Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-27 Terurut Topik He-Man




Saya internetan dari jaman ISP cuma ada satu (Indonet) dan pake fasilitas
bokap di Telkom plus pulsa telpon gratis :-D

Kasus-kasus yang saya kasih itu sebenarnya cuma sebagian kecil.Masalah
utamanya adalah Isnet pada awalnya menganut mazhab non partisan dan
non sektarian , tapi kemudian tahun 1999 an seorang pengurus parpol
macam Muaz Junaedy malahan dikasih jabatan penting buat mengendalikan
lalu lintas diskusi pantas saja para simpatisan atau pengurus parpol lain
diperlakukan tidak adil olehnya.Mengapa penganut mazhab garis keras
macam Tutun Nugraha (wahaby) dikasih jabatan yang sama dimana ia
menyalahgunakan jabatannya untuk menindas penganut mazhab lain .
Jangan harapkan ada keadilan bila orang fanatik berkuasa, mengharapkan
orang macam fanatik dan sektarian macam Muaz dan Tutun bersikap
adil pada warga NU , MD , HMI dll sama aja dengan mengharapkan
Sharon bagi-bagi permen ke anak-anak Palestina.

Dan itu semua terjadi di depan hidungnya Nadir itu dimana ia
sebenarnya punya kekuasaan untuk menghentikannya dan mengembalikan
Isnet ke khittahnya.Tapi ia lebih tertarik menyelamatkan muka dan
posisinya, cuma cari amannya sendiri.Ketika ada protes-protes atas
kebijakan yang tidak adil dia berusaha cuma lobby-lobby aja supaya
mereka tidak protes lagi , bukan berusaha menyelesaikannya secara
transparan.

- Original Message -
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, April 27, 2006 8:14 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi


 hmmm, berat juga kalau kayak gini.

 tapi memang ini biasanya sikap para intelektual kita, mereka yg bukan
orang
 lapangan biasanya dibilang penakut, soal ada benernya juga hwahahahah :P

 jaman dulu ketika apakabar masih di bawah om doglas dan isnet masih jaya,
 aku masih buta intenetan sih, jadi yah, hu hu hu, gak begitu jelas
 alasannya. thx udah menginformasikan.

 mas zaki hussein sendiri sekarang ini kemana yah ? aku masih ingat dia du
lu
 lumayan aktif waktu aku awal awal di wm. ada deh setahunan kita menikmati
 tulisannya di wm. udah kelar kan s2 politik ui nya ?


 salam,
 Ari Condro








Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-27 Terurut Topik Ari Condro



Mas Ari Condo dan Mas Dwi Soegardi,

Saya hendak menggunakan hak jawab saya atas email He-Man di milis WM
yang menceritakan masalah kami berdua hanya dari versi dia sendiri.
Mohon hak jawab saya ini dikirimkan ke milis WM karena saya bukan
anggota milis tsb.

1. Masalah pengusiran warga NU dari milis isnet

Gus John dari FKDIA sudah memberikan klarifikasi which sounds loud
and clear. I don't need to say more :-)

Kalau He-Man lupa, maka klarifikasi FKDIA bisa dibaca di sini:
http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/message/4951

Jadi adegannya seperti ini:

He-Man selalu mengulang-ngulang ceritanya bahwa FKDIA (anak-anak
muda NU itu) ditendang dari milis isnet. Gus John dari FKDIA (yang
jadi aktor utama dalam drama ini) malah membantah dengan menyatakan:
a. FKDIA tidak punya masalah secara kelembagaan dengan Isnet
b. Gus John dkk unsubscribe sendiri [He-Man memang story-teller saat
dia bilang kawan-kawan FKDIA tiba-tiba terdepak dari milis isnet dan
tidak bisa subscribe lagi. Lha wong mereka mundur sendiri dan memang
nggak mau subscribe lagi kok :-)]

Klarifikasi dari Gus John itu dengan telak membongkar siapa yang
telah dan sedang berdusta dalam kasus ini. Jangan-jangan kebenaran
itu memang kebohongan yang diucapkan seribu kali. Di berbagai milis,
setiap ada kesempatan, He-Man selalu konsisten meluapkan dendam dan
amarah (serta dustanya) terhadap Isnet. Anehnya, yang dianggap bukan
masalah oleh warga NU namun selalu dipersoalkan oleh He-Man.

Laipula bagaimana mungkin saat saya menjadi Ketua MSI (Majelis Syura Isnet)
terdapat policy mengusir warga NU di Isnet??!!! Lha wong saya
sendiri warga NU kok. Saat ini saya adalah Rais Syuriyah Pengurus
Cabang Istimewa NU Australia-Selandia Baru. Kepengurusan kami dilantik
secara resmi oleh KH. Hasyim Muzadi di Canberra.

2. Masalah Zaki.

Ini email dari Zaki yang mengakui kesalahannya dan meminta He-Man
tidak lagi menyeret-nyeret kasusnya:

http://groups.yahoo.com/group/emansipatoris/message/453

3. Kita tahu He-Man benci dengan PKS. Dan di milis Isnet banyak warga
PKS yg ribut sama He-Man. Di kepengurusan Isnet, saya orang yang
paling membela hak-hak He-Man. Namun hasilnya saya justru dimaki-maki
oleh He-Man dan diserang dg berbagai fitnah dan tuduhan (semua fitnah
He-Man tsb akan saya ajukan kepada Sang Maha Hakim di padang mahsyar
nanti!).

Kebencian He-Man thd PKS dan isnet membuat dia menggenaralisir dan
membuat dia menyerang saya yg merupakan pimpinan Isnet saat itu. Isnet
sendiri tidak punya hubungan kelembagaan dengn PKS. Warga Isnet itu
beragam.

Pelajaran penting buat kita: seringkali kebencian kita thd suatu kaum
membuat kita gelap mata :-)

Demikian hak jawab saya thd statement He-Man alias Hery Permana).

salam sejahtera dengan penuh kehangatan.

=nadir=

Dr. Nadirsyah Hosen
Tc. Beirne School of Law
University of Queensland
Australia


On 4/28/06, He-Man [EMAIL PROTECTED] wrote:


 Saya internetan dari jaman ISP cuma ada satu (Indonet) dan pake fasilitas
 bokap di Telkom plus pulsa telpon gratis :-D

 Kasus-kasus yang saya kasih itu sebenarnya cuma sebagian kecil.Masalah
 utamanya adalah Isnet pada awalnya menganut mazhab non partisan dan
 non sektarian , tapi kemudian tahun 1999 an seorang pengurus parpol
 macam Muaz Junaedy malahan dikasih jabatan penting buat mengendalikan
 lalu lintas diskusi pantas saja para simpatisan atau pengurus parpol lain
 diperlakukan tidak adil olehnya.Mengapa penganut mazhab garis keras
 macam Tutun Nugraha (wahaby) dikasih jabatan yang sama dimana ia
 menyalahgunakan jabatannya untuk menindas penganut mazhab lain .
 Jangan harapkan ada keadilan bila orang fanatik berkuasa, mengharapkan
 orang macam fanatik dan sektarian macam Muaz dan Tutun bersikap
 adil pada warga NU , MD , HMI dll sama aja dengan mengharapkan
 Sharon bagi-bagi permen ke anak-anak Palestina.

 Dan itu semua terjadi di depan hidungnya Nadir itu dimana ia
 sebenarnya punya kekuasaan untuk menghentikannya dan mengembalikan
 Isnet ke khittahnya.Tapi ia lebih tertarik menyelamatkan muka dan
 posisinya, cuma cari amannya sendiri.Ketika ada protes-protes atas
 kebijakan yang tidak adil dia berusaha cuma lobby-lobby aja supaya
 mereka tidak protes lagi , bukan berusaha menyelesaikannya secara
 transparan.


 - Original Message -
 From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Sent: Thursday, April 27, 2006 8:14 AM
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi


  hmmm, berat juga kalau kayak gini.
 
  tapi memang ini biasanya sikap para intelektual kita, mereka yg bukan
 orang
  lapangan biasanya dibilang penakut, soal ada benernya juga hwahahahah :P
 
  jaman dulu ketika apakabar masih di bawah om doglas dan isnet masih
 jaya,
  aku masih buta intenetan sih, jadi yah, hu hu hu, gak begitu jelas
  alasannya. thx udah menginformasikan.
 
  mas zaki hussein sendiri sekarang ini kemana yah ? aku masih ingat dia
 du
 lu
  lumayan aktif waktu aku awal awal di wm. ada deh setahunan kita
 menikmati

Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-27 Terurut Topik Dwi W. Soegardi



Saya sarankan topik ini disudahi saja.
Sudah diposting versi He said, Man said.

He-Man sebaiknya menahan diri,
sedang Nadir tidak ikutan milis ini.

Akibatnya, kita ngga jadi membahas isi tulisannya :-(

salam,
DWS






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Women
  
  
Islam
  
  
Muslimah
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-27 Terurut Topik ariel




setuju mas DWS, lebih baik disudahi saja.
topik ini kan muncul karena saya melontarkan ide agar pak Nadir diajak
bergabung ke WM, tak tahunya malah berkembang menyeret kenangan masa
lalu. Yo wis disudahi saja. Lagi pula masih ada yang setia jadi tukang
pos tulisan2 beliau kok hehehe..:) 

salam,
-ariel

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya sarankan topik ini disudahi saja.
 Sudah diposting versi He said, Man said.
 
 He-Man sebaiknya menahan diri,
 sedang Nadir tidak ikutan milis ini.
 
 Akibatnya, kita ngga jadi membahas isi tulisannya :-(
 
 salam,
 DWS












Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Women
  
  
Islam
  
  
Muslimah
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-26 Terurut Topik He-Man




Saya tidak pernah bilang dia fundies , saya hanya permasalahkan anak-anak
NU yang ditendangin dari Isnet waktu dia menjabat jadi Ketua MSI (majlis
Syuro Isnet) , orang Isnet bersikukuh itu karena e-mail mereka bouncing
menurut gw cuma alasan yang dibuat-buat karena mereka menggunakan
ISP yang berbeda-beda , mana mungkin bouncing massal kayak gitu
dimana yang ditendangin cuma orang-orang NU .

Saya juga masalahin diberi tentang Zaki yang diberi sanksi karena kirim
posting 3 kali , sementara si Agung Prima kirim 7 nggak diapa-apain ,
jadi jelas banget standar ganda , mentang-mentang yang satu anak HMI
yang satu anak pro PKS jadi perlakuannya beda..

Dan saya muak dengan ular kepala dua kayak gitu

- Original Message -
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 26, 2006 9:28 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi


 udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak nadir
ditolak,
 gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss nadir ini
 fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe

 padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi austalia) doi
 dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah spesial topik
ttg
 anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik terhadap pola
 marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi umat jadi
sangat
 kuat - di tempo kalo gak salah.

 tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi dikirim
langsung
 secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan karena mas dwi
 buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya saya baru
 buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi heiraaan,
 ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi lulut :p
 inget kucing piaraan dulu huehehehe

 salam,
 ari condro

 On 4/26/06, ariel [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 
  imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali. Seingat sya
  dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar usul
  bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~
 
  salam,
  -ariel
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
  
   Reformasi Syariat Birokrasi
  
   Nadirsyah Hosen
  
   Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan peraih dua
   gelar PhD dari National University of Singapore dan University of
   Wollongong.
  
   Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan semangat
   melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal (tahap
   pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di gelanggang
   politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan melakukan
   amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini kemudian
   diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
  
   Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat pemerintah baik di
   pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih efisien dan
   efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi. Tersendatnya
   reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat gerakan
   mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
   tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak positif
   gerakan reformasi paska Orde Baru.
  
   Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah kelompok Islam
   untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai reformasi
   sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di Indonesia. Setelah
   gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 UUD 1945
   dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta, sejumlah
   elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat Islam di
   beberapa daerah.
  
   Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program reformasi
   birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan yang baik,
   mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka melalui
   tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut dengan syariat
   birokrasi.
  
   Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian, pembuatan
   papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi perempuan sampai
   dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon pengantin.
   Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat Edaran Bupati,
   Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan Daerah
   (Perda).
  
   Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga persoalan.
   Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar masalah kulit semata
   yang tidak menyentuh kebutuhan nyata masyarakat. Mereka gagal
   mempromosikan susbtansi ajaran Islam (maqashid al-syariah) dalam
   konteks pelayanan publik. Bagi masyarakat, syariat Islam dianggap
   berhasil diterapkan apabila pegawai di kantor bupati melayani publik
   dengan baik, efektif, efisien dan tidak ada unsur KKN. Bukanlah
   menjadi soal apakah pegawai tersebut

Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-26 Terurut Topik He-Man




Sebelum ada milis gratisan e-Groups lalu YahooGroups , milis Islam
satu-satunya cuma Isnet.Awalnya sih bagus , sebagai wadah silaturahmi
muslim , gw inget gw bahkan ikutan nyumbang harddisk buat milis itu.
Para selebriti macam Gus Dur , Malarangeng Brother dll ikutan disana.

Tapi paska jatuhnya Soeharto mulailah petualang politik berkeliaran
apalagi ketika itu KTPDI dipegang kaum fanatik macam Muaz Junaedy
(PKS) dan Tutun Nugraha (Salafy).

Ketika sebelumnya yang ditendang dari Isnet bisa dihitung dengan jari
dan kebanyakan karena memang pantas ditendang macam si Jusfiq 
Hadjar, pada era itu yang ditendangin justru malahan aktivis-aktivis
Islam , bisa karena alirannya beda dengan orang KTPDI , kalah
debat , nggak suka dengan organisasi Islam tempat dia bernaung ,
beda aliran politik dll.Iseng aja coba liat pada era 1999 sampai
jatuhnya Gus Dur liat siapa aja yang diusirin dari milis itu.

Dan gw karena merasa pernah ikut nyumbang buat diriin tuh milis
yah gak terima saya protes dan ditendang dengan tuduhan Syi'ah
tuduhan yang betul-betul konyol...Orang salafy kan benci 100 %
kepada syi'ah makanya semua musuhnya langsung di cap syi'ah 
persis kayak PKS v.s JIL.

Posisi Nadir waktu itu jadi ketua MSI secara struktur diatas KTPDI
seluruh pengusiran member harus sepersetujuan dia, dan di masa dia
terjadi rekor pengusiran member.Dan saya muak melihat ketidak
adilan semacam itu.Di depan dia bersikap seperti orang bijaksana
tapi di belakang malah nikam.

Saya sudah kasih contoh mengenai sterilisasi milis Isnet dari orang
NU , Nadir waktu itu berkilah e-mail mereka bouncing tapi kenapa
pada hari yang sama member itu bisa aktif di milis lain plus kenapa
keanggotaan mereka tidak dipulihkan bahkan sampai sekarang.Dan 
yang lebih aneh lagi semuanya orang NU, bukankah aneh tiba-tiba 
semua orang NU hilang dalam satu hari.

Saya juga protes keras dalam masalah Zaki Hussein kenapa dia
ditendang dengan dalih pelanggaran kuota posting padahal pada
hari yang sama si Agung Prima ngirim sampai 7 posting tapi tidak
mendapat sanksi apa-apa.Jadi keliatan banget salah satu kubu
pengen mendominasi arena diskusi dengan mencari-cari celah
untuk mengusir kubu yang bersebrangan.

Itu masalah gw dengan Nadirsyah , dia gak mau terima protes gw
gw juga gak mau terima ketidakadilan yang dia terapin..

- Original Message - 
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 26, 2006 11:32 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi


 waduh, pas 9/11 aku masih lontang latung di jakarta, baru resign dari sby
 dan lagi cari penghidupan di jakarta.
 
 punya email yg dipake milisan aja baru taon 2002, dan baru ikutan wm
 pertengahan 2002.
 








Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik ariel





imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali. Seingat sya
dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar usul
bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~

salam,
-ariel 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
 
 Reformasi Syariat Birokrasi
 
 Nadirsyah Hosen
 
 Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan peraih dua
 gelar PhD dari National University of Singapore dan University of
 Wollongong.
 
 Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan semangat
 melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal (tahap
 pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di gelanggang
 politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan melakukan
 amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini kemudian
 diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
 
 Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat pemerintah baik di
 pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih efisien dan
 efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi. Tersendatnya
 reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat gerakan
 mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
 tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak positif
 gerakan reformasi paska Orde Baru.
 
 Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah kelompok Islam
 untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai reformasi
 sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di Indonesia. Setelah
 gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 UUD 1945
 dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta, sejumlah
 elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat Islam di
 beberapa daerah.
 
 Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program reformasi
 birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan yang baik,
 mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka melalui
 tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut dengan syariat
 birokrasi.
 
 Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian, pembuatan
 papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi perempuan sampai
 dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon pengantin.
 Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat Edaran Bupati,
 Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan Daerah
 (Perda).
 
 Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga persoalan.
 Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar masalah kulit semata
 yang tidak menyentuh kebutuhan nyata masyarakat. Mereka gagal
 mempromosikan susbtansi ajaran Islam (maqashid al-syariah) dalam
 konteks pelayanan publik. Bagi masyarakat, syariat Islam dianggap
 berhasil diterapkan apabila pegawai di kantor bupati melayani publik
 dengan baik, efektif, efisien dan tidak ada unsur KKN. Bukanlah
 menjadi soal apakah pegawai tersebut berjilbab dan apakah papan nama
 kantor bertuliskan huruf Arab Melayu atau tidak.
 
 Contoh lain adalah bagaimana para penggagas penerapan syariat Islam
 itu memberikan kontribusi pemikiran agar birokrasi kita di daerah
 lebih ramping dan tepat sasaran serta membenahi sistem penggajian dan
 insentif yang adil sesuai dengan merit system.
 
 Indikator berikutnya adalah fasilitas publik seperti toilet umum,
 jalan raya, air bersih, lampu penerangan, angkutan umum, dan gedung
 sekolah terpelihara dengan baik dan dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh
 masyarakat. Ini semua termasuk inti atau substansi dari syariat Islam.
 Dan celakanya, ini pula yang sulit kita dapati di daerah yang
 menerapkan atau tidak menerapkan syariat birokrasi. Lalu apa bedanya
 bagi masyarakat antara menerapkan syariat atau tidak?
 
 Kedua, sebagian topik yang diatur dalam syariat birokrasi sebenarnya
 sudah kebablasan. Tidak ada aturan fiqh yang mengatur pasangan calon
 pengantin untuk pandai baca-tulis al-Qur'an. Fiqh juga tidak
 memberikan sanksi duniawi baik administratif ataupun pidana, bagi
 perempuan yang tidak menutup rambutnya. Kalaupun pemakaian jilbab
 dianggap kewajiban syar'i, maka ini merupakan urusan individu dengan
 sang Khalik. Syariat birokrasi telah mencampuradukkan mana yang
 tuntunan moral, mana yang berupa anjuran dan mana yang berupa
 kewajiban agama.
 
 Ketiga, syariat birokrasi di sejumlah dareah juga tidak memenuhi
 paradigma birokrasi modern: catalytic government dan community-owned
 government (David Osborne dan Ted Gaebler, 1993). Birokrasi
 pemerintahan seharusnya lebih berfungsi sebagai katalis, yang
 melepaskan bidang-bidang yang seharusnya dapat dikerjakan sendiri oleh
 masyarakat. Masalah berpakaian dan kemampuan memahami huruf Arab
 sejatinya merupakan urusan masyarakat bukan urusan birokrasi.
 Birokrasi seharusnya memberdayakan masyarakat agar tidak tergantung
 sepenuhnya kepada pemerintah. Yang kita saksikan beban birokrasi kita
 malah menjadi semakin bertambah.
 
 Kegairahan sejumlah daerah menerapkan syariat 

Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik Ari Condro



udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak nadir ditolak,
gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss nadir ini
fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe

padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi austalia) doi
dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah spesial topik ttg
anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik terhadap pola
marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi umat jadi sangat
kuat - di tempo kalo gak salah.

tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi dikirim langsung
secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan karena mas dwi
buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya saya baru
buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi heiraaan,
ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi lulut :p
inget kucing piaraan dulu huehehehe

salam,
ari condro

On 4/26/06, ariel [EMAIL PROTECTED] wrote:



 imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali. Seingat sya
 dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar usul
 bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~

 salam,
 -ariel

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi

 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
 
  Reformasi Syariat Birokrasi
 
  Nadirsyah Hosen
 
  Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan peraih dua
  gelar PhD dari National University of Singapore dan University of
  Wollongong.
 
  Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan semangat
  melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal (tahap
  pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di gelanggang
  politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan melakukan
  amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini kemudian
  diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
 
  Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat pemerintah baik di
  pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih efisien dan
  efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi. Tersendatnya
  reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat gerakan
  mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
  tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak positif
  gerakan reformasi paska Orde Baru.
 
  Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah kelompok Islam
  untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai reformasi
  sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di Indonesia. Setelah
  gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 UUD 1945
  dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta, sejumlah
  elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat Islam di
  beberapa daerah.
 
  Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program reformasi
  birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan yang baik,
  mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka melalui
  tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut dengan syariat
  birokrasi.
 
  Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian, pembuatan
  papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi perempuan sampai
  dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon pengantin.
  Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat Edaran Bupati,
  Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan Daerah
  (Perda).
 
  Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga persoalan.
  Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar masalah kulit semata
  yang tidak menyentuh kebutuhan nyata masyarakat. Mereka gagal
  mempromosikan susbtansi ajaran Islam (maqashid al-syariah) dalam
  konteks pelayanan publik. Bagi masyarakat, syariat Islam dianggap
  berhasil diterapkan apabila pegawai di kantor bupati melayani publik
  dengan baik, efektif, efisien dan tidak ada unsur KKN. Bukanlah
  menjadi soal apakah pegawai tersebut berjilbab dan apakah papan nama
  kantor bertuliskan huruf Arab Melayu atau tidak.
 
  Contoh lain adalah bagaimana para penggagas penerapan syariat Islam
  itu memberikan kontribusi pemikiran agar birokrasi kita di daerah
  lebih ramping dan tepat sasaran serta membenahi sistem penggajian dan
  insentif yang adil sesuai dengan merit system.
 
  Indikator berikutnya adalah fasilitas publik seperti toilet umum,
  jalan raya, air bersih, lampu penerangan, angkutan umum, dan gedung
  sekolah terpelihara dengan baik dan dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh
  masyarakat. Ini semua termasuk inti atau substansi dari syariat Islam.
  Dan celakanya, ini pula yang sulit kita dapati di daerah yang
  menerapkan atau tidak menerapkan syariat birokrasi. Lalu apa bedanya
  bagi masyarakat antara menerapkan syariat atau tidak?
 
  Kedua, sebagian topik yang diatur dalam syariat birokrasi sebenarnya
  sudah kebablasan. Tidak ada aturan fiqh yang mengatur pasangan calon
  pengantin untuk pandai baca-tulis 

[wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik ritajkt



Mas Ari, 

People grows..:)

(ini kalo mo ngambil hikmah dari ngebaca debat heboh Kang Heman dan 
Pak Nadir jaman jebot dulu) 

Semoga kita juga demikian, amien..:)

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak 
nadir ditolak,
 gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss nadir 
ini
 fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe
 
 padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi austalia) 
doi
 dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah spesial 
topik ttg
 anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik terhadap 
pola
 marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi umat 
jadi sangat
 kuat - di tempo kalo gak salah.
 
 tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi 
dikirim langsung
 secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan karena 
mas dwi
 buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya 
saya baru
 buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi 
heiraaan,
 ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi 
lulut :p
 inget kucing piaraan dulu huehehehe
 
 salam,
 ari condro
 
 On 4/26/06, ariel [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 
  imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali. 
Seingat sya
  dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar usul
  bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~
 
  salam,
  -ariel
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
 
  soegardi@ wrote:
  
   Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
  
   Reformasi Syariat Birokrasi
  
   Nadirsyah Hosen
  
   Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan 
peraih dua
   gelar PhD dari National University of Singapore dan University 
of
   Wollongong.
  
   Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan 
semangat
   melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal 
(tahap
   pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di 
gelanggang
   politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan 
melakukan
   amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini 
kemudian
   diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
  
   Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat pemerintah 
baik di
   pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih efisien 
dan
   efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi. 
Tersendatnya
   reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat 
gerakan
   mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme 
(KKN),
   tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak 
positif
   gerakan reformasi paska Orde Baru.
  
   Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah kelompok 
Islam
   untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai 
reformasi
   sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di Indonesia. 
Setelah
   gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 UUD 
1945
   dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta, 
sejumlah
   elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat Islam 
di
   beberapa daerah.
  
   Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program reformasi
   birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan yang 
baik,
   mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka melalui
   tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut dengan syariat
   birokrasi.
  
   Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian, 
pembuatan
   papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi 
perempuan sampai
   dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon 
pengantin.
   Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat Edaran 
Bupati,
   Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan 
Daerah
   (Perda).
  
   Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga 
persoalan.
   Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar masalah kulit 
semata
   yang tidak menyentuh kebutuhan nyata masyarakat. Mereka gagal
   mempromosikan susbtansi ajaran Islam (maqashid al-syariah) 
dalam
   konteks pelayanan publik. Bagi masyarakat, syariat Islam 
dianggap
   berhasil diterapkan apabila pegawai di kantor bupati melayani 
publik
   dengan baik, efektif, efisien dan tidak ada unsur KKN. Bukanlah
   menjadi soal apakah pegawai tersebut berjilbab dan apakah 
papan nama
   kantor bertuliskan huruf Arab Melayu atau tidak.
  
   Contoh lain adalah bagaimana para penggagas penerapan syariat 
Islam
   itu memberikan kontribusi pemikiran agar birokrasi kita di 
daerah
   lebih ramping dan tepat sasaran serta membenahi sistem 
penggajian dan
   insentif yang adil sesuai dengan merit system.
  
   Indikator berikutnya adalah fasilitas publik seperti toilet 
umum,
   jalan raya, air bersih, lampu penerangan, angkutan umum, dan 
gedung
   sekolah terpelihara dengan baik dan dapat dimanfaatkan 
sepenuhnya oleh
   masyarakat. Ini semua termasuk inti atau substansi dari 
syariat 

Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik Ari Condro



nah ini dia nih yg ku nggak tahu. heman dulu debatan sama mas nadir kapan
dan dimana yah ? milis kmnu2000 ??? atau justru di milis wm ini ?

fyi, nadirsyah hosen adalah anak mantan ketua MUI, ibrahim hosen, dan
sekarang pemegang dua gelas doktor dari NUS dan Quenslaand. gile bener.



On 4/26/06, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mas Ari,

 People grows..:)

 (ini kalo mo ngambil hikmah dari ngebaca debat heboh Kang Heman dan
 Pak Nadir jaman jebot dulu)

 Semoga kita juga demikian, amien..:)

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED]

 wrote:
 
  udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak
 nadir ditolak,
  gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss nadir
 ini
  fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe
 
  padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi austalia)
 doi
  dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah spesial
 topik ttg
  anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik terhadap
 pola
  marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi umat
 jadi sangat
  kuat - di tempo kalo gak salah.
 
  tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi
 dikirim langsung
  secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan karena
 mas dwi
  buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya
 saya baru
  buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi
 heiraaan,
  ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi
 lulut :p
  inget kucing piaraan dulu huehehehe
 
  salam,
  ari condro
 
  On 4/26/06, ariel [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
  
  
   imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali.
 Seingat sya
   dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar usul
   bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~
  
   salam,
   -ariel
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
  
   soegardi@ wrote:
   
Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
   
Reformasi Syariat Birokrasi
   
Nadirsyah Hosen
   
Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan
 peraih dua
gelar PhD dari National University of Singapore dan University
 of
Wollongong.
   
Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan
 semangat
melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal
 (tahap
pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di
 gelanggang
politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan
 melakukan
amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini
 kemudian
diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
   
Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat pemerintah
 baik di
pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih efisien
 dan
efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi.
 Tersendatnya
reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat
 gerakan
mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme
 (KKN),
tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak
 positif
gerakan reformasi paska Orde Baru.
   
Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah kelompok
 Islam
untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai
 reformasi
sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di Indonesia.
 Setelah
gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 UUD
 1945
dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta,
 sejumlah
elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat Islam
 di
beberapa daerah.
   
Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program reformasi
birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan yang
 baik,
mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka melalui
tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut dengan syariat
birokrasi.
   
Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian,
 pembuatan
papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi
 perempuan sampai
dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon
 pengantin.
Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat Edaran
 Bupati,
Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan
 Daerah
(Perda).
   
Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga
 persoalan.
Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar masalah kulit
 semata
yang tidak menyentuh kebutuhan nyata masyarakat. Mereka gagal
mempromosikan susbtansi ajaran Islam (maqashid al-syariah)
 dalam
konteks pelayanan publik. Bagi masyarakat, syariat Islam
 dianggap
berhasil diterapkan apabila pegawai di kantor bupati melayani
 publik
dengan baik, efektif, efisien dan tidak ada unsur KKN. Bukanlah
menjadi soal apakah pegawai tersebut berjilbab dan apakah
 papan nama
kantor bertuliskan huruf Arab Melayu atau tidak.
   
Contoh lain adalah bagaimana para penggagas penerapan syariat
 Islam
itu memberikan kontribusi pemikiran agar birokrasi 

[wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik ritajkt



It's been a long time , Mas Ari
Seingat saya debat itu di milis tetangga..:)

Waktu itu Pak Nadhir sudah di Oz tapi blum doktor, masih 
mengedepankan ID sbg dosen IAIN, dan blum ada peristiwa 911. 
pcmiiw.

Meski sepakat utk gak sepakat, saya kira itu gak bikin Kang He Man 
antipati, dan sebaliknya Pak Nadhir juga gak keberatan postingnya di 
FWD di WM yang ownernya adalah kang He Man..:) 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 nah ini dia nih yg ku nggak tahu. heman dulu debatan sama mas 
nadir kapan
 dan dimana yah ? milis kmnu2000 ??? atau justru di milis wm ini ?
 
 fyi, nadirsyah hosen adalah anak mantan ketua MUI, ibrahim hosen, 
dan
 sekarang pemegang dua gelas doktor dari NUS dan Quenslaand. gile 
bener.
 
 
 
 On 4/26/06, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mas Ari,
 
  People grows..:)
 
  (ini kalo mo ngambil hikmah dari ngebaca debat heboh Kang Heman 
dan
  Pak Nadir jaman jebot dulu)
 
  Semoga kita juga demikian, amien..:)
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@
 
  wrote:
  
   udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak
  nadir ditolak,
   gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss 
nadir
  ini
   fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe
  
   padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi 
austalia)
  doi
   dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah 
spesial
  topik ttg
   anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik 
terhadap
  pola
   marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi 
umat
  jadi sangat
   kuat - di tempo kalo gak salah.
  
   tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi
  dikirim langsung
   secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan 
karena
  mas dwi
   buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya
  saya baru
   buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi
  heiraaan,
   ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi
  lulut :p
   inget kucing piaraan dulu huehehehe
  
   salam,
   ari condro
  
   On 4/26/06, ariel ariela4ever@ wrote:
   
   
   
imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali.
  Seingat sya
dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar 
usul
bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~
   
salam,
-ariel
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi
   
soegardi@ wrote:

 Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006

 Reformasi Syariat Birokrasi

 Nadirsyah Hosen

 Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan
  peraih dua
 gelar PhD dari National University of Singapore dan 
University
  of
 Wollongong.

 Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan
  semangat
 melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal
  (tahap
 pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di
  gelanggang
 politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan
  melakukan
 amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini
  kemudian
 diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.

 Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat 
pemerintah
  baik di
 pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih 
efisien
  dan
 efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi.
  Tersendatnya
 reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat
  gerakan
 mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan 
nepotisme
  (KKN),
 tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak
  positif
 gerakan reformasi paska Orde Baru.

 Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah 
kelompok
  Islam
 untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai
  reformasi
 sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di 
Indonesia.
  Setelah
 gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29 
UUD
  1945
 dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta,
  sejumlah
 elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat 
Islam
  di
 beberapa daerah.

 Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program 
reformasi
 birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan 
yang
  baik,
 mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka 
melalui
 tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut 
dengan syariat
 birokrasi.

 Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian,
  pembuatan
 papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi
  perempuan sampai
 dengan diadakannya program baca tulis al-Qur'an bagi calon
  pengantin.
 Bentuk perangkat hukum yang digunakan mulai dari Surat 
Edaran
  Bupati,
 Instruksi Walikota, Surat Gubernur sampai dengan Peraturan
  Daerah
 (Perda).

 Syariat birokrasi semacam ini paling tidak mengandung tiga
  persoalan.
 Pertama, syariah Islam direduksi menjadi sekedar 

Re: [wanita-muslimah] Re: Hosen: Reformasi Syariat Birokrasi

2006-04-25 Terurut Topik Ari Condro



waduh, pas 9/11 aku masih lontang latung di jakarta, baru resign dari sby
dan lagi cari penghidupan di jakarta.

punya email yg dipake milisan aja baru taon 2002, dan baru ikutan wm
pertengahan 2002.



On 4/26/06, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote:

 It's been a long time , Mas Ari
 Seingat saya debat itu di milis tetangga..:)

 Waktu itu Pak Nadhir sudah di Oz tapi blum doktor, masih
 mengedepankan ID sbg dosen IAIN, dan blum ada peristiwa 911.
 pcmiiw.

 Meski sepakat utk gak sepakat, saya kira itu gak bikin Kang He Man
 antipati, dan sebaliknya Pak Nadhir juga gak keberatan postingnya di
 FWD di WM yang ownernya adalah kang He Man..:)


 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  nah ini dia nih yg ku nggak tahu. heman dulu debatan sama mas
 nadir kapan
  dan dimana yah ? milis kmnu2000 ??? atau justru di milis wm ini ?
 
  fyi, nadirsyah hosen adalah anak mantan ketua MUI, ibrahim hosen,
 dan
  sekarang pemegang dua gelas doktor dari NUS dan Quenslaand. gile
 bener.
 
 
 
  On 4/26/06, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Mas Ari,
  
   People grows..:)
  
   (ini kalo mo ngambil hikmah dari ngebaca debat heboh Kang Heman
 dan
   Pak Nadir jaman jebot dulu)
  
   Semoga kita juga demikian, amien..:)
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@
  
   wrote:
   
udah saya undang pas belio main ke milis al - ikhwan, ama pak
   nadir ditolak,
gara gara dulu clash ama oom he-man. oom he-man bilang boss
 nadir
   ini
fundamentalis, makanya dia mutung huehehhe
   
padahal di milis al-ikhwan dan beberapa milis lain (ppi
 austalia)
   doi
dianggap jil. di quensland pun doi ngajarnya mata kuliah
 spesial
   topik ttg
anti terorisme. beberapa tulisan terakhir justru kritik
 terhadap
   pola
marketing jil yg langsung ke grassroot dan bikin resistensi
 umat
   jadi sangat
kuat - di tempo kalo gak salah.
   
tulisan mas nadir ini, meski dia gak mau ikutan di wm, tapi
   dikirim langsung
secara privat ke email saya, kayaknya ke mas dwi juga, dan
 karena
   mas dwi
buka internet di amerika (pas di indon malam hari, dan paginya
   saya baru
buka). jadi mas dwi yg posting duluan di milis wm dan ks. jadi
   heiraaan,
ama mas dwi, pak nadir ini di jamoni apaan yah hueheheheh jadi
   lulut :p
inget kucing piaraan dulu huehehehe
   
salam,
ari condro
   
On 4/26/06, ariel ariela4ever@ wrote:



 imo, tulisan  kritikan Nadirsyah Hoesen ini tepat sekali.
   Seingat sya
 dulu pernah membaca tulisannya mengenai khilafah. Sekedar
 usul
 bagaiman jika pak Nadirsyah diundang ke WM :)~

 salam,
 -ariel

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dwi W. Soegardi

 soegardi@ wrote:
 
  Gatra Edisi 24 Beredar Senin, 24 April 2006
 
  Reformasi Syariat Birokrasi
 
  Nadirsyah Hosen
 
  Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, dan
   peraih dua
  gelar PhD dari National University of Singapore dan
 University
   of
  Wollongong.
 
  Berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1966-1998) ditandai dengan
   semangat
  melakukan reformasi. Setelah tuntasnya reformasi personal
   (tahap
  pertama) yang dicirikan dengan naiknya para pemain baru di
   gelanggang
  politik nasional, reformasi tahap kedua digelar dengan
   melakukan
  amandemen UUD 1945. Periode reformasi konstitusional ini
   kemudian
  diikuti dengan tahapan berikutnya: reformasi birokrasi.
 
  Unsur pelayanan publik dan penataan kembali aparat
 pemerintah
   baik di
  pusat maupun di daerah guna menjadikan birokrasi lebih
 efisien
   dan
  efektif adalah unsur penting dari reformasi birokrasi.
   Tersendatnya
  reformasi pada periode ini bukan saja mempersulit amanat
   gerakan
  mahasiswa 1998 untuk memberantas korupsi, kolusi dan
 nepotisme
   (KKN),
  tapi juga membuat masyarakat luas tidak merasakan dampak
   positif
  gerakan reformasi paska Orde Baru.
 
  Dalam konteks ini menarik dicermati respon sejumlah
 kelompok
   Islam
  untuk turut serta dalam proses reformasi. Mereka memaknai
   reformasi
  sebagai cara agar syariat Islam dapat diterapkan di
 Indonesia.
   Setelah
  gagal mendesakkan usulannya untuk mengamandemen pasal 29
 UUD
   1945
  dengan memasukkan kembali tujuh kata dari Piagam Jakarta,
   sejumlah
  elemen di tubuh umat mempromosikan ide penerapan syariat
 Islam
   di
  beberapa daerah.
 
  Bukannya turut serta menggagas dan mengisi program
 reformasi
  birokrasi, sesuai prinsip negara hukum dan pemerintahan
 yang
   baik,
  mereka malah asyik mempromosikan syariat versi mereka
 melalui
  tangan-tangan birokrasi. Ini yang saya sebut
 dengan syariat
  birokrasi.
 
  Topik yang diatur mulai dari masalah aturan berpakaian,
   pembuatan
  papan nama Arab Melayu, pemberlakuan jam malam bagi
   perempuan sampai