[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Waduh!!! jangan sungkan-sungkan Pak Chodjim , justru dengan memanggil nama tanpa embel2 kan terasa lebih mesra;) Terima kasih atas informasinya, kebetulan kalau soal bahasa arab saya memang tidak banyak mengerti, tapi ada beberapa perbedaan pemahaman kira-kira menurut Pak Chodjim bagaimana nih... Pertama Qs.4:1 berbicara mengenai relasi hubungan suami istri dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kemudian pada Qs.4:2 juga berbicara mengenai anak yatim yang telah baliq atau memenuhi syarat untuk menikah. dan Qs.4:3 mengenao menikahi perempuan yatim yang telah baliq (merujuk kepada Qs.4:2). Kalau dilihat pada saat itu juga pasti banyak perempuan sudah baliq tapi yatim, biasanya dalam budaya arab yang menentukan mahar adalah pihak keluarga terutama walinya yaitu ayahnya.Dan biasanya pengelola dari mahar itu sendiri adalah wali/ayahnya dari pihak keluarga istri, jika tidak ada maka sang suami bisa mengambil alih pengolahan mahar (maha biasanya berupa binatang ternak, dan barang berhaga lainya). Dan hal inilah yang banyak disalah gunakan atau adanya pelanggaran2 dalam hal ini. Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kali ini saya ikut nimbrung pada Chae. Harap maklum kalau saya manggil yang lain "mbak" tapi pada Chae cuma nama saja. Maklum ya neng, karena dari awal saya kikuk kalau panggil "teh".. :) > > Saya nimbrung, bukan untuk protes terhadap Chae tapi sekadar memberikan tambahan penjelasan. > > Pertama, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami. Dengan arti "bukan ayat yang membahas poligami". Ayat itu sebenarnya berkaitan dengan "anak yatim" yang dinyatakan pada 4:2. Definisi anak yatim ialah anak yang belum baligh yang ditinggal mati oleh ayahnya. Ini harus dipahami oleh semua pembaca Alquran agar tidak bias pengertiannya. > > Ayat itu juga tidak ada urusannya dengan "menikahi anak yatim", karena tidak lazim bagi perempuan Arab waktu itu nikah sebelum balig. Ingat, jika ada saran Nabi untuk memiliki banyak anak waktu itu, hal ini menunjukkan bahwa yang harus dinikahi adalah perempuan yang sudah balig, dan berarti bukan yatim lagi! > > Sedangkan yang diperintah untuk dinikahi itu adalah nisa' alias perempuan dewasa. Jadi, yang dinikahi itu bukan "anak yatim" tapi perempuan dewasa! Untuk jelasnya, bacalah ayatnya di bawah ini. > > QS 4:3, Wa in khiftum allaa tuqsituu fii al-yataamaa fankihuu maa thaaba lakum min al-nisaai matsnaa wa tsulaatsa wa rubaa'a; fa in khiftum allaa ta'diluu fa waahidah aw malakat aymaanukum dzaalika adnaa allaa ta-'uuluu. > > Dan, jika kamu takut tidak dapat berlaku "qist" terhadap anak-anak yatim, maka nikahilah perempuan dewasa yang punya anak yatim --dua-dua, tiga-tiga, empat-empat-- maka apabila kamu takut tidak bisa berlaku adil, nikahlah satu saja atau nikah dengan budakmu, itulah yang lebih dekat agar kamu tidak aniaya. > > Dalam terjemahan Indonesia, kata "qist" dan "adil" diterjemahkan sama. Ini kesalahan besar! Nah, perlu diketahui bahwa ayat tersebut diwahyukan setelah perang Uhud yang meninggalkan banyak janda yang punya anak yatim. Adat pada waktu itu mewajibkan adanya perwalian oleh mereka yang masih hidup setelah perang. Misalnya, A dan B kenal baik dan ikut perang Uhud. Lalu, A gugur, maka B menyatakan kepada istri A bahwa ia sekarang menjadi wali yang mengurus harta peninggalan A. Tapi, kenyataannya banyak yang mismanajemen, banyak wali yang makan harta anak yatim itu secara berlebihan. Banyak walinya yang tidak berlaku "qist", artinya pemakaian hartanya tidak proporsional. Jadi, bukan kata "adil" yang diwahyukan. > > Sebagai solusi, para wali itu disarankan untuk menikahi ibunya (ya ibu anak yatim itu). Maka kalimatnya "fankihuu maa thaaba lakum min al-nisaa'". Perhatikan bahwa yang dinikahi itu adalah "maa thaaba" dan "bukan man thaaba". Kalau redaksinya "man thaaba", itu artinya siapa pun wanita, tidak peduli punya anak yatim, janda kembang atau gadis. Lha, karena redaksinya itu "maa thaaba", maka yang dinikahi itu ialah para wanita janda yang punya anak yatim. > > Jadi, perintah menikahi janda yang punya anak yatim itu terkait dengan "penggunaan harta peninggalan suami yang gugur". Makanya, ada perintah menikahi budak saja bilamana tak sanggup berbuat keadilan yang menyangkut ibu dan anaknya. > > Dan, yang penting, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami sebagaimana yang dilakukan sekarang ini, yang merambah "man thaaba" dan bukan "maa thaaba". Inilah yang tidak benar! Kalau mau poligami, wajib mempoligami janda yang punya anak yatim! > > Ini kita belum membahas yang matsna, tsulaatsa dan rubaa'a,lho :) > > Wassalam, > chodjim > > > > > -Original Message- > From: wanita-musl
RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Kali ini saya ikut nimbrung pada Chae. Harap maklum kalau saya manggil yang lain "mbak" tapi pada Chae cuma nama saja. Maklum ya neng, karena dari awal saya kikuk kalau panggil "teh".. :) Saya nimbrung, bukan untuk protes terhadap Chae tapi sekadar memberikan tambahan penjelasan. Pertama, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami. Dengan arti "bukan ayat yang membahas poligami". Ayat itu sebenarnya berkaitan dengan "anak yatim" yang dinyatakan pada 4:2. Definisi anak yatim ialah anak yang belum baligh yang ditinggal mati oleh ayahnya. Ini harus dipahami oleh semua pembaca Alquran agar tidak bias pengertiannya. Ayat itu juga tidak ada urusannya dengan "menikahi anak yatim", karena tidak lazim bagi perempuan Arab waktu itu nikah sebelum balig. Ingat, jika ada saran Nabi untuk memiliki banyak anak waktu itu, hal ini menunjukkan bahwa yang harus dinikahi adalah perempuan yang sudah balig, dan berarti bukan yatim lagi! Sedangkan yang diperintah untuk dinikahi itu adalah nisa' alias perempuan dewasa. Jadi, yang dinikahi itu bukan "anak yatim" tapi perempuan dewasa! Untuk jelasnya, bacalah ayatnya di bawah ini. QS 4:3, Wa in khiftum allaa tuqsituu fii al-yataamaa fankihuu maa thaaba lakum min al-nisaai matsnaa wa tsulaatsa wa rubaa'a; fa in khiftum allaa ta'diluu fa waahidah aw malakat aymaanukum dzaalika adnaa allaa ta-'uuluu. Dan, jika kamu takut tidak dapat berlaku "qist" terhadap anak-anak yatim, maka nikahilah perempuan dewasa yang punya anak yatim --dua-dua, tiga-tiga, empat-empat-- maka apabila kamu takut tidak bisa berlaku adil, nikahlah satu saja atau nikah dengan budakmu, itulah yang lebih dekat agar kamu tidak aniaya. Dalam terjemahan Indonesia, kata "qist" dan "adil" diterjemahkan sama. Ini kesalahan besar! Nah, perlu diketahui bahwa ayat tersebut diwahyukan setelah perang Uhud yang meninggalkan banyak janda yang punya anak yatim. Adat pada waktu itu mewajibkan adanya perwalian oleh mereka yang masih hidup setelah perang. Misalnya, A dan B kenal baik dan ikut perang Uhud. Lalu, A gugur, maka B menyatakan kepada istri A bahwa ia sekarang menjadi wali yang mengurus harta peninggalan A. Tapi, kenyataannya banyak yang mismanajemen, banyak wali yang makan harta anak yatim itu secara berlebihan. Banyak walinya yang tidak berlaku "qist", artinya pemakaian hartanya tidak proporsional. Jadi, bukan kata "adil" yang diwahyukan. Sebagai solusi, para wali itu disarankan untuk menikahi ibunya (ya ibu anak yatim itu). Maka kalimatnya "fankihuu maa thaaba lakum min al-nisaa'". Perhatikan bahwa yang dinikahi itu adalah "maa thaaba" dan "bukan man thaaba". Kalau redaksinya "man thaaba", itu artinya siapa pun wanita, tidak peduli punya anak yatim, janda kembang atau gadis. Lha, karena redaksinya itu "maa thaaba", maka yang dinikahi itu ialah para wanita janda yang punya anak yatim. Jadi, perintah menikahi janda yang punya anak yatim itu terkait dengan "penggunaan harta peninggalan suami yang gugur". Makanya, ada perintah menikahi budak saja bilamana tak sanggup berbuat keadilan yang menyangkut ibu dan anaknya. Dan, yang penting, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami sebagaimana yang dilakukan sekarang ini, yang merambah "man thaaba" dan bukan "maa thaaba". Inilah yang tidak benar! Kalau mau poligami, wajib mempoligami janda yang punya anak yatim! Ini kita belum membahas yang matsna, tsulaatsa dan rubaa'a,lho :) Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae Sent: Monday, December 12, 2005 1:14 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan Qs.4:3 justru disana tegaskan dasar atau prinsip yang harus melandasi perkawinan yaitu keadilan baik itu pada bentuk monogami maupun poligami. Bentuk poligami bisa menjadi haram jika ternyata tidak dilandasi keadilan.."Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga, atau empat. Disini Qur'an mengkritisi bentuk perkawinan monogami yang mungkin tidak akan bisa dilandasi dengan keadilan Lanjutnya.." Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,.." Disini Qur'an mengkritisi bentuk poligami yang mungkin tidak akan bisa di landasasi dengan keadilan. Dan kemudian.."maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. 4:3) Saya tertarik dengan pernyataanya Pak Aman, dimana disebutkan kata "jika kamu takut" kalau menurut
RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
cerai poligami udah menjadi suratan (sunatullah) perdebatan kita soal poligami, monogami, poliandri sam pai cerai tidak ada hentinya dan ini terus dilakukan manusia-manusia yang memeiliki berbagai sifat-sifat yang ada didalam diri manusia. hampir semua kitab melarang soal perbuatan ini, tapi manusia lebih memilih melanggar dari aturan ini dari raja zaman dahulu sampai dunia modern masih saja berlaku, mungkin ini udah menjadi sunatullah manusia. kadang kita berpikir bagaimana mengurangi dampak ini ( kalau dihilang tidak mungkin) dengan menggunakan aturan hukum ilahi dan hukum manusia tidak membuat jera manusia. ya solusi bagaimana mengurang dampak ini. hampir setiap hari kita di suguh tontonan infotemen soal cerai berai, dan kita hanya menggeleng kadang kita mangkel dengan watak manusia. mungkin itu yang terjadi kita menunggu siapa lagi untuk mengatasi karena kita yang melakukan dan kita sulit mengatasinya hehehe [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau kita ingat lagu "nenek-moyangku orang pelaut", itu menunjukkan bahwa budaya pernikahan masyarakat Nusantara (nama Indonesia belum ada) itu MONOGAM. Makanya, pada masa sebelum masuknya agama Islam ke Nusantara wanita amat mendapatkan tempat sebagai penguasa harta benda. Jangan heran bila pada waktu yang lalu dikenal Nyai Ageng Wonokromo, Nyai Ageng Serang, Nyai Ageng Tuban, Nyai Ageng Semarang, Nyai Ageng Manila, Nyai Ageng Gresik (yang mengasuh Sunan Giri), dan banyak lagi nyai ageng. Laki-laki bekerja di laut untuk mencari ikan, menambang mutiara, dan berdagang. Makanya, jangan heran bila di Candi borobudur yang sudah berdiri di abad ke-6 itu ada lukisan kapal besar. Negara-negara daratan seperti Cina, India, dan Timur Tengah, maupun Eropa itu tidak menguasai laut. Orang-orang ini dengan gagahnya menguasai lautan, dan mempersembahkan hasilnya ke nyai agengnya. Laki-laki tidak berani melakukan poligini! Bagaimana dengan raja-raja? Sama saja! Lihatlah Raja Airlangga hanya beristri 2. Ken Arok ketika menjadi raja juga hanya punya istri Ken Dedes dan Ken Umang. Itu pun menimbulkan perselisihan yang bisa meruntuhkan negara. Raja-raja majapahit sebelum kedatangan agama Islam juga paling banyak beristri dua, satu permaisuri dan satu selir. Ketika Islam masuk, karena ada keinginan masuk di wilayah istana, maka anggota keluarga para wali malah diajukan untuk menjadi istri raja-raja Jawa yang notabene belum Islam. Dan, gilanya, setelah kerajaan berubah menjadi kerajaan Islam, para raja malah punya selir hingga ratusan. Khalifah-khalifah Turki memiliki hingga ribuan selir, dan selir yang sudah distempel tak berguna ditenggelamkan di laut. Ini terjadi hingga abad ke 18-19. Silakan baca "menjelajah Dunia Islam" yang ditulis oleh S. Ahmad. "Rupanya", yang menarik raja Jawa untuk memeluk Islam ialah legalnya banyak selir... :) Pernahkah kita membaca penjelasan Raja Aceh terakhir (sebelum Indonesia merdeka)? Menurut ex-Raja tersebut, Belanda senantiasa mengganti perempuan Eropa semingu sekali sebagai selirnya, bahkan selalu perawan. Akhirnya, hal-hal yang terjadi di Aceh tak diketahuinya lagi. Nah, rupanya penjelasan Tuhan di Alquran bahwa dunia itu kesenangan yang memperdaya tidak digubris lagi, dan banyak elit agama yang memilih hedonisme dalam syahwat. Bagi laki-laki, syahwat memang berat! Tapi itulah tantangannya Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Lina Dahlan Sent: Friday, December 09, 2005 9:44 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anakn
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mba Lina:) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kan kita lagi bicara poligami (bukan banyak kasus). Sulit mengukur > keadilan hati pada poligami. Gak mungkin ada kesetaraan dalam hati. > Kriminalitas kah? Chae:loh Mba ini gimana toh;) kan dalam banyak kasus itu kita bicara poligami?? maksud ku begini Mba, mau monogami atau poligami ketika semua pihak yang terkait mempunyai kedudukan setara maka keadilan akan terwujud. Makanya jika poligami hasil dari kesepakatan maka ada kesetaraan dan kesetaraan melahirkan keadilan. misalnya, bagi perempuan arab diawal pernikahan mereka sudah menyepakati bentuk perkawinan poligami, Mba Lina ..aku pernah cerita teman kantorku di lamar cowo arab dan ketika ditanya teman ku ..apakah cowo arab itu akan berpoligami dan di jawab iya karena itu sudah menjadi keharusan dalam keluarganya (musti 4 istri;) dan akhirnya temenku enggak menerima lamaran cowo arab tsb. Sekarang yang ditanya'in sama Mba Lina adalah keadilan dalam hati??, kalau menurut ku sih Perasaan sayang/cinta itu anugrah (QS. 30:21) jadinya masalah hati ini dalam konteks kadar cinta suami kepada istri-istrinya ini diluar kontrol manusia. Lalu bagaimana kita berbuat pada sesuatu yang diluar otoritas kita? nabi Muhammad saw pun dalam rasa cinta lebih mencintai Siti Aisyah di antara istri-istrinya yang lain sehingga Ummu Salamah yang telah berusia lebih tua memberikan waktu bagianya untuk Aisyah sebagai bukti kasih sayang kepada Nabi karena beliau pun telah menerima bentuk kasih sayang yang sama dari Nabi. Mba Lina , kalau menurut saya hati manusia itu bukan terbuat dari batu pada dasarnya bisa berkompromi apalagi perempuan yang katanya komunis:) > Hubungan keadilan n kesetaraan dengan nilai kultur budaya, itu > betul. Saya jadi teringat kisah mbak Nisa tentang wanita arab yang > bersedia dipoligami karena terbiasa dengan budaya spt itu dan > dibandingkan dgn budaya di Indonesia ini. He..he..gimana kalo kita > budaya-in mbak biar jadi terbiasa. Kita menjadi pemberontak utk > merubah budayaha..ha...kata He-man pemberontak itu sexy. > > Kalo hal tsb bisa menjadi budaya disini, pasti gaka da deh cerita > kriminalitas istri memotong kemaluan suami:-) > wah..ngelantuur deh! Chae: ha..ha..ha.. loh kita kok sehati sih???;) kalau hayalan ku sih gimana kalau para cowo disini bisa menerima budaya poliandry hm feel like heaven kali yaa oh I wish my dream come true hi..hi..hi..;) Tapi masalahnya manusia itu punya tugas/kewajiban/amanah untuk menjadi khalifah dan kita terus-menerus berevolusi untuk menjadi lebih baik lagi kedepanya..untuk itu kita terus belajar memilih dan memilih demi kebaikan dan kemaslahatan semua makhluk di muka bumi. Seperti pada Qs.35:39 disebutkan bahwa kita ini khalifah dan jika kita memilih kerusakan atau hal-hal yang membawa kerusakan maka itulah kekafiran. Jadi sementara ini impian ku di simpan dulu kali aja...;) > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada > banyak > > kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu > > keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas). > > > > Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2 > > budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu. > > > > Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;) > > > > Chae > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan > sangat > > > sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. > Sedang > > > keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada > hukum- > > > hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal > > > masalah keadilan hati. > > > > > > Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang > ini > > > semua. > > > > > > Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan > > > kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:- > ). > > > Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan > > > bersamaan. > > > > > > wassalam, > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > > > > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, > tinggal "hitung2an" > > > > > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > > > > > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. > > > Korban > > > > > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa > ikhlas, > > > > > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! > > > sapa > > > > > sudi? > > > > > > > > > > > > > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki > atau > > > > kepentingan laki
RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Kalau kita ingat lagu "nenek-moyangku orang pelaut", itu menunjukkan bahwa budaya pernikahan masyarakat Nusantara (nama Indonesia belum ada) itu MONOGAM. Makanya, pada masa sebelum masuknya agama Islam ke Nusantara wanita amat mendapatkan tempat sebagai penguasa harta benda. Jangan heran bila pada waktu yang lalu dikenal Nyai Ageng Wonokromo, Nyai Ageng Serang, Nyai Ageng Tuban, Nyai Ageng Semarang, Nyai Ageng Manila, Nyai Ageng Gresik (yang mengasuh Sunan Giri), dan banyak lagi nyai ageng. Laki-laki bekerja di laut untuk mencari ikan, menambang mutiara, dan berdagang. Makanya, jangan heran bila di Candi borobudur yang sudah berdiri di abad ke-6 itu ada lukisan kapal besar. Negara-negara daratan seperti Cina, India, dan Timur Tengah, maupun Eropa itu tidak menguasai laut. Orang-orang ini dengan gagahnya menguasai lautan, dan mempersembahkan hasilnya ke nyai agengnya. Laki-laki tidak berani melakukan poligini! Bagaimana dengan raja-raja? Sama saja! Lihatlah Raja Airlangga hanya beristri 2. Ken Arok ketika menjadi raja juga hanya punya istri Ken Dedes dan Ken Umang. Itu pun menimbulkan perselisihan yang bisa meruntuhkan negara. Raja-raja majapahit sebelum kedatangan agama Islam juga paling banyak beristri dua, satu permaisuri dan satu selir. Ketika Islam masuk, karena ada keinginan masuk di wilayah istana, maka anggota keluarga para wali malah diajukan untuk menjadi istri raja-raja Jawa yang notabene belum Islam. Dan, gilanya, setelah kerajaan berubah menjadi kerajaan Islam, para raja malah punya selir hingga ratusan. Khalifah-khalifah Turki memiliki hingga ribuan selir, dan selir yang sudah distempel tak berguna ditenggelamkan di laut. Ini terjadi hingga abad ke 18-19. Silakan baca "menjelajah Dunia Islam" yang ditulis oleh S. Ahmad. "Rupanya", yang menarik raja Jawa untuk memeluk Islam ialah legalnya banyak selir... :) Pernahkah kita membaca penjelasan Raja Aceh terakhir (sebelum Indonesia merdeka)? Menurut ex-Raja tersebut, Belanda senantiasa mengganti perempuan Eropa semingu sekali sebagai selirnya, bahkan selalu perawan. Akhirnya, hal-hal yang terjadi di Aceh tak diketahuinya lagi. Nah, rupanya penjelasan Tuhan di Alquran bahwa dunia itu kesenangan yang memperdaya tidak digubris lagi, dan banyak elit agama yang memilih hedonisme dalam syahwat. Bagi laki-laki, syahwat memang berat! Tapi itulah tantangannya Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Lina Dahlan Sent: Friday, December 09, 2005 9:44 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu. Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah menikah lagi diam-diam. Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih baik buat anaknya kemudian? Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami. Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami? Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? Pada
RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Ya..., dalam pengajian-pengajian yang saya asuh saya tekankan bahwa keadilan itu bisa tercapai bila semua anggotanya --tak peduli gender atau pangkat-- berada dalam kesetaraan di Hadapan Tuhan atau di muka hukum. Yang berat itu memang perjuangan menegakkan kesetaraan. Benar adanya QS 33:35 bahwa laki-laki dan perempuan menurut Alquran itu harus --sekali lagi, harus-- setara dalam segala posisi maupun tatanan sosial. Malah dalam ayat itu dibuat hirarki bahwa posisi terendah itu ialah muslimiina wa muslimaati, sedangkan posisi yang tertinggi dimiliki zaakiriina wa zaakiraati. Anehnya, umat Islam sekarang ini lebih memilih posisi yang terendah muslimiina wa muslimaati, dan ini pun lebih difokuskan pada "muslimuun", orang muslim laki-laki :) Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae Sent: Monday, December 12, 2005 5:24 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada banyak kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas). Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2 budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu. Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;) Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat > sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang > keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum- > hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal > masalah keadilan hati. > > Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini > semua. > > Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan > kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). > Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan > bersamaan. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" > > > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > > > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. > Korban > > > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, > > > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! > sapa > > > sudi? > > > > > > > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau > > kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk > > sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama > > dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak > > menentukan sama sekali:) > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Kan kita lagi bicara poligami (bukan banyak kasus). Sulit mengukur keadilan hati pada poligami. Gak mungkin ada kesetaraan dalam hati. Kriminalitas kah? Hubungan keadilan n kesetaraan dengan nilai kultur budaya, itu betul. Saya jadi teringat kisah mbak Nisa tentang wanita arab yang bersedia dipoligami karena terbiasa dengan budaya spt itu dan dibandingkan dgn budaya di Indonesia ini. He..he..gimana kalo kita budaya-in mbak biar jadi terbiasa. Kita menjadi pemberontak utk merubah budayaha..ha...kata He-man pemberontak itu sexy. Kalo hal tsb bisa menjadi budaya disini, pasti gaka da deh cerita kriminalitas istri memotong kemaluan suami:-) wah..ngelantuur deh! wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada banyak > kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu > keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas). > > Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2 > budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu. > > Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;) > > Chae > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat > > sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang > > keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum- > > hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal > > masalah keadilan hati. > > > > Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini > > semua. > > > > Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan > > kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:- ). > > Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan > > bersamaan. > > > > wassalam, > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > > > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" > > > > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > > > > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. > > Korban > > > > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, > > > > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! > > sapa > > > > sudi? > > > > > > > > > > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau > > > kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk > > > sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama > > > dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak > > > menentukan sama sekali:) > > > > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami
My dearest mba Lina ...hihihi TTM? ..:-) boleh gitu teman tapi mesranya sesama pere? ..:-) Banyak temen yang curhat (padahal bukan psikolog), ternyata pernikahan itu tidak selalu indah (w .. bisa dimarahin bang Yos yang ngotot orang2 harus cepet2 nikah ...:-) Karena saya di luar pasangan itu (mereka yang ngalami kan kadang2 tidak obyektif lagi, itu yang menurut mba Mia & mba Herni - kudu harus mesti mikir out of the box ..:-) Jadi kelihatannya yang berantem mulu lalu mau cerai atau berantem mulu, terus ketemu yang lebih cucoksss sehingga ingin hidup dengan orang yang baru ini, tapi ada laki2 yang jantan berterus terang tentang cintanya yang sudah mati ke istrinya dan ada cinta lainnya sehingga dia nawarin "dik, mau dimadu atau cerai saja atau apa maunya adik?" - tapi karena berbagai sebab, ada juga yang tidak berani berterus terang - tetep berantem dengan istrinya juga mulai bikin 'cabang baru'. Kata ustadz di tipi mah ketika ada tanya jawab (interaktif) untuk kasus yang serupa dengan teman mba Lina, hadapi masalah bukan lari dari masalah dan bikin masalah baru - akhirnya hidup semakin ruwet karena masalah jadi bercabang banyak gitu. Teru .. kalau saya perhatikan, kelihatannya masalah itu timbul (bukan hanya masalah cinta atau masalah suami istri seperti yang mba Lina ceritakan) tapi banyak masalah timbul karena komunikasi buruk, jadi yang harus dibenerin mungkin kesediaan masing2 untuk berkomunikasi ya, gampang sih nasihatin - tapi memang komunikasi itu sesuatu yang sulit, kadang2 memang kita udah keburu males duluan, begitu komunikasi tulalit - bukannya ngebenerin atau cari tahu tulalitnya karena apa, tapi udah aja dicuekin tapi gak selesai. hal lainnya, mungkin temennya mba Lina ini juga harus merenung, dia itu mau kemana? apa yang dia tuju dalam hidupnya? kalau udah tahu tujuannya maka dia bisa merenung juga bagaimana cara ngisi kehidupannya - misal, dia ingin keluarga sakinah mawadah wa rohmah - bayangannya suami istri dan anak2 yang hidup tentram dipenuhi kasih sayang. Nah dia bisa menilai, apakah dia bisa merealisir keinginannya dengan istrinya itu? kalau tidak - kenapa, apa hambatannya? kalau sudah ketahuan hambatannya - apa hambatan ini bisa dihilangkan? Dia juga harus ngebayangin apakah dengan ce barunya itu bisa membangun keluarga yang dia bayangkan? apakah lebih mudah membangunnya dengan yang baru atau dengan istrinya? Jika dia milih seperti sekarang, istri lama iya, mau membangun rumah tangga lagi (poligini), apakah keinginan dia bisa tercapai? y tetep aja kuncinya itu komunikasi ya? Si suami, si istri, si pacar baru suami harus saling terbuka menyampaikan apa keinginannya. salam Aisha -- From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> My dearest mbak Aisha, Saya bisa menerima semua pendapat mbak dibawah ini. Sebetulnya saya terkadang bingung mbak. Maksudnya apa kah betul kalau saya mengatakan,"ya udah cerai-in aja istrimu kalo kamu dah yakin gak bisa memperbaiki! Ngapain poligami?" kepada teman saya itu? Pokoke sih sebelumnya saya dah bicara abis2an juga menerangkan bhw kalo dia mo poligami diam-diam,"kamu itu pengecut!". Kamu gak bisa "mengambil hati" istri pertama tuk memberi izin, lalu kamu mo menikah lagi diam-diam. Kamu akan memenuhi kehidupanmu dengan kebohongan-kebohongan. Sunah rasul tidak mengajarkan demikian! ada yang lebih penting yaitu wajib rasul yang lebih perlu diikuti...:-)) Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
He eh nih bentar lagi musti begadang buat tim-tim kesayangan, siapin cemilan biar mata bisa di ajak kompromi:) Bisa di maklumi Mba Herni, kalau ada semacam reaksi shock atau histeris kalau menghadapi masalah poligami karena yang seperti di bilang poligami mostly bukan budaya kita. Walau sudah dikenal dari zaman kuda ngagegel besi oge da tetep we bikin "heboh";) Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Chae, > > Alhamdulillah baik, mbak. Tapi lagi sibuk meng-upgrade diri. Saya gak > ambil jurusan hukum, jadi harus belajar banyak hal dari nol lagi (tapi > ya, disitu kan tantangannya ya?). Lagian, laki2 mau bule atau gak ya > gitu2 aja kayanya :-D Tapi kalo ada yg cakep lewat ya bilang > alhamdulillah :-)) Lain soalnya kalau pemain sepak bola. Bentar lagi > piala dunia nih. > > Memang menyebalkan kalau angka 4 itu dilihat sbg kuota yg harus > dipenuhi. Di keluarga saya memang kultur yg dibangun ya monogami. > Banyak juga yg akhirnya shock ketika suaminya memutuskan poligami dan > kekacauan terjadi ketika si istri tidak bisa menerima. Akhirnya, ada > yg spt kasusnya mbak Lina, tidak poligami tapi tidak cerai juga dng > istri pertamanya, ada yg macem2 deh. Itu sebabnya, wacana poligami > harus melibatkan para kaum jomblo2 bahagia spt saya ini :-)) Bahagia > ketika akan menikah sih boleh2, tapi kesadaran bahwa perkawinan adalah > perjanjian dan layaknya orang yg dalam perjanjian, perlu > mengantisipasi hal2 yg terjadi kemudian, sehingga pembicaraan soal > 'klausula' poligami dalam perjanjian yg namanya perkawinan perlu > dibahas sebelumnya. Gimana kalau poligami terjadi kemudian? Ini kan yg > kita wacanakan dari dulu di WM? :-) Kalaupun poligami diadakan, perlu > ada lagi perjanjian perkawinan antara para pihak yg terlibat (suami > dan istri2nya) yg memang secara hukum sebenarnya sudah ada di KHI, > tapi agaknya tidak pernah dipakai oleh poligamers (kalaupun ada, saya > kira tidak tertulis). Namun pertanyaan yg belum dijawab adalah > bagaimana dng poliandri? hihihi. Lha, sebagian sudah mempraktekannya > kok. Apakah para poliandri-ers ini kemudian dikecualikan dlm hukum > resmi, disuruh pake hukum rimba saja? Juga bagaimana dng perkawinan > sejenis? Karena selain kampanye perkawinan poligami, sekarang mulai > banyak kampanye perkawinan sejenis. > > wassalam, > herni > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Herni..piye kabare toh?? gimana udah dapet bule cakep enggak?? > trus van basten masih tetep imut enggak??:) > > Mba Herni, yang menyedihkan pernah ada komentar dari seseorang yang > bilang bahwa perempuan yang tidak mau dipoligami itu sama dengan > perempuan egois yang tidak sabar dalam menerima ketentuan Allah, juga > dikatakan sebagai perempuan yang tidak perperasaan karena tidak mau > berbagi kebahagiaan dengan kaumnya sendiriduh emang dia enggak > tahu kalau cewe juga manusia punya hati punya rasa !!:) > > Saya sendiri sudah katakan pengalaman teman saya yang ditaksir cowo > arab, dan dilamar langsung oleh istri pertamanya. Si istri pertamanya > bilang dengan senang hati seandainya teman saya itu mau jadi istri > keduanya karena hal ini adalah hal biasa dan umum. Intinya dia sudah > terbiasa hidup dalam didikan/kultur/budaya seperti itu..istilahnya > bisa karena biasa... > > Dan di arab sana kalau perkawinan itu memang dipandang poligami dan > justru mengherankan alias tidak umum jika ada yang bermonogami. > Sebelum menikah cowo arab yang naksir temen ku bilang bahwa > dalampernikahan dia sudah bisa dipastikan akan berpoligami dan dia > harus mempunyai istri pertama dari sukunya sendiri baru yang 2,3,4 > terserah dia. Makanya dari awal di taksir juga temen sudah enggak > minat buat jadi istri karena dari awal juga sudah di beritahu > bagaimana bentuk perkawinan yang diinginkan oleh si cowo areab itu. > > beda dengan disini, disini perempuan terdidik dalam kultur budaya > monogami, karena enggak ada yang mau niatan poligami diawal > pernikahan. Kemudian poligami hanya menjadi keinginan salah satu pihak > satu bukan hadil dari kesepakatan bersama. > > Chae > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your gr
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
ggak bawa penyakit. > Kalo dah menyangkut 'hati-perasaan' kan nggak bisa win-win solution. > Tetap ada yg harus dikalahkan, mau enggak? Keadilan itu kata nan sakti yg sulit untuk dipraktekkan. > Jadi, jika ndak mau dipoligami ya minta cerai, atau kalo terpaksa [mau] dimadu karena alasan ekonomi terimalah akibatnya, > makan ati sepanjang hayat. > > Sekedar info : > Katon musisi yg katholik bercerai, belum ada persetujuan dari Paus kemudian menikah dengan Ira yg islam. > Karena di katholik gak boleh menikah dengan lain agama, maka ketika menikah Katon berpindah menjadi Protestan dulu. > Protestan membolehkan menikah dengan beda agama. Sekarang Katon tetap katholik, Ira juga masih Islam. > > Artinya : pada suatu saat di kehidupan beragama yg plural di suatu negara, regulasi-dalil2 agama yg dianut bisa gak > sejalan dengan kehendak pribadi. Kecuali kalo kita tinggal di hutan antah berantah, stateless. > > Kayaknya begitu kan Lina, mari kita renungkan, :-) > Mau berpoligami atau bercerai, tetap menjanda/menduda, tidak menikah, telat menikah, menjomblo sepanjang hayat, > punya anak, ndak mau punya anak, anak cuma 1 atau anak 10, tetap merupakan pilihan pribadi masing2. > Rumit kalo mau di dikaitkan dengan agama. > Agama dilibatkan jika pilihan itu akan atau sudah diambil. > :-) > > salam > l.meilany > - Original Message - > From: Lina Dahlan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Friday, December 09, 2005 9:43 AM > Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami > > > Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari > hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia > adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- > betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan > hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. > > Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah > buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan > membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya > menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh > waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi > tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? > > Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita > seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia > bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu > melakukan perselingkuhan. > > Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini > memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, > katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal > baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal > poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. > Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati > sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu. > Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan > kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah > menikah lagi diam-diam. > > Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun- tahun > sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya > (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih > baik buat anaknya kemudian? > > Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya > monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah > proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami. > > Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang > bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin > rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami? > > Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia > ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? > > Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah. Apakah poligami dibenci > Allah. Seberapa tabu kah mereka? > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalau sekarang ini justru dipahami terutama oleh umat islam yang > > berbeda budaya dengan bangsa arab, menyatakan bahwa poligami > > diperbolehkan bahkan kehalalan poligami ini sampai harus > mengorbankan > > prinsip keadilan itu sendiri yang menjadi dasar dari perkawinan > yang > > ditekankan oleh Qur'an. > > > > Pada masyrakat kita yang berbudaya monogami sebagai betuk
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada banyak kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas). Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2 budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu. Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;) Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat > sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang > keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum- > hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal > masalah keadilan hati. > > Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini > semua. > > Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan > kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). > Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan > bersamaan. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" > > > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > > > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. > Korban > > > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, > > > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! > sapa > > > sudi? > > > > > > > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau > > kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk > > sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama > > dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak > > menentukan sama sekali:) > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum- hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal masalah keadilan hati. Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini semua. Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan bersamaan. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" > > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. Korban > > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, > > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! sapa > > sudi? > > > > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau > kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk > sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama > dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak > menentukan sama sekali:) > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" > banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. > Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. Korban > perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, > berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! sapa > sudi? > Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak menentukan sama sekali:) Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Kayaknya Mba Mia sudah memberikan intinya yaitu kewajiban manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Kenyataanya perempuan dan laki-laki itu mempunyai potensi yang sama termasuk urusan seks, libido, perselingkuhan, poligami, mut'ah dan juga perkawinan. Qs.33:35 di sebutkan bahwa laki-laki dan perempuan berpotensi untuk taat, sabar, benar, khusyu, menjaga kehormatan dan beramal ibadah. Jelas Qur'an ingin menghapuskan apa yang selama ini diyakini sebagai sesuatu yang kodrat dari laki-laki dalam urusan seks. Enggak aneh jika sebagian masyrakat memaklumi dan menganggap hak yang "kodrat" jika mengkaitkan laki-laki dengan urusan seks. Padahal faktanya engak ada bedanya laki-laki dan peremouan dalam urusan seks dan perkawinan. Sudah di uraikan Mba Mia mengenai sejarah peradan manusia dalam hal bentuk perkawinan yang berkembang ke arah ideal sesuai dengan fitrah nya manusia untuk bisa menjadi khalifah di muka bumi. Untuk itu ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan: monogami, poligami. Disini Qur'an tidak membicarakan kebolehan atau ketidak bolehan dari bentuk2 perkawianan tertentu. Berbeda ketika Qur'an membicarakan khamar dimana jelas-jelas pelarangannya atau ketika berbicara mengenai kebolehan menikahi bekas istri dari anak angkat. Ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan Qs.4:3 justru disana tegaskan dasar atau prinsip yang harus melandasi perkawinan yaitu keadilan baik itu pada bentuk monogami maupun poligami. Bentuk poligami bisa menjadi haram jika ternyata tidak dilandasi keadilan.."Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga, atau empat. Disini Qur'an mengkritisi bentuk perkawinan monogami yang mungkin tidak akan bisa dilandasi dengan keadilan Lanjutnya.." Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,.." Disini Qur'an mengkritisi bentuk poligami yang mungkin tidak akan bisa di landasasi dengan keadilan. Dan kemudian.."maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. 4:3) Dari Frase awal sampai kepada frase akhir Qur'an memerintahkan kita untuk bisa melihat dan memperhitungkan terlebih dulu bentuk perkawinan mana yang bisa dilandasi dengan keadilan karena landasan keadilan inilah yang diharuskan dan diutama dari bentuk-bentuk perkawinan. Dalam kata lain kita diperintahkan untuk melihat resiko dan memperhitungkan resikonya. Saya tertarik dengan pernyataanya Pak Aman, dimana disebutkan kata "jika kamu takut" kalau menurut saya penggunaan kata "jika kamu takut" artinya ... Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mohon dibaca buku-buku jaman sekarang yang berkenaan dengan > antropologi, biologi dan psikologi evolusi. Rata-rata sepakat bahwa > kecenderungan laki-laki dan perempuan adalah poligamis. Bahkan > mungkin asal mulanya perempuan lebih parah lagi, karena > punya 'kewajiban' menyeleksi sperma. BTW, multiorgasm hanya terjadi > pada sebagian perempuan, kita semua maklum itu deh. > > Alkisah, pada suatu masa purbakala - upacara perkawinan berangsur di- > institusikan dalam setiap kelompok manusia. Karena ada kebutuhan > membentuk unit keluarga untuk membangun kualitas kemanusiaan dan > peradaban, dan bukan cuma kuantitasnya dan bukan hanya untuk > bertahan hidup saja. Kan ini yang namanya menjadi manusia. > > Dalam unit keluarga itu perempuan menjadi cenderung monogamis > (kecuali suku Amazon..suku peninggalan Dunia Lama:-). Dan laki- > laki pun, dengan varian yang berbeda. Karena poligami massal tuh > merepotkan, gimana bisa konsen untuk membangun SDM dan peradaban > berbasis keluarga? > > Jadi unit keluarga yang fokus pada kualitas kemanusian dan > peradaban, dengan membangun komitmen pernikahan, dengan sendirinya > fokus pada monogami ketimbang poligami massal yang merepotkan itu. > Ini semua kan proses alamiah saja. Inilah inti yang saya mengerti > dari postingan mbak Chae. > > Tanya: Apakah manusia laki-laki dan perempuan punya kecenderungan > poligamis secara genetis? Yesss...Buktinya banyak, pasang kuping > saja, rajinlah dengan gossip terkini...:-). Para perempuan, rasakan > pengalaman multiorgasm. Maksutnya, enjoy hehehehe... > > Tanya: Apakah manusia cenderung meninggikan budaya monogami dalam > sejarah kemanusiaan? Yesss.Itulah kenyataan bukan cuma ilusi > (zhan), mbak Lina. > > Makanya urusannya jadi runyam kalau kelompok harokah dan komunitas > seperti PKS misalnya, meninggikan nilai poligami - apapun > penafsirannya terhadap sunnah Nabi. > > Kenapa jadi runyam? Karena berseberangan dengan sejarah kemanusiaan. > Karena ada konflik atau mismatch antara sejarah kebudayaan manusia > yang monogamis, dan 'kecenderungan' kita yang genetis yang doyan > poligamiduh..poliandry...how are you.:-) > > Solu
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
an jika pilihan itu akan atau sudah diambil. :-) salam l.meilany - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, December 09, 2005 9:43 AM Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu. Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah menikah lagi diam-diam. Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih baik buat anaknya kemudian? Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami. Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami? Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah. Apakah poligami dibenci Allah. Seberapa tabu kah mereka? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalau sekarang ini justru dipahami terutama oleh umat islam yang > berbeda budaya dengan bangsa arab, menyatakan bahwa poligami > diperbolehkan bahkan kehalalan poligami ini sampai harus mengorbankan > prinsip keadilan itu sendiri yang menjadi dasar dari perkawinan yang > ditekankan oleh Qur'an. > > Pada masyrakat kita yang berbudaya monogami sebagai betuk perkawinan> yang umumnya, tentu sudah terbentuk sikap,standard, kaidah-kaidah,> norma-norma, patokan, rujukan dll kepada bentuk monogami. > > tentu saja ketika menerma poligami akan menjadi suatu hal/bentuk yang> tidak akan memberikan faktor keadilan. Karena dasarnya mindset kita> terhadap prinsip2 dasar dibentuk oleh faktor kultur dan budaya setempat. > > tentu saya dan anda tidak bisa membayangkan budaya bangsa eskimo yang> suka menjamu tamunya dengan meminjamkan istrinya untuk menemani tidur> tapi bagi masyrakat eskimo hal itu adalah wajar. Bisa jadi saya akan> protes jika harus bertelanjang dada tapi perempuan dayak dan papua> tentu tidak menjadikan hal tersebut masalah. > > Sering kali kita membiarkan Qur'an hanya berdialog dengan bangsa arab> pada masa Nabi dan justru membungkam Qur'an dengan masyrakat kita> sendiri sehingga seringkali terjai salah paham terhadap apa yang> hendak di sampaikan Qur'an. > Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mbak Chae, Alhamdulillah baik, mbak. Tapi lagi sibuk meng-upgrade diri. Saya gak ambil jurusan hukum, jadi harus belajar banyak hal dari nol lagi (tapi ya, disitu kan tantangannya ya?). Lagian, laki2 mau bule atau gak ya gitu2 aja kayanya :-D Tapi kalo ada yg cakep lewat ya bilang alhamdulillah :-)) Lain soalnya kalau pemain sepak bola. Bentar lagi piala dunia nih. Memang menyebalkan kalau angka 4 itu dilihat sbg kuota yg harus dipenuhi. Di keluarga saya memang kultur yg dibangun ya monogami. Banyak juga yg akhirnya shock ketika suaminya memutuskan poligami dan kekacauan terjadi ketika si istri tidak bisa menerima. Akhirnya, ada yg spt kasusnya mbak Lina, tidak poligami tapi tidak cerai juga dng istri pertamanya, ada yg macem2 deh. Itu sebabnya, wacana poligami harus melibatkan para kaum jomblo2 bahagia spt saya ini :-)) Bahagia ketika akan menikah sih boleh2, tapi kesadaran bahwa perkawinan adalah perjanjian dan layaknya orang yg dalam perjanjian, perlu mengantisipasi hal2 yg terjadi kemudian, sehingga pembicaraan soal 'klausula' poligami dalam perjanjian yg namanya perkawinan perlu dibahas sebelumnya. Gimana kalau poligami terjadi kemudian? Ini kan yg kita wacanakan dari dulu di WM? :-) Kalaupun poligami diadakan, perlu ada lagi perjanjian perkawinan antara para pihak yg terlibat (suami dan istri2nya) yg memang secara hukum sebenarnya sudah ada di KHI, tapi agaknya tidak pernah dipakai oleh poligamers (kalaupun ada, saya kira tidak tertulis). Namun pertanyaan yg belum dijawab adalah bagaimana dng poliandri? hihihi. Lha, sebagian sudah mempraktekannya kok. Apakah para poliandri-ers ini kemudian dikecualikan dlm hukum resmi, disuruh pake hukum rimba saja? Juga bagaimana dng perkawinan sejenis? Karena selain kampanye perkawinan poligami, sekarang mulai banyak kampanye perkawinan sejenis. wassalam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mba Herni..piye kabare toh?? gimana udah dapet bule cakep enggak?? trus van basten masih tetep imut enggak??:) Mba Herni, yang menyedihkan pernah ada komentar dari seseorang yang bilang bahwa perempuan yang tidak mau dipoligami itu sama dengan perempuan egois yang tidak sabar dalam menerima ketentuan Allah, juga dikatakan sebagai perempuan yang tidak perperasaan karena tidak mau berbagi kebahagiaan dengan kaumnya sendiriduh emang dia enggak tahu kalau cewe juga manusia punya hati punya rasa !!:) Saya sendiri sudah katakan pengalaman teman saya yang ditaksir cowo arab, dan dilamar langsung oleh istri pertamanya. Si istri pertamanya bilang dengan senang hati seandainya teman saya itu mau jadi istri keduanya karena hal ini adalah hal biasa dan umum. Intinya dia sudah terbiasa hidup dalam didikan/kultur/budaya seperti itu..istilahnya bisa karena biasa... Dan di arab sana kalau perkawinan itu memang dipandang poligami dan justru mengherankan alias tidak umum jika ada yang bermonogami. Sebelum menikah cowo arab yang naksir temen ku bilang bahwa dalampernikahan dia sudah bisa dipastikan akan berpoligami dan dia harus mempunyai istri pertama dari sukunya sendiri baru yang 2,3,4 terserah dia. Makanya dari awal di taksir juga temen sudah enggak minat buat jadi istri karena dari awal juga sudah di beritahu bagaimana bentuk perkawinan yang diinginkan oleh si cowo areab itu. beda dengan disini, disini perempuan terdidik dalam kultur budaya monogami, karena enggak ada yang mau niatan poligami diawal pernikahan. Kemudian poligami hanya menjadi keinginan salah satu pihak satu bukan hadil dari kesepakatan bersama. Chae Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mbak Lina, Ketika anda bilang 'laki2' pada frase 'kita tidak pernah jadi laki2', perlu dipahami juga bahwa ada perbedaan juga dalam laki2 itu sendiri, sama halnya dng perbedaan dlm perempuan. Pak sabri, pak dana tentu sangat beda 'kelaki2annya' dng bang Yos, misalnya :-) Mereka punya perspektif yg berbeda dlm melihat kelaki2an, relasi sosial antara laki2 dan perempuan, konsep2 tertentu yg berkaitan dng feminitas maupun maskulinitas. Dalam konstruk sosial, yg jadi obyek konstruksi sosial tadi bukan cuma perempuan saja, tapi laki2. Bicara konsep feminitas, tidak bisa tidak harus mengikutsertakan juga pembicaraan soal konsep maskulinitas. Bagaimana tradisi, kultur/budaya, bahkan (interpretasi) ketentuan agama membentuk konsep feminitas/maskulinitas ini, termasuk konsep poligami/poliandri. Konteks kultur Arab soal poligami saya rasa berpengaruh dalam hal penentuan apa yg menjadi 'fitrah' laki2 dan perempuan.. karena masyarakat Arab pada saat itu tidak mengenal poliandri (kalo gak salah?). Sementara kalau melihat turunnya ayat2 qur'an sendiri, ada beberapa yg memang merupakan 'keputusan' (ruling?) Allah atas suatu kasus yg tentu sifatnya spesifik. Yg hilang justru ketika keputusan thd kasus yg spesifik tadi kemudian dicoba utk digeneralisasi. Asumsi dasar dari poligami adalah bahwa laki2 punya nafsu besar yg tidak bisa dikendalikan, sebaliknya perempuan tidak demikian. Asumsi ini yg ditentang. Apakah benar begitu? Perempuan dilihat sbg makhluk reproduksi tapi bukan makhluk seksual. Atau, seksualitas perempuan dilihat hanya sebagai makhluk reproduksi dan makhluk penggoda penyebab iman laki2 rontok :-). Ketika kita meng-counter ini dng apa yg 'agama' ajarkan pada kita, apakah dng demikian kita lepas dari identitas 'agama' yg kita anut, atau memang ada yg salah dlm menginterpretasikan ayat2 tersebut? Ini baru kita masuk arena tafsir Islam yg bias gender. Utk mengulang lagi sbg penekanan, yg perlu dilihat adalah bukan cuma perempuan saja sbg 'korban' dari konstruk sosial spt ini, tapi juga laki2. Hal yg sepele saja, soal impotensi yg jadi momok besar laki2 :) Karena secara sosial laki2 digambarkan sbg makhluk seksual yg paling perkasa dan kegagalan membuktikan itu mempengaruhi 'maskulinitasnya'. Sehingga bisa jadi keputusan/niat poligami tidak murni pilihan laki2 sbg individu yg bebas atau yg sudah membebaskan dirinya dr konstruk sosial masyarakatnya. Atau, bahwa laki2 punya 'nafsu besar' bisa kita pertanyakan karena selama ini seksualitas perempuan tidak dibahas secara menyeluruh. Perempuan jaraang sekali diajak urun rembug soal seksualitasnya dia sendiri, selain bahwa perempuan adl makhluk reproduksi dan makhluk penggoda (serta pemuas) laki2 saja. Tapi pada akhirnya, individu kan punya kuasa juga dalam membentuk 'budaya' sekitarnya by simply accepting/rejecting norma2 yg dia terima, merombak asumsi2 yg ada dibelakang itu.. wassalam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mungkin yang dimaksud bang Yos dgn 'org yg belum menikah' krn dipikirannya bang Yos org yg blm menikah itu pasti 'jajan'. Barangkali ya? Padahal belum tentu begitu juga. Jawabnya mungkin, karena kita gak pernah jadi laki ya mbak--tapi kalau mendengar alasan-alasan mereka dan sukanya laki2 berpikir praktis dan teknis--jadi mungkin-mungkin mulu neh, itu semua karena technically lebih mudah dan aman. Mereka gak suka heboh-hebohan, gak mau masalah dimuka. Sulit rasanya buat saya mengungkapkan tanpa memberi contoh yg terjadi disekitar saya. Saya menasehati teman saya yang sudah pisah kamar bertahun-tahun dan berniat mau berpoligami untuk menyelesaikan saja masalahnya dengan istri. Bahkan saya katakan kenapa tidak kamu ceraikan saja istrimu. Dia katakan biar saja istrinya yang menggugat. Makanya itu mbak, pikran dia lebih baik dia menikah lagi saja, dan kalau istrinya tau pasti gak terima dan menggugat. So he will be happy for that. Kesannya memang gak gentle kan? Mungkin dia tahu menceraikan istri tanpa alasan kuat kan juga gak akan dikabulkan. Simple kan? Nyatanya buat laki-laki ini bisa menjadi solusi. Sememangnya mereka harus menahan hawa nafsu. Tapi sampe kapan mereka kuat bertahan, mbak? Tak semua laki-lakidan Puasa itu kan juga bukan untuk bertahan selama itu... Wanita, meski juga termasuk mahluk seksual, tapi fitrahnya tidak poliandri...:-), mahluk ini bisa lebih tough dari mahluk laki2 soal membendung hasrat seksnya. Mungkin karena ada perbedaan hormonalnya dgn laki2, yang katanya wanita itu ada menstruasi. cmiiw. Setuju budaya masa lalu tidak bisa melegitimasi budaya masa depan. Budaya selalu berubah. Setuju monogami yang terbaik. Seharusnya kita mau menganggap perubahan tsb sbg suatu norma yg statis. Solusi 'Islami'nya dihukum mbak! he..he..ahli hukum yang patut menjawab. Setuju suami spt itu harus diberi hukuman. Hukum denda kali, dan uangnya buat si istri yang ditelantarkan. Kalo gak mo bayar denda sita aja assetnya.
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami
Mba Lina yts & ytc ...:-) Saya rasa ketika kita membicarakan tindak tanduk raja, rakyatnya belum tentu melakukan tindakan serupa. Raja2 dimanapun memang melakukan poligami, tapi apakah ketika kita membicarakan raja yang poligami maka bisa ditarik kesimpulan budaya di kerajaan itu budaya poligami? keluarga kerajaan kan jauh lebih sedikit dibanding rakyatnya. Jika kita menyimpulkan seperti itu, maka dari berbagai lapisan orang di kerajaan itu (kelompok hulubalang, ponggawa, pedagang, petani, rakyat jelata, dll) semuanya melakukan poligami, namanya sudah membudaya ...:-) Ketika seorang sopir taxi menyatakan 80% yang di Sudirman Thamrin itu melakukan perselingkuhan, dia ngambil kesimpulan seperti itu agak aneh sebab yang bekerja di Sudirman Thamrin itu kan tidak semuanya memakai taxi - ada kelompok yang memakai mobil pribadi, ada yang memakai bis kantor, ada yang memakai biskota - kopaja - ojek, dll. Berapa persen yang menggunakan taxi? Apakah semuanya menggunakan taxi bapa supir itu? Tidak semudah itu ngambil satu kesimpulan. Sopir taxi bisa mengatakan bahwa banyak yang berselingkuh, tapi ketika mulai bicara angka - tentunya harus lebih jelas lagi, ada berapa orang yang bekerja di Sudirman Thamrin dan berapa orang yang berselingkuh karena saya rasa pemakai taxi itu tidak sebanyak yang naik biskota. Kasus teman mba Lina itu kan memang umum terjadi di kota besar yang memang rentan timbulnya berbagai masalah dalam hubungan suami istri - tuntutan kerja yang bikin stress, kemacetan, biaya hidup yang semakin tinggi, peredaran obat2an yang tinggi, dll. Bukankah dalam Islam ada jalan darurat jika kondisi rumah tangga sudah tidak sehat? tidak sehat bagi perkembangan suami - istri dan anak2. Cerai dibolehkan tapi itu jalan terakhir - tapi bukan sesuatu yang buruk daripada tetap menikah tapi suasana rumah tangga membuat tidak nyaman semua penghuninya. Poligami juga bukan jalan keluar yang baik jika istri pertama tidak suka, kembali lagi orang menikah itu kan dengan kesepakatan untuk hidup bersama-sama dengan harapan kondisinya bisa lebih baik daripada hidup sendiri2. Jika masing2 sudah merasa tidak nyaman, kenapa tidak dibicarakan - masing2 mengeluarkan apa yang diinginkannya - jika teman mba Lina ini sudah punya yang lain yang lebih cocok, kan bisa cerita ke istrinya - mau nerusin pernikahan tapi si suami mau nikah lagi (artinya poligami atau lebih tepatnya poligini) atau bercerai. Si istri harus ditanya karena waktu menikah juga kan si istri ditanya kesediaannya menikah (tentunya tidak dengan janji mau nikah lagi) - sudah sangat wajar jika si istri ditanya apa maunya karena jika si suami menikah lagi kan berpengaruh terhadap keberadaan suami itu di rumah, penghasilan yang tidak bisa lagi 100% ke istri pertama, dll. Jadi poligami atau bercerai tidak ditentukan oleh suaminya saja - harus kesepakatan berdua - terutama menyelamatkan anak2 yang lahir - anak2 kan tidak minta dilahirkan oleh orang tua yang bercerai. Tapi kalau memang tidak ada kecocokan lagi dan ingin bercerai atau berpoligami - bicarakan dengan semua yang terlibat, sebab ketika seorang suami mau menceraikan atau mau nikah lagi - anak istrinya akan terpengaruh. salam Aisha -- From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu. Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah menikah lagi diam-diam. Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangg
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mbak Lina, cerai itu bukannya dikait-kaitkan dengan poligami, dalam arti lebih baik poligami daripada cerai. Ini kok jadi kedengarannya apologetik. Cerai ya cerai. Cerai dikaitkan dengan perkawinan itu sendiri, justru pada akad pernikahan. Atau mungkin bisa diakomodasi di konsep mahar-nya mbak Chae. Karena kalau ada entry harus ada exit, itulah relevansinya. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terimakasih Mas. Kalau ada renungan ttg ayat cerai, sekalian > dong...:-). Selamat merenung kembali. > > wassalam, Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mohon dibaca buku-buku jaman sekarang yang berkenaan dengan antropologi, biologi dan psikologi evolusi. Rata-rata sepakat bahwa kecenderungan laki-laki dan perempuan adalah poligamis. Bahkan mungkin asal mulanya perempuan lebih parah lagi, karena punya 'kewajiban' menyeleksi sperma. BTW, multiorgasm hanya terjadi pada sebagian perempuan, kita semua maklum itu deh. Alkisah, pada suatu masa purbakala - upacara perkawinan berangsur di- institusikan dalam setiap kelompok manusia. Karena ada kebutuhan membentuk unit keluarga untuk membangun kualitas kemanusiaan dan peradaban, dan bukan cuma kuantitasnya dan bukan hanya untuk bertahan hidup saja. Kan ini yang namanya menjadi manusia. Dalam unit keluarga itu perempuan menjadi cenderung monogamis (kecuali suku Amazon..suku peninggalan Dunia Lama:-). Dan laki- laki pun, dengan varian yang berbeda. Karena poligami massal tuh merepotkan, gimana bisa konsen untuk membangun SDM dan peradaban berbasis keluarga? Jadi unit keluarga yang fokus pada kualitas kemanusian dan peradaban, dengan membangun komitmen pernikahan, dengan sendirinya fokus pada monogami ketimbang poligami massal yang merepotkan itu. Ini semua kan proses alamiah saja. Inilah inti yang saya mengerti dari postingan mbak Chae. Tanya: Apakah manusia laki-laki dan perempuan punya kecenderungan poligamis secara genetis? Yesss...Buktinya banyak, pasang kuping saja, rajinlah dengan gossip terkini...:-). Para perempuan, rasakan pengalaman multiorgasm. Maksutnya, enjoy hehehehe... Tanya: Apakah manusia cenderung meninggikan budaya monogami dalam sejarah kemanusiaan? Yesss.Itulah kenyataan bukan cuma ilusi (zhan), mbak Lina. Makanya urusannya jadi runyam kalau kelompok harokah dan komunitas seperti PKS misalnya, meninggikan nilai poligami - apapun penafsirannya terhadap sunnah Nabi. Kenapa jadi runyam? Karena berseberangan dengan sejarah kemanusiaan. Karena ada konflik atau mismatch antara sejarah kebudayaan manusia yang monogamis, dan 'kecenderungan' kita yang genetis yang doyan poligamiduh..poliandry...how are you.:-) Solusinya? Poligami bukanlah nilai kelompok yang diusung, apalagi kalau dipromosikan oleh petinggi PKS yang laki-laki maupun perempuan. Poligami itu pilihan pribadi. Bahkan acuannya ada kok pada Muhammad dan Khadijah, Pak Satriyodeer. Inilah proses memanusiakan manusia, dan bukan sebaliknya. Apakah ilusi itu? Kalau komunitas PKS tetep kekeh melestarikan institusi poligami lengkap dengan petinggi-petingginya yang praktek langsung - dengan alasan sunnah nabi dan libido cowok, atau daripada zinah...duilahmana tahannn...kok pede bener mbok ya. Saya bilang ilusi, karena kecenderungan libido nggak pernah memimpin sejarah kemanusiaan. Mudah-mudahan nggak terulang sejarah Mormon di masa lalu yang kliru tentang poligami dalam komunitas mereka. Sudah ada lesson learned. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh > masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih > bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus > poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih > bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan > bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya > herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri > pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak > khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri > selanjutnya. > > Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu > karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina. > > Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:) > tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan > legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa > berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya > tidak mendapatkan perlindungan hukum. > > Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya, > wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan > mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang > sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan > perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya. > > Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang > dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara > keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang > mengalami perubahan gaya hidup:( > > Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika > perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama. > > Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di > jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa > kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakat
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Kenapa poligami jaman sekarang itu melukai rata-rata perempuan? Kenapa poligami menakutkan sebagian laki-laki? Karena perempuan telah lama berhenti jadi poligamis, sedangkan poligaminya lagi-laki seolah membatasi 'pilihan' perempuan dalam menentukan reproduksi. Karena dalam masyarakat yang mengusung poligami, selalu ada sebagian laki-laki yang nggak bakal kebagian... Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Lina, > > Lina: Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga sepakat> kalo mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan bersama. > Diluar itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari kebahagiaan dalam > > kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan teman saya itu bukan > > poligami yang ideal, bagi kita yang diluar lingkaran itu...:-). > > Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia dari kehidupan buruknya, tuk > > sekarang ini. Gak tau nanti kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan > > istrinya sehingga istrinya bisa ikhlas...:-)) > > Chae: Bagaimana pun pengaruh poligami terhadap temanya Mba Lina, > jangan lupa ada "korban" atau pihak yang didzalimi. Hal ini sering > terjadi terumata ketika pihak yang lemah (istri) tidak mempunyai > pilihan atau daya tawar yang seimbang karena ketergantungan secara > ekonomi misalnya..makanya saya berharap para perempuan sadar akan > pentingnya kemandirian baik secara ekonomi maupun kemandirian suara > (menentukan pilihan). Padahal Mba Lina juga tahu kan bahwa Islam > sangat menekankan perlindungan bagi pihak yang lebih yang dikhwatirkan> mudah untuk di dzalimi misalnya dalam kasus waris, perkawinan, hukum dll Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal "hitung2an" banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. Istrinya akan menjadi "korban" kalau istrinya mengetahuinya. Korban perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! sapa sudi? Ya..ya..ya..wanita harus mandiri. > > > "Berselingkuh bukan berarti berganti budaya"? Bergantung kali ya > > mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti > > berganti budaya lah. > > Chae: Budaya adalah salah sau yang diyakini sebagai standard kebaneran> atau nilai norma kadang orang banyak yang melakukan pelanggaran> terhadap nilai budaya yang di anutnya tapi tetap mempunyai memegang> standard nilai budaya. Misalnya seorang Bapa pencuri tetap tidak mau> anaknya jadi pencuri atau seorang Bapa yang suka bersilingkuh tetap> mengharapkan anaknya mendapatkan suami yang setia..kira-kira begitu;) Lina: Kalo menurutku sih agama lebih berperan sebagai standard kebenaran. wassalam, Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Lina, > > Tapi kalo dari perspektif bang yos, mungkin orang spt itu, yg > selingkuh, yg poligami terselubung, dll lebih baik dari orang yg belum> menikah :-)) Mungkin yang dimaksud bang Yos dgn 'org yg belum menikah' krn dipikirannya bang Yos org yg blm menikah itu pasti 'jajan'. Barangkali ya? Padahal belum tentu begitu juga. > > Pertanyaannya kemudian adalah mengapa pernikahan poligami yg ada > dilakukan diam2 (padahal hukum kita sudah membolehkan?). Perkawinan > pada dasarnya adalah kesepakatan, kalo mau dilakukan bertiga, > berempat, berlima (kalo istrinya empat) ya silakan, asal itu emang > kesepakatan. Kesepakatan dalam arti pembagian jatah kasih sayang, > harta, tugas dan kewajiban dlm rumah tangga dll. Problem kan muncul > ketika istri tidak mau dipoligami. Tapi persoalannya menjadi runyam > manakala ketidaksetujuan istri yg tidak mau dipoligami dianggap sbg > sesuatu yg menentang 'hukum Islam'. Yg kemudian ujung2nya solusinya > adalah membuat perempuan mengerti/menerima institusi poligami sendiri> sbg sesuatu yg 'wajar'. Lantas pilihan istri sbg individual yg punya> pilihan dimana? Belum lagi kalau pilihan cerai, belum tentu (mantan)> suaminya akan memberikan penghidupan yg layak. Sehingga sama halnya> dng kasus poligami terselubuh dlm perkawinan monogami yg mbak katakan,> ada juga kasus poligami terselubung dlm pengertian sebenarnya gak> nerima institusi poligami itu, tapi ya terpaksa nerimalah. Mempermudah> diri dng menerimanya sbg sesuatu yg perlu diterima. Jawabnya mungkin, karena kita gak pernah jadi laki ya mbak--tapi kalau mendengar alasan-alasan mereka dan sukanya laki2 berpikir praktis dan teknis--jadi mungkin-mungkin mulu neh, itu semua karena technically lebih mudah dan aman. Mereka gak suka heboh-hebohan, gak mau masalah dimuka. Sulit rasanya buat saya mengungkapkan tanpa memberi contoh yg terjadi disekitar saya. Saya menasehati teman saya yang sudah pisah kamar bertahun-tahun dan berniat mau berpoligami untuk menyelesaikan saja masalahnya dengan istri. Bahkan saya katakan kenapa tidak kamu ceraikan saja istrimu. Dia katakan biar saja istrinya yang menggugat. Makanya itu mbak, pikran dia lebih baik dia menikah lagi saja, dan kalau istrinya tau pasti gak terima dan menggugat. So he will be happy for that. Kesannya memang gak gentle kan? Mungkin dia tahu menceraikan istri tanpa alasan kuat kan juga gak akan dikabulkan. Simple kan? > > Apakah krn ada FAKTA laki2 yg tidak bisa menahan diri thd nafsunya, > dan melakukan poligami terselubung lantas poligami jadi solusi padahal> di sisi lain manusia katanya disuruh menahan hawa nafsu. Lantas kemana> manfaat puasa ramadhan yg dilakukan seumur hidup? :-) Apakah perempuan> tidak punya masalah yg sama? Perempuan kan juga makhluk seksual :-))> Bisa jadi lebih 'hot' dari laki2 (tapi kemudian ini dicoba utk> dieliminasi dng sunat perempuan) Ini bukan soal tabu, tapi menurut gw> soal hati nurani dan logika berpikir. Non-sense menurut gw sih. Nyatanya buat laki-laki ini bisa menjadi solusi. Sememangnya mereka harus menahan hawa nafsu. Tapi sampe kapan mereka kuat bertahan, mbak? Tak semua laki-lakidan Puasa itu kan juga bukan untuk bertahan selama itu... Wanita, meski juga termasuk mahluk seksual, tapi fitrahnya tidak poliandri...:-), mahluk ini bisa lebih tough dari mahluk laki2 soal membendung hasrat seksnya. Mungkin karena ada perbedaan hormonalnya dgn laki2, yang katanya wanita itu ada menstruasi. cmiiw. > > Bicara soal budaya, budaya masa depan ada di tangan kita saat ini. > Rasul pada level tertentu berkontribusi dlm mengubah budaya masyarakat> Arab pada saat itu. Bukan berarti kemudian budaya masa lalu menjadi> legitimasi utk budaya masa depan bila memang kita sbg manusia yg hidup> pada masa kini memproyeksikan suatu masyarakat yg lebih 'maju' dari> masa lalu. Rasul melakukan revolusi dari berpuluh hingga membatasi> menjadi 4 saja. Tapi tetap, monogami yg terbaik. Persoalan angka 4> adalah persoalan melakukan perubahan secara bertahap. Pertanyaannya> kemudian, maukah kita melengkapi perubahan tsb atau menganggapnya sbg> sesuatu norma yg statis? Setuju budaya masa lalu tidak bisa melegitimasi budaya masa depan. Budaya selalu berubah. Setuju monogami yang terbaik. Seharusnya kita mau menganggap perubahan tsb sbg suatu norma yg statis. > > Kedua, 'budaya' masa lalu yg mbak sebutkan berarti berbeda dong dng > budaya yg pak sabri dan mas ary uraikan yg katanya dull masyarakat > kita sensitif gender :-) Makanya dlm menilai bagaimana gender bergerak > dlm masyarakat juga mengikutkan persoalan konteks waktu, status > sosial, ras, dll karena bisa jadi gender bergerak dlm wujud yg > berbeda2 dlm tiap level masyarakat dlm konstruk waktu yg berbeda2. > Persoalannya kemudian adalah apa asumsi yg berada dibelakangnya? Sama > halnya dng membahas poligami, apa asumsi yg ada dibelakangnya, > ter
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mba Herni..piye kabare toh?? gimana udah dapet bule cakep enggak?? trus van basten masih tetep imut enggak??:) Mba Herni, yang menyedihkan pernah ada komentar dari seseorang yang bilang bahwa perempuan yang tidak mau dipoligami itu sama dengan perempuan egois yang tidak sabar dalam menerima ketentuan Allah, juga dikatakan sebagai perempuan yang tidak perperasaan karena tidak mau berbagi kebahagiaan dengan kaumnya sendiriduh emang dia enggak tahu kalau cewe juga manusia punya hati punya rasa !!:) Saya sendiri sudah katakan pengalaman teman saya yang ditaksir cowo arab, dan dilamar langsung oleh istri pertamanya. Si istri pertamanya bilang dengan senang hati seandainya teman saya itu mau jadi istri keduanya karena hal ini adalah hal biasa dan umum. Intinya dia sudah terbiasa hidup dalam didikan/kultur/budaya seperti itu..istilahnya bisa karena biasa... Dan di arab sana kalau perkawinan itu memang dipandang poligami dan justru mengherankan alias tidak umum jika ada yang bermonogami. Sebelum menikah cowo arab yang naksir temen ku bilang bahwa dalampernikahan dia sudah bisa dipastikan akan berpoligami dan dia harus mempunyai istri pertama dari sukunya sendiri baru yang 2,3,4 terserah dia. Makanya dari awal di taksir juga temen sudah enggak minat buat jadi istri karena dari awal juga sudah di beritahu bagaimana bentuk perkawinan yang diinginkan oleh si cowo areab itu. beda dengan disini, disini perempuan terdidik dalam kultur budaya monogami, karena enggak ada yang mau niatan poligami diawal pernikahan. Kemudian poligami hanya menjadi keinginan salah satu pihak satu bukan hadil dari kesepakatan bersama. Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Lina, > > Tapi kalo dari perspektif bang yos, mungkin orang spt itu, yg > selingkuh, yg poligami terselubung, dll lebih baik dari orang yg belum > menikah :-)) > > Pertanyaannya kemudian adalah mengapa pernikahan poligami yg ada > dilakukan diam2 (padahal hukum kita sudah membolehkan?). Perkawinan > pada dasarnya adalah kesepakatan, kalo mau dilakukan bertiga, > berempat, berlima (kalo istrinya empat) ya silakan, asal itu emang > kesepakatan. Kesepakatan dalam arti pembagian jatah kasih sayang, > harta, tugas dan kewajiban dlm rumah tangga dll. Problem kan muncul > ketika istri tidak mau dipoligami. Tapi persoalannya menjadi runyam > manakala ketidaksetujuan istri yg tidak mau dipoligami dianggap sbg > sesuatu yg menentang 'hukum Islam'. Yg kemudian ujung2nya solusinya > adalah membuat perempuan mengerti/menerima institusi poligami sendiri > sbg sesuatu yg 'wajar'. Lantas pilihan istri sbg individual yg punya > pilihan dimana? Belum lagi kalau pilihan cerai, belum tentu (mantan) > suaminya akan memberikan penghidupan yg layak. Sehingga sama halnya > dng kasus poligami terselubuh dlm perkawinan monogami yg mbak katakan, > ada juga kasus poligami terselubung dlm pengertian sebenarnya gak > nerima institusi poligami itu, tapi ya terpaksa nerimalah. Mempermudah > diri dng menerimanya sbg sesuatu yg perlu diterima. > > Apakah krn ada FAKTA laki2 yg tidak bisa menahan diri thd nafsunya, > dan melakukan poligami terselubung lantas poligami jadi solusi padahal > di sisi lain manusia katanya disuruh menahan hawa nafsu. Lantas kemana > manfaat puasa ramadhan yg dilakukan seumur hidup? :-) Apakah perempuan > tidak punya masalah yg sama? Perempuan kan juga makhluk seksual :-)) > Bisa jadi lebih 'hot' dari laki2 (tapi kemudian ini dicoba utk > dieliminasi dng sunat perempuan) Ini bukan soal tabu, tapi menurut gw > soal hati nurani dan logika berpikir. Non-sense menurut gw sih. > > Bicara soal budaya, budaya masa depan ada di tangan kita saat ini. > Rasul pada level tertentu berkontribusi dlm mengubah budaya masyarakat > Arab pada saat itu. Bukan berarti kemudian budaya masa lalu menjadi > legitimasi utk budaya masa depan bila memang kita sbg manusia yg hidup > pada masa kini memproyeksikan suatu masyarakat yg lebih 'maju' dari > masa lalu. Rasul melakukan revolusi dari berpuluh hingga membatasi > menjadi 4 saja. Tapi tetap, monogami yg terbaik. Persoalan angka 4 > adalah persoalan melakukan perubahan secara bertahap. Pertanyaannya > kemudian, maukah kita melengkapi perubahan tsb atau menganggapnya sbg > sesuatu norma yg statis? > > Kedua, 'budaya' masa lalu yg mbak sebutkan berarti berbeda dong dng > budaya yg pak sabri dan mas ary uraikan yg katanya dull masyarakat > kita sensitif gender :-) Makanya dlm menilai bagaimana gender bergerak > dlm masyarakat juga mengikutkan persoalan konteks waktu, status > sosial, ras, dll karena bisa jadi gender bergerak dlm wujud yg > berbeda2 dlm tiap level masyarakat dlm konstruk waktu yg berbeda2. > Persoalannya kemudian adalah apa asumsi yg berada dibelakangnya? Sama > halnya dng membahas poligami, apa asumsi yg ada dibelakangnya, > terutama soal bagaimana melihat perempuan dan laki yg kemudian > membentuk relasi sosial diantaranya. Singkirkan dulu kata2 i
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mba Lina, Lina: Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga sepakat kalo mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan bersama. Diluar itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari kebahagiaan dalam > kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan teman saya itu bukan > poligami yang ideal, bagi kita yang diluar lingkaran itu...:-). > Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia dari kehidupan buruknya, tuk > sekarang ini. Gak tau nanti kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan > istrinya sehingga istrinya bisa ikhlas...:-)) Chae: Bagaimana pun pengaruh poligami terhadap temanya Mba Lina, jangan lupa ada "korban" atau pihak yang didzalimi. Hal ini sering terjadi terumata ketika pihak yang lemah (istri) tidak mempunyai pilihan atau daya tawar yang seimbang karena ketergantungan secara ekonomi misalnya..makanya saya berharap para perempuan sadar akan pentingnya kemandirian baik secara ekonomi maupun kemandirian suara (menentukan pilihan). Padahal Mba Lina juga tahu kan bahwa Islam sangat menekankan perlindungan bagi pihak yang lebih yang dikhwatirkan mudah untuk di dzalimi misalnya dalam kasus waris, perkawinan, hukum dll > "Berselingkuh bukan berarti berganti budaya"? Bergantung kali ya > mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti > berganti budaya lah. Chae: Budaya adalah salah sau yang diyakini sebagai standard kebaneran atau nilai norma kadang orang banyak yang melakukan pelanggaran terhadap nilai budaya yang di anutnya tapi tetap mempunyai memegang standard nilai budaya. Misalnya seorang Bapa pencuri tetap tidak mau anaknya jadi pencuri atau seorang Bapa yang suka bersilingkuh tetap mengharapkan anaknya mendapatkan suami yang setia..kira-kira begitu;) > Jadi, intinya poligami (kini) itu adalah perselingkuhan yang > berlindung dibalik dalil agama ya mbak. He..he..kalau namanya > berselingkuh..sebetulnya gak ada yang bisa berlindung dibalik apapun > dong ya, apalagi agama kecuali ..dibalik selimut...:-) Chae: mungkin lebih tepatnya kalau berpoligami bisa berlindung dibalik selangkangan kalau bukan hasil kesepakatan bersama;) > wassalam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh > > masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia > lebih> bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus- > kasus> poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih > > bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan > dan> bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap > adanya> herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah > istri> pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai > hak-hak> khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan > istri2istri> selanjutnya. > > > > Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu > > karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan > cina. > > > > Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:) > > tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan > > legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa > > berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya > > tidak mendapatkan perlindungan hukum. > > > > Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti > budaya,> wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam > perkawinan> mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan > monogami yang> sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota > rentan akan> perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi > antar budaya. > > > > Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang > > dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara > > keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang > > mengalami perubahan gaya hidup:( > > > > Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika > > perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama. > > > > Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak > di> jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada > bangsa> kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon > suami dan> calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu > menjadi bentuk> awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok > Mba Lina pernah> baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya > tahu bahwa awal> pernikahan wong solo ini adalah membentuk > pernikahan monogami. > > > > Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua > belah> pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha > bentuk> perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan > itu sudah> menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah > dilamar oleh> istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan > enteng si istri> pertama mengajak teman
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mbak Lina, Tapi kalo dari perspektif bang yos, mungkin orang spt itu, yg selingkuh, yg poligami terselubung, dll lebih baik dari orang yg belum menikah :-)) Pertanyaannya kemudian adalah mengapa pernikahan poligami yg ada dilakukan diam2 (padahal hukum kita sudah membolehkan?). Perkawinan pada dasarnya adalah kesepakatan, kalo mau dilakukan bertiga, berempat, berlima (kalo istrinya empat) ya silakan, asal itu emang kesepakatan. Kesepakatan dalam arti pembagian jatah kasih sayang, harta, tugas dan kewajiban dlm rumah tangga dll. Problem kan muncul ketika istri tidak mau dipoligami. Tapi persoalannya menjadi runyam manakala ketidaksetujuan istri yg tidak mau dipoligami dianggap sbg sesuatu yg menentang 'hukum Islam'. Yg kemudian ujung2nya solusinya adalah membuat perempuan mengerti/menerima institusi poligami sendiri sbg sesuatu yg 'wajar'. Lantas pilihan istri sbg individual yg punya pilihan dimana? Belum lagi kalau pilihan cerai, belum tentu (mantan) suaminya akan memberikan penghidupan yg layak. Sehingga sama halnya dng kasus poligami terselubuh dlm perkawinan monogami yg mbak katakan, ada juga kasus poligami terselubung dlm pengertian sebenarnya gak nerima institusi poligami itu, tapi ya terpaksa nerimalah. Mempermudah diri dng menerimanya sbg sesuatu yg perlu diterima. Apakah krn ada FAKTA laki2 yg tidak bisa menahan diri thd nafsunya, dan melakukan poligami terselubung lantas poligami jadi solusi padahal di sisi lain manusia katanya disuruh menahan hawa nafsu. Lantas kemana manfaat puasa ramadhan yg dilakukan seumur hidup? :-) Apakah perempuan tidak punya masalah yg sama? Perempuan kan juga makhluk seksual :-)) Bisa jadi lebih 'hot' dari laki2 (tapi kemudian ini dicoba utk dieliminasi dng sunat perempuan) Ini bukan soal tabu, tapi menurut gw soal hati nurani dan logika berpikir. Non-sense menurut gw sih. Bicara soal budaya, budaya masa depan ada di tangan kita saat ini. Rasul pada level tertentu berkontribusi dlm mengubah budaya masyarakat Arab pada saat itu. Bukan berarti kemudian budaya masa lalu menjadi legitimasi utk budaya masa depan bila memang kita sbg manusia yg hidup pada masa kini memproyeksikan suatu masyarakat yg lebih 'maju' dari masa lalu. Rasul melakukan revolusi dari berpuluh hingga membatasi menjadi 4 saja. Tapi tetap, monogami yg terbaik. Persoalan angka 4 adalah persoalan melakukan perubahan secara bertahap. Pertanyaannya kemudian, maukah kita melengkapi perubahan tsb atau menganggapnya sbg sesuatu norma yg statis? Kedua, 'budaya' masa lalu yg mbak sebutkan berarti berbeda dong dng budaya yg pak sabri dan mas ary uraikan yg katanya dull masyarakat kita sensitif gender :-) Makanya dlm menilai bagaimana gender bergerak dlm masyarakat juga mengikutkan persoalan konteks waktu, status sosial, ras, dll karena bisa jadi gender bergerak dlm wujud yg berbeda2 dlm tiap level masyarakat dlm konstruk waktu yg berbeda2. Persoalannya kemudian adalah apa asumsi yg berada dibelakangnya? Sama halnya dng membahas poligami, apa asumsi yg ada dibelakangnya, terutama soal bagaimana melihat perempuan dan laki yg kemudian membentuk relasi sosial diantaranya. Singkirkan dulu kata2 indah yg mengatakan Islam memuliakan perempuan. Mari bicara soal asumsi, perspektif, nilai/values... atau yg simple, apa yg dimaksud dng 'memuliakan' perempuan? Bagaimana kita bisa bicara perempuan dimuliakan dlm 'Islam' kalau dlm institusi poligami, kepentingan perempuan sama sekali gak dilihat? kalau dlm perkawinan monogami sekalipun demikian? Pertanyaann yg belum terjawab adalah solusi 'Islami' yg spt apa utk kasus suami2 yg menelantarkan istri? Soal perkawinan itu indah sih sudahlah.. itu dah banyak gw denger :-) wassalam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal poligami kepada sa
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Terimakasih Mas. Kalau ada renungan ttg ayat cerai, sekalian dong...:-). Selamat merenung kembali. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya tidak tahu harus posting ke bagian mana, karena ini bukan tanggapan > terhadap postingan, tetapi hanya berbagi pandangan tentang poligami saat > saya merenung terhadap ayat. Konteknya umum tentang poligami, tidak masuk > dalam pembicaraan kasus-kasus karena semata-mata perenungan ayat. Tapi saya > pilih reply di postingan Lina aja, yang penting subjeknya poligami. Meskipun > ada "Cerai or Poligami" yang menurut saya lebih merujuk kepada sesuatu yang > lebih khusus dari kontek umum poligami. Karena "cerai", berarti sudah > melihat hal yang lebih sepesifik dari sekedar poligami yaitu hubungan yang > sudah terjalin dalam rumah tangga; bagaimana sampai ada cerai dan bagaimana > tiba-tiba solusinya adalah pilihan antara cerai atau poligami (ini berkaitan > dengan point nomor 2 di bawah). Semoga nanti ada waktu untuk menuliskan > perenungan tentang ayat-ayat rumah tangga Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
tinggal, > pembagian jadwal, dan selainnya. Dan ini yang dimaksud berlaku adil pada > ayat pertama. > > Sayangnya kebanyakan orang terhenti di penjelasan ini saja. Padahal masih > ada pertanyaan yang harus diajukan terhadap kandungan dan relasi kedua > ayat > ini. Benar bahwa maksud "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku > adil > di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian," > > adalah dalam soal perasaan. Namun kenapa dalam "karena itu janganlah kamu > terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang > lain > terkatung-katung," terdapat peringatan terhadap kecenderungan hati ini? > > Jawaban pertamanya sudah jelas, bagian kedua dari kalimat ayat kedua > menunjukkan bahwa maksud adil pada ayat kedua adalah adil dalam perasaan. > Artinya dari segi perasaan, manusia tidak akan pernah bisa adil, meskipun > sangat ingin menegakkannya. Karena itu, bukan adil dalam perasaan ini yang > > dimaksud dalam syarat poligami. Akan tetapi, bagian kedua dari ayat kedua > ini juga mengandung peringatan. Karena justru yang sering dilupakan oleh > orang-orang adalah ketidakadilan itu terjadi sangat dipengaruhi oleh > hasrat > dan kecenderungan hati. Inilah relasi antara kedua ayat tersebut, dan > relasi > "yang terlupa" antara adil perasaan dan adil pada tindakan. > > Anda tidak akan bisa berlaku adil dalam perasaan, tetapi wajib berlaku > adil > dalam perlakuan dan tindakan. Dan jangan lupa bahwa perlakuan dan tindakan > > sangat dipegaruhi oleh dorongan perasaan. Apabila seseorang berpoligami, > tidak mengapa baginya tidak adil dalam soal perasaan karena memang tidak > akan mampu. Misalnya ia lebih cinta dan sayang kepada A (istri muda) > daripada B (istri tua). Tetapi tidak boleh dia tidak adil dalam sikap dan > perlakuan terhadap keduanya. Hikmah ayat yang ingin saya sampaikan adalah > bahwa pada umumnya suami tersebut bersikap tidak adil karena sudah ada > ketidakadilan pada perasaannya. Dia lebih cinta pada A, mampukah dia > menjaga > hanya sebatas perasaan saja? Atau dia tidak merasa bahwa kecintaannya yang > > lebih kepada A daripada B telah membuatnya lebih perhatian kepada A dan > lebih mengutamakannya sehingga dia telah berlaku tidak adil? > > Relasi antara keadilan hati dan keadilan perlakuan ini menyatu dan > menjalin > relasi kembali kepada ayat pertama. Benar, kamu bisa saja mengukur > kemampuan > dalam nafkah, atau mengukur hal-hal yang konkrit dalam perlakuan. Tapi > sudahkah kamu mengukur kemampuan dalam keadilan hati (dan pada ayat > ditegaskan tidak akan mampu). Dan jika kamu sudah pasti tidak mampu > berlaku > adil dari sudut perasaan itu, bisakah kamu menjamin perasaanmu yang berat > sana sini itu tidak mempengaruhi sikap dan perlakuanmu? Jika pada umumnya > justru perasaan inilah yang sangat mempengaruhi sikap, sudah selayaknya > kamu > takut, dan dengan itu jelas bagimu cukup satu saja. > > Parameter lain: jika kamu masih merasa yakin bisa menjamin ketidakadilan > perasaanmu tidak akan mempengaruhi sikapmu, lalu kamu merasa yakin dan > bertekad untuk berpoligami, maka tunggu dulu! Dengan istrinya yang masih > satu itu, sudahkah kamu mengukur dan mempertimbangkan segalanya. Sudahkah > kamu bersikap adil dalam melaksanakan kewajiban terhadapnya seperti > nafkah, > tempat tinggal, perlakuan yang baik, saat kamu memintanya melakukan > sesuatu > maka kamu melakukan hal serupa (tidak mesti sama tapi bisa saja serupa > atau > sejenis, al-baqarah:228). Kemudian memang hubungan kalian berdasarkan > ikatan > suci luhur dan atas dasar cinta. Tapi ini hanya ikatan yang bersifat > global, > bahwa dalam kehidupan sehari-hari pasti ada perasaan-perasaan tertentu > terhadap suatu tindakan dan perbuatan tertentu, bagaimana kamu > mengendalikannya. Sudahkah kamu memastikan bahwa suatu kali kamu tidak > senang terhadap suatu sikap atau tindakannya, maka perasaan itu tidak > mempengaruhi sikap dan perlakuanmu untuk tetap berlaku adil dalam > kewajiban > dan hak? Jika kamu sudah memastikan, silahkan poligami. Tapi tunggu! > kehidupan kalian sudah berlangsung tidak sehari dua hari saja, sedangkan > perasaan selalu muncul setiap detik-detik kehidupan. Pastikan baik-baik! > Yakinkan baik-baik! Dan itu lebih baik bagimu daripada terjatuh dalam > ketidakadilan dan aniaya yang membuatmu berdosa dan selalu berdosa. > Kehidupan suami istri bukan kehidupan sehari dua hari saja. Pastikan > baik-baik! Atau cukup satu saja, karena itu lebih dekat untuk tidak > berlaku > aniaya dan zhalim. Apakah pada yang satu ini kamu sudah berlaku adil? > Sudah > selayaknya kamu takut berlaku tidak adil, dan dengan itu jelas bagimu > cukup > satu saja. > > Itulah sebagian dari
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
tru yang sering dilupakan oleh orang-orang adalah ketidakadilan itu terjadi sangat dipengaruhi oleh hasrat dan kecenderungan hati. Inilah relasi antara kedua ayat tersebut, dan relasi "yang terlupa" antara adil perasaan dan adil pada tindakan. Anda tidak akan bisa berlaku adil dalam perasaan, tetapi wajib berlaku adil dalam perlakuan dan tindakan. Dan jangan lupa bahwa perlakuan dan tindakan sangat dipegaruhi oleh dorongan perasaan. Apabila seseorang berpoligami, tidak mengapa baginya tidak adil dalam soal perasaan karena memang tidak akan mampu. Misalnya ia lebih cinta dan sayang kepada A (istri muda) daripada B (istri tua). Tetapi tidak boleh dia tidak adil dalam sikap dan perlakuan terhadap keduanya. Hikmah ayat yang ingin saya sampaikan adalah bahwa pada umumnya suami tersebut bersikap tidak adil karena sudah ada ketidakadilan pada perasaannya. Dia lebih cinta pada A, mampukah dia menjaga hanya sebatas perasaan saja? Atau dia tidak merasa bahwa kecintaannya yang lebih kepada A daripada B telah membuatnya lebih perhatian kepada A dan lebih mengutamakannya sehingga dia telah berlaku tidak adil? Relasi antara keadilan hati dan keadilan perlakuan ini menyatu dan menjalin relasi kembali kepada ayat pertama. Benar, kamu bisa saja mengukur kemampuan dalam nafkah, atau mengukur hal-hal yang konkrit dalam perlakuan. Tapi sudahkah kamu mengukur kemampuan dalam keadilan hati (dan pada ayat ditegaskan tidak akan mampu). Dan jika kamu sudah pasti tidak mampu berlaku adil dari sudut perasaan itu, bisakah kamu menjamin perasaanmu yang berat sana sini itu tidak mempengaruhi sikap dan perlakuanmu? Jika pada umumnya justru perasaan inilah yang sangat mempengaruhi sikap, sudah selayaknya kamu takut, dan dengan itu jelas bagimu cukup satu saja. Parameter lain: jika kamu masih merasa yakin bisa menjamin ketidakadilan perasaanmu tidak akan mempengaruhi sikapmu, lalu kamu merasa yakin dan bertekad untuk berpoligami, maka tunggu dulu! Dengan istrinya yang masih satu itu, sudahkah kamu mengukur dan mempertimbangkan segalanya. Sudahkah kamu bersikap adil dalam melaksanakan kewajiban terhadapnya seperti nafkah, tempat tinggal, perlakuan yang baik, saat kamu memintanya melakukan sesuatu maka kamu melakukan hal serupa (tidak mesti sama tapi bisa saja serupa atau sejenis, al-baqarah:228). Kemudian memang hubungan kalian berdasarkan ikatan suci luhur dan atas dasar cinta. Tapi ini hanya ikatan yang bersifat global, bahwa dalam kehidupan sehari-hari pasti ada perasaan-perasaan tertentu terhadap suatu tindakan dan perbuatan tertentu, bagaimana kamu mengendalikannya. Sudahkah kamu memastikan bahwa suatu kali kamu tidak senang terhadap suatu sikap atau tindakannya, maka perasaan itu tidak mempengaruhi sikap dan perlakuanmu untuk tetap berlaku adil dalam kewajiban dan hak? Jika kamu sudah memastikan, silahkan poligami. Tapi tunggu! kehidupan kalian sudah berlangsung tidak sehari dua hari saja, sedangkan perasaan selalu muncul setiap detik-detik kehidupan. Pastikan baik-baik! Yakinkan baik-baik! Dan itu lebih baik bagimu daripada terjatuh dalam ketidakadilan dan aniaya yang membuatmu berdosa dan selalu berdosa. Kehidupan suami istri bukan kehidupan sehari dua hari saja. Pastikan baik-baik! Atau cukup satu saja, karena itu lebih dekat untuk tidak berlaku aniaya dan zhalim. Apakah pada yang satu ini kamu sudah berlaku adil? Sudah selayaknya kamu takut berlaku tidak adil, dan dengan itu jelas bagimu cukup satu saja. Itulah sebagian dari renungan dan pikiran saya tentang ayat poligami ini. Keliru? mohon dikoreksi. Wassalam Aman - Original Message - From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, December 09, 2005 4:43 AM Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami > Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari > hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia > adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- > betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan > hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. > > Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah > buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan > membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya > menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh > waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi > tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? > > Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita > seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia > bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu > melakukan perselingkuhan. > > Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini > memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, > katanya rumah tangganya l
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mbak Nisa, Kurasa poligami kini gak terjadi di kalangan tertentu (keluarga kerajaan/bangsawan) aja. Di semua golongan. Pegawai Negeri Gol. IA aja ada...:-). Mbak Nisa, Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga sepakat kalo mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan bersama. Diluar itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan teman saya itu bukan poligami yang ideal, bagi kita yang diluar lingkaran itu...:-). Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia dari kehidupan buruknya, tuk sekarang ini. Gak tau nanti kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan istrinya sehingga istrinya bisa ikhlas...:-)) "Berselingkuh bukan berarti berganti budaya"? Bergantung kali ya mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti berganti budaya lah. Jadi, intinya poligami (kini) itu adalah perselingkuhan yang berlindung dibalik dalil agama ya mbak. He..he..kalau namanya berselingkuh..sebetulnya gak ada yang bisa berlindung dibalik apapun dong ya, apalagi agama kecuali ..dibalik selimut...:-) wassalam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh > masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih> bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus- kasus> poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih > bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan> bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya> herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri> pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak> khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri> selanjutnya. > > Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu > karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina. > > Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:) > tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan > legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa > berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya > tidak mendapatkan perlindungan hukum. > > Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya,> wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan> mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang> sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan> perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya. > > Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang > dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara > keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang > mengalami perubahan gaya hidup:( > > Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika > perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama. > > Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di> jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa> kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan> calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu menjadi bentuk> awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok Mba Lina pernah> baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya tahu bahwa awal> pernikahan wong solo ini adalah membentuk pernikahan monogami. > > Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua belah> pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha bentuk> perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan itu sudah> menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah dilamar oleh> istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan enteng si istri> pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri dari suaminya, waktu> teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia jawabnya "tidak" karena> hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal yang sangat biasa/umum> terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari monogami kepoligami tidak> melanggar kesepakatan antara suami dan istri. > > Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk dari> monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang> terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja merubah bentuk> perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi perubahan bentuk> perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan antara suami dan istri> bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan pihak suami saja atau> istri saja. > > Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan > adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh dilanggar. > > "Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang > menghalakan terjadinya hubungan badan." (HR Muslim 3/573, Tirmidzi No.> 1124, Abu Daud 2139, Nasa'i 6/93 dan Ibnu Majah No. 1954) > > Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari h
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
On 12/9/05, Chae <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh > masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih > bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus > poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih > bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan > bangsawan. true story: tidak hanya satu kali saya mendapati, tukang jual sate dan buruh kasar, di antaranya, punya lebih dari satu istri. fakta. budaya? Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya > herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri > pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak > khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri > selanjutnya. dalam hal ini ISLAM meluruskan. itulah mengapa, sesuai dengan sifat islam yang lentur, tidak serta merta dalam proses mengajak kepada yang benar, sistem monarki dan royalti itu langsung hilang. karena kan dalam konteks sistem2 itu 'poligami budaya' dilakukan ... Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu > karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina. sekali lagi, 'budaya kita' itu yang mana? konon kan kita masih turunan penghuni daratan cina ... Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:) > tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan > legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa > berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya > tidak mendapatkan perlindungan hukum. hati yang berbicara? apa iya ISLAM (gak usah menggeneralisir kalo memang jelas yang dimaksud, toh selain islam relatif jelas hukum nikahnya) itu seJAHAT itu? atau MANUSIAnya? Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya, > wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan > mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang > sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan > perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya. suara hati lagi? Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang > dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara > keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang > mengalami perubahan gaya hidup:( mungkin di desa ya mantri, yang punya warung, atau siapa lah yang bisa seperti supir taxi di kota buat jadi sumber info dan surveynya ... hehehe Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika > perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama. nah, jadi orangnya kan, bukan ISLAM yang memang jadi pangkal permasalahan? Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di > jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa > kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan > calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu menjadi bentuk > awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. menurut fakta/data atau asumsi? Sok Mba Lina pernah > baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya tahu bahwa awal > pernikahan wong solo ini adalah membentuk pernikahan monogami. apa iya ada manusia yang sudah punya ancang-ancang kalo nikah JRENG langsung 2, 3, atau lebih? mungkin juga ada tapi tak terdata ya ...? jadi wajarlah, kok jadi melibatkan wong solo? Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua belah > pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha bentuk > perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan itu sudah > menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah dilamar oleh > istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan enteng si istri > pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri dari suaminya, waktu > teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia jawabnya "tidak" karena > hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal yang sangat biasa/umum > terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari monogami kepoligami tidak > melanggar kesepakatan antara suami dan istri. toh tetap saja diawali dengan satu istri kan? masalah kesepakatan kan itu tidak menunjukkan prakteknya bisa sama ... Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk dari > monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang > terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja merubah bentuk > perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi perubahan bentuk > perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan antara suami dan istri > bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan pihak suami saja atau > istri saja. aturan mana ya? dalilnya? aliran humanisme? Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan > adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh dilanggar. > > "Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang > menghalakan terjadinya hubungan badan." (HR Muslim
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri selanjutnya. Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina. Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:) tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya tidak mendapatkan perlindungan hukum. Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya, wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya. Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang mengalami perubahan gaya hidup:( Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama. Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu menjadi bentuk awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok Mba Lina pernah baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya tahu bahwa awal pernikahan wong solo ini adalah membentuk pernikahan monogami. Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua belah pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha bentuk perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah dilamar oleh istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan enteng si istri pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri dari suaminya, waktu teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia jawabnya "tidak" karena hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal yang sangat biasa/umum terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari monogami kepoligami tidak melanggar kesepakatan antara suami dan istri. Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk dari monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja merubah bentuk perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi perubahan bentuk perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan antara suami dan istri bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan pihak suami saja atau istri saja. Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh dilanggar. "Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang menghalakan terjadinya hubungan badan." (HR Muslim 3/573, Tirmidzi No. 1124, Abu Daud 2139, Nasa'i 6/93 dan Ibnu Majah No. 1954) Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadist Almiswar bin Makhramah berkata : "Ali melamar putri Abu Jahal, lalu Fatimah mendengarnya lantas ia menemui Rasul saw, berkatalah Fatimah : 'kaummu meyakini bahwa engkau tidak pernah marah karena putrimu; Ali menikahi putri Abu Jahal', maka berdirilah Rasulullah saw dan saya mendengar ketika dia membaca dua kalimat syahadat lalu berkata : 'aku menikahkan anakku dengan Abul As bin Robi' dan DIA TIDAK MEMBOHONGIKU, sesunggunhya Fatimah itu bagian dari saya, dan saya sangat membenci orang yang membuatnya marah. Demi Allah putri Rasulullah dan putri musuh Allah tidak pernah akan berkumpul dalam naungan seorang laki-laki maka kemudian Ali membatalkan (lamaran itu)'". (Riwayatkan Bukhori, Fathul bari jilid 7 hal. 58; Muslim, Bab keutamaan sahabat nabi) Kalimat " Dia tidak membohongi" merupakan suatu hal yang implisit dimana menurut saya Ali ra pernah berjanji untuk tidak menyakiti Fatimah baik secara fisik maupun bathin dan mungkin menikahi wanita lain merupakan hal yang akan menyakiti Fatimah ra. Makanya Ali ra sepanjang Fatimah ra hidup tidak pernah menikahi wanita lain padahal mungkin selain anak nya Abu jalal juga banyak tuh yg mau sama Ali ra :) Seharusnya kesepakatan awal perkawinan menjadi kesadaran bagi pihak perempuan yang banyak di rugikan dan didzalimi dengan adanya pelangaran terhadap kesepakatan
Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
bedakan kaum elit dengan rakyat kali ya rakyat, seperti biasa lebih egalitarian. makanya cerita kehidupan equality ortunya oom sabri beda dengan kisah keluarga besar saya. soale keluarga dari bokap masuk kisah elit, sementara nyokap dari rakyat. jadinya friksi di rumah tuh friksi antara kebiasaan keluarga elit vs kebiasaan keluarga yg egalitariannya kuat. hasilnya kayak gue. elit enggak, ngerakyat juga enggak. kalo oom ary bukopin ngeliat orang kayak gue, katanya kayak santri pake topi koboi, sujud susah, ngejar kebo juga repot whahahahaha. btw, jadi bisa mensyukuri, kalo perbedaan itu indah, adanya. salam, Ari Condro - Original Message - From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Cerai or Poligami -->Re: Poligami
Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul- betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya? Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu melakukan perselingkuhan. Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu. Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah menikah lagi diam-diam. Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih baik buat anaknya kemudian? Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami. Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami? Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah. Apakah poligami dibenci Allah. Seberapa tabu kah mereka? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kalau sekarang ini justru dipahami terutama oleh umat islam yang > berbeda budaya dengan bangsa arab, menyatakan bahwa poligami > diperbolehkan bahkan kehalalan poligami ini sampai harus mengorbankan > prinsip keadilan itu sendiri yang menjadi dasar dari perkawinan yang > ditekankan oleh Qur'an. > > Pada masyrakat kita yang berbudaya monogami sebagai betuk perkawinan> yang umumnya, tentu sudah terbentuk sikap,standard, kaidah-kaidah,> norma-norma, patokan, rujukan dll kepada bentuk monogami. > > tentu saja ketika menerma poligami akan menjadi suatu hal/bentuk yang> tidak akan memberikan faktor keadilan. Karena dasarnya mindset kita> terhadap prinsip2 dasar dibentuk oleh faktor kultur dan budaya setempat. > > tentu saya dan anda tidak bisa membayangkan budaya bangsa eskimo yang> suka menjamu tamunya dengan meminjamkan istrinya untuk menemani tidur> tapi bagi masyrakat eskimo hal itu adalah wajar. Bisa jadi saya akan> protes jika harus bertelanjang dada tapi perempuan dayak dan papua> tentu tidak menjadikan hal tersebut masalah. > > Sering kali kita membiarkan Qur'an hanya berdialog dengan bangsa arab> pada masa Nabi dan justru membungkam Qur'an dengan masyrakat kita> sendiri sehingga seringkali terjai salah paham terhadap apa yang> hendak di sampaikan Qur'an. > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/