Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-11 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Maaf sekali lagi, sebetulnya rumusan yang saya kemukakan itu bukan pendapat 
saya, saya masih mempunyai "open mind" mengenai LUSI ini.
Tetapi itulah yang seyogianya  yang harus di rumuskan oleh Panitya Perumus 
International Geological Worshop of LUSI yang mengikuti tekanan dari pihak 
tertentu, mungkin demi kepentingan nasional, mungkin demi kepentingan lainnya. 
Dengan demikian tidak terjerumus untuk mengabaikan kebenaran / kaidah-kaidah 
ilmiah. Sekarang sih sudah lewat, apa mau diralat?
Saya sangat memahami karena Ketua Umum IAGI juga adalah pejabat mungkin berada 
dalam tekanan, sehingga ia harus sangat bijaksana dalam mengarahkan jalannya 
workshop ini (mungkin dia ketua steering committee?). Walaupun saya sendiri 
belum pernah menjadi seorang pejabat pada echelon mana pun, tetapi saya dapat 
sangat memahami dan memaklumi. Surat terbuka saya ini adalah mengenai 'wisdom' 
sebagai maka Sdr. Andang kemukakan. Bahwasanya rumusan itu sesuai dengan 
definisi dalam Wilkipideia, itu kebetulan saja, karena saya sendiri mempunyai 
definisi sendiri serta klasifikasi bencana (kalau tidak salah dimuat dalam 
blog-nya Sdr. Rovicky)
Itu saja yang ingin saya luruskan. Semoga tidak menimbulkan perseteruan lebih 
lanjut.
RPK
  - Original Message - 
  From: Supardan 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Friday, March 09, 2007 9:56 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  Saya sangat setuju dengan pendapat bapak kita (Bp. RPK) yang terakhir ini. 
Perdebatan mengenai penyebab terjadinya semburan lumpur, saya kira masih butuh 
waktu panjang untuk diperoleh kesepakatan-kesepakatan dan semua pihak tidak 
perlu memaksakan kesepakatan kelompoknya adalah yang paling benar. Yang 
demikian itu pada akhirnya kan hanya menimbulkan peseteruan dan perpecahan. 

  Setiap bencana (jenis apapun) tentu akan menghasilkan orang-orang miskin 
baru. Tapi yang kita heran, setiap bencana ternyata juga meghasilkan 
orang-orang kaya baru. Moga-moga teman-teman IAGI dan teman-teman geosains pada 
umumnya serta pakar dari disiplin ilmu apapun di negeri tercinta ini tidak 
memanfaatkan musibah untuk mendulang rupiah. Amien.  

  Pardan
  Dinas ESDM Prop. Jatim.

  On 3/8/07, R.P. Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
 
Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini 
menyatakan:
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan lumpur 
panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah berkembang menjadi 
gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar kendali manusia, maka seyogianya 
 gejala ini dinyatakan sebagai (murni) bencana alam" 
Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin 
dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
Wasalam
RPK

  - Original Message - 
  From: R.P. Koesoemadinata 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru

   
  Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa 
Lusi ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
  Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran. 
Namanya juga International Geological Workshop.
  RPK
- Original Message - 
From: Untung M 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli 
Geologi Saling Berseteru

 
Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis 
ini. Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga 
sepertinya hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat 
maunya real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. 
Oleh karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang 
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari 
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai 
seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai 
sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul 
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop. Demikan 
saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia ini yang tidak 
dapat dpecahkan.  
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung
  - Original Message - 
  From: Andang Bachtiar 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
      Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru

   
  "P

RE: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-09 Terurut Topik Turidho (TURIDHO)
saya pribadi setuju dg rumusan akhir yang seyogyanya dihasilkan dari
workshop tsb seperti yang dikemukakan pak Kusuma dibawah ini. Cukup
bijaksana. 
-ido-

 


From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 08, 2007 10:18 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini
menyatakan:
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan
lumpur panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah
berkembang menjadi gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar
kendali manusia, maka seyogianya  gejala ini dinyatakan sebagai (murni)
bencana alam"
Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang
mungkin dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
Wasalam
RPK
 

- Original Message - 
From: R.P. Koesoemadinata <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli
Geologi Saling Berseteru

Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat
bahwa Lusi ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan
pemboran.
Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan
pemboran. Namanya juga International Geological Workshop.
RPK

- Original Message - 
From: Untung M <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re:
[iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang
LUSI di milis ini. Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan
tetapi saya duga sepertinya hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu
yang kita kehendaki. Rakyat maunya real work. Jadi "Just do it" jangan
hanya NATO. No action talk only. Oleh karena itu bersilahturrahmi dengan
mengadakan "Technical Workshop" Undang seluruh geosaintis yang dianggap
bisa memberi kontribusi yang berarti dari segala bidang  termasuk
orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai seminar hilang
tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai sebagai
pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop.
Demikan saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia
ini yang tidak dapat dpecahkan. 
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung

- Original Message - 
From: Andang Bachtiar
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
                Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re:
[iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re:
Surat Terbuka dari Prof RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar
karena "hal-biasa" yang disebut sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang
menyangkut hasil analisis tentang apakah penyebab-pemicu semburan
tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa bumi) yang diluar
kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi kejadian-nya dalam
skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  tetapi lebih ke
masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap,
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:
 
1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial
saintifik yang punya implikasi hukum-politik-bisnis semata-mata dari
suatu acara diskusi yang minim interaksi yang digelar dengan stempel
"workshop" tetapi pada kenyataannya adalah "seminar" atau lebih parahnya
menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi pendapat sepihak" bisa
dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika pengambilan kesimpulan
ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya implikasi sepenting
itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", dimana setiap
konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang dalam
hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.
 
2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak
secara seimbang menampilkan presentasi dan diskusi tentang berbagai
konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung ke salah satu konsep, padahal
para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara tersebut - tetapi
tidak diberi kesempatan 

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik Supardan

Saya sangat setuju dengan pendapat bapak kita (Bp. RPK) yang terakhir ini.
Perdebatan mengenai penyebab terjadinya semburan lumpur, saya kira masih
butuh waktu panjang untuk diperoleh kesepakatan-kesepakatan dan semua pihak
tidak perlu memaksakan kesepakatan kelompoknya adalah yang paling benar.
Yang demikian itu pada akhirnya kan hanya menimbulkan peseteruan dan
perpecahan.

Setiap bencana (jenis apapun) tentu akan menghasilkan orang-orang miskin
baru. Tapi yang kita heran, setiap bencana ternyata juga meghasilkan
orang-orang kaya baru. Moga-moga teman-teman IAGI dan teman-teman geosains
pada umumnya serta pakar dari disiplin ilmu apapun di negeri tercinta ini
tidak memanfaatkan musibah untuk mendulang rupiah. Amien.

Pardan
Dinas ESDM Prop. Jatim.

On 3/8/07, R.P. Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


 Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini
menyatakan:
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan
lumpur panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah berkembang
menjadi gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar kendali manusia, maka
seyogianya  gejala ini dinyatakan sebagai (murni) bencana alam"
Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin
dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
Wasalam
RPK


- Original Message -
*From:* R.P. Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
*Subject:* Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa
Lusi ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran.
Namanya juga International Geological Workshop.
RPK

- Original Message -
*From:* Untung M <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* iagi-net@iagi.or.id
*Sent:* Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
*Subject:* Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini.
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar.
Selesai seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus
dipakai sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang
betul-betul matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical
workshop. Demikan saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di
dunia ini yang tidak dapat dpecahkan.
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung

- Original Message -
*From:* Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* iagi-net@iagi.or.id
*Sent:* Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
*Subject:* [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK)
tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut
sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang
apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses
alam (gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk
memprediksi kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu
geologi),.  tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah,
kematangan bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim
interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya
adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah
"sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika -
sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah
yang punya implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar
"workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session
tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk
melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih
cenderung ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga
hadir di acara tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan
diskusi secara pro

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Senada dengan uraian ini
Tanggal 5 September 2006 saya menuliskannya dalam sebuah tulisan
berjudul " Kecelakaan industri yang menjadi bencana alam yg
multidimensi"
http://rovicky.wordpress.com/2006/09/05/kecelakaan-industri-yang-menjadi-bencana-alam-yg-multidimensi/

rdp

On 3/9/07, miko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



Yth. Pak Koesoema dan Mas Yo,

Rumusan yang diusulkan oleh Pak Koesoema sangat tepat  dan bijaksana , serta
sangat sesuai dengan definisi tentang Natural Disaster yang disitir oleh Mas
Yo dari ensiklopedi Wikipedia. Waktu datangnya email  sangat bertepatan dan
pasti akan menggembirakan para pengusaha pemboran migas dan para  well-site
geologists/ engineers yang selama ini  diciutkan nyalinya untuk
mengekplorasi potensi migas di cekungan2 sedimen yang berisiko tinggi.
Rumusan tersebut seharusnya segera disosialisasikan secara luas ke
masyarakat.

Selamat Pak Koesoema, selamat Mas Yo.

Salam batumulia, mang Okim


- Original Message -

From:
To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Thursday, March 08, 2007 10:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini
menyatakan:
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan lumpur
panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah berkembang
menjadi gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar kendali manusia, maka
seyogianya  gejala ini dinyatakan sebagai (murni) bencana alam"
Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin
dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
Wasalam
RPK


- Original Message -
From: R.P. Koesoemadinata
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa Lusi
ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran. Namanya
juga International Geological Workshop.
RPK

- Original Message -
From: Untung M
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru


Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini.
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar.
Selesai seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus
dipakai sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang
betul-betul matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical
workshop. Demikan saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di
dunia ini yang tidak dapat dpecahkan.
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung

- Original Message -
From: Andang Bachtiar
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling
Berseteru


"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK)
tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut
sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang
apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses
alam (gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk
memprediksi kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu
geologi),.  tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah,
kematangan bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi
yang minim interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada
kenyataannya adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta
adalah "sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika
- sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah
yang punya implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar
"workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session
tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk
melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan
presentasi dan

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik miko
Yth. Pak Koesoema dan Mas Yo,

Rumusan yang diusulkan oleh Pak Koesoema sangat tepat  dan bijaksana , serta 
sangat sesuai dengan definisi tentang Natural Disaster yang disitir oleh Mas Yo 
dari ensiklopedi Wikipedia. Waktu datangnya email  sangat bertepatan dan pasti 
akan menggembirakan para pengusaha pemboran migas dan para  well-site 
geologists/ engineers yang selama ini  diciutkan nyalinya untuk mengekplorasi 
potensi migas di cekungan2 sedimen yang berisiko tinggi. Rumusan tersebut 
seharusnya segera disosialisasikan secara luas ke masyarakat.

Selamat Pak Koesoema, selamat Mas Yo.

Salam batumulia, mang Okim


- Original Message - 
  From: 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, March 08, 2007 10:18 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
  Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini 
menyatakan:
  ..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan lumpur 
panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah berkembang menjadi 
gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar kendali manusia, maka seyogianya 
 gejala ini dinyatakan sebagai (murni) bencana alam"
  Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin 
dapat dterima oleh fihak2 yang berseteru.
  Wasalam
  RPK

- Original Message - 
From: R.P. Koesoemadinata 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa Lusi 
ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran. 
Namanya juga International Geological Workshop.
RPK
  - Original Message - 
  From: Untung M 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  Assalaam'ulaikum wr.wb.,
  Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini. 
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya 
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya 
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh 
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang 
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari 
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai 
seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai 
sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul 
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop. Demikan 
saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia ini yang tidak 
dapat dpecahkan. 
  Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
  M. Untung
- Original Message - 
From: Andang Bachtiar 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
        Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof 
RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut 
sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang 
apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam 
(gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi 
kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, 
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya 
implikasi hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim 
interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya 
adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah 
"sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - 
sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang 
punya implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar 
"workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session 
tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk 
melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan 
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung 
ke salah satu konsep, padahal para ahli 

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Maaf, saya tidak bermaksud kasar seperti tercantum di bawah ini.
Saya kira alangkah bijaksananya kalau rumusan akhir dari Workshop ini 
menyatakan:
..."Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penyebab dari semburan lumpur 
panas Sidoarjo ini, namun mengingat bahwa gejala ini telah berkembang menjadi 
gunungapi lumpur yang dahsyat sehingga di luar kendali manusia, maka seyogianya 
 gejala ini dinyatakan sebagai (murni) bencana alam"
Saya kira pernyataan ini  adalah cukup bijaksana dan elegant yang mungkin dapat 
dterima oleh fihak2 yang berseteru.
Wasalam
RPK

  - Original Message - 
  From: R.P. Koesoemadinata 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, March 08, 2007 8:57 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa Lusi 
ini adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
  Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran. Namanya 
juga International Geological Workshop.
  RPK
- Original Message - 
From: Untung M 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini. 
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya 
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya 
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh 
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang 
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari 
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai 
seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai 
sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul 
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop. Demikan 
saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia ini yang tidak 
dapat dpecahkan. 
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung
  - Original Message - 
  From: Andang Bachtiar 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
      Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  "Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof 
RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut 
sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang 
apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam 
(gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi 
kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, 
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

  1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi 
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim interaksi 
yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya adalah 
"seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi 
pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika 
pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya 
implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", 
dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang 
dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.

  2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan 
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung 
ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara 
tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan diskusi secara 
proporsional seperti yang lainnya.

  3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan 
profesi yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses 
analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya: tidak 
didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin lainnya) tentang masalah 
data teknis real-time-chart / geolograph selama pemboran dan implikasinya pada 
kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut sebenarnya adalah kompetensi 
dari para ahli wellsite-operation geology,... dan lebih parahnya, tidak seperti 
data primer geologi bawah permukaan dan permukaan yang berlimpah dan accessible 
bagi kebanyakan ahli (seismik, trace sesar di permukaan, data satelit, 
data-sampel lumpur dsb), tipe data pemboran yan

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Saya kira workshop ini hanya bertujuan untuk menghimpun pendapat bahwa Lusi ini 
adalah murni bencana alam dan tidak ada hubungan dengan pemboran.
Jadi hanya untuk membebaskan tanggung jawab yang melakukan pemboran. Namanya 
juga International Geological Workshop.
RPK
  - Original Message - 
  From: Untung M 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Thursday, March 08, 2007 4:17 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi 
Saling Berseteru


  Assalaam'ulaikum wr.wb.,
  Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini. 
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya 
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya 
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh 
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang 
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari 
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai 
seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai 
sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul 
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop. Demikan 
saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia ini yang tidak 
dapat dpecahkan. 
  Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
  M. Untung
- Original Message - 
From: Andang Bachtiar 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling 
Berseteru


"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK) 
tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut sebagai 
perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang apakah 
penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa 
bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi 
kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, 
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi 
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim interaksi 
yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya adalah 
"seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi 
pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika 
pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya 
implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", 
dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang 
dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan 
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung 
ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara 
tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan diskusi secara 
proporsional seperti yang lainnya.

3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan profesi 
yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses 
analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya: tidak 
didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin lainnya) tentang masalah 
data teknis real-time-chart / geolograph selama pemboran dan implikasinya pada 
kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut sebenarnya adalah kompetensi 
dari para ahli wellsite-operation geology,... dan lebih parahnya, tidak seperti 
data primer geologi bawah permukaan dan permukaan yang berlimpah dan accessible 
bagi kebanyakan ahli (seismik, trace sesar di permukaan, data satelit, 
data-sampel lumpur dsb), tipe data pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) 
adalah data sekunder (bahkan tersier) berasal dari daily drilling report, final 
well report, dsb, genuine geolograph dan real-time-chart data tidak pernah 
bisa diakses (dan diperiksa dan didiskusikan) oleh para ahli.

4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4 pembicara yang dapat dianggap 
mempunyai kompetensi tentang masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya 2 yang 
mempunyai latar belakang geosains yang diasumsikan dapat mengekstrasi informasi 
geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat belas (14) pembicara lainnya 
kebanyakan mengandalkan data geologi-geofisika (yang punya dimensi lebih 
besar/regional dibanding dengan data pemboran) untuk membuat analisis dan 
sintesis tentang penyebab-pemicu semburan lumpur. Dengan demikian trend 
"workshop" lebih berat pada pemba

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-08 Terurut Topik Untung M
Assalaam'ulaikum wr.wb.,
Saya senang sekali membaca pendapat geosaintis tentang LUSI di milis ini. 
Banyak kandungan ilmiah dalam pendapat itu. Akan tetapi saya duga sepertinya 
hanya adu intektualitas saja.  Bukan itu yang kita kehendaki. Rakyat maunya 
real work. Jadi "Just do it" jangan hanya NATO. No action talk only. Oleh 
karena itu bersilahturrahmi dengan mengadakan "Technical Workshop" Undang 
seluruh geosaintis yang dianggap bisa memberi kontribusi yang berarti dari 
segala bidang  termasuk orang-orang sosial. Ini bukan sekedar seminar. Selesai 
seminar hilang tak ada bekas. Hasil technical workshop ini harus dipakai 
sebagai pedoman kerja. Hasil ini sudah melalui penggodokan yang betul-betul 
matang. Tentunya disetujui oleh setiap peserta technical workshop. Demikan 
saran saya. Semoga dapat dilaksanakan. Ta' ada masalah di dunia ini yang tidak 
dapat dpecahkan. 
Wassalaam'ulaikum wr.wb.,
M. Untung
  - Original Message - 
  From: Andang Bachtiar 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Wednesday, March 07, 2007 9:39 PM
  Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling 
Berseteru


  "Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK) 
tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut sebagai 
perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang apakah 
penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa 
bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi 
kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, 
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

  1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi 
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim interaksi 
yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya adalah 
"seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi 
pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika 
pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya 
implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", 
dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang 
dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.

  2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan 
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung 
ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara 
tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan diskusi secara 
proporsional seperti yang lainnya.

  3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan profesi 
yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses 
analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya: tidak 
didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin lainnya) tentang masalah 
data teknis real-time-chart / geolograph selama pemboran dan implikasinya pada 
kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut sebenarnya adalah kompetensi 
dari para ahli wellsite-operation geology,... dan lebih parahnya, tidak seperti 
data primer geologi bawah permukaan dan permukaan yang berlimpah dan accessible 
bagi kebanyakan ahli (seismik, trace sesar di permukaan, data satelit, 
data-sampel lumpur dsb), tipe data pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) 
adalah data sekunder (bahkan tersier) berasal dari daily drilling report, final 
well report, dsb, genuine geolograph dan real-time-chart data tidak pernah 
bisa diakses (dan diperiksa dan didiskusikan) oleh para ahli.

  4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4 pembicara yang dapat dianggap 
mempunyai kompetensi tentang masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya 2 yang 
mempunyai latar belakang geosains yang diasumsikan dapat mengekstrasi informasi 
geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat belas (14) pembicara lainnya 
kebanyakan mengandalkan data geologi-geofisika (yang punya dimensi lebih 
besar/regional dibanding dengan data pemboran) untuk membuat analisis dan 
sintesis tentang penyebab-pemicu semburan lumpur. Dengan demikian trend 
"workshop" lebih berat pada pembahasan geologi regional, tektonik, dimensi 
waktu yang besar, dan kurang menyentuh analisis rinci dan dimensi waktu yang 
lebih instant/pendek, termasuk kurang disentuhnya kemungkinan-kemungkinan 
pemicuan semburan oleh kejadian-kejadian selama pemboran.

   "Silaturahmi" sebagai jawaban dari "perseteruan" - seperti diusulkan oleh 
banyak email - mustinya dimaknai dan diimplementasikan sebagai sesuatu yang 
lebih mendasar dan ber-dimensi organisasi. Seperti kita lihat dalam dalam 15 
bulan ter

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-07 Terurut Topik nyoto - ke-el

Apa lagi katanya ada yang sebetulnya cukup berkompeten punya data2 LUSI
lengkap & berpengalaman dalam "study" kasus tsb, tetapi tidak ikut datang
pada acara seminar tsb, biarpun disesalkan oleh beberapa pihak (termasuk yth
prof RPK).

Ternyata ybs memang sengaja tidak datang, biarpun menerima undangan untuk
kehadirannya dalam seminar tsb & dia telah memutuskan untuk "lebih baik"
tidak datang, karena ada catatan bahwa dia boleh datang tetapi hanya sebagai
"pendengar".

Dengan kata lain dia "tidak diperkenankan" ikut aktif dalam diskusi2 selama
mengikuti seminar tsb.  Keputusan untuk tidak datang ke seminar adalah hak
penuh pribadinya, tetapi sebagai orang yang berkompeten dalam masalah
LUSI maka sangat disayangkan kalau tidak menghadiri seminar tsb.

Tetapi ya itu tadi, kalau misalnya dia datang, tetapi "tidak bisa"
mengeluarkan pendapatnya (karena memang ybs banyak tahu masalah tsb & ada
pesan "hanya sebagai pendengar saja"), maka ya sama saja "tidak hadir", jadi
keputusannya untuk tidak hadir adalah *pas* dengan situasi & kondisinya.
Yang kurang pas adalah kenapa dia diundang "hanya sebagai pendengar saja" ?


Kelihatannya pihak pelaksana seminar sejak awal memang ada "kecenderungan"
untuk menggiring kesimpulan hasil seminar yaitu dengan sengaja tidak mau
mengemukakan konsep2 yang kira2 akan berseberangan dengan "kesimpulan" yang
sudah direncanakan semula.

Dalam hal ini sebagai seminar ilmiah (karena diadakan oleh para "ahli
akademisi") kayaknya acaranya berjalan kurang ilmiah atau kurang fair,
karena ada hal2 / konsep2 yang sengaja "tidak" diberi kesempatan atau
dipancung untuk dibahas dalam seminar tsb.

Mudah2an kritik ini sebagai kritik membangun bisa menyadarkan pihak
penyelenggara seminar untuk dikemudian hari bisa lebih fair lagi dalam
penyelenggaraan seminar2 ilmiah berikutnya.  Kalau ada kata2 yang kurang
pas, sebagai seorang manusia yang tidak bisa lepas dari kesalahan &
kekeliruan, mohon dimaafkan.



wass,
nyoto (TG.'74)









On 3/7/07, Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


 "Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof
RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut
sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang
apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses
alam (gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk
memprediksi kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu
geologi),.  tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah,
kematangan bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim
interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya
adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah
"sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika -
sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah
yang punya implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar
"workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session
tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk
melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih
cenderung ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga
hadir di acara tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan
diskusi secara proporsional seperti yang lainnya.

3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan
profesi yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses
analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya:
tidak didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin lainnya) tentang
masalah data teknis real-time-chart / geolograph selama pemboran dan
implikasinya pada kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut
sebenarnya adalah kompetensi dari para ahli wellsite-operation geology,...
dan lebih parahnya, tidak seperti data primer geologi bawah permukaan dan
permukaan yang berlimpah dan accessible bagi kebanyakan ahli (seismik, trace
sesar di permukaan, data satelit, data-sampel lumpur dsb), tipe data
pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) adalah data sekunder (bahkan
tersier) berasal dari daily drilling report, final well report, dsb,
genuine geolograph dan real-time-chart data tidak pernah bisa diakses (dan
diperiksa dan didiskusikan) oleh para ahli.

4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4 pembicara yang dapat dianggap
mempunyai kompetensi tentang masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya 2
yang mempunyai latar belakang geosains yang diasumsikan dapat mengekstrasi
informasi geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat belas (14)
pembicara lainnya kebanyakan mengandalkan data geologi-geofisika (yang punya
di

Re: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-07 Terurut Topik yrsnki


> 
    Halo halo PP IAGI , bagaimana nih ada kritk
dari Mantan yang masih "fresh"
    lengser
!!!
    Tentunya dalam hal komunikasi saya sangat
sependapat dengan ADB,
 yang penting JUGA
adalah harus diingat bahwa ada hal hal yang bisa sensitif
 apabila kesimpulan ilmiah (apalagi berdasarkan
data yang kurang akurat) di-
 sampaikan
ke[ada masyarakat .
 Apalagi menjadi acuan
Pengambil keputusan !!

 Tapi
ini tidak berarti bahwa kita harus TAKUT , apabila memang kita sebagai
 ahli kebumian (siapa-pun) yakin bahwa apa ynag
kita sampaikan mempunyai
  dasar
ilmiah.

  IAGI sebagai institusi
resmi dari para ahli tentunya dapat dengan bijaksana memberi-
  suatu kesimpulan dalam suatu kasus
(seperti  LUSI), apabila memang memiliki
  keberanian yang DILANDASI oleh fakta dan
data.

   Nah WORKSHOP bukan
"workshop"2 -an sebagaimana diusulkan ADB akan 
   merupakan satu2nya jalan bagi IAGI
untuk menghasilkan  hal yang saya sebutkan 
   diatas.

   ADB sudah berani menyatakan luas
daerah yang harus dikosongkan  sebagai
   salah satu usulan pemecahan masalah
LUSI , nah artinya paling tidak dia sudah 
    mempunyai dasar . PP IAGI
harus berani menguji- nya !

  Sudah cukup lama "bola liar"
berada di-IAGI (sebagian) dan diluar (sebagian) , nah 
  saat-nya IAGI sebagai suatu institusi
memberikan "kesimpulan akhir" dengan meng-
  himpun seluruh potensi sehingga mapu
secara bertanggung jawab memberikan 
 
hal ini.

  Diharapkan karikatur
Kompas dimana SBY di kritik  dalam gambaran Presiden yang
  maju - mundur , dengan bekal (salah
satunya) dapat memberikan komando " MAJU
  ... JALAN".

  Kan ksi an   
ESBEYE.


  Si-Abah

 
__
  
 


   "Perseteruan" internal di komunitas IAGI
(re: Surat Terbuka dari Prof RPK)
> tentang Lumpur Sidoardjo bukan
sekedar karena "hal-biasa" yang disebut
> sebagai
perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis
tentang
> apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran
BJP-1 atau proses
> alam (gempa bumi) yang diluar kuasa
pengetahuan manusia saat ini untuk
> memprediksi kejadian-nya
dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu
> geologi),. 
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah,
>
kematangan bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal
berikut:
> 
> 1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial
saintifik yang punya implikasi
> hukum-politik-bisnis semata-mata
dari suatu acara diskusi yang minim
> interaksi yang digelar
dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya
>
adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta
adalah
> "sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan
sebagai jauh dari etika -
> sistimatika pengambilan kesimpulan
ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah
> yang punya implikasi
sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar
>
"workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam
session-session
> tersendiri, yang dalam hal ini mungkin
dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk
> melaksanakannya.
>

> 2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang
menampilkan
> presentasi dan diskusi tentang berbagai
konsep-pendapat, tetapi lebih
> cenderung ke salah satu konsep,
padahal para ahli berbagi konsep lain juga
> hadir di acara
tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan
> diskusi
secara proporsional seperti yang lainnya.
> 
> 3.
Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan
>
profesi yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga
proses
> analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal,
seperti misalnya:
> tidak didiskusikannya secara rinci (spt topik2
sub-disiplin lainnya)
> tentang masalah data teknis
real-time-chart / geolograph selama pemboran
> dan implikasinya
pada kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut
>
sebenarnya adalah kompetensi dari para ahli wellsite-operation
geology,...
> dan lebih parahnya, tidak seperti data primer
geologi bawah permukaan dan
> permukaan yang berlimpah dan
accessible bagi kebanyakan ahli (seismik,
> trace sesar di
permukaan, data satelit, data-sampel lumpur dsb), tipe data
>
pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) adalah data sekunder
(bahkan
> tersier) berasal dari daily drilling report, final well
report, dsb,
> genuine geolograph dan real-time-chart data
tidak pernah bisa diakses (dan
> diperiksa dan didiskusikan) oleh
para ahli.
> 
> 4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4
pembicara yang dapat dianggap
> mempunyai kompetensi tentang
masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya 2
> yang mempunyai
latar belakang geosains yang diasumsikan dapat mengekstrasi
>
informasi geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat belas (14)
> pembicara lainnya kebanyakan mengandalkan data geologi-geofisika
(yang
> punya dimensi lebih besar/regional dibanding dengan data
pemboran) untuk
> membuat

[iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-07 Terurut Topik Andang Bachtiar
"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK) 
tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut sebagai 
perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang apakah 
penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa 
bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi 
kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.  
tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, 
"wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi 
hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim interaksi 
yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya adalah 
"seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi 
pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika 
pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya 
implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", 
dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang 
dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan 
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung 
ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara 
tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan diskusi secara 
proporsional seperti yang lainnya.

3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan profesi 
yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses 
analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya: tidak 
didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin lainnya) tentang masalah 
data teknis real-time-chart / geolograph selama pemboran dan implikasinya pada 
kondisi geologi lubang bor dimana masalah tersebut sebenarnya adalah kompetensi 
dari para ahli wellsite-operation geology,... dan lebih parahnya, tidak seperti 
data primer geologi bawah permukaan dan permukaan yang berlimpah dan accessible 
bagi kebanyakan ahli (seismik, trace sesar di permukaan, data satelit, 
data-sampel lumpur dsb), tipe data pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan) 
adalah data sekunder (bahkan tersier) berasal dari daily drilling report, final 
well report, dsb, genuine geolograph dan real-time-chart data tidak pernah 
bisa diakses (dan diperiksa dan didiskusikan) oleh para ahli.

4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4 pembicara yang dapat dianggap 
mempunyai kompetensi tentang masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya 2 yang 
mempunyai latar belakang geosains yang diasumsikan dapat mengekstrasi informasi 
geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat belas (14) pembicara lainnya 
kebanyakan mengandalkan data geologi-geofisika (yang punya dimensi lebih 
besar/regional dibanding dengan data pemboran) untuk membuat analisis dan 
sintesis tentang penyebab-pemicu semburan lumpur. Dengan demikian trend 
"workshop" lebih berat pada pembahasan geologi regional, tektonik, dimensi 
waktu yang besar, dan kurang menyentuh analisis rinci dan dimensi waktu yang 
lebih instant/pendek, termasuk kurang disentuhnya kemungkinan-kemungkinan 
pemicuan semburan oleh kejadian-kejadian selama pemboran.

 "Silaturahmi" sebagai jawaban dari "perseteruan" - seperti diusulkan oleh 
banyak email - mustinya dimaknai dan diimplementasikan sebagai sesuatu yang 
lebih mendasar dan ber-dimensi organisasi. Seperti kita lihat dalam dalam 15 
bulan terakhir kepengurusan baru PP-IAGI, organisasi kita ini hampir bisa 
dikatakan sebagai tidak pernah bersilaturahmi dengan ribuan anggotanya melalui 
"Berita IAGI" maupun "Majalah Geologi Indonesia", karena memang tidak satupun 
media komunikasi tersebut terbit secara rutin (Berita IAGI hanya sekali terbit 
menjelang PIT Nov 2006 dan MGI tidak terbit sama sekali). Harap diingat bahwa 
hanya 500-600-an jumlah anggota milis IAGI-Net, yang mungkin hanya separohnya 
merupakan anggota resmi IAGI, sehingga kalau ada yang mengatakan bahwa PP-IAGI 
sudah berkomunikasi dengan anggotanya lewat IAGI-net, itu adalah pernyataan 
yang sangat tidak berdasar. Ribuan anggota IAGI yang tersebar di 12 PengDa dan 
di luar negeri, tentunya dengan berbagai macam keahlian (termasuk ahli pemboran 
- ahli wellsite operation geology yang mustinya mengambil peranan lebih dalam 
"workshop" IAGI yang lalu), perlu untuk disapa, disilaturahmi, dan dikunjungi.

Selain itu, "Silaturahmi" hendaknya dilakukan juga dengan membuat sebanyak 
mungkin kegiatan berkumpul baik secara ilmiah maupun untuk tujuan 
kekerabatan-sosial, baik di Pusat, maupun di PengDa-PengDa. Dengan makin banyak 
menyelenggarakan event-event organisasi maka interaksi silaturahmi (ilmiah 
maupun sosial) akan terus menerus terjalin, sehingga perbedaan-perbedaan 

RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-07 Terurut Topik yrsnki


>
> Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai
meretakkan dan
> memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan
terpancing dengan
> "perseteruan" - itu bahasa media
yang bombastis.
> 
> Salam,
> awang

   
___

 Awang kok istilahnya "silaturahmi ?
Kaya arisan saja heheheh
 Yang agak cocok
adalah "kedewasaan profesi", mengenai istilah
  "perseteruan" , akh itu
kan  khas mass media "kalau berita mau menjadi berita 
  maka harus jreng judulnya" (itu kata
temenku Budiono dari Gatra ).

      
Dus jangan terlalu dijadikan fokus , akan tetapi hal ini paling tidak
akan
   memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa dalam ilmu geologi selalu
   ada beberapa pendapat berdasarkan
keyakinan  ilmiah yang dimiliki oleh para
    ahli geologi tsb.

   Cuma ada juga bahaya - nya , yaitu
bahwa ilmu geologi itu TIDAK dapat dijadikan 
   pegangan karena tida PASTI
kebenarannya.

   Tah , kumaha
kang Awang ?

   Si-Abah

> 
>


Re: [iagi-net-l] [FW]Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Taufik Manan
Menurut saya biarlah masyarakat awam semakin
mengetahui tentang geologi terutama dampak yang timbul
sejak gempa dan tsunami, gunung api, semburan lumpur
(mud vulcano), banjir, tanah longsor dan sekarang
gempa di Sumatra.

Himbauan kita marilah sekarang kita mulai "membumikan"
informasi secara benar ilmu geologi(dan juga
geofisika) kepada keluarga, masyarakat dan komunitas
kita yang sebagian besar masih "buta" geologi.

Saya sendiripun pada saat kerja bakti RT di lingkungan
rumah saya dan waktu reuni SMP saya, banyak ditanya
tentang LUSI. Untungnya saya sering mengamati masalah
ini baik melalui media massa, milis ilmiah (termasuk
IAGI dan HAGI), serta sempat ikut juga Workshop LUSI
di BPPT yang sempat mendapat makalah dan download file
dari website IAGI.

Mari kita berdasarkan kaidah ilmiah dan secara bersama
"Memasyarakatkan geologi (dan geofisika) serta
Meng-geologi-kan (meng-geofisika-kan) masyarakat.

Sekedar urun rembug

TAM

--- Nugroho Nugroho <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


-
 p {margin-top:0px;margin-bottom:0px;}
 p {margin-top:0px;margin-bottom:0px;} 
Mudah2an issue mengenai ada beberapa orang yang tidak
menginginkan Lusi berhenti tidak benar.

Sehingga istilah "proyek" relief well, bola beton dll
sehingga mengakibatkan uang Pemerintah habis adalah
juga tidak benar.

Kalo benar ya kok tega-teganya, dilain pihak sekian
banyak rakyat, kesusahan minta ganti rugi tanah saja
sulitnya minta ampun, kok malah ada oknum "mroyek"
(bikin proyek) karena Lusi.

 

Perbedaan pendapat adalah termasuk rahmat Allah SWT,
asal kita bisa menyikapi dengan arif dan masih dalam
kerangka yang positif dalam arti tidak untuk
menjatuhkan satu dengan yang lainnya sama, mungkin
fenomena "geologi saling berseteru" dipengaruhi juga
oleh blow out dari media agar beritanya lebih
bombastis hal ini biasa digunakan oleh para media
cetak maupun elektronik.

 

Tapi apapun beritanya mengenai Geologist, saya senang
karena sekarang Geologist sekarang semakin ngetop
dibandingkan dulu, dulu kalau saya bilang kuliah di
Fakultas Geologi sering orang keliru dengar saya
kuliah di Fakultas Biologi.

 

Salam Geologist

Nugroho




---------[ Received Mail Content ]--
Subject : Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling
Berseteru
Date : Tue, 6 Mar 2007 22:10:02 +0800
>From : "OK Taufik" <[EMAIL PROTECTED]>
To : iagi-net@iagi.or.id

.." LUSI, AKIBAT KELALAIAN DAN 
AROGANISME KEKUATAN UANG DAN KEKUASAAN" 

didukung oleh aku. 



-

Create and Share your own Video Clip Playlist in
minutes at Lycos MIX (http://mix.lycos.com)


-

Create and Share your own Video Clip Playlist in
minutes at Lycos MIX (http://mix.lycos.com)
Hot
News!!!CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March
2007 to [EMAIL PROTECTED] Convention Bali 2007
- The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention and
Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November
2007To
unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.idTo subscribe, send
email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.idVisit IAGI
Website: http://iagi.or.idPembayaran iuran anggota
ditujukan ke:Bank Mandiri Cab. Wisma Alia JakartaNo.
Rek: 123 0085005314Atas nama: Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI)Bank BCA KCP. Manara MuliaNo.
Rekening: 255-1088580A/n: Shinta DamayantiIAGI-net
Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/IAGI-net
Archive 2:
http://groups.yahoo.com/group/iagi-



 

Sucker-punch spam with award-winning protection. 
Try the free Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] [FW]Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Nugroho Nugroho
   







Mudah2an issue mengenai ada beberapa orang yang tidak menginginkan Lusi berhenti tidak benar.
Sehingga istilah "proyek" relief well, bola beton dll sehingga mengakibatkan uang Pemerintah habis adalah juga tidak benar.
Kalo benar ya kok tega-teganya, dilain pihak sekian banyak rakyat, kesusahan minta ganti rugi tanah saja sulitnya minta ampun, kok malah ada oknum "mroyek" (bikin proyek) karena Lusi.
 
Perbedaan pendapat adalah termasuk rahmat Allah SWT, asal kita bisa menyikapi dengan arif dan masih dalam kerangka yang positif dalam arti tidak untuk menjatuhkan satu dengan yang lainnya sama, mungkin fenomena "geologi saling berseteru" dipengaruhi juga oleh blow out dari media agar beritanya lebih bombastis hal ini biasa digunakan oleh para media cetak maupun elektronik.
 
Tapi apapun beritanya mengenai Geologist, saya senang karena sekarang Geologist sekarang semakin ngetop dibandingkan dulu, dulu kalau saya bilang kuliah di Fakultas Geologi sering orang keliru dengar saya kuliah di Fakultas Biologi.
 
Salam Geologist
Nugroho




-[ Received Mail Content ]----------
Subject : Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru
Date : Tue, 6 Mar 2007 22:10:02 +0800
From : "OK Taufik" <[EMAIL PROTECTED]>
To : iagi-net@iagi.or.id

.." LUSI, AKIBAT KELALAIAN DAN 
AROGANISME KEKUATAN UANG DAN KEKUASAAN" 

didukung oleh aku. 






Create and Share your own Video Clip Playlist in minutes at Lycos MIX (http://mix.lycos.com)




Create and Share your own Video Clip Playlist in minutes at Lycos MIX (http://mix.lycos.com)




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Bagiku ini sebuah momentum untuk memperkenalkan geologi lebih mengena
dihati Masyarakat. Apapun namanya perseteruan, ketidak samaan
pendapat, dialektika atau komunikasi ... whatever  pada awalnya
tidak berkonotasi positip atau negatip. Kitalah yang memberikan nilai
positip atau negatip itu. Persis sebuah kejadian alam saja.

Ada sebuah potensi besar untuk lebih memperkenalkan apa itu geologi.
Diawali dengan sebuah bencana alam yang dijelaskan dengan ilmu dan
nalar science, kemudian mulai dikenal science geologi ini, akhirnya
dikenal siapa-siapa geologist itu, kemudian masyarakat akan mulai
sedikit demi sedikit mempelajari, dengan caranya sendiri, termasuk
dengan membaca berita, berdiksusi maupun dengan cara santai Mak Katik
dsb.

Itulah perkembangan kesadaran masyarakat akan ilmu geologi. Saat
inipun mereka (Masyarakat) akan mengetahui bahwa geologi sebagai ilmu
kebumian adalah bukan ilmu mutlak harus begini ... Masyarakat harus
mulai tahu dengan "multi interpretasi".

Aku rasa ini saat yang tepat untuk memanfaatkan momentum "pembelajaran
kegeologian" kepada masyarakat awam.
Belajar biasa lewat bencana yang pahit, bisa saja lewat pendidikan,
bisa juga lewat kuliah maupun seminar  juga lewat "perseteruan"

Selamat belajar !!!

RDP
"lagi kaget denger pesawat Garuda terbakar di Lanuma Adisutjipto
Jogja, ketika sedang mendarat " :(

rdp

On 3/7/07, Fotunadi, Didik (PTI-SOR) <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Sebuah dialektika ilmiah sangatlah positif, karena dari situlah pemikiran2 
selalu dikritisi sehingga selalu lahir konsep2 baru yang lebih baik / lebih 
sempurna. Dan sebuah dialektika, apalagi dialektika ilmiah, jauh dari apa yang 
disebut perseteruan.
salam,
didik

-Original Message-
From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 07, 2007 08:17
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru


Saya setuju dengan Pak Awang, perbedaan pendapat memperluas wawasan
berpikir. Saya teringat wejangan Prof Sartono, tidak pernah ada
kesimpulan akhir dalam geologi. Seperti juga kutipan disalah satu
textbook geology (lupa judulnya) : "Earth scientists and their concept
come and go but the geological features remain".
Kalau saja ada kelompok lain di IAGI yang mempunyai pemikiran yang
berbeda yang pada waktu workshop belum sempat terungkapkan sebaiknya
dipublikasikan juga. Supaya masyarakat tahu perbedaan pemikiran itu
sebetulnya bukan perseteruan.

Witan


-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:41 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Saat saya barusan ngobrol2 dg Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition,
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-





--
http://rovicky.wordpress.com/


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTEC

RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Fotunadi, Didik (PTI-SOR)
Sebuah dialektika ilmiah sangatlah positif, karena dari situlah pemikiran2 
selalu dikritisi sehingga selalu lahir konsep2 baru yang lebih baik / lebih 
sempurna. Dan sebuah dialektika, apalagi dialektika ilmiah, jauh dari apa yang 
disebut perseteruan. 
salam,
didik

-Original Message-
From: Witan Ardjakusumah [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 07, 2007 08:17
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru


Saya setuju dengan Pak Awang, perbedaan pendapat memperluas wawasan
berpikir. Saya teringat wejangan Prof Sartono, tidak pernah ada
kesimpulan akhir dalam geologi. Seperti juga kutipan disalah satu
textbook geology (lupa judulnya) : "Earth scientists and their concept
come and go but the geological features remain".
Kalau saja ada kelompok lain di IAGI yang mempunyai pemikiran yang
berbeda yang pada waktu workshop belum sempat terungkapkan sebaiknya
dipublikasikan juga. Supaya masyarakat tahu perbedaan pemikiran itu
sebetulnya bukan perseteruan.

Witan


-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:41 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Saat saya barusan ngobrol2 dg Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention 
and Exhibition,
Patra Bali, 19 - 22 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Witan Ardjakusumah
Saya setuju dengan Pak Awang, perbedaan pendapat memperluas wawasan
berpikir. Saya teringat wejangan Prof Sartono, tidak pernah ada
kesimpulan akhir dalam geologi. Seperti juga kutipan disalah satu
textbook geology (lupa judulnya) : "Earth scientists and their concept
come and go but the geological features remain".
Kalau saja ada kelompok lain di IAGI yang mempunyai pemikiran yang
berbeda yang pada waktu workshop belum sempat terungkapkan sebaiknya
dipublikasikan juga. Supaya masyarakat tahu perbedaan pemikiran itu
sebetulnya bukan perseteruan.

Witan


-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:41 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Saat saya barusan ngobrol2 dg Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Alman [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:26 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Koran Tempo edisi cetak hari ini membahas 1 halaman khusus ttg hal
ini. Bahkan sampai bersambung di edisi esok hari. Judulnya sangat
menggelitik sekaligus menyindir ahli2 kebumian.

versi web juga ada, hanya lebih singkat & tdk selengkap edisi cetak.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/03/06/brk,20070306-94825,id
.html
_

Ahli Geologi Saling Berseteru
Selasa, 06 Maret 2007 | 04:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 1973-1975, Koesoemadinata,
memprotes hasil pertemuan workshop internasional tentang luapan lumpur
panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang diadakan organisasi itu
pada 20-21 Februari lalu di Jakarta. Sikap protes itu tertuang dalam
surat terbukanya via surat elektronik kepada IAGI pada 25 Februari.

Alasannya, kesimpulan workshop tersebut ia nilai cenderung tidak
mencerminkan IAGI yang independen, tidak relevan dengan materi, bahkan
cenderung bertolak belakang. "Saya sangat prihatin dengan hasil
workshop yang disebutkan bertaraf internasional ini," kata
Koesoemadinata kepada Tempo, Senin (5/3).

Seperti diketahui, pada 20-21 Februari lalu, IAGI bekerja sama dengan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia mengadakan diskusi bertema "International
Geological Workshop on Sidoarjo Mud Volcano".

Koesoemadinata menjelaskan kesimpulan dari workshop itu tidak
mencerminkan materi yang dibahas. Para pembicara masih mempertanyakan
berbagai kemungkinan tentang penyebab semburan lumpur panas. Bahkan
workshop itu buru-buru menyimpulkan penyebab semburan lumpur panas itu
adalah gempa bumi. "Itu memang benar mud vulcano (lumpur panas), tapi
penyebabnya apakah gempa bumi atau kesalahan pengeboran, kan, belum
terjawab," ujarnya.

Seharusnya, menurut dia, IAGI sebagai lembaga ilmuwan
yang independen juga memberi ruang mengenai adanya pendapat bahwa
semburan lumpur panas itu terjadi karena kelalaian pengeboran. "Saya
khawatir kalau sampai IAGI digunakan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu. Padahal kebenaran ilmiah sebagai ilmuwan harus
dipertahankan."

Koesoemadinata mengungkapkan workshop yang dihadiri beberapa ilmuwan
dari luar negeri itu juga hanya menyatakan lumpur panas Lapindo adalah
bencana alam sehingga tidak dapat dihentikan. Namun, tidak memberikan
rekomendasi penanggulangan masalah, padahal itulah yang ditunggu
masyarakat.

Dalam surat terbukanya kepada Ketua Umum IAGI, Koesoemadinata
menyatakan kekecewaan dan keprihatinannya. Dalam pembacaan kesimpulan
workshop, misalnya, menurut dia, seolah-olah sudah ada kesepakatan
bahwa terjadinya gunung api lumpur di Sidoarjo semata-mata murni
bencana alam yang dipicu oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tidak ada
hubungannya dengan kelalaian pengeboran Sumur Banjar Panji-1.

Sampai berita ini diturunkan, Tempo belum berhasil mendapatkan
konfirmasi dar

Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Kabul Ahmad
Berbeda interpretasi dan debat soal sejarah, struktur, tektonik, sekuen geologi 
itu mah biasaaa.
Bahkan agar saya bisa lulus S1 dengan sangat terpaksa membuat dua thesis A dan 
B. Jika dosen A hadir menguji, saya akan pakai thesis "A", jika dosen A tidak 
hadir menguji maka saya pakai thesis "B"...lhadalah gandrik ! Dua dosen senior 
yang sama-sama profesor itu masuk ruang ujian lisan dalam satu tim 
penguji.wu seperti yang sudah saya khawatirkan dan duga sebelumnya.
Akhirnya saya harus maju pendadaran dengan thesis "AB"...hahahaha dan hasilnya 
malah A+  !!hikhikhik...
Dulu konon kabarnya malah ada dosen senior lain yang berseteru tajam dalam ilmu 
akibatnya berimbas ke mahasiswa sebagai korbannya...dibabat habis di ujian 
lisan dan lembar thesisnya di banting segala

Salah interpretasi di dunia geologi adalah lumrah dan BUKAN KRIMINAL ! 
paling-paling jika di perusahaan, geologistnya sering salah ya...dipecat ! 
bukan dilaporkan ke polisi.
Namun SALAH PROSEDUR bisa menjadi KRIMINAL.

Seperti Polisi, salah menduga dan menyangka adalah bukan pelanggaran hukum, 
tapi jika polisi salah prosedur, maka bisa ikut masuk penjara...

Nah di kasus LUSI ini khan sudah jelas.cetho melo-meloadakah salah duga 
formasi geologi atau salah prosedur dalam teknik pengeboran yang sudah sangat 
standar bagi ahli pengeboran 
Yang jelas dari hasil beda pendapat, Pasti salah satu benar atau dua-duanya 
salah atau dua pendapat itu digabung dengan sedikit pengorbanan masing masing. 
( seperti thesis saya tadi itu... ) atau yang paing keras mbengok ( teriak ) 
yang menang..hahahaa. Gitu aja kok repot...kata Gus Pur.

Makanya, sebenarnya geologi tidak patut disebut "TEKNIK" atau "Engineering" 
karena bukan ilmu "real exact"karena masih ada ruang untuk berduga-duga...
Di USA, gelarnya adalah geologist  atau geoscientist bukan Geology Engineer 
(disingkat GE ) seperti petroleum engineer (PE), Electro engineer, mechanical 
engineer, civil engineer...dsb.
Di Indonesia aja yang geologi digelari Insinyur ( Ir )...atau sarjana teknik 
(ST) geologi...sedang di UnPad Bandung karena MIPA ya doktorandus...drs
Soal gelar saja geologi sudah simpang siur...hehehehe. Untungnya kita ini IAGI  
...ikatan Ahli Geologi Indonesia...bukan ikatan ahli teknik geologi... 
IATGI...seperti IATMI/SPE

Wallahu'alam...
KA  ( kembali berduka yang bumi ini selalu diguncang..)
  - Original Message - 
  From: OK Taufik 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, March 06, 2007 9:10 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru


  berbeda pendapat sah-sah saja dan berpeda pendapat bukan hanya milik para 
Geologist, berbeda kepentingan juga sah saja, karena semua manusia punya beda 
kepentingan, tapi perlu juga di pahami dimana-mana berorganisasi ada aturannya, 
misi, visi, dan lainnya yg diatur oleh AD/RT nya. Kalau mau menganggap perlu 
untuk menjalankan organisasi ikuti saja aturan mainnya. Kalau tidak kata-kata 
berbeda pendapat bisa jadi senjata untuk mensahkan semua tindakan, kesannya 
jadi seenaknya, tak becus. Pendapat saya (masih dalam koridor beda pendapat)  
sebaiknya IAGI juga terlibat dalam mensponsori simposium, seminar dan 
sejenisnya dengn tema " LUSI, AKIBAT KELALAIAN DAN AROGANISME KEKUATAN UANG DAN 
KEKUASAAN" 

  didukung oleh aku.


  Innalilahi wa innalilahi rojiun, buat korban meninggal akibat gempa di Sumbar


  On 3/6/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Yaa.repotnya, kalau perbedaan pendapat dalam hal penafsiran geologi 
dikonsumsi pers..., runyam hasilnya. Lebih baik berbeda pendapat dalam kertas 
karya ilmiah saja. Kalau semua ahli geologi menjadi figur-figur yang menjadi 
Problem Solver, saya kira sangat baik. Bisa memberikan masalah penafsiran yang 
berbeda, tapi yang jauh lebih penting adalah solusi dari masalah yang 
ditafsirkan tadi. Penafsiran bisa beda; tapi solusi jauh lebih elegant. 

Banyak yang bisa mengurai masalah dari berbagai teori, sudut pandang, 
asumsi-asumsi, pengalaman, tapi tidak banyak yang kemudian menyodorkan solusi 
dari asumsi-asumsi yang dibuat tadi.

Geologi, ke depan akan menjadi penentu penting dalam setiap kebutuhan 
masyarakat yang membutuhkan nilai Keamanan dan Kenyamanan dalam hidup. 
Keamanan, berarti kebutuhan akan  ekonomi sumberdaya geologi terjamin dengan 
pola yang berkelanjutan dan tidak terlalu merusak lingkungan dan juga aman dari 
 keancaman bencana kebumian. 
Kenyamanan, berarti kebutuhan akan kenikmatan hidup yang tidak terganggu 
akan resiko keancaman bencana kebumian, lingkungan geologinya sehat, terjamin 
kebutuhan energi (dalam arti luas), terjamin kebutuhan air (dalam arti luas), 
dll. Semua membutuhan peran penting geologi maupun geologist 
kita lihat saja nanti
Semoga, "perseteruan" yang ada hanya sebagai bentuk pergulatan pemikiran 
yang dinamis sebagaimana bumi ini yang dinamis dan

Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik OK Taufik

berbeda pendapat sah-sah saja dan berpeda pendapat bukan hanya milik para
Geologist, berbeda kepentingan juga sah saja, karena semua manusia punya
beda kepentingan, tapi perlu juga di pahami dimana-mana berorganisasi ada
aturannya, misi, visi, dan lainnya yg diatur oleh AD/RT nya. Kalau mau
menganggap perlu untuk menjalankan organisasi ikuti saja aturan mainnya.
Kalau tidak kata-kata berbeda pendapat bisa jadi senjata untuk mensahkan
semua tindakan, kesannya jadi seenaknya, tak becus. Pendapat saya (masih
dalam koridor beda pendapat)  sebaiknya IAGI juga terlibat dalam mensponsori
simposium, seminar dan sejenisnya dengn tema " LUSI, AKIBAT KELALAIAN DAN
AROGANISME KEKUATAN UANG DAN KEKUASAAN"

didukung oleh aku.


*Innalilahi wa innalilahi rojiun*, buat korban meninggal akibat gempa di
Sumbar

On 3/6/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Yaa.repotnya, kalau perbedaan pendapat dalam hal penafsiran geologi
dikonsumsi pers..., runyam hasilnya. Lebih baik berbeda pendapat dalam
kertas karya ilmiah saja. Kalau semua ahli geologi menjadi figur-figur yang
menjadi Problem Solver, saya kira sangat baik. Bisa memberikan masalah
penafsiran yang berbeda, tapi yang jauh lebih penting adalah solusi dari
masalah yang ditafsirkan tadi. Penafsiran bisa beda; tapi solusi jauh lebih
elegant.

Banyak yang bisa mengurai masalah dari berbagai teori, sudut pandang,
asumsi-asumsi, pengalaman, tapi tidak banyak yang kemudian menyodorkan
solusi dari asumsi-asumsi yang dibuat tadi.

Geologi, ke depan akan menjadi penentu penting dalam setiap kebutuhan
masyarakat yang membutuhkan nilai Keamanan dan Kenyamanan dalam hidup.
Keamanan, berarti kebutuhan akan  ekonomi sumberdaya geologi terjamin dengan
pola yang berkelanjutan dan tidak terlalu merusak lingkungan dan juga aman
dari  keancaman bencana kebumian.
Kenyamanan, berarti kebutuhan akan kenikmatan hidup yang tidak terganggu
akan resiko keancaman bencana kebumian, lingkungan geologinya sehat,
terjamin kebutuhan energi (dalam arti luas), terjamin kebutuhan air (dalam
arti luas), dll. Semua membutuhan peran penting geologi maupun geologist
kita lihat saja nanti
Semoga, "perseteruan" yang ada hanya sebagai bentuk pergulatan pemikiran
yang dinamis sebagaimana bumi ini yang dinamis dan bergerak..., tentunya
bagi yang mempelajari juga
Kita berdoa saja..., suatu saat ada Geologist yang terpilih jadi Presiden
RI (entah kapan...); sekarang baru ada Presiden IAGI yang tentunya
geologist.

Salam
AGus



Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saat saya barusan ngobrol2
dg Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Alman [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:26 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Koran Tempo edisi cetak hari ini membahas 1 halaman khusus ttg hal
ini. Bahkan sampai bersambung di edisi esok hari. Judulnya sangat
menggelitik sekaligus menyindir ahli2 kebumian.

versi web juga ada, hanya lebih singkat & tdk selengkap edisi cetak.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/03/06/brk,20070306-94825,id
.html
_

Ahli Geologi Saling Berseteru
Selasa, 06 Maret 2007 | 04:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 1973-1975, Koesoemadinata,
memprotes hasil pertemuan workshop internasional tentang luapan lumpur
panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang diadakan organisasi itu
pada 20-21 Februari lalu di Jakarta. Sikap protes itu tertuang dalam
surat terbukanya via surat elektronik kepada IAGI pada 25 Februari.

Alasannya, kesimpulan workshop tersebut ia nilai cenderung tidak
mencerminkan IAGI yang independen, tidak relevan dengan materi, bahkan
cenderung bertolak belakang. "Saya sangat prihatin dengan hasil
workshop yang disebutkan bertaraf internasional ini," kata
Koesoemadinata kepada Tempo, Senin (5/3).

Seperti diket

RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-06 Terurut Topik Agus Hendratno
Yaa.repotnya, kalau perbedaan pendapat dalam hal penafsiran geologi dikonsumsi 
pers..., runyam hasilnya. Lebih baik berbeda pendapat dalam kertas karya ilmiah 
saja. Kalau semua ahli geologi menjadi figur-figur yang menjadi Problem Solver, 
saya kira sangat baik. Bisa memberikan masalah penafsiran yang berbeda, tapi 
yang jauh lebih penting adalah solusi dari masalah yang ditafsirkan tadi. 
Penafsiran bisa beda; tapi solusi jauh lebih elegant. 

Banyak yang bisa mengurai masalah dari berbagai teori, sudut pandang, 
asumsi-asumsi, pengalaman, tapi tidak banyak yang kemudian menyodorkan solusi 
dari asumsi-asumsi yang dibuat tadi. 

Geologi, ke depan akan menjadi penentu penting dalam setiap kebutuhan 
masyarakat yang membutuhkan nilai Keamanan dan Kenyamanan dalam hidup. 
Keamanan, berarti kebutuhan akan  ekonomi sumberdaya geologi terjamin dengan 
pola yang berkelanjutan dan tidak terlalu merusak lingkungan dan juga aman dari 
 keancaman bencana kebumian.
Kenyamanan, berarti kebutuhan akan kenikmatan hidup yang tidak terganggu akan 
resiko keancaman bencana kebumian, lingkungan geologinya sehat, terjamin 
kebutuhan energi (dalam arti luas), terjamin kebutuhan air (dalam arti luas), 
dll. Semua membutuhan peran penting geologi maupun geologist
kita lihat saja nanti
Semoga, "perseteruan" yang ada hanya sebagai bentuk pergulatan pemikiran yang 
dinamis sebagaimana bumi ini yang dinamis dan bergerak..., tentunya bagi yang 
mempelajari juga
Kita berdoa saja..., suatu saat ada Geologist yang terpilih jadi Presiden RI 
(entah kapan...); sekarang baru ada Presiden IAGI yang tentunya geologist.

Salam
AGus 



Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saat saya barusan ngobrol2 dg 
Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Alman [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:26 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Koran Tempo edisi cetak hari ini membahas 1 halaman khusus ttg hal
ini. Bahkan sampai bersambung di edisi esok hari. Judulnya sangat
menggelitik sekaligus menyindir ahli2 kebumian.

versi web juga ada, hanya lebih singkat & tdk selengkap edisi cetak.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/03/06/brk,20070306-94825,id
.html
_

Ahli Geologi Saling Berseteru
Selasa, 06 Maret 2007 | 04:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 1973-1975, Koesoemadinata,
memprotes hasil pertemuan workshop internasional tentang luapan lumpur
panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang diadakan organisasi itu
pada 20-21 Februari lalu di Jakarta. Sikap protes itu tertuang dalam
surat terbukanya via surat elektronik kepada IAGI pada 25 Februari.

Alasannya, kesimpulan workshop tersebut ia nilai cenderung tidak
mencerminkan IAGI yang independen, tidak relevan dengan materi, bahkan
cenderung bertolak belakang. "Saya sangat prihatin dengan hasil
workshop yang disebutkan bertaraf internasional ini," kata
Koesoemadinata kepada Tempo, Senin (5/3).

Seperti diketahui, pada 20-21 Februari lalu, IAGI bekerja sama dengan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia mengadakan diskusi bertema "International
Geological Workshop on Sidoarjo Mud Volcano".

Koesoemadinata menjelaskan kesimpulan dari workshop itu tidak
mencerminkan materi yang dibahas. Para pembicara masih mempertanyakan
berbagai kemungkinan tentang penyebab semburan lumpur panas. Bahkan
workshop itu buru-buru menyimpulkan penyebab semburan lumpur panas itu
adalah gempa bumi. "Itu memang benar mud vulcano (lumpur panas), tapi
penyebabnya apakah gempa bumi atau kesalahan pengeboran, kan, belum
terjawab," ujarnya.

Seharusnya, menurut dia, IAGI sebagai lembaga ilmuwan
yang independen juga memberi ruang mengenai adanya pendapat bahwa
semburan lumpur panas itu terjadi karena kelalaian pengeboran

RE: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

2007-03-05 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Saat saya barusan ngobrol2 dg Pak Luthfi, telepon dari Sdri. Nieke
Indrietta (Tempo Interaktif) masuk ke handphone Pak Luthfi dan wawancara
jarak jauh pun terjadi sekitar 20 menit seputar perbedaan pendapat LUSI.

Perbedaan pendapat wajar saja terjadi di antara para ahli geologi, kita
semua tahu dan sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Kalau perbedaan
pendapat tak pernah terjadi, maka kita tak akan menemukan
lapangan-lapangan minyak baru atau deposit mineral baru. Daerah yang
direlinquish total oleh sekelompok geologist karena dianggap tak ada
migasnya, ternyata jadi lapangan yang sangat subur bahkan raksasa.
(contoh : Jabung area, Jambi, dan Wiriagar Deep-Tangguh complex
Bintuni).

Dan setiap orang akan berpendapat dilatarbelakangi oleh pengalaman dan
keahliannya. Kasus LUSI. Orang geothermal akan bilang itu kasus erupsi
geyser geotermal. Orang tektonik akan bilang itu dipicu gejala tektonik,
dll.

Apapun perbedaan pendapat di antara kita, jangan sampai meretakkan dan
memecahkan silaturahmi di antara kita. Jangan terpancing dengan
"perseteruan" - itu bahasa media yang bombastis.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Alman [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:26 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Ahli Geologi Saling Berseteru

Koran Tempo edisi cetak hari ini membahas 1 halaman khusus ttg hal
ini. Bahkan sampai bersambung di edisi esok hari. Judulnya sangat
menggelitik sekaligus menyindir ahli2 kebumian.

versi web juga ada, hanya lebih singkat & tdk selengkap edisi cetak.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/03/06/brk,20070306-94825,id
.html
_

Ahli Geologi Saling Berseteru
Selasa, 06 Maret 2007 | 04:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) 1973-1975, Koesoemadinata,
memprotes hasil pertemuan workshop internasional tentang luapan lumpur
panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang diadakan organisasi itu
pada 20-21 Februari lalu di Jakarta. Sikap protes itu tertuang dalam
surat terbukanya via surat elektronik kepada IAGI pada 25 Februari.

Alasannya, kesimpulan workshop tersebut ia nilai cenderung tidak
mencerminkan IAGI yang independen, tidak relevan dengan materi, bahkan
cenderung bertolak belakang. "Saya sangat prihatin dengan hasil
workshop yang disebutkan bertaraf internasional ini," kata
Koesoemadinata kepada Tempo, Senin (5/3).

Seperti diketahui, pada 20-21 Februari lalu, IAGI bekerja sama dengan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia mengadakan diskusi bertema "International
Geological Workshop on Sidoarjo Mud Volcano".

Koesoemadinata menjelaskan kesimpulan dari workshop itu tidak
mencerminkan materi yang dibahas. Para pembicara masih mempertanyakan
berbagai kemungkinan tentang penyebab semburan lumpur panas. Bahkan
workshop itu buru-buru menyimpulkan penyebab semburan lumpur panas itu
adalah gempa bumi. "Itu memang benar mud vulcano (lumpur panas), tapi
penyebabnya apakah gempa bumi atau kesalahan pengeboran, kan, belum
terjawab," ujarnya.

Seharusnya, menurut dia, IAGI sebagai lembaga ilmuwan
yang independen juga memberi ruang mengenai adanya pendapat bahwa
semburan lumpur panas itu terjadi karena kelalaian pengeboran. "Saya
khawatir kalau sampai IAGI digunakan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu. Padahal kebenaran ilmiah sebagai ilmuwan harus
dipertahankan."

Koesoemadinata mengungkapkan workshop yang dihadiri beberapa ilmuwan
dari luar negeri itu juga hanya menyatakan lumpur panas Lapindo adalah
bencana alam sehingga tidak dapat dihentikan. Namun, tidak memberikan
rekomendasi penanggulangan masalah, padahal itulah yang ditunggu
masyarakat.

Dalam surat terbukanya kepada Ketua Umum IAGI, Koesoemadinata
menyatakan kekecewaan dan keprihatinannya. Dalam pembacaan kesimpulan
workshop, misalnya, menurut dia, seolah-olah sudah ada kesepakatan
bahwa terjadinya gunung api lumpur di Sidoarjo semata-mata murni
bencana alam yang dipicu oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tidak ada
hubungannya dengan kelalaian pengeboran Sumur Banjar Panji-1.

Sampai berita ini diturunkan, Tempo belum berhasil mendapatkan
konfirmasi dari Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Achmad Lutfi.
Achmad tidak mengangkat telepon selulernya. Namun, dia membalas lewat
pesan pendek (SMS), "Besok saja (hari ini) karena (saya) sedang ada
acara keluarga," katanya.



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual
Convention and Exhibition, 
Patra Bali, 19 - 22 November 2007


To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta