Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Pak Awang apakabar? Menarik yang diulas Pak Awang mengenai Alexander von Humboldt, memang tidak banyak tahu bahwa von Humboldt seorang scientist lengkap selain ahli geologi selain ahli biologi, astronomi, geografi dll. Sebagai penghargaan atas jasa-nya mengembangkan ilmu pengetahuan alam, pemerintah Jerman mengabadikan namanya dalam bentuk nama Foundation dibawah kementrian LN Jerman untuk menyokong kerjasama para scientist di dunia dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam. Seharusnya, Pemerintah kita atau paling tidak IAGI juga memberikan penghargaan kepada ahli geologi kita yang tiada henti-hentinya melakukan kontribusi dalam ilmu geologi di Indonesia, dalam bentuk mengabadikan namanya foundation, tentu saja nama yang pantas adalah Prof. John Ario Katili. Salam dari Sorowako, Ade Kadarusman Salah satu dari 23 orang Indonesia yang pernah mendapatkan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt Stiftung Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya menakjubkan. Menghibur, penuh humor dengan cara yang ringan, mendalam, dan cerdas. Penerjemahannya bagus, tidak kaku sama-sekali. Kita soroti Alexander von Humboldt (1769-1859) sebab ia juga pantas dijuluki pendekar geologi. Penelusuran saya atas biografinya (bukan dari novel ini) mengkonfirmasi apa yang ditulis Daniel Kehlmann ini, maka saya menyebut novel ini bukan fiktif tetapi fakta. Sisi geologi yang menarik adalah bahwa Alex Humboldt telah menyiapkan dirinya sebagai geologist sebelum
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Sering kali kalau usul ke IAGI, usulannya bakal mental. Mudah-mudahan sekarang tidakmudah-mudahan... Mendukung usulan Ade Kadarusman, saya usul IAGI untuk memberikan penghargaan tahunan kepada kontributor IAGI. Mungkin bisa dibentuk panitia untuk mengevaluasi siapa kontributor terbaik setiap tahunnya. Dulu saya masih ingat waktu FOSI masih ada, kami memberikan penghargaan kepada penulis paling aktif di IAGI dalam bidan sedimentologi. Penerimanya pak Surono dari PPPG. Kalau kontributor paling aktif di IAGI-net nama yang pantas adalah Awang Harun Satyana. Salam, Herman -Original Message- From: Ade Kadarusman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, November 26, 2007 1:29 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang apakabar? Menarik yang diulas Pak Awang mengenai Alexander von Humboldt, memang tidak banyak tahu bahwa von Humboldt seorang scientist lengkap selain ahli geologi selain ahli biologi, astronomi, geografi dll. Sebagai penghargaan atas jasa-nya mengembangkan ilmu pengetahuan alam, pemerintah Jerman mengabadikan namanya dalam bentuk nama Foundation dibawah kementrian LN Jerman untuk menyokong kerjasama para scientist di dunia dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam. Seharusnya, Pemerintah kita atau paling tidak IAGI juga memberikan penghargaan kepada ahli geologi kita yang tiada henti-hentinya melakukan kontribusi dalam ilmu geologi di Indonesia, dalam bentuk mengabadikan namanya foundation, tentu saja nama yang pantas adalah Prof. John Ario Katili. Salam dari Sorowako, Ade Kadarusman Salah satu dari 23 orang Indonesia yang pernah mendapatkan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt Stiftung Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Pak Ade, kabar saya baik saja, terima kasih, semoga demikian juga dengan Pak Ade. Pemberian penghargaan kepada orang-orang yang berjasa kepada ilmu pengetahuan di negeri kita belum semaju negara2 barat. Dapat dipahami, sebab negeri kita belum semaju mereka dalam menciptakan iptek, kebanyakan kita baru memakainya. Harapannya adalah semoga teman2 yang punya kesempatan dan pendidikan khusus dapat mengembangkan iptek sesuai bidang keahliannya, sehingga kita juga berdaulat dalam bidang iptek. Saat saya mengikuti rapat KIPNAS (Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional) di LIPI beberapa bulan yang lalu, seorang pejabat LIPI pernah berkata, dana penelitian ilmu dasar di Indonesia jauh di bawah dana yang dibelanjakan perusahaan2 untuk memasang iklannya di media. Pemerintah dalam hal ini mestinya mendukung dalam penyediaan dana dan pemberian penghargaan yang layak. Atau, melibatkan juga pihak swasta dalam pendanaan dengan solusi sama-sama diuntungkan. Salam, awang -Original Message- From: Ade Kadarusman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, November 26, 2007 7:29 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang apakabar? Menarik yang diulas Pak Awang mengenai Alexander von Humboldt, memang tidak banyak tahu bahwa von Humboldt seorang scientist lengkap selain ahli geologi selain ahli biologi, astronomi, geografi dll. Sebagai penghargaan atas jasa-nya mengembangkan ilmu pengetahuan alam, pemerintah Jerman mengabadikan namanya dalam bentuk nama Foundation dibawah kementrian LN Jerman untuk menyokong kerjasama para scientist di dunia dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam. Seharusnya, Pemerintah kita atau paling tidak IAGI juga memberikan penghargaan kepada ahli geologi kita yang tiada henti-hentinya melakukan kontribusi dalam ilmu geologi di Indonesia, dalam bentuk mengabadikan namanya foundation, tentu saja nama yang pantas adalah Prof. John Ario Katili. Salam dari Sorowako, Ade Kadarusman Salah satu dari 23 orang Indonesia yang pernah mendapatkan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt Stiftung - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. This email was Anti Virus checked by Administrator. http://www.bpmigas.com JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
He2..terima kasih Pak Herman. Saya hanya berusaha agar IAGI-net tak hanya sekedar menjadi sarana mengobrol antar anggotanya, tetapi juga ada sedikit informasi yang mungkin berguna untuk kita ketahui dan pelajari bersama-sama. Salam, awang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, November 26, 2007 8:31 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Sering kali kalau usul ke IAGI, usulannya bakal mental. Mudah-mudahan sekarang tidakmudah-mudahan... Mendukung usulan Ade Kadarusman, saya usul IAGI untuk memberikan penghargaan tahunan kepada kontributor IAGI. Mungkin bisa dibentuk panitia untuk mengevaluasi siapa kontributor terbaik setiap tahunnya. Dulu saya masih ingat waktu FOSI masih ada, kami memberikan penghargaan kepada penulis paling aktif di IAGI dalam bidan sedimentologi. Penerimanya pak Surono dari PPPG. Kalau kontributor paling aktif di IAGI-net nama yang pantas adalah Awang Harun Satyana. Salam, Herman JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya menakjubkan. Menghibur, penuh humor dengan cara yang ringan, mendalam, dan cerdas. Penerjemahannya bagus, tidak kaku sama-sekali. Kita soroti Alexander von Humboldt (1769-1859) sebab ia juga pantas dijuluki pendekar geologi. Penelusuran saya atas biografinya (bukan dari novel ini) mengkonfirmasi apa yang ditulis Daniel Kehlmann ini, maka saya menyebut novel ini bukan fiktif tetapi fakta. Sisi geologi yang menarik adalah bahwa Alex Humboldt telah menyiapkan dirinya sebagai geologist sebelum melakukan penjelajahannya. Kegemarannya adalah alam, apapun yang ada di alam dia pelajari, begitulah memang umumnya para penjelajah zaman dahulu. Maka dia belajar biologi, geologi, anatomi, astronomi, fisika, bahasa, dan lain-lain yang sekiranya
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Pak Awang, Sudah waktunya nih utk membuat blog yang berisi ulasan2 semua buku yang Pak Awang pernah baca, for sure saya adalah visitor pertama utk blog nya Pak Awang, atau sudah adakah? Salam, JOSSY -Original Message- From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya menakjubkan. Menghibur, penuh humor dengan cara yang ringan, mendalam, dan cerdas. Penerjemahannya bagus, tidak kaku sama-sekali. Kita soroti Alexander von Humboldt (1769-1859) sebab ia juga pantas dijuluki pendekar geologi. Penelusuran saya atas biografinya (bukan dari novel ini) mengkonfirmasi apa yang ditulis
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Kalo sayah mah mau jadi pengunjung yg setia ajah ah. -Original Message- From: Inaray, Jossy [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 20 Nopember 2007 18:47 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Sudah waktunya nih utk membuat blog yang berisi ulasan2 semua buku yang Pak Awang pernah baca, for sure saya adalah visitor pertama utk blog nya Pak Awang, atau sudah adakah? Salam, JOSSY -Original Message- From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Pak Jossy, Saya tidak punya blog pribadi, pasti tidak akan sempat untuk merawatnya dari waktu ke waktu. Tetapi, beberapa tulisan saya yang mungkin dipertimbangkan menarik untuk konsumsi khalayak ramai, suka muncul di beberapa blog. Tulisan2 itu asalnya dari tulisan2 saya di milis2 yang saya jadi anggotanya, beredar secara berantai, akhirnya muncul di blog ini dan blog itu. Biasa terjadi hal seperti itu. Kelak mungkin kalau punya waktu lumayan lowong saya akan coba membuat blog pribadi. Untuk itu, saya pasti akan banyak bertanya kepada Pak Rovicky atau Pak Wahyu Budi, rekan2 di milis ini yang punya blog pribadi. Sekarang ini, hampir tidak mungkin buat saya membuat blog dan terutama merawatnya. Baca buku saja biasanya saya lakukan di perjalanan ke/dari kantor (maka saya naik angkutan umum saja ke kantor biar bisa baca, lumayan bisa 2-3 jam membaca ), atau setelah lewat pukul 23, bersaing dengan rasa kantuk. Ulasan2 tentang buku2 memang dimaksudkan untuk berbagi kesukaan sesudah membacanya, sekaligus menginformasikan bahwa ada buku2 bagus yang enak dibaca dan perlu. Membaca buku masih tetap memperkaya imajinasi (kalau nonton TV tentu imajinasi kita dimatikan), menantang pikiran, melatih sel2 otak agar bekerja, dan tentu aksioma lama tetap berlaku : menambah pengetahuan. Maka, baca saja bukunya daripada sekedar ulasannya he2... salam, awang Inaray, Jossy [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Sudah waktunya nih utk membuat blog yang berisi ulasan2 semua buku yang Pak Awang pernah baca, for sure saya adalah visitor pertama utk blog nya Pak Awang, atau sudah adakah? Salam, JOSSY -Original Message- From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana To: Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya
Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Mang Okim, Terima kasih banyak atas apresiasinya, semoga selalu berguna apa yang saya tulis. Terima kasih juga atas saran Mang Okim untuk mengirimkan ulasan2 itu ke media massa, akan saya coba. Saya juga mengikuti semua ulasan Mang Okim tentang batu mulia, saya banyak belajar dari tulisan2 Mang Okim tersebut. Kiat2 praktis mengenal dan membedakan batu mulia (terutama agar tidak tertipu) sangat bermanfaat, dan suka saya ceritakan kepada teman2 saya penggemar batu mulia di luar milis IAGI . salam, awang miko [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Coba kalau kita tawarkan kepada mahasiswa yang mau menjadi volunteer membangun dan merawat blog untuk ulasan-ulasan Pak Awang saya yakin banyak yang antri. Pak Awang tetap konsisten membuat ulasan-ulasan di IAGI net kemudian ulasan tersebut dimasukan oleh volunteer ke blog-nya Pak Awang secara otomatis (dengan sedikit editing tentunya). OK adakah yang mau menjadi volunteer,..? cp Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] oo.comTo iagi-net@iagi.or.id 11/21/2007 12:44 cc AM Subject RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Please respond to Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, [EMAIL PROTECTED] 2005, 2007) .id Pak Jossy, Saya tidak punya blog pribadi, pasti tidak akan sempat untuk merawatnya dari waktu ke waktu. Tetapi, beberapa tulisan saya yang mungkin dipertimbangkan menarik untuk konsumsi khalayak ramai, suka muncul di beberapa blog. Tulisan2 itu asalnya dari tulisan2 saya di milis2 yang saya jadi anggotanya, beredar secara berantai, akhirnya muncul di blog ini dan blog itu. Biasa terjadi hal seperti itu. Kelak mungkin kalau punya waktu lumayan lowong saya akan coba membuat blog pribadi. Untuk itu, saya pasti akan banyak bertanya kepada Pak Rovicky atau Pak Wahyu Budi, rekan2 di milis ini yang punya blog pribadi. Sekarang ini, hampir tidak mungkin buat saya membuat blog dan terutama merawatnya. Baca buku saja biasanya saya lakukan di perjalanan ke/dari kantor (maka saya naik angkutan umum saja ke kantor biar bisa baca, lumayan bisa 2-3 jam membaca ), atau setelah lewat pukul 23, bersaing dengan rasa kantuk. Ulasan2 tentang buku2 memang dimaksudkan untuk berbagi kesukaan sesudah membacanya, sekaligus menginformasikan bahwa ada buku2 bagus yang enak dibaca dan perlu. Membaca buku masih tetap memperkaya imajinasi (kalau nonton TV tentu imajinasi kita dimatikan), menantang pikiran, melatih sel2 otak agar bekerja, dan tentu aksioma lama tetap berlaku : menambah pengetahuan. Maka, baca saja bukunya daripada sekedar ulasannya he2... salam, awang Inaray, Jossy [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Sudah waktunya nih utk membuat blog yang berisi ulasan2 semua buku yang Pak Awang pernah baca, for sure saya adalah visitor pertama utk blog nya Pak Awang, atau sudah adakah? Salam, JOSSY -Original Message- From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana To: Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal
Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Saya sependapat dengan Pak Miko , apakah tidak sebaiknya ulasan Anda ini dikirmkan ke Kompas ? Harian Kompas mempunyai rubrik yang mengetenhakan bedah buku dan ini biasanya tidak disusun oleh Redaksi-nya , akan tetpai leh penulis dari luar Kompas. Si-Abah Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya menakjubkan. Menghibur, penuh humor dengan cara yang ringan, mendalam, dan cerdas. Penerjemahannya bagus, tidak kaku sama-sekali. Kita soroti Alexander von Humboldt (1769-1859) sebab ia juga pantas dijuluki pendekar
RE: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007)
Yos Biasanya Vicky suka masukin ke bllog-nya dia tuh, tapi kalau ada yang kh usu ya tentunya lebih baik Si-Abah ___ Pak Awang, Sudah waktunya nih utk membuat blog yang berisi ulasan2 semua buku yang Pak Awang pernah baca, for sure saya adalah visitor pertama utk blog nya Pak Awang, atau sudah adakah? Salam, JOSSY -Original Message- From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:52 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Pak Awang, Ulasan Pak Awang benar-benar sangat menghipnotis , sangat menarik , dan sangat asyik dibaca. Seandainya penulis novelnya, Daniel Kehlmann , atau penterjemah / penerbitnya membaca ulasan Pak Awang, pastilah apresiasi tinggi akan diberikan ke Pak Awang. Dan alangkah bermanfaatnya kalau ulasan Pak Awang ini dapat dimuat di media cetak nasional, agar dapat dibaca oleh khalayak ramai . Kita sangat memerlukan ulasan semacam yang ditulis oleh Pak Awang ini, agar semangat untuk mengeksplorasi alam dan lingkungannya terus membara di jiwa kita. Selamat ya Pak Awang, MGBU mang Okim - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, November 20, 2007 3:09 PM Subject: [iagi-net-l] Die Vermessung Der Welt - Mengukur Dunia (Kehlmann, 2005, 2007) Die Vermessung Der Welt (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, melanglang buana berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng