[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-19 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
Saya dapat menerima pandangan yang tercantum dalam tulisan Sanak Basril Djabar 
yang dikirimkan Sanak Nofend St Mudo. Menurut penglihatan saya, isinya padat, 
obyektif, seimbang, dan adil.
Memang tidak mudah bagi seorang anak untuk bersikap jika -- ibaratnya -- bapak 
dan ibunya bercerai.Namun, apa boleh buat, justru itu yang terjadi.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Tue, 5/19/09, Nofend St. Mudo  wrote:


From: Nofend St. Mudo 
Subject: [...@ntau-net] Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Tuesday, May 19, 2009, 11:02 AM



Selasa, 19 May 2009

Oleh Basril Djabar

Adrenalin dan diskusi politik di kalangan tokoh Minang di kampung dan rantau
dalam beberapa hari ini menghangat karena kehadiran gubernur kita Gamawan
Fauzi dalam acara deklarasi Capres Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono
(SBY) di Bandung, Jumat pekan lalu. Diskusi yang menghangat itu, pertanda
baik bagi mengasah nyali politik kita. Inilah dialektika Minangkabau itu,
sebagaimana yang sering dikemukakan almarhum AA Navis.

Diskusi yang berkembang adalah sebuah dinamika karena itu kita maknai secara
dewasa, tidak emosional. Dua tokoh penting kita, SBY dan Jusuf Kalla (JK)
bersimpang jalan menjelang pilpres, sesuatu yang tidak kita kehendaki. Orang
Minang maunya, SBY-JK tetap menyatu. Alangkah indahnya jika demikian.

Namun politik sangat cair dan dinamis. Maka berpisahlah keduanya. Kita
tercengang. Apa boleh buat. Dalam keadaan apa boleh buat itulah, tiba-tiba
muncul Gamawan Fauzi, di Bandung. Muncullah diskusi, bahkan di sebagian
kecil kelompok masyarakat terbelah. Mendukung Gamawan dan menyesali
tindakannya.

Ada dua sudut pandang yang kemudian muncul, yaitu pandangan kultural dan
politis. Saya cenderung melihat, orang Minang lebih dekat dengan JK secara
kultural. Banyak alasan yang mendukungnya. Pertama JK urang sumando, kedua
kultur Sulawsi Selatan dan Minangkabau banyak kesamaan. Orang Sulawesi
Selatan belajar Islam dari Minangkabau. JK terasa lebih dekat kepada kita
dari sisi kultural.

Akan halnya SBY yang juga sudah diberi gelar datuk, dekat secara politis,
belum atau tidak secara kultural. Namun keduanya adalah pemimpin yang
sama-sama dihormati oleh orang Minangkabau. Hadirnya Gamawan di Bandung,
jelas itu dalam wilayah politis, lebih tegasnya dalam wilayah politik
praktis. Lantas kenapa JK tidak mendahului SBY mengundang Gamawan? Jawabnya,
JK mungkin lebih negarawan dan tidak mau mempersulit Gamawan Fauzi, mamak
rumahnya. Bisa diasumsikan juga, dalam hal ini SBY lebih menonjol aspek
politisnya ketimbang negarawannya. JK terasa lebih halus dan bermain cantik..

Kenapa Gamawan hadir di Bandung? Sudah dijelaskannya dari A sampai Z. Kita
memahami posisi Gamawan dan menghormati pilihan politiknya. Namun karena
pilihan itu pula, sebagaimana disebut di atas, ada masyarakat yang terbelah..

Sebentar lagi pilpres. Jika JK menang secara nasonal, atau menang di Sumbar,
maka tindakan SBY mengundang Gamawan bisa ditafsirkan sebagai tamparan bagi
SBY agar lebih hati-hati berpolitik di masa datang. Jika SBY menang? Gamawan
harus jadi menteri, sebab secara kualitas ia memang pantas untuk itu. Orang
Minang tak mau dijadikan kudo palajang bukik saja. SBY harus bisa
membuktikan, kemenangan partainya, bisa mengobati hati rakyat yang selama
ini muak pada partai-partai lama.

JK tahu isi hati Gamawan dan keduanya sangat dekat. Kita berharap SBY
memberlakukan Gamawan juga seperti JK menempatkan gubernur kita itu pula.
Kepada Gamawan, yang sudah terjadi, harus dihadang. Pilihan yang dijatuhkan
membawa berbagai konsekwensi. Mudah-mudahan ke depan Minangkabau akan penuh
dengan dialektika yang membangun dan Sumatra Barat akan kian maju.
Selamat mengikuti pilpres. *

(Catatan redaksi: Ada beberapa tulisan dengan tema yang sama di halaman
opini. Dengan diturunkannya semua tulisan itu, perdebatan soal kehadiran
Gamawan Fauzi di Bandung ditutup).

http://www.hariansinggalang.co.id/index.php?mod=detail_berita.php&id=1612




--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-19 Thread Fitr Tanjuang
AslmWrWb

Mak Saaf,
Kalau soal Minang, jaleh JK labiah dakek ka Minang daripado SBY.
Ambo indak maliek dari keluarganyo doh, walaupun tantu adoh pangaruhnyo.

Nan ambo liek, JK kalau main ka Minang, inyo mengkritik urang awak.
Kalau SBY nan ka Minang, inyo mamuji2 urang awak.

Ambo labiah respek ka nan barani mengkritik daripado nan mamuji2 sajo.

Wassalam
fitr tanjuang
lk/34/Albany NY


On 5/19/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote:
>
>   Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
> Saya dapat menerima pandangan yang tercantum dalam tulisan Sanak Basril
> Djabar yang dikirimkan Sanak Nofend St Mudo. Menurut penglihatan saya,
> isinya padat, obyektif, seimbang, dan adil.
> Memang tidak mudah bagi seorang anak untuk bersikap jika -- ibaratnya --
> bapak dan ibunya bercerai.Namun, apa boleh buat, justru itu yang terjadi.
>
>
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
> (L, masuk 72 th, Jakarta)
>
>
>

--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-19 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Waalaikumsalam Sanak Fitr,
Ambo setuju jo pandangan Sanak. Ambo memang sadang manimang-nimang pasangan 
SBY-Boediono dan JK-Wiranto. Soal dakek ka Minang itu jaleh masuak hetongan, 
dan dalam hal ko JK jaleh labiah dakek dari SBY.
Tingga manungkuik-manilantangkan fakto-faktor lain, karano nan ka kito piliah 
ko presiden jo wakia presiden Republik Indonesia untuak maso jabatan 
satidak-tidaknyo limo tahun kamuko. Apo nan baliau putuihkan -- atau apo nan 
indak putihkan -- akan manyangkuik hiduik kito limo tahun mandatang.  
Pedoman kito tantulah: sia nan paliang tapek untuk jadi pasangan presiden jo 
wakia presiden kito untuak limo tahun kamuko. Kito simaklah baiak-baiak 
substansi kampanye baliau-baliau ko. Kito kubak rekam jejak baliau-baliau dalam 
mamarentah salamo ko. Apo nan alah rancak dan apo pulo nan alun. Baa pulo 
pangaruah para cawapresnyo nantik.
Masih ado kurang labiah duo bulan lai malakik pilpres Juli.
Kok manih jan capek dilulua, kok pahik jan capek diuahkan.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Wed, 5/20/09, Fitr Tanjuang  wrote:


From: Fitr Tanjuang 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Wednesday, May 20, 2009, 2:37 AM



AslmWrWb
 
Mak Saaf,
Kalau soal Minang, jaleh JK labiah dakek ka Minang daripado SBY.
Ambo indak maliek dari keluarganyo doh, walaupun tantu adoh pangaruhnyo.
 
Nan ambo liek, JK kalau main ka Minang, inyo mengkritik urang awak.
Kalau SBY nan ka Minang, inyo mamuji2 urang awak.
 
Ambo labiah respek ka nan barani mengkritik daripado nan mamuji2 sajo.
 
Wassalam
fitr tanjuang
lk/34/Albany NY

 
On 5/19/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote: 





Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
Saya dapat menerima pandangan yang tercantum dalam tulisan Sanak Basril Djabar 
yang dikirimkan Sanak Nofend St Mudo. Menurut penglihatan saya, isinya padat, 
obyektif, seimbang, dan adil.
Memang tidak mudah bagi seorang anak untuk bersikap jika -- ibaratnya -- bapak 
dan ibunya bercerai.Namun, apa boleh buat, justru itu yang terjadi.

 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 












--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-20 Thread Fitr Tanjuang
AslmWrWb

Mak Saaf,
di milis lain nan ambo ikuti, adoh analisa model iko.
Baso nan manantukan sia nan ka manang pemilu ko indak awak2 nan rakyat
badarai ko doh.
Tapi kelompok2 minoritas nan solid sarato ciek suaro.

Logikanyo, kalau rakyat badarai ko suaronyo iyo badarai2 ka saluruah calon,
sadang kelompok iko suaronyo taarah.
Misalnyo adoh 170juta pemilih sadang 150juta pacah 3 masiang2 50juta.
Kalau kelompok ko bisa ciek suaro walaupun jumlahnyo hanyo 10j, inyo bisa
jadi penentu sia nan ka manang.
Kok kito liek lobi yahudi di USA, iyo bana pulo rasonyo.
Hanyo sajo ambo baru mandanga kalau ruponyo adoh pulo di nagari kito.

Kelompok tu minimal adoh 4,
1. pengusaha peranakan Cino jo penguasaan ekonominyo
2. kelompok NU nan taat ka kiyainyo
3. PKS nan militan ka ustadznyo
4. PDS jo kelompok kristennyo.

Tapi NU lah bakurang pengaruhnyo dek lah pacah (atau dipacah dek Gus Dur).
PDS pun alun nampak bana kekuatannyo doh.

Jadi tingga kelompok 1 jo 3.

Nah, Sofyan Wanandi lah mendukung JK, sadang PKS ka SBY.

Baa tu manuruik mak Saaf. Iyo bana analisa tu?

Cieklai, urang Minang indak masuak etongan doh, dek suaronyo indak bisa
disatukan.
Caliak se lah milis ko...:)

Wassalam
fitr tanjuang
lk/34/Albany NY


On 5/19/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote:

--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-20 Thread saaf10leo
an 
mereka pentingkan, tapi kualitas sumber daya manusianyo. Mereka mamiliah karier 
dalam bidang industri dan perdagangan, keuangan dan perbankan, sarato musik, 
media massa, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Salamo ko jarang mereka 
nan bergerak di bidang pertanian nan baru mereka tangani sasudah tabantuak 
negara Israel dalam tahun 1948.
Jadi baa lai ? Manuruik pandapek ambo, salamo kito alah pueh diri jo 'adaik 
lamo pusako usang' sajo, indak amuah maadokan kaji ulang dima posisi kito dalam 
abaik ka 21 nan sabana kancang parubahannyo dek ilmu pengetahuan jo teknologi, 
dan indak amuah pulo mambuek tarobosan dari kabuntuan nan ado salamo ko,  jan 
bamimpi bisa masuak jadi elite Indonesia ko jo kakuatan sandiri.
Kalau maju surang-surang tantu bisa, dan alah banyak dilakukan dek urang awak. 
Hanyo hasilnyo adolah sampai tingkek mantari jo eselon satu sajo.[Pak Hatta 
jadi wapres itu suatu pengecualian.]
Ringkasnyo, kalau kalompok-kalompok suku bangso Indonesia lainnyo -- saparati 
Jawa, Batak, Palembang, Bugih, atau Cino -- punyo tatanan organisasi nan ketat 
dan sacaro basamo-samo maatur strategi dan taktik untuak marabuik kakuasaan di 
lapisan elite, urang awak sabana nyaman hiduik di tataran massa sajo, sambia  
manunggu 'rimah-rimah kakuasaan' nan diagiahkan urang lain ka urang awak sacaro 
perseorangan.
Kalau memang itu nan kito inginkan, keadaan kini alah sasuai tumah jo sistem 
nilai dan struktur sosial kitu. A juo lai.
Talabiah takurang mohon maaf.
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 

--- On Thu, 5/21/09, Fitr Tanjuang  wrote:


From: Fitr Tanjuang 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 4:27 AM



AslmWrWb
 
Mak Saaf,
di milis lain nan ambo ikuti, adoh analisa model iko.
Baso nan manantukan sia nan ka manang pemilu ko indak awak2 nan rakyat badarai 
ko doh.
Tapi kelompok2 minoritas nan solid sarato ciek suaro.
 
Logikanyo, kalau rakyat badarai ko suaronyo iyo badarai2 ka saluruah calon, 
sadang kelompok iko suaronyo taarah.
Misalnyo adoh 170juta pemilih sadang 150juta pacah 3 masiang2 50juta.
Kalau kelompok ko bisa ciek suaro walaupun jumlahnyo hanyo 10j, inyo bisa jadi 
penentu sia nan ka manang.
Kok kito liek lobi yahudi di USA, iyo bana pulo rasonyo.
Hanyo sajo ambo baru mandanga kalau ruponyo adoh pulo di nagari kito.
 
Kelompok tu minimal adoh 4,
1. pengusaha peranakan Cino jo penguasaan ekonominyo
2. kelompok NU nan taat ka kiyainyo
3. PKS nan militan ka ustadznyo
4. PDS jo kelompok kristennyo.
 
Tapi NU lah bakurang pengaruhnyo dek lah pacah (atau dipacah dek Gus Dur).
PDS pun alun nampak bana kekuatannyo doh.
 
Jadi tingga kelompok 1 jo 3. 
 
Nah, Sofyan Wanandi lah mendukung JK, sadang PKS ka SBY. 
 
Baa tu manuruik mak Saaf. Iyo bana analisa tu?
 
Cieklai, urang Minang indak masuak etongan doh, dek suaronyo indak bisa 
disatukan.
Caliak se lah milis ko...:)
 
Wassalam
fitr tanjuang
lk/34/Albany NY 

 
On 5/19/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote:


--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-20 Thread irsyal_rusad2000
Ass. Pak Saaf dan sanak di Palanta.
Manganai posting Pak Saafko sato pulo ambo sangenek walaupun ambo indak ahlinyo.
Sperti awak ketahui generasi urang minang nan baumua 40-60an tahun kiniko, 
adolah generasi nan dilahiakan maso PRRI, maso sulik secara ekomi, sosial dan 
politik. Tantu sajo banyak berpengaruh pado pola pikir dan pilihan profesi nan 
diambiaknyo. Urang awak jadi lebih pragmatis sasuai jo tantangan hidup nan 
diadokinyo. Makonyo dalam ranah profesi urang awak cukup banyak dan menonjol.
Tantangan adaik salingka nagari manuruik ambo harus dimaknai bahwa aturan, 
hukum itu batampaik, berlaku untuk kaum/kelompok tertentu.

Wassalam

Irsyal Rusad, 54 L Riau. 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: saaf10...@yahoo.com

Date: Wed, 20 May 2009 15:58:10 
To: 
Cc: Dr Mochtar NAIM
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi



Waalaikumsalam w.w. Sanak Fitr Tanjuang dan para sanak sa palanta,
Dari tinjauan ilmu politik, masyarakat banyak ko tabagi dalam duo bagian 
gadang, nan dinamokan elite nan jumlahnyo saketek, dan massa, nan jumlahnyo 
gadang.
Kakuatan politik talatak di tangan elite, karano disitulah bakumpuanyo pitih, 
kakuasaan, koneksi, kamampuan manajemen, dan juo kaahlian manyusun strategi, 
taktik, dan teknik baorganisasi.Baa juo dima kakuasaan banyak, di sinan pitih 
banyak, dan sabaliaknyo dima pitih banyak ka sinan pulo malakoknyo kakuasaan.
Di ma duduaknyo massa ? Massa  ko hanyo bondong aia bondong dadak sajo, kama 
angin kareh ka sinan inyo pai, karano umumnyo massa indak punyo punyo pimpinan, 
dan indak punyo struktur, dan indak punyo kakuasaan sarato indak punyo pitih, 
hampia saroman jo itiak pulang patang, ikuik sia nan bajalan dimuko.
Baa urang awak ? Indak usah dibuktikan bana, urang awak ko labiah banyak 
marupokan massa sajo, jarang nan mamacik tampuak pimpinan sabagai elite nan 
manantukan nasib bangso. Lapisan elite biasonyo dipacik dek urang Jawa, disusul 
kini dek urang Batak (!), urang Palembang, atau kini urang Bugih. Urang awak 
nan dahulu jadi elite, antaro tahun 1945 -1955, adolah urang Minang istimewa, 
produk dari suatu kurun sejarah nan istimewa, generasi 1920-an. Sasudah tu, 
maluncua taruih manaruih, sampai kini.
Baa mako sampai baitu urang awak ko ? Kalau kito pikia-pikia, mungkin karano 
budaya Minangkabau indak punyo konsep kekuasaan, 'egalitarian' kato pak Muchtar 
Naim, nan biasonyo jadi kebanggaan kito. Salain itu urang awak indak pulo 
basalero bana ka kekuasaan jo kekayaan, tapi bangga kalau diagiah sapiriang duo 
piriang kekuasaan dan kekuasaan dek nan bakuaso, misalnyo diangkek jadi 
mantari. Cito-cito urang awak kan paliang tinggi jadi mantari sajo, kan? [Apo 
indak paralu ditinjau baliak apo nan kito banggakan ko? Egaliter, tapi 
hanyo bak pasia ditapi lauik, indak ado apo-aponyo]. 
Urang awak juo indak suko baorganisasi nan punyo pimpinan, kalau baorganisasi, 
indak banyak nan amuah baiyo bana bakarajo sacaro badisipilin, banyak nan 
'angguak anggak dalam duo tangah tigo, unjuak nan indak babarikan', 'papek di 
lua runciang di dalam', 'suko manembak di ateh kudo', 'indak baluluak maambiak 
cikaurau'. Mungkin itulah sababnyo organisasi urang awak ko indak ado nan 
kuwaik. 
Jadi baa dalam kompetisi politik kini ? Kito kan samacam manunggu 'rimah-rimah 
politik' sajo, mudah-mudahan ado urang awak nan diangkek jadi mantari,atau 
dirjen, dan nan samacam tu. Atau sekedar ikuik bangga, karano nan sadang 
bakuaso tu adolah 'urang sumando' awak.  Indak ado samo sakali jejaring 
(network) urang awak  nan operasional dan saliang mandukuang untuak maju, 
saroman 'dalihan na tolu' di urang Batak. 
Saparati kito liek, tautamo dalam babarapo tahun balakangan ko, kalau ado 
surang sajo urang Batak di suatu tampek, dalam wakatu singkek inyo akan 
batambah manuruik deret ukur, karano tiok urang Batak diharuihkan dek adatnyo 
untuk mahelo duo orang Batak lain nan bakaik margo jo inyo sabagai marga 
hula-hula  dan marga boru. 
Di awak, susunan sarupo indak ado. Sacaro pribadi ambo mandapek kesan bahaso 
dari segi tatanan bamasyarakat adat Minang memang indak dirancang untuak 
mampasatukan urang Minang, apolagi untuak saliang tolong manolong, saroman nan 
dilakukan dek urang Batak. 
Kito diaja untuak bapikia dalam ukuran mikro, saparati dapek dilek dalam 
pepoatah
'Adat salingka nagari'. Pangalaman ambo 'baminang-minang' sajak tahun 1966 -- 
43 tahun -- sabana susah bana mampasatukan urang awak ko. Hampia samo jo 
susahnyo mampasatukan urang Arab. 
Kalau ado urang awak ko maju dalam karier, biasonyo adolah karano usaho 
surang-surang, indak ado bantuan terstruktur dari urang Minang lainnyo. Baru 
kalau alah berhasil, rami-rami kito mangatokan: 'inyo tu urang awak mah'. Baa 
kalau gagal ? Sampai rangik indak ado nan kamanyapo doh, baitu bana kaadaannyo.
Budaya urang Cino -- nan ma

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-21 Thread andi jepe

Sanak Sapalanta,  sanang juo mambaco analisa Artikel Basril Jabar,
bagi ambo iko tamasuak "Helicopter View"...dan juo sapandapek ambo
BJ..satantang GF

"Hadirnya Gamawan di Bandung,
jelas itu dalam wilayah politis, lebih tegasnya dalam wilayah politik
praktis."

Dan ditambahkan atau dikuekkan lo..dek BJ

"Kita memahami posisi Gamawan dan menghormati pilihan politiknya."

dan ambo bagian dari elemen masyarakat..adolah nan tamasuak
menghormati pilihan politik GF, yo dek itu tadi iko "Wilayah Politik
Praktis"

Wass-Jepe

--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-21 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Waalaikumsalam w.w. Sanak Irsyal Rusad dan para sanak sa panta,
Batua sakali nan Sanak katokan tu. Mungkin itulah sababnyo mako indak banyak 
sanak kito nan lahia sasudah PRRI tu nan manyadiokan wakatu untuk mangupeh 
sacaro mandalam baa mako posisi urang awak sampai tajilapak saroman kini.
Tipak di ambo surang, karano ambo lahia tahun 1937, dan sacaro bakabatulan 
mamiliah -- atau tapiliah -- karir dalam bidang pamarentahan, dan sasudah tu 
manulih disertasi menganai integrasi nasional kasus etnik Minangkabau, tapaso 
juo ambo mancaliaknyo dalam perspektif nan labiah laweh.
Hasilnyo, iyo apo nan ambo tulih tu.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, irsyal_rusad2...@yahoo.com  
wrote:


From: irsyal_rusad2...@yahoo.com 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 1:16 PM


Ass. Pak Saaf dan sanak di Palanta.
Manganai posting Pak Saaf ko sato pulo ambo sangenek walaupun ambo indak 
ahlinyo.
Sperti awak ketahui generasi urang minang nan baumua 40-60an tahun kiniko, 
adolah generasi nan dilahiakan maso PRRI, maso sulik secara ekomi, sosial dan 
politik. Tantu sajo banyak berpengaruh pado pola pikir dan pilihan profesi nan 
diambiaknyo. Urang awak jadi lebih pragmatis sasuai jo tantangan hidup nan 
diadokinyo. Makonyo dalam ranah profesi urang awak cukup banyak dan menonjol.
Tantangan adaik salingka nagari manuruik ambo harus dimaknai bahwa aturan, 
hukum itu batampaik, berlaku untuk kaum/kelompok tertentu.

Wassalam

Irsyal Rusad, 54 L Riau. 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


From: saaf10...@yahoo.com
Date: Wed, 20 May 2009 15:58:10 -0700 (PDT)
To: 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi







Waalaikumsalam w.w. Sanak Fitr Tanjuang dan para sanak sa palanta,
Dari tinjauan ilmu politik, masyarakat banyak ko tabagi dalam duo bagian 
gadang, nan dinamokan elite nan jumlahnyo saketek, dan massa, nan jumlahnyo 
gadang.
Kakuatan politik talatak di tangan elite, karano disitulah bakumpuanyo pitih, 
kakuasaan, koneksi, kamampuan manajemen, dan juo kaahlian manyusun strategi, 
taktik, dan teknik baorganisasi.Baa juo dima kakuasaan banyak, di sinan pitih 
banyak, dan sabaliaknyo dima pitih banyak ka sinan pulo malakoknyo kakuasaan.
Di ma duduaknyo massa ? Massa  ko hanyo bondong aia bondong dadak sajo, kama 
angin kareh ka sinan inyo pai, karano umumnyo massa indak punyo punyo pimpinan, 
dan indak punyo struktur, dan indak punyo kakuasaan sarato indak punyo pitih, 
hampia saroman jo itiak pulang patang, ikuik sia nan bajalan dimuko.
Baa urang awak ? Indak usah dibuktikan bana, urang awak ko labiah banyak 
marupokan massa sajo, jarang nan mamacik tampuak pimpinan sabagai elite nan 
manantukan nasib bangso. Lapisan elite biasonyo dipacik dek urang Jawa, disusul 
kini dek urang Batak (!), urang Palembang, atau kini urang Bugih. Urang awak 
nan dahulu jadi elite, antaro tahun 1945 -1955, adolah urang Minang istimewa, 
produk dari suatu kurun sejarah nan istimewa, generasi 1920-an. Sasudah tu, 
maluncua taruih manaruih, sampai kini.
Baa mako sampai baitu urang awak ko ? Kalau kito pikia-pikia, mungkin karano 
budaya Minangkabau indak punyo konsep kekuasaan, 'egalitarian' kato pak Muchtar 
Naim, nan biasonyo jadi kebanggaan kito. Salain itu urang awak indak pulo 
basalero bana ka kekuasaan jo kekayaan, tapi bangga kalau diagiah sapiriang duo 
piriang kekuasaan dan kekuasaan dek nan bakuaso, misalnyo diangkek jadi 
mantari. Cito-cito urang awak kan paliang tinggi jadi mantari sajo, kan? [Apo 
indak paralu ditinjau baliak apo nan kito banggakan ko? Egaliter, tapi 
hanyo bak pasia ditapi lauik, indak ado apo-aponyo]. 
Urang awak juo indak suko baorganisasi nan punyo pimpinan, kalau baorganisasi, 
indak banyak nan amuah baiyo bana bakarajo sacaro badisipilin, banyak nan 
'angguak anggak dalam duo tangah tigo, unjuak nan indak babarikan', 'papek di 
lua runciang di dalam', 'suko manembak di ateh kudo', 'indak baluluak maambiak 
cikaurau'. Mungkin itulah sababnyo organisasi urang awak ko indak ado nan 
kuwaik. 
Jadi baa dalam kompetisi politik kini ? Kito kan samacam manunggu 'rimah-rimah 
politik' sajo, mudah-mudahan ado urang awak nan diangkek jadi mantari,atau 
dirjen, dan nan samacam tu. Atau sekedar ikuik bangga, karano nan sadang 
bakuaso tu adolah 'urang sumando' awak.  Indak ado samo sakali jejaring 
(network) urang awak  nan operasional dan saliang mandukuang untuak maju, 
saroman 'dalihan na tolu' di urang Batak. 
Saparati kito liek, tautamo dalam babarapo tahun balakangan ko, kalau ado 
surang sajo urang Batak di suatu tampek, dalam wakatu singkek inyo akan 
batambah manuruik deret ukur, karano tiok urang Batak diharuihkan dek adatnyo 
untuk mahelo duo orang Batak lain nan bakaik margo jo inyo sabagai marga 
hula-hula  dan marga boru. 
Di awak, susunan sarupo indak ado. Sacar

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-22 Thread Abraham Ilyas
*Nampaknyo di urang Yahudi indak baitu. Bukan tanah dan harato pusako tinggi
nan mereka pentingkan, tapi kualitas sumber daya manusianyo.
Mereka mamiliah karier dalam bidang industri dan perdagangan, keuangan dan
perbankan, sarato musik, media massa, filsafat, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salamo ko jarang mereka nan bergerak di bidang pertanian nan baru
mereka tangani sasudah tabantuak negara Israel dalam tahun 1948.*

Pak Saaf yth.

Analisa Bapak menurut ambo benar sekali.
karena pemerintahan di SB telah kembali kepada sistem pemerintahan banagari
sedangkan tanah/pusako tinggi barado di nagari maka sebaiknya orang Minang
sebaiknya melihat/memberlakukan tanah/bumi di kampuang hanya sebagai lambang
persatuan kaum saja, bukan sebagai sumber kehidupan ekonomi.

Sudah saatnya pemerintah daerah tidak mendorong masyarakatnya
mengeklploitasi SD Alam berlebihan, tapi paculah masyarakat untuk
mengembangkan SD Manusia sehingga mampu merantau ke ujung dunia secara
moderen.

Sebagai contoh kasus di nagari ambo nan alah sampik, pemerintah menyediakan
dana untuk membuat jalan baru ke atas bukit, yang suatu saat nantinya akan
menjadi pemukiman penduduk.  Seharusnya pos pendanaan semacam ini tidak
perlu disediakan oleh pemerintah. Termasuk jalan mobil ka puncak bukik
Sidoali di Batusangka, nan katonyo untuk mengembangkan pariwisata.
Untuk melengkapi tulisasn iko silakan klik di :
http://www.nagari.or.id/?moda=palanta&no=104

Wassalam

Abraham Ilyas 64 th.

--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi

2009-05-22 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Tarimo kasih pak Abraham. Nan jadi soal adolah baa caronyo kito dapek mambahas 
masalah ko  sacaro basamo-samo untuak seluruh Minangkabau ? Sia nan ka maambiak 
prakarsa ? Baa pulo tata tertib sarato caro maambiak kaputusan nan mangikek? 
Atau kito pabiakan sajo masalah ko basihanyuik?


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Fri, 5/22/09, Abraham Ilyas  wrote:


From: Abraham Ilyas 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, May 22, 2009, 2:52 PM


Nampaknyo di urang Yahudi indak baitu. Bukan tanah dan harato pusako tinggi nan 
mereka pentingkan, tapi kualitas sumber daya manusianyo. 
Mereka mamiliah karier dalam bidang industri dan perdagangan, keuangan dan 
perbankan, sarato musik, media massa, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Salamo ko jarang mereka nan bergerak di bidang pertanian nan baru mereka 
tangani sasudah tabantuak negara Israel dalam tahun 1948.

Pak Saaf yth.

Analisa Bapak menurut ambo benar sekali. 
karena pemerintahan di SB telah kembali kepada sistem pemerintahan banagari 
sedangkan tanah/pusako tinggi barado di nagari maka sebaiknya orang Minang 
sebaiknya melihat/memberlakukan tanah/bumi di kampuang hanya sebagai lambang 
persatuan kaum saja, bukan sebagai sumber kehidupan ekonomi.

Sudah saatnya pemerintah daerah tidak mendorong masyarakatnya mengeklploitasi 
SD Alam berlebihan, tapi paculah masyarakat untuk mengembangkan SD Manusia 
sehingga mampu merantau ke ujung dunia secara moderen.

Sebagai contoh kasus di nagari ambo nan alah sampik, pemerintah menyediakan 
dana untuk membuat jalan baru ke atas bukit, yang suatu saat nantinya akan 
menjadi pemukiman penduduk.  Seharusnya pos pendanaan semacam ini tidak perlu 
disediakan oleh pemerintah. Termasuk jalan mobil ka puncak bukik Sidoali di 
Batusangka, nan katonyo untuk mengembangkan pariwisata.
Untuk melengkapi tulisasn iko silakan klik di : 
http://www.nagari.or.id/?moda=palanta&no=104

Wassalam

Abraham Ilyas 64 th.










--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---



[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-20 Thread ricky avenzora
Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Tulisan Bapak ini sangat menggugah semangat saya,.pola tulisan yang ini 
terlihat sangat berbeda dengan pola tulisan Bpk yang lain yang selalu saya baca 
 selama hampir 4 bulan ini mengikuti RN. 
 
2. Tanpa bermaksud "manantang matoari" ataupun "manggarami lauik", maka saya 
mohon ijin untuk ikut berpandangan yang nampaknya mencari  titik-temu 
dengan esensi pandangan Bapak. Jika Bapak ijinkan, maka ada dua hal dari 
esensi tulisan Bpk ini yang ingin saya cari titik temunya, yaitu tentang 
bagaimana kita memaknai  "adat salingka nagari" dan tentang bagaimana kita 
sebaiknya membedakan "adat" dan "perilaku orang/masyarakat dalam melaksanakan 
adat" (dlm pola bahasa saya selama ini sering saya sebut sebagai BIAS). 
 
3. Berkaitan dengan adat salingka nagari, .apakah kondisi yang sepertinya 
sudah bersifat GIVEN bagi kita generasi Minang saat ini itu adalah memang 
mengajarkan kita untuk berfikir terkotak-kotak..sehingga dengan kata lain 
bisa disebut sebagai suatu kelemahan bagi kita di Minangkabau ? 
 
Bagaimana kalau keberadaaan adat salingka nagari tersebut kita maknai sebagai 
berikut :
 
a. Adat salingka nagari adalah menunjukan heterogenitas yang sangat tinggi. 
Bukankan semua teori modern dewasa ini sangat MENGHARGAI HETEROGENITAS yang 
TINGGI? 
 
Mulai dari teori2 ilmu pasti (spt ekologi, lingkungan, hingga teori 
relativitas serta teori fisika kuantum)  dan berbagai teori 
sosial-ekonomi..semua membuktikan bhw kondisi optimun terbaik serta 
termapan dari suatu sistem adalah ketika tercapai suatu heterogenitas elemen 
sistem dan fungsinya.  
 
Jika paradigma tersebut bisa kita terima, maka barangkali tugas kita saat ini 
adalah mencari jalan bersama untuk menjadikan potensi "social capital" berupa 
adat salingka nagari tersebut bisa menjadi motor utama dalam mencapai mimpi dan 
cita-cita bersama. 
 
Saya yakin bahwa konsep lokalitas adat salingka nagari adalah modal dasar yang 
sangat kuat untuk menjadi pondasi pembangunan yang luar biasa di ranah minang 
yang kita cintai. Saya membayangkan, ...ibarat sebuah rumah besar dengan 
tonggak pondasi yang begitu banyak adalah rumah yang sangat kuat dan tahan 
gempuran. Apalagi jika saya mencoba membayangkan dalam konteks ilmu politik dan 
pertahanan negara yang Bpk sangat ahli di dalam nya. 
 
4. Berkaitan dengan BIAS dalam melaksanakan adat, tolong ijinkan saya untuk 
mengambil contoh AL-Quran dan Hadist sebagai kasus ekstrim. 
 
Saya yakin kita sama-sama setuju bahwa tata nilai yang ada dalam Al-Quran dan 
Hadist adalah TIADA CACAT nya. Namun demikian, kita juga sama-sama tahu betapa 
banyak perilaku orang-orang muslim yang sangat jauh keluar dari rel yang 
menjadi acuan hidupnya. 
 
Jika retorika tersebut bisa diterima, maka saya fikir kita perlu membedakan 
antara tata nilai di dalam adat dengan perilaku masyarakat dalam melaksanakan 
adat tersebut.  Bagi saya pribadi, ...saya fikir yang perlu kita rubah itu 
adalah perilaku nya, bukan adat nya. 
 
Selama kita masih mencampur adukan soal tata nilai dengan pola perilaku 
masyarakat dalam tata nilai tersebut, maka semua mimpi dan cita-cita kita 
tersebut akan sangat sulit tercapai (jika tidak ingin dikatakan gak bakal 
tercapai). Bukankah pepatah telah mengajarkan agar kita tidak berlaku "buruk 
muka cermin dibelah" ?
 
Mohon maaf atas pilihan kata dan kalimat yang tidak tepat atau tidak berkenan 
bagi Bpk.
 
Salam,
r.a
 


--- On Thu, 5/21/09, saaf10...@yahoo.com  wrote:


From: saaf10...@yahoo.com 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: "Dr Mochtar NAIM" 
Date: Thursday, May 21, 2009, 5:58 AM








Waalaikumsalam w.w. Sanak Fitr Tanjuang dan para sanak sa palanta,
Dari tinjauan ilmu politik, masyarakat banyak ko tabagi dalam duo bagian 
gadang, nan dinamokan elite nan jumlahnyo saketek, dan massa, nan jumlahnyo 
gadang.
Kakuatan politik talatak di tangan elite, karano disitulah bakumpuanyo pitih, 
kakuasaan, koneksi, kamampuan manajemen, dan juo kaahlian manyusun strategi, 
taktik, dan teknik baorganisasi.Baa juo dima kakuasaan banyak, di sinan pitih 
banyak, dan sabaliaknyo dima pitih banyak ka sinan pulo malakoknyo kakuasaan.
Di ma duduaknyo massa ? Massa  ko hanyo bondong aia bondong dadak sajo, kama 
angin kareh ka sinan inyo pai, karano umumnyo massa indak punyo punyo pimpinan, 
dan indak punyo struktur, dan indak punyo kakuasaan sarato indak punyo pitih, 
hampia saroman jo itiak pulang patang, ikuik sia nan bajalan dimuko.
Baa urang awak ? Indak usah dibuktikan bana, urang awak ko labiah banyak 
marupokan massa sajo, jarang nan mamacik tampuak pimpinan sabagai elite nan 
manantukan nasib bangso. Lapisan elite biasonyo dipacik dek urang Jawa, disusul 
kini dek urang Batak (!), urang Palembang, atau kini urang Bugih. Urang awak 
nan dahulu jadi elite, antaro tahun 1945 -1955, adolah urang Minang istimewa, 
produk dari 

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Assalamualaikum w.w. Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Langsung saja, begini tanggapan saya.
 
1)  Tentang 'adat salingka nagari' . Memang menunjukkan heterogenitas 
Minangkabau sampai saat ini. Hanya ada satu kekurangannya, yaitu heterogenitas 
itu tidak -- atau belum -- dikaitkan dengan kebutuhan untuk mengadakan 
'networking', jejaring, kerjasama, yang juga merupakan suatu trend kuat pada 
zaman kini. Sebagai akibatnya, maka orang Minang tidak mampu menyusun tenaganya 
untuk bersaing dengan suku-suku bangsa lain, sangat mirip dengan orang Arab.
2) Saya setuju sekali kita harus membedakan antara adat dan perilaku masyarakat 
dalam adat. Namun perlu kita ingat, bahwa tentang adat itu sendiri ada empat 
macam adat [adat nan sabana adat;adat nan teradat;adat nan diadatkan; dan adat 
istiadat]. Yang jadi masalah adalah belum adanya kesepakatan tentang apa 
rincian setiap jenis adat ini. Tidak jarang terjadi adat yang teradat disangka 
sebagai adat nan sabana adat. Kan kacau jadinya.
Mengingat kompleksnya masalah Minangkabau ini, rasanya diperlukan kemampuan 
berfikir filsafati secara mendasar dan mendalam, baik untuk memahaminya maupun 
-- atau apalagi -- untuk mencari alternatif solusinya yang tepat untuk zaman 
ini. Berfikir secara parsial dan fragmentaris, seperti selama ini, hanya akan 
menyebabkan kita berputar-putar pada posisi yang sama.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, ricky avenzora  wrote:


From: ricky avenzora 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 12:43 PM







Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Tulisan Bapak ini sangat menggugah semangat saya,.pola tulisan yang ini 
terlihat sangat berbeda dengan pola tulisan Bpk yang lain yang selalu saya baca 
 selama hampir 4 bulan ini mengikuti RN. 
 
2. Tanpa bermaksud "manantang matoari" ataupun "manggarami lauik", maka saya 
mohon ijin untuk ikut berpandangan yang nampaknya mencari  titik-temu 
dengan esensi pandangan Bapak. Jika Bapak ijinkan, maka ada dua hal dari 
esensi tulisan Bpk ini yang ingin saya cari titik temunya, yaitu tentang 
bagaimana kita memaknai  "adat salingka nagari" dan tentang bagaimana kita 
sebaiknya membedakan "adat" dan "perilaku orang/masyarakat dalam melaksanakan 
adat" (dlm pola bahasa saya selama ini sering saya sebut sebagai BIAS). 
 
3. Berkaitan dengan adat salingka nagari, .apakah kondisi yang sepertinya 
sudah bersifat GIVEN bagi kita generasi Minang saat ini itu adalah memang 
mengajarkan kita untuk berfikir terkotak-kotak..sehingga dengan kata lain 
bisa disebut sebagai suatu kelemahan bagi kita di Minangkabau ? 
 
Bagaimana kalau keberadaaan adat salingka nagari tersebut kita maknai sebagai 
berikut :
 
a. Adat salingka nagari adalah menunjukan heterogenitas yang sangat tinggi. 
Bukankan semua teori modern dewasa ini sangat MENGHARGAI HETEROGENITAS yang 
TINGGI? 
 
Mulai dari teori2 ilmu pasti (spt ekologi, lingkungan, hingga teori 
relativitas serta teori fisika kuantum)  dan berbagai teori 
sosial-ekonomi...semua membuktikan bhw kondisi optimun terbaik serta 
termapan dari suatu sistem adalah ketika tercapai suatu heterogenitas elemen 
sistem dan fungsinya.  
 
Jika paradigma tersebut bisa kita terima, maka barangkali tugas kita saat ini 
adalah mencari jalan bersama untuk menjadikan potensi "social capital" berupa 
adat salingka nagari tersebut bisa menjadi motor utama dalam mencapai mimpi dan 
cita-cita bersama. 
 
Saya yakin bahwa konsep lokalitas adat salingka nagari adalah modal dasar yang 
sangat kuat untuk menjadi pondasi pembangunan yang luar biasa di ranah minang 
yang kita cintai. Saya membayangkan, ...ibarat sebuah rumah besar dengan 
tonggak pondasi yang begitu banyak adalah rumah yang sangat kuat dan tahan 
gempuran. Apalagi jika saya mencoba membayangkan dalam konteks ilmu politik dan 
pertahanan negara yang Bpk sangat ahli di dalam nya. 
 
4. Berkaitan dengan BIAS dalam melaksanakan adat, tolong ijinkan saya untuk 
mengambil contoh AL-Quran dan Hadist sebagai kasus ekstrim. 
 
Saya yakin kita sama-sama setuju bahwa tata nilai yang ada dalam Al-Quran dan 
Hadist adalah TIADA CACAT nya. Namun demikian, kita juga sama-sama tahu betapa 
banyak perilaku orang-orang muslim yang sangat jauh keluar dari rel yang 
menjadi acuan hidupnya. 
 
Jika retorika tersebut bisa diterima, maka saya fikir kita perlu membedakan 
antara tata nilai di dalam adat dengan perilaku masyarakat dalam melaksanakan 
adat tersebut.  Bagi saya pribadi, ...saya fikir yang perlu kita rubah itu 
adalah perilaku nya, bukan adat nya. 
 
Selama kita masih mencampur adukan soal tata nilai dengan pola perilaku 
masyarakat dalam tata nilai tersebut, maka semua mimpi dan cita-cita kita 
tersebut akan sangat sulit tercapai (jika tidak ingin dikatakan gak bakal 
tercapai). Bukankah pepatah telah meng

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread avenzora19
Dear Pak Saaf Yang Mulia,

1. Terima kasih banyak atas penjelasan Bpk. Saya  sepakat dengan apa yg Bpk 
jelaskan skrg ini. Saya fikir  rentang perspektif kita sudah mempunyai titik 
temu.. 

2. Dalam konteks berfikir filsafati, maka rasa nya memang ada 
kekurangseimbangan antara proses analisa dan proses sintesa.  Memang sudah 
terlalu banyak ANALISA yang KITA (baca:  saya + bapak + semua yg lain) lakukan. 

Terserah sudut pandang yang kita pakai (sesuai dengan latar belakang dan 
rentang perspektif masing2), maka semua analisa tersebut saya fikir punya nilai 
dan manfaat sendiri-sendiri.

3. Kembali pada yang telah Bpk sampaikan pada penjelasan Bpk ini, maka kalau 
boleh saya mau usul "bagaimana kalau setelah ini diskusi kita" diarahkan untuk 
melakukan SINTESA dari semua masalah dan analisa nya.

Jika kita hanya terus menganalisa dan terjebak dlm "mempertentangkan" sudut 
pandang analisa, maka saya khawatir kita tidak akan maju2 dlm melangkah. 

Salam,
r.a 

Mari kita susun mozaiknya bersama agar mencapai gambar yang indah dan sesuai 
serta terbaik utk kita bersama,,pada masa kini,pada hari esok,dan 
pada masa yang mendatang. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Dr.Saafroedin BAHAR" 

Date: Thu, 21 May 2009 00:30:31 
To: 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)


Assalamualaikum w.w. Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Langsung saja, begini tanggapan saya.
 
1)  Tentang 'adat salingka nagari' . Memang menunjukkan heterogenitas 
Minangkabau sampai saat ini. Hanya ada satu kekurangannya, yaitu heterogenitas 
itu tidak -- atau belum -- dikaitkan dengan kebutuhan untuk mengadakan 
'networking', jejaring, kerjasama, yang juga merupakan suatu trend kuat pada 
zaman kini. Sebagai akibatnya, maka orang Minang tidak mampu menyusun tenaganya 
untuk bersaing dengan suku-suku bangsa lain, sangat mirip dengan orang Arab.
2) Saya setuju sekali kita harus membedakan antara adat dan perilaku masyarakat 
dalam adat. Namun perlu kita ingat, bahwa tentang adat itu sendiri ada empat 
macam adat [adat nan sabana adat;adat nan teradat;adat nan diadatkan; dan adat 
istiadat]. Yang jadi masalah adalah belum adanya kesepakatan tentang apa 
rincian setiap jenis adat ini. Tidak jarang terjadi adat yang teradat disangka 
sebagai adat nan sabana adat. Kan kacau jadinya.
Mengingat kompleksnya masalah Minangkabau ini, rasanya diperlukan kemampuan 
berfikir filsafati secara mendasar dan mendalam, baik untuk memahaminya maupun 
-- atau apalagi -- untuk mencari alternatif solusinya yang tepat untuk zaman 
ini. Berfikir secara parsial dan fragmentaris, seperti selama ini, hanya akan 
menyebabkan kita berputar-putar pada posisi yang sama.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, ricky avenzora  wrote:


From: ricky avenzora 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 12:43 PM







Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Tulisan Bapak ini sangat menggugah semangat saya,.pola tulisan yang ini 
terlihat sangat berbeda dengan pola tulisan Bpk yang lain yang selalu saya baca 
 selama hampir 4 bulan ini mengikuti RN. 
 
2. Tanpa bermaksud "manantang matoari" ataupun "manggarami lauik", maka saya 
mohon ijin untuk ikut berpandangan yang nampaknya mencari  titik-temu 
dengan esensi pandangan Bapak. Jika Bapak ijinkan, maka ada dua hal dari 
esensi tulisan Bpk ini yang ingin saya cari titik temunya, yaitu tentang 
bagaimana kita memaknai  "adat salingka nagari" dan tentang bagaimana kita 
sebaiknya membedakan "adat" dan "perilaku orang/masyarakat dalam melaksanakan 
adat" (dlm pola bahasa saya selama ini sering saya sebut sebagai BIAS). 
 
3. Berkaitan dengan adat salingka nagari, .apakah kondisi yang sepertinya 
sudah bersifat GIVEN bagi kita generasi Minang saat ini itu adalah memang 
mengajarkan kita untuk berfikir terkotak-kotak..sehingga dengan kata lain 
bisa disebut sebagai suatu kelemahan bagi kita di Minangkabau ? 
 
Bagaimana kalau keberadaaan adat salingka nagari tersebut kita maknai sebagai 
berikut :
 
a. Adat salingka nagari adalah menunjukan heterogenitas yang sangat tinggi. 
Bukankan semua teori modern dewasa ini sangat MENGHARGAI HETEROGENITAS yang 
TINGGI? 
 
Mulai dari teori2 ilmu pasti (spt ekologi, lingkungan, hingga teori 
relativitas serta teori fisika kuantum)  dan berbagai teori 
sosial-ekonomi...semua membuktikan bhw kondisi optimun terbaik serta 
termapan dari suatu sistem adalah ketika tercapai suatu heterogenitas elemen 
sistem dan fungsinya.  
 
Jika paradigma tersebut bisa kita terima, maka barangkali tugas kita saat ini 
adalah mencari jalan bersama untuk menjadikan potensi "social capital" berupa 
adat salingka nagari tersebut bisa menjadi motor utama dalam mencapai mimpi dan 
cita-cita bersama. 
 
Say

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Terima kasih atas tanggapan Sanak.Sintesa memang perlu.
Bicara tentang filsafat, ada banyak aliran, yang juga tak mudah untuk 
disatukan. Akan besar manfaatnya jika Sanak memilih salah satu aliran, dan 
membuat sintesa Sanak berdasar aliran filsafat yang Sanak anut.
Sepanjang mengenai saya, secara berkecil-kecil saya sudah menulis pandangan 
saya secara komprehensif tentang masalah keminangkabauan ini, dalam buku yang 
saya tulis bersama Ir Mohamad Zulfan Tadjoeddin, MA (2004), "Masih Ada Harapan: 
Posisi Sebuah Etnik Minoritas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara", Yayasan 
Sepuluh Agustus, Jakarta. Kalau saya tak salah, buku ini masih ada dijual di 
Pustaka Anggrek, Kampung Jawa, Padang, atau di kios buku Bandara Minangkabau.
Agar adil, perlu juga Sanak baca sebuah buku lain, tulisan seorang datuk -- 
kawan saya -- yang membalas buku saya itu dengan sebuah buku pula.
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, avenzor...@yahoo.com  wrote:


From: avenzor...@yahoo.com 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 3:07 PM


Dear Pak Saaf Yang Mulia,

1. Terima kasih banyak atas penjelasan Bpk. Saya sepakat dengan apa yg Bpk 
jelaskan skrg ini. Saya fikir rentang perspektif kita sudah mempunyai titik 
temu.. 

2. Dalam konteks berfikir filsafati, maka rasa nya memang ada 
kekurangseimbangan antara proses analisa dan proses sintesa. Memang sudah 
terlalu banyak ANALISA yang KITA (baca: saya + bapak + semua yg lain) lakukan. 

Terserah sudut pandang yang kita pakai (sesuai dengan latar belakang dan 
rentang perspektif masing2), maka semua analisa tersebut saya fikir punya nilai 
dan manfaat sendiri-sendiri.

3. Kembali pada yang telah Bpk sampaikan pada penjelasan Bpk ini, maka kalau 
boleh saya mau usul "bagaimana kalau setelah ini diskusi kita" diarahkan untuk 
melakukan SINTESA dari semua masalah dan analisa nya.

Jika kita hanya terus menganalisa dan terjebak dlm "mempertentangkan" sudut 
pandang analisa, maka saya khawatir kita tidak akan maju2 dlm melangkah. 

Salam,
r.a 

Mari kita susun mozaiknya bersama agar mencapai gambar yang indah dan sesuai 
serta terbaik utk kita bersama,,pada masa kini,pada hari esok,.dan 
pada masa yang mendatang. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: "Dr.Saafroedin BAHAR" 
Date: Thu, 21 May 2009 00:30:31 -0700 (PDT)
To: 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)






Assalamualaikum w.w. Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Langsung saja, begini tanggapan saya.
 
1)  Tentang 'adat salingka nagari' . Memang menunjukkan heterogenitas 
Minangkabau sampai saat ini. Hanya ada satu kekurangannya, yaitu heterogenitas 
itu tidak -- atau belum -- dikaitkan dengan kebutuhan untuk mengadakan 
'networking', jejaring, kerjasama, yang juga merupakan suatu trend kuat pada 
zaman kini. Sebagai akibatnya, maka orang Minang tidak mampu menyusun tenaganya 
untuk bersaing dengan suku-suku bangsa lain, sangat mirip dengan orang Arab.
2) Saya setuju sekali kita harus membedakan antara adat dan perilaku masyarakat 
dalam adat. Namun perlu kita ingat, bahwa tentang adat itu sendiri ada empat 
macam adat [adat nan sabana adat;adat nan teradat;adat nan diadatkan; dan adat 
istiadat]. Yang jadi masalah adalah belum adanya kesepakatan tentang apa 
rincian setiap jenis adat ini. Tidak jarang terjadi adat yang teradat disangka 
sebagai adat nan sabana adat. Kan kacau jadinya.
Mengingat kompleksnya masalah Minangkabau ini, rasanya diperlukan kemampuan 
berfikir filsafati secara mendasar dan mendalam, baik untuk memahaminya maupun 
-- atau apalagi -- untuk mencari alternatif solusinya yang tepat untuk zaman 
ini. Berfikir secara parsial dan fragmentaris, seperti selama ini, hanya akan 
menyebabkan kita berputar-putar pada posisi yang sama.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, ricky avenzora  wrote:


From: ricky avenzora 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 12:43 PM







Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Tulisan Bapak ini sangat menggugah semangat saya,.pola tulisan yang ini 
terlihat sangat berbeda dengan pola tulisan Bpk yang lain yang selalu saya baca 
 selama hampir 4 bulan ini mengikuti RN. 
 
2. Tanpa bermaksud "manantang matoari" ataupun "manggarami lauik", maka saya 
mohon ijin untuk ikut berpandangan yang nampaknya mencari  titik-temu 
dengan esensi pandangan Bapak. Jika Bapak ijinkan, maka ada dua hal dari 
esensi tulisan Bpk ini yang ingin saya cari titik temunya, yaitu tentang 
bagaimana kita memaknai  "adat salingka nagari" dan tentang bagaimana kita 
sebaiknya membedakan "adat" dan "perilaku orang/masyarakat dalam melaksanakan 
adat" (dlm pola ba

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Rasanya ada beda yang agak besar antara teori dan filsafat. Teori termasuk 
dalam ranah ilmu, sering berkisar pada pengalaman dan data emperik, sedangkan 
filsafat termasuk ranah pemikiran spekulatif, dan pernah disebut sebagai mater 
scientarum, ibunya ilmu.
Menurut para pakarnya -- antara lain Prof Dr Franz Magnis-Suseno -- dalam 
filsafat kita mempertanyakan segala sesuatu, sampai pada causa prima, faktor 
penyebab yang paling dasar. 
Filsafat mengajar kita untuk berfikir secara mendasar, kritis, komprehensif, 
dan konsisten. Sewaktu saya menjadi mahasiswa tahun pertama di UGM tahun 1955 
-- jadi 54 tahun yang lalu -- profesor saya, Notonagoro, menunjuk tiga cabang 
filsafat yang harus kami pelajari, yaitu: logika, etika, dan estetika.Dalam 
tahun-tahun belakangan, saya membaca sendiri berbagai buku filsafat, yang 
lumayan banyak membantu saya dalam memahami gejolak dunia yang sungguh ruwet 
ini.
Memang ada masalah klasik tentang hubungan antara filsafat dan iman, dalam arti 
ada bidang-bidang kehidupan yang jangan sampai difilsafatkan, seperti enam 
rukun iman dan lima rukun Islam. Orang Kristen menyelesaikan masalah ini dengan 
rumusan credo ut intellegam, yang kira-kira berarti berimanlah terlebih dahulu, 
baru berusaha untuk mengerti.Memfilsafatkan iman bisa menyebabkan kita menjadi 
syirik, murtad, atau kafir. Naudzubillah min zalik. Namun untuk hal-hal di luar 
iman, Islam rasanya malah mendorong kita untuk berfikir.
Menurut penglihatan saya, dalam pengertian di atas, kita orang Minang belum 
terbiasa berfilsafat. Kita terbiasa berpepatah petitih, Saya sudah membaca buku 
Prof Mr Moh Nasrun yang berjudul 'Filsafat Minangkabau', dan agak repot saya 
mencari apa yang beliau maksudkan dengan 'filsafat Minangkabau' itu.
Dalam hubungan itulah, saya bisa faham mengapa Prof Dr Bahder Djohan (alm) 
pernah menyarankan agar di Sumbar ini didirikan sebuah fakultas filsafat, yang 
sampai sekarang belum juga terwujud. [Mungkin inilah salah satu sebab mengapa 
rumusan ABS SBK yang utuh tak kunjung selesai juga, karena mencari titik temu 
dari dua sistem nilai yang mempunyai paradigma yang sangat berbeda, sangat 
memerlukan kemampuan berfikir filsafati, karena tidak bisa diselesaikan hanya 
dengan kemahiran semantik belaka].
Saya bersyukur sewaktu mengetahui ada beberapa anak muda Minangkabau yang studi 
pada Fakultas Filsafat UGM di Yogyakarta. Mudah-mudahan mereka bersedia 
mencurahkan waktu dan pemikirannya untuk ikut membenahi kesimpang-siuran 
pemikiran kita, yang sudah berlangsung selama kl 206 tahun (1803-2009). Sekedar 
catatan, tahun 1803 adalah tahun pertama gerakan Paderi, yang mengeritik 
berbagai aspek adat Minangkabau pra-Islam.
Agak terlalu berat beban saya kalau Sanak meminta agar saya mengarahkan yang 
muda-muda, apalagi dalam bidang filsafat, karena saya sendiri juga masih sarat 
dengan banyak pertanyaan dengan keminangkabauan kita yang demikian sarat dengan 
paradox dan kontradiksi. 
Beban berat ini akan lebih tepat diemban oleh beberapa guru besar urang awak, 
yang sudah banyak menulis tentang Minangkabau, seperti Prof Dr Taufik Abdullah, 
Prof Dr Azyumardi Azra, Prof Dr Amri Marzali, dan Prof Dr Syafri Sairin, yang 
alamat email beliau-beliau saya cantumkan pada kolom cc di atas.
Menurut penglihatan saya, di Padang juga ada guru besar yang berminat kepada 
filsafat, yaitu Prof Dr Shofwan Karim dari Universitas Muhammadiyah.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/21/09, avenzor...@yahoo.com  wrote:


From: avenzor...@yahoo.com 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 21, 2009, 4:12 PM


Dear Pak Saaf Yang Mulia,

1. Terima kasih atas dorongan Bpk agar saya "mencoba" menulis buku. Insya ALLAH 
akan bisa terwujud. 

2. Benar Pak ttg aliran filsafat, memang banyak sekali aliran filsafat yg 
telah dituliskan orang sebagai TEORI. 
Namun demikian, saya fikir kita sama2 sepakat bhw TEORI FILSAFAT hanyalah jalan 
bagi kita utk MEMULAI belajar ttg berbagai filsafat. 

Ketika dlm belajar FILSAFAT seseorang TELAH SAMPAI ke ujung nya (terserah mau 
ujung yg mana yg dia capai sesuai dengan hidayah ALLAH pada dia),..berbagai 
aliran filsafat yang diperkenalkan pada dia saat baru belajar itu adalah sudah 
(dan harus) menjadi "LEBUR" dalam suatu KESIMPULAN yang BULAT. 

Jika belum bisa lebur, maka berarti kesimpulan nya belum bulat,dan jika 
belum bulat maka berarti dia belum sampai.

Saya yakin kita juga sepakat bhw BULAT nya suatu makna dan hakekat dlm suatu 
filsafat adalah bukan hanya berarti bisa mendudukan suatu perkara atas HAKEKAT 
KEJADIAN nya, tapi juga bisa mendudukan KEGUNAAN. dan MANFAAT nya pada hidup 
dan kehidupan serta kelanjutan hidup dan kehidupan manusia serta seisi alam 
semesta ini. 

3. Sadar akan hal tersebut di atas, dan menghargai segala kelebihan pengetahuan 
serta pengalaman yg Bpk 

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread ricky avenzora
Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Terima kasih atas penjelasan Bapak. Saya sepakat bhw kemahiran semantik 
adalah tidak cukup utk menyelesaikan banyak masalah yang ada dalam keragaman 
kita. Agar tidak ada bias semantik, maka tolong ijinkan saya untuk memakai pola 
bahasa lugas.
 
2. Barangkali Bpk kurang teliti dalam membaca tulisan saya. Mohon kiranya Bpk 
berkenan tulisan saya kembali.
 
3. Tidak ada masalah dengan label yang diberikan pada filsafat sebagai "ibunya 
ilmu". Itu adalah cara seorang guru (baca juga sebagai penulis) untuk menuntun 
akal muridnya (baca juga sebagai pembaca) belajar tentang esensi filsafat.
 
4. Tidak ada masalah pula tentang dikotomi filsafat logika, ...filsafat 
etika,..dan filsafat estetika,.itu hanya salah satu cara untuk membedakan 
dan mempermudah membahas filsafat dari suatu subjek dan/atau objek yang sedang 
dipelajari. Namun demikian, barangkali kita jangan lupa bahwa bukan hanya 3 itu 
aspek dan elemen kehidupan. 
 
5. Jika "anak" nya disebut berjenis "ilmu", maka sudah pasti bahwa "ibunya" pun 
berjenis ILMU. Untuk itu, barangkali perlu  kita ingat kembali bahwa telah 
ribuan tahun orang mempelajari yang namanya FILSAFAT ILMU. 
 
6. Apa yang saya posting terdahulu adalah pada tataran FILSAFAT 
ILMU,...sehingga memang sulit untuk dipahami dengan rujukan yang Bpk sebutkan.  
Dalam Filsafat Ilmu pasti kita bahas dimana dan bagaimana letak wisdom, 
empirical of daily practice dan teori, termasuk reciprocal dynamic nya. 
 
7. Menyimpulkan filsafat sebagai "ranah pemikiran spekulatif" hanyalah suatu 
(maaf) "kemalasan" sekelompok orang dalam mensitensa berbagai mozaik yang ada 
(jika tidak ingin dikatakan sebagai kekeliruan). 
 
8. Dalam banyak studi perbandingan agama, ...memang ada yang melarang utk 
memasukan IMAN sebagai subjek atau objek dari FILSAFAT. Tapi kenyataan yang ada 
hampir semua agama di dunia ini (tentunya termasuk ISLAM) mempunyai relung 
filsafatnya sendiri-sendiri,...dan bahkan tentang TUHAN yang mereka percayai. 
 
Sebagai contoh ekstrim, ...maka gaibnya ALLAH adalah salah satu subjek dan juga 
sekaligus objek dalam filsafat Islam. So, masak filsafat iman menjadi terlarang 
sich Pak?
 
9. Saya ingin jujur mengatakan bahwa saya sangat terkejut ketika Bpk cc kan 
reply Bpk pada beliau-beliau tersebut. Saya fikir hal tersebut adalah diluar 
batas kebiasaan umum. 
 
Atas hal itu, maka pada awalnya saya adalah menjadi kehilangan semangat untuk 
melanjutkan diskusi ini. Namun demikian, reply ini tetap saya tulis untuk 
menghargai para anggota majelis yang barangkali "tertarik" atas materi diskusi 
kita ini. 
 
Atas semua itu, maka mohon ijinkan saya untuk menjadikan tulisan ini 
sebagai tulisan penutup saya dalam diskusi kita ini.  Apapun tanggapan Bpk atas 
tulisan saya ini akan tetap saya baca dan saya HARGAI,... tetapi saya MOHON 
MAAF tidak akan saya reply lagi. 
 
Dalam konteks esensi diskusi, saya fikir kita sudah sama-sama bisa melihat 
dengan jelas"posisi berdiri" kita masing-masing, dan juga letak titik tempat 
kita berdiri tersebut. 
 
10. Mohon maaf atas kesalahan pilihan kata dan kalimat serta hal yang membuat 
Bpk tidak berkenan. 
 
Salam,
r.a.
L, 45, Jkt. 


--- On Thu, 5/21/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote:


From: Dr.Saafroedin BAHAR 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: "Prof Dr Taufik ABDULLAH" , "Prof. Dr 
Azyumardi AZRA" , "Prof Dr Amri MARZALI" 
, "Syafri SAIRIN" , "Prof Dr. Shofwan 
KARIM" 
Date: Thursday, May 21, 2009, 7:15 PM





Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Rasanya ada beda yang agak besar antara teori dan filsafat. Teori termasuk 
dalam ranah ilmu, sering berkisar pada pengalaman dan data emperik, sedangkan 
filsafat termasuk ranah pemikiran spekulatif, dan pernah disebut sebagai mater 
scientarum, ibunya ilmu.
Menurut para pakarnya -- antara lain Prof Dr Franz Magnis-Suseno -- dalam 
filsafat kita mempertanyakan segala sesuatu, sampai pada causa prima, faktor 
penyebab yang paling dasar. 
Filsafat mengajar kita untuk berfikir secara mendasar, kritis, komprehensif, 
dan konsisten. Sewaktu saya menjadi mahasiswa tahun pertama di UGM tahun 1955 
-- jadi 54 tahun yang lalu -- profesor saya, Notonagoro, menunjuk tiga cabang 
filsafat yang harus kami pelajari, yaitu: logika, etika, dan estetika.Dalam 
tahun-tahun belakangan, saya membaca sendiri berbagai buku filsafat, yang 
lumayan banyak membantu saya dalam memahami gejolak dunia yang sungguh ruwet 
ini.
Memang ada masalah klasik tentang hubungan antara filsafat dan iman, dalam arti 
ada bidang-bidang kehidupan yang jangan sampai difilsafatkan, seperti enam 
rukun iman dan lima rukun Islam. Orang Kristen menyelesaikan masalah ini dengan 
rumusan credo ut intellegam, yang kira-kira berarti berimanlah terlebih dahulu, 
baru berusaha untuk mengerti.Memfilsafatkan iman bisa me

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)

2009-05-21 Thread Dr.Saafroedin BAHAR
Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Ringkas saja, saya setuju untuk menutup wacana ini. Mari kita ber-'fastabiqul 
khairaat' saja. dalam bidang yang kita tekuni masing-masing.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 


--- On Fri, 5/22/09, ricky avenzora  wrote:


From: ricky avenzora 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Friday, May 22, 2009, 2:12 AM







Dear Pak Saaf Yang Mulia,
 
1. Terima kasih atas penjelasan Bapak. Saya sepakat bhw kemahiran semantik 
adalah tidak cukup utk menyelesaikan banyak masalah yang ada dalam keragaman 
kita. Agar tidak ada bias semantik, maka tolong ijinkan saya untuk memakai pola 
bahasa lugas.
 
2. Barangkali Bpk kurang teliti dalam membaca tulisan saya. Mohon kiranya Bpk 
berkenan tulisan saya kembali.
 
3. Tidak ada masalah dengan label yang diberikan pada filsafat sebagai "ibunya 
ilmu". Itu adalah cara seorang guru (baca juga sebagai penulis) untuk menuntun 
akal muridnya (baca juga sebagai pembaca) belajar tentang esensi filsafat.
 
4. Tidak ada masalah pula tentang dikotomi filsafat logika, ...filsafat 
etika,..dan filsafat estetika,.itu hanya salah satu cara untuk membedakan 
dan mempermudah membahas filsafat dari suatu subjek dan/atau objek yang sedang 
dipelajari. Namun demikian, barangkali kita jangan lupa bahwa bukan hanya 3 itu 
aspek dan elemen kehidupan. 
 
5. Jika "anak" nya disebut berjenis "ilmu", maka sudah pasti bahwa "ibunya" pun 
berjenis ILMU. Untuk itu, barangkali perlu  kita ingat kembali bahwa telah 
ribuan tahun orang mempelajari yang namanya FILSAFAT ILMU. 
 
6. Apa yang saya posting terdahulu adalah pada tataran FILSAFAT 
ILMU,...sehingga memang sulit untuk dipahami dengan rujukan yang Bpk sebutkan.  
Dalam Filsafat Ilmu pasti kita bahas dimana dan bagaimana letak wisdom, 
empirical of daily practice dan teori, termasuk reciprocal dynamic nya. 
 
7. Menyimpulkan filsafat sebagai "ranah pemikiran spekulatif" hanyalah suatu 
(maaf) "kemalasan" sekelompok orang dalam mensitensa berbagai mozaik yang ada 
(jika tidak ingin dikatakan sebagai kekeliruan). 
 
8. Dalam banyak studi perbandingan agama, ...memang ada yang melarang utk 
memasukan IMAN sebagai subjek atau objek dari FILSAFAT. Tapi kenyataan yang ada 
hampir semua agama di dunia ini (tentunya termasuk ISLAM) mempunyai relung 
filsafatnya sendiri-sendiri,...dan bahkan tentang TUHAN yang mereka percayai. 
 
Sebagai contoh ekstrim, ...maka gaibnya ALLAH adalah salah satu subjek dan juga 
sekaligus objek dalam filsafat Islam. So, masak filsafat iman menjadi terlarang 
sich Pak?
 
9. Saya ingin jujur mengatakan bahwa saya sangat terkejut ketika Bpk cc kan 
reply Bpk pada beliau-beliau tersebut. Saya fikir hal tersebut adalah diluar 
batas kebiasaan umum. 
 
Atas hal itu, maka pada awalnya saya adalah menjadi kehilangan semangat untuk 
melanjutkan diskusi ini. Namun demikian, reply ini tetap saya tulis untuk 
menghargai para anggota majelis yang barangkali "tertarik" atas materi diskusi 
kita ini. 
 
Atas semua itu, maka mohon ijinkan saya untuk menjadikan tulisan ini 
sebagai tulisan penutup saya dalam diskusi kita ini.  Apapun tanggapan Bpk atas 
tulisan saya ini akan tetap saya baca dan saya HARGAI,... tetapi saya MOHON 
MAAF tidak akan saya reply lagi. 
 
Dalam konteks esensi diskusi, saya fikir kita sudah sama-sama bisa melihat 
dengan jelas"posisi berdiri" kita masing-masing, dan juga letak titik tempat 
kita berdiri tersebut. 
 
10. Mohon maaf atas kesalahan pilihan kata dan kalimat serta hal yang membuat 
Bpk tidak berkenan. 
 
Salam,
r.a.
L, 45, Jkt. 


--- On Thu, 5/21/09, Dr.Saafroedin BAHAR  wrote:


From: Dr.Saafroedin BAHAR 
Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: "Prof Dr Taufik ABDULLAH" , "Prof. Dr 
Azyumardi AZRA" , "Prof Dr Amri MARZALI" 
, "Syafri SAIRIN" , "Prof Dr. Shofwan 
KARIM" 
Date: Thursday, May 21, 2009, 7:15 PM 





Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Rasanya ada beda yang agak besar antara teori dan filsafat. Teori termasuk 
dalam ranah ilmu, sering berkisar pada pengalaman dan data emperik, sedangkan 
filsafat termasuk ranah pemikiran spekulatif, dan pernah disebut sebagai mater 
scientarum, ibunya ilmu.
Menurut para pakarnya -- antara lain Prof Dr Franz Magnis-Suseno -- dalam 
filsafat kita mempertanyakan segala sesuatu, sampai pada causa prima, faktor 
penyebab yang paling dasar. 
Filsafat mengajar kita untuk berfikir secara mendasar, kritis, komprehensif, 
dan konsisten. Sewaktu saya menjadi mahasiswa tahun pertama di UGM tahun 1955 
-- jadi 54 tahun yang lalu -- profesor saya, Notonagoro, menunjuk tiga cabang 
filsafat yang harus kami pelajari, yaitu: logika, etika, dan estetika.Dalam 
tahun-tahun belakangan, saya membaca sendiri berbagai buku filsafat, yang 
lumay

[...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS) ===> Topik ko memang elok di close

2009-05-21 Thread mulyadi
Sabalun balanjuik panjang, memang rancak topik diskusi ko ditutuik sangan iko 
dulu.

Judul indak samo lai jo apo nan didiskusikan, kasihan Pak GF nan batambah jo 
PLUS tu taruih lengket manjadi Topik diskusi ko

Wassalam,
HM Dt.MB (52+)
ditapi sungai musi
  - Original Message - 
  From: Dr.Saafroedin BAHAR 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Friday, May 22, 2009 3:00 AM
  Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)


Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta,
Ringkas saja, saya setuju untuk menutup wacana ini. Mari kita 
ber-'fastabiqul khairaat' saja. dalam bidang yang kita tekuni masing-masing.

Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta) 



--- On Fri, 5/22/09, ricky avenzora  wrote:


  From: ricky avenzora 
  Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS)
  To: RantauNet@googlegroups.com
  Date: Friday, May 22, 2009, 2:12 AM


Dear Pak Saaf Yang Mulia,

1. Terima kasih atas penjelasan Bapak. Saya sepakat bhw 
kemahiran semantik adalah tidak cukup utk menyelesaikan banyak masalah yang ada 
dalam keragaman kita. Agar tidak ada bias semantik, maka tolong ijinkan saya 
untuk memakai pola bahasa lugas.

2. Barangkali Bpk kurang teliti dalam membaca tulisan saya. 
Mohon kiranya Bpk berkenan tulisan saya kembali.

=> dikuduang disiko ... 
   
 
--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~--~~~~--~~--~--~---