RE: [R@ntau-Net] Bukan Ikut Afi Mak Mul, Tapi sadang baraja bahaso awak.
Assalamu alaikum WW, Sanak Laila dek kasanagan hati jadi posting 2 kali yo, ngomong2 dima sawah Laila, baa dek baru baraja bahaso Padang baru, mungkin alah lamo marantau yo, sorry iko hanyo sekedar dek kasanagan hati juo, karano adiak ambo juo namonyo Laila. Nampaknyo Laila taragak jo kaset kampuang maso sisuak, pasti sanak awak yang di RN ko bisa bantu. Wassalam, Syahril. Untuang ambo sadar anak alah banyak dirumah, kalau indak barabe beko, he he salamaik libur. -Original Message- From: Laila Fajri [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Re: Tauhid dan Politik (was Re: Nan Bodoh...)
Assalaamualaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Sanak Ahmad Ridha, tidak ada yang menyangkal bahwa tauhid adalah prioritas utama dalam agama kita, dan usaha-usaha untuk memperbaiki aqidah dan tauhid umat Islam adalah usaha-usaha yang perlu didukung oleh setiap orang yang mengaku dirinya seorang muslim. Terkait dengan dukungan terhadap usaha-usaha perbaikan tauhid tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Islam, baik itu dengan dia mempelajari ilmu agama secara menyeluruh, beramal dengan hartanya, mendidik keluarganya, mendukung secara politis bahkan kalau perlu berjuang dengan mengorbankan jiwanya. Dukungan secara politis melalui pemerintah dan sistemnya adalah satu bentuk dukungan terhadap penegakan tauhid Islam yang tidak bisa dinafikan. Kalau sanak merenungkan Sirah Nabawiyah, sanak tentu mengetahui dengan jelas dukungan Abu Thalib sebagai orang yang disegani di kalangan bani Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dalam usahanya menyebarkan tauhid Islam di Mekkah. Juga ketika kaum muslimin diboikot selama tiga tahun di Mekkah, Bani Hasyim yang merupakan keluarga Nabi Muhammad SAW tetap melakukan transaksi dagang dengan kaum muslimin, dan tidak ada yang berani mengganggu mereka melakukan itu. Ketika Nabi hijrah ke Mekkah, beliau mengadakan perjanjian bersama orang-orang Madinah yang bukan hanya terdiri dari kaum muslimin, tetapi juga kaum Yahudi dan Nasrani dalam usahanya mendirikan pondasi yang teguh bagi kelancaran penyebaran Islam di sana. Kemudian beliau pun mengadakan perjanjian Hudaibiyah yang memberikan kesempatan untuk memperluas da'wah Islam kepada raja-raja Arab dan negara sekitarnya ketika itu. Jadi kita melihat bahwa perjuangan Nabi SAW mengajarkan tauhid Islam berjalan secara paralel dengan aktifitas politik yang beliau lakukan. Dukungan dari Allaah SWT pasti ada tetapi tidak menafikan usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, seperti yang Allaah SWT firmankan: Sesungguhnya Allaah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasibnya sendiri (QS Ar-Ra'd 11). Kemudian pada masa sekarang pun, kita melihat bahwa Syekh Muhammad bin Abdul Wahab di Arab mendapat dukungan politis secara penuh dari Raja Ibnu Sa'ud dan anaknya Abdul Azis sehingga gerakan pemurnian Islam (tasfiyah) yang beliau lakukan dapat berjalan di Jazirah Arab. Apakah beliau mendapatkan dukungan politik setelah semua orang Arab Saudi benar aqidahnya? Tentu tidak, karena dukungan politis itu didapatkannya agar pelaksanaan pemurnian Islam dapat juga berjalan secara top-down, bukan hanya bottom-up dengan melakukan pembinaan kepada tiap individu. Saya berhusnudzdzon bahwa orang-orang yang saat ini memperjuangkan syari'at Islam secara politis di Indonesia berpikir bahwa perjuangan memperbaiki aqidah Islam di Indonesia juga perlu didukung dengan pemerintahan yang mempedulikan hal ini. Melalui kaum muslimin yang ada di pemerintahan, bisa dilakukan perbaikan kurikulum pendidikan anak-anak kita, pembuatan hukum-hukum yang lebih merefer kepada syari'at Islam daripada hukum-hukum barat. Mungkin saja tidak semua orang Indonesia akan mendukung penerapan hal-hal seperti itu, tetapi dengan adanya dukungan politis kesempatan untuk melakukan perbaikan tauhid insya Allaah akan lebih terbuka. Wallaahu a'lam bisshawab Wassalaamu'alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu Muhammad Arfian [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 090-6149-4886 Isy Kariman Aw Mut Syahidan - Original Message - From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, April 15, 2004 10:05 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Nan Bodoh Makanan Cadiak (kesimpulan) Ahmad Ridha Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Capek ah ngomong fulitik, tanya masalah agama boleh nggak..?
Assalaamu'alaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Da Adrisman, berikut ambo kirimkan pendapat mengenai zhihar seperti yang Uda Adrisman tanyokan. Semoga bermanfaat. Wassalaamu'alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu Muhammad Arfian [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 090-6149-4886 Isy Kariman Aw Mut Syahidan Assalamu `alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d, Zhihar adalah sebuah ungkapan kalimat yang intinya mengharamkan hubungan suami istri. Kata zhihar sendiri diambil dari zhahr yang maknanya adalah pungung. Zhihar terjadi manakala seorang suami ingin mengharamkan istrinya dengan mengucapkan kalimat, kamu seperti punggung ibu saya? Maksudnya bahwa saya menyatakan bahwa istri saya tu haram bagi saya sebagaimana haramnya punggung ibu saya bagi saya. Secara syar`i, zhihar bisa didefinisikan sebagai seorang suami yang mengungkapkan bahwa istrinya itu menyerupai (secara hukum) dengan wanita yang haram dinikahinya secara seterusnya, seperti ibu, saudara wanita dan seterusnya. Baik dengan menyebutkan kata punggung atau bagian tubuh yang lainnya. Dahulu seorang arab bila ingin mengharamkan dirinya dari istrinya, maka dia akan mengatakan lafaz zhihar ini. Sehingga hukum menggauli istrinya menjadi haram seperti haramnya seseorang menggauli ibunya sendiri. Namun saat itu hukumnya terbatas pada menjadikan seorang wanita tidak halal bagi suaminya dan juga dia tidak bisa menikah dengan laki-laki lain. Lalu di dalam Islam, hukumnya dirubah menjadi sumpah yang harus ditebus dengan kaffarah. Dalilnya adalah salah satu ayat dalam Al-Quran : ?Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat . Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mujadilah : 1-2) Sedangkan panggilan suami kepada istrinya dengan panggilan ibu tidak termasuk lafaz zihar yang sharih (eksplisit), sehingga harus dikembalikan kepada niatnya. Apakah dengan memanggil ibu tujuannya adalah menyamakan keharaman ibunya dengan keharaman kepada istrinya atau tidak. Namun umumnya panggilan ibu kepada istri digunakan untuk membahasakan anak-anak memanggil ibunya. Bukan dengan niat menzihar istri. Meski demikian, adalah lebih baik bila seorang suami tidak memanggil istrinya itu dengan panggilan ibu, ummi, mama atau panggilan lainnya yang seolah memposisikannya sebagai ibu dari suami itu. Tapi panggillah namanya atau kalau mau dengan menggunakan lafaz ibu dan sejenisnya, maka harus diteruskan dengan nama anaknya. Jadi panggillah istri itu dengan sebutan ibu fatimah, ummu Muhammad dan seterusnya. Agar tidak terjadi salah interpretasi. Dan pelu dikatahui bahwa orang arab sendiri tidak ada yang memanggil istrinya dengan sebutan ummi. Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Pusat Konsultasi Syari'ah - Original Message - From: Adrisman Yunus [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 2004 12:59 AM Subject: [EMAIL PROTECTED] Capek ah ngomong fulitik,tanya masalah agama boleh nggak..? Assalamu'alaikum wr.wb. Kadang kadang tanpa disadari kita suka membanding bandingkan istri dengan ibu kita..., menurut alqur'an ini disebut zihar dan suami sudah menjatuhkan talak satu untuk sang istri., maka sisuami perlu menunggu 4 bulan untuk menentukan untuk menceraikan istrinya atau meneruskan perkawinan. Kalau suami ingin melanjutkan perkawinan, maka dia harus membayar kifarat. Adakah yang bersedia menjelaskan apakah yang dimaksud dengan hukum zihar ini?. Bagimanakah menghindarinya...?, kalau memang pernah kita lakukan berdosakah hubungan suami istri yang kita lakukan selama ini karena ketidak tahuan kita..?, perlukah ikrar perkawinan kita diperbarui...?. wassalam Adrisman Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Capek ah ngomong fulitik,tanya masalah agama bol eh nggak..?
Title: RE: [EMAIL PROTECTED] Capek ah ngomong fulitik,tanya masalah agama boleh nggak..? Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Buliah Bundo ian tunggu e-mail dari Bundo, taulah Bundo ian kecilnya juga di Muaro Labuah, kalau Markisa banyaknya di Alahan Panjang, itu loh Bundo Danau Diateh dan Danau Dibawah. iyo pakai saruang dan Sebo juga pipi mereka merah-merah dan nggak perlu lagi pakai Rouge Bundo. Iya dech ian tunggu e-mail Bundo. Thank's dian -Original Message- From: Isna Huriati [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, April 16, 2004 2:25 PM To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Capek ah ngomong fulitik,tanya masalah agama boleh nggak..? Assalamu'alaikum wr wb. Karena nanda Dian dulu pernah bertanya sama saya, tapi belum saya jawab. Nanti akan saya jawab lewat japri aja supaya lebih enak. Mudaah mudahan suatu saat kita bisa bertemu. Saya pernah ke Muaro Labuah tapi tidak banyak yang saya ingat. Apakah markisa itu banyak di Muaro Labuah atau Bukik Sileh, ah jangan jangan Dian juga tidak tahu. Yang saya ingat hanyalah dinginnya Bukik Sileh., distasiun bus itu semua orang pakai sarung dan sebo Wssalam isn Sukmawat, Dian wrote: Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Capek ah ngomong fulitik,tanya masalah agama bol eh nggak..?
Assalamu'alaikum wr wb. Karena nanda Dian dulu pernah bertanya sama saya, tapi belum saya jawab. Nanti akan saya jawab lewat japri aja supaya lebih enak. Mudaah mudahan suatu saat kita bisa bertemu. Saya pernah ke Muaro Labuah tapi tidak banyak yang saya ingat. Apakah markisa itu banyak di Muaro Labuah atau Bukik Sileh, ah jangan jangan Dian juga tidak tahu. Yang saya ingat hanyalah dinginnya Bukik Sileh., distasiun bus itu semua orang pakai sarung dan sebo Wssalam isn Sukmawat, Dian wrote: Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Re: Kenapa takut dengan PKS? jawaban terhadap SanakAhmad Ridha
Assalaamualaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Sanak Ahmad Ridha, berikut sedikit komentar saya terhadap pertanyaan sanak. Tauhid mulkiyyah bukankah sudah termasuk ke dalam tauhid uluhiyah? Kenapa harus dipisahkan? Bagaimana dengan tauhid asma' wasshifat? Bukankah itu termasuk tauhid yang ditolak orang-orang kafir seperti dahulu kafir Quraisy menolak nama Ar-Rahman? Bukankah tauhid ini yang membedakan ahlussunnah wal jamaah dengan golongan-golongan yang meniadakan, menakwilkan, menyerupakan atau tidak menetapkan sifat-sifat Allah seperti mu'tazilah atau jahmiyyah? Sebetulnya saya tidak ingin membahas ini karena bukan topik yang sanak tanyakan sebelumnya, karena sanak menanyakan penanaman nilai aqidah dalam PKS. Tetapi tak apalah kita sedikit diskusi tentang hal ini. Berikut saya kutipkan penjelasan dari Pusat Konsultasi Syari'ah mengenai tauhid mulkiyyah dan tauhid asma' wa sifat. Karena para ustadz di sana kebanyakan juga aktif di PKS dalam Dewan Syari'ahnya saya kira kita bisa mengambil pendapat mereka sebagai pendapat PKS mengenai tauhid. -- mulai di sini Ilmu tauhid di dalam sejarah Islam mengalami kodifikasi sesuai dengan kebutuhan waktunya. Para ulama ilmu tauhid telah membuat kajian yang mendalam dan membuat pembahasan untuk bisa dengan mudah dicerna orang. Memang di masa Rasulullah SAW belum lagi dikenal pengistilahan seperti itu. Karena saat itu ilmu tauhid belum lagi menjadi suatu cabang ilmu tersendiri. Pembagian tauhid rububiyah dan uluhiyah baru dilakukan kemudian setelah terjadinya klasifikasi cabang-cabang ilmu dalam Islam. Para ulama telah menyusun cabang ilmu tauhid atau yang juga sering dikenal dengan ilmu kalam. Esensinya tetap, hanya saja sistematika dan pengistilahannya berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman. Tauhid asma wa sifat berkembang pesat saat terjadinya debat panjang tentang masalah konsep ketuhanan. Umat islam harus berhadapan dengan konsep filsafat ketuhanan barat yang cenderung materialis dan smeata-mata menggunakan logika. Lalu para ulama mencoba memformulasikan bagaimana konsep ketuhahanan dalam Islam. Konsep tauhid ini harus berhadapan dengan teori emanasi dan beragam teori theologi lainnya. Di masa sekarang ini, nampaknya perdebatan dibidang itu sudah tidak terlalu intensif lagi. Yang justru sekarang bergolak adalah konsep Hakimiyatullah. Dimana sebagai tuhan, Allah itu bukan hanya sekedar disembah, tetapi juga menjadi pembuat hukum sekaligus sumber hukum itu sendiri. Sehingga tauhid itu belum lengkap kalau orang hanya sekedar bicara tentang konsep Allah dari sudut bahwa Dia adalah Pencipta dan Pemelihara (Rububiyah), atau sekedar bahwa Dia adalah Yang Wajib Disembah (uluhiyah), tetapi harus sampai pada i tiqad bahwa Dia adalah Malik (raja) dan Hakim (pembuat hukum). Sehingga tauhid seseroang belum sempurna sebelum mengakui bahwa Allah adalah sumber hukum satu-satunya dalam hidup. Dan bahwa seseorang tidak dikatakan beriman sebelum dia bertahkim dengan hukum Allah itu. Pengertian dan esensi tauhid mulkiyah telah berjalan di masa Rasulullah SAW hidup. Hanya saja secara sistematika dan pengistilahan, belum lagi digunakan istilah muliyatullah. Tapi esensinya benar dan jelas, bahwa Rasulullah SAW hidup menjadi nabi selama 23 tahun adalah untuk mendemonstrasikan bagaimana menjalankan hukum Allah itu dalam praktek sehari-hari. Dan pengingkaran atas hukum Allah itu pada hakikatnya adalah kekufuran. Kufur bukan hanya karena tidak mengakui Allah sebagai Pencipta dan Tuhan Yang Disembah, teapi kufur bisa terjadi karena mengingkari sifat Allah sebagai Malik (Raja) yang paling berhak mengatur kehidupan manusia dan sebagai Hakim (sumber hukum) dan pembuat undang-undang. Jadi kesimpulannya, bertauhid itu harus mencakup tauhid rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat dan tentu saja tauhid mulkiyah. Kesemuanya merupakan sistematika yang esensinya diakui oleh seluruh umatIslam dan telah berjalan di zaman Rasulullah SAW hingga hari ini dan sampai hari kiamat. Dari segi esensi, semuanya bukan sesuatu yang baru, kecuali sekedar pengistilahan. sampai di sini Jadi bagi saya sebetulnya kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan konsep yang dipakai karena itu hanyalah sekedar istilah dan mestinya kita lebih memperhatikan pada esensi contentsnya. Di PKS sendiri tidak ada yang mengatakan bahwa kita tidak bertauhid asma' wasshifat, dan melakukan diskusi dalam masalah ini hanyalah membuang-buang waktu saja. Saya sendiri menyayangkan karena pernah mendengar ada seseorang yang mengatakan bahwa orang yang memisahkan tauhid mulkiyyah dari tauhid uluhiyah adalah tidak sesuai dengan salafusshalih, tetapi berharap itu hanya dikatakan orang yang kurang pengetahuannya mengenai sejarah kodifikasi konsep tauhid ini. Selain itu, saya pribadi kok kurang melihat isu aqidah dalam kampanye-kampanye PKS. Kenapa sepertinya memprioritaskan bersih dan peduli? Bukankah isu tersebut sama saja dengan promosi partai lainnya bahkan katakanlah - maaf - PDS? Bagi saya, itu
RE: [R@ntau-Net] Capek ah ngomong fulitik, tanya masalah agama boleh nggak..?
Assalamu'alaikum wr wb., Ambo sahari ko hanyo manyolo sajo karajonyo, padahal urang indak mangecek jo awak do. Bia ambo jawab Ibu Isna, Markisa banyak di alahan panjang buk, rato2 didaerah tu memang banyak urang awak yang pakai sebo jo saruang karano dingin tadi, tapi dilua nagari kok indak pakai saruang yo, he he. Ciek lai kini ko indak ado lai rumah makan kayu aro, ambo dulu th. 70 an acok singgah disitu, perjalanan antaro solok dan padang dari sijunjuang, naiak oto chevrolet (alun opel lai) waktu itu dan HZN. Karano disiko banyak urang awak yang alah sukses ko, baa caronyo mangambangkan wisata dinagari awak yang rancak dan potential tu, pasti butuh dana yang sangek gadang juo sumber daya manusianyo yang harus siap pulo, tapi seumpamo berhasil manjadi kota wisata akan banyak mamasuakkan pitih juo untuak daerah dan masyarakat, apolai airport international nyo sadang dibuek. Tapi kalau indak awak sia lai yang akan mamajukan kampuang sorang, marilah awak mulai patungan ko untuak mambangan nagari, yang manyumbang semen dan kasiak juo buliah, pitih rancak bana mato uang asiang rancak bana, tapi urang asiang indak usah lah diikuik an, dari pado tagadai beko nagari awak ka inyo, cukuiklah dari urang awak sajo, karano yang akan manggaleh disitu juo urang awak, ado yg manggaleh pergedel, lontong sayua, galamai, karipik lado, wartel, warnet, money changer, hotel dan yg tetap mambuek sawah dan ladang silahkan dll., iko akan mamparancak kota wisata awakko, tapi pambali indak baa urang asiang do dari manca negara, rancak bana !!. Wassalam, syahril. Kalaau yang setuju mari kita mulai, yg tidak mudah2an setujuh juga, he he. Nampaknyo jawaban ambo talambek yo Dian. -Original Message- From: Isna Huriati [SMTP:[EMAIL PROTECTED] Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Tauhid Mulkiyyah Re: Kenapa takut dengan PKS? jawaban terhadap SanakAhmad Ridha
Muhammad Arfian writes: Assalaamualaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Bagian ini saya tanggapi lebih dahulu karena sangat urgen. Sebetulnya saya tidak ingin membahas ini karena bukan topik yang sanak tanyakan sebelumnya, karena sanak menanyakan penanaman nilai aqidah dalam PKS. Uda, justru saya bertanya masalah ini karena ingin mengetahui pemahaman aqidah yang akan ditanamkan oleh PKS. ... penjelasan dari Pusat Konsultasi Syari'ah mengenai tauhid mulkiyyah dan tauhid asma' wa sifat -- mulai di sini Di masa sekarang ini, nampaknya perdebatan dibidang itu sudah tidak terlalu intensif lagi. Yang justru sekarang bergolak adalah konsep Hakimiyatullah. Apakah di masa ini tidak ada lagi yang menyimpang dari tauhid asma' washshifat sebagaimana dipahami ahlus sunnah wal jamah? hukum satu-satunya dalam hidup. Dan bahwa seseorang tidak dikatakan beriman sebelum dia bertahkim dengan hukum Allah itu. Apakah dengan demikian berarti umat Islam yang tidak menjalankan syari'at Islam sepenuhnya menjadi kafir? Bukankah jika seorang muslim berdusta tidak menjalankan hukum Allah? Apakah dirinya menjadi kafir? Bukankah dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa yang tidak berhukum dengan hukum Allah bisa kafir, zhalim atau, zhalim (QS. Al-Maa-idah 5:44,45,47)? tidak mengakui Allah sebagai Pencipta dan Tuhan Yang Disembah, teapi kufur bisa terjadi karena mengingkari sifat Allah sebagai Malik (Raja) yang paling berhak mengatur kehidupan manusia dan sebagai Hakim (sumber hukum) dan pembuat undang-undang. Bukankah yang mengimani tauhid uluhiyah (bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi termasuk dengan menjalankan hukum-Nya) dan tauhid asma' washshifat sudah memenuhi hal tersebut? sampai di sini Jadi bagi saya sebetulnya kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan konsep yang dipakai karena itu hanyalah sekedar istilah dan mestinya kita lebih memperhatikan pada esensi contentsnya. Di PKS sendiri tidak ada yang mengatakan bahwa kita tidak bertauhid asma' wasshifat, dan melakukan diskusi dalam masalah ini hanyalah membuang-buang waktu saja. Astaghfirullahal 'azhim, janganlah sampai terucap bahwa membahas tauhid asma' wash shifat membuang-buang waktu saja. Uda Muhammad yang semoga dicintai Allah, Apakah di masa kini tidak ada lagi pewaris Mu'tazilah yang menolak sifat-sifat Allah karena menurut mereka tidak masuk akal? Apakah di masa kini tidak ada lagi yang menakwilkan sifat-sifat Allah di luar pemahaman salafushshalih? Apakah di masa kini tidak ada lagi yang berdiam diri dan tidak menetapkan sifat-sifat Allah? Apakah di masa kini tidak ada lagi yang beranggapan bahwa Allah ada di segala tempat dan di dalam makhluq-Nya (wahdatul wujud)? Saya sendiri menyayangkan karena pernah mendengar ada seseorang yang mengatakan bahwa orang yang memisahkan tauhid mulkiyyah dari tauhid uluhiyah adalah tidak sesuai dengan salafusshalih, tetapi berharap itu hanya dikatakan orang yang kurang pengetahuannya mengenai sejarah kodifikasi konsep tauhid ini. Uda berikut ini saya kutipkan fatwa-fatwa ulama mengenai tauhid mulkiyyah/hakimiyyah. Mohon maaf karena agak panjang namun semoga memberi manfaat. kutipan mulai Syaikh Suhaib Hasan Abdul Ghafar, ketua Jum'iyatul Qur'an Karim di London, mengajukan pertanyaan kepada Hai'ah Kibaril Ulama' di kerajaan Saudi Arabia. Diantara pertanyaannya yaitu : Beberapa juru dakwah mulai memperhatikan dan menganggap penting sebutan 'Tauhid Hakimiyah' sebagai tambahan dari tiga macam tauhid yang sudah dikenal. Apakah Tauhid Ini termasuk dalam pembagian Tauhid yang tiga tersebut (Rububiyah, Uluhiyyah, Asma wa Sifat ALLAH) ? Haruskah kita menjadikannya bagian tersendiri, sehingga kita wajib mengutamakannya ? Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah mengutamakan Tauhid Uluhiyah pada masanya, ketika beliau melihat manusia sangat kurang dalam tauhid ini. Imam Ahmad pada masanya juga mengutamakanTauhid Asma wa Sifat saat beliau melihat kenyataan bahwa manusia sangat kurang dalam sisi tauhid ini. Adapun sekarang, manusia mulai kurang dalam mengamalkan Tauhid Hakimiyah. Oleh karena itu wajibkah kita utamakan sisi tauhid ini. Benarkah ucapan seperti ini ? Hai'ah Kibaril Ulama menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut : Tauhiditu ada tiga macam yaitu ; Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat. Tidak dijumpai di sana macam yang keempat. Adapun berhukum dengan apa-apa yang Allah turunkan itu termasuk di dalam Tauhid Uluhiyah. Karena hal itu termasuk salah satu macam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setiap macam ibadah termasuk dalam Tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu, menjadikan Hakimiyah sebagai macam tauhid tersendiri adalah perbuatan muhdats (bid'ah) yang tidak pernah diucapkanoleh seorang pun dari para imam (Ahlusunnah) sepengetahuan kami. Bahkan (-dari tiga macam pembagian tauhid di atas, red-) ada di antara para imam tersebut meringkas
[R@ntau-Net] TANYO : ANAI GOLF RESORT
Assalamu'alaikum wr.wb. Mungkin ado sanak dikampuang nan tau tantang Anai Golf Resort. Tolong kabaan kaambo. Kalau dapek ado foto nyo bagai. Salam dn Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Mencari kaset Ratok mak Enggi
Ass, wr, wb. Nakanda Laila, mungkin Mamak Sutan Bandaro Labiah bisa mambantu, kan beliau tu penyiar siaran Minang maimbau di Bogor, tantu banyak kaset, CD, MP3 koleksi beliau. Jadi AFI duo nyo kapatang indak jadi masuak final yo .. ! Ketik : Laila spasi AFI, kirim ka : 2556 Wass, M.St.B Assalamu alaikum wr wb. Bundo,Mamak²,Uda²,Uni² dan sanak yang barado dipalanta Rn . Laila sadang mancari kaset ratok mak enggi.yang dulunyo kaset ko produksi dari Balerong Group jakarta.Yang isinyo tantang nasib lelaki minang diambang senja.sarat dengan makna dan falsafah minang.Kaset ko dulunyo kalo Laila ndak salah waktu Laila masih kelas 3 sd.Dulu Bundo Laila suko menterjemahkannyo untuak Laila. Tapi karna kami pindah² rumah kaset tu hilang. Adakah yang bisa membantu maagiah info tantang kaset yang laila maksud? Disamping itu Laila mohon koreksi atas bahasa minang Laila.Maklum Laila baru belajar sejak habis lebaran.Sekian dulu. terimakasih atas atensinya Wassalam Laila Fajri Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Re: Tauhid dan Politik (was Re: Nan Bodoh...)
Muhammad Arfian writes: Assalaamualaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Sanak Ahmad Ridha, tidak ada yang menyangkal bahwa tauhid adalah prioritas utama dalam agama kita, dan usaha-usaha untuk memperbaiki aqidah dan tauhid umat Islam adalah usaha-usaha yang perlu didukung oleh setiap orang yang mengaku dirinya seorang muslim. Benar dan semoga memang hal itu diketahui setiap orang yang ingin memperjuangkan Islam. Tentunya dengan pemahaman tauhid yang sesuai dengan salafushshalih atau generasi terbaik Islam (Rasulullah, sahabat-sahabat beliau, tabi'in, tabi'ut tabi'in) serta para ulama yang mengikuti jalan tersebut. Terkait dengan dukungan terhadap usaha-usaha perbaikan tauhid tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Islam, baik itu dengan dia mempelajari ilmu agama secara menyeluruh, beramal dengan hartanya, mendidik keluarganya, mendukung secara politis bahkan kalau perlu berjuang dengan mengorbankan jiwanya. Menjadikan tauhid sebagai prioritas utama tidaklah berarti menghentikan langkah yang lain tentunya tetap dalam kerangka panduan Allah dan Rasul-Nya. Namun jangan sampai demi - katakanlah - persatuan dan kesatuan pemahaman tauhid (aqidah) ditawar-tawar. Na'udzubillah min dzalik. Ingatlah dulu orang-orang Khawarij pun mengorbankan jiwanya. Begitu juga orang-orang Mu'tazilah yang ahli ibadah. Apakah itu menjadikan mereka ada di jalan yang benar? Dukungan secara politis melalui pemerintah dan sistemnya adalah satu bentuk dukungan terhadap penegakan tauhid Islam yang tidak bisa dinafikan. Kalau sanak merenungkan Sirah Nabawiyah, sanak tentu mengetahui dengan jelas dukungan Abu Thalib sebagai orang yang disegani di kalangan bani Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dalam usahanya menyebarkan tauhid Islam di Mekkah. Juga ketika kaum muslimin diboikot selama tiga tahun di Mekkah, Bani Hasyim yang merupakan keluarga Nabi Muhammad SAW tetap melakukan transaksi dagang dengan kaum muslimin, dan tidak ada yang berani mengganggu mereka melakukan itu. Bukankah Rasulullah menegakkan pemerintahan Islam setelah hijrah? Bukankah kafir Quraisy memegang kekuasaan di Makkah sebelum Rasulullah hijrah? Bukankah Rasulullah menolak kekuasaan jika itu berarti menghentikan dakwah tauhid? Kisah Abu Thalib sesungguhnya memberikan pelajaran yang sangat berharga. Sedemikian besar bantuan yang ia berikan kepada Rasulullah namun hal itu tidak menyelamatkannya dari siksa karena ia menolak untuk bertauhid. Allah bahkan melarang Rasulullah untuk mendo'akannya. Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam. (QS. At-Taubah 9:113) dan juga menunjukkan bahwa petunjuk datangnya hanya dari Allah. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash 28:56) Ketika Nabi hijrah ke Mekkah, beliau mengadakan perjanjian bersama orang-orang Madinah yang bukan hanya terdiri dari kaum muslimin, tetapi juga kaum Yahudi dan Nasrani dalam usahanya mendirikan pondasi yang teguh bagi kelancaran penyebaran Islam di sana. Kemudian beliau pun mengadakan perjanjian Hudaibiyah yang memberikan kesempatan untuk memperluas da'wah Islam kepada raja-raja Arab dan negara sekitarnya ketika itu. Apakah dalam perjanjian itu memberikan hak kekuasaan bagi kaum Yahudi dan Nasrani atau menganggap baik akrab dengan ahli bid'ah? Maaf, perjanjian yang saya dapatkan adalah dengan orang-orang Yahudi dan tidak menyebutkan Nasrani. Saya mendapatkan teks perjanjian Rasulullah dengan orang-orang Yahudi tersebut dalam terjemah As-Sirah An-Nabawiyah li Ibni Hisyam (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Darul Falah, 2002) jilid 1 hal. 454 bab 91. Di dalamnya disebutkan secara ringkas antara lain (mohon maaf tidak menuliskan semua karena cukup panjang): - Kaum muhajirin dari Quraisy dan Yatsrib serta kaum-kaum di Madinah tetap dalam tradisi mereka yang dilegalkan Islam, mereka membayar diyat kepada sebagian yang lain, menebus tawanan mereka dengan cara yang baik dan adil kepada kaum Mukminin. - Sesungguhnya kaum Mukminin yang bertakwa itu bersatu dalam menghadapi orang yang berbuat aniaya terhadap mereka atau orang yang menginginkan kezaliman besar, atau dosa, atau permusuhan, atau kerusakan terhadap kaum Mukminin. - Barangsiapa di antara orang Yahudi mengikuti kami, ia berhak mendapat pertolongan, kebersamaan, mereka tidak dizalimi dan mereka tidak boleh dikalahkan. - Sesungguhnya kaum Mukminin yang bertakwa berada pada petunjuk yang paling baik dan paling lurus. - Sesungguhnya orang Mukmin yang beriman kepada isi perjanjian ini, beriman kepada Allah dan
[R@ntau-Net] Tarekat Syathariyah dan Naqsyabandiyah di Minangkabau
Secara historis, Islam masuk ke Minangkabau pada abad ke-12 M, ada yang menyebutnya abad ke-14 M. Almanak Tiongkok menyebutkan bahwa sudah didapatinya satu kelompok masyarakat Arab di Sumatera bahagian barat pada tahun 674 M, maka dengan demikian Islam telah masuk ke daerah ini sejak tahun 674 Masehi atau abad pertama hijriah. Naiknya kerajaan Islam Pasai di Aceh dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1638 M. membawa akibat dikuasainya kerajaan kecil Minangkabau. Perkembangan Islam di Aceh, khususnya paham tasawuf melalui 'Abd al-Rauf al-Sinkili ikut mewarnai pemikiran keagamaan di Minangkabau sejak masa awal. Pengaruh al-Sinkili dalam pengembangan Islam ke Minangkabau diteruskan oleh Burhan al-Din. Syekh Burhan al-Din Ulakan memainkan peran sebagai pengembang Islam melalui tarekat Syathariyah di Minangkabau. Sehingga surau Ulakan cukup termasyhur sebagai satu-satunya pusat keilmuan Islam di Minangkabau. Pengertian Tarekat Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (amud al-mizalah). Menurut Al-Jurjani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Taala melalui tahapan-tahapan/maqamat. Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah. Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga system, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafaah atau limpahan pertolongan dari guru. Kepatuhan murid kepada guru dalam tarekat digambarkan murid dihadapan guru laksana mayat di tangan orang yang memandikannya. Adat Minangkabau Adat sebagai identitas masyarakat Minangkabau telah menjadi rujukan bagi setiap tingkah laku masyarakatnya. Setiap aktivitas, prakarsa (inisiatif) dan kreatifitas selalu dinilai berdasarkan adat tersebut. Namun demikian, adat Minangkabau te1ah mengalami fase-fase perkembangan sendiri berkenaan dengan perjumpaannya dengan nilai-nilai luar. Pertama adalah fase animisme dan dinamisme. Fase ini berlangsung sebelum abad V M. Kedua adalah fase pengaruh Hindu-Budha, mulai abad VI Masehi sampai abad VII Masehi. Ketiga adalah fase Islam. Adapun raja Minangkabau pertama yang beragama Islam adalah Sultan Alif yang berkuasa pada pertengahan abad ke-16 (1560 M). Pada masa ini, terutama di seputar pesisir, dominasi politik dan ekonomi dikuasai oleh kerajaan Aceh. Ketika Islam menjadi anutan orang Minangkabau maka tidak sedikit adat Minangkabau yang dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme serta Hindu dan Budha, mendapatkan kritikan dan gugatan dari ajaran Islam. Setelah itu, melalui pergulatan yang terakhir justru Islamlah yang sampai sekarang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, termasuk memberi corak tehadap adat Minangkabau. Perpaduan antara adat dan Islam itu dibuktikan melalui sistim dan struktur adat Minangkabau yang dibuhul dengan pepatah Adat basandi syara, Syara basandi Kitabullah. Tarekat Syathariyah Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Tarekat Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini diteruskan oleh Syekh 'Abd al-Rauf al-Sinkili ke nusantara, kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau. Tarekat Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama. Silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, Silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, Silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; Silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa' aI-Qulub. Berdasarkan silsilah seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat Syaththariyah di Minangkabau masih terpelihara kokoh. Untuk mendukung ke1embagaan tarekat, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di propinsi - tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan tarekat Syaththariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan bersafar ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan. Adapaun ajaran tarekat
[R@ntau-Net] Dosa dan Hujan
Ketahuilah, dosa itu dapat mencegah turunnya hujan, walau hanya dilakukan oleh satu orang saja. Pada suatu hari Nabiyullah Musa Al-Kalim AS, keluar untuk memohon hujan bagi bani Israil. Ini adalah yang ketiga kalinya beliau memohon, namun hujan tak kunjung datang. Ya Tuhan, kali ini jangan jatuhkan namaku di kalangan bani israil, aku adalah kalim-Mu. Ya Musa, bagaimana aku dapat menurunkan hujan, sedangkan di antara kalian ada seorang pendosa. Beritahu aku siapa dia. Akan kukeluarkan dia dari kelompokku. Tidak, tapi umumkanlah kepada mereka, Wahai lelaki yang suka bermaksiat, keluarlah kamu dari kelompokku, karena kamulah hujan tidak turun. Bagaimana mereka dapat mendengar suaraku, sedang jumlah mereka sangat banyak. Tugasmu hanya berseru, Aku nanti yang akan menyampaikan suaramu ke telinga mereka. Nabiyullah Musa kemudian berdiri dan dengan suara lantang mengumumkan, Wahai orang yang suka bermaksiat, keluarlah kamu dari kelompok kami, sesungguhnya karena kamu hujan tidak turun. Si pendosa menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tak melihat seorang pun berdiri. Ia letakkan kepalanya di antara kedua kakinya, lalu berkata, Tuhan, jika aku berdiri, namaku akan ternoda di kalangan bani Israil. Karena itu, aku bertobat kepada-Mu. Seketika itu juga Allah mengirimkan mendung yang tebal dan hujan pun turun. Ya Allah, tadi Engkau berkata bahwa Engkau takkan menurunkan hujan sebelum orang yang bermaksiat itu keluar dari kelompokku. Mengapa sekarang Engkau turunkan hujan padahal orang itu masih berada di antara kami, tanya Nabi Musa AS. Sesungguhnya hujan ini Aku turunkan karena orang itu. Dia telah bertobat kepadaku-Ku. Beritahulah kami siapa dia, agar kami dapat memuliakannya. Telah kututupi aib-aibnya sewaktu bermaksiat, Aku pun sekarang akan menutupi kemuliaannya setelah ia tobat, jawab Allah. (I:145) Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera Riyadi. Yahoo! Messenger - Communicate instantly...Ping your friends today! Download Messenger Now http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Kita Ini Pengikut Siapa?
Para salaf kita sangat tekun mengamalkan sunah dan salat malam. Habib Segaf bin Muhammad Assegaf berkata, Aku tidak pernah meninggalkan qiyamullail sejak usia 7 tahun. Dalam Risalatul Qusyairiyah seorang saleh berkata, Sejak usia 3 tahun, aku tidak pernah meninggalkan qiyamullail. (I:490) Di masa kanak-kanaknya, Abu Yazid Al-Busthami belajar mengaji Quran pada seorang guru. Suatu saat ia sampai pada firman Allah: Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua itu. (QS Al-Muzzammil, 73:1-3) Sepulangnya dari belajar, ia bertanya kepada ayahnya, Ayah, siapakah orang yang diperintahkan oleh Allah untuk bangun malam? Anakku, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Aku dan kamu tidak mampu meneladani perbuatan beliau, jawab ayahnya. Abu Yazid terdiam. Pada pelajaran berikutnya, ia membaca ayat: Dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. (QS Al-Muzzammil, 73:20)15 Sepulangnya dari belajar, ia bertanya lagi kepada ayahnya. Siapakah yang bangun malam bersama Nabi SAW? Anakku, mereka adalah sahabat-sahabat beliau. Ayah, jika kita tidak seperti nabi dan tidak pula seperti sahabat-sahabat beliau, lalu kita ini seperti siapa? Mendengar ucapan ini, tergeraklah hati sang ayah untuk bangun malam. Hari itu juga, ia mulai salat malam. Si kecil Abu Yazid ikut bangun. Tidurlah anakku, engkau kan masih kecil, bujuk ayahnya. Ayah, ijinkanlah aku salat bersama ayah, kalau tidak, aku akan mengadukan ayah kepada Tuhanku, jawabnya. Tidak demi Allah, aku tidak ingin kamu mengadukan aku kepada Tuhanmu. Mulai malam ini salatlah bersamaku. (I:98) Abu Yazid selalu bermujahadah hingga ia mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Pernah diriwayatkan bahwa suatu hari ia berkata, Barangsiapa mengetahui namaku dan nama ayahku akan masuk surga. Nama Abu Yazid dan ayahnya adalah Thoifur bin Isa. Tingkat ketekunan menentukan derajat ketinggian. Siapa ingin kemuliaan janganlah tidur malam. Barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan memperoleh yang diinginkan. Barangsiapa mengetuk pintu, ia akan masuk. Barang siapa menempuh perjalanan, ia akan sampai dan akan menganggap kecil apa yang telah dikorbankan. Penuntut ilmu hendaknya bangun sebelum fajar, walaupun hanya setengah jam sebelumnya. Jika ia bangun setelah fajar, maka setan telah kencing di telinganya. Dan barang siapa telinganya dikencingi setan, ia akan memulai harinya dengan perasaan malas. Syeikh Ahmad bin Hajar berkata bahwa setan benar-benar telah mengencingi telinga orang itu, namun ia tidak wajib menyucikannya karena kejadian itu bersifat batiniah. (I:491) Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera Riyadi. Yahoo! Messenger - Communicate instantly...Ping your friends today! Download Messenger Now http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Indahnya Taubat
Hari-hari kita mestinya adalah hari-hari taubat. Karena setiap saat, setiap detik, antara cahaya dan kegelapan, antara dosa dan pahala, antara harapan dan penyesalan saling berebut di hati anda. Bahkan jika hari ini pun anda menyesali apa yang anda lakukan, besok pun terulang kembali dosa yang sama dalam waktu dan tempat berbeda, atau dalam bentuk yang berbeda pula. Allah Maha Tahu, betapa sombongnya manusia, betapa lemahnya manusia, betapa fananya manusia, dan banyaknya manusia yang mengeluh, betapa banyaknya manusia yang tidak bersyukur, betapa banyaknya manusia yang tidak menalarkan akal sehatnya, betapa banyaknya yang tidak mampu mengekang hawa nafsunya. Dan, dengan Kemaha Besaran, serta Kemaha Lembutan Kasih Sayangnya, Allah memanggil kita semua, dengan panggilan kemahalembutan dan kasihNya, Wahai orang-orang yang beriman, kembalilah kepada Allah (bertaubatlah) kalian semua, wahai (hamba-hambaKu) yang (mengaku) beriman, agar kalian semua bahagia. (an-Nuur:31) Lalu gelombang demi gelombang cahaya memancarkan pembersihan atas kegelapan-kegelapan kita. Gelombang air qudus memandikan kotoran-kotoran bumi kita, penyesalan menjadi pintu gerbang bagi haribaanNya, Istighfar menjadi luapan paling indah dari PelukanNya. Sebab disanalah peleburan, penyirnaan, kefanaan dan kehambaan maujud. Akulah hamba dan Engkaulah Rabb Lalu Rasulullah SAW. menegaskan betapa lebih gembiranya Allah ketimbang seorang yang kehilangan kendaraan unta beserta seluruh hartanya, dalam drama yang mengenaskan, sampai lelah, ia terlunglaikan dalam lelah tidurnya. Ketika ia bangun dari lelap tidurnya, unta dan seluruh hartanya ada di depan mata. Allah lebih erat memeluknya ketimbang eratnya pelukan si fulan yang kehilangan harta benda, kemudian ada di depannya. Lihatlah, seperti air gunung yang melimpah, bening bercahaya. Lihatlah seperti gulungan-gulungan ombak KinasihNya yang mengejar seluruh apa pun yeng membuat bergolak KecemburuanNya. Lihatlah kabut-kabut dan mega-mega tersingkap oleh Tangan-Tangan KekuasaanNya, dan Senyuman Keabadian Yang Agung menerima kita semua. Hamba-hambaNya yang bertobat. Karena itu janganlah takut dengan taubat, karena taubat itu indah dan penuh cinta. Janganlah khawatir dengan taubat, karena kekhawatiran itu adalah nafsu yang dikelola oleh kandang-kandang syetan. Janganlah pesimis atas ampunanNya, karena jika langit dan bumi ini dipenuhi oleh noda-noda kita, dosa-dosa kita, kesalahan dan kezaliman kita, niscaya ampunan, maghfirah, kemaafan, dan cintaNya lebih besar dari semuanya. Bahkan kata Ibnu Athaillah as-Sakandary, Terkadang Allah mentakdirkan hamba-hambaNya berbuat dosa, agar si hamba lebih dekat kepadaNya. Amboi betapa indah dan luhurnya Dia, kita harus berbaik sangka kepadaNya, bahwa dosa-dosa pun bagian dari cara Dia mendidik kita. Ketika kita cerdas dan pandai, seluruh kesadaran kita sudah kembali kepadaNya. Tetapi janganlah kita begitu gegabah memaknai, dengan merasa berbesar diri, menyepelekan dosa-dosa kita, hanya karena dosa kita talk ada apa-apanya disbanding ampunanNya. Jangan pula kita berbangga dengan dosa-dosa kita, hanya karena berbangga dengan dosa itu melemparkan kita pada kegelapan paling mengerikan: Jauh dari Cinta dan pelukan Ilahi. Karena itu mari kita bertobat. Taubatan Nasuha. Taubat yang yang sesungguhnya. Pertama-tama kita taubati dosa-dosa kita, karena hari demi hari, ada saja dosa-dosa yang menempel bagai debu di tubuh kita. Semua hanyalah debu-debu yang hamper tiada artinya, lama-lama telah berubah menjadi kumpulan debu dan gundukan kotoran di tubuh kita, lalu menjadi dosa besar namanya. Apalagi jika kumpulan kotoran itu adalah noda-noda besar kita. Oh, Tuhan, ternyata engkau tidak tega menyiksa mereka, ketika mereka sedang bergelora dalam istighfar. (al-Quran) Lalu kita masuki taubat berikutnya: Taubat atas kealpaan kita, kelalaian kita, dari mengingat allah dalam hari-hari dan waktu kita. Perselingkuhan kita dengan syetan dan dunia, telah mejauhkan diri kita dari Allah, dan Allah terasa hilang dari hati kita. Detik-detik jantung kita, gerak-gerik syaraf ruhani kita, ternyata begitu terabaikan dari campur tangan Allah disana. Makanya, sudah niscaya, jika istighfar menjadi buah bibir hati kita. Inilah taubatnya para Kekasih Allah. Taubat dari kealpaan bermesraan dengan Allah. Taubat dari kealpaan Dzikrullah. Inabah namanya. Kemudian tahap selanjutnya, kita bertaubat dari segala apa saja selain Allah. Sebab selain Allah senantiasa sirna, dan hanya WajahNya yang Abadi. Keabadian Allah janganlah dibiarkan terlantar di kuburan dunia, karena itu segala hal selain Allah sesungguhnya dusta belaka. Dan karenaNya, kita taubati semuanya. Itulah jika kita ingin meneladani Nabi dan RasulNya. Mereka para pilihan itu, tak ingin sekejap pun hatinya kehilangan Dia. Itulah yang disebut dengan Aubah. Junaid al-baghdady pernah mengisahkan: Suatu hari aku masuk ke tempat Sarru as-Saqathy. Aku lihat dia sedang bingung. Ada apa dengan anda? tanyaku kepadanya. Ada seorang
Re: [R@ntau-Net] Re: Tauhid dan Politik (was Re: Nan Bodoh...)
assalaamu 'alaykum wR wB ada diskusi yang bagus rupanya. menarik juga mengikuti diskusi ini sehingga ma'afkan saya kalau saya mencoba untuk ikut nimbrung. Dek Ahmad Ridha (bolehkan dipanggil adek ?), apa-apa yang dek Ahmad sampaikan benar di satu sisi. Tapi ketika dek Ahmad menyampaikan argumen dengan beberapa dalil dan hujjah-hujjah tsb, ketahuilah bahwa di seberang sana, pihak lain juga punya hujjah-hujjah sendiri dengan argumen yang kuat pula. Mana yang benar ? wallahu 'alam. Umat Islam ini telah ratusan tahun terbelah karena memperdebatkan hal-hal yang tidak prinsipil, masing-masing memiliki hujjah sendiri-sendiri dan tidak pernah mau berkompromi, bahkan untuk hal-hal yang sepele sekalipun. Memang demikianlah kenyataannya. Maka ketika dek Ahmad memberikan argumen dgn berbagai dalil dan hujjah, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa tentunya para ustadz di PKS juga memiliki dalil dan hujjah pula, sehingga mereka berijtihad utk mendirikan Partai dan meretas jalan yang mereka lalui sekarang ini. Kalau dikupas, maka nggak akan habis waktu utk membahasnya. Tidak akan efektif saya rasa.(utk diketahui, dewan pendiri memerlukan persetujuan lebih dari 6000 suara para dai/ustadz serta aktivis pergerakan seluruh Indonesia utk memutuskan pendirian partai politik). Para sahabat utamapun pernah berselisih pendapat, masing-masing mereka pun punya hujjah sendiri-sendiri tapi tidak pernah menafikan langkah yang diambil oleh masing-masing pihak. Apa yang dibutuhkan sekarang dengan kondisi umat masih terpecah-pecah dalam manhaj, adalah mencari kesamaan dalam bingkai ukhuwah utk membangkitkan kembali Islam yang agung itu. Dalam kaca mata saya, yang dibutuhkan saat ini adalah solusi, bukan ber-argue masalah yang tidak terlalu prinsipil. Dek Ahmad, mungkin ada baiknya dek Ahmad memberikan solusi atau alternatif apa yang mesti di lalui oleh partai Islam (khususnya PKS) dalam kondisi riel yang ada di Indonesia ini. Indonesia yang majemuk, yang beragam suku bangsa dan agama dan permasalahannya. Itu akan sangat efektif saya kira utk dijadikan bahan masukan utk program partai ke depan. ma'afkan saya kalau ikut serta, marilah kita satukan langkah utk hal-hal yang disepakati, dan kita hindarkan apa-apa yang membuat kita berselisih olehnya. wassalaam Ronald -- Original Message -- From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 16 Apr 2004 17:00:08 +0700 Muhammad Arfian writes: Assalaamu’alaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Sanak Ahmad Ridha, tidak ada yang menyangkal bahwa tauhid adalah prioritas utama dalam agama kita, dan usaha-usaha untuk memperbaiki aqidah dan tauhid umat Islam adalah usaha-usaha yang perlu didukung oleh setiap orang yang mengaku dirinya seorang muslim. -cut-- Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net