Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"



Mmesle. Suhendri,

Menarik membaca komentar-komentar anda akhir-akhir ini yang cukup pendek
namun tajam dan kritikal terhadap satu partai tertentu.

Karena anda sering menyatakan bahwa semua yang anda kritik itu bodoh
dan payah dan anda sendiri menyatakan: "Kesadaran intelektualitas saya
mengatakan bahwa tidak rela saya dipimpin oleh orang yang mempunyai
kemampuan lebih rendah dari saya," bolehkah saya mendengar siapa calon
yang sebetulnya anda anggap super cocok untuk Indonesia; dan kalau bisa
tolong memberikan sedikit pandangan politik, apa ide anda untuk Indonesia,
apa yang anda sampai sekarang lakukan, peran anda dalam reformasi,
dan apa alternatif yang bisa diterima oleh semua golongan yang ada? Partai
mana yang benar-benar anda setujui dan pandang sebagai partai yang benar-
benar bersifat reformasi dan tanpa sedikitpun noda dari Orde Baru?  Siapakah
orang-orang yang memang bersih dan 100% reformir tanpa adanya politik
'Ken Arok' (mengutip dari Christianto Wibisono).

Terus terang membaca tulisan-tulisan anda yang menyenangkan itu membuat
saya sangat penasaran mengenai apa ide-ide bagus dan 'tokcer' anda yang bisa
menyelesaikan masalah Indonesia dalam 'satu jurus.' Saya yakin, dengan sikap
anda itu, anda pasti seorang yang memiliki kemampuan tinggi didukung oleh
otak cemerlang serta dipenuhi ide-ide yang sangat hebat yang bisa
menyelesaikan
semua masalah Indonesia di era reformasi ini dan siapa tahu membawa Indonesia
menjadi negara superpower di abad berikut.

Saya ingin sekali mendengar ide-ide anda, tentunya kalau anda tak merasa
bahwa saya terlalu bodoh untuk diajak diskusi atau para tokoh di forum ini
anda
anggap cukup intelektual untuk berdiskusi secara intelektual, sopan, serta
terbuka.


Sincerely,

YS



Komisi tinggi HAM PBB ternyata nipu dan nekan....

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Setelah kecewa dengan politik dagang kebon binatang yaitu sapi, kuda,
monyet, dll oleh semua parpol, TNI, dan Utusan Golongan, ternyata saya makin
dikecewakan dengan sinetron picisan dari Aberson Silholaklholok dan
Megawati. Anggota PKB dan PDIP yang melompat pagar dan memilih Akbar
benar-benar melakonkan sandiwara yang hanya penghuni kebon binatang yang
tidak tahu arah dan jalan ceritanya.

Makanya daripada sakit hati melihat lomba sinetron tsb, mending saya
membawakan cerita kebohongan Komisi tinggi HAM milik PBB itu. Ternyata Mary
Robinson dan PBB pada umumnya sedang ingin suatu prestasi bagi karir mereka.
Tak kurang Kopi Anak sebagai sekjen PBB juga cuman mencari rapot bagus bagi
PBB di bawah kepemimpinannya. Setelah gagal di Afrika, gagal di Eropa,
sekarang mereka ingin mengerjai salah satu negara Asia. Apakah ada sentimen
etnis, atau tepatnya ras? Oh yes, of course. Ras putih boleh men-judge ras
manapun dengan seenak-enaknya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Jepang mengakui bahwa mereka dipaksa untuk mengubah pendirian mereka yang
"Abstain" thd agenda khusus masalah Timtim, menjadi "Ya / mendukung."
Dikawatirkan masuknya suara Rwanda di menit-menit terakhir yg mendukung
adanya sidang khusus sebetulnya malah tidak ada sama sekali. Tidak ada bukti
sih. Lagipula aturan PBB menghendaki voting seperti ini harusnya dilakukan
dengan surat, bukan sekedar per telepon.

Silakan baca selengkapnya di www.waspada.com

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Suhendri

Komentator sepak bola memang bisa main bola ?

Kita di milist ini kan semuanya komentator. Jadi ya focus saja sebagai
komentator.
Memang nya anda pernah melakukan hal - hal yang anda minta ke saya seperti
dibawah ? Belum pernah juga kan.

So, shoud I  ?

Soe :-)


-Original Message-
From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, October 06, 1999 2:02 PM
Subject: Re: Mahasiswa Bodoh


Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari
para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"



Mmesle. Suhendri,

Menarik membaca komentar-komentar anda akhir-akhir ini yang cukup pendek
namun tajam dan kritikal terhadap satu partai tertentu.

Karena anda sering menyatakan bahwa semua yang anda kritik itu bodoh
dan payah dan anda sendiri menyatakan: "Kesadaran intelektualitas saya
mengatakan bahwa tidak rela saya dipimpin oleh orang yang mempunyai
kemampuan lebih rendah dari saya," bolehkah saya mendengar siapa calon
yang sebetulnya anda anggap super cocok untuk Indonesia; dan kalau bisa
tolong memberikan sedikit pandangan politik, apa ide anda untuk Indonesia,
apa yang anda sampai sekarang lakukan, peran anda dalam reformasi,
dan apa alternatif yang bisa diterima oleh semua golongan yang ada? Partai
mana yang benar-benar anda setujui dan pandang sebagai partai yang benar-
benar bersifat reformasi dan tanpa sedikitpun noda dari Orde Baru?
Siapakah
orang-orang yang memang bersih dan 100% reformir tanpa adanya politik
'Ken Arok' (mengutip dari Christianto Wibisono).

Terus terang membaca tulisan-tulisan anda yang menyenangkan itu membuat
saya sangat penasaran mengenai apa ide-ide bagus dan 'tokcer' anda yang
bisa
menyelesaikan masalah Indonesia dalam 'satu jurus.' Saya yakin, dengan
sikap
anda itu, anda pasti seorang yang memiliki kemampuan tinggi didukung oleh
otak cemerlang serta dipenuhi ide-ide yang sangat hebat yang bisa
menyelesaikan
semua masalah Indonesia di era reformasi ini dan siapa tahu membawa
Indonesia
menjadi negara superpower di abad berikut.

Saya ingin sekali mendengar ide-ide anda, tentunya kalau anda tak merasa
bahwa saya terlalu bodoh untuk diajak diskusi atau para tokoh di forum ini
anda
anggap cukup intelektual untuk berdiskusi secara intelektual, sopan, serta
terbuka.


Sincerely,

YS



Sistem Oposisi vs. Sistem Power Sharing

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Seorang rekan menyampaikan pendapat bahwa cara pandang saya thd politik
selalu dari kacamata konflik. Jadi intinya rekan tsb memandang bahwa jauh
lebih baik ada konsesi daripada nanti ada deadloack.

Nah, ini dia. Saya sendiri dari kemarin juga bilang bahwa KOMPROMI harus
selalu ada. Cuma saya nggak mengira kalau komprominya sedemikian luas dan
mencakup semua elemen partai-partai dan TNI yang terlibat.

Bukan berarti bahwa bila saya tidak setuju dengan konspirasi global ini lalu
saya berharap semua partai main cakar-cakaran, tetapi marilah kita lihat
seberapa besar peluang untuk PENGAWASAN thd jalannya pemerintahan?

Kayaknya bila muncul koalisi juga tidak berarti harus ada konflik antara
pemerintahan dan oposisi. Memang kenapa mesti begitu? Okay-lah, marilah kita
duduk dalam bumi Indonesia dulu deh. Sikap korektif dari institusi macam DPR
apalagi dari MPR tidak akan dapat berjalan dengan baik. Mengapa? Karena di
dalam pemerintahan eksekutif juga akan terjadi sharing kekuasaan!

Dengan demikian, sikap korektif dari DPR mendatangpun sifatnya akan menjadi
sekedar pantas-pantasan daripada didahului oleh masyarakat yg tahu lewat
koran misalnya. Pola lama akan terjadi kembali, yaitu akhirnya DPR akan
malahan ikut menutup-nutupi kesalahan-kesalahan dari pihak eksekutif. Toh
sekaligus akan menyelamatkan teman sendiri yang menumpang di dalam lembaga
eksekutif tersebut. Sikap DPR akhirnya menjadi bias, dan bisa-bisa cuma
menjadi alat tawar menawar untuk mendapatkan jatah lebih banyak lagi. Hal
ini dilakukan di jaman ORBA, yaitu suara anggota DPR yang ribut dapat
diterjemahkan bahwa bagiannya masih kurang alias perlu ditambah lagi.
Therefore, wakil rakyat menjadi berfungsi sebagai parasit dan tukang peras.

Nah, itu dulu deh yang diperhatikan. Keberadaan sistem multi partai dan
tidak menemukan partai mayoritas tidak berarti harus muncul kerja sama.
Kerja samanya di bidang apa dulu? Kalau kerja sama dalam menggerogoti uang
negara sih wah, nggak ada kemajuan dong.

Yang namanya sistem oposisi juga bukan melulu kalau ada 2 partai doang.
Kalau banyak partai yg kalah ya banyak pula partai oposisi. Lalu apa
masalahnya? Rasanya tidak ada. Sistem oposisi ini bukan pula berarti
cakar-cakaran, berantam. Wah, enggak dong.

Selama ini kita tidak pernah terbius oleh sihir politik yg harus ada
dikotomi. Wah, justru sebaliknya. Kita tidak pernah ada dikotomi! Yang ada
adalah PDI-Suharto, Golkar-Suharto, PPP-Suharto. Bahkan dikotomi militer
dengan sipil pun tidak ada. Kita jangan terbius dengan si A dan si B kan
saudara, sama-sama bangsa Indonesia. Wah, itu adalah romantisme yang tidak
perlu. Ingat bung, mengawasi jalannya pemerintahan berarti juga ikut
membangun. Bukan berarti menghambat.
Memang ada kekurangan dari sifat bangsa Indonesia, yaitu menganggap oposisi
adalah musuh! Kita tidak pernah dibiasakan berpikir bahwa oposisi adalah
juga partner, yaitu partner dalam mencapai sesuatu yg lebih besar dari
kepentingan partai masing-masing (yaitu pembangunan itu). Contoh lain dari
kekurangan kita adalah kedewasaan berpolitik yg masih minim, contohnya?
Aberson dan Megawati yg main ancam mau walkout kalau tidak jadi presiden.
Lho bagaimana? Apa yg dapat kita harapkan dari politisi macam ini? Kita
tidak butuh politisi yang hanya mengandalkan JIMAT warisan karisma.


+Jeffrey Anjasmara


-- Forwarded message --
Date: Mon, 4 Oct 1999 23:55:46 EDT

Dari bincang@

''Kok melihat politik itu selalu dari kaca mata konflik. Politik kan bisa
diartikan kerjasama. Yang penting niatnya itu mau bagaimana? Mau menjadikan
Indonesia itu harmonis, rukun, memperbaiki ekonomi rakyat dan menegakkan
kedaulatan bangsa kan. Kalau politik itu diartikan harus beda, harus
berantam
dan musti cakar-cakaran, ya terserah lah.''

Selama ini kita selalu terbius dengan sihir politik yang seolah harus
mensyaratkan adanya dikotomi. Harus menciptakan musuh terus. Padahal bisa
jadi si A atau si B dan lainnya itu  sebenarnya saudara kita. Sama-sama
mencintai Indonesia dan ingin melihat ada jalan terang bagi keluarnya
Indonesia dari krisis ini.

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

At 02:22 PM 10/6/99 +0700, you wrote:
Komentator sepak bola memang bisa main bola ?

Kita di milist ini kan semuanya komentator. Jadi ya focus saja sebagai
komentator.
Memang nya anda pernah melakukan hal - hal yang anda minta ke saya seperti
dibawah ? Belum pernah juga kan.

So, shoud I  ?

Mmesle Suhendri,

Jika anda menyaksikan pertandingan sepak bola di Indonesia, seorang komentator
amatir memang hanya bisa menyatakan 'bola ditendang ke anu, ke siapa, dsb.'
Tapi
jika anda melihat komentator profesional seperti di US, komentator bukan
hanya bisa
mengomentari, melainkan juga memberikan saran atau kritik yang memang
membangun.

Contohnya di NBA (yang rasanya anda mungkin tahu),  reputasi seorang
komentator
itu sangat diperlukan karena itu TV network di sini hanya meminta yang
profesional
yang bisa merasakan apakah beban pemain, bagaimana sang pemain bermain,
dan apa kritik yang bisa membangun, bukan hanya komentar asal-asalan. Karena
itu mereka merecruit mantan pemain seperti Isaah Thomas (NY Knicks) dengan
gaji yang sangat tinggi, karena dia bisa memberikan komentar yang bagus
dan mengerti hambatan para pemain di lapangan basket sehingga komentarnya
juga sangatlah dihargai.

Kalau sekarang contohnya si Phoenix Suns mendadak melawan Chicago
Bulls yang masih lengkap 'dream teamnya' (Jordan-Pipen), apakah komentatornya
terus berteriak wah, si Suns goblok, masak bisa dibabat terus oleh Bulls?
Melainkan komentator melihat struktur tim Suns dan juga Bulls, memberikan
perbandingan kekuatan dan karena memang 'Dream Team' jauh lebih kuat,
masak dia terus berkata bahwa Suns harus terus serang atau defend? Apa
bedanya dia dengan penonton? Malahan orang-orang akan jadi muak nontonnya.
Sudah tahu tim Bulls super kuat, kok komentatornya kayak enggak tahu medan.
Jadi komentatornya juga harus tahu perbandingan kekuatan, dan memberikan
taktik-taktik yang dianggap bisa relevan; mungkin seperti 2 pemain kepung
Jordan atau gimana.

Jika TV di sini hanya mengupah komentator murahan, wah kredibilitas mereka
akan dipertaruhkan. Jadi seorang komentator juga perlu setidaknya mengetahui
permainan, apa yang menjadi penghambat, penghalang, dan karena itu bisa
memberikan kritik yang membangun, jadi tidak hanya bisa asbun saja.

Apakah saya pernah melakukan hal-hal yang saya minta ke anda? Hmm
Sudah berapa lama anda menjadi anggota milis ini? Akhir-akhir ini terus terang
saja saya memang sudah tidak pernah memberikan tulisan akibat kesibukan saya.
Tapi saya bisa assure anda bahwa ada period di milis ini dulu dimana saya
pernah
memberikan beberapa masukan yang sederhana yang mungkin diwarnai banyak
kelemahan. Tapi setidaknya saya pernah mencoba.


YS



Re: Inikah senjata SS-1?

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Gambar yang ter-attach saya ambil dari Sidney Morning Herald. Bila anda
perhatikan, maka:
- magazinenya lurus, tidak melengkung. Hampir semua senapan serbu yg
  ada di pasaran bermagazine melengkung (biarpun yg isinya
  dikit) kecuali senapan HK Jerman.
- Pegangan tangan ada di bagian belakang, sama dengan keluarga M16,
  NC, HK.
- ada lubang-lubang angin (hiasan?) di bagian barrel-nya, sama dengan
  HK-G3A3 Jerman, dan SA-80 Inggris.

Persoalannya, bila jumlahnya sedikit, bagaiamana dengan amunisinya?

+anjas



From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Maaf juga, saya nggak punya akses ke sana. Kalau ada lampiran gambarnya
bisa
dikirim? Saya nggak begitu banyak tahu soal senjata.

Efron

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
 991005_tmilitia.jpg


Re: Selamat, Megawati Presiden

1999-10-06 Terurut Topik blucer rajagukguk

Menurut ramalan sinto gendeng dari gunung gede dan pendekar mabok dari kun
lun pay, anda benar sdr ucup :).
;-)

Dari perkembangan SU, menurut perkiraan saya, kans Megawati
utk jadi presiden semakin besar (kalo pake angka, ya 55%, lah).

Bagi yg pro Mega (antara lain PDIP, Bursa Saham, Investor,
amerika, spekulan rupiah,... dll), saya ucapkan selamat (kalo
ternyata perkiraan meleset, gampang, nanti ucapan selamat bisa
dicabut lagi).

Yw.

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Komisi tinggi HAM PBB ternyata nipu dan nekan....

1999-10-06 Terurut Topik blucer rajagukguk

From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED]

eh, saya kira PBB yang dimaksud Partai Bulan Bintang khususnya Yusril yang
sudah mengaku didepan pengurus PBB termasuk mengaku kepada Fadli Zon bahwa
Yusril (yang selalu mengaku reformis dari poros tengah) telah menerima uang
dari habibie kurang lebih 1,5 Milyar (tapi kayaknya lebih :)). Lucunya
Yusril ini ketua tim kecil poros tengah, dan masih doyan omong soal
reformasi, walaupun sudah terbukti dan mengaku menerima uang dari Habibie.
Kalo begini namanya jualan apa yach?? jualan celana dalam atau jualan kulit
badak :).

Setelah kecewa dengan politik dagang kebon binatang yaitu sapi, kuda,
monyet, dll oleh semua parpol, TNI, dan Utusan Golongan, ternyata saya
makin
dikecewakan dengan sinetron picisan dari Aberson Silholaklholok dan
Megawati. Anggota PKB dan PDIP yang melompat pagar dan memilih Akbar
benar-benar melakonkan sandiwara yang hanya penghuni kebon binatang yang
tidak tahu arah dan jalan ceritanya.

Makanya daripada sakit hati melihat lomba sinetron tsb, mending saya
membawakan cerita kebohongan Komisi tinggi HAM milik PBB itu. Ternyata Mary
Robinson dan PBB pada umumnya sedang ingin suatu prestasi bagi karir
mereka.
Tak kurang Kopi Anak sebagai sekjen PBB juga cuman mencari rapot bagus bagi
PBB di bawah kepemimpinannya. Setelah gagal di Afrika, gagal di Eropa,
sekarang mereka ingin mengerjai salah satu negara Asia. Apakah ada sentimen
etnis, atau tepatnya ras? Oh yes, of course. Ras putih boleh men-judge ras
manapun dengan seenak-enaknya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Jepang mengakui bahwa mereka dipaksa untuk mengubah pendirian mereka yang
"Abstain" thd agenda khusus masalah Timtim, menjadi "Ya / mendukung."
Dikawatirkan masuknya suara Rwanda di menit-menit terakhir yg mendukung
adanya sidang khusus sebetulnya malah tidak ada sama sekali. Tidak ada
bukti
sih. Lagipula aturan PBB menghendaki voting seperti ini harusnya dilakukan
dengan surat, bukan sekedar per telepon.

Silakan baca selengkapnya di www.waspada.com

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Notrida Mandica

Mas Suhenri,

Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi?

GEBLEK!

ida


From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"

Soe

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Sabar

1999-10-06 Terurut Topik Faransyah Jaya

Allahu Akbar !

Pembalasan dunia akhirat akan selalu ada !

Faran
--

On Wed, 6 Oct 1999 06:48:20Suhendri wrote:
Sabar untuk para saudaraku di Ambon.
Mereka, para penindas dan pembunuh itu, berpikir bahwa mereka menang.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Semoga azab dan laknat turun bagi mereka.

Soe


=

Dua Masjid di Ambon Dibakar


AMBON -- Sidang Umum MPR/DPR tak bisa meredam pertikaian massa di Ambon. Dua
masjid di Air Salobar dan Passo Senin siang musnah dibakar. Sementara itu
seorang wanita Muslim syahid saat mempertahankan Masjid Jabal Tsur Air
Salobar.

Sekretaris MUI Maluku Soleman Drahman ketika dihubungi Selasa (5/10) malam
menyatakan serangan terhadap pemukiman Muslim itu berlangsung sejak dua hari
silam. ''Kami umat Muslim bertindak defensif karena menghormati SU MPR,''
ujarnya. Hingga petang kemarin sedikitnya sepuluh orang tewas --dua di
antaranya perempuan-- dan puluhan lainnya cedera saat mempertahankan rumah
dan tempat ibadah di Air Salobar dan Passo.

Serangan terhadap pemukiman Muslim di Air Salobar selain memusnahkan Masjid
Jabal Tsur yang sejak kerusuhan pertama dipertahankan juga memusnahkan 32
rumah dan Kanwil Depag Provinsi Maluku. Seorang wanita Muslim syahid saat
mempertahankan masjid yang dibakar. ''Sari meninggal di masjid saat
menghalau serangan kelompok merah.''

Sari Jayanti Pegaton, gadis setempat, meninggal tertembak aparat keamanan
saat membantu umat Islam mempertahankan simbol Islam satu-satunya yang masih
ada di Air Salobar. Sementara Ny Zubaedah meninggal di rumahnya di
Batumerah. Diduga dia korban penembakan aparat dari arah Karang Panjang.

Akibat serangan tersebut, ratusan Muslim Air Salobar diungsikan ke Al-Fatah.
Evakuasi korban dilakukan lewat laut menggunakan sebuah kapal kecil milik
navigasi dan beberapa perahu motor. Dengan tambahan penduduk Air Salobar,
jumlah pengungsi di Al-Fatah kembali membengkak. ''Kami sekarang menampung
4.000 pengungsi.''

Selain di Air Salobar, serangan terhadap warga Muslim juga terjadi di Passo,
Ahuru dan Barumerah. Bentrokan di Passo selain memusnahkan Masjid Nurul
Ishlah kembali memutus jalur lalu lintas menuju Tulehu. Jalur menuju
pemukiman umat Muslim di Tulehu itu selama 20 hari terakhir terbilang aman.

Sekretaris MUI menyesalkan dibakarnya Masjid Nurul Ishlah. ''Kok, masjid
yang lokasinya persis di depan Kompleks SPN Passo bisa dibakar.'' Padahal,
katanya, tokoh agama setempat menyerahkan keamanan masjid tersebut pada
aparat keamanan yang menghuni SPN. Selama ini, masjid tersebut dimanfaatkan
jajaran kepolisian yang tinggal di Passo membina mental aparatnya.

Seharusnya, kata dia, jajaran kepolisian yang tinggal di SPN Passo tidak
membiarkan tempat ibadah umat Islam itu dibakar. ''Mereka diam saja saat
tempat ibadah dibakar,'' ujar Soleman geram.

Soleman juga menyesalkan serangan yang terjadi saat SU MPR berlangsung.
''Mereka tidak menghiraukan sidang yang tengah berlangsung.'' Menurutnya,
kelompok merah memanfaatkan sikap defensif yang ditegaskan umat Islam.

Namun demikian, dia tak mengerti penyebab terjadinya serangan terhadap
perkampungan Muslim di Ahuru, Batumerah, Passo, dan Air Salobar. ''Awalnya
cuma lemparan batu dan bom molotov,'' ujarnya.

Wilayah pemukiman umat Islam memang lebih rendah dibanding wilayah yang
dikuasai kelompok Nasrani saat ini. Umat Muslim menguasai pesisir, sedang
kelompok non-Muslim berada di tempat yang lebih tinggi. ''Sekali lempar
langsung mencapai sasaran.'' n tid



DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Denny Gelo

maaf mas,
apa mas kira tujuan mahasiswa demo itu langsung dan tanpa perhitungan segala?
tujuan mahasiswa untuk demo menentang hal itu apa hayo beri penjelasan dong yang lebih 
lengkap??
saya menganalisa surat mas ini ada tendensi untuk menjelekkan kelompok orang tertentu?
reformasi bukan hanya asal ngomong, tapi juga dengan argumentasi yang realistis lah.
reformasi di Indonesia ada karena mahasiswa demon dan tujuannya jelas kedepan yaitu 
demokrasi di Indonesia.


From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"

Soe

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Faransyah Jaya

HEHEHE.
saya melihat emailnya si soe ini simple tapi banyak benernya.
saya sendiri yang kebetulan lagi sekolah disini memang sedikit memantau demo yang 
dilakukan mahasiswa terutama forkot, famred cs yang suka bikin macet jalanan.
kalo nggak salah sih tujuan demo mereka memang mendukung reformasi dan mengutuk golkar 
secara tidak langsung.

nah. dengan kondisi pdip yang ikutan mendukung golkar yang notabene status quo, tapi 
mahasiswa tsb tidak demo memang rada aneh.
mungkin mereka pikir golkar sudah reformasi.
ato mungkin mereka memang mendukung pdip walopun kemudian pdip sendiri mendukung 
golkar.

i guess dan mungkin.. mahasiswa demopun sudah ikutan politik. politik demo dijalanan.

well. who knowss..

Faran
--

On Thu, 7 Oct 1999 00:54:37Denny Gelo wrote:
maaf mas,
apa mas kira tujuan mahasiswa demo itu langsung dan tanpa perhitungan segala?
tujuan mahasiswa untuk demo menentang hal itu apa hayo beri penjelasan dong yang 
lebih lengkap??
saya menganalisa surat mas ini ada tendensi untuk menjelekkan kelompok orang tertentu?
reformasi bukan hanya asal ngomong, tapi juga dengan argumentasi yang realistis lah.
reformasi di Indonesia ada karena mahasiswa demon dan tujuannya jelas kedepan yaitu 
demokrasi di Indonesia.


From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"

Soe

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com



DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com



Re: Kenapa Tidak Duet Mega-GusDur?

1999-10-06 Terurut Topik Faransyah Jaya

Kalo pake feeling sih saya coba jawab memang akan ada duet tersebut.
tapi feeling saya yang lain bilang, golkar tidak akan tinggal diam juga. doi kan nomer 
2 pemilu. masa dpr saja udah kenyang.

so, feeling saya lagi bilang, presiden gusdur
wapres golkar (wiranto feeling saya sih)
Ibu mega nggak tau nih.
feeling saya sih jadi mentri doang.

tapi pasti nggak bakal mau.. hehehe..

so. liat aja nanti.

ps: saya pake feeling abis kalo pake yang laen pasti ngaco !

Faran
--

On Wed, 29 Sep 1999 09:49:02   Yusuf-Wibisono wrote:
;-)

Bicara masalah capres-cawapres, dg Kans yg ada sekarang, kenapa
orang-orang (di Senayan) itu tidak berinisiatif utk menduetkan
Mega dan GusDur. Bukan, bukan untuk mendendangkan lagu dangdut
menghibur wakil rakyat, tapi untuk posisi Presiden dan Wakil.

Dua tokoh ini tampaknya kompak selalu. Bila NU dan para kiai
ingin GusDur diposisikan sebagai Bapak Bangsa, di kursi wapres
itu pas juga, malah di kursi presiden agak kurang pas, karena
dia harus membawahi langsung kabinet, dsb., dsb., yang membuat
dia tidak bisa independen mengeluarkan statement-statement unik
yang nampak-nampaknya merupakan hobinya juga. ;-)

Bila GusDur inginnya second to nobody seperti dikatakan Amien Rais,
Wapres itu juga secara struktural tidak posisi second-second-an.
Wapres dan Presiden itu kan sama-sama dipilih oleh MPR, dan bertanggung
jawab kepada lembaga itu, dan bukannya Wapres itu bawahan presiden yg
bisa dipecat begitu saja oleh presiden itu. Pola Sukarno-Hatta jaman dulu,
itu juga jelas sekali mencerminkan betapa Hatta itu juga second to nobody.

Dengan kombinasi ini, insya Allah, PDIP senang, poros tengah
senang,... market, investor, spekulan, pihak asing, IMF,
bank dunia, rakyat kecil, TNI,... dan seterusnya, senang semua.
Orang Islam (ortodox) yang mati-matian tidak mau dipimpin wanita
pun, rasanya lebih bisa menerima duet tersebut, karena dalam pola
itu, yang memimpin bukanlah Mega, melainkan duet Mega-GusDur secara
bersama-sama, dwitunggal ala Sukarno-Hatta. Demikian pula, orang yang
ngotot mempertanyakan taraf pendidikan Mega, argumennya menjadi
irelevan.

Kans Habibie (dan apalagi bila berduet dengan Wiranto) akan jauh
mengecil, dan mungkin kubunya menjadi kurang senang. Demikian juga,
mungkin AA Baramuli dan Andi Galib kurang senang, tapi andaikan DPR/MPR
harus mengakomodir aspirasi mereka-mereka itu juga, kapan beresnya... ;-)

Sekedar usul dan opini.

Yw.



DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com



Re: Kenapa Tidak Duet Mega-GusDur?

1999-10-06 Terurut Topik bRidWaN

Koq saya masih melihat kans Megawati sih ?
Mungkin saya ndableg ya? Iya kali ya...

Paling tidak duet Gus Dur-Mega atau duet
Mega-Gus Dur masih memungkinkan untuk
ditampilkan. Ini menurut hemat saya lho..:)

Paling tidak menunggu hasil Rapim Golkar
minggu depan dan Pidato Pertanggungan Jawab
Pak Habibie tanggal 14 Oktober nanti.

Jadi Rapim Golkar akan juga ikut menentukan
siapa yang akan menjadi Kepala Pemerintahan.


Salam,
bRidWaN


At 02:15 PM 10/6/99 -0400, Faransyah Jaya wrote:
Kalo pake feeling sih saya coba jawab memang akan ada duet tersebut.
tapi feeling saya yang lain bilang, golkar tidak akan tinggal diam juga.
doi kan nomer 2 pemilu. masa dpr saja udah kenyang.

so, feeling saya lagi bilang, presiden gusdur
wapres golkar (wiranto feeling saya sih)
Ibu mega nggak tau nih.
feeling saya sih jadi mentri doang.

tapi pasti nggak bakal mau.. hehehe..

so. liat aja nanti.

ps: saya pake feeling abis kalo pake yang laen pasti ngaco !

Faran
--

On Wed, 29 Sep 1999 09:49:02   Yusuf-Wibisono wrote:
;-)

Bicara masalah capres-cawapres, dg Kans yg ada sekarang, kenapa
orang-orang (di Senayan) itu tidak berinisiatif utk menduetkan
Mega dan GusDur. Bukan, bukan untuk mendendangkan lagu dangdut
menghibur wakil rakyat, tapi untuk posisi Presiden dan Wakil.

Dua tokoh ini tampaknya kompak selalu. Bila NU dan para kiai
ingin GusDur diposisikan sebagai Bapak Bangsa, di kursi wapres
itu pas juga, malah di kursi presiden agak kurang pas, karena
dia harus membawahi langsung kabinet, dsb., dsb., yang membuat
dia tidak bisa independen mengeluarkan statement-statement unik
yang nampak-nampaknya merupakan hobinya juga. ;-)

Bila GusDur inginnya second to nobody seperti dikatakan Amien Rais,
Wapres itu juga secara struktural tidak posisi second-second-an.
Wapres dan Presiden itu kan sama-sama dipilih oleh MPR, dan bertanggung
jawab kepada lembaga itu, dan bukannya Wapres itu bawahan presiden yg
bisa dipecat begitu saja oleh presiden itu. Pola Sukarno-Hatta jaman dulu,
itu juga jelas sekali mencerminkan betapa Hatta itu juga second to nobody.

Dengan kombinasi ini, insya Allah, PDIP senang, poros tengah
senang,... market, investor, spekulan, pihak asing, IMF,
bank dunia, rakyat kecil, TNI,... dan seterusnya, senang semua.
Orang Islam (ortodox) yang mati-matian tidak mau dipimpin wanita
pun, rasanya lebih bisa menerima duet tersebut, karena dalam pola
itu, yang memimpin bukanlah Mega, melainkan duet Mega-GusDur secara
bersama-sama, dwitunggal ala Sukarno-Hatta. Demikian pula, orang yang
ngotot mempertanyakan taraf pendidikan Mega, argumennya menjadi
irelevan.

Kans Habibie (dan apalagi bila berduet dengan Wiranto) akan jauh
mengecil, dan mungkin kubunya menjadi kurang senang. Demikian juga,
mungkin AA Baramuli dan Andi Galib kurang senang, tapi andaikan DPR/MPR
harus mengakomodir aspirasi mereka-mereka itu juga, kapan beresnya... ;-)

Sekedar usul dan opini.

Yw.



DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com





Gus Dur jadi presiden?

1999-10-06 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Lha, nanti yg mau ngontrol siapa dong?
Apa ada yg berani ngontrol Gus Dur?
Amien Rais yg sekarang ketua MPR saja segan sekali
dengan Gus Dur, apalagi Akbar Tandjung.
Gus Dur tuh paling pas ya jadi Bapak Bangsa, dia
nanti yg "ngontrol" ketua MPR, DPR, dan juga Presiden.
Kalau nanti ada yg macam2 satu diantara ketiganya,
maka suara Gus Dur nanti yg akan dibutuhkan.
Karenanya akan lebih baik bila Gus Dur berada di luar
sistem, jangan seperti sekarang yg menjadi anggota
MPR. Nanti suaranya bisa terbatasi oleh posisinya
yg anggota MPR. Sebagai seorang anggota MPR, dia
khan nantinya harus tunduk dengan keputusan MPR.
Jadi ngga bisa melakukan "kontrol" lagi seperti yg sudah2
selama ini.

Siapakah yg layak untuk mengisi jabatan presiden?
Menurut saya yg tidak satu kelompok dengan
Amien Rais atau pun Akbar Tandjung sehingga
kontrol terhadap pemerintahan nantinya akan berlangsung
dengan baik.

Kita sudah bagus punya Amien Rais di MPR yg tidak
satu kelompok dengan Akbar Tandjung di DPR.

Kalau nantinya presiden terpilih berasal dari kelompok yg
sama dengan Amien Rais atau pun orang yg Amien Rais
segani, akibatnya fungsi kontrol nantinya akan lemah.
Begitu pula bila presiden nantinya dari golongan Akbar Tandjung.
Akibatnya nanti kontrol terhadap pembuatan UU juga jadi lemah.
Paling enak memang presiden kali ini punya posisi yg berseberangan
dengan Amien Rais dan Akbar Tandjung. Kontrol akan jalan
dengan baik seperti yg kita lihat terjadi di AS dimana
presidennya dari partai Demokrat tapi senatnya dipimpin
oleh Republik.

Siapakah presiden yg layak nantinya?
Jelas harus orang yg ngga bikin Amien Rais dan Akbar Tandjung
segan untuk "menjewer" kalau presiden tersebut kelak
melakukan kesalahan.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Site Republika hari ini

1999-10-06 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Baca Republika hari ini?
(di site utama ada 'gangguan')
Klik:
http://www.republika.co.id/9910/07/indexutm.htm



=

__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



Kejutan

1999-10-06 Terurut Topik Nasrullah Idris

Tunggulah kejutan seputar PDIP !

Salam,

Nasrullah Idris



Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Suhendri

Saya cuplik dari Detik.com dibawah :

"...Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif
menciptakan ketenangan, ..."

Komentar :
Dimana logikanya ulama Ambon diminta berperan aktif menciptkan ketenangan ?
Ulama di Ambon adalah pihak minoritas yang sedang tertindas.

Seharusnya ditulis agar ".. para pastor, pendeta dan tokoh masyakarat
menyadarkan masyarakatnya dan menciptakan ketenangan...".

Bagaimanapun, kontrol utama datang dari pihak mayoritas. Seharusnya pihak
mayoritas lah yang melindungi minoritas. Mayoritas lah yang menYayangi dan
mengKasihi minoritas.

Soe
PS :
- Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya
- Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-(




Konflik di Ambon 3-5 Oktober 1999
19 Orang Tewas, 13 Rumah Dibakar
Reporter: Hestiana Dharmastuti

detikcom, Jakarta- Konflik berdarah yang pecah lagi di Ambon, 3-5 Oktober
1999 ini, menurut temuan Kontras, telah menewaskan 19 orang. 32 Orang luka
berat, 67 luka ringan. Di samping itu ada 3 rumah ibadah dan 13 rumah
penduduk dibakar.

Koordinator Kontras, Munir, dalam siaran persnya Rabu (6/10/1999) yang
diterima detikcom pada pukul 18.15 wib menyebutkan, konflik berdarah itu
jelas sangat memprihatinkan. Dan semua itu terjadi, tak lepas karena
ketidakmampuan aparat meredam situasi.

Oleh sebab itu, Kontras mendesak Panglima TNI dan Kapolri untuk segera
mengambil langkah-langkah kongrit guna menghentikan konflik di Ambon yang
tak kunjung selesai. "Panglima TNI dan Kapolri juga harus bertanggung jawab
atas keberpihakan aparat yang justru memicu konflik itu berlanjut,"tandas
Munir.

Di samping mendesak agar para ulama dan tokoh masyarakat berperan aktif
menciptakan ketenangan, Kontras juga mendesak parpol besar untuk hadir
membicarakan penyelesaian yang komprehensif tentang konflik di Ambon itu.

"Ketidakhadiran parpol tersebut akan menunjukan ketidakpedulian mereka
terhadap tragedi kemanusiaan dan konflik yang semakin luas,"kata Munir.

Untuk diketahui saja, 3-5 Oktober 1999, konflik kembali marak di Ambon.
Konflik itu meluas di kawasan Passo, Batu Merah, Benteng dan Air Salobat.
Tembakan aparat sempat dilepas untuk meredam bentrokan.

Namun, rentetan tembakan justru ada yang nyasar. seorang anak berusia 6
tahun, Yofi Uneputy tewas kena terjang dua peluru yang menembus bagian
kepalanya. Seorang aparat Polri, Letda Ricky juga kea terjang peluru hingga
tewas.

Kapolda Maluku Kolonel Bugis Saman menduga, peluru yang menerjang Ricky
berasal dari penembak mahir. Sebab bidikannya tajam dan mematikan. Aksi
penembak mahir itu dicurigai Bugis sebagai upaya untuk mengadu domba
masyarakat maupun masyarakat dengan aparat keamanan.



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

- Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya
- Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-(

Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United
atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda
memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton
begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti
penjelasan saya, itu saja.


YS



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Yumartono

Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United
atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda
memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton
begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti
penjelasan saya, itu saja.


YS

Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang
luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan
bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
tentang olahraga tersebut.
Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya
mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton
mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut.
Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni
atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A.
Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni
lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny.
Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional,
komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar
teknisnya bung Syamsul Anwar.
Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak
komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja masih
enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra.
Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk
mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding
komentarnya dari mantan olahragawan.

YMT



Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Yang geblek itu yang namanya Suhendri atau yang namanya Ida sih? Maaf nih,
habisnya emailnya ngirit banget jadinya saya agak telmi. Tolong dong
diterangkan.

'--
From: Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:54:01 PDT

Mas Suhenri,

Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi?

GEBLEK!

ida


From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari
para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"

Soe

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang
luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan
bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
tentang olahraga tersebut.
Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya
mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton
mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut.
Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni
atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A.
Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni
lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny.
Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional,
komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar
teknisnya bung Syamsul Anwar.
Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak
komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja masih
enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra.
Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk
mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding
komentarnya dari mantan olahragawan.

M. Yumartono,

Walau pendapat anda valid dan terus terang pada dasarnya saya setuju
(walau sejujurnya saya kurang tahu nama-nama komentator kawakan
Indonesia), tapi konteks yang kita bicarakan adalah mengenai bagaimana
seorang komentator bisa memberikan komentar yang baik dan membangun.
Saya hanya mengambil contoh olah raga ini agar argumen saya bisa
dimengerti oleh semua orang.

Namun saya ingin kembali ke ide saya yang semula yang saya tambah
dengan argumen anda: walau penonton menginginkan hal yang lebih
bersifat non teknis, tapi juga penonton tak mau kalau hanya mendengar
komentar yang sepatah-patah dan isinya hanya mengeritik tanpa
memberikan saran atau melihat situasi.

Kita ambil contoh favorit anda, tinju. Sekarang kalau tinju pro misalnya
Tyson VS. Spinx. Apa anda suka kalau mendengar komentatornya cuma
bilang 'Ah, Spinx payah. Ayo maju, serbu si Tyson.' Wong sekali gebuk
aja sudah langsung terkapar begitu. Komentator yang baik kalau saya
lihat justru memperhitungkan berapa besar kemungkinan Spinx bisa
mengalahkan Tyson dan kalaupun kecil, kira-kira bagaimana Spinx
bisa berusaha untuk membuat strategi yang akhirnya bisa membuat
si Spinx paling dikit di-KO di ronde ke-3. Terus terang kalau saya
dengar komentatornya cuma bilang 'ah, Spinx payah. Ah, Spinx
goblok, ah ayo serbu, serbu sana.' Mendingan saya cuma lihat
gambarnya saja, enggak dengar komentatornya.

Kalau saya tak salah, komentator-komentator yang anda sebutkan
diatas, selain memberikan komentar yang menarik, juga mereka
bisa memberikan saran atau kritik yang membangun. Contohnya kalau
di Liga A (terakhir kali saya nonton sekitar 5 tahun lalu, sorry kalau sudah
enggak relevan), komentatornya waktu dulu itu bisa memberikan perbandingan
kekuatan antara 2 pihak dan bisa memberikan strategi bahwa tim anu itu
kekuatannya di penyerangan atau defensive, sehingga tim musuh harusnya
gimana. Jadi walaupun tidak teknikal, tapi at least komentarnya itu relevan
dan bisa diterima serta bisa membangun. Kalau komentarnya cuma
'Tim ini goblok, wah pemainnya tolol beneran, wah yang ini otaknya
didengkul,'  terus terang saya enggak akan sudi banget dengarnya
juga (belum lagi bisa dijewer orang tua soalnya mendengarkan acara yang
diwarnai bahasa yang kurang pantas) :-)
Lagian kalau memang cuma segitu kualifikasinya, yakni jago bahasa
kasar, tiap orang bisa saja jadi komentator olah raga. Jeger-jeger di Tanah
Abang juga bisa semua, kok. Cuma apakah anda mau mendengarnya?

Tapi anda benar bahwa komentator dari mantan olah ragawan belum tentu
bisa seenak komentator yang bukan mantan. Hanya kalau menurut saya,
biasanya mereka yang mantan lebih tahu detail dan tekniknya sehingga
komentarnya bisa jauh lebih membangun.



YS



Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)

1999-10-06 Terurut Topik Yumartono

Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!!
Kecuali kubu Mega  Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk
menduduki jabatan presiden.
Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan
marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti
liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka
mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi
yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik.
Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa
sebenarnya yang ingin mengacau ?

YMT

PS :
Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak
berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah
wakil-wakil PDI-P sendiri.  Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P,
bukan terhadap anggota MPR.


Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden
tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan
rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif.
Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Suhendri

Saya memang nggak hobi nonton NBA ataupun Liga ataupun tinju.
Saya lebih suka nonton Discovery Channel, atau Elegant Solution, atau Wild
Life, atau Beyond 2000, biar tambah pinter. :-)

Bukan masalah penting atau tidak penting mengerti penjelasan Anda, tapi Anda
bisa nggak menjelaskan kelakukan "Mahasiswa Dagang Sapi" dari Forkot dan
turunannya.

Soe

-Original Message-
From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 9:28 AM
Subject: Re: Nggak ada logikanya


- Buat Mbak Ida : Terimakasih Geblek nya
- Buat Yohanes Sulaiman : Saya nggak pernah nonton NBA :-(

Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United
atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda
memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton
begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti
penjelasan saya, itu saja.


YS



Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)

1999-10-06 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Mas YMT:
Satu orang wartawan (DETIK) ketipu;-)


--- Yumartono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti
 akan melalui voting !!!
 Kecuali kubu Mega  Habibie memberikan kesempatan
 pada Gus Dur untuk
 menduduki jabatan presiden.
 Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu
 khawatir bahwa rakyat akan
 marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat
 kecil sendiri (seperti
 liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil,
 tukang becak, dll.) mereka
 mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa
 yang jadi presiden, tapi
 yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik.
 Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin
 mengacau lalu siapa
 sebenarnya yang ingin mengacau ?

 YMT

 PS :
 Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak,
 bahwa bila PDI-P tidak
 berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang
 salah adalah
 wakil-wakil PDI-P sendiri.  Dan rakyat akan marah
 terhadap pengurus PDI-P,
 bukan terhadap anggota MPR.


 Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
 Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
 Reporter: Irna Gustia W

 detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati
 terpilih menjadi presiden
 tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan
 rakyat, maka diperkirakan
 rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar.
 Reaksi invetor positif.
 Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.



=

__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Bung Yohanes ini sudah berkontribusikah? Kontribusinya berapa tahun sekali?
Pertanyaan selanjutnya, sudah cukup membangunkah?

Pertanyaan ini perlu diajukan ke diri sendiri sebelum menuding ke orang
lain. Atau begini saja deh, berhubung yang diinginkan Bung Yohanes adalah
para mantan, bagaimana kalau mantan-mantan itu anda ajak ke milis ini?
Rasanya jauh lebih pas deh. Atau Bung Yohanes termasuk golongan mantan juga?

+anjas

'-
From: Yohanes Sulaiman [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Nggak ada logikanya
Date: Wed, 6 Oct 1999 21:01:39 -0700

 Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang
 luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan
 bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang
luas
 tentang olahraga tersebut.
 Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya
 mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh
penonton
 mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut.
 Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni
 atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie
A.
 Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni
 lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny.
 Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional,
 komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar
 teknisnya bung Syamsul Anwar.
 Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak
 komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja
masih
 enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra.
 Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk
 mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding
 komentarnya dari mantan olahragawan.

M. Yumartono,

Walau pendapat anda valid dan terus terang pada dasarnya saya setuju
(walau sejujurnya saya kurang tahu nama-nama komentator kawakan
Indonesia), tapi konteks yang kita bicarakan adalah mengenai bagaimana
seorang komentator bisa memberikan komentar yang baik dan membangun.
Saya hanya mengambil contoh olah raga ini agar argumen saya bisa
dimengerti oleh semua orang.

Namun saya ingin kembali ke ide saya yang semula yang saya tambah
dengan argumen anda: walau penonton menginginkan hal yang lebih
bersifat non teknis, tapi juga penonton tak mau kalau hanya mendengar
komentar yang sepatah-patah dan isinya hanya mengeritik tanpa
memberikan saran atau melihat situasi.

Kita ambil contoh favorit anda, tinju. Sekarang kalau tinju pro misalnya
Tyson VS. Spinx. Apa anda suka kalau mendengar komentatornya cuma
bilang 'Ah, Spinx payah. Ayo maju, serbu si Tyson.' Wong sekali gebuk
aja sudah langsung terkapar begitu. Komentator yang baik kalau saya
lihat justru memperhitungkan berapa besar kemungkinan Spinx bisa
mengalahkan Tyson dan kalaupun kecil, kira-kira bagaimana Spinx
bisa berusaha untuk membuat strategi yang akhirnya bisa membuat
si Spinx paling dikit di-KO di ronde ke-3. Terus terang kalau saya
dengar komentatornya cuma bilang 'ah, Spinx payah. Ah, Spinx
goblok, ah ayo serbu, serbu sana.' Mendingan saya cuma lihat
gambarnya saja, enggak dengar komentatornya.

Kalau saya tak salah, komentator-komentator yang anda sebutkan
diatas, selain memberikan komentar yang menarik, juga mereka
bisa memberikan saran atau kritik yang membangun. Contohnya kalau
di Liga A (terakhir kali saya nonton sekitar 5 tahun lalu, sorry kalau
sudah
enggak relevan), komentatornya waktu dulu itu bisa memberikan perbandingan
kekuatan antara 2 pihak dan bisa memberikan strategi bahwa tim anu itu
kekuatannya di penyerangan atau defensive, sehingga tim musuh harusnya
gimana. Jadi walaupun tidak teknikal, tapi at least komentarnya itu relevan
dan bisa diterima serta bisa membangun. Kalau komentarnya cuma
'Tim ini goblok, wah pemainnya tolol beneran, wah yang ini otaknya
didengkul,'  terus terang saya enggak akan sudi banget dengarnya
juga (belum lagi bisa dijewer orang tua soalnya mendengarkan acara yang
diwarnai bahasa yang kurang pantas) :-)
Lagian kalau memang cuma segitu kualifikasinya, yakni jago bahasa
kasar, tiap orang bisa saja jadi komentator olah raga. Jeger-jeger di Tanah
Abang juga bisa semua, kok. Cuma apakah anda mau mendengarnya?

Tapi anda benar bahwa komentator dari mantan olah ragawan belum tentu
bisa seenak komentator yang bukan mantan. Hanya kalau menurut saya,
biasanya mereka yang mantan lebih tahu detail dan tekniknya sehingga
komentarnya bisa jauh lebih membangun.
YS

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

Saya memang nggak hobi nonton NBA ataupun Liga ataupun tinju.
Saya lebih suka nonton Discovery Channel, atau Elegant Solution, atau Wild
Life, atau Beyond 2000, biar tambah pinter. :-)

Bukan masalah penting atau tidak penting mengerti penjelasan Anda, tapi Anda
bisa nggak menjelaskan kelakukan "Mahasiswa Dagang Sapi" dari Forkot dan
turunannya.


Wah, kalau saya lihat, kayaknya mahasiswa enggak mungkin jual beli jabatan.
Wong power aja enggak punya. Yang bisa jual beli jabatan justru yang sudah
diatas, yang sudah punya kekuasaan. Kalau mahasiswa, siapa coba yang mau beli
jabatan jadi menwa atau ketua senat mahasiswa selain mahasiswa sendiri.

Tapi kok jadi membalik begini Saya khan yang tanya duluan kepada anda,
bahwa apa yang sebetulnya mahasiswa perlu lakukan, apa yang diperlukan
negara kita untuk bisa menyelesaikan masalah serta apa ide-ide anda.
Kok belum anda jawab sudah suruh saya jawabnya pertanyaan anda nih
Saya terus terang jadi sungkan kok jadi dikasih giliran pertama begini.

Soalnya terus terang saya tertarik sekali dengan ide-ide anda dan
kalau membaca dari gaya tulisan anda, kayaknya kemampuan intelektual anda
juga jauh sekali diatas saya, apalagi melihat channel-channel intelektual yang
selalu anda tonton; sehingga saya rasa justru saya perlu banyak
belajar dari anda dan karena itu dengan rendah hati saya meminta sedikit
wangsit dari orang pintar seperti anda.



YS



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-06 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

Bung Yohanes ini sudah berkontribusikah? Kontribusinya berapa tahun sekali?
Pertanyaan selanjutnya, sudah cukup membangunkah?

Pertanyaan ini perlu diajukan ke diri sendiri sebelum menuding ke orang
lain.

M. Anjasmara,

Terus terang saya justru merasa kontribusi saya kepada era reformasi
ini masih sedikit sekali. Kaena itu saya makanya enggak berani terlalu
banyak berbicara atau berkoar-koar. Biarlah saya hanya jadi pengamat
saja dari pinggiran, dan saya justru senang sekali kalau ada yang menulis
panjang lebar jadi saya juga bisa terus belajar. Soalnya hidup adalah
penuh belajar. Saya terus terang salut melihat banyak sekali kontribusi
anda di milis ini, yang walaupun kontroversial tapi beremosi serta
penuh rasa percaya diri.



Atau begini saja deh, berhubung yang diinginkan Bung Yohanes adalah
para mantan, bagaimana kalau mantan-mantan itu anda ajak ke milis ini?
Rasanya jauh lebih pas deh. Atau Bung Yohanes termasuk golongan mantan juga?


Kalau soal mantan itu, maksud saya adalah olahragawan yang karena
pernah dilapangan jadi lebih tahu seluk beluk medan dan karena itu mereka
kalau bicara juga tahu apa yang mereka bicarakan serta mengerti hambatan
dan situasi sehingga tak pernah asbun. Saya sendiri tak pernah menyatakan
bahwa seluruh anggota milis ini perlu menjadi mantan agar kita bisa mengeritik
orang.

Yang menjadi inti tulisan saya adalah kita hanya berteriak mengeritik orang
dari
pinggir, tapi apakah kita sendiri pernah menempatkan diri kita di posisi
mereka?

Kalau apakah saya termasuk golongan mantan hmm Mendingan jadi
rahasia perusahaan saja :-)
Tapi sejujurnya, saya hanyalah seorang bodoh yang terus berusaha belajar
tentang hidup.


YS



Re: Ah yang bener !

1999-10-06 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Masalahnya Bung Irwan pengen menjadi semacam perancang mode yang mampu
membuat trend setter. Atau para pedagang besar yang ingin menjadi price
setter. Ya keinginan yang wajar sih.

Hanya saja perlu ditelaah kembali, apa iya kalangan bisnis mampu bereaksi
dengan sistem musyawarah dan mufakat untuk pemilihan presiden? Rasanya tidak
ada hubungannya karena pebisnispun tidak akan mampu memprediksi bahwa dengan
sistem itupun Megawati akan jadi presiden. Jadi saya rasa ada dua hal yaitu:
- Bung Irwan terlalu terburu-buru dalam mengambil parameter.
- Atau memang sengaja membuat bumbu politik dalam analisis ekonominya?

Dengan sistem votingpun Megawati belum tentu kalah, dan dengan cara
musyawarah juga belum tentu menang. Makanya saya merasa kesimpulan Bung
Irwan kurang tepat.

Asumsi bahwa tidak akan ada yang mampu mengontrol Gus Dur juga tidak dapat
dibenarkan. Siapa yang takut dengan Gus Dur? Poros Tengah mau 'membungkuk'
ke Gus Dur saja baru kemarin waktu diadakan pengajian bersama. Itu adalah
pengajian pertama dalam sejarah Muhammadiyah dg NU. Itu baru dari poros
tengah. Belum dari Golkar. Orang PKB saja banyak yang kemarin mbalelo. Gus
Dur adalah Gus Dur, banyak yang suka dan ada juga yang tidak suka. Bahkan di
dalam kalangan Islam sekalipun.

Saya rasa pelemparan isu bahwa Gus Dur lebih baik menjadi bapak bangsa
hanyalah usaha dari para pengikut PDIP agar Megawati tidak mendapat
tantangan serius dari Gus Dur. Langkah ini mirip dengan langkah Kresna yang
membujuk dan menjebak Baladewa agar tetap di dalam gua, agar tidak
mengganggu jalannya peperangan Baratayuda yang sudah diskenariokan oleh
Kresna. Oya, jelas saya tidak sedang menyamakan PDIP=Pandawa, dan
rivalnya=Kurawa lho ya.;)

+Jeffrey Anjasmara

---
From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Ah yang bener !
Date: Thu, 7 Oct 1999 11:26:39 +0700

Ini si Irwan ?

Ah yang bener, menembus Rp 5000, kenapa nggak sekalian ke Rp 2500 aja biar
wah gitu kelihatannya. Kan Rp 2500 ini obsesinya si Irwan.

Coba dech disertakan sekalian analisa keuangannya dan asumsinya, gue juga
bisa baca koq kalo cuma analisa keuangan aja... bukan tebak manggis kaya
gitu ditambah justifikasi politik segala.

Gue juga bisa kalo cuma kaya nulis dibawah.

Bisa aja akal-akalannya. Masih seperti yang dulu.

Argumen-argumen tentang PDI P dan Megawati nya masih kaya' dulu aja.
Memanfaatkan dan pembuatan opini menyesatkan, yang dia pikir orang lain itu
bodoh

"Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden
tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat " ... Woooiii
rakyat nyang elu maksud rakyat yang mana ?

Kirain S2 bisa membuat orang lebih menghargai intelektualitas dan nilai -
nilai universal ilmu pengetahuan, ini malah berusaha membodohi orang. Atau
memang itu tujuan utama nya.

Soe



Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden
tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan
rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif.
Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.

Perkiraan itu dilontarkan oleh analis saham lulusan Fakultas Ekonomui UI
1987, Irwan Ariston Napitupulu. Irwan kini mengambil program S2 di
Cleveland, Ohio, AS. Irwan juga mengasus milis tentang saham dan valas:
[EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED]

Kepada detikcom Kamis (7/10/1999), Irwan lebih lanjut memperkirakan, posisi
IHSG dan rupiah menurut perkiraannya itu, akan terjadi pada sekitar 4-8
minggu setelah Megawati secara aklamasi dipilih untuk menghargai pilihan
rakyat pada pemilu Juni yg lalu.

Bagaimana perkiraan pergerakan rupiah menjelang tanggal 20 Oktober nanti?
"Untuk rupiah, saya perkirakan akan memasuki range Rp 6.000-7.500 per
dollar,"kata Irwan. Namun posisi itu akan sangat tergantung seberapa kuat
pasar memperkirakan Megawati yang nantinya akan terpilih.

"Bila semakin kuat sinyalnya, maka tampaknya rupiah besar kemungkinan akan
berada di Rp 6.000-6.800 per dollar. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHS) akan berkisar di level 640-700,"kata Irwan.

Pasar, menurut Irwan, telah melihat sinyal Megawati akan terpilih sebagai
presiden. Hal itu tercermin melalui manuver-manuver politik yang terjadi
pada pemilihan ketua MPR dan DPR.

Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar
Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian Megawati diisyaratkan
lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs, menurut Irwan, sebab jika Gus Dur
yang naik, maka tidak akan ada yang berani mengontrol Gus Dur.

"Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur,"kata Irwan. "Siapa sih
yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih
pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal di luar 

Ikut berduka atas musibah Turangga D 7673 ND

1999-10-06 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Saya ikut prihatin atas tragedi bus Turangga D 7673 ND di Desa Ciloto,
Cipanas. Musibah ini merenggut 45 nyawa dan puluhan lainnya luka
berat/ringan.

Musibah ini dapat menjadi kaca-diri bagi para pengguna jalan untuk tak
mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun juga musibah ini tak perlu terjadi
jika pengemudi bertanggung jawab. Sesal kemudian tak ada gunanya.

Wassalam,
Efron



Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)

1999-10-06 Terurut Topik Ali Simplido

..lucu yah
kalo nggak salah yang selama ini saya pelajari di
sejarah Amerika yang ada "check and balance" antara
badan legislative, executive, and yudicative. Kok
malah ada kata "ngontrol"?

Kekalahan PDI-P dalam pemilihin ketua MPR dan DPR
menunjukkan kelemahan kubu mereka dalam "ngelobi" kok.

...hmmm...I wonder what would happen kalau orang2
PDI-P ini wakil Indonesia di PBB atau world
organizations lainnya di mana ngelobi harus lebih
intensiveancurr

peace

Ali Simplido


--- Priyo Pujiwasono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mas YMT:
 Satu orang wartawan (DETIK) ketipu;-)


 --- Yumartono [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden
 pasti
  akan melalui voting !!!
  Kecuali kubu Mega  Habibie memberikan kesempatan
  pada Gus Dur untuk
  menduduki jabatan presiden.
  Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu
  khawatir bahwa rakyat akan
  marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat
  kecil sendiri (seperti
  liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil,
  tukang becak, dll.) mereka
  mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa
  yang jadi presiden, tapi
  yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik.
  Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin
  mengacau lalu siapa
  sebenarnya yang ingin mengacau ?
 
  YMT
 
  PS :
  Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak,
  bahwa bila PDI-P tidak
  berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka
 yang
  salah adalah
  wakil-wakil PDI-P sendiri.  Dan rakyat akan marah
  terhadap pengurus PDI-P,
  bukan terhadap anggota MPR.
 
 
  Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
  Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
  Reporter: Irna Gustia W
 
  detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati
  terpilih menjadi presiden
  tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan
  rakyat, maka diperkirakan
  rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar.
  Reaksi invetor positif.
  Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.
 


 =

 __
 Do You Yahoo!?
 Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



=

__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



Re: Inikah senjata SS-1?

1999-10-06 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Terima kasih.

Kalo saya perhatikan itu adalah senjata rakitan sendiri. Banyak macam
senjata yang kita sendiri tak tahu yang digunakan oleh orang Timtim.

Efron

-Original Message-
From:   Jeffrey Anjasmara [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 06 October, 1999 22:12 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: Inikah senjata SS-1?

Gambar yang ter-attach saya ambil dari Sidney Morning Herald. Bila anda
perhatikan, maka:
- magazinenya lurus, tidak melengkung. Hampir semua senapan serbu yg
  ada di pasaran bermagazine melengkung (biarpun yg isinya
  dikit) kecuali senapan HK Jerman.
- Pegangan tangan ada di bagian belakang, sama dengan keluarga M16,
  NC, HK.
- ada lubang-lubang angin (hiasan?) di bagian barrel-nya, sama dengan
  HK-G3A3 Jerman, dan SA-80 Inggris.

Persoalannya, bila jumlahnya sedikit, bagaiamana dengan amunisinya?

+anjas



From: "Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" [EMAIL PROTECTED]
Maaf juga, saya nggak punya akses ke sana. Kalau ada lampiran gambarnya
bisa
dikirim? Saya nggak begitu banyak tahu soal senjata.

Efron

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com  File:
991005_tmilitia.jpg 



FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-06 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Berhubung rekan2 di milis permias ini tidak saya kirimkan
tulisan awalnya, ada baiknya saya berikan tulisan awal
yg juga bisa dibaca langsung di alamat:
http://www.egroups.com/group/saham/4247.html?
atau
http://www.egroups.com/group/rupiah/1536.html?

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

---cuplikan---
Subj:[saham] TLK up 9.17%. + analisa saham, rupiah, dan politik
Date:   10/6/99 5:08:14 PM Eastern Daylight Time
From:   [EMAIL PROTECTED]
Reply-to:   [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

TLK: $8 3/16
TLKM: Rp3100
Indeks BEJ: 588.75
Rupiah: Rp7715/USD.

TLK naik cukup kencang di NYSE ditutup di $8 3/16 dengan
volume yg ruar biasa, 1103100 atau setara dengan 22 juta
lebih TLKM. Jelas telah terjadi akumulasi oleh pemain asing
menyongsong pemilihan presiden tanggal 20 Oktober nanti.

Menurut perkiraan saya, tampaknya Megawati akan terpilih
sebagai presiden setelah memperhatikan manuver2 politik
yg terjadi pada pemilihan ketua MPR dan DPR yg lalu.

Seperti yg kita ketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR.
Akbar Tandjung terpilih sebagai ketua DPR.
Adalah menjadi berbahaya buat Indonesia bila presiden kelak
adalah Gus Dur, calonnya poros tengah. Kenapa saya katakan
berbahaya? Karena nanti tidak ada yg berani mengontrol
Gus Dur berhubung Amien Rais dan Akbar Tandjung segan
dengan Gus Dur. Lagian, siapa sih yg ngga segan dengan Gus Dur.
Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih pas pada posisi
Bapak Bangsa atau posisi apapun asal diluar sistem agar dia
bisa mengontrol ketiganya dari luar. Mudah2an nanti Gus Dur mengundurkan
diri dari posisinya sebagai anggota MPR bila pemiliha presiden
telah kelar. Saya perkirakan Gus Dur akan menjadi mediator
agar semua anggota MPR bisa menerima calon presiden pilihan
rakyat. Ini kira2 yg bisa saya perkirakan dari keberadaan Gus
Dur saat ini.

Sementara memilih Habibie?
Sama saja Indonesia menceburkan diri ke jurang kehancuran.
Karenanya kemungkinan pilihan ini saya abaikan mengingat
anggota2 MPR saat ini lebih banyak yg berpikiran sehat untuk
tidak memilih kembali Habibie yg punya terlalu banyak masalah
baik di dalam negeri maupun di mata internasional.
Akan sulit mengundang investor asing dan lokal bila Habibie terpilih
kembali. Saya masih percaya anggota MPR kita tidak senekat
itu memilih Habibie.

Dengan demikian, tampaknya pilihan tinggal Megawati atau
Wiranto. Untuk memilih Wiranto menjadi presiden tampaknya
saat ini agak riskan mengingat citra TNI malah semakin buruk
kalau Wiranto naik. Kesan militerisme malah makin menguat.

Itulah sebabnya saya perkirakan dan juga tampaknya investor
dalam dan luar negeri memperkirakan, kejadian pada pemilihan
ketua DPR kemarin semakin memperjelas siapa nantinya yg
disepakati untuk menjadi presiden mendatang.
Power sharing tampaknya tidak bisa lagi dihindarkan.

Keuntungan buat Indonesia bila Megawati yg diangkat menjadi
presiden adalah Amien Rais akan dengan "senang hati" melakukan
kontrol atas pemerintahannya Megawati.:)
Begitu pula dengan Akbar Tandjung, karena memang AR dan AT
berada diluar kelompoknya Megawati sehingga kontrol dapat
berlangsung dengan ketat. Bila ini terjadi, maka tenanglah seluruh
rakyat Indonesia karena jalannya pemerintahan mendatang
akan lebih banyak menguntungkan untuk rakyat Indonesia.
Win-win situation.

Walau demikian, jangan kaget bila dalam pemerintahan
Megawati mendatang akan duduk menteri2 yg berasal dari
banyak partai karena memang tampaknya power sharing
kali ini tidak bisa dihindarkan.

Satu lagi yg mungkin perlu diperhatikan oleh para elit
politik yg duduk di kursi MPR saat ini. Kalau memang
semua yg saya tulis ini diyakini kebenarannya, saran saya
untuk pemilihan presiden mendatang jangan dilakukan voting.
Hal ini mengingat Megawati adalah capres pemenang pemilu,
capresnya pilihan rakyat. Dengan sepakat memilih Megawati
tanpa melalui proses voting, maka secara tidak langsung
MPR yg saat ini telah membuktikan mereka mendengar
apa yg dimaui oleh rakyat Indonesia dan ini adalah langkah
awal yg sangat baik sekali untuk gerakan reformasi berikutnya
sambil membuat aturan baru untuk pemilu tahun 2004 mendatang
bahwa presiden akan dipilih langsung oleh rakyat.

Kenapa yg kali ini tidak dilakukan dengan voting?
Bila dilakukan dengan voting, walau hasilnya nanti sama,
maka dengan voting tersebut sudah menunjukkan MPR tidak
mempercayai apa yg sudah dipilih oleh rakyat melalui pemilu
yg lalu. Hal ini akan semakin aneh bila kemudian MPR membuat
aturan pemilihan 

FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-06 Terurut Topik Yumartono

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih
wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih
presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda.  Bila pemilu dilakukan
dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham,
tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula.  Mereka tidak akan ngotot
dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila
masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan
untuk menang menjadi tipis.
Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih
presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon
presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega.

YMT

catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-06 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
  kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
  kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu