Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
assalamualaikum wr wb, mengenai sayyidina saya kira tak perlu dibesar2besarkan, itu boleh saja kok, kita juga shalat sekarang pakai sejadah dan Rasul saw ngga pernah melakukannya, bila ditanya mana yg afdho shalat pakai sejadah atau langsung ke tanah.. nah disinilah logika kita dituntut untuk tidak menyalahkan. Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Pak Munif, kalau saya merasa masih awam apa itu berarti saya harus tidak mengerti apa2? Saya juga tidak pernah menuliskan kalau anda tidak mengerti apa2 bukan...?! yang pernah tertulis adalah : Itu dia anda sendiri masih belum yakin dengan apa yang anda pahami saat ini, makanya akan lebih baik kita arif dan bijaksana dalam menerima setiap informasi darimanapun datangnya. hakekat 'ilmu adalah milik Allah dan Allah pulalah yang tahu kebenarannya. Kita hanya bisa bermohon kepada Allah untuk diberikan 'ilmu yang benar dan bermanfaat, bila ada kebingungan mungkin contoh yang dilakukan oleh mas Dodi Indras dengan beristikhoroh meminta petunjuk-NYA akan lebih menentramkan hati kita. bUKANKAH HAL SEPERTI ITU PULA YANG DIAJARKAN aLLAH swt MELALU rOsuluLLoh SAW ...? Seperti yg saya katakan, alhamdulillah saya pernah nyantri walaupun hanya di pesantren kampung. Saya pikir ketika itu ilmu agama saya sudah cukup untuk bekal saya beribadah sehari-hari. Tapi ketika saya tinggal di jkt dan mulai kenal dengan yang namanya internet, saya baru tersadar kalau saya masih sangat awam dalam memahami agama ini. Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui ketika saya bergabung dengan milis2 Islam seperti assunnah, MD, DT dan termasuk KI. Saya terkesan dengan penjelasan yang disampaikan oleh saudara-saudara kita seperti Pak Fatih, pak Wandy, dan yang lainnya mengenai suatu masalah. Mereka menjelaskan masalah2 tersebut bukan berdasarkan logika mereka, tetapi dengan mengemukakan dalil-dalil yang shahih yang disertai pemahamannya berdasarkan keterangan2 dari ulama2 terdahulu. Nah, pemahaman yang seperti itulah yang selama belum saya dapatkan dan ingin saya pelajari. Kemudian saya mencoba belajar lewat buku dan internet, tetapi saya rasa saya harus mencari seorang guru agar saya tidak salah dalam memahami apa yang saya baca. Itu dia makanya kemarin saya mencoba memposting ulang kiriman mas Dodi Indras dengan judul topik "... tambahan ilmu ..." pada awal tulisanpun sudah saya sampaikan himbauan kepada para pencari 'ilmu. Dengan mengirim posting tersebut bukan berarti menafikan apa yang sudah disampaikan oleh saudara kita yang lain (mis. kiriman kang wandy atupun f4tiH). Bagi saya pribadi apa yang telah mereka sampaikan sama-sama shohih, dan saya memahminya sebagai hal yang biasa (bukan perbedaan yang prinsip). Bila ternyata anda kurang cocok dengan apa yang sudah disampaikan ya sudah diabaikan saja, itu artinya anda sudah tidak perlu dengan informasi tersebut, dan itu adalah pilihan anda sendiri.Dan dalam pencarian Ilmu ini, saya memilih untuk terus bertanya dan bertanya kepada mereka yang ahlinya daripada harus beristikhoroh, karena yang namanya ilmu itu harus dicari dengan belajar, bukan dengan istikhoroh.Bila anda sedang mencari 'lmu, bukankah informasi yang sudah disampaikan kemarin adalah 'ilmu juga, atau barangkali sumber tersebut anda anggap bukan ahlinya... terus istikhoroh itu diajarkan rosuluLLoh untuk apa yach?, Mengenai penilaian suatu hadits dhoif atau shahih, alhamdulillah saya juga memiliki beberapa kitab Hadits Shahih dan beberapa buku yang merangkum dan menjelaskan tentang hadits2 dho'if yang disusun oleh Para Muhadditsin. Syukurlah kalau begitu, bila anda sudah cukup dengan buku-buku tersebut, itu adalah pilihan anda untuk memahami sesuatu.Jadi Insya Allah saya tidak memegang faham "gula di tangan sendiri dikatakan madu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun", tetapi semua penilaian itu berdasarkan keterangan-keterangan yang ada di buku-buku tersebut. Seperti kata Imam Syafi'i "Bila suatu Hadits itu Shahih, itulah madzhabku", jika ada keterangan atau dalil yang lebih shahih (menurut banyak Ulama Hadits), maka pendapat itulah yang akan saya pilih... Boleh dong saya mengikuti prinsipnya Imam Syafi'i... :)Mudah-mudahan tidak begitu.. itu hanya pengandaian saya saja, maafin saya yach dalam hal ini. Bila anda mengikuti prinsipnya Imam Syafi'i... mestinya anda tidak akan segan-segan meluangkan waktu anda untuk meneliti dan menelaah informasi tentang khadits yang sudah disodaqohkan oleh saudara kita mas Dodi Indras bukan...? apa lagi 'ilmu kita masih jauh dari Imam Syafi'i. PS: Orang yang mengaku awam, belum tentu tidak tahu apa-apa. Orang yang mengaku pintar, belum tentu tahu apa-apa.Oh ... anda mengomentari footnote saya. anda terlalu serius kali ya, itu hanya joke saja khok dan itu nggak ada dalilnya loh... jadi tulisan tersebut tidak perlu ditanggapi serius. Benar sekali bahwa Orang yang mengaku awam, belum tentu tidak tahu apa-apa, tapi kalau orang pintarminumnya tolak angin (ini kata iklan lho, bukan dalil) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif <[EMAIL PROTECTED]>wrote: Terima kasih y4tie .. alhamdulillah sudah saya baca dan sampai postingan ini saya pribadi belum pernah menyalahkan apa yang sudah disodaqohkan oleh kang wandy. Hanya saja selain postingan tersebut ternyata ada saudara kita yang lain dalam hal ini mas Dodi
RE: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Terimakasih P' Ananto,..memang begitu maksud saya Salam Bambang Kartika -Original Message-From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]On Behalf Of AnantoSent: Wednesday, October 04, 2006 2:22 PMTo: keluarga-islam@yahoogroups.comSubject: Re: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH saling mengoreksi... betul... tapi tidak saling menyalahkan dan menganggap pendapatnya yg paling benar se-dunia... salam, ananto On 10/4/06, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf Pak Bambang, siapa bilang imam yang empat saling membiarkan/tidak mempermasalahkan amalannya masing2? Sesungguhnya mereka itu saling mengkoreksi dalam fatwanya/kitabnyaketika mereka menemukan hadits-hadits yang menurut mereka lebihshahih.Hal inilah yang membuat imam Syafi'i mengeluarkan 'qaul jadid' nya ketika diperlukan Tajdid/koreksi/pemurnian atas pendapat/fatwanyayang lama.Begitu pak menurut saya yang awam ini--- In keluarga-islam@yahoogroups.com , "Kartika, Bambang"[EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Saudaraku semuanya memang kadang kita sulit menerima yang tersiratdisini tidak ada yang salah ,Pak Dodi juga tidak salah, rata-rata kalau di milisi ini paling tidak sudah memahami dan masing-masingmemiliki dasar, kalau toh ada perbedaan,...coba ambil contoh dariImam empat mereka saja tidak pernah mempermasalahkan perbedaanbahkan mereka akur-akursaja. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga-islam@yahoogroups.com]On Behalf Of y4tie Sent: Tuesday, October 03, 2006 4:55 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakantidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'rufnahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentangapa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita darihal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com , "banganut" banganut@ wrote: kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ?Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "y4tie" y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkanilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atautidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalahperbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke- shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantumdalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. "Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ah
Re: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
jeng yati ini merasa paling benar... dan seakan2 surga sudah dikapling buat dia saja... yg beda dengan dia nyemplung neraka... salam, ananto On 10/5/06, Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Terimakasih P' Ananto,..memang begitu maksud saya Salam Bambang Kartika -Original Message-From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com]On Behalf Of Ananto Sent: Wednesday, October 04, 2006 2:22 PMTo: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH saling mengoreksi... betul... tapi tidak saling menyalahkan dan menganggap pendapatnya yg paling benar se-dunia... salam, ananto On 10/4/06, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf Pak Bambang, siapa bilang imam yang empat saling membiarkan/tidak mempermasalahkan amalannya masing2? Sesungguhnya mereka itu saling mengkoreksi dalam fatwanya/kitabnyaketika mereka menemukan hadits-hadits yang menurut mereka lebihshahih.Hal inilah yang membuat imam Syafi'i mengeluarkan 'qaul jadid' nya ketika diperlukan Tajdid/koreksi/pemurnian atas pendapat/fatwanyayang lama.Begitu pak menurut saya yang awam ini--- In keluarga-islam@yahoogroups.com , Kartika, Bambang[EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr.wb Saudaraku semuanya memang kadang kita sulit menerima yang tersirat disini tidak ada yang salah ,Pak Dodi juga tidak salah, rata-rata kalau di milisi ini paling tidak sudah memahami dan masing-masingmemiliki dasar, kalau toh ada perbedaan,...coba ambil contoh dariImam empat mereka saja tidak pernah mempermasalahkan perbedaan bahkan mereka akur-akursaja. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: keluarga-islam@yahoogroups.com]On Behalf Of y4tie Sent: Tuesday, October 03, 2006 4:55 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakantidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'rufnahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentangapa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita darihal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com , banganut banganut@ wrote:kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ?Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkanilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atautidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annyamenyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalahperbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke- shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi,kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Sepertinya bapak-bapak disini sangat mengidolakan pak Dodi Indra ya? :) Mohon maaf, bukan saya tidak mau menelaah masalah sayyidina, atau tahlilan dan yang sejenisnya. Masalah-masalah seperti itu sudah saya dapati sejak dulu semenjak saya masih di pesantren, karena memang saya nyatri di pesantren NU (pesantren satu2nya di kampung saya). Dan anda boleh percaya boleh tdk, kalau saya tanyakan masalah tersebut kepada guru2 saya yang dulu, jawabannya adalah tidak ada yang sama. Ada yang mengatakan hal itu hanyalah sekedar adab, ada yang mengatakan hal itu adalah sesuatu yang baik (kalau disini istilahnya bid'ah hasanah), ada yang mengatakan kalau itu adalah amalannya madzhab syafi'i. Tapi tidak ada satu pun yang dapat menerangkan dengan jelas dan pasti mengenai dalil yang menjadi perintah atau contohnya dari Rasulullah. Mungkin menurut saya kali ini pak Munif saja yang coba untuk menelaah pendapat Bapak2 yang lainnya. Jadi daripada kita ribut2 soal dalil, lebih baik bapak coba jalan2 saja ke Toko Buku/Kitab dan cari Kitab2 karangan Imam Syafi'i, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Kitab- kitab Hadits, dsb. Baca dan telaah isinya. Dengan begitu bapak bisa betul2 melihat penjelasan yang sebenarnya, dan bukan katanya-katanya saja. Khusus untuk sholawat, ndak usah dibeli bukunya, lihat saja muqoddimah-nya, ucapan sholawat di kitab tersebut pake sayyidina apa tidak :) Mohon Maaf lho pak, ini cuma sekedar saran, bukan bermaksud menggurui... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Munif, kalau saya merasa masih awam apa itu berarti saya harus tidak mengerti apa2? Saya juga tidak pernah menuliskan kalau anda tidak mengerti apa2 bukan...?! yang pernah tertulis adalah : Itu dia anda sendiri masih belum yakin dengan apa yang anda pahami saat ini, makanya akan lebih baik kita arif dan bijaksana dalam menerima setiap informasi darimanapun datangnya. hakekat 'ilmu adalah milik Allah dan Allah pulalah yang tahu kebenarannya. Kita hanya bisa bermohon kepada Allah untuk diberikan 'ilmu yang benar dan bermanfaat, bila ada kebingungan mungkin contoh yang dilakukan oleh mas Dodi Indras dengan beristikhoroh meminta petunjuk-NYA akan lebih menentramkan hati kita. bUKANKAH HAL SEPERTI ITU PULA YANG DIAJARKAN aLLAH swt MELALU rOsuluLLoh SAW ...? Seperti yg saya katakan, alhamdulillah saya pernah nyantri walaupun hanya di pesantren kampung. Saya pikir ketika itu ilmu agama saya sudah cukup untuk bekal saya beribadah sehari-hari. Tapi ketika saya tinggal di jkt dan mulai kenal dengan yang namanya internet, saya baru tersadar kalau saya masih sangat awam dalam memahami agama ini. Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui ketika saya bergabung dengan milis2 Islam seperti assunnah, MD, DT dan termasuk KI. Saya terkesan dengan penjelasan yang disampaikan oleh saudara-saudara kita seperti Pak Fatih, pak Wandy, dan yang lainnya mengenai suatu masalah. Mereka menjelaskan masalah2 tersebut bukan berdasarkan logika mereka, tetapi dengan mengemukakan dalil-dalil yang shahih yang disertai pemahamannya berdasarkan keterangan2 dari ulama2 terdahulu. Nah, pemahaman yang seperti itulah yang selama belum saya dapatkan dan ingin saya pelajari. Kemudian saya mencoba belajar lewat buku dan internet, tetapi saya rasa saya harus mencari seorang guru agar saya tidak salah dalam memahami apa yang saya baca. Itu dia makanya kemarin saya mencoba memposting ulang kiriman mas Dodi Indras dengan judul topik ... tambahan ilmu ... pada awal tulisanpun sudah saya sampaikan himbauan kepada para pencari 'ilmu. Dengan mengirim posting tersebut bukan berarti menafikan apa yang sudah disampaikan oleh saudara kita yang lain (mis. kiriman kang wandy atupun f4tiH). Bagi saya pribadi apa yang telah mereka sampaikan sama-sama shohih, dan saya memahminya sebagai hal yang biasa (bukan perbedaan yang prinsip). Bila ternyata anda kurang cocok dengan apa yang sudah disampaikan ya sudah diabaikan saja, itu artinya anda sudah tidak perlu dengan informasi tersebut, dan itu adalah pilihan anda sendiri. Dan dalam pencarian Ilmu ini, saya memilih untuk terus bertanya dan bertanya kepada mereka yang ahlinya daripada harus beristikhoroh, karena yang namanya ilmu itu harus dicari dengan belajar, bukan dengan istikhoroh. Bila anda sedang mencari 'lmu, bukankah informasi yang sudah disampaikan kemarin adalah 'ilmu juga, atau barangkali sumber tersebut anda anggap bukan ahlinya... terus istikhoroh itu diajarkan rosuluLLoh untuk apa yach?, Mengenai penilaian suatu hadits dhoif atau shahih, alhamdulillah saya juga memiliki beberapa kitab Hadits Shahih dan beberapa buku yang merangkum dan menjelaskan tentang hadits2 dho'if yang disusun oleh Para Muhadditsin. Syukurlah kalau begitu, bila anda sudah cukup dengan buku- buku tersebut, itu adalah pilihan anda untuk memahami sesuatu. Jadi Insya Allah
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Sekali lagi, yang suka menyalahkan siapa? Kalau saya katakan, Pak, bacaaan Sholawat Bapak sepertinya ada yang salah tuh... Saya baca di kitab2 hadits Shahih ngga ada yang pake sayyidina deh, trus Imam Ibnu Rajab juga menerangkan demikian... Apa koreksi seperti itu sampeyan anggap menyalahkan? Lagi pula saya dan saudara-saudara lainnya kan hanya menyampaikan apa yang tertera dalam Hadits2 Shahih dan pendapat Ulama dahulu yang Terpercaya, jadi itu bukan pendapat saya pak. Saya sayang sama sampeyan, makanya saya koreksi... ;) Tapi kalau sampeyan ndak mau ikut pendapat itu ya terserah itu hak sampeyan, sebaliknya kalau sampeyan kemudian mau membuka-buka kitab hadits dan kitab ulama2 dahulu yg terpercaya utk mengecek kebenarannya, ya alhamdulillah Gitu aja kok repot :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: saling mengoreksi... betul... tapi tidak saling menyalahkan dan menganggap pendapatnya yg paling benar se-dunia... salam, ananto On 10/4/06, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maaf Pak Bambang, siapa bilang imam yang empat saling membiarkan/ tidak mempermasalahkan amalannya masing2? Sesungguhnya mereka itu saling mengkoreksi dalam fatwanya/kitabnya ketika mereka menemukan hadits-hadits yang menurut mereka lebih shahih. Hal inilah yang membuat imam Syafi'i mengeluarkan 'qaul jadid' nya ketika diperlukan Tajdid/koreksi/pemurnian atas pendapat/fatwanya yang lama. Begitu pak menurut saya yang awam ini --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Kartika, Bambang KARTIKAB@ wrote: Assalamualaikum Wr.wb Saudaraku semuanya memang kadang kita sulit menerima yang tersirat disini tidak ada yang salah ,Pak Dodi juga tidak salah, rata-rata kalau di milisi ini paling tidak sudah memahami dan masing-masing memiliki dasar, kalau toh ada perbedaan,...coba ambil contoh dari Imam empat mereka saja tidak pernah mempermasalahkan perbedaan bahkan mereka akur-akursaja. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of y4tie Sent: Tuesday, October 03, 2006 4:55 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakan tidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'ruf nahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentang apa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita dari hal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@ wrote: kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Ass.Wr.Wb. Ibu Yatie yang baik, semoga Alloh melimpahkan barokah dan rohmatNYA pada kita semua, amiin. Yang ibu sampaikan, tidaklah salah, namun, yang disampaikan oleh pak Munif juga tidak ada kelirunya. Faa Insya Alloh, hadits yang saya kutip juga berderajat SHAHIH. Jadi bukan pendapat Ulama jaman sekarang lhooo. Maka, masalah SAYYIDINA ini dalam sholawat, menurut saya, mari kita serahkan saja kepada masing-masing untuk memilihnya. Tidaklah perlu kita perpanjang lagi, semuanya mempunyai dasar, yang menurut saya, sama-sama SHAHIHnya. Pilihan adalah kecondongan hati, daripada kita memaksakan pemahaman kita pada yang lain, alangkah indahnya jika perbedaan pemahaman tadi kita jadikan sebagai luasnya khasanah ilmu beragama kita, sehingga akan ada kesejukan dalam beramal ibadah.Jika ada pengetahuan, silahkan disampaikan, walaupun mungkin kita tidak mengamalkan, namun, bisa membantu saudara kita yang beramal yang barangkali belum tahu dasar amalnya tersebut. Alangkah indahnyasaling memberi dan menerima pengetahuan, tanpa saling memaksakan pemahaman, bimbinglah kami ini ya Alloh. Mohon dipahami, diantara Para Ulama Ahli Hadits, sering kali berbeda dalam menghukumi derajat suatu HADITS. Silahkan ibu teliti, Kitab Hadits Shahih yang ditulis oleh Imam Suyuthi, lalu bandingkan dengan Kitab Hadits Shahih yang ditulis oleh Imam Nashirudin Al Bani. Atau, kitab Shahih Imam Bukhori, ternyata oleh Imam Nashirudin Al Bani, ada beberapa yang tidak dianggap shahih ( Padahal, Kitab Shahih Imam Bukhori menempati urutan pertama dari Kitab-kitab Hadits yang paling dipercaya). Disinilah diperlukan kearifan kita dalam memilih, bagi saya, maka istikhoroh pada Alloh adalah jalan terbaik yang saya tempuh untuk meilih keshahihan mana yang akan saya anut terhadap hadits yang dihukumi dengan derajat berbeda oleh para Ulama Ahli Hadits tersebut. Demikian juga terhadap para Imam Mujtahid Fiqih/ Imam Mahdzab. Jika ibu senang dengan Mahdzab Syafi'i, silahkan, dan jika ada saudara kita yang memilih Mahdzab Imam Ja'far Ash-Shiddiq, atau Imam Abu Hanifah, atau Imam Maliki, ya monggo, kita saling menghormati saja pilihan masing-masing. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan, semoga Alloh mengampuni saya dan kita semua ditetapkan dishiroothol mustaqiimNYA, amiin. Selamat menunaikan Ibadah Shoum, udah 10 hari nih. wassalam, dodi --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Munif, saya juga membaca penjelasan lain di milis ini, tolong dibaca juga oleh anda dengan membuka hati dan pikiran anda. Didalam postingan Pak wandy saya membaca penjelasan dari IMAM IBNU HAJAR dengan sangat jelas, juga IMAM NAWAWI yang menyebutkan bahwa penggunaan SHOLAWAT yang benar adalah tanpa menggunakan sayyidina. Kemudian juga ditambahkan di dalam muqaddimah kitab al-Umm IMAM SYAFI'I menyebutkan lafaz sholawat kepada Nabi saw TANPA Sayyidina. Pak Ari Dino juga kemudian mengulas bahwa pengucapan kata sayyidina juga bertentangan dengan Hadits Shahih yang melarang pengucapan tersebut, dan tidak dalil Shahih yang menunjukkan bolehnya penambahan kata sayyidina di dalam sholawat. Jika didalam Hadits2 Shahih sudah disebutkan dengan JELAS bunyi sholawat yang benar, ditambah lagi penjelasan para ulama terdahulu di dalam kitab-kitab mereka, mengapa anda masih saja ngotot memilih pendapat ulama sekarang yang bertentangan dengan apa yang tertera di Hadits Shahih dan kitab ulama terkemuka terdahulu? Bukankah kita diperintahkan untuk berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman ulama terdahulu, yaitu para sahabat, tabi'in dan para imam mujtahid? Jika kita menyandarkan pemahaman agama kita hanya pada ulama-ulama jaman sekarang saja tanpa memperhatikan Ulama2 terdahulu, maka hasilnya akan ada banyak pemahaman dalam agama kita ini, seperti yang terjadi sekarang... Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itu mungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif munif2006@ wrote: Assalaamu'alaikum WarohmatuLlohi Wabarokaatuh ===deleted Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke-shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad dan Thahawi dengan SANAD SHAHIH, dan Bukhari serta Muslim tanpa lafadz `ahlu baythihi') 2. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Alloohuumma baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Bukhari, Muslim, Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia menyatakan Hadits ini telah DISEPAKATI SHAHIH-nya) 3. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad, Nasa'I, dan Abu Ya'la dengan SANAD SHAHIH) 4. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrohiim. Wa baarik 'ala muhammadinn nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim fil `aalamiina, Innaka hamiidum majiid. (HR Muslim, Abu `Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, dan Nasa'I, disahkan oleh Hakim) 5. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin `abdika wa rosuulika, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrhoohim. Wa baarik 'ala muhammad `abdika wa rosuulika wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim (HR Bukhari, Nasa'I, Thahawi, Ahmad, Isma'il al-Qadhi) 6. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad. Wa baarik 'ala muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta wa barokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Nasa'I, Thahawi, Abu Sa'id Ibnul A'rabi) Kesemua hadits (yang sebagian telah disepakati shahihnya) mengajarkan bacaan sholawat yang tidak satu pun menambahkan kata sayyidina. Ada satu yang tersebut dalam hadits Ibnu Masu'd kata-kata Sayyidil Mursalin, tapi itu pun menurut Ibnu Hajar sanad hadits tersebut adalah DHO'IF, begitu pula yang saya baca di bukunya Al-Albani. Dan jika bapak- bapak perhatikan di kitab-kitab para ulama NGETOP terdahuhulu (Imam Syafi'i, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, dll) dalam muqaddimah mereka tidak ada satu pun yang menambahkan kata sayyidina dalam sholawatnya. Jadi, kalau sudah ada begitu banyak hadits shahih yang mengajarkan bunyi sholawat yang benar, buat apa memilih yang belum jelas? Tapi kembali itu semua terserah anda, saya hanya sekedar menyampaikan apa yang saya tahu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, dodindra [EMAIL PROTECTED] wrote: Ass.Wr.Wb. Ibu Yatie yang baik, semoga Alloh melimpahkan barokah dan rohmatNYA pada kita semua, amiin. Yang ibu sampaikan, tidaklah salah, namun, yang disampaikan oleh pak Munif juga tidak ada kelirunya. Faa Insya Alloh, hadits yang saya kutip juga berderajat SHAHIH. Jadi bukan pendapat Ulama jaman sekarang lhooo. Maka, masalah SAYYIDINA ini dalam sholawat, menurut saya, mari kita serahkan saja kepada masing-masing untuk memilihnya. ---cut Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke-shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad dan Thahawi dengan SANAD SHAHIH, dan Bukhari serta Muslim tanpa lafadz `ahlu baythihi') 2. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Alloohuumma baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Bukhari, Muslim, Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia menyatakan Hadits ini telah DISEPAKATI SHAHIH-nya) 3. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad, Nasa'I, dan Abu Ya'la dengan SANAD SHAHIH) 4. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrohiim. Wa baarik 'ala muhammadinn nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim fil `aalamiina, Innaka hamiidum majiid. (HR Muslim, Abu `Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, dan Nasa'I, disahkan oleh Hakim) 5. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin `abdika wa rosuulika, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrhoohim. Wa baarik 'ala muhammad `abdika wa rosuulika wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim (HR Bukhari, Nasa'I, Thahawi, Ahmad, Isma'il al-Qadhi) 6. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad. Wa baarik 'ala muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta wa barokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Nasa'I, Thahawi, Abu Sa'id Ibnul A'rabi) Kesemua hadits (yang sebagian telah disepakati shahihnya) mengajarkan bacaan sholawat yang tidak satu pun menambahkan kata sayyidina. Ada satu yang tersebut dalam hadits Ibnu Masu'd kata-kata Sayyidil Mursalin, tapi itu pun menurut Ibnu Hajar sanad hadits tersebut adalah DHO'IF, begitu pula yang saya baca di bukunya Al-Albani. Dan jika bapak- bapak perhatikan di kitab-kitab para ulama NGETOP terdahuhulu (Imam Syafi'i, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, dll) dalam muqaddimah mereka tidak ada satu pun yang menambahkan kata sayyidina dalam sholawatnya. Jadi, kalau sudah ada begitu banyak hadits shahih yang mengajarkan bunyi sholawat yang benar, buat apa memilih yang belum jelas? Tapi kembali itu semua terserah anda, saya hanya sekedar menyampaikan apa yang saya tahu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, dodindra dodindra@ wrote: Ass.Wr.Wb. Ibu Yatie yang baik, semoga Alloh melimpahkan barokah dan rohmatNYA pada kita semua, amiin. Yang ibu sampaikan,
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
wah pendapat siapa nih pendapat milis, pendapat sampeyan pribadi,atau pendapat para moderator ?? baru diskusi aja sudah hobinya maen bongkar,,,he,,,he,, (senyum-senyum,,) wassalam knc --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Terima kasih y4tie .. alhamdulillah sudah saya baca dan sampai postingan ini saya pribadi belum pernah menyalahkan apa yang sudah disodaqohkan oleh kang wandy. Hanya saja selain postingan tersebut ternyata ada saudara kita yang lain dalam hal ini mas Dodi Indras mengirim HR lain yang memiliki derajat kesahihan menurut para mukhadditsin juga. Makanya disebut dengan tambahan 'ilmu. Pertanyaannya kenapa ada satu pihak yang seolah-olah merasa apa yang ada di dirinya adalah yang paling benar sementara ada informasi dari saudara yang lainnya dengan derajat kesahihan yang sama dianggap tidak benar... ini kan namanya "gula di tangan sendiri dikatakan madu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun"... mudah-mudahan nggak begitu yach.Yang agak mengherankan saya adalah. anda sendiri di postingan lain menyatakan bahwa anda baru belajar lewat buku dan bingung dalam mencari guru.. lha kok saat ini sudah berani menganalisa dengan pemikiran sendiri bahwa yang benar hanyalah yang disampaikan oleh kang wandy danari dino saja yang shohih. apa anda sudah meneliti semua informasi HR yang sudah disampaikan oleh mas Dodi Indras.? jangan mudah menyimpulkan selagi informasi kita masih minim. Bisa saja apa yang kita anggap paling shohih ternyata hanyalah penafsiran kita terhadap HR saja, sementara maksud dari HR tersebut bisa saja tidak sama dengan penafsiran kita bukan..?!Sekali lagi terima kasih atas penjelasannya y4tie yach... dan perlu anda camkan saya sama sekali tidak ngotot dalam hal ini. OK y4tie nulis : Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itu mungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :)Itu dia anda sendiri masih belum yakin dengan apa yang anda pahami saat ini, makanya akan lebih baik kita arif dan bijaksana dalam menerima setiap informasi darimanapun datangnya. hakekat 'ilmu adalah milik Allah dan Allah pulalah yang tahu kebenarannya. Kita hanya bisa bermohon kepada Allah untuk diberikan 'ilmu yang benar dan bermanfaat, bila ada kebingungan mungkin contoh yang dilakukan oleh mas Dodi Indras dengan beristikhoroh meminta petunjuk-NYA akan lebih menentramkan hati kita. bUKANKAH HAL SEPERTI ITU PULA YANG DIAJARKAN aLLAH swt MELALU rOsuluLLoh SAW ...? WaLLahu a'lam bisshowab... kata mas Ananto : Orang awam gak bisa njawab--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "y4tie" <[EMAIL PROTECTED]>wrote: Pak Munif, saya juga membaca penjelasan lain di milis ini, tolong dibaca juga oleh anda dengan membuka hati dan pikiran anda. Didalam postingan Pak wandy saya membaca penjelasan dari IMAM IBNU HAJAR dengan sangat jelas, juga IMAM NAWAWI yang menyebutkan bahwa penggunaan SHOLAWAT yang benar adalah tanpa menggunakan sayyidina. Kemudian juga ditambahkan di dalam muqaddimah kitab al-Umm IMAM SYAFI'I menyebutkan lafaz sholawat kepada Nabi saw TANPA Sayyidina. Pak Ari Dino juga kemudian mengulas bahwa pengucapan kata sayyidina juga bertentangan dengan Hadits Shahih yang melarang pengucapan tersebut, dan tidak dalil Shahih yang menunjukkan bolehnya penambahan kata sayyidina di dalam sholawat. Jika didalam Hadits2 Shahih sudah disebutkan dengan JELAS bunyi sholawat yang benar, ditambah lagi penjelasan para ulama terdahulu di dalam kitab-kitab mereka, mengapa anda masih saja ngotot memilih pendapat ulama sekarang yang bertentangan dengan apa yang tertera di Hadits Shahih dan kitab ulama terkemuka terdahulu? Bukankah kita diperintahkan untuk berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman ulama terdahulu, yaitu para sahabat, tabi'in dan para imam mujtahid? Jika kita menyandarkan pemahaman agama kita hanya pada ulama-ulama jaman sekarang saja tanpa memperhatikan Ulama2 terdahulu, maka hasilnya akan ada banyak pemahaman dalam agama kita ini, seperti yang terjadi sekarang... Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itu mungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munifwrote: Assalaamu'alaikum WarohmatuLlohi Wabarokaatuh ===deletedIlmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links* To visit your group on the web, go to:http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/* Your email settings:Individual Email | Traditional* To change settings online go to:http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join(Yahoo! ID required)* To change settings via email:mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED]* To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]* Your use of Yahoo!
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakan tidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'ruf nahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentang apa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita dari hal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke- shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad dan Thahawi dengan SANAD SHAHIH, dan Bukhari serta Muslim tanpa lafadz `ahlu baythihi') 2. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Alloohuumma baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Bukhari, Muslim, Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia menyatakan Hadits ini telah DISEPAKATI SHAHIH-nya) 3. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad, Nasa'I, dan Abu Ya'la dengan SANAD SHAHIH) 4. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrohiim. Wa baarik 'ala muhammadinn nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim fil `aalamiina, Innaka hamiidum majiid. (HR Muslim, Abu `Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, dan Nasa'I, disahkan oleh Hakim) 5. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin `abdika wa rosuulika, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrhoohim. Wa baarik 'ala muhammad `abdika wa rosuulika wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim (HR Bukhari, Nasa'I, Thahawi, Ahmad, Isma'il al- Qadhi) 6. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad. Wa baarik 'ala muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta wa barokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Nasa'I, Thahawi, Abu Sa'id Ibnul A'rabi) Kesemua hadits (yang sebagian telah disepakati shahihnya) mengajarkan bacaan sholawat yang
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Pak Munif, kalau saya merasa masih awam apa itu berarti saya harus tidak mengerti apa2? Seperti yg saya katakan, alhamdulillah saya pernah nyantri walaupun hanya di pesantren kampung. Saya pikir ketika itu ilmu agama saya sudah cukup untuk bekal saya beribadah sehari-hari. Tapi ketika saya tinggal di jkt dan mulai kenal dengan yang namanya internet, saya baru tersadar kalau saya masih sangat awam dalam memahami agama ini. Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui ketika saya bergabung dengan milis2 Islam seperti assunnah, MD, DT dan termasuk KI. Saya terkesan dengan penjelasan yang disampaikan oleh saudara-saudara kita seperti Pak Fatih, pak Wandy, dan yang lainnya mengenai suatu masalah. Mereka menjelaskan masalah2 tersebut bukan berdasarkan logika mereka, tetapi dengan mengemukakan dalil-dalil yang shahih yang disertai pemahamannya berdasarkan keterangan2 dari ulama2 terdahulu. Nah, pemahaman yang seperti itulah yang selama belum saya dapatkan dan ingin saya pelajari. Kemudian saya mencoba belajar lewat buku dan internet, tetapi saya rasa saya harus mencari seorang guru agar saya tidak salah dalam memahami apa yang saya baca. Dan dalam pencarian Ilmu ini, saya memilih untuk terus bertanya dan bertanya kepada mereka yang ahlinya daripada harus beristikhoroh, karena yang namanya ilmu itu harus dicari dengan belajar, bukan dengan istikhoroh. Mengenai penilaian suatu hadits dhoif atau shahih, alhamdulillah saya juga memiliki beberapa kitab Hadits Shahih dan beberapa buku yang merangkum dan menjelaskan tentang hadits2 dho'if yang disusun oleh Para Muhadditsin. Jadi Insya Allah saya tidak memegang faham gula di tangan sendiri dikatakan madu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun, tetapi semua penilaian itu berdasarkan keterangan-keterangan yang ada di buku-buku tersebut. Seperti kata Imam Syafi'i Bila suatu Hadits itu Shahih, itulah madzhabku, jika ada keterangan atau dalil yang lebih shahih (menurut banyak Ulama Hadits), maka pendapat itulah yang akan saya pilih... Boleh dong saya mengikuti prinsipnya Imam Syafi'i... :) PS: Orang yang mengaku awam, belum tentu tidak tahu apa-apa. Orang yang mengaku pintar, belum tentu tahu apa-apa. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih y4tie .. alhamdulillah sudah saya baca dan sampai postingan ini saya pribadi belum pernah menyalahkan apa yang sudah disodaqohkan oleh kang wandy. Hanya saja selain postingan tersebut ternyata ada saudara kita yang lain dalam hal ini mas Dodi Indras mengirim HR lain yang memiliki derajat kesahihan menurut para mukhadditsin juga. Makanya disebut dengan tambahan 'ilmu. Pertanyaannya kenapa ada satu pihak yang seolah-olah merasa apa yang ada di dirinya adalah yang paling benar sementara ada informasi dari saudara yang lainnya dengan derajat kesahihan yang sama dianggap tidak benar... ini kan namanya gula di tangan sendiri dikatakan madu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun... mudah- mudahan nggak begitu yach. Yang agak mengherankan saya adalah. anda sendiri di postingan lain menyatakan bahwa anda baru belajar lewat buku dan bingung dalam mencari guru.. lha kok saat ini sudah berani menganalisa dengan pemikiran sendiri bahwa yang benar hanyalah yang disampaikan oleh kang wandy dan ari dino saja yang shohih. apa anda sudah meneliti semua informasi HR yang sudah disampaikan oleh mas Dodi Indras.? jangan mudah menyimpulkan selagi informasi kita masih minim. Bisa saja apa yang kita anggap paling shohih ternyata hanyalah penafsiran kita terhadap HR saja, sementara maksud dari HR tersebut bisa saja tidak sama dengan penafsiran kita bukan..?! Sekali lagi terima kasih atas penjelasannya y4tie yach... dan perlu anda camkan saya sama sekali tidak ngotot dalam hal ini. OK y4tie nulis : Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itu mungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :) Itu dia anda sendiri masih belum yakin dengan apa yang anda pahami saat ini, makanya akan lebih baik kita arif dan bijaksana dalam menerima setiap informasi darimanapun datangnya. hakekat 'ilmu adalah milik Allah dan Allah pulalah yang tahu kebenarannya. Kita hanya bisa bermohon kepada Allah untuk diberikan 'ilmu yang benar dan bermanfaat, bila ada kebingungan mungkin contoh yang dilakukan oleh mas Dodi Indras dengan beristikhoroh meminta petunjuk-NYA akan lebih menentramkan hati kita. bUKANKAH HAL SEPERTI ITU PULA YANG DIAJARKAN aLLAH swt MELALU rOsuluLLoh SAW ...? WaLLahu a'lam bisshowab... kata mas Ananto : Orang awam gak bisa njawab --CUT-- Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala
Re: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
...Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui ketika saya bergabungdengan milis2 Islam seperti assunnah, MD, DT dan termasuk KI mbak yati... biar imbang, sampeyan ikut juga KMNU dan Islam Liberal... :))salam, ananto On 10/4/06, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Munif, kalau saya merasa masih awam apa itu berarti saya harustidak mengerti apa2?Seperti yg saya katakan, alhamdulillah saya pernah nyantri walaupun hanya di pesantren kampung. Saya pikir ketika itu ilmu agama sayasudah cukup untuk bekal saya beribadah sehari-hari. Tapi ketika sayatinggal di jkt dan mulai kenal dengan yang namanya internet, sayabaru tersadar kalau saya masih sangat awam dalam memahami agama ini. Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui ketika saya bergabungdengan milis2 Islam seperti assunnah, MD, DT dan termasuk KI. Sayaterkesan dengan penjelasan yang disampaikan oleh saudara-saudarakita seperti Pak Fatih, pak Wandy, dan yang lainnya mengenai suatu masalah. Mereka menjelaskan masalah2 tersebut bukan berdasarkanlogika mereka, tetapi dengan mengemukakan dalil-dalil yang shahihyang disertai pemahamannya berdasarkan keterangan2 dari ulama2terdahulu. Nah, pemahaman yang seperti itulah yang selama belum saya dapatkan dan ingin saya pelajari. Kemudian saya mencoba belajarlewat buku dan internet, tetapi saya rasa saya harus mencari seorangguru agar saya tidak salah dalam memahami apa yang saya baca. Dandalam pencarian Ilmu ini, saya memilih untuk terus bertanya dan bertanya kepada mereka yang ahlinya daripada harus beristikhoroh,karena yang namanya ilmu itu harus dicari dengan belajar, bukandengan istikhoroh.Mengenai penilaian suatu hadits dhoif atau shahih, alhamdulillah saya juga memiliki beberapa kitab Hadits Shahih dan beberapa bukuyang merangkum dan menjelaskan tentang hadits2 dho'if yang disusunoleh Para Muhadditsin. Jadi Insya Allah saya tidak memegangfaham gula di tangan sendiri dikatakan madu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun, tetapi semua penilaian ituberdasarkan keterangan-keterangan yang ada di buku-buku tersebut.Seperti kata Imam Syafi'i Bila suatu Hadits itu Shahih, itulahmadzhabku, jika ada keterangan atau dalil yang lebih shahih (menurut banyak Ulama Hadits), maka pendapat itulah yang akan sayapilih... Boleh dong saya mengikuti prinsipnya Imam Syafi'i... :)PS: Orang yang mengaku awam, belum tentu tidak tahu apa-apa. Orangyang mengaku pintar, belum tentu tahu apa-apa. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED]wrote: Terima kasih y4tie .. alhamdulillah sudah saya baca dan sampai postingan ini saya pribadi belum pernah menyalahkan apa yang sudahdisodaqohkan oleh kang wandy. Hanya saja selain postingan tersebutternyata ada saudara kita yang lain dalam hal ini mas Dodi Indrasmengirim HR lain yang memiliki derajat kesahihan menurut para mukhadditsin juga. Makanya disebut dengan tambahan 'ilmu.Pertanyaannya kenapa ada satu pihak yang seolah-olah merasa apa yangada di dirinya adalah yang paling benar sementara ada informasi darisaudara yang lainnya dengan derajat kesahihan yang sama dianggap tidak benar... ini kan namanya gula di tangan sendiri dikatakanmadu, sementara madu ditangan orang lain dianggap racun... mudah-mudahan nggak begitu yach. Yang agak mengherankan saya adalah. anda sendiri di postingan lain menyatakan bahwa anda baru belajar lewat buku danbingung dalam mencari guru.. lha kok saat ini sudah beranimenganalisa dengan pemikiran sendiri bahwa yang benar hanyalah yangdisampaikan oleh kang wandy dan ari dino saja yang shohih. apa anda sudah meneliti semua informasi HR yang sudah disampaikan oleh masDodi Indras.? jangan mudah menyimpulkan selagi informasi kita masihminim. Bisa saja apa yang kita anggap paling shohih ternyatahanyalah penafsiran kita terhadap HR saja, sementara maksud dari HR tersebut bisa saja tidak sama dengan penafsiran kita bukan..?! Sekali lagi terima kasih atas penjelasannya y4tie yach... danperlu anda camkan saya sama sekali tidak ngotot dalam hal ini. OK y4tie nulis : Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itumungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :) Itu dia anda sendiri masih belum yakin dengan apa yang anda pahami saat ini, makanya akan lebih baik kita arif dan bijaksanadalam menerima setiap informasi darimanapun datangnya. hakekat 'ilmuadalah milik Allah dan Allah pulalah yang tahu kebenarannya. Kitahanya bisa bermohon kepada Allah untuk diberikan 'ilmu yang benar dan bermanfaat, bila ada kebingungan mungkin contoh yang dilakukanoleh mas Dodi Indras dengan beristikhoroh meminta petunjuk-NYA akanlebih menentramkan hati kita. bUKANKAH HAL SEPERTI ITU PULA YANGDIAJARKAN aLLAH swt MELALU rOsuluLLoh SAW ...? WaLLahu a'lam bisshowab... kata mas Ananto : Orang awam gak bisa njawab--CUT--Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Al-hamdulillah kalau maksudnya baik ... Terkadang tulisan sering ngak kelihatan maksud baik atau buruk, jadi saya hanya melihat apa yang tampak di tulisan. harap maklum wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakan tidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'ruf nahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentang apa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita dari hal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@ wrote: kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke- shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad dan Thahawi dengan SANAD SHAHIH, dan Bukhari serta Muslim tanpa lafadz `ahlu baythihi') 2. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Alloohuumma baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Bukhari, Muslim, Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia menyatakan Hadits ini telah DISEPAKATI SHAHIH-nya) 3. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad, Nasa'I, dan Abu Ya'la dengan SANAD SHAHIH) 4. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrohiim. Wa baarik 'ala muhammadinn nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim fil `aalamiina, Innaka hamiidum majiid. (HR Muslim, Abu `Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, dan Nasa'I, disahkan oleh Hakim) 5. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin `abdika wa rosuulika, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrhoohim. Wa baarik 'ala muhammad `abdika wa rosuulika wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim (HR Bukhari, Nasa'I, Thahawi, Ahmad, Isma'il al- Qadhi) 6.
RE: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH
Assalamualaikum Wr.wb Saudaraku semuanya memang kadang kita sulit menerima yang tersirat disini tidak ada yang saah ,Pak Dodi juga tidak salah, rata-rata kalau di milisi ini paling tidak sudah memahami dan masing-masing memiliki dasar, kalau toh ada perbedaan,...coba ambil contoh dari Imam empat mereka saja tidak pernah mempermasalahkan perbedaan bahkan mereka akur-akursaja. Wassalam -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of y4tie Sent: Tuesday, October 03, 2006 4:55 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Maksud loe??? :) Aduh puasa2 begini kok hatinya penuh 'curigesen' buruk sangka sih... ;) Maksud saya, jika pak Dodi bilang kita harus membiarkan amalan apa saja yang dipilih saudara kita, maka kalau begitu saya katakan tidak usah ada saja diskusi ini. Gitu lho... Semua yang ada disini saya anggap memiliki niat beramar ma'ruf nahi mungkar, baik itu yg pake sayyidina maupun yg tidak, baik yang suka tahlilan ataupun tidak, mereka semua berusaha menjelaskan tentang apa yang diyakininya benar tersebut dengan tujuan ber amar ma'ruf nahi mungkar tho?? Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Di bulan puasa ini, mari kita sucikan hati dan pikiran kita dari hal2 yang dapat merusak pahala puasa kita... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Koq hoby main brendel, masih suka gaya orde baru ya ? Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Hemm, boleh tahu sampai tingkat apa kemungkaran yang bagaimana mengucapkan sayydina terhadap nabi Muhammad ? Dan sebagai perbandingan bagaimana dengan Nabi yusuf memanggil tuannya dengan kata Rabb dalam Qur'an? Wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Pak Dodi yang pintar, kalau kita semua berprinsip semua terserah kepada masing2 untuk mengamalkan amalannya, sebaiknya kita tutup saja milis ini dan tidak usah ada diskusi agama... :) Saya yakin semua member yang ada disini mempunyai niat untuk saling ber amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kalau ada diskusi berdasarkan ilmu itu adalah suatu yang baik dan jangan dianggap memaksakan kehendak atau tidak memahami perbedaan yang ada. Nah, Mengenai kesimpulan akhirnya, itu baru menjadi hak masing-masing orang. Kalau memang kita berniat mencari kebenaran dalam diskusi ini, niscaya yang akan dipilih adalah pendapat yang lebih mendekati kebenaran (pendapat yang lebih Shahih). Mengenai sholawat, jika ada satu hadits yang disepakati ke-shahih-annya menyebutkan penambahan kata sayyidina, mungkin masalah perbedaan bunyi sholawat ini tidak akan ada. Tapi yang terjadikan tdk begitu. Bahkan saya pernah membaca bahwa Ibnu Rajab (seperti juga yg pernah diposting pak Wandy) dan beberapa Ulama Besar terdahulu pernah membahas masalah penambahan kata sayyidina ini. Jika Pak Dodi mempunyai hadits sholawat yang menyebutkan kata Sayyidina yang telah disepakti ke- shahihahnnya menurut beberapa ulama hadits, silakan dipostingkan. Berikut saya postingkan bunyi teks sholawat yang tercantum dalam Buku- buku Hadits yang Shahih: 1. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa ahli baythihi, wa'alaa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad dan Thahawi dengan SANAD SHAHIH, dan Bukhari serta Muslim tanpa lafadz `ahlu baythihi') 2. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa 'alaa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Alloohuumma baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa 'alaa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Bukhari, Muslim, Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia menyatakan Hadits ini telah DISEPAKATI SHAHIH-nya) 3. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa Ibrohiim wa aali Ibrhoohim, Innaka hamiidum majid. Wa baarik 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim, Innaka hamiidum majiid. (HR Ahmad, Nasa'I, dan Abu Ya'la dengan SANAD SHAHIH) 4. Alloohumma Sholli 'alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollayta 'alaa aali Ibrohiim. Wa baarik 'ala muhammadinn nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baa rokta 'alaa ibrohiim wa aali Ibroohim fil `aalamiina, Innaka hamiidum majiid. (HR Muslim, Abu `Awanah, Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Nabi SAW
Pak Munif, saya juga membaca penjelasan lain di milis ini, tolong dibaca juga oleh anda dengan membuka hati dan pikiran anda. Didalam postingan Pak wandy saya membaca penjelasan dari IMAM IBNU HAJAR dengan sangat jelas, juga IMAM NAWAWI yang menyebutkan bahwa penggunaan SHOLAWAT yang benar adalah tanpa menggunakan sayyidina. Kemudian juga ditambahkan di dalam muqaddimah kitab al-Umm IMAM SYAFI'I menyebutkan lafaz sholawat kepada Nabi saw TANPA Sayyidina. Pak Ari Dino juga kemudian mengulas bahwa pengucapan kata sayyidina juga bertentangan dengan Hadits Shahih yang melarang pengucapan tersebut, dan tidak dalil Shahih yang menunjukkan bolehnya penambahan kata sayyidina di dalam sholawat. Jika didalam Hadits2 Shahih sudah disebutkan dengan JELAS bunyi sholawat yang benar, ditambah lagi penjelasan para ulama terdahulu di dalam kitab-kitab mereka, mengapa anda masih saja ngotot memilih pendapat ulama sekarang yang bertentangan dengan apa yang tertera di Hadits Shahih dan kitab ulama terkemuka terdahulu? Bukankah kita diperintahkan untuk berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman ulama terdahulu, yaitu para sahabat, tabi'in dan para imam mujtahid? Jika kita menyandarkan pemahaman agama kita hanya pada ulama-ulama jaman sekarang saja tanpa memperhatikan Ulama2 terdahulu, maka hasilnya akan ada banyak pemahaman dalam agama kita ini, seperti yang terjadi sekarang... Mohon maaf jika ada yang salah dari komentar saya, hal itu mungkin disebabkan kesalahan saya dalam memahami buku2 saya... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalaamu'alaikum WarohmatuLlohi Wabarokaatuh Yup daripada bingung dengan permasalahan Bu y4tie, lebih baik kita kembali membuka hati dan pikiran kita untuk mendiskusikan sesuatu sesuai dengan tema di atas. Kalaupun Bu y4tie mau konsultasi khusus, ada baiknya membuat tema yang baru jadi nggak bikin bingung member yang baru membaca tread ini. Berikut copy paste dari permasalahan yang telah diposting oleh saudara kita mas Dodi Indras beberapa waktu yang lalu mestinya bisa diambil isi dan manfaatnya. Buat para pencari 'ilmu. Janganlah melihat bungkus maupun siapa pembawanya, karena hakekat semua 'ilmu adalah milik Allah SWT yang telah dikaruniakan kepada manusia siapapun dia sesuai kehendak-Nya. Bila ternyata kurang cocok dengan pemahaman kita silahkan diabaikan tidak perlu dipertentangkan dengan yang sudah lebih dahulu melekat dalam pikiran dan keyakinan kita sebelumnya. Kalaupun ternyata ada keraguan, mestinya yang kita klarifikasi adalah isi dari informasi tersebut bukan membahas siapa penyampainya. Untuk itu saya copy paste kembali sebagai tambahan informasi, mudah-mudahan ada manfaatnya. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan, selamat menunaikan Ibadah Romadhon. Wassalamu'alaikum WarohmatuLlohi Wabarokaatuh Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [keluarga-islam] Re: Maafin ya, Tambahan ilmu soal : Sayyidina==SUNNAH Nabi SAW
Assalaamu'alaikum WarohmatuLlohi WabarokaatuhYup daripada bingung dengan permasalahan Bu y4tie, lebih baik kita kembali membuka hati dan pikiran kita untuk mendiskusikan sesuatu sesuai dengan tema di atas. Kalaupun Bu y4tie mau konsultasi khusus, ada baiknya membuat tema yang baru jadi nggak bikin bingung member yang baru membaca tread ini. Berikut copy paste dari permasalahan yang telah diposting oleh saudara kita mas Dodi Indras beberapa waktu yang lalu mestinya bisa diambil isi dan manfaatnya. Buat para pencari 'ilmu. Janganlah melihat bungkus maupun siapa pembawanya, karena hakekat semua 'ilmu adalah milik Allah SWT yang telah dikaruniakan kepada manusia siapapun dia sesuai kehendak-Nya. Bilaternyata kurang cocok dengan pemahaman kita silahkan diabaikan tidak perlu dipertentangkan dengan yang sudah lebih dahulu melekat dalam pikiran dan keyakinan kita sebelumnya. Kalaupun ternyata ada keraguan, mestinya yang kita klarifikasi adalah isi dari informasi tersebut bukan membahas siapa penyampainya. Untuk itu saya copy paste kembali sebagai tambahan informasi, mudah-mudahan ada manfaatnya. Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan, selamat menunaikan Ibadah Romadhon.Wassalamu'alaikum WarohmatuLlohi Wabarokaatuh Achmad Munif===Ass.Wr.Wb.Saudaraku, ini saya mendapat suatu tambahan yang terkait denganbahasan utama kita ini dari saudara kita Om Nashir, sebelumnya sayamohon maaf, karena sepertinya kok flashback.Jika tidak saya sampaikan, saya menanggung beban kurang amanah, makalebih baik saya sampaikan untuk tambahan ilmu, siapa tahu ada yangmemperoleh tambahan hidayah dan hikmah karenanya, amiin.Sekali lagi, Mohon maaf, selamat menunaikan Ibadah RomadhonWassalam,dodi=Saya beranikan diri bertanya ke HABIB,Ternyata jawabannya melebihi yg kuharapkan:http://www.majelisrasulullah.org~~Assalaamu `alaikum wr.Mohon dibantu ke Habib, karena saya tidak tau mengajukan pertanyaandi forum MajelisRasulullah, jadi mohon maaf lewat e-mail ini:Awalnya bermula dari diskusi kami mengenai boleh tidaknya seseorangmenambahkan kata "syayyidina" pada tasyahud, akhirnya merekamenentang dan memperlihatkan haditsnya dibawah,Kami Mohon penjelasan kepada Habib, dan berharapagar jawaban di kirimkan juga ke email-kamiterimakasih banyak atas bantuannya.Wassalaamu `alaikum.== berikut hadits dan penjelasan dari Mereka.Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu berkata, "Ketika akupergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui Rasulullahshallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau, "Engkauadalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen)" Spontan Nabishallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Sayyid (penghulu) kitaadalah Allah Tabaaraka wa Ta 'aala!" Lalu kami berkata, "Dan engkauadalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya." Sertamerta beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan:"Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atauseperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseretoleh syaitan." [4]Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata,'Sebagian orang berkatakepada beliau, "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kamidan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami(sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!" Maka seketika itu jugaNabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai manusia,ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalianterbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allahdan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas(melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku." [5][4] HR. Abu Dawud (no 4806), Ahmad (IV/24, 25), al-Bukhari dalam al-A dabul Mufrad (no 1/ ShahiihulAdabil Mufrad no 155), an- Nasa-idalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 247, 249). A1-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani berkata: “Rawi-rawinya shahih. Dishahihkan oleh para ulama(ahli hadits).” (Fat-hul Baari V/179)[5] HR. Ahmad (111/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam. ‘Amalul Yaumwal Lailab (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah UshuulI’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadriyashahih dan Sahabat Anas bin Malik .==BERIKUT JAWABAN DARI HABIB=Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,Semoga curahan Rahmat Nya selalu melimpah kepada anda dan keluarga,Mengenai pengingkaran kelompok madzhab sempalan abad ke 20 inimengenai ucapan SAYYIDINA terhadap Rasulullah saw merupakan pemahamanmereka yg tak mengerti hadits, dan menerjemahkan hadits semaunya danmenggunting riwayat riwayat hadits semau mereka, bagaikan keledai ygtak dapat membedakan mana Batu dan mana Berlian.Diriwayatkan dalam Tafsir Imam Qurtubi bahwa orang orang kafir datangdan memuji muji Rasul saw dengan ucapan : âengkau adalah SAYYIDINA,pemimpin kami dan kebanggaan kami dlsb, mereka terus memuji muji Rasulsaw hingga subuh, tidak lain dengan tujuan agar Rasul saw maumenghentikan dakwahnya. (Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal 299),