Pemerintah kepada Pertamina supaya bisa independent dan
akirnya accountable to the public. Tapi kalau diputuskan siapa yang akan
menaggulangi subsidi BBM yang begitu besar?

 

Jadi rasa-rasanya masih jauh untuk Pertamina dijadikan Tbk. Memang ada arah
kesana tetapi masih terlalu dini dan banyak kendalanya termasuk perlunya
perubahan (dan pembuatan) beberapa undang-undang dan peraturan. 

 

Salam,

 

HL Ong

 

  

 

 

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, September 27, 2012 7:23 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3

 

2012/9/27 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg

Pak Andang, saya kira kita banyak miss nya. Mungkin apa yang saya tulis
kurang jelas.  Perbedaan yang saya lihat ada dua hal. Menurut Anda,
Pertamina adalah kepanjangan dari Pemerintah. Memang betul tetapi
kepentigannya tidak selalu sejalan. Perbedaan kedua, kalau saya tidak salah
tangkap, adalah bahwa saya menyarankan untuk  Mahakam extension diberikan ke
Total. Saya tidak pernah mengatakan demikian.


Saya menangkap dari Pak Ong ini utamanya seperti tulisan sebelumnya bila
asset negara akan diberikan ke Pertamina sebagai operator, yaitu : 
quote  Jangan diberikan blank cek. Sebaiknya Pertamina diberikan
rambu-rambu dan pembatasan yang terukur hingga bisa dilakukan evaluasi
secara kwantitatip. Harus ada escape clause seandainya  tidak berhasil. Risk
analysis perlu dilakukan.

 

Saya kira yang ditulis diatas (rambu-rambu) itu yang perlu disiapkan bila
pertamina menjadi operator apapun. Tentunya perlunya rambu-rambu berlaku
tidak hanya pada mahakam dan juga tidak hanya pada kegiatan eksplorasi
tetapi juga produksi bahkan distribusi. Rambu-rambu itu saya yakin perlu
dimiliki oleh stake holder Pertamina. Bahkan saya yakin rambu ini diperlukan
untuk membantu manajemen pertamina memperbaiki diri. 

Memang setiap rambu akan terkesan 'membatasi ruang gerak', namun saya kira
perusahaan swasta (MNC)pun juga punya rambu, supaya jalannya lurus. Mungkin
Pak Ong dapat memberikan contoh-contoh rambu yang diperlukan Pertamina.
Nah dalam hal pengawasan, ini akan menjadi efisien dan efektif bila
Pertamina menjadi perusahaan terbuka, walau hanya 5% di bursa saham. Ya di
bursa saha, bukan 5% sebagai ownership kepemilikan. Dengan keterbukaan
informasi publik ini maka yg mengawasi menjadi beragam.

Kalau belum memungkinkan Pertamina Persero menjadi terbuka semuanya, mungkin
PHE dapat dipakai sebagai uji coba dibuka IPO di BEJ. Syukur-syukur IAGI
diberi jatah 0.001% saja sebagai modal kerja organisasi ;-)  mimpi kali
yeee.

Info tambahan.
Seingat saya IAGI pernah mengusulkan ke DPR (lupa kapan RDPnya), yang isinya
IAGI menyarankan setiap perusahaan (satu Blok PSC) yg sudah berproduksi
diatas 10 000 BOePD diwajibkan membuka IPO di BEJ minimal 5%. Kalau ini
berhasil tentunya dunia migas Indonesia menjadi milik publik (rakyat) akan
terjadi dengan sendirinya.


Salam pagi
rdp
-- 
Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari



Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-30 Terurut Topik ikusuma54
Pak Ong Ysh.
Pang Ong wrote :
Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender 
terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti 
halnya tender blok baru. 
Menurut saya utk suatu blok yg sudah berakhir kontraknya dan masih punya 
potensi Migas yg besar seyogyanya ditawarkan ke BUMN (PTM) terlebih dahulu. 
Begitu juga dengan Blok baru seharusnya ditawarkan dahulu ke Pertamina sebelum 
ditawarkan ke perusahaan Migas lain. Dalam hal ini apa yg dilakukan pemerintah 
sudah sesuai dengan ketentuan UU. Rasanya pemerintah tidak akan 
mengizinkan/membolehkan/melarang PTM mengikuti tender utk mendapatkan blok 
Migas di negara sendiri, itulah previlege yg diberikan pemerintah kepada PTM. 
Namun sayangnya dalam implementasinya dengan berbagai macam alasan previlege 
ini jarang diaplikasikan. Why? Karena banyaknya kepentingan bermain. Jadi 
karena PTM tidak diizinkan utk mengikuti tender seperti usulan Pak Ong, maka 
pemerintah dalam memberikan blok Mahakam ini ke PTM agar jangan blank check, 
diberikan saja persyaratan2 ketat yg harus dipenuhinya. Seyogyanya keuntungan 
yg dilihat bukan keuntungan finansial semata, tapi yg jauh lebih penting adalah 
mengamankan kebutuhan energi dalam negeri. Saya kira itulah yg dilakukan oleh 
negara2 lain, baik sebagai penghasil migas maupun tidak, spt halnya Malaysia 
dan China. 
Saya pribadi menginginkan adanya suatu PMN (NOC) di negara ini, kalau tidak 
didukung oleh pemerintahnya siapa lagi yg diharapkan. Janganla kita berfikiran 
terlalu liberal yg menyebabkan kita hanya jadi penonton di negara sendiri, 
alangkah menyedihkannya
Mohon ma'af kalau tidak berkenan

Salam,

MIK 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
Date: Mon, 1 Oct 2012 06:25:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Pak Rovicky.

 

Rambu-rambu terukur.

 

Betul Pak Rovicky, kita perlu memberikan preference dan kemudahan kepada
Pertamina tetapi bukan blank cek. Kita harus memberikan rambu-rambu yang
bisa kita ukur. Hal ini karena kepentingan Pertamina dan Pemerintah tidak
selalu sejalan, dan bahkan ada kalanya bertentangan. Pemerintah memikirkan
Negara secara keseluruhan. Sedangkan Pertamina khusus untuk migas dan
kemajuan perusahaan. 

 

Saya usulkan untuk kebaikan Negara, untuk semua extension dilakukan tender
terbatas dan terbuka. Perusahaan yang diundang termasuk Pertamina, seperti
halnya tender blok baru. Umpama dalam hal Mahakam, bisa diundang Total dan
Inpex, sendiri-sendiri. Keduanya sudah mengetahui betul kondisi lapangan.
Kriteria tender yang dipakai bisa macam-macam. Salah satu adalah menggunakan
Net Present Value (NPV) bagi keuntungan Negara. Kita pakai NPV full cycle
waktu memasukan POD. Pengikut tender terbatas menghitung keuntungan yang
akan diberikan kepada Pemerintah dengan mengunakan suatu discount rate
tertentu, umpama 10%. Pemenang tender adalah yang memberikan keuntungan NPV
tertinggi kepada Negara (bukan kepada Pertamina). Umpama salah satu peserta
tender memberikan harga paling tinggi 100. Pertamina sebagai perusahaan
Negara diberi preference, umpamanya sebesar 10%.  Kalau Pertamina memasukkan
tender dengan NPV antara 90-100,  kita memenangkan Pertamina. Namun kalau
Pertamina memasukan NPV dibawah 90, Pertamina kalah. Kita juga bisa
memberikan preference yang lebih tinggi kepada Pertamina, umpama 50. Artinya
kalau Pertamina waktu memasukan tender memberi kepada Negara hanya 50, kita
tetap berikan kepada Pertamina. 

 

Yang saya maksudkan sebagai blank cek diberikan kepada Pertamina adalah
pembatasan. Bukan at any cost. Bagaimana kalau Pertamina hanya memberikan
NPV zero kepada Negara, sedangkan pemenang tender 100. Apakah kita tetap
ingin memilih Pertamina. Apakah National pride at any cost, even if the NPV
is zero? Kan tidak. Keseimbangan angka preference inilah yang ingin kita
cari. 

 

Parameter lain yang bisa dipakai adalah facilitas produksi yang diserahkan
kepada Pemerintah (Note: bukan milik Pertamina) pada akir kontrak. Pada
waktu bidding, Pertamina diberi preference untuk menggunakan semua
production facilities yang ada free. Namun demikian facilitas tsb. perlu
ditentukan berapa harganya  dan kepada pengikut tender lainnya diharuskan
sewa. Memang harga buku untuk production facilities sudah nil, tetapi kita
pakai replacemnt value. Kembali evaluasi tender dilakukan berdasarkan NPV
bagi Negara.  

 

NPV adalah keuntungan yang dijanjikan para pengikut tender. Belum tentu
mereka bisa tepati. Untuk ini saya  mengusulkan dipakai rambu-rambu Cost
Recovery Limit atau cost over revenue yang merupakan ciri khas suatu PSC.
CRL memberikan kepastian kepada Negara berapa besarnya uang setiap tahun
akan diterima. Besarnya CRL sebaiknya sekitar 40-60%, yaitu range yang umum
dan diikuti 75% PSC dunia.  

 

Besarnya preference NPV yang akan kita berikan untuk

RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Luthfi, 

Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi
kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya.

Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya.
Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri
Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum
F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan
memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin
disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya
tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi.
Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan
argumentasi yang memadai.  

Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya
adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated
company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan
dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang? 

Maaf kalau tidak berkenan.

Salam

Hl Ong   



-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Lanjut Pak Ong,

Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment
laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent,
bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof
RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI.
Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore
dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan
Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan
(sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran
Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit
diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada
management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial
untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan
F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek,
terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu
mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari
akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. 


Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil..


Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: aluthfi...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca
tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ
(kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto
disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini,
waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel
Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina
harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke
Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi
NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh
beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan
Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum
kita? DO NOT GET IT

Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina
membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini
bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender
Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ
menjadi Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana
suasana panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu
bisa tanya, pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak
bisa didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas
ibarat masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian
Pertamina membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya
Pertamina memiliki interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada
yang melaporkan ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina
monopoli di ONWJ dinilai melanggar UU anti monopoli, jadilah

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2012/9/27 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg

 Pak Andang, saya kira kita banyak “miss” nya. Mungkin apa yang saya tulis
 kurang jelas.  Perbedaan yang saya lihat ada dua hal. Menurut Anda,
 Pertamina adalah kepanjangan dari Pemerintah. Memang betul tetapi
 kepentigannya tidak selalu sejalan. Perbedaan kedua, kalau saya tidak salah
 tangkap, adalah bahwa saya menyarankan untuk  Mahakam extension diberikan
 ke Total. Saya tidak pernah mengatakan demikian.


Saya menangkap dari Pak Ong ini utamanya seperti tulisan sebelumnya bila
asset negara akan diberikan ke Pertamina sebagai operator, yaitu :
quote  *Jangan diberikan blank cek.* Sebaiknya Pertamina diberikan
*rambu-rambu
dan pembatasan yang terukur* hingga bisa dilakukan evaluasi secara
kwantitatip. Harus ada escape clause seandainya  tidak berhasil. Risk
analysis perlu dilakukan.

Saya kira yang ditulis diatas (rambu-rambu) itu yang perlu disiapkan bila
pertamina menjadi operator apapun. Tentunya perlunya rambu-rambu berlaku
tidak hanya pada mahakam dan juga tidak hanya pada kegiatan eksplorasi
tetapi juga produksi bahkan distribusi. Rambu-rambu itu saya yakin perlu
dimiliki oleh stake holder Pertamina. Bahkan saya yakin rambu ini
diperlukan untuk membantu manajemen pertamina memperbaiki diri.

Memang setiap rambu akan terkesan 'membatasi ruang gerak', namun saya kira
perusahaan swasta (MNC)pun juga punya rambu, supaya jalannya lurus. Mungkin
Pak Ong dapat memberikan contoh-contoh rambu yang diperlukan Pertamina.
Nah dalam hal pengawasan, ini akan menjadi efisien dan efektif bila
Pertamina menjadi perusahaan terbuka, walau hanya 5% di bursa saham. Ya di
bursa saha, bukan 5% sebagai ownership kepemilikan. Dengan keterbukaan
informasi publik ini maka yg mengawasi menjadi beragam.

Kalau belum memungkinkan Pertamina Persero menjadi terbuka semuanya,
mungkin PHE dapat dipakai sebagai uji coba dibuka IPO di BEJ. Syukur-syukur
IAGI diberi jatah 0.001% saja sebagai modal kerja organisasi ;-)  mimpi
kali yeee.

Info tambahan.
Seingat saya IAGI pernah mengusulkan ke DPR (lupa kapan RDPnya), yang
isinya IAGI menyarankan setiap perusahaan (satu Blok PSC) yg sudah
berproduksi diatas 10 000 BOePD diwajibkan membuka IPO di BEJ minimal 5%.
Kalau ini berhasil tentunya dunia migas Indonesia menjadi milik publik
(rakyat) akan terjadi dengan sendirinya.


Salam pagi
rdp
-- 
*Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik aluthfi143

Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya 
terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka 
pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang 
belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya 
bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari 
pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para 
pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses 
pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya.  

Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri 
mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. 
Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah 
menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada 
waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya 
memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam 
bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam 
Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap 
tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura 
terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, 
sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). 
Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) 
hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg 
membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali 
yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major 
suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. 
Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan 
utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi 
kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, 
CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir 
ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam 
majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun yang menghalangi rencana 
kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu negara. Sedangkan John 
Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah tersebut, salah satu 
ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset Tangguh. Sejak itu saya 
bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa ExxonMobil dan bp tak akan 
hengkang dari Indonesia karena Esso ada di Natuna D-Alpha dan Mobil/Ampolec ada 
di TAC Cepu bersama Humpuss. Apa yang terjadi sekarang persis seperti apa yang 
dilaporkan majalah Fortune tsb. ExxonMobil dengan kekuatannya mendapatkan blok 
Cepu (wait  see for East Natuna). Sedangkan bp hanya mempertahankan Tangguh, 
dengan satu persatu melepas blok Kangean (lap Pagerungan, Terang-Sirasun-Batur) 
ke EMP, blok Muriah (lap Kepodang) ke Petronas, dan ONWJ ke Pertamina. 

Itulah the Super Major dengan perencanaan jangka panjang dan kekuatannya. 
Apakah Pertamina punya Perencanaan Jangka Panjang? Jawabnya punya. Jaman Orde 
Baru, Pertamina punya Renkorp 5 tahunan (Rencana Korporat 5 Tahunan disesuaikan 
dengan Repelita), karena jaman Orde Baru, Super Body Perencanaan adalah 
BAPENAS. Setelah diberlakukan UU Migas 22/2001, Pertamina oleh pemerintah 
di-redefine melalui PP 31/2003 menjadi Pertamina seperti sekarang ini. Apakah 
Pertamina sekarang punya Rencana Jangka Panjang?. Jawabnya punya, goal jangka 
panjangnya seperti disampaikan oleh pimpinan Pertamina yaitu berproduksi 1 juta 
boepd @ 2015. Strateginya pengembangan organik (aset eksisting) dan an-organik 
(akuisisi). Implementasi an-organik adalah akuisisi di luar negeri dan di dalam 
negeri. Akuisisi di dalam negeri al. ONWJ, minta ke pemerintah blok Cepu kurang 
berhasil, minta WMO 100% mendapatkan 80% (yaah apa boleh bua), sekarang minta 
blok Mahakam  banyak yang meragukan termasuk wamen ESDM. Maka tak salah kalau 
DPRRI dalam sidang Paripurna Hak Angket BBM berkesimpulan bahwa UU Migas 
22/2001 Lebih Pro Asing dan Harus di-Revisi, sekarang sedang ramai 
membicarakan revisi.

Maaf Pak Ong, email saya yang panjang diatas tidak bermaksud menggurui Pak Ong, 
hanya sebagai sharing lesson learnt saja barang kali bermanfaat untuk para 
netters. 

Salam Hormat, pak Ong tetap sebagai guru saya. 

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Pak Luthfi, 

Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik batu gamping
Pak Ludfi dan Pak Ong
 
Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau 
waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang
 
Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di 
Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super 
major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. 
Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan 
saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua orang 
bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah menanggung 
kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi kurang kebih 
8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau 
PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang 
segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special treatment. Kenapa 
kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka 
suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang 
sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum 
pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang 
mana dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama 
PERTAMINA. Jangan setelah
 ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. 
Maaf kalau kurang berkenan
 
salam
Yusak



From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3


Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya 
terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka 
pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang 
belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya 
bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari 
pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para 
pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses 
pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya.  

Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri 
mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. 
Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah 
menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada 
waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya 
memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam 
bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone mengancam 
Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. Iswaran tetap 
tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie walaupun Singapura 
terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, 
sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). 
Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) 
hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg 
membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini barangkali 
yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap super major 
suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range planning-nya. 
Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 dengan laporan 
utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati CITICORP, posisi 
kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), Total-FinaElf, 
CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene (Presdir 
ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu itu) dalam 
majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun yang menghalangi rencana 
kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu negara. Sedangkan John 
Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah
 tersebut, salah satu ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset 
Tangguh. Sejak itu saya bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa 
ExxonMobil dan bp tak akan hengkang dari Indonesia karena Esso ada di Natuna 
D-Alpha dan Mobil/Ampolec ada di TAC Cepu bersama Humpuss. Apa yang terjadi 
sekarang persis seperti apa yang dilaporkan majalah Fortune tsb. ExxonMobil 
dengan kekuatannya mendapatkan blok Cepu (wait  see for East Natuna). 
Sedangkan bp hanya mempertahankan Tangguh, dengan satu persatu melepas blok 
Kangean (lap Pagerungan, Terang-Sirasun-Batur) ke EMP, blok Muriah (lap 
Kepodang) ke Petronas, dan ONWJ ke Pertamina. 

Itulah the Super Major dengan perencanaan jangka panjang dan

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik Ok Taufik
Pak Gamping:),

Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan
oil comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina
harus mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap
melakukan special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan
informasinya bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal
action karena melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender.






2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com

 Pak Ludfi dan Pak Ong

 Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau
 waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang

 Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block
 di Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu
 super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika.
 Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di
 menangkan saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian
 mungkin semua orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak
 PERTAMINA sudah menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar
 (dan masih akan rugi kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama
 dengan pak Ludfi dan pak Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut,
 kenapa PERTAMINA harus ikutan lelang segala? dimana mana yang namanya NOC
 Harusnya ada special treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini?
 wong negara kita, blok punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau
 dikasih PERTAMINA memangnya kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang
 kagak saya habis mengerti. Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah
 mengadakan tender, harusnya tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana
 dan kasih blok tersebut. baru di tenderkan yang tidak akan diambil sama
 PERTAMINA. Jangan setelah ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi
 dengan perusahaan lain.
 Maaf kalau kurang berkenan

 salam
 Yusak

   *From:* aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Thursday, September 27, 2012 7:54 AM

 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3


 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya
 terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah
 mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
 Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
 dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang
 belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya
 hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb
 dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb
 dengan para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done,
 sehingga proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina
 sebagai pemenangnya.

 Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina
 sendiri mengapa diizinkan untuk
 dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat
 tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya
 pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina
 nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena
 inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu.
 Sebagai bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun
 Bernie Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di
 Singapore, tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or
 leave it Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T
 (pemasukan Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1
 T).
 Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters)
 hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg
 membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini
 barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap
 super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range
 planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal
 2000 dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset
 ditempati CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+
 Arco), Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan
 Raymon Rene (Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon
 mobil waktu itu) dalam majalah tersebut kami sekarang the bigest, siapapun
 yang menghalangi rencana kami, akan kami tembus apapun caranya walaupun itu
 negara. Sedangkan John Brown (CEO bp waktu itu) menyatakan dalam majalah
 tersebut, salah satu ketertarikan merger dengan Amoco (+Arco) adalah aset
 Tangguh. Sejak itu saya bilang ke Pertamina (saya masih di Pertamina) bahwa
 ExxonMobil dan bp tak akan hengkang dari Indonesia karena Esso ada di

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik aluthfi143

Pak Ong,

Sedikit tambahan, maaf ada yg terlewat terkait harus minta izin dari dua 
instansi yaitu dari Pertamina dan
dari Pemerintah.
Di era bpmigas dipimpin oleh pak RS, kontrak kerjasama (PSC) diamandemen 
Pertamina diganti dengan BPMIGAS, jadi written consent-nya tidak lagi 
dimintakan ke Pertamina tetapi ke BPMIGAS dan Pemerintah

Salam,



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg
Date: Thu, 27 Sep 2012 00:34:08 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Pak Luthfi, 

Saya ingin memberi comment terhadap comment Anda karena hanya dengan diskusi
kita bisa mendapatkan hasil akir yang terbaik bagi kita semuanya.

Perihal contoh untuk Formula 1, Anda jeli dan jitu sekali penglihatannya.
Contoh ini sepatutnya kita tiru. Bagaimana kegigihan D.Iswaran, Menteri
Perindustrian dan Perdagangan memperjuangkan Singapore sampai sehari sebelum
F1. Kita harus belajar dan meniru dari mereka. Iswaran ngotot dengan
memberikan argumentasi yang kuat. Ngak tau message apa yang ingin
disampaikan oleh Pak Luthfi dengan memasukan ceritera F 1; tapi yang saya
tangkap adalah Jangan gampang menyerah, cari segala macam argumentasi.
Sedangkan kita biasanya ngotot Pokoknya harus... tanpa memberikan
argumentasi yang memadai.  

Perihal ONWJ yang sahamnya ditawarkan oleh BP di London. Pertanyaan saya
adalah, dalam PSC tercantum bahwa jika perusahaan dibeli oleh non-affiliated
company maka BP harus minta izin dari dua instansi yaitu dari Pertamina dan
dari Pemerintah. Apakah mereka pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang? 

Maaf kalau tidak berkenan.

Salam

Hl Ong   



-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
Sent: Monday, September 24, 2012 1:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Lanjut Pak Ong,

Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment
laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent,
bahkan sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof
RRR bahkan para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI.
Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore
dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan
Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan
(sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran
Singapura ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit
diyakinkan. Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada
management F1, tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial
untuk Singapura dari penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan
F1-nya. Ternyata bangsa singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek,
terlihat bagaimana gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu
mencontoh D. Iswaran tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari
akdemisi, pejabat maupun komponen anak bangsa lainnya. 


Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil..


Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: aluthfi...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca
tulisan Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ
(kayaknya ada yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto
disusul dengan sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini,
waktu di Yogya sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel
Melia Purosani tempat PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina
harus bayar ke BP, kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke
Pertamina? Right or wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi
NEGARA dalam hal ini. Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh
beli, kalau yg beli itu perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan
Negara duit Negara kok beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum
kita? DO NOT GET IT

Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina
membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini
bp ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender
Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik batu gamping
Om OK
Makanya sebelum di tender pertamina di tanya dulu mau yang mana.
 
Di Brazil semua blok yang bagus bagus di kasih petrobas dulu. di malaysia, 
petronas dulu
Yusak



From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 27, 2012 8:59 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3


Pak Gamping:),

Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan oil 
comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina harus 
mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap melakukan 
special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan informasinya 
bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal action karena 
melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender.





 
2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com

Pak Ludfi dan Pak Ong
 
Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau 
waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang
 
Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di 
Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu super 
major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika. 
Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan 
saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua 
orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah 
menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi 
kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak 
Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan 
lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special 
treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok punya 
kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya kenapa 
kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. Kalau kita 
sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya tanya ke 
PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru di 
tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah
 ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain. 
Maaf kalau kurang berkenan
 
salam
Yusak


From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM 

Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3



Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya 
terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka 
pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang 
belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya hanya 
bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb dari 
pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan para 
pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga proses 
pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai pemenangnya.  

Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri 
mengapa diizinkan untuk
dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat tinggi. 
Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya pemerintah 
menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina nanti pada 
waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena inilah saya 
memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai bangsa dalam 
bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie Electone 
mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, tetapi D. 
Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it Bernie 
walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan 
Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). 
Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) 
hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg 
membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini 
barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap 
super major suda jelas akan menekan siapapun untuk menggoalkan long range 
planning-nya. Kalau pak Ong pernah membaca majalah Fortune terbitan awal 2000 
dengan laporan utama Mega Merger, posisi teratas berdasarkan aset ditempati 
CITICORP, posisi kedua dan seterusnya EXXON MOBIL, BP-Amoco (+ Arco), 
Total-FinaElf, CONOCO-PHILLIPS, DAIMLER-CHRYSLER, dst. Pernyataan Raymon Rene 
(Presdir ExxonMobile waktu itu) dan Lucionoto (wapresdir exxon mobil waktu 
itu) dalam majalah tersebut kami sekarang

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-26 Terurut Topik Ery Arifullah
Pak,
Jangan-jangan UU Migas dan UU lain yg saling melengkapi/terkait satu sama lain, 
juga tidak mengijinkan pemerintah bertanya dulu ke Pertamina. 
Pertamina bisa dapat hak khusus, tapi UU nya harus dirubah dulu dan harus 
mendapat persetujuan DPR (di dalamnya tentu banyak bargainning politik 
ketimbang aspek lainnya).
Ery 

Sent from my iPad

On 27 Sep 2012, at 10:07, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote:

 Om OK
 Makanya sebelum di tender pertamina di tanya dulu mau yang mana.
  
 Di Brazil semua blok yang bagus bagus di kasih petrobas dulu. di malaysia, 
 petronas dulu
 Yusak
 
 From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Sent: Thursday, September 27, 2012 8:59 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi 
 Pertamina Cuma Nomor 3
 
 Pak Gamping:),
  
 Setelah UU migas terbaru di keluarkan posisi pertamina kan sama lah dengan 
 oil comany lain, maka langkah bisnis yang harus dilalui oleh pertamina harus 
 mengikuti kaidah bisnis yang berlaku di pasar. kalau pemerintah tetap 
 melakukan special treatment untuk menyayangi pertamina sekecil apapun dan 
 informasinya bocor ke khalayak umum, maka pemerintah bisa dikenakan legal 
 action karena melakukan upaya persaingan tidak sehat pada peserta tender.
  
  
  
 
 
  
 2012/9/27 batu gamping bgamp...@yahoo.com
 Pak Ludfi dan Pak Ong
  
 Ikut komentar dengan pernyataan: .Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau 
 waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk dilelang
  
 Kejadian yang hampir sama waktu pelelangan terbuka salah satu hot block di 
 Indonesia Timur (2008), PERTAMINA yang menggandeng/ digandeng salah satu 
 super major kalah, yang menang adalah salah satu perusahaan asal Amerika.
 Ramai sekali berita berita di koran yang intinya mengapa tidak di menangkan 
 saja ke PERTAMINA kan perusahaan nasional. 3 tahun kemudian mungkin semua 
 orang bersyukur PERTAMINA untung kagak menang kalau tidak PERTAMINA sudah 
 menanggung kerugian sebanyak kurang lebih 60 juta dollar (dan masih akan rugi 
 kurang kebih 8 juta an lagi). Pemikiran saya sama dengan pak Ludfi dan pak 
 Ong: Kalau PERTAMINA suka dengan blok tersebut, kenapa PERTAMINA harus ikutan 
 lelang segala? dimana mana yang namanya NOC Harusnya ada special 
 treatment. Kenapa kita malu malu dengan hal ini? wong negara kita, blok 
 punya kita, ya semua suka suka kita donk, mau dikasih PERTAMINA memangnya 
 kenapa kagak boleh?? itu yang sampai sekarang kagak saya habis mengerti. 
 Kalau kita sayang PERTAMINA, sebelum pemerintah mengadakan tender, harusnya 
 tanya ke PERTAMINA, kalian mau blok yang mana dan kasih blok tersebut. baru 
 di tenderkan yang tidak akan diambil sama PERTAMINA. Jangan setelah 
 ditenderkan, PErtamina disuruh ikut dan kompetisi dengan perusahaan lain.
 Maaf kalau kurang berkenan
  
 salam
 Yusak
 
 From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Sent: Thursday, September 27, 2012 7:54 AM
 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi 
 Pertamina Cuma Nomor 3
 
 
 Selamat pagi Pak Ong, terima kasih pak Ong atas komentar dan pencerahannya 
 terkait email saya tentang hal tsb diatas. Pertanyaan pak Ong Apakah mereka 
 pernah minta izin untuk dilelang secara umum?
 Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri mengapa diizinkan untuk
 dilelang?, ini mengindikasikan bahwa memang belantara di bpmigas ada yang 
 belum terpetakan oleh pak Ong. Terkait pertanyaan pak Ong ini, maaf saya 
 hanya bisa sebut satu nama saja dari bp dalam proses mendapatkan ijin tsb 
 dari pemerintah. William (presiden bp Indonesia) membicarakan hal tsb dengan 
 para pejabat sampai menjelang pagi sampai legal-formalnya done, sehingga 
 proses pelelangan tsb dilanjutkan sampai penunjukan Pertamina sebagai 
 pemenangnya.  
 
 Sedangkan pertanyaan pak Ong Kalau waktu itu ingin diambil Pertamina sendiri 
 mengapa diizinkan untuk
 dilelang?, ini mengindikasikan bahwa rasa nasionalisme pak Ong sangat 
 tinggi. Pikiran saya juga sejalan dengan pertanyaan pak Ong, mestinya 
 pemerintah menolak William, dan bilang ONWJ akan diberikan kepada Pertamina 
 nanti pada waktu kontrak habis karena blok ini diminta Pertamina. Karena 
 inilah saya memuat ilustrasi F1 Singapore dalam email saya terdahulu. Sebagai 
 bangsa dalam bernegara koq kita tidak se-solid Singapura. Walaupun Bernie 
 Electone mengancam Singapore bahwa tidak akan menggelar F1 di Singapore, 
 tetapi D. Iswaran tetap tak bergeming pada posisinya take it or leave it 
 Bernie walaupun Singapura terancam kehilangan keuntungan Rp 3,6 T (pemasukan 
 Singapura dari F1 Rp 4,6 T, sedangkan biaya penyelenggaraan Rp 1 T). 
 Kita dari jaman baheula takut/khawatir the super major (dulu 7 sisters) 
 hengkang dari Indonesia karena ini barometer investasi Indonesia, inilah yg 
 membuat kita lunak sebagai bangsa dalam bernegara. Sikap seperti ini 
 barangkali yg diwariskan penjajah supaya kita selalu minder wardeg. Sikap 
 super major suda jelas akan

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-25 Terurut Topik Amir Al Amin
hayo IAGI,IATMI  kumpulin tanda tangan,
mungkin perlu juga diajak serikat pekerja Petamina, TOTAL.

kalau politik yang dihadapi ya dengan politik to..


NOW or NEVER..


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-25 Terurut Topik Firman Fauzi
IAGI Netters,

Mohon maaf dan abaikan e-mail ini saya di bawah ini, karena seharusnya di 
ditujukan langsung ke Arya Nuhan, bukan ke IAGI net. 

Trims dan mohon maaf sekali lagi,
Firman Fauzi

On 25 Sep 2012, at 07:04 PM, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk wrote:

 Aai situ Brurr, berkharisma kali tulisan situ :)) Mantapp cik, dari 50 
 orang Geologist mungkin cuma 1 yg kayak situ, bisa mengungkapkan pikiran 
 dengan runut dan padu, plus berwawasan cik... :))
 
 Salam,
 
 Sent from my iPad
 
 On 25 Sep 2012, at 06:33 PM, Arya Nuhan nuh...@yahoo.com wrote:
 
 


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-24 Terurut Topik aluthfi143

Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis 
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya 
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan 
Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada 
yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan 
sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya 
sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat 
PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, 
kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or 
wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. 
Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu 
perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok 
beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT

Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina 
membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp 
ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender 
Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi 
Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana 
panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, 
pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa 
didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat 
masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina 
membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki 
interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU 
(Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai 
melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina mondar-mandir ke KPPU, kalau tak 
salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat Pertamina yang 100% sahamnya 
dimiliki pemerintah RI. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3

PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-24 Terurut Topik aluthfi143

Lanjut Pak Ong,

Ya maaf kalau menurut hemat saya Pak Ong menilai Pertamina dalam environment 
laminer, padahal Pertamina itu bergelut dalam arena yg high turbulent, bahkan 
sejak jaman pak Harto. Kita perlu akademisi baik pak Ong maupun prof RRR bahkan 
para pejabat yg nasionalis membela kedaulatan RI.
Saya coba membandingkan dalam arena bisnis yang berbeda, lihatlah Singapore 
dalam mendapatkan 5 th kedepan hak penyelenggaraan F1. Bandingkan dengan 
Singapura dalam mendapatkan hak penyelenggaraan F1 untuk 5 tahun kedepan 
(sampai 2017). Bernie Electone akhirnya bersedia menurunkan setoran Singapura 
ke management F1. Bernie mengatakan memang dia, orang yang sulit diyakinkan. 
Yang dimaksud dia adalah D. Iswaran Menteri Perindustrian dan Perdagangan 
Singapura. Menurut saya mengapa D. Iswaran tidak mau tunduk pada management F1, 
tidak lain karena Iswaran tidak mau keuntungan finansial untuk Singapura dari 
penyelenggaraan F1 dirampok oleh Bernie Electone dan F1-nya. Ternyata bangsa 
singapura bangsa yang kuat bukan bangsa yang lembek, terlihat bagaimana 
gigihnya mempertahankan kedaulatan ekonominya. Kita perlu mencontoh D. Iswaran 
tersebut dalam membela kedaulatan negaranya. Baik dari akdemisi, pejabat maupun 
komponen anak bangsa lainnya. 


Salam hormat Pak Ong dari murid Pak Ong yang suka usil..


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: aluthfi...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 06:06:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: aluthfi...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3


Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis 
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya 
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan 
Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada 
yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan 
sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya 
sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat 
PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, 
kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or 
wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. 
Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu 
perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok 
beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum kita? DO NOT GET IT

Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina 
membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp 
ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender 
Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi 
Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana 
panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, 
pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa 
didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat 
masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina 
membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki 
interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU 
(Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai 
melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina mondar-mandir ke KPPU, kalau tak 
salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat Pertamina yang 100% sahamnya 
dimiliki pemerintah RI. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3

PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-24 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Luthfi
 
Dari ceritera Anda ini (yang saya baru tahu sekarang) , saya menduga keras ada 
tangan tangan dariluar , sampai KKPU tidak bisa membedakan PTM yag milik 
negara.
Ya , mungkin itu akibat disamakannya PTM dengan KKKS yang lain.(sesuai UU 
Migas).

si Abah



 From: aluthfi...@gmail.com aluthfi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, September 24, 2012 1:06 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 

Pak HL Ong Yth.

Sejak kembali ke Pertamina, baru hari ini saya bergabung kembali ke milis 
iagi-net. Melalui tanggapan Rakhmadi Avianto yang asli Madura (gaya 
blak-blakan), saya coba ikut sharing. Terus terang saya belum membaca tulisan 
Pak Ong tentang hal tsb diatas. Saya hanya menyoroti tentang ONWJ (kayaknya ada 
yang missleading). Saya copy lagi apa yg dikemukakan Avianto disusul dengan 
sharing dari saya: ONWJ wah ini saya juga gemes melihat ini, waktu di Yogya 
sempat ngopi bareng Prof DR Kusuma Dinata di Lobby Hotel Melia Purosani tempat 
PIT IAGI, pak Kusuma dan saya sepakat kenapa Pertamina harus bayar ke BP, 
kenapa ngga ditunggu kontraknya expire baru diserahkan ke Pertamina? Right or 
wrong is my country MEMANG lah terus apa dong fungsi NEGARA dalam hal ini. 
Lha wong kontraknya mau habis kok Pertamina di suruh beli, kalau yg beli itu 
perusahaan dari Anggola ya pantas lah ini Perusahaan Negara duit Negara kok 
beli tanahnya sendiri, apa yg salah dg ahli hukum
 kita? DO NOT GET IT

Sebetulnya Pertamina tidak membeli aset ONWJ (langsung), tetapi Pertamina 
membeli perusahaan yg dijual secara tender di London, nama perusahaan ini bp 
ONWJ yg punya interest share di ONWJ kalau tak salah 37%, hasil tender 
Pertamina menang. Setelah handover, Pertamina membalik-nama bp ONWJ menjadi 
Pertamina ONWJ (operator ONWJ). Apakah pak Ong belum tahu, bagaimana suasana 
panas di bpmigas waktu itu antara pro dan contra. Kalau belum tahu bisa tanya, 
pasti di bpmigas ada yang tahu, atau alumni2 bpmigas (maaf tak bisa 
didisclose). Kalau belum tahu juga barangkali pak Ong masuk ke bpmigas ibarat 
masuk ke rimba yg belum tahu petanya. Masih soal ONWJ, Kemudian Pertamina 
membeli perusahaan jepang yg bernama inpex ONWJ, akhirnya Pertamina memiliki 
interest share di ONWJ kalau tak salah 46,..%. Lalu ada yang melaporkan ke KPPU 
(Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) bahwa Pertamina monopoli di ONWJ dinilai 
melanggar UU anti monopoli, jadilah Pertamina
 mondar-mandir ke KPPU, kalau tak salah tak terbukti tuduhannya, lucu juga buat 
Pertamina yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah RI. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Mon, 24 Sep 2012 10:33:01 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
Cuma Nomor 3

PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi 
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-24 Terurut Topik aluthfi143

Bung  Bandono S, kayaknya NKRI ini terancam pihak yang ingin meng-koyak2. Kalau 
lihat perjalanan industri migas ini analog dengan perjalanan kerajaan Mataram. 
Sebelum lahir kerjaan Mataram, ada Kerajaan Demak dengan R. Patah yg 
dilanjutkan dengan Sultan Trenggono, ada Kerajaan Pajang dengan Hadiwijoyo. 
Akhirnya Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan Mataram yang berpusat di Kota 
Gede, raja ketiga adalah Sultan Agung yg terkenal dan menjadi Pahlawan 
Nasional. Dalam perjalanan Mataram, datang Belanda (VOC). Oleh VOC Mataram 
dibagi menjadi dua melalui Perjanjian Gianti, menjadi Keraton Kartosuro dan 
Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Sekarangpun Keraton Kartosuro masih diributkan 
masalah pergantian raja, sedangkan Yogyakarta diributkan status 
keistemewaannya. 
Kita lihat perjalanan industri perminyakan. Sebelum lahir Pertamina, ada 
Permina, Pertamin, dan Permigan. Akhirnya semuanya dilebur dan dibentuklah 
Pertamina. Dalam Perjalanannya IMF memecah Pertamina melalui UU 22/2001. 
Jadilah Keraton PT. Pertamina (Persero), dan Keraton BPMIGAS. Sampai sekarang 
PT. Pertamina (Persero) masih dikoyak-koyak oleh invisible hand, dan 
keistemewaan serta kedaulatan BPMIGAS juga dipersoalkan terus keabsahannya. 
Mari kita belajar dari kerajaan Mataram yang menjadi korban politik devide at 
empera VOC. Janganlah perminyakan kita pilar penopang utama NKRI dipecah belah 
oleh Neolib. 

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik Benyamin Sapiie
Fyi IAGI-netter,

Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang
termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the
Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam
2012 AAPG International di Singapore.  Semoga hal ini menulart ke student-2
lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia.

Salam,

Ben Sapiie


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik Bandono Salim
Sukses pak Benyamin S. 
Maju terus, padamu negri.
Salam bdn 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net
Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
Fyi IAGI-netter,

Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang
termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the
Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam
2012 AAPG International di Singapore.  Semoga hal ini menulart ke student-2
lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia.

Salam,

Ben Sapiie



Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik wimong
Congratulation utk Pak Benyamin dkk. Atas penghargaan AAPG Int.Ozan Sungurlu 
Award sbg best  srudent poster. Dedikasi dan kerja keras team patut kita 
contoh. Penghargaan ini merupakan kebanggaan kita semuanya. Salam HL Ong .


Sent via BlackBerry from SingTel!

-Original Message-
From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net
Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3

Fyi IAGI-netter,

Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang
termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the
Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam
2012 AAPG International di Singapore.  Semoga hal ini menulart ke student-2
lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia.

Salam,

Ben Sapiie



Bls: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik bob yuris
Selamat buat  Maisi  dan teman teman.
Terus berprestasi buat Indonesia




Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android



Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik miko
Bravo Pak Benyamin, 

Sangat membanggakan. Setelah Bandung Basin Research Group, kini ada Rajamandala 
 Research Group ITB. Semoga bisa dikembangkan terus dan tidak mandeg setelah 
berprestasi di AAPG Singapore. Lingkungan geologi Rajamandala memang sangat 
menarik dan perlu terus diriset.

Salam bangga,
Mang Okim
-Original Message-
From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net
Date: Mon, 24 Sep 2012 08:29:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
Fyi IAGI-netter,

Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang
termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the
Ozan Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam
2012 AAPG International di Singapore.  Semoga hal ini menulart ke student-2
lainnya yg akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia.

Salam,

Ben Sapiie



Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-23 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Selamat atas keberhasilannya . Tentunya atas bmbingan bapak Mino ya.

si Abah



 From: Benyamin Sapiie bsap...@geodin.net
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, September 24, 2012 8:29 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 

Fyi IAGI-netter,
 
Alhamdullilah, Team Mahasiswa Teknik Geologi ITB atas nama Maisi, dkk yang 
termasuk dalam Rajamandala Research Group ITB, mendapat penghargaan the Ozan 
Sungurlu Memorial Award for best International poster student dalam 2012 AAPG 
International di Singapore.  Semoga hal ini menulart ke student-2 lainnya yg 
akan menyusul untuk mengharumkan nama geologi Indonesia.
 
Salam,
 
Ben Sapiie

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-15 Terurut Topik rakhmadi avianto
 pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim
 PSC
 tahun 1977.

 Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak
 lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan
 pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL.
 Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan
 blank
 cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus
 berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti
 overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri
 perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia
 masih
 memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa
 kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin
 meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya.
 Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus
 mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan
 fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi
 yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar.

 Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang
 diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko
 Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan
 wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup
 banyak.

 Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara.
 Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua
 risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan
 kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar.

 Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL,
 pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru.

 Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan.

 HL Ong



 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id]
 Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini
 sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg
 mustahal juga  membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi
 karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya ,
 makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya
 )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang.
 Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak
 ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa
 waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya ,
 .wallahualam.


 KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS
 23-27 JULI 2012

 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H.
 Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM
 melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan
 bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral
 dengan
 Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM
 dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan
 Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari
 Senin (23/7/2012).
 Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral
 dalam
 bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari
 Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan
 Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di
 Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya,
 Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis
 Darricarrere di Paris, Selasa
 (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan
 mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable
 Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam
 pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan
 salut
 dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia
 akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan
 keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga
 diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam
 berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus
 berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL
 saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok
 Mahakam.
 Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang.
 Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan
 bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-15 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
PAK Ong

Dari paparan yang cukup panjang itu , kesimpulan akhirnya adalah : Bagaimana 
perusahaan 2 yg diundang memperhitungkan/mengevaluasi resiko yang masih ada .

Secara logis , yang paling tahu  mestinya Total ya .

Kalau untuk mengatasi fairness , apakah mungkin seluruh data dibuka untuk 
perusahaan2 peserta ?

Jadi sistim apapun yang akan dipakai , maka dalam menilai Bok Oks KKKS produksi 
, maka Negara - lah yang harus tahu dan dapat melakukan assesment risiko dengan 
baik . APALAGI kalau mau memakai sitim CRL. Mau berapa %  besaran limit of CR ?

Nah disinilah sebenarnya risiko kerugian negara akan lebih kecil dalam 
menentukan limit CR KALAU yang mengelola adalah PTM.

Dan sebagai sauatu BUMN , an lebih mudah mengontrol PTM (secara positip lho pak 
Ong) daripada Total negara Indonesie.( kan kita mempunyai pengalaman2 pahit 
adanya intervensi pemerintah asing daam persoalan2 PSC).

Mengenai resouces BP SDM BP Migas , saya kira mereka terlalu/ lebih sibuk 
dengan  pekerjaan adm ketimbang evaluasi teknis.

Terima kasih.   

si Abah  


 From: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, September 15, 2012 11:55 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini. 

Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin
lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data,
policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran.
Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI ikut
membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran.        

Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri
data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu
tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan
kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim PSC
semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka extension
akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa
data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya.  

Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus
diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan
dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang disebut
oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL
mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya
40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah
ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim PSC
dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih
menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang
kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar.
Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost
recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat
dari FTP yang bisa dianggap sebagai
 royalty. Apalagi zaman sekarang, kita
tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan
untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb.
di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui bahwa
Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini
masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia.
Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC
tahun 1977. 

Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak
lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan
pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL.
Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank
cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus
berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat
 kekeliruan seperti
overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri
perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih
memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa
kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin
meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya.
Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus
mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan
fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi
yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. 

Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang
diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko
Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan
wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal
 cukup
banyak.  

Kalau Pertamina yang

RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-15 Terurut Topik kartiko samodro
Pak Ong,
Ide yg bagus dan sangat realistis..saya rasa kombinasi dari ide pak Ong dan
ide pak RRR yg bukan versi detik akan memberikan lebih banyak manfaat untuk
bangsa ini.
On Sep 15, 2012 11:56 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:

 Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini.

 Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin
 lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data,
 policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran.
 Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI
 ikut
 membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran.

 Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri
 data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu
 tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan
 kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim
 PSC
 semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka
 extension
 akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa
 data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya.

 Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus
 diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan
 dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang
 disebut
 oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL
 mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya
 40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah
 ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim
 PSC
 dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih
 menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang
 kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar.
 Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost
 recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat
 dari FTP yang bisa dianggap sebagai royalty. Apalagi zaman sekarang, kita
 tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan
 untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb.
 di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui
 bahwa
 Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini
 masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia.
 Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim
 PSC
 tahun 1977.

 Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak
 lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan
 pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL.
 Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan
 blank
 cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus
 berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti
 overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri
 perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia
 masih
 memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa
 kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin
 meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya.
 Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus
 mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan
 fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi
 yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar.

 Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang
 diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko
 Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan
 wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup
 banyak.

 Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara.
 Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua
 risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan
 kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar.

 Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL,
 pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru.

 Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan.

 HL Ong



 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id]
 Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini
 sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg
 mustahal juga  membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi
 karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Bandono Salim
Lha kalau cicing bae rasane tak enak, meureun data yang disampaikan pada R3, 
termasuk beli/harga alat produksi, tidak akan terbayar dengan minyak yang 
dihasilkan.

Waah teuing; 
 Abah anu bertahun tahun berenang di dunia minyak, pasti lebih arief 
tibatan/dibanding saya.

Aku cuma kasihan pada orang PT yang tadinya jujur dan bersih; jadi berubah 
setelah kenal sistem eksekutif di NKRI. (Budiono, dll)
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
Date: Thu, 13 Sep 2012 22:48:47 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Don

Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang  harus 
dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap 
atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya.

si Abah 



 From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
To: Iagi iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian 
Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena 
keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah 
secara ekonomi dan politik. 
Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, 
ADB pasti lebih tau, drpd aku.
Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, 
sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan 
mereka.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Bambang Gumilar
Buat yang menyakini teori evolusi.
Dinosaurus yang merajai laut, darat dan udara punya dua pilihan ketika
dihadapkan ke bencana pada Jaman Kapur, +/- 65 Ma:
1. Punah atau
2. tetap hidup tapi berubah jadi . ayam.

-bg

2012/9/14 Bandono Salim bandon...@gmail.com

 Lha kalau cicing bae rasane tak enak, meureun data yang disampaikan pada
 R3, termasuk beli/harga alat produksi, tidak akan terbayar dengan minyak
 yang dihasilkan.

 Waah teuing;
 Abah anu bertahun tahun berenang di dunia minyak, pasti lebih arief
 tibatan/dibanding saya.

 Aku cuma kasihan pada orang PT yang tadinya jujur dan bersih; jadi berubah
 setelah kenal sistem eksekutif di NKRI. (Budiono, dll)

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: *Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:48:47 -0700 (PDT)
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
  *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

  Don

 Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang  harus
 dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap
 atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya.

 si Abah

   --
 *From:* Bandono Salim bandon...@gmail.com
 *To:* Iagi iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Thursday, September 13, 2012 6:56 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik
 Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra
 banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan
 negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik.
 Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan,
 dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku.
 Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis,
 sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI
 dihadapan mereka.
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: abacht...@cbn.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3
 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
 detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
 kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
 BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai
 pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan
 blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa
 kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
 migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw
 Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
 migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun
 kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya
 statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu
 statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan
 produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu,
 dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC,
 kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat
 politis.

 Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi
 lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka
 Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat
 mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di
 industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan
 dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen
 professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah
 dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

 Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data
 teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak.
 Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti
 sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg
 baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik
 Total! Parah. Bener2 parah.

 Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau
 pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

 Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

 Salam
 ADB
 Geologist Merdeka
 (Suka dan bangga

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Sama dg ADB sangat kuciwa dg pernyataan pak DR triple R mosok kayak gitu, ya 
jelas Pertamina mampu ga perlu di ragukan, pernyataan beliau totally base-less 
yah

Mestinya Bu KA fight to dead tuk dapetin, eh jangankan Pertamina, Suma Sarana 
aja bisa kelola ex-Total, caranya ya ramp-up man power as needed

Secara man power kan pegawai yg pernah sama Kompeni lama kan cuma ganti 
pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional ga 
ada stagnasi dan akan berjalan mulus.

Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo gini 
caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus. 

Cape deh Om denger yg ginian.

Salam
Avi NPA 0666

Merangkap Bendahara IAGI

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
Date: Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Ndang

Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya 
Apa yang bikin dia berubah  
Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya

si Abah



 From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Ok Taufik
% serta Inpex 24,5%.
 2. Karena muncul daerah harus dapet 10%, maka total/inpex beranggapan
 termasuk dalam domestik, sehingga pertamina 41%, daerah10% karena sesama
 domestik. sedangkan pertamina meminta yang daerah dianggap beban baru
 sehingga harus dibagi dua, yaitu menjadi Pertamina 46%, total 22%, inpex
 22%, daerah 10%. permasalahan ini belum tuntas sedang dilakukan Negosiasi.
 3. Karena saat kontrak berakhir seluruh fasilitas milik negara, bisa saja
 Negara menghibahkan kepada Pertamina dan daerah sehingga akan sangat
ringan
 atau malah gratis dalam permodalan, sedangkan total/inpex tentunya harus
 memasukan modal segar.

 Tiba-tiba humas pertamina berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam
 saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Maka wartawan bereaksi, yang
 tentunya harus saya jawab :
 1. Pertamina jangan jalan sendiri, sebaiknya bergandengn dengan kontraktor
 lama (kita sudah pilih versi-2 karena keterbatsan modal).
 2. kalau hanya mengoperasikan lapangan lama yang sekarang sudah mulai
 terjun bebas produksinya, maka bagaimana mungkin negara bisa diuntungkan
 dengan harapan naiknya produksi ? maka prospek lapangan baru dan lead baru
 yang ada di saku KKKS harus bisa dimanfaatkan negara dengan mengawinkan
 pertamina dengan operator lama, karena kita akan sangat sulit mendapat
data
 (benar-benar usefull) untuk pengembangan lead baru tersebut. Namun
 sebaliknya bila sudah ada kepastian maka sisa 5 tahun bisa langsung
dipakai
 untuk memulai lead baru tersebut dikembangkan.
 Kalau kita berbicara fakta, tinggalkan dalam fikiran kita bahwa dengan
 peraturan dan orang di pemerintahan kita bisamendapatkan data penting
 dimaksud, mungkin jumlahnya tidak sampe 1% tapi sangat penting, yang 99%
 nya diberikan kepada pemerintah.
 3. Cerita Pertamina menjadi produser ke-3 adalah topik yang berbeda, saya
 jelaskan kepada wartawan saat KESDM raker seminggu lalu yang menampilkan
 tabel susunan produser migas, dimana posisi pertamina adalah ketiga.
 4. untuk no(3) tsb, Challange diberikan kepada pertamina untuk menjadi
 nomor SATU, karena memiliki WK yang paling luas, bisa saja setiap DOH
(SBU)
 adalah satu PSC sendiri sehingga punya 5-7 Pertamina yang ramping dan
 bersaing satu sama lain, atau sesuai permen 06/2010 lepaskan lapangan yang
 dianggap tidak produktif dan tidak mau dikembangkan, istilahnya  jangan
 dikangkangi aja tapi tidak dibor, karena akan marah mertua .

 Nah wartawan mengemasnya seperti itu, he. . he. .he. . kalau saya sih
 sudah biasa diplintir-plintir, sejak jaman Lapindo (seperti mas Azwah dan
 mas Rusdi perhatikan).

 Hati-hati dengan nasionalisme buta mengatasnamakan Cinta Negara.

 Salam Semangat Selalu,
 RRR

 Rudi Rubiandini R.S.
 Petroleum Engineering ITB

2012/9/14 rakhmadi.avia...@gmail.com

 Sama dg ADB sangat kuciwa dg pernyataan pak DR triple R mosok kayak gitu,
 ya jelas Pertamina mampu ga perlu di ragukan, pernyataan beliau totally
 base-less yah

 Mestinya Bu KA fight to dead tuk dapetin, eh jangankan Pertamina, Suma
 Sarana aja bisa kelola ex-Total, caranya ya ramp-up man power as needed

 Secara man power kan pegawai yg pernah sama Kompeni lama kan cuma ganti
 pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional
 ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus.

 Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo
 gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus.

 Cape deh Om denger yg ginian.

 Salam
 Avi NPA 0666

 Merangkap Bendahara IAGI

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 -0700 (PDT)
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Ndang

 Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya 
 Apa yang bikin dia berubah 
 Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya

 si Abah

   --
 *From:* abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
 detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
 kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
 BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai
 pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan
 blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa
 kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
 kan cuma ganti
 pay-roll aja dari TI ke PTM atau NOC yg di tunjuk, shg secara operasional
 ga ada stagnasi dan akan berjalan mulus.

 Lah beginian kan beda dg Petronas yg dpt fully support dari Gov-nya, kalo
 gini caranya enak banget tuh MNC bisa diperpanjang terus.

 Cape deh Om denger yg ginian.

 Salam
 Avi NPA 0666

 Merangkap Bendahara IAGI

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *Date: *Thu, 13 Sep 2012 22:41:20 -0700 (PDT)
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Ndang

 Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya 
 Apa yang bikin dia berubah 
 Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya

 si Abah

   --
 *From:* abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
 detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
 kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
 BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai
 pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan
 blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa
 kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
 migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw
 Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
 migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun
 kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya
 statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu
 statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan
 produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu,
 dan juga di blok2 yg




 --
 Sent from my Computer®




-- 
*Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*


Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Lah kalo secara hukum kan kontrak itu sudah berahir dari disitu ya harus di 
balikin dong, masalah keekonomian tentu akan lebih murah kalo Pertamina yg 
Operate karena Operation Cost jelas bisa di tekan, demikian juga HQ cost akan 
lebih murah, cuman ya itu willingness dari GOI yg ga brani, mestinya ya harus 
bisa neken MNC untuk tetep mengembalikan WK itu ke NKRI.

Kalo Natuna aku setuju di kasi ke Asing krn secara keekonomian sangat tidak 
menarik

Mestinya para PhD yg di angkat jadi pejabat itu membantu untuk memajukan 
kemampuan nasional bukan malah sebaliknya.

Masih tetep kuciwa dg pernyataan ini

Avi
NPA 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Date: Sat, 15 Sep 2012 09:39:28 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
Sepertinya harus dichalenge keekonomiannya bila ada nonsharable oil dalam
future productionnya.
Ide nosharable oil ini yg harus dikaji, disebandingkan dan diadu dengan
sistem kontrak yg berlaku, siapapun operatornya. Selama ini setiap
perpanjangan kontrak asset negara ikut terbawa sebagai bagian yg dibagi,
artinya negara sangat berpotensi dirugikan. Keekonomian merupakan hal yg
terpenting, mana yg terbaik buat negara. Bukan meributkan siapa yg akan
menjadi operator. Bukan hanya peningkatan jumlah barrel produksinya. Tolok
ukur bagus tidaknya bagi negara adalah income ke kas negara, bahkan
seberapa besar yg sampai ke rakyatnya
Bagi rakyat mana yg terbaik buat mereka yg penting. Operator telkom dulu
dimonopoli pt telkom, saat itu susah sekali mendapatkan nomer telepon.
Namun sekarang, operator telepon sudah banyak, mereka bersaing dan rakyat
diuntungkan, walaupun banyak opratornya asing.
Saya kira asalkan keekonomiannya lebih bagus untuk negara itulah yg harus
diperjuangkan berdasar nasionalisme.
Dari sisi bisnis, tentunya akan melihat keuntungan terbesar. Bisnis itu
ukurannya keuntungan, dollar.

Dari sisi profesi, nah ini dia, semestinya mana yang paling efisien dalam
memproduksikan dalam memberikan manfaat. Digenjot habis secara cepat untuk
meningkatkan produksi belum tentu efisien karena rusaknya formasi.
Profesional berbicara atas dasar current scientific understanding.
Barangkali saja meningkatnya produksi bukan tolok ukur utamanya.

Salam

Rdp

On Saturday, September 15, 2012, Ok Taufik wrote:

 bocoran dari milis sebelah dari RRR

  *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id javascript:_e({},
 'cvml', 'rrratm_2009%40yahoo.co.id');
  *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com javascript:_e({}, 'cvml',
 'TM-ITB-Bandung%40yahoogroups.com');
  *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04
  *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM
  Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam
 
 
  Temens,
 
  Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya
 tersenyum
  sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
  seseorang yang dia pantas cemburui.
 
  Bayangkan, variasinya :
  1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis.
  2. yang curiga RRR dapet wani piro.
  3. yang menebak RRR sekolah di perancis.
  4. yang melihat RRR sudah main perawan.
  5. yang menganggap RRR sudah pro asing
  6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina
  7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya.
  8. yang mengira RRR ditekan G2G
  9. yang menilai RRR tidak nasionalis
  10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan.
  11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri.
  12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara.
 
  Tapi masih ada yang :
  1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara
  2. RRR hanya melakukan trial by the Press
  3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya
  4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif
 
  Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa
  lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan
  masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
  terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
  membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.
 
  Saya masih percaya bahwa :
  1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut
  mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan
  yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di
 seluruh
  dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar
  negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya.
  2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat
  predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs.
  3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun
  di negeri Indonesia yang merdeka ini.
  4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara
  adalah

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Muharram J. Panguriseng
Dari kemarin saya bertanya2, Kenapa ya MH, sang VP Humas Pertamina yang sangat 
piawai menyuarakan kepentingan Pertamina kepada wartawan tiba2 dipindah ke 
Jepang?.

Terjawab sekarang dari statement Pak RRR dibawah, Tiba-tiba humas pertamina 
berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam saat berakhir kontrak TITIK 
tanpa ba-bu. 
Rupanya pernyataan MH ini mengganggu he he he...

Salam,
MJP

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com
Date: Sat, 15 Sep 2012 09:12:18 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3

bocoran dari milis sebelah dari RRR

 *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id
 *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com
 *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04
 *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM
 Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam


 Temens,

 Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum
 sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
 seseorang yang dia pantas cemburui.

 Bayangkan, variasinya :
 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis.
 2. yang curiga RRR dapet wani piro.
 3. yang menebak RRR sekolah di perancis.
 4. yang melihat RRR sudah main perawan.
 5. yang menganggap RRR sudah pro asing
 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina
 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya.
 8. yang mengira RRR ditekan G2G
 9. yang menilai RRR tidak nasionalis
 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan.
 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri.
 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara.

 Tapi masih ada yang :
 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara
 2. RRR hanya melakukan trial by the Press
 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya
 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif

 Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa
 lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan
 masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
 terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
 membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.

 Saya masih percaya bahwa :
 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut
 mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan
 yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di
seluruh
 dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar
 negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya.
 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat
 predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs.
 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun
 di negeri Indonesia yang merdeka ini.
 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara
 adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak
 selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka
 pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja
kita
 punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan
 pertamina as it is.
 4. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang
 menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal.
 5. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan,
 terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir
dan
 data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan data kunci
 dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat
 fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan
Siak
 yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan
 Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa
 kontraknya dalam waktu dekat ini ?

 Maka pelajarannya :
 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft
 landing, sebelum kontrak berakhir pertamina berkorban masuk kedalam
 system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis
tinggal
 take off dengan enak.
 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena
 berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban
 negara, karena produksinya turun diakhir kontrak dan lambat diawal
kontrak.
 3. Kasus BOB-BSP terlalu dominan kedaerahannya mengalahkan Pertamina
 sehingga sistem manajemennya tidak bisa lari.
 4. Kasus Cepu yang sudah mundur lebih dari 4 tahun dari rencana, berapa
 banyak kesempatan negara untuk mendapatkan revenue hilang selama 4 tahun
 tsb, karena Pertamina (BUMN) bukan sebagai operator dan bagian daerah
 tergadaikan pada pemodal asing.

 Maka beberapa skenario yang menguntungkan negara harus diambil dalam kasus
 Mahakan

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Bandono Salim
Lha kan harus persetujuan persekutuan dulu, menteri, presiden, pemilik 
perusahaan.
Kalau mau kerja sendiri yaa begitulah.
Tapi... Mosok sih Humas berani bicara tanpa persetujuan bossnya humas??
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Muharram J. Panguriseng muhar...@pertamina.com
Date: Sat, 15 Sep 2012 04:21:14 
To: Iagi-netiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Dari kemarin saya bertanya2, Kenapa ya MH, sang VP Humas Pertamina yang sangat 
piawai menyuarakan kepentingan Pertamina kepada wartawan tiba2 dipindah ke 
Jepang?.

Terjawab sekarang dari statement Pak RRR dibawah, Tiba-tiba humas pertamina 
berkoar siap mengambil alih 100% blok mahakam saat berakhir kontrak TITIK 
tanpa ba-bu. 
Rupanya pernyataan MH ini mengganggu he he he...

Salam,
MJP

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com
Date: Sat, 15 Sep 2012 09:12:18 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3

bocoran dari milis sebelah dari RRR

 *Dari:* Rudi Rubiandinil rrratm_2...@yahoo.co.id
 *Kepada:* tm-itb-band...@yahoogroups.com
 *Dikirim:* Jumat, 14 September 2012 23:04
 *Judul:* Re: [TM-ITB-Bandung] Bls: [sinergi-ia-itb] Pernyataan Wamen ESDM
 Tentang Pertamina dan terkait Blok Mahakam


 Temens,

 Membaca komentar ATM di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum
 sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
 seseorang yang dia pantas cemburui.

 Bayangkan, variasinya :
 1. yang menganggap RRR jadi wamen karena politis.
 2. yang curiga RRR dapet wani piro.
 3. yang menebak RRR sekolah di perancis.
 4. yang melihat RRR sudah main perawan.
 5. yang menganggap RRR sudah pro asing
 6. yang menghubungkan RRR dengan perubahan direksi pertamina
 7. yang menganalisa RRR meninggalkan keprofesionalannya.
 8. yang mengira RRR ditekan G2G
 9. yang menilai RRR tidak nasionalis
 10. yang percaya RRR tidak berusaha mengisi kemerdekaan.
 11. yang menyimpulkan RRR under estimate bangsa sendiri.
 12. yang menyimpulkan RRR tidak cinta Negara.

 Tapi masih ada yang :
 1. RRR tidak berputar-putar kalau bicara
 2. RRR hanya melakukan trial by the Press
 3. RRR challange pertamina untuk lebih maju dan membuktikan kehebatannya
 4. RRR menggunakan metoda terbalik, untuk tujuan positif

 Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa ATM sangat bervariasi masa
 lalunya, kecenderungan untuk melihat SIAPA bukan APA yang dibicarakan
 masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
 terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
 membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.

 Saya masih percaya bahwa :
 1. ATM yang menjadi teman kuliah saya dan juga sebagian saya turut
 mendidiknya, sangat hebat dan mampu menjadi profesional sejati, jangankan
 yang sudah bekerja di pertamina, KKKS, perusahaan asing, bekerja di
seluruh
 dunia, yang baru lulus pun kini sudah bisa diterima dan bekerja di luar
 negeri tanpa harus ada pengalaman kerjanya.
 2. Hampir seluruh ATM yang melanjutkan sekolah keluar negeri mendapat
 predikat Cum Laude, karena hebat dan tingginya pengetahuan ybs.
 3. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun
 di negeri Indonesia yang merdeka ini.
 4. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara
 adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak
 selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka
 pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja
kita
 punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan
 pertamina as it is.
 4. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang
 menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal.
 5. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan,
 terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir
dan
 data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan data kunci
 dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat
 fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan
Siak
 yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan
 Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa
 kontraknya dalam waktu dekat ini ?

 Maka pelajarannya :
 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft
 landing, sebelum kontrak berakhir pertamina berkorban masuk kedalam
 system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis
tinggal
 take off dengan enak.
 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena
 berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban
 negara, karena produksinya

RE: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-14 Terurut Topik Ong Han Ling
Saya ingin nimbrung dalam diskusi ini. 

Resources ESDM sangat minim dan kurang dalam menghadapi wawasan yang makin
lama makin multi-komplex dan multi-demensi persoalannya. Kesalahan data,
policy, peraturan, undang-undang, dsb. terjadi disemua jajaran.
Kekurangan-kekurangan mudah diperbesar dialam demokrasi. Sebaiknya IAGI ikut
membantu Pemerintah dengan diskusi dan saran.

Kesalahan utama adalah adanya pernyataan dari Wamen Apakah Total mau beri
data-data teknis diblok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu
tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi ujar Rudi. Ini merupakan
kekeliruan yang diutarakan oleh ADB. Semua orang tahu bahwa dalam sistim PSC
semua data adalah milik Negara. Apakah karena kekeliruan tsb. maka extension
akan diberikan kepada Total? Karena kalau diberikan kepada Pertamina, tanpa
data, pasti Pertamina akan dapat kesukaran dalam pelaksanaannya.  

Tentang PSC extension, saya beda pendapat dengan ADB. Extension harus
diberikan kepada yang terbaik bagi Negara. Terbaik disini berarti keuangan
dan risiko. Saya mengusulkan memakai Cost Recovery Limit (CRL), yang disebut
oleh Almarhum Wamen ESDM sebagai Cost over Revenue (C/R). Memonitor CRL
mudah sekali, tinggal jaga di wellhead, berapa minyak yan keluar dan hanya
40% (seandainya CRL 40%) yang bisa dipkai untuk cost recover. Ini adalah
ciri khas dari PSC diserluruh dunia. Indonesia telah meninggalkan sistim PSC
dan sekarang menganut sistim konsesi, kecuali istilah-istilahnya masih
menganut PSC. Dengan adanya CRL Negara terjamin pendapatnya. Sekarang
kelihatannya Indonesia dapat besar, 85/15. Besar kalau profitnya besar.
Namun kalau profit kecil atau tidak ada, dan semua sudah dipakai untuk cost
recobvery, pendapatan Negara zero atau insignificant. Negara hanya dapat
dari FTP yang bisa dianggap sebagai royalty. Apalagi zaman sekarang, kita
tidak tahu mana teman mana lawan. Peraturan baru dibuat dan diplesetkan
untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dengan sistim CRL, hal tsb.
di-minimize. Negara terjamin pendapatnya. Ibnu Sutowo, yang mengetahui bahwa
Indonesia tidak punya apa-apa pada waktu itu sudah memikirkan hal ini
masak-masak dan lahirlah konsep PSC yang ditiru oleh banyak negara didunia.
Indonesia, dilain pihak, tempat kelahiran PSC, telah meninggalkan sistim PSC
tahun 1977. 

Untuk extension Mahakam, kita minta TOTAL dan Pertamina (dan mungkin pihak
lainnya) untuk mengajukan POD disertai CRL. Besaranya CRL memberi jaminan
pendapatan Negara. Pertamina diberi preference untuk match bid dari TOTAL.
Preference bisa berkisar antara 0-10%. Jadi Pertamina jangan diberikan blank
cek bahwa extension Mahakam otomatis menjadi miiknya. Pertamina harus
berusaha. Harus diingat bahwa kalau Pertamina membuat kekeliruan seperti
overun of budget atau project delays, yang menjadi ciri khas industri
perminyakan, yang menanggung rugi adalah Negara. Selain itu, Indonesia masih
memerlukan investasi yang besar sekali untuk menaikkan GDP-nya. Tanpa
kecualian semua negara didunia ini memerlukan investasi kalau ingin
meningkatkan kemakmuran rakyatnya, termasuk Amerika Serikat yang kaya-raya.
Indonesia juga demikian. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus
mengemis dan menurunkan sampai $1 juta dollar dengan memberikan
fasilitas-fasilitas untuk menarik investor asing. Untuk Mahakam investasi
yang diperlukan mencapai ratusan juta dollar. 

Sandainya extension dimenangkan TOTAL,ini merupakan investasi baru yang
diperlukan Indonesia. Pendapatan Negara terjamin dengan adanya CRL. Risiko
Negara kecil dengan diterapkan CRL. Sedangkan Pertamina bisa mengembangkan
wilayah kerjanya yang terbesar di Indonesia dan memerlukan modal cukup
banyak.   

Kalau Pertamina yang menang, semua keuntungan masuk Pertamina dan Negara.
Tidak ada yang keluar Negeri. Namun konsekwensinya, Negara menanggung semua
risiko jika terjadi kerugian apapun penyebabnya. Selain itu, Indonesia akan
kehilangan investasi asing yang ratusan juta dollar.

Kita tinggal pilih mana yang terbaik bagi Negara. Dengan diterapkan CRL,
pendapatan Negara dapat dipastikan besarnya dan tidak bisa keliru.  

Maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan.

HL Ong  

  

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id] 
Sent: Thursday, September 13, 2012 8:49 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3

Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini
sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg
mustahal juga  membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi
karena ada pintunya di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya ,
makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya
)kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang.
Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian ( Kontrak
ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa
waktu dibawah

[iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik liamsi
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini
Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas
pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak
per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya
memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi.
Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total
EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi
produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara
minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah
kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu
barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah
kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3
ribu barel setara minyak per hari.




___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id




PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Bandono Salim
Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding 
alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung.
Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan?
Aku tidak faham bagaimana menghitungnya.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini
Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas
pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak
per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya
memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi.
Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total
EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi
produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara
minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah
kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu
barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah
kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3
ribu barel setara minyak per hari.




___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id




PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik heri ferius
Data teknis kan kita (RI) yang punya ... gimana pak WAmen???.. PSC , hasil 
tohk, kan udah di CR kan tuh data... 
Mungkin maksudnya data non teknis?... gak PD kalee.

HF 1393




 Dari: lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id
Kepada: iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:11
Judul: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
 
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini
Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas
pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak
per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya
memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi.
Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total
EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi
produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara
minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah
kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu
barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah
kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3
ribu barel setara minyak per hari.




___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id




PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik abachtiar
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik batu gamping
Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA:  
Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di kasih 
Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? 
Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA.
 
Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi
 
Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu
 
Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di teruskan 
Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun lalu?) 
Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal deal politik
 
salam
Yusak
(Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair buat 
PERTAMINA)
- 



From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik kartiko samodro
pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus
pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik..
Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah
RRR memang bicara seperti itu..


On 9/13/12, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote:
 Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA:
 Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di
 kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon?
 Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA.

 Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi

 Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu

 Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di
 teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun
 lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal
 deal politik

 salam
 Yusak
 (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair
 buat PERTAMINA)
 -


 
 From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
 detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
 kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
 BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan
 untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas
 produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg
 memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan
 mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
 migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw
 Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
 migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun
 kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya
 statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu
 statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan
 produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu,
 dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC,
 kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat
 politis.

 Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi
 lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka
 Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat
 mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di
 industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan
 dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen
 professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah
 dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

 Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data
 teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak.
 Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti
 sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg
 baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total!
 Parah. Bener2 parah.

 Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2
 kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

 Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

 Salam
 ADB
 Geologist Merdeka
 (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia,
 tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai
 dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
 Rista Rama Dhany - detikfinance
 Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
 Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
 lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
 Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
 Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
 3.
 Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
 migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik batu gamping
Ooops bener juga yah, sapa tahu wartawannya plintir
jadi perlu di konfirmasi 
Thanks mas Kartiko
Yusak



From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 4:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus
pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik..
Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah
RRR memang bicara seperti itu..


On 9/13/12, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote:
 Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA:
 Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di
 kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon?
 Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA.

 Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi

 Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu

 Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di
 teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun
 lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal
 deal politik

 salam
 Yusak
 (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair
 buat PERTAMINA)
 -


 
 From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3

 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan
 detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg
 kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk
 BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan
 untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas
 produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg
 memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan
 mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan
 migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw
 Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
 migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun
 kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya
 statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu
 statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan
 produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu,
 dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC,
 kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat
 politis.

 Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi
 lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka
 Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat
 mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di
 industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan
 dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen
 professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah
 dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

 Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data
 teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak.
 Artinya akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti
 sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg
 baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total!
 Parah. Bener2 parah.

 Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2
 kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

 Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

 Salam
 ADB
 Geologist Merdeka
 (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia,
 tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai
 dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina
 Cuma Nomor 3
 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
 Rista Rama Dhany - detikfinance
 Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
 Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
 lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
 Karena, 47% ladang

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Nugrahani

Terima kasih mas Andang. 
Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau 
adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha 
untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg 
udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah 
tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya 
yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga 
harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan 
cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke 
tahun. 



Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar

Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Amin Bunyamin
IAGI netters yang berbahagia,

Ikut sedekah pendapat :). Sebagai pegawai Pertamina di era 'transformasi' saya 
sampaikan apresiasi atas kritik (baca: alarm) dari pak Rudi (Wamen ESDM?) 
tersebut, kalau itu benar pendapatnya.Mungkin pendapat saya kesannya subjektif. 
Tapi tidak masalah setidaknya sebagai penyeimbang pendapat beliau yang dimuat 
wartawan detikfinance (azas cover both side?). Sejujurnya dari dulu pak Rudi 
adalah salah satu dosen dan ilmuwan yang saya kagumi karena dedikasi, idealisme 
dan keberaniannya untuk melawan mainstream dan hegemoni asing. Semoga kekaguman 
saya tidak akan berkurang walaupun beliau sekarang berada di pusaran kekuasaan.


Sebelumnya perlu diperjelas lagi angka 47%, apakah itu luas area blok atau luas 
lapangan? Mungkin di antara IAGI netters ada yang punya info A1 (rahasia 
negara?). Baiklah untuk sementara saya anggap luas area blok dan produksinya 
karena itu yang paling sederhana menghitung dan membandingkannya. Saran saya 
agar lebih adil/fair (jeruk to jeruk) untuk membandingkan antara K3S satu 
dengan K3S yang lainnya adalah dengan melihat petroleum systemnya, play-nya, 
sumberdayanya, cadangannya, RtoP-nya, RF-nya atau CR-nya. Baru terakhir dengan 
melihat produksinya. Operasi dan HSE-nya jangan lupa. Kalau dibandingkan 
seperti itu maka  saya kira akan terjadi kompetisi yang baik dan sehat, 
sehingga target penambahan cadangan dan produksi pemerintah akan diperoleh 
dengan maksimal.  


Saya coba melihat hubungan wilayah kerja Pertamina dan produksinya dari sudut 
pandang yang lain. Kita lihat sejarah eksplorasi  produksi migasnya. Sebagai 
yang masih awam, mohon dikoreksi. Kembali sejenak ketika Pertamina berperan 
sangat power full sebagai regulator, supervisor dan operator (sehingga 
cenderung korup?). Seperti kita ketahui bahwa blok Pertamina saat ini secara 
umum berasal dari 5 kategori. Pertama, blok Pertamina EP saat ini yang dulunya 
adalah blok yang operatornya murni Pertamina. Mungkin ini angka yang 47% itu 
yang dimaksud. Blok ini sebagian besar berada di onshore, playnya relatif 
dangkal. Umumnya lapangan minyak dan kebanyakan ditemukan oleh Belanda. Pendek 
kata lapangan yang sudah tua, tapi dekat dengan peradaban dan fasilitas 
peninggalan kolonial. Yang jadi pertanyaan, Pertamina sebagai regulator kenapa 
memilih blok dengan kondisi lapangannya seperti itu. Kenapa tidak yang di 
offshore. Mungkin karena terlalu beresiko tinggi.
 Kenapa tidak memilih blok yang ada lapangan besar cadangan dan produksinya, 
misalnya Lapangan Minas. Toh di onshore juga. Jawabannya saya pikir lebih 
cenderung psikologis dan politis daripada teknis. 


Kedua, blok PHE sekarang yang dulunya adalah eks JOB/BOB yang operatornya 
Pertamina tapi berpartner. Umumnya masih lapangan minyak dan masih dekat 
fasilitas produksi. Ketiga adalah blok yang operatornya K3S lain tapi PHE masih 
memilik share. Umumnya lapangan gas besar seperti Lapangan Suban. Keempat 
adalah blok eks TAC. Blok ini umumnya kembali ke Pertamina EP setelah 
kontraknya habis. Namun blok TAC yang menarik adalah blok Cepu. Ditemukan oleh 
Pertamina dan operatornya diberikan kepada 'asisten'nya. Jelas kalah secara 
politis dan psikologis. Mungkin juga teknis dengan paradigma pada saat itu? 
Kelima adalah blok yang diperoleh dengan 'jalan pintas' (baca: breakthrough) 
yaitu dengan cara akuisisi blok K3S lain. Yaitu seperti blok ONWJ   WMO. Dan 
sebentar lagi blok Mahakam, walaupun masih mendapat 'tantangan', sehingga 
strategu ubu . Inilah mungkin salah dua program Dirut Pertamina untuk 
mengamankan kebutuhan energi nasional yang membuat beliau dulu
 terpilih.

Kesimpulannya, pembagian blok dulu diperkirakan berkorelasi dengan kondisi 
politik  psikologi para pengambil kebijakannya. Blok Pertamina EP (47%?)  
adalah blok bagus dengan play concept dulu.  Dengan play concept baru (go 
deeper) atau target gas, blok ini bisa jadi bukan blok yang terlalu bagus, 
kecuali dengan menggunakan play yang keluar kotak (out of the box). Jadi 
luasnya blok Pertamina sekarang tidak otomatis berkorelasi dengan produksinya. 
Namun bagaimanapun kritikan tersebut bisa diambil pelajarannya terutam untuk 
transformasi SDMnya (baca: energi terbarukannya). waabs.


rgds,
aminb 3323




 Dari: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Kepada: Iagi iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:30
Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding 
alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung.
Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan?
Aku tidak faham bagaimana menghitungnya.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik fatchurzamil

R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina 
skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
 Pertamina Cuma Nomor 3


Terima kasih mas Andang. 
Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau 
adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha 
untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg 
udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah 
tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya 
yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga 
harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan 
cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke 
tahun. 



Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Bandono Salim
ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian 
Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena 
keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah 
secara ekonomi dan politik. 
Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, 
ADB pasti lebih tau, drpd aku.
Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, 
sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan 
mereka.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata

Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Brahmantyo Gunawan
'Tahu itu relatif Pak,  bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya 
atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di 
dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti 
faham semuanya,  misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu 
:-) 

Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan 
Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, 
yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK 
Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan 
seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, 
karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, 
katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani 
selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja.     

Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika 
usaha EP Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah 
reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih 
meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan 
data seismik secara signifikandi WK 
Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi 
maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing.  Mengenai 
kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali 
tidak kalah dengan SDM di MNC tu..

Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan 
saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk 
mendapat kesempatan/peluang.

Salam.
BKG
(Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) 

- Pesan Asli -
Dari: fatchurza...@yahoo.co.id fatchurza...@yahoo.co.id
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Cc: 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39
Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3


R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina 
skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Terima kasih mas Andang. 
Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau 
adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha 
untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg 
udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah 
tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya 
yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga 
harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan 
cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke 
tahun. 



Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Bandono Salim
Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik 
tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul Intensitas Perang 'neocortex' di 
Indonesia semakin tinggi. 
Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik 
memjadi penjajahan politik  ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, 
ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. 
Lah buka sajalah sendiri di PR.
Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2.   pupuk 
bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan 
dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah.  
Silakan buka saja PR di media elektronik.
Salam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas

Re: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Arif Zardi Dahlius

Zardi®

-Original Message-
From: Brahmantyo Gunawan brm...@yahoo.com
Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:32 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

'Tahu itu relatif Pak,  bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya 
atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di 
dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti 
faham semuanya,  misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu 
:-) 

Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan 
Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, 
yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK 
Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan 
seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, 
karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, 
katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani 
selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja.     

Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika 
usaha EP Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah 
reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih 
meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan 
data seismik secara signifikandi WK 
Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi 
maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing.  Mengenai 
kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali 
tidak kalah dengan SDM di MNC tu..

Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan 
saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk 
mendapat kesempatan/peluang.

Salam.
BKG
(Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) 

- Pesan Asli -
Dari: fatchurza...@yahoo.co.id fatchurza...@yahoo.co.id
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Cc: 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39
Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3


R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina 
skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nugrahani nugrah...@bpmigas.go.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi
Pertamina Cuma Nomor 3


Terima kasih mas Andang. 
Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau 
adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha 
untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg 
udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah 
tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya 
yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga 
harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan 
cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke 
tahun. 



Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3

Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik liamsi
Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat ,
masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B
yg besar bukan Hil yg mustahal juga  membawa G to G juga, dalam
kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg
membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah
berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau
memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang.
Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian (
Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang )
Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga
dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam.


KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS
23-27 JULI 2012

Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian
ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa
Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis
dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan
kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan
Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan 
rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012
dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri
Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012).
Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama
bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran
perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang
mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET
perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di
Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, 
Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President
TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa
(24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa
mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister
of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine
Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET 
menyampaikan
apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan
memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi
salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan
keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal
senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai
keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini
yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru
di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan
eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam.
Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu
siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan
rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign
and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan
beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri
ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan
rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta
bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana
investasi ke depan di Indonesia.
ism



 Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di
 halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul
 Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi.

 Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang
 mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik
 ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang,
 ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank
 Dunia.
 Lah buka sajalah sendiri di PR.
 Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror
 anak2.   pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata
 dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh
 pemerintah.
 Silakan buka saja PR di media elektronik.
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: abacht...@cbn.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi
 Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
 Hampir-hampir saya tidak
 percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini
 berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan
 sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan
 professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas
 kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg
 berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha
 Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai
 MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang
 Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya
 Blok Mahakam ini.

 Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu
 mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok
 Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum
 memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan
 migas Indonesia benar-benar terasa

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Bandono Salim
Pasti apa yang mereka minta diberi oleh NKRI. 
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:28 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat ,
masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B
yg besar bukan Hil yg mustahal juga  membawa G to G juga, dalam
kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg
membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah
berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau
memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang.
Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian (
Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang )
Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga
dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam.


KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS
23-27 JULI 2012

Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian
ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa
Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis
dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan
kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan
Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan 
rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012
dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri
Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012).
Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama
bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran
perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang
mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET
perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di
Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, 
Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President
TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa
(24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa
mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister
of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine
Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET 
menyampaikan
apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan
memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi
salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan
keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal
senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai
keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini
yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru
di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan
eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam.
Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu
siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan
rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign
and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan
beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri
ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan
rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta
bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana
investasi ke depan di Indonesia.
ism



 Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di
 halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul
 Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi.

 Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang
 mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik
 ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang,
 ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank
 Dunia.
 Lah buka sajalah sendiri di PR.
 Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror
 anak2.   pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata
 dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh
 pemerintah.
 Silakan buka saja PR di media elektronik.
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: abacht...@cbn.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi
 Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
 Hampir-hampir saya tidak
 percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini
 berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan
 sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan
 professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas
 kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg
 berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha
 Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai
 MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang
 Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik kartiko samodro
Total explorasi 24 block di Indonesia ?
Mangkanya kok rasanya sibuk terus, kerja enggak berhenti henti dan
gonta ganti subjek cepet cepet ya...

On 9/13/12, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote:
 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat ,
 masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B
 yg besar bukan Hil yg mustahal juga  membawa G to G juga, dalam
 kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada pintunya di UU yg
 membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah
 berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau
 memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang.
 Pertanyaannya apakah dihilangkan saja pintunya tsb sekalian (
 Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang )
 Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga
 dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam.


 KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS
 23-27 JULI 2012

 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian
 ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa
 Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis
 dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan
 kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan
 Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM
 dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012
 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri
 Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012).
 Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama
 bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran
 perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang
 mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET
 perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di
 Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya,
 Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President
 TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa
 (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa
 mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister
 of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine
 Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden
 ERAMET menyampaikan
 apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan
 memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi
 salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan
 keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal
 senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai
 keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini
 yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru
 di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan
 eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam.
 Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu
 siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan
 rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign
 and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan
 beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri
 ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan
 rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta
 bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana
 investasi ke depan di Indonesia.
 ism



 Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di
 halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul
 Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi.

  Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang
 mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik
 ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang,
 ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank
 Dunia.
  Lah buka sajalah sendiri di PR.
 Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror
 anak2.   pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata
 dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh
 pemerintah.
  Silakan buka saja PR di media elektronik.
 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerryŽ

 -Original Message-
 From: abacht...@cbn.net.id
 Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi
 Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
  Hampir-hampir saya tidak
 percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini
 berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan
 konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan
 sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan
 professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas
 kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

 Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg
 berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha
 Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai
 MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang
 Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk
 mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya
 Blok Mahakam ini

Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Andri Syafriya
just curious, angka 47% itu dari total existing field yang ada di Indonesia, 
atau WK Pertamina 47% dari total wilayah kerja yang ada di Indonesia. Saya agak 
ragu kalau itu angka dari existing field.

Salam,

Andri




 Dari: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
Kepada: iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 15:14
Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Rekan

Saya pernah posting di iagi millis  pada saat Pak Rudi ini diangkat , mengenai 
kemampuan WaMen yang satu ini yang kurang lebih berbunyi  rasanya beliau 
kurang mampu dibandingkan dengan Alm Mr W , al karena background ilmunya , 
semoga perkiraan saya salah , begitu komentar saya waktu itu. 

 Ternyata berdasarkan tulisan dibawah ini kesangsian  saya tidak salah , Semoga 
 Allah SWT  memaafkan saya. 

Bukannya menyetujui dan meng - amin -i niat PTM supaya produksinya jadi nomor 
satu sebagai satu National Oil Enterprise , malahan menentang .



Dan.salah satu alasannya adalah .memerlukan biaya yang tinggi 
.dan teknologi . Heem rasa rendah diri salah satu ciri mantan warga 
negeri TERJAJAH.

Semoga ak Dahlan Iskan berpendapat lain .

Semoga pak Wamen  membaca e-mail saya ini.

si Abah 




 From: Bandono Salim bandon...@gmail.come
To: Iagi iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 1:30 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding 
alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung.
Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan?
Aku tidak faham bagaimana menghitungnya.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi, ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini
Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas
pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak
per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya
memiliki 2 wilayah kerja saja, tegas Rudi.
Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total
EP Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi
produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara
minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah
kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu
barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah
kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3
ribu barel setara minyak per hari.




___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id 




PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Ndang

Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya 
Apa yang bikin dia berubah  
Saya sangat suudon , kalau menuduh ada apa apa nya ya

si Abah



 From: abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya, kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas

Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3

2012-09-13 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Don

Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang  harus 
dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap 
atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya.

si Abah 



 From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
To: Iagi iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian 
Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena 
keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah 
secara ekonomi dan politik. 
Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, 
ADB pasti lebih tau, drpd aku.
Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, 
sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan 
mereka.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: ... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi. Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia, kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9