Re: Mahasiswa Bodoh
Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Mmesle. Suhendri, Menarik membaca komentar-komentar anda akhir-akhir ini yang cukup pendek namun tajam dan kritikal terhadap satu partai tertentu. Karena anda sering menyatakan bahwa semua yang anda kritik itu bodoh dan payah dan anda sendiri menyatakan: "Kesadaran intelektualitas saya mengatakan bahwa tidak rela saya dipimpin oleh orang yang mempunyai kemampuan lebih rendah dari saya," bolehkah saya mendengar siapa calon yang sebetulnya anda anggap super cocok untuk Indonesia; dan kalau bisa tolong memberikan sedikit pandangan politik, apa ide anda untuk Indonesia, apa yang anda sampai sekarang lakukan, peran anda dalam reformasi, dan apa alternatif yang bisa diterima oleh semua golongan yang ada? Partai mana yang benar-benar anda setujui dan pandang sebagai partai yang benar- benar bersifat reformasi dan tanpa sedikitpun noda dari Orde Baru? Siapakah orang-orang yang memang bersih dan 100% reformir tanpa adanya politik 'Ken Arok' (mengutip dari Christianto Wibisono). Terus terang membaca tulisan-tulisan anda yang menyenangkan itu membuat saya sangat penasaran mengenai apa ide-ide bagus dan 'tokcer' anda yang bisa menyelesaikan masalah Indonesia dalam 'satu jurus.' Saya yakin, dengan sikap anda itu, anda pasti seorang yang memiliki kemampuan tinggi didukung oleh otak cemerlang serta dipenuhi ide-ide yang sangat hebat yang bisa menyelesaikan semua masalah Indonesia di era reformasi ini dan siapa tahu membawa Indonesia menjadi negara superpower di abad berikut. Saya ingin sekali mendengar ide-ide anda, tentunya kalau anda tak merasa bahwa saya terlalu bodoh untuk diajak diskusi atau para tokoh di forum ini anda anggap cukup intelektual untuk berdiskusi secara intelektual, sopan, serta terbuka. Sincerely, YS
Komisi tinggi HAM PBB ternyata nipu dan nekan....
Setelah kecewa dengan politik dagang kebon binatang yaitu sapi, kuda, monyet, dll oleh semua parpol, TNI, dan Utusan Golongan, ternyata saya makin dikecewakan dengan sinetron picisan dari Aberson Silholaklholok dan Megawati. Anggota PKB dan PDIP yang melompat pagar dan memilih Akbar benar-benar melakonkan sandiwara yang hanya penghuni kebon binatang yang tidak tahu arah dan jalan ceritanya. Makanya daripada sakit hati melihat lomba sinetron tsb, mending saya membawakan cerita kebohongan Komisi tinggi HAM milik PBB itu. Ternyata Mary Robinson dan PBB pada umumnya sedang ingin suatu prestasi bagi karir mereka. Tak kurang Kopi Anak sebagai sekjen PBB juga cuman mencari rapot bagus bagi PBB di bawah kepemimpinannya. Setelah gagal di Afrika, gagal di Eropa, sekarang mereka ingin mengerjai salah satu negara Asia. Apakah ada sentimen etnis, atau tepatnya ras? Oh yes, of course. Ras putih boleh men-judge ras manapun dengan seenak-enaknya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jepang mengakui bahwa mereka dipaksa untuk mengubah pendirian mereka yang "Abstain" thd agenda khusus masalah Timtim, menjadi "Ya / mendukung." Dikawatirkan masuknya suara Rwanda di menit-menit terakhir yg mendukung adanya sidang khusus sebetulnya malah tidak ada sama sekali. Tidak ada bukti sih. Lagipula aturan PBB menghendaki voting seperti ini harusnya dilakukan dengan surat, bukan sekedar per telepon. Silakan baca selengkapnya di www.waspada.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Mahasiswa Bodoh
Komentator sepak bola memang bisa main bola ? Kita di milist ini kan semuanya komentator. Jadi ya focus saja sebagai komentator. Memang nya anda pernah melakukan hal - hal yang anda minta ke saya seperti dibawah ? Belum pernah juga kan. So, shoud I ? Soe :-) -Original Message- From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Wednesday, October 06, 1999 2:02 PM Subject: Re: Mahasiswa Bodoh Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Mmesle. Suhendri, Menarik membaca komentar-komentar anda akhir-akhir ini yang cukup pendek namun tajam dan kritikal terhadap satu partai tertentu. Karena anda sering menyatakan bahwa semua yang anda kritik itu bodoh dan payah dan anda sendiri menyatakan: "Kesadaran intelektualitas saya mengatakan bahwa tidak rela saya dipimpin oleh orang yang mempunyai kemampuan lebih rendah dari saya," bolehkah saya mendengar siapa calon yang sebetulnya anda anggap super cocok untuk Indonesia; dan kalau bisa tolong memberikan sedikit pandangan politik, apa ide anda untuk Indonesia, apa yang anda sampai sekarang lakukan, peran anda dalam reformasi, dan apa alternatif yang bisa diterima oleh semua golongan yang ada? Partai mana yang benar-benar anda setujui dan pandang sebagai partai yang benar- benar bersifat reformasi dan tanpa sedikitpun noda dari Orde Baru? Siapakah orang-orang yang memang bersih dan 100% reformir tanpa adanya politik 'Ken Arok' (mengutip dari Christianto Wibisono). Terus terang membaca tulisan-tulisan anda yang menyenangkan itu membuat saya sangat penasaran mengenai apa ide-ide bagus dan 'tokcer' anda yang bisa menyelesaikan masalah Indonesia dalam 'satu jurus.' Saya yakin, dengan sikap anda itu, anda pasti seorang yang memiliki kemampuan tinggi didukung oleh otak cemerlang serta dipenuhi ide-ide yang sangat hebat yang bisa menyelesaikan semua masalah Indonesia di era reformasi ini dan siapa tahu membawa Indonesia menjadi negara superpower di abad berikut. Saya ingin sekali mendengar ide-ide anda, tentunya kalau anda tak merasa bahwa saya terlalu bodoh untuk diajak diskusi atau para tokoh di forum ini anda anggap cukup intelektual untuk berdiskusi secara intelektual, sopan, serta terbuka. Sincerely, YS
Sistem Oposisi vs. Sistem Power Sharing
Seorang rekan menyampaikan pendapat bahwa cara pandang saya thd politik selalu dari kacamata konflik. Jadi intinya rekan tsb memandang bahwa jauh lebih baik ada konsesi daripada nanti ada deadloack. Nah, ini dia. Saya sendiri dari kemarin juga bilang bahwa KOMPROMI harus selalu ada. Cuma saya nggak mengira kalau komprominya sedemikian luas dan mencakup semua elemen partai-partai dan TNI yang terlibat. Bukan berarti bahwa bila saya tidak setuju dengan konspirasi global ini lalu saya berharap semua partai main cakar-cakaran, tetapi marilah kita lihat seberapa besar peluang untuk PENGAWASAN thd jalannya pemerintahan? Kayaknya bila muncul koalisi juga tidak berarti harus ada konflik antara pemerintahan dan oposisi. Memang kenapa mesti begitu? Okay-lah, marilah kita duduk dalam bumi Indonesia dulu deh. Sikap korektif dari institusi macam DPR apalagi dari MPR tidak akan dapat berjalan dengan baik. Mengapa? Karena di dalam pemerintahan eksekutif juga akan terjadi sharing kekuasaan! Dengan demikian, sikap korektif dari DPR mendatangpun sifatnya akan menjadi sekedar pantas-pantasan daripada didahului oleh masyarakat yg tahu lewat koran misalnya. Pola lama akan terjadi kembali, yaitu akhirnya DPR akan malahan ikut menutup-nutupi kesalahan-kesalahan dari pihak eksekutif. Toh sekaligus akan menyelamatkan teman sendiri yang menumpang di dalam lembaga eksekutif tersebut. Sikap DPR akhirnya menjadi bias, dan bisa-bisa cuma menjadi alat tawar menawar untuk mendapatkan jatah lebih banyak lagi. Hal ini dilakukan di jaman ORBA, yaitu suara anggota DPR yang ribut dapat diterjemahkan bahwa bagiannya masih kurang alias perlu ditambah lagi. Therefore, wakil rakyat menjadi berfungsi sebagai parasit dan tukang peras. Nah, itu dulu deh yang diperhatikan. Keberadaan sistem multi partai dan tidak menemukan partai mayoritas tidak berarti harus muncul kerja sama. Kerja samanya di bidang apa dulu? Kalau kerja sama dalam menggerogoti uang negara sih wah, nggak ada kemajuan dong. Yang namanya sistem oposisi juga bukan melulu kalau ada 2 partai doang. Kalau banyak partai yg kalah ya banyak pula partai oposisi. Lalu apa masalahnya? Rasanya tidak ada. Sistem oposisi ini bukan pula berarti cakar-cakaran, berantam. Wah, enggak dong. Selama ini kita tidak pernah terbius oleh sihir politik yg harus ada dikotomi. Wah, justru sebaliknya. Kita tidak pernah ada dikotomi! Yang ada adalah PDI-Suharto, Golkar-Suharto, PPP-Suharto. Bahkan dikotomi militer dengan sipil pun tidak ada. Kita jangan terbius dengan si A dan si B kan saudara, sama-sama bangsa Indonesia. Wah, itu adalah romantisme yang tidak perlu. Ingat bung, mengawasi jalannya pemerintahan berarti juga ikut membangun. Bukan berarti menghambat. Memang ada kekurangan dari sifat bangsa Indonesia, yaitu menganggap oposisi adalah musuh! Kita tidak pernah dibiasakan berpikir bahwa oposisi adalah juga partner, yaitu partner dalam mencapai sesuatu yg lebih besar dari kepentingan partai masing-masing (yaitu pembangunan itu). Contoh lain dari kekurangan kita adalah kedewasaan berpolitik yg masih minim, contohnya? Aberson dan Megawati yg main ancam mau walkout kalau tidak jadi presiden. Lho bagaimana? Apa yg dapat kita harapkan dari politisi macam ini? Kita tidak butuh politisi yang hanya mengandalkan JIMAT warisan karisma. +Jeffrey Anjasmara -- Forwarded message -- Date: Mon, 4 Oct 1999 23:55:46 EDT Dari bincang@ ''Kok melihat politik itu selalu dari kaca mata konflik. Politik kan bisa diartikan kerjasama. Yang penting niatnya itu mau bagaimana? Mau menjadikan Indonesia itu harmonis, rukun, memperbaiki ekonomi rakyat dan menegakkan kedaulatan bangsa kan. Kalau politik itu diartikan harus beda, harus berantam dan musti cakar-cakaran, ya terserah lah.'' Selama ini kita selalu terbius dengan sihir politik yang seolah harus mensyaratkan adanya dikotomi. Harus menciptakan musuh terus. Padahal bisa jadi si A atau si B dan lainnya itu sebenarnya saudara kita. Sama-sama mencintai Indonesia dan ingin melihat ada jalan terang bagi keluarnya Indonesia dari krisis ini. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Mahasiswa Bodoh
At 02:22 PM 10/6/99 +0700, you wrote: Komentator sepak bola memang bisa main bola ? Kita di milist ini kan semuanya komentator. Jadi ya focus saja sebagai komentator. Memang nya anda pernah melakukan hal - hal yang anda minta ke saya seperti dibawah ? Belum pernah juga kan. So, shoud I ? Mmesle Suhendri, Jika anda menyaksikan pertandingan sepak bola di Indonesia, seorang komentator amatir memang hanya bisa menyatakan 'bola ditendang ke anu, ke siapa, dsb.' Tapi jika anda melihat komentator profesional seperti di US, komentator bukan hanya bisa mengomentari, melainkan juga memberikan saran atau kritik yang memang membangun. Contohnya di NBA (yang rasanya anda mungkin tahu), reputasi seorang komentator itu sangat diperlukan karena itu TV network di sini hanya meminta yang profesional yang bisa merasakan apakah beban pemain, bagaimana sang pemain bermain, dan apa kritik yang bisa membangun, bukan hanya komentar asal-asalan. Karena itu mereka merecruit mantan pemain seperti Isaah Thomas (NY Knicks) dengan gaji yang sangat tinggi, karena dia bisa memberikan komentar yang bagus dan mengerti hambatan para pemain di lapangan basket sehingga komentarnya juga sangatlah dihargai. Kalau sekarang contohnya si Phoenix Suns mendadak melawan Chicago Bulls yang masih lengkap 'dream teamnya' (Jordan-Pipen), apakah komentatornya terus berteriak wah, si Suns goblok, masak bisa dibabat terus oleh Bulls? Melainkan komentator melihat struktur tim Suns dan juga Bulls, memberikan perbandingan kekuatan dan karena memang 'Dream Team' jauh lebih kuat, masak dia terus berkata bahwa Suns harus terus serang atau defend? Apa bedanya dia dengan penonton? Malahan orang-orang akan jadi muak nontonnya. Sudah tahu tim Bulls super kuat, kok komentatornya kayak enggak tahu medan. Jadi komentatornya juga harus tahu perbandingan kekuatan, dan memberikan taktik-taktik yang dianggap bisa relevan; mungkin seperti 2 pemain kepung Jordan atau gimana. Jika TV di sini hanya mengupah komentator murahan, wah kredibilitas mereka akan dipertaruhkan. Jadi seorang komentator juga perlu setidaknya mengetahui permainan, apa yang menjadi penghambat, penghalang, dan karena itu bisa memberikan kritik yang membangun, jadi tidak hanya bisa asbun saja. Apakah saya pernah melakukan hal-hal yang saya minta ke anda? Hmm Sudah berapa lama anda menjadi anggota milis ini? Akhir-akhir ini terus terang saja saya memang sudah tidak pernah memberikan tulisan akibat kesibukan saya. Tapi saya bisa assure anda bahwa ada period di milis ini dulu dimana saya pernah memberikan beberapa masukan yang sederhana yang mungkin diwarnai banyak kelemahan. Tapi setidaknya saya pernah mencoba. YS
Re: Inikah senjata SS-1?
Gambar yang ter-attach saya ambil dari Sidney Morning Herald. Bila anda perhatikan, maka: - magazinenya lurus, tidak melengkung. Hampir semua senapan serbu yg ada di pasaran bermagazine melengkung (biarpun yg isinya dikit) kecuali senapan HK Jerman. - Pegangan tangan ada di bagian belakang, sama dengan keluarga M16, NC, HK. - ada lubang-lubang angin (hiasan?) di bagian barrel-nya, sama dengan HK-G3A3 Jerman, dan SA-80 Inggris. Persoalannya, bila jumlahnya sedikit, bagaiamana dengan amunisinya? +anjas From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Maaf juga, saya nggak punya akses ke sana. Kalau ada lampiran gambarnya bisa dikirim? Saya nggak begitu banyak tahu soal senjata. Efron __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com 991005_tmilitia.jpg
Re: Selamat, Megawati Presiden
Menurut ramalan sinto gendeng dari gunung gede dan pendekar mabok dari kun lun pay, anda benar sdr ucup :). ;-) Dari perkembangan SU, menurut perkiraan saya, kans Megawati utk jadi presiden semakin besar (kalo pake angka, ya 55%, lah). Bagi yg pro Mega (antara lain PDIP, Bursa Saham, Investor, amerika, spekulan rupiah,... dll), saya ucapkan selamat (kalo ternyata perkiraan meleset, gampang, nanti ucapan selamat bisa dicabut lagi). Yw. __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Komisi tinggi HAM PBB ternyata nipu dan nekan....
From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] eh, saya kira PBB yang dimaksud Partai Bulan Bintang khususnya Yusril yang sudah mengaku didepan pengurus PBB termasuk mengaku kepada Fadli Zon bahwa Yusril (yang selalu mengaku reformis dari poros tengah) telah menerima uang dari habibie kurang lebih 1,5 Milyar (tapi kayaknya lebih :)). Lucunya Yusril ini ketua tim kecil poros tengah, dan masih doyan omong soal reformasi, walaupun sudah terbukti dan mengaku menerima uang dari Habibie. Kalo begini namanya jualan apa yach?? jualan celana dalam atau jualan kulit badak :). Setelah kecewa dengan politik dagang kebon binatang yaitu sapi, kuda, monyet, dll oleh semua parpol, TNI, dan Utusan Golongan, ternyata saya makin dikecewakan dengan sinetron picisan dari Aberson Silholaklholok dan Megawati. Anggota PKB dan PDIP yang melompat pagar dan memilih Akbar benar-benar melakonkan sandiwara yang hanya penghuni kebon binatang yang tidak tahu arah dan jalan ceritanya. Makanya daripada sakit hati melihat lomba sinetron tsb, mending saya membawakan cerita kebohongan Komisi tinggi HAM milik PBB itu. Ternyata Mary Robinson dan PBB pada umumnya sedang ingin suatu prestasi bagi karir mereka. Tak kurang Kopi Anak sebagai sekjen PBB juga cuman mencari rapot bagus bagi PBB di bawah kepemimpinannya. Setelah gagal di Afrika, gagal di Eropa, sekarang mereka ingin mengerjai salah satu negara Asia. Apakah ada sentimen etnis, atau tepatnya ras? Oh yes, of course. Ras putih boleh men-judge ras manapun dengan seenak-enaknya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jepang mengakui bahwa mereka dipaksa untuk mengubah pendirian mereka yang "Abstain" thd agenda khusus masalah Timtim, menjadi "Ya / mendukung." Dikawatirkan masuknya suara Rwanda di menit-menit terakhir yg mendukung adanya sidang khusus sebetulnya malah tidak ada sama sekali. Tidak ada bukti sih. Lagipula aturan PBB menghendaki voting seperti ini harusnya dilakukan dengan surat, bukan sekedar per telepon. Silakan baca selengkapnya di www.waspada.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Mahasiswa Bodoh
Mas Suhenri, Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi? GEBLEK! ida From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700 Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Soe __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Sabar
Allahu Akbar ! Pembalasan dunia akhirat akan selalu ada ! Faran -- On Wed, 6 Oct 1999 06:48:20Suhendri wrote: Sabar untuk para saudaraku di Ambon. Mereka, para penindas dan pembunuh itu, berpikir bahwa mereka menang. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Semoga azab dan laknat turun bagi mereka. Soe = Dua Masjid di Ambon Dibakar AMBON -- Sidang Umum MPR/DPR tak bisa meredam pertikaian massa di Ambon. Dua masjid di Air Salobar dan Passo Senin siang musnah dibakar. Sementara itu seorang wanita Muslim syahid saat mempertahankan Masjid Jabal Tsur Air Salobar. Sekretaris MUI Maluku Soleman Drahman ketika dihubungi Selasa (5/10) malam menyatakan serangan terhadap pemukiman Muslim itu berlangsung sejak dua hari silam. ''Kami umat Muslim bertindak defensif karena menghormati SU MPR,'' ujarnya. Hingga petang kemarin sedikitnya sepuluh orang tewas --dua di antaranya perempuan-- dan puluhan lainnya cedera saat mempertahankan rumah dan tempat ibadah di Air Salobar dan Passo. Serangan terhadap pemukiman Muslim di Air Salobar selain memusnahkan Masjid Jabal Tsur yang sejak kerusuhan pertama dipertahankan juga memusnahkan 32 rumah dan Kanwil Depag Provinsi Maluku. Seorang wanita Muslim syahid saat mempertahankan masjid yang dibakar. ''Sari meninggal di masjid saat menghalau serangan kelompok merah.'' Sari Jayanti Pegaton, gadis setempat, meninggal tertembak aparat keamanan saat membantu umat Islam mempertahankan simbol Islam satu-satunya yang masih ada di Air Salobar. Sementara Ny Zubaedah meninggal di rumahnya di Batumerah. Diduga dia korban penembakan aparat dari arah Karang Panjang. Akibat serangan tersebut, ratusan Muslim Air Salobar diungsikan ke Al-Fatah. Evakuasi korban dilakukan lewat laut menggunakan sebuah kapal kecil milik navigasi dan beberapa perahu motor. Dengan tambahan penduduk Air Salobar, jumlah pengungsi di Al-Fatah kembali membengkak. ''Kami sekarang menampung 4.000 pengungsi.'' Selain di Air Salobar, serangan terhadap warga Muslim juga terjadi di Passo, Ahuru dan Barumerah. Bentrokan di Passo selain memusnahkan Masjid Nurul Ishlah kembali memutus jalur lalu lintas menuju Tulehu. Jalur menuju pemukiman umat Muslim di Tulehu itu selama 20 hari terakhir terbilang aman. Sekretaris MUI menyesalkan dibakarnya Masjid Nurul Ishlah. ''Kok, masjid yang lokasinya persis di depan Kompleks SPN Passo bisa dibakar.'' Padahal, katanya, tokoh agama setempat menyerahkan keamanan masjid tersebut pada aparat keamanan yang menghuni SPN. Selama ini, masjid tersebut dimanfaatkan jajaran kepolisian yang tinggal di Passo membina mental aparatnya. Seharusnya, kata dia, jajaran kepolisian yang tinggal di SPN Passo tidak membiarkan tempat ibadah umat Islam itu dibakar. ''Mereka diam saja saat tempat ibadah dibakar,'' ujar Soleman geram. Soleman juga menyesalkan serangan yang terjadi saat SU MPR berlangsung. ''Mereka tidak menghiraukan sidang yang tengah berlangsung.'' Menurutnya, kelompok merah memanfaatkan sikap defensif yang ditegaskan umat Islam. Namun demikian, dia tak mengerti penyebab terjadinya serangan terhadap perkampungan Muslim di Ahuru, Batumerah, Passo, dan Air Salobar. ''Awalnya cuma lemparan batu dan bom molotov,'' ujarnya. Wilayah pemukiman umat Islam memang lebih rendah dibanding wilayah yang dikuasai kelompok Nasrani saat ini. Umat Muslim menguasai pesisir, sedang kelompok non-Muslim berada di tempat yang lebih tinggi. ''Sekali lempar langsung mencapai sasaran.'' n tid DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Mahasiswa Bodoh
maaf mas, apa mas kira tujuan mahasiswa demo itu langsung dan tanpa perhitungan segala? tujuan mahasiswa untuk demo menentang hal itu apa hayo beri penjelasan dong yang lebih lengkap?? saya menganalisa surat mas ini ada tendensi untuk menjelekkan kelompok orang tertentu? reformasi bukan hanya asal ngomong, tapi juga dengan argumentasi yang realistis lah. reformasi di Indonesia ada karena mahasiswa demon dan tujuannya jelas kedepan yaitu demokrasi di Indonesia. From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700 Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Soe __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com
Re: Mahasiswa Bodoh
HEHEHE. saya melihat emailnya si soe ini simple tapi banyak benernya. saya sendiri yang kebetulan lagi sekolah disini memang sedikit memantau demo yang dilakukan mahasiswa terutama forkot, famred cs yang suka bikin macet jalanan. kalo nggak salah sih tujuan demo mereka memang mendukung reformasi dan mengutuk golkar secara tidak langsung. nah. dengan kondisi pdip yang ikutan mendukung golkar yang notabene status quo, tapi mahasiswa tsb tidak demo memang rada aneh. mungkin mereka pikir golkar sudah reformasi. ato mungkin mereka memang mendukung pdip walopun kemudian pdip sendiri mendukung golkar. i guess dan mungkin.. mahasiswa demopun sudah ikutan politik. politik demo dijalanan. well. who knowss.. Faran -- On Thu, 7 Oct 1999 00:54:37Denny Gelo wrote: maaf mas, apa mas kira tujuan mahasiswa demo itu langsung dan tanpa perhitungan segala? tujuan mahasiswa untuk demo menentang hal itu apa hayo beri penjelasan dong yang lebih lengkap?? saya menganalisa surat mas ini ada tendensi untuk menjelekkan kelompok orang tertentu? reformasi bukan hanya asal ngomong, tapi juga dengan argumentasi yang realistis lah. reformasi di Indonesia ada karena mahasiswa demon dan tujuannya jelas kedepan yaitu demokrasi di Indonesia. From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700 Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Soe __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Kenapa Tidak Duet Mega-GusDur?
Kalo pake feeling sih saya coba jawab memang akan ada duet tersebut. tapi feeling saya yang lain bilang, golkar tidak akan tinggal diam juga. doi kan nomer 2 pemilu. masa dpr saja udah kenyang. so, feeling saya lagi bilang, presiden gusdur wapres golkar (wiranto feeling saya sih) Ibu mega nggak tau nih. feeling saya sih jadi mentri doang. tapi pasti nggak bakal mau.. hehehe.. so. liat aja nanti. ps: saya pake feeling abis kalo pake yang laen pasti ngaco ! Faran -- On Wed, 29 Sep 1999 09:49:02 Yusuf-Wibisono wrote: ;-) Bicara masalah capres-cawapres, dg Kans yg ada sekarang, kenapa orang-orang (di Senayan) itu tidak berinisiatif utk menduetkan Mega dan GusDur. Bukan, bukan untuk mendendangkan lagu dangdut menghibur wakil rakyat, tapi untuk posisi Presiden dan Wakil. Dua tokoh ini tampaknya kompak selalu. Bila NU dan para kiai ingin GusDur diposisikan sebagai Bapak Bangsa, di kursi wapres itu pas juga, malah di kursi presiden agak kurang pas, karena dia harus membawahi langsung kabinet, dsb., dsb., yang membuat dia tidak bisa independen mengeluarkan statement-statement unik yang nampak-nampaknya merupakan hobinya juga. ;-) Bila GusDur inginnya second to nobody seperti dikatakan Amien Rais, Wapres itu juga secara struktural tidak posisi second-second-an. Wapres dan Presiden itu kan sama-sama dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab kepada lembaga itu, dan bukannya Wapres itu bawahan presiden yg bisa dipecat begitu saja oleh presiden itu. Pola Sukarno-Hatta jaman dulu, itu juga jelas sekali mencerminkan betapa Hatta itu juga second to nobody. Dengan kombinasi ini, insya Allah, PDIP senang, poros tengah senang,... market, investor, spekulan, pihak asing, IMF, bank dunia, rakyat kecil, TNI,... dan seterusnya, senang semua. Orang Islam (ortodox) yang mati-matian tidak mau dipimpin wanita pun, rasanya lebih bisa menerima duet tersebut, karena dalam pola itu, yang memimpin bukanlah Mega, melainkan duet Mega-GusDur secara bersama-sama, dwitunggal ala Sukarno-Hatta. Demikian pula, orang yang ngotot mempertanyakan taraf pendidikan Mega, argumennya menjadi irelevan. Kans Habibie (dan apalagi bila berduet dengan Wiranto) akan jauh mengecil, dan mungkin kubunya menjadi kurang senang. Demikian juga, mungkin AA Baramuli dan Andi Galib kurang senang, tapi andaikan DPR/MPR harus mengakomodir aspirasi mereka-mereka itu juga, kapan beresnya... ;-) Sekedar usul dan opini. Yw. DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Re: Kenapa Tidak Duet Mega-GusDur?
Koq saya masih melihat kans Megawati sih ? Mungkin saya ndableg ya? Iya kali ya... Paling tidak duet Gus Dur-Mega atau duet Mega-Gus Dur masih memungkinkan untuk ditampilkan. Ini menurut hemat saya lho..:) Paling tidak menunggu hasil Rapim Golkar minggu depan dan Pidato Pertanggungan Jawab Pak Habibie tanggal 14 Oktober nanti. Jadi Rapim Golkar akan juga ikut menentukan siapa yang akan menjadi Kepala Pemerintahan. Salam, bRidWaN At 02:15 PM 10/6/99 -0400, Faransyah Jaya wrote: Kalo pake feeling sih saya coba jawab memang akan ada duet tersebut. tapi feeling saya yang lain bilang, golkar tidak akan tinggal diam juga. doi kan nomer 2 pemilu. masa dpr saja udah kenyang. so, feeling saya lagi bilang, presiden gusdur wapres golkar (wiranto feeling saya sih) Ibu mega nggak tau nih. feeling saya sih jadi mentri doang. tapi pasti nggak bakal mau.. hehehe.. so. liat aja nanti. ps: saya pake feeling abis kalo pake yang laen pasti ngaco ! Faran -- On Wed, 29 Sep 1999 09:49:02 Yusuf-Wibisono wrote: ;-) Bicara masalah capres-cawapres, dg Kans yg ada sekarang, kenapa orang-orang (di Senayan) itu tidak berinisiatif utk menduetkan Mega dan GusDur. Bukan, bukan untuk mendendangkan lagu dangdut menghibur wakil rakyat, tapi untuk posisi Presiden dan Wakil. Dua tokoh ini tampaknya kompak selalu. Bila NU dan para kiai ingin GusDur diposisikan sebagai Bapak Bangsa, di kursi wapres itu pas juga, malah di kursi presiden agak kurang pas, karena dia harus membawahi langsung kabinet, dsb., dsb., yang membuat dia tidak bisa independen mengeluarkan statement-statement unik yang nampak-nampaknya merupakan hobinya juga. ;-) Bila GusDur inginnya second to nobody seperti dikatakan Amien Rais, Wapres itu juga secara struktural tidak posisi second-second-an. Wapres dan Presiden itu kan sama-sama dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab kepada lembaga itu, dan bukannya Wapres itu bawahan presiden yg bisa dipecat begitu saja oleh presiden itu. Pola Sukarno-Hatta jaman dulu, itu juga jelas sekali mencerminkan betapa Hatta itu juga second to nobody. Dengan kombinasi ini, insya Allah, PDIP senang, poros tengah senang,... market, investor, spekulan, pihak asing, IMF, bank dunia, rakyat kecil, TNI,... dan seterusnya, senang semua. Orang Islam (ortodox) yang mati-matian tidak mau dipimpin wanita pun, rasanya lebih bisa menerima duet tersebut, karena dalam pola itu, yang memimpin bukanlah Mega, melainkan duet Mega-GusDur secara bersama-sama, dwitunggal ala Sukarno-Hatta. Demikian pula, orang yang ngotot mempertanyakan taraf pendidikan Mega, argumennya menjadi irelevan. Kans Habibie (dan apalagi bila berduet dengan Wiranto) akan jauh mengecil, dan mungkin kubunya menjadi kurang senang. Demikian juga, mungkin AA Baramuli dan Andi Galib kurang senang, tapi andaikan DPR/MPR harus mengakomodir aspirasi mereka-mereka itu juga, kapan beresnya... ;-) Sekedar usul dan opini. Yw. DC Email! free email for the community - http://www.DCemail.com
Gus Dur jadi presiden?
Lha, nanti yg mau ngontrol siapa dong? Apa ada yg berani ngontrol Gus Dur? Amien Rais yg sekarang ketua MPR saja segan sekali dengan Gus Dur, apalagi Akbar Tandjung. Gus Dur tuh paling pas ya jadi Bapak Bangsa, dia nanti yg "ngontrol" ketua MPR, DPR, dan juga Presiden. Kalau nanti ada yg macam2 satu diantara ketiganya, maka suara Gus Dur nanti yg akan dibutuhkan. Karenanya akan lebih baik bila Gus Dur berada di luar sistem, jangan seperti sekarang yg menjadi anggota MPR. Nanti suaranya bisa terbatasi oleh posisinya yg anggota MPR. Sebagai seorang anggota MPR, dia khan nantinya harus tunduk dengan keputusan MPR. Jadi ngga bisa melakukan "kontrol" lagi seperti yg sudah2 selama ini. Siapakah yg layak untuk mengisi jabatan presiden? Menurut saya yg tidak satu kelompok dengan Amien Rais atau pun Akbar Tandjung sehingga kontrol terhadap pemerintahan nantinya akan berlangsung dengan baik. Kita sudah bagus punya Amien Rais di MPR yg tidak satu kelompok dengan Akbar Tandjung di DPR. Kalau nantinya presiden terpilih berasal dari kelompok yg sama dengan Amien Rais atau pun orang yg Amien Rais segani, akibatnya fungsi kontrol nantinya akan lemah. Begitu pula bila presiden nantinya dari golongan Akbar Tandjung. Akibatnya nanti kontrol terhadap pembuatan UU juga jadi lemah. Paling enak memang presiden kali ini punya posisi yg berseberangan dengan Amien Rais dan Akbar Tandjung. Kontrol akan jalan dengan baik seperti yg kita lihat terjadi di AS dimana presidennya dari partai Demokrat tapi senatnya dipimpin oleh Republik. Siapakah presiden yg layak nantinya? Jelas harus orang yg ngga bikin Amien Rais dan Akbar Tandjung segan untuk "menjewer" kalau presiden tersebut kelak melakukan kesalahan. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Site Republika hari ini
Baca Republika hari ini? (di site utama ada 'gangguan') Klik: http://www.republika.co.id/9910/07/indexutm.htm = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
Kejutan
Tunggulah kejutan seputar PDIP ! Salam, Nasrullah Idris
Nggak ada logikanya
Saya cuplik dari Detik.com dibawah : "...Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif menciptakan ketenangan, ..." Komentar : Dimana logikanya ulama Ambon diminta berperan aktif menciptkan ketenangan ? Ulama di Ambon adalah pihak minoritas yang sedang tertindas. Seharusnya ditulis agar ".. para pastor, pendeta dan tokoh masyakarat menyadarkan masyarakatnya dan menciptakan ketenangan...". Bagaimanapun, kontrol utama datang dari pihak mayoritas. Seharusnya pihak mayoritas lah yang melindungi minoritas. Mayoritas lah yang menYayangi dan mengKasihi minoritas. Soe PS : - Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya - Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-( Konflik di Ambon 3-5 Oktober 1999 19 Orang Tewas, 13 Rumah Dibakar Reporter: Hestiana Dharmastuti detikcom, Jakarta- Konflik berdarah yang pecah lagi di Ambon, 3-5 Oktober 1999 ini, menurut temuan Kontras, telah menewaskan 19 orang. 32 Orang luka berat, 67 luka ringan. Di samping itu ada 3 rumah ibadah dan 13 rumah penduduk dibakar. Koordinator Kontras, Munir, dalam siaran persnya Rabu (6/10/1999) yang diterima detikcom pada pukul 18.15 wib menyebutkan, konflik berdarah itu jelas sangat memprihatinkan. Dan semua itu terjadi, tak lepas karena ketidakmampuan aparat meredam situasi. Oleh sebab itu, Kontras mendesak Panglima TNI dan Kapolri untuk segera mengambil langkah-langkah kongrit guna menghentikan konflik di Ambon yang tak kunjung selesai. "Panglima TNI dan Kapolri juga harus bertanggung jawab atas keberpihakan aparat yang justru memicu konflik itu berlanjut,"tandas Munir. Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif menciptakan ketenangan, Kontras juga mendesak parpol besar untuk hadir membicarakan penyelesaian yang komprehensif tentang konflik di Ambon itu. "Ketidakhadiran parpol tersebut akan menunjukan ketidakpedulian mereka terhadap tragedi kemanusiaan dan konflik yang semakin luas,"kata Munir. Untuk diketahui saja, 3-5 Oktober 1999, konflik kembali marak di Ambon. Konflik itu meluas di kawasan Passo, Batu Merah, Benteng dan Air Salobat. Tembakan aparat sempat dilepas untuk meredam bentrokan. Namun, rentetan tembakan justru ada yang nyasar. seorang anak berusia 6 tahun, Yofi Uneputy tewas kena terjang dua peluru yang menembus bagian kepalanya. Seorang aparat Polri, Letda Ricky juga kea terjang peluru hingga tewas. Kapolda Maluku Kolonel Bugis Saman menduga, peluru yang menerjang Ricky berasal dari penembak mahir. Sebab bidikannya tajam dan mematikan. Aksi penembak mahir itu dicurigai Bugis sebagai upaya untuk mengadu domba masyarakat maupun masyarakat dengan aparat keamanan.
Re: Nggak ada logikanya
- Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya - Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-( Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti penjelasan saya, itu saja. YS
Re: Nggak ada logikanya
Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti penjelasan saya, itu saja. YS Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang olahraga tersebut. Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut. Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A. Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny. Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional, komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar teknisnya bung Syamsul Anwar. Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ? Tentu saja masih enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra. Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding komentarnya dari mantan olahragawan. YMT
Re: Mahasiswa Bodoh
Yang geblek itu yang namanya Suhendri atau yang namanya Ida sih? Maaf nih, habisnya emailnya ngirit banget jadinya saya agak telmi. Tolong dong diterangkan. '-- From: Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:54:01 PDT Mas Suhenri, Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi? GEBLEK! ida From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700 Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Soe __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Nggak ada logikanya
Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang olahraga tersebut. Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut. Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A. Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny. Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional, komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar teknisnya bung Syamsul Anwar. Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ? Tentu saja masih enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra. Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding komentarnya dari mantan olahragawan. M. Yumartono, Walau pendapat anda valid dan terus terang pada dasarnya saya setuju (walau sejujurnya saya kurang tahu nama-nama komentator kawakan Indonesia), tapi konteks yang kita bicarakan adalah mengenai bagaimana seorang komentator bisa memberikan komentar yang baik dan membangun. Saya hanya mengambil contoh olah raga ini agar argumen saya bisa dimengerti oleh semua orang. Namun saya ingin kembali ke ide saya yang semula yang saya tambah dengan argumen anda: walau penonton menginginkan hal yang lebih bersifat non teknis, tapi juga penonton tak mau kalau hanya mendengar komentar yang sepatah-patah dan isinya hanya mengeritik tanpa memberikan saran atau melihat situasi. Kita ambil contoh favorit anda, tinju. Sekarang kalau tinju pro misalnya Tyson VS. Spinx. Apa anda suka kalau mendengar komentatornya cuma bilang 'Ah, Spinx payah. Ayo maju, serbu si Tyson.' Wong sekali gebuk aja sudah langsung terkapar begitu. Komentator yang baik kalau saya lihat justru memperhitungkan berapa besar kemungkinan Spinx bisa mengalahkan Tyson dan kalaupun kecil, kira-kira bagaimana Spinx bisa berusaha untuk membuat strategi yang akhirnya bisa membuat si Spinx paling dikit di-KO di ronde ke-3. Terus terang kalau saya dengar komentatornya cuma bilang 'ah, Spinx payah. Ah, Spinx goblok, ah ayo serbu, serbu sana.' Mendingan saya cuma lihat gambarnya saja, enggak dengar komentatornya. Kalau saya tak salah, komentator-komentator yang anda sebutkan diatas, selain memberikan komentar yang menarik, juga mereka bisa memberikan saran atau kritik yang membangun. Contohnya kalau di Liga A (terakhir kali saya nonton sekitar 5 tahun lalu, sorry kalau sudah enggak relevan), komentatornya waktu dulu itu bisa memberikan perbandingan kekuatan antara 2 pihak dan bisa memberikan strategi bahwa tim anu itu kekuatannya di penyerangan atau defensive, sehingga tim musuh harusnya gimana. Jadi walaupun tidak teknikal, tapi at least komentarnya itu relevan dan bisa diterima serta bisa membangun. Kalau komentarnya cuma 'Tim ini goblok, wah pemainnya tolol beneran, wah yang ini otaknya didengkul,' terus terang saya enggak akan sudi banget dengarnya juga (belum lagi bisa dijewer orang tua soalnya mendengarkan acara yang diwarnai bahasa yang kurang pantas) :-) Lagian kalau memang cuma segitu kualifikasinya, yakni jago bahasa kasar, tiap orang bisa saja jadi komentator olah raga. Jeger-jeger di Tanah Abang juga bisa semua, kok. Cuma apakah anda mau mendengarnya? Tapi anda benar bahwa komentator dari mantan olah ragawan belum tentu bisa seenak komentator yang bukan mantan. Hanya kalau menurut saya, biasanya mereka yang mantan lebih tahu detail dan tekniknya sehingga komentarnya bisa jauh lebih membangun. YS
Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)
Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!! Kecuali kubu Mega Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk menduduki jabatan presiden. Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik. Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa sebenarnya yang ingin mengacau ? YMT PS : Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah wakil-wakil PDI-P sendiri. Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P, bukan terhadap anggota MPR. Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.
Re: Nggak ada logikanya
Saya memang nggak hobi nonton NBA ataupun Liga ataupun tinju. Saya lebih suka nonton Discovery Channel, atau Elegant Solution, atau Wild Life, atau Beyond 2000, biar tambah pinter. :-) Bukan masalah penting atau tidak penting mengerti penjelasan Anda, tapi Anda bisa nggak menjelaskan kelakukan "Mahasiswa Dagang Sapi" dari Forkot dan turunannya. Soe -Original Message- From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 07, 1999 9:28 AM Subject: Re: Nggak ada logikanya - Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya - Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-( Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti penjelasan saya, itu saja. YS
Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)
Mas YMT: Satu orang wartawan (DETIK) ketipu;-) --- Yumartono [EMAIL PROTECTED] wrote: Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!! Kecuali kubu Mega Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk menduduki jabatan presiden. Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik. Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa sebenarnya yang ingin mengacau ? YMT PS : Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah wakil-wakil PDI-P sendiri. Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P, bukan terhadap anggota MPR. Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800. = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
Re: Nggak ada logikanya
Bung Yohanes ini sudah berkontribusikah? Kontribusinya berapa tahun sekali? Pertanyaan selanjutnya, sudah cukup membangunkah? Pertanyaan ini perlu diajukan ke diri sendiri sebelum menuding ke orang lain. Atau begini saja deh, berhubung yang diinginkan Bung Yohanes adalah para mantan, bagaimana kalau mantan-mantan itu anda ajak ke milis ini? Rasanya jauh lebih pas deh. Atau Bung Yohanes termasuk golongan mantan juga? +anjas '- From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Nggak ada logikanya Date: Wed, 6 Oct 1999 21:01:39 -0700 Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang olahraga tersebut. Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut. Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A. Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny. Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional, komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar teknisnya bung Syamsul Anwar. Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ? Tentu saja masih enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra. Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding komentarnya dari mantan olahragawan. M. Yumartono, Walau pendapat anda valid dan terus terang pada dasarnya saya setuju (walau sejujurnya saya kurang tahu nama-nama komentator kawakan Indonesia), tapi konteks yang kita bicarakan adalah mengenai bagaimana seorang komentator bisa memberikan komentar yang baik dan membangun. Saya hanya mengambil contoh olah raga ini agar argumen saya bisa dimengerti oleh semua orang. Namun saya ingin kembali ke ide saya yang semula yang saya tambah dengan argumen anda: walau penonton menginginkan hal yang lebih bersifat non teknis, tapi juga penonton tak mau kalau hanya mendengar komentar yang sepatah-patah dan isinya hanya mengeritik tanpa memberikan saran atau melihat situasi. Kita ambil contoh favorit anda, tinju. Sekarang kalau tinju pro misalnya Tyson VS. Spinx. Apa anda suka kalau mendengar komentatornya cuma bilang 'Ah, Spinx payah. Ayo maju, serbu si Tyson.' Wong sekali gebuk aja sudah langsung terkapar begitu. Komentator yang baik kalau saya lihat justru memperhitungkan berapa besar kemungkinan Spinx bisa mengalahkan Tyson dan kalaupun kecil, kira-kira bagaimana Spinx bisa berusaha untuk membuat strategi yang akhirnya bisa membuat si Spinx paling dikit di-KO di ronde ke-3. Terus terang kalau saya dengar komentatornya cuma bilang 'ah, Spinx payah. Ah, Spinx goblok, ah ayo serbu, serbu sana.' Mendingan saya cuma lihat gambarnya saja, enggak dengar komentatornya. Kalau saya tak salah, komentator-komentator yang anda sebutkan diatas, selain memberikan komentar yang menarik, juga mereka bisa memberikan saran atau kritik yang membangun. Contohnya kalau di Liga A (terakhir kali saya nonton sekitar 5 tahun lalu, sorry kalau sudah enggak relevan), komentatornya waktu dulu itu bisa memberikan perbandingan kekuatan antara 2 pihak dan bisa memberikan strategi bahwa tim anu itu kekuatannya di penyerangan atau defensive, sehingga tim musuh harusnya gimana. Jadi walaupun tidak teknikal, tapi at least komentarnya itu relevan dan bisa diterima serta bisa membangun. Kalau komentarnya cuma 'Tim ini goblok, wah pemainnya tolol beneran, wah yang ini otaknya didengkul,' terus terang saya enggak akan sudi banget dengarnya juga (belum lagi bisa dijewer orang tua soalnya mendengarkan acara yang diwarnai bahasa yang kurang pantas) :-) Lagian kalau memang cuma segitu kualifikasinya, yakni jago bahasa kasar, tiap orang bisa saja jadi komentator olah raga. Jeger-jeger di Tanah Abang juga bisa semua, kok. Cuma apakah anda mau mendengarnya? Tapi anda benar bahwa komentator dari mantan olah ragawan belum tentu bisa seenak komentator yang bukan mantan. Hanya kalau menurut saya, biasanya mereka yang mantan lebih tahu detail dan tekniknya sehingga komentarnya bisa jauh lebih membangun. YS __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Nggak ada logikanya
Saya memang nggak hobi nonton NBA ataupun Liga ataupun tinju. Saya lebih suka nonton Discovery Channel, atau Elegant Solution, atau Wild Life, atau Beyond 2000, biar tambah pinter. :-) Bukan masalah penting atau tidak penting mengerti penjelasan Anda, tapi Anda bisa nggak menjelaskan kelakukan "Mahasiswa Dagang Sapi" dari Forkot dan turunannya. Wah, kalau saya lihat, kayaknya mahasiswa enggak mungkin jual beli jabatan. Wong power aja enggak punya. Yang bisa jual beli jabatan justru yang sudah diatas, yang sudah punya kekuasaan. Kalau mahasiswa, siapa coba yang mau beli jabatan jadi menwa atau ketua senat mahasiswa selain mahasiswa sendiri. Tapi kok jadi membalik begini Saya khan yang tanya duluan kepada anda, bahwa apa yang sebetulnya mahasiswa perlu lakukan, apa yang diperlukan negara kita untuk bisa menyelesaikan masalah serta apa ide-ide anda. Kok belum anda jawab sudah suruh saya jawabnya pertanyaan anda nih Saya terus terang jadi sungkan kok jadi dikasih giliran pertama begini. Soalnya terus terang saya tertarik sekali dengan ide-ide anda dan kalau membaca dari gaya tulisan anda, kayaknya kemampuan intelektual anda juga jauh sekali diatas saya, apalagi melihat channel-channel intelektual yang selalu anda tonton; sehingga saya rasa justru saya perlu banyak belajar dari anda dan karena itu dengan rendah hati saya meminta sedikit wangsit dari orang pintar seperti anda. YS
Re: Nggak ada logikanya
Bung Yohanes ini sudah berkontribusikah? Kontribusinya berapa tahun sekali? Pertanyaan selanjutnya, sudah cukup membangunkah? Pertanyaan ini perlu diajukan ke diri sendiri sebelum menuding ke orang lain. M. Anjasmara, Terus terang saya justru merasa kontribusi saya kepada era reformasi ini masih sedikit sekali. Kaena itu saya makanya enggak berani terlalu banyak berbicara atau berkoar-koar. Biarlah saya hanya jadi pengamat saja dari pinggiran, dan saya justru senang sekali kalau ada yang menulis panjang lebar jadi saya juga bisa terus belajar. Soalnya hidup adalah penuh belajar. Saya terus terang salut melihat banyak sekali kontribusi anda di milis ini, yang walaupun kontroversial tapi beremosi serta penuh rasa percaya diri. Atau begini saja deh, berhubung yang diinginkan Bung Yohanes adalah para mantan, bagaimana kalau mantan-mantan itu anda ajak ke milis ini? Rasanya jauh lebih pas deh. Atau Bung Yohanes termasuk golongan mantan juga? Kalau soal mantan itu, maksud saya adalah olahragawan yang karena pernah dilapangan jadi lebih tahu seluk beluk medan dan karena itu mereka kalau bicara juga tahu apa yang mereka bicarakan serta mengerti hambatan dan situasi sehingga tak pernah asbun. Saya sendiri tak pernah menyatakan bahwa seluruh anggota milis ini perlu menjadi mantan agar kita bisa mengeritik orang. Yang menjadi inti tulisan saya adalah kita hanya berteriak mengeritik orang dari pinggir, tapi apakah kita sendiri pernah menempatkan diri kita di posisi mereka? Kalau apakah saya termasuk golongan mantan hmm Mendingan jadi rahasia perusahaan saja :-) Tapi sejujurnya, saya hanyalah seorang bodoh yang terus berusaha belajar tentang hidup. YS
Re: Ah yang bener !
Masalahnya Bung Irwan pengen menjadi semacam perancang mode yang mampu membuat trend setter. Atau para pedagang besar yang ingin menjadi price setter. Ya keinginan yang wajar sih. Hanya saja perlu ditelaah kembali, apa iya kalangan bisnis mampu bereaksi dengan sistem musyawarah dan mufakat untuk pemilihan presiden? Rasanya tidak ada hubungannya karena pebisnispun tidak akan mampu memprediksi bahwa dengan sistem itupun Megawati akan jadi presiden. Jadi saya rasa ada dua hal yaitu: - Bung Irwan terlalu terburu-buru dalam mengambil parameter. - Atau memang sengaja membuat bumbu politik dalam analisis ekonominya? Dengan sistem votingpun Megawati belum tentu kalah, dan dengan cara musyawarah juga belum tentu menang. Makanya saya merasa kesimpulan Bung Irwan kurang tepat. Asumsi bahwa tidak akan ada yang mampu mengontrol Gus Dur juga tidak dapat dibenarkan. Siapa yang takut dengan Gus Dur? Poros Tengah mau 'membungkuk' ke Gus Dur saja baru kemarin waktu diadakan pengajian bersama. Itu adalah pengajian pertama dalam sejarah Muhammadiyah dg NU. Itu baru dari poros tengah. Belum dari Golkar. Orang PKB saja banyak yang kemarin mbalelo. Gus Dur adalah Gus Dur, banyak yang suka dan ada juga yang tidak suka. Bahkan di dalam kalangan Islam sekalipun. Saya rasa pelemparan isu bahwa Gus Dur lebih baik menjadi bapak bangsa hanyalah usaha dari para pengikut PDIP agar Megawati tidak mendapat tantangan serius dari Gus Dur. Langkah ini mirip dengan langkah Kresna yang membujuk dan menjebak Baladewa agar tetap di dalam gua, agar tidak mengganggu jalannya peperangan Baratayuda yang sudah diskenariokan oleh Kresna. Oya, jelas saya tidak sedang menyamakan PDIP=Pandawa, dan rivalnya=Kurawa lho ya.;) +Jeffrey Anjasmara --- From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Ah yang bener ! Date: Thu, 7 Oct 1999 11:26:39 +0700 Ini si Irwan ? Ah yang bener, menembus Rp 5000, kenapa nggak sekalian ke Rp 2500 aja biar wah gitu kelihatannya. Kan Rp 2500 ini obsesinya si Irwan. Coba dech disertakan sekalian analisa keuangannya dan asumsinya, gue juga bisa baca koq kalo cuma analisa keuangan aja... bukan tebak manggis kaya gitu ditambah justifikasi politik segala. Gue juga bisa kalo cuma kaya nulis dibawah. Bisa aja akal-akalannya. Masih seperti yang dulu. Argumen-argumen tentang PDI P dan Megawati nya masih kaya' dulu aja. Memanfaatkan dan pembuatan opini menyesatkan, yang dia pikir orang lain itu bodoh "Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat " ... Woooiii rakyat nyang elu maksud rakyat yang mana ? Kirain S2 bisa membuat orang lebih menghargai intelektualitas dan nilai - nilai universal ilmu pengetahuan, ini malah berusaha membodohi orang. Atau memang itu tujuan utama nya. Soe Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800. Perkiraan itu dilontarkan oleh analis saham lulusan Fakultas Ekonomui UI 1987, Irwan Ariston Napitupulu. Irwan kini mengambil program S2 di Cleveland, Ohio, AS. Irwan juga mengasus milis tentang saham dan valas: [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED] Kepada detikcom Kamis (7/10/1999), Irwan lebih lanjut memperkirakan, posisi IHSG dan rupiah menurut perkiraannya itu, akan terjadi pada sekitar 4-8 minggu setelah Megawati secara aklamasi dipilih untuk menghargai pilihan rakyat pada pemilu Juni yg lalu. Bagaimana perkiraan pergerakan rupiah menjelang tanggal 20 Oktober nanti? "Untuk rupiah, saya perkirakan akan memasuki range Rp 6.000-7.500 per dollar,"kata Irwan. Namun posisi itu akan sangat tergantung seberapa kuat pasar memperkirakan Megawati yang nantinya akan terpilih. "Bila semakin kuat sinyalnya, maka tampaknya rupiah besar kemungkinan akan berada di Rp 6.000-6.800 per dollar. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHS) akan berkisar di level 640-700,"kata Irwan. Pasar, menurut Irwan, telah melihat sinyal Megawati akan terpilih sebagai presiden. Hal itu tercermin melalui manuver-manuver politik yang terjadi pada pemilihan ketua MPR dan DPR. Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian Megawati diisyaratkan lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs, menurut Irwan, sebab jika Gus Dur yang naik, maka tidak akan ada yang berani mengontrol Gus Dur. "Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur,"kata Irwan. "Siapa sih yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal di luar
Ikut berduka atas musibah Turangga D 7673 ND
Saya ikut prihatin atas tragedi bus Turangga D 7673 ND di Desa Ciloto, Cipanas. Musibah ini merenggut 45 nyawa dan puluhan lainnya luka berat/ringan. Musibah ini dapat menjadi kaca-diri bagi para pengguna jalan untuk tak mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun juga musibah ini tak perlu terjadi jika pengemudi bertanggung jawab. Sesal kemudian tak ada gunanya. Wassalam, Efron
Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)
..lucu yah kalo nggak salah yang selama ini saya pelajari di sejarah Amerika yang ada "check and balance" antara badan legislative, executive, and yudicative. Kok malah ada kata "ngontrol"? Kekalahan PDI-P dalam pemilihin ketua MPR dan DPR menunjukkan kelemahan kubu mereka dalam "ngelobi" kok. ...hmmm...I wonder what would happen kalau orang2 PDI-P ini wakil Indonesia di PBB atau world organizations lainnya di mana ngelobi harus lebih intensiveancurr peace Ali Simplido --- Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas YMT: Satu orang wartawan (DETIK) ketipu;-) --- Yumartono [EMAIL PROTECTED] wrote: Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!! Kecuali kubu Mega Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk menduduki jabatan presiden. Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik. Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa sebenarnya yang ingin mengacau ? YMT PS : Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah wakil-wakil PDI-P sendiri. Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P, bukan terhadap anggota MPR. Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800. = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
Re: Inikah senjata SS-1?
Terima kasih. Kalo saya perhatikan itu adalah senjata rakitan sendiri. Banyak macam senjata yang kita sendiri tak tahu yang digunakan oleh orang Timtim. Efron -Original Message- From: Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Wednesday, 06 October, 1999 22:12 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Inikah senjata SS-1? Gambar yang ter-attach saya ambil dari Sidney Morning Herald. Bila anda perhatikan, maka: - magazinenya lurus, tidak melengkung. Hampir semua senapan serbu yg ada di pasaran bermagazine melengkung (biarpun yg isinya dikit) kecuali senapan HK Jerman. - Pegangan tangan ada di bagian belakang, sama dengan keluarga M16, NC, HK. - ada lubang-lubang angin (hiasan?) di bagian barrel-nya, sama dengan HK-G3A3 Jerman, dan SA-80 Inggris. Persoalannya, bila jumlahnya sedikit, bagaiamana dengan amunisinya? +anjas From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED] Maaf juga, saya nggak punya akses ke sana. Kalau ada lampiran gambarnya bisa dikirim? Saya nggak begitu banyak tahu soal senjata. Efron __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com File: 991005_tmilitia.jpg
FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Berhubung rekan2 di milis permias ini tidak saya kirimkan tulisan awalnya, ada baiknya saya berikan tulisan awal yg juga bisa dibaca langsung di alamat: http://www.egroups.com/group/saham/4247.html? atau http://www.egroups.com/group/rupiah/1536.html? Pro dan kontra adalah hal yg biasa. Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu , silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda setuju bila pemilihan presiden pada pemilu tahun 2004 dilakukan secara langsung. Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung, tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih dari 50%. Terima kasih. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu ---cuplikan--- Subj:[saham] TLK up 9.17%. + analisa saham, rupiah, dan politik Date: 10/6/99 5:08:14 PM Eastern Daylight Time From: [EMAIL PROTECTED] Reply-to: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] TLK: $8 3/16 TLKM: Rp3100 Indeks BEJ: 588.75 Rupiah: Rp7715/USD. TLK naik cukup kencang di NYSE ditutup di $8 3/16 dengan volume yg ruar biasa, 1103100 atau setara dengan 22 juta lebih TLKM. Jelas telah terjadi akumulasi oleh pemain asing menyongsong pemilihan presiden tanggal 20 Oktober nanti. Menurut perkiraan saya, tampaknya Megawati akan terpilih sebagai presiden setelah memperhatikan manuver2 politik yg terjadi pada pemilihan ketua MPR dan DPR yg lalu. Seperti yg kita ketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Adalah menjadi berbahaya buat Indonesia bila presiden kelak adalah Gus Dur, calonnya poros tengah. Kenapa saya katakan berbahaya? Karena nanti tidak ada yg berani mengontrol Gus Dur berhubung Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur. Lagian, siapa sih yg ngga segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal diluar sistem agar dia bisa mengontrol ketiganya dari luar. Mudah2an nanti Gus Dur mengundurkan diri dari posisinya sebagai anggota MPR bila pemiliha presiden telah kelar. Saya perkirakan Gus Dur akan menjadi mediator agar semua anggota MPR bisa menerima calon presiden pilihan rakyat. Ini kira2 yg bisa saya perkirakan dari keberadaan Gus Dur saat ini. Sementara memilih Habibie? Sama saja Indonesia menceburkan diri ke jurang kehancuran. Karenanya kemungkinan pilihan ini saya abaikan mengingat anggota2 MPR saat ini lebih banyak yg berpikiran sehat untuk tidak memilih kembali Habibie yg punya terlalu banyak masalah baik di dalam negeri maupun di mata internasional. Akan sulit mengundang investor asing dan lokal bila Habibie terpilih kembali. Saya masih percaya anggota MPR kita tidak senekat itu memilih Habibie. Dengan demikian, tampaknya pilihan tinggal Megawati atau Wiranto. Untuk memilih Wiranto menjadi presiden tampaknya saat ini agak riskan mengingat citra TNI malah semakin buruk kalau Wiranto naik. Kesan militerisme malah makin menguat. Itulah sebabnya saya perkirakan dan juga tampaknya investor dalam dan luar negeri memperkirakan, kejadian pada pemilihan ketua DPR kemarin semakin memperjelas siapa nantinya yg disepakati untuk menjadi presiden mendatang. Power sharing tampaknya tidak bisa lagi dihindarkan. Keuntungan buat Indonesia bila Megawati yg diangkat menjadi presiden adalah Amien Rais akan dengan "senang hati" melakukan kontrol atas pemerintahannya Megawati.:) Begitu pula dengan Akbar Tandjung, karena memang AR dan AT berada diluar kelompoknya Megawati sehingga kontrol dapat berlangsung dengan ketat. Bila ini terjadi, maka tenanglah seluruh rakyat Indonesia karena jalannya pemerintahan mendatang akan lebih banyak menguntungkan untuk rakyat Indonesia. Win-win situation. Walau demikian, jangan kaget bila dalam pemerintahan Megawati mendatang akan duduk menteri2 yg berasal dari banyak partai karena memang tampaknya power sharing kali ini tidak bisa dihindarkan. Satu lagi yg mungkin perlu diperhatikan oleh para elit politik yg duduk di kursi MPR saat ini. Kalau memang semua yg saya tulis ini diyakini kebenarannya, saran saya untuk pemilihan presiden mendatang jangan dilakukan voting. Hal ini mengingat Megawati adalah capres pemenang pemilu, capresnya pilihan rakyat. Dengan sepakat memilih Megawati tanpa melalui proses voting, maka secara tidak langsung MPR yg saat ini telah membuktikan mereka mendengar apa yg dimaui oleh rakyat Indonesia dan ini adalah langkah awal yg sangat baik sekali untuk gerakan reformasi berikutnya sambil membuat aturan baru untuk pemilu tahun 2004 mendatang bahwa presiden akan dipilih langsung oleh rakyat. Kenapa yg kali ini tidak dilakukan dengan voting? Bila dilakukan dengan voting, walau hasilnya nanti sama, maka dengan voting tersebut sudah menunjukkan MPR tidak mempercayai apa yg sudah dipilih oleh rakyat melalui pemilu yg lalu. Hal ini akan semakin aneh bila kemudian MPR membuat aturan pemilihan
FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Pro dan kontra adalah hal yg biasa. Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu , silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda setuju bila pemilihan presiden pada pemilu tahun 2004 dilakukan secara langsung. Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung, tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih dari 50%. Terima kasih. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda. Bila pemilu dilakukan dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham, tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula. Mereka tidak akan ngotot dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan untuk menang menjadi tipis. Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega. YMT catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ? Irwan: Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%. Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang. Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat? Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini? Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan. Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%, kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%. Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di Indonesia? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu