Balasan: Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Betul sekali Bang Yos. tapi mungkin harapan anda nggak akan terkabul. Mereka-mereka ini (=kecuali yang nggak), jujur aja selalu sinis pada apa-apa yang berbau Islam. Pandangan mereka akan lain kalau informasi datang dari Barat. Mereka rame-rame membangga-banggakan. Dunia emang udah kebalik. SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO <[EMAIL PROTECTED]> menulis: Semoga pembicaraan ini tidak mengarah kepada ajakan untuk membenci bahasa Arab karena Al Qur'an diwahyukan dengan bahasa Arab. Gebyah uyah membenci suatu bangsa, kebudayaan juga kurang bijaksana, mohon direnungkan. salam. st sabri wrote: Kok jadi ngarab lagi :=)) Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi kemshlahatan orang banyak dilakukan. Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan penuh pengertian. Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" ...> wrote: > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak cara > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- araban. > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala akar > budaya kita sendiri. > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah ka > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja kudu > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > tangkal darajat.." > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai dan > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak milik > seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi > terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri > menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). > Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa kedudukan > Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam budaya > arab begitu terpuruk maka kemudian Nabi mensosialisasikan persamaan > kedudukan Ibu dan Bapa ini dengan sabda2 Beliau yang lebih > menonjolkan/meninggikan kedudukan Ibu dibandingkan kedudukan Ayah. > > Semisal hadis tentang seseorang yang bertanya kepada Rasul mana yang > harus di dahulukan, maka kemudian Nabi menjawab sampe 3 kali Ibumu.. > kemudian baru Bapa mu. Atau dengan hadis tentang surga di telapak kaki > Ibu dll > > Chae > Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment SPONSORED LINKS Women Islam Muslimah Women in islam - YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok
Weleh weleh Pak Sutiyoso yang Wijanarjko, Hla sampeyan iki mbawa-mbawa ayat Quran kok zonder mbacanya lebih dulu to Pak...pak. Mbok yao dibaca dulu to, apa ya nyambung gitu sama INTI diskusi yang berlangsung. Duh..piye to Pak, hla Mbak Aisha yang ngangeni itu, Mbak Chae yang cuerdas itu, Aki Ustad Sabri yang udah menjalankan syariah Islam (hla wong jualan dasternya sekarang di Nanggroe Atjeh :)), sudah menjelentrehkan diskusi ini dengan puanjang lebar, bahwa Islam itu BUKAN Arab. Itu dulu yang dipahami, Pak Setuju opo ora sampeyan? Kalo nggak setuju saya juga nggak maksa kok, sak karep sampeyan wae wis asal jangan motong di tikungan diskusi aja, Kang Hla wong Islam itu Rahmatan lil Alamin, je, sehingga di bumi mana pun ia akan menjadi ajaran yang membumi dan menentramkan hati. Itu hlo Pak bedanya ISLAM dengan BUDAYA ARAB yang ketika dibawa ke tempat lain bisa mendapatkan resistensi dari local wisdom yang udah ada (dan lebih sesuai) dengan tempat itu. Budaya Arab (sekali lagi bukan budaya Islam) itu banyak yang kontra produktif terhadap ajaran Islam itu sendiri sebagaimana yang panjang luebardijelasin temen-temen dalam diskusinya. Begitu juga adanya kecenderungan sok berbahasa Arab yang semata-mata karena ada pamrih supaya dianggap ahli agama (atau bersikap riya') terus mengumbar bahasa Arab di lingkungan kampung Jawa. Hla ini kan sama to Pak buruknya , sama sombongnya (atau sama-sama nyebelinnya), dengan orang yang sok ngomong keinggris-inggrisan di kampung Jawa. Nah dengan begitu, sampai di poin ini, saya harap sampeyan nggak salah sangka lagi. Jadi, ayat-ayat yang sampeyan bawa itu ya ndak klop to Pak dengan diskusi ini, hla wong nggak ada yang mengejek dan enggak ada yang lagi menyombongkan sebagaimana Firman Allah yang sampeyan usung kesini. Yang ada adalah membeberkan fakta bahwa budaya Arab itu banyak yang jelek (ini tidak sama dengan menjelekkan to Pak?). Hla ya gimana nggak jelek, kalo sampai Nabi SAW harus diutusNya untuk melakukan reformasi total! Namun, sepeninggal Kanjeng Nabi, sayangnya, budaya yang jelek-jelek itu belum seluruhnya lenyap di sono. Inilah yang kemudian digarisbawahi, biar temen-temen nggak menelan mentah-mentah semua yang dari Arab sono sebagai sesuatu yang lebih baik, karena sekali lagi harus bisa dibedakan mana yang ajaran Islam dan mana yang semata-mata budaya Arab. Nah, sekarang saya mau guyon, katanya, cakep itu relatip, tapi jelek itu absolut..:)) Ini biar sampeyan puas, dan ayat-ayat yang sampeyan bawa ada konteksnya disini, karena saya emang lagi ngeledek orang jelek yang kebetulan...hehehe saya sendiri kok Pak..:)) salam, surita --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jeng Aisha, > > Kalau kita membuka Al Qur'an maka kita akan menemukan ayat yang memberi warning kepada kita supaya berhati - hati dalam membicarakan kelompok atau orang lain, > > 9. Al Hujuraat > > > 11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk- buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. > > > > > 1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. > > [1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya. > > > Semoga saya dijauhkan dari rasa sombong dan rija' > > > salam, > > > > A Yasmina <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Bang Yos, > Yang saya pahami dari obrolan mas Sabri & mba Chae ini, bukan membenci > budaya Arab, termasuk bahasanya. Dari berbagai topik juga disini kalau > bicara Arab atau budaya Arab itu justru kita sedang mencari Islam itu yang > seperti apa yang sebenarnya karena memang Islam mulainya dari Arab sono dan > nyampur donk dengan budaya Arab. Jadi kita pilah2 mana yang budaya Arab > mana yang memang tuntunan Islam. > > Saya sering mendengar ceramah2 agama di mesjid yang ustadznya dengan > ber-api2 menjelaskan Arab - orang Arab, kebudayaannya, kondisi sosial > ekonomi politik, dll-nya itu bags banget, katanya Islam yang bener itu > seperti itulah. > > Padahal yang saya tahu, Arab itu tidak seindah yang dijelaskan ustadz2 itu. > Budaya satu bangsa itu kan tidak selamanya bagus atau cocok diterapkan di > bangsa lainnya kalau dilaksanakan sama persis dengan aslinya, kondisi > alamnya aja beda - iklim gurun dan tropis. Kembali lagi, kita
Balasan: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Saya kira Mbak Chae ini salah pengertian. Dalam Al-Qur'an, yang diwajibkan bagi wanita itu adalah menutup sampai dengan dada. Nggak disebutkan apakah itu jilbab, Burqa' dll. Jadi dalam Syari'at, itu adalh intinya, hakekatnya bukan tekniknya. Kalau budayanya bertentangan dengan Syari'at, ya budanya yang harus dieliminir bukan Syari'atnya yang menyesuaikan dengan budaya. Chae <[EMAIL PROTECTED]> menulis: Pak Sutiyoso, Tidaklah demikian, ini sekedar menjelaskan bahwa seandainya keinginan untuk berSI mau di wujudkan harus benar-benar SI yang berlandaskan akar budaya kita sendiri. Karena hanya dengan akar budaya kita sendiri maka SI itu akan benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Faktanya kan sudah di urai baik oleh Mba Meilany, Pak Sabri dan juga Pak Chodjim bahwa Syariat Islam yang di implemntasikan di zaman Rasul sendiri tidak terlepas dari pengaruh dan berasal dari akar budaya arab. Mencontoh secara membabi buta model dan bentuk SI dari zaman Rasul sama saja kita menghapur akar budaya bangsa kita sendiri dan menggantikan nya dengan akar budaya arab. Sedangkan akar budaya adalah sesuatu yang lahir dari kondisi, keadaan, pengalaman bangsa itu sendiri dan ini merupakan jati diri yang tidak boleh dihilangkan. Menghilangkan jati diri bangsa justru akan memusnahkan keberadaan bangsanya, enggak heran jika penerapan SI di Aceh yang berakar dari budaya di luar Aceh malah membuat susah rakyat aceh sendiri bisa-bisa bangsa aceh hancur dengan SI yang diterapkan sekarang ini. Aceh memang terkenal dengan gelar "serambi Mekah" yang menandakan bahwa ajaran Islam berkembang dengan pesar dan menjadi bagian dari sebagian besar rakyat Aceh. Hanya saja sejak Islam datang ke Aceh tidak serta merta menggusur akar budaya aceh, tetap aceh bertahan dengan jati dirinya, dengan akar budayanya sendiri aceh mampu bertahan dan menjadi bangsa yang kuat. Coba dilihat walau ajaran Islam betul-betul menjadi bagian hidup rakyat aceh tapi tidak serta merta perempuan aceh langsung di jilbabin model wanita arab. Cut nya dien salah seorang pahlawan dari aceh pun tidak berjilbab, berkerudung memang betul tapi tidak serta berjilbab karena jilbab tidak ada dalam akar budaya aceh. Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO wrote: > > Semoga pembicaraan ini tidak mengarah kepada ajakan untuk membenci bahasa Arab karena Al Qur'an diwahyukan dengan bahasa Arab. Gebyah uyah membenci suatu bangsa, kebudayaan juga kurang bijaksana, mohon direnungkan. > > salam. > > st sabri wrote: > Kok jadi ngarab lagi :=)) > > Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang > kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah > membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma > agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi > kemshlahatan orang banyak dilakukan. > > Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak > 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu > dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang > berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak > menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan > penuh pengertian. > > Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat > luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api > [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau > salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 > ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa > dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. > > sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh > senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. > > salam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" > ...> wrote: > > > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak > cara > > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- > araban. > > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala > akar > > budaya kita sendiri. > > > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah > ka > > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja > kudu > > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > > tangkal darajat.." > > > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai > dan > > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak > milik > >
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Sering kali kita terjebak dalam sikap mengkultuskan segala sesuatu padahal jelas arti ketauhidan itu sendiri. Pak Situyoso sebaiknya kita memandang bahasa arab secara proposional dan tidak berlebihan bukankah jelas alasan pemakaian bahasa arab oleh Qur'an sendiri didalam surat Fushshilat ayat 44, dikatakan bahwa pemakaian bahasa arab dikarenakan Nabi sendiri orang arab dan di utus kepada bangsa arab. Seandainya Nabi adalah orang sumedang pasti yang dipakai Qur'an itu bahasa sunda, dan bahasa sunda itu bahasa yang tidak kalah dengan bahasa arab semisal ada pandanan kata yang ada dalam bahasa sunda yang berbeda dengan pandanan kata dalam bahasa lain. semisal "gek diuk" "jung nangtung", "berebet lumpat" atau bahasa yang spcialis semacam melenge (terbuka sedikit) molongo terbuka lebar, atau meletet (mata yang terbuka sedikit) dan molotot terbuka lebar khusus untuk mata. chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jemg Chae, > > Ijinkan saya menyampaikan apa yang tertulis dibawah ini, terimakasih. > > > A l Q u r ' a nd i t u r u n k a n d a l a mb a h a s a A r a b : > > > > 13. Ar Ra'd > > > 37. Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab[776]. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. > > 776]. Keistimewaan bahasa Arab itu antara lain ialah: 1. sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, 2. bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan. 3. bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk peubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasa lain > > > > 26. Asy Syu'araa' > > 191. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. > > 192. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, > > 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), > > > 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang- orang yang memberi peringatan, > > 195. dengan bahasa Arab yang jelas. > > > > > > 41. Fushshilat > > 44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh." > > [1334]. Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka. > > > > > > salam > > > > > > Chae <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Sutiyoso, > > Tidaklah demikian, ini sekedar menjelaskan bahwa seandainya keinginan > untuk berSI mau di wujudkan harus benar-benar SI yang berlandaskan > akar budaya kita sendiri. Karena hanya dengan akar budaya kita sendiri > maka SI itu akan benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan. > > Faktanya kan sudah di urai baik oleh Mba Meilany, Pak Sabri dan juga > Pak Chodjim bahwa Syariat Islam yang di implemntasikan di zaman Rasul > sendiri tidak terlepas dari pengaruh dan berasal dari akar budaya > arab. Mencontoh secara membabi buta model dan bentuk SI dari zaman > Rasul sama saja kita menghapur akar budaya bangsa kita sendiri dan > menggantikan nya dengan akar budaya arab. Sedangkan akar budaya adalah > sesuatu yang lahir dari kondisi, keadaan, pengalaman bangsa itu > sendiri dan ini merupakan jati diri yang tidak boleh dihilangkan. > > Menghilangkan jati diri bangsa justru akan memusnahkan keberadaan > bangsanya, enggak heran jika penerapan SI di Aceh yang berakar dari > budaya di luar Aceh malah membuat susah rakyat aceh sendiri bisa-bisa > bangsa aceh hancur dengan SI yang diterapkan sekarang ini. > > Aceh memang terkenal dengan gelar "serambi Mekah" yang menandakan > bahwa ajaran Islam berkembang dengan pesar dan menjadi bagian dari > sebagian besar rakyat Aceh. Hanya saja sejak Islam datang ke Aceh > tidak serta merta menggusur akar budaya aceh, tetap aceh bertahan > dengan jati dirinya, dengan akar budayanya sendiri aceh mampu bertahan > dan menjadi bangsa yang kuat. > > Coba dilihat walau ajaran Islam betul-betul menjadi bagian hidup > rakyat aceh tapi tidak serta merta perempuan aceh langsung di jilbabin > model wanita arab. Cut nya dien salah seorang pahlawan dari aceh pun > tidak berjilbab, berkerudung memang betul tapi tidak serta berjilbab > karena jilbab tidak ada dalam akar budaya aceh. > > Chae > > -
Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Syukur-syukur, alhamdulillah semoga rejekinya Mas Arcon makin banyak dan makin bertambah saudaranya diseluruh dunia :) , makin banyak saudara/i makin banyak rejeki dan banyak umur yach salam Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: bang yos, udah malem mas :)) aku aja sekarang jam menunjukkan pukul 23.35 masih nunggu L/C di open di Turki sana, buat bikin eksport :P salam, Ari Condro Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment SPONSORED LINKS Women Islam Women in islam Women in islam - YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
RE: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Wan Sabri... Padahal ndak ada itu yang namanya "ISLAM KAFFAH" dalam Kitab Alquran Mushaf Utsmani. Memang, dalam dunia Islam ada istilah "Islam kaffah", tapi itu penafsiran sepihak untuk mendukung kekuasaan yang ada pada daulat islamiyah. Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of st sabri Sent: Tuesday, November 29, 2005 11:02 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan Kok jadi ngarab lagi :=)) Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi kemshlahatan orang banyak dilakukan. Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan penuh pengertian. Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED] ...> wrote: > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak cara > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- araban. > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala akar > budaya kita sendiri. > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah ka > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja kudu > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > tangkal darajat.." > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai dan > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak milik > seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi > terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri > menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). > Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa kedudukan > Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam budaya > arab begitu terpuruk maka kemudian Nabi mensosialisasikan persamaan > kedudukan Ibu dan Bapa ini dengan sabda2 Beliau yang lebih > menonjolkan/meninggikan kedudukan Ibu dibandingkan kedudukan Ayah. > > Semisal hadis tentang seseorang yang bertanya kepada Rasul mana yang > harus di dahulukan, maka kemudian Nabi menjawab sampe 3 kali Ibumu.. > kemudian baru Bapa mu. Atau dengan hadis tentang surga di telapak kaki > Ibu dll > > Chae > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Fair play? Video games influencing politics. Click and talk back! http://us.click.yahoo.com/u8TY5A/tzNLAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Sponsor ~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra
Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
bang yos, udah malem mas :)) aku aja sekarang jam menunjukkan pukul 23.35 masih nunggu L/C di open di Turki sana, buat bikin eksport :P salam, Ari Condro Yahoo! Groups Sponsor ~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Jemg Chae, Ijinkan saya menyampaikan apa yang tertulis dibawah ini, terimakasih. A l Q u r a nd i t u r u n k a n d a l a mb a h a s a A r a b : 13. Ar Ra'd 37. Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab[776]. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. 776]. Keistimewaan bahasa Arab itu antara lain ialah: 1. sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, 2. bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan. 3. bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk peubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasa lain 26. Asy Syu'araa' 191. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. 192. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang- orang yang memberi peringatan, 195. dengan bahasa Arab yang jelas. 41. Fushshilat 44. Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh." [1334]. Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka. salam Chae <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Sutiyoso, Tidaklah demikian, ini sekedar menjelaskan bahwa seandainya keinginan untuk berSI mau di wujudkan harus benar-benar SI yang berlandaskan akar budaya kita sendiri. Karena hanya dengan akar budaya kita sendiri maka SI itu akan benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Faktanya kan sudah di urai baik oleh Mba Meilany, Pak Sabri dan juga Pak Chodjim bahwa Syariat Islam yang di implemntasikan di zaman Rasul sendiri tidak terlepas dari pengaruh dan berasal dari akar budaya arab. Mencontoh secara membabi buta model dan bentuk SI dari zaman Rasul sama saja kita menghapur akar budaya bangsa kita sendiri dan menggantikan nya dengan akar budaya arab. Sedangkan akar budaya adalah sesuatu yang lahir dari kondisi, keadaan, pengalaman bangsa itu sendiri dan ini merupakan jati diri yang tidak boleh dihilangkan. Menghilangkan jati diri bangsa justru akan memusnahkan keberadaan bangsanya, enggak heran jika penerapan SI di Aceh yang berakar dari budaya di luar Aceh malah membuat susah rakyat aceh sendiri bisa-bisa bangsa aceh hancur dengan SI yang diterapkan sekarang ini. Aceh memang terkenal dengan gelar "serambi Mekah" yang menandakan bahwa ajaran Islam berkembang dengan pesar dan menjadi bagian dari sebagian besar rakyat Aceh. Hanya saja sejak Islam datang ke Aceh tidak serta merta menggusur akar budaya aceh, tetap aceh bertahan dengan jati dirinya, dengan akar budayanya sendiri aceh mampu bertahan dan menjadi bangsa yang kuat. Coba dilihat walau ajaran Islam betul-betul menjadi bagian hidup rakyat aceh tapi tidak serta merta perempuan aceh langsung di jilbabin model wanita arab. Cut nya dien salah seorang pahlawan dari aceh pun tidak berjilbab, berkerudung memang betul tapi tidak serta berjilbab karena jilbab tidak ada dalam akar budaya aceh. Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Semoga pembicaraan ini tidak mengarah kepada ajakan untuk membenci bahasa Arab karena Al Qur'an diwahyukan dengan bahasa Arab. Gebyah uyah membenci suatu bangsa, kebudayaan juga kurang bijaksana, mohon direnungkan. > > salam. > > st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kok jadi ngarab lagi :=)) > > Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang > kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah > membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma > agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi > kemshlahatan orang banyak dilakukan. > > Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak > 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu > dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang > berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak > menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan > penuh pengertian. > > Jaman nenek kita, tidak kurang manusia be
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Pak Sutiyoso, Tidaklah demikian, ini sekedar menjelaskan bahwa seandainya keinginan untuk berSI mau di wujudkan harus benar-benar SI yang berlandaskan akar budaya kita sendiri. Karena hanya dengan akar budaya kita sendiri maka SI itu akan benar-benar sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Faktanya kan sudah di urai baik oleh Mba Meilany, Pak Sabri dan juga Pak Chodjim bahwa Syariat Islam yang di implemntasikan di zaman Rasul sendiri tidak terlepas dari pengaruh dan berasal dari akar budaya arab. Mencontoh secara membabi buta model dan bentuk SI dari zaman Rasul sama saja kita menghapur akar budaya bangsa kita sendiri dan menggantikan nya dengan akar budaya arab. Sedangkan akar budaya adalah sesuatu yang lahir dari kondisi, keadaan, pengalaman bangsa itu sendiri dan ini merupakan jati diri yang tidak boleh dihilangkan. Menghilangkan jati diri bangsa justru akan memusnahkan keberadaan bangsanya, enggak heran jika penerapan SI di Aceh yang berakar dari budaya di luar Aceh malah membuat susah rakyat aceh sendiri bisa-bisa bangsa aceh hancur dengan SI yang diterapkan sekarang ini. Aceh memang terkenal dengan gelar "serambi Mekah" yang menandakan bahwa ajaran Islam berkembang dengan pesar dan menjadi bagian dari sebagian besar rakyat Aceh. Hanya saja sejak Islam datang ke Aceh tidak serta merta menggusur akar budaya aceh, tetap aceh bertahan dengan jati dirinya, dengan akar budayanya sendiri aceh mampu bertahan dan menjadi bangsa yang kuat. Coba dilihat walau ajaran Islam betul-betul menjadi bagian hidup rakyat aceh tapi tidak serta merta perempuan aceh langsung di jilbabin model wanita arab. Cut nya dien salah seorang pahlawan dari aceh pun tidak berjilbab, berkerudung memang betul tapi tidak serta berjilbab karena jilbab tidak ada dalam akar budaya aceh. Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Semoga pembicaraan ini tidak mengarah kepada ajakan untuk membenci bahasa Arab karena Al Qur'an diwahyukan dengan bahasa Arab. Gebyah uyah membenci suatu bangsa, kebudayaan juga kurang bijaksana, mohon direnungkan. > > salam. > > st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kok jadi ngarab lagi :=)) > > Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang > kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah > membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma > agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi > kemshlahatan orang banyak dilakukan. > > Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak > 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu > dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang > berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak > menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan > penuh pengertian. > > Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat > luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api > [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau > salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 > ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa > dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. > > sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh > senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. > > salam > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED] > ...> wrote: > > > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak > cara > > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- > araban. > > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala > akar > > budaya kita sendiri. > > > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah > ka > > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja > kudu > > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > > tangkal darajat.." > > > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai > dan > > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak > milik > > seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi > > terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri > > menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). > > Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa > kedudukan > > Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam b
Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Semoga pembicaraan ini tidak mengarah kepada ajakan untuk membenci bahasa Arab karena Al Qur'an diwahyukan dengan bahasa Arab. Gebyah uyah membenci suatu bangsa, kebudayaan juga kurang bijaksana, mohon direnungkan. salam. st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kok jadi ngarab lagi :=)) Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi kemshlahatan orang banyak dilakukan. Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan penuh pengertian. Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED] ...> wrote: > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak cara > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- araban. > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala akar > budaya kita sendiri. > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah ka > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja kudu > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > tangkal darajat.." > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai dan > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak milik > seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi > terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri > menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). > Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa kedudukan > Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam budaya > arab begitu terpuruk maka kemudian Nabi mensosialisasikan persamaan > kedudukan Ibu dan Bapa ini dengan sabda2 Beliau yang lebih > menonjolkan/meninggikan kedudukan Ibu dibandingkan kedudukan Ayah. > > Semisal hadis tentang seseorang yang bertanya kepada Rasul mana yang > harus di dahulukan, maka kemudian Nabi menjawab sampe 3 kali Ibumu.. > kemudian baru Bapa mu. Atau dengan hadis tentang surga di telapak kaki > Ibu dll > > Chae > Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment SPONSORED LINKS Women Islam Muslimah Women in islam - YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posti
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Kok jadi ngarab lagi :=)) Sesungguhnya kita semua wajib untuk napak tilas jejak nenek moyang kita. Seperti yg di posting Bung Ary [bukan arcon] sesepuh kita sudah membuat langkah bagus dengan mengadaptasi masalah hukum waris. Norma agama [islam] diikuti, namun negosiasi-negosiasi dan kesepakatan demi kemshlahatan orang banyak dilakukan. Hanya saja istilah 'KAFFAH' sering dimaknai sangat kaku, kalo ndak 'phlek' seperti langkah Kanjeng Nabi, artinya bid'ah, salah, perlu dieliminir, minimal dicaci maki atau dihujat. Kanjeng Nabi yang berperilaku dan bersikap flamboyan dan agung diyakini tidak menghendaki demikian. Beliau adalah sosok yg arif bijaksana, luwes dan penuh pengertian. Jaman nenek kita, tidak kurang manusia berpengetahuan agama sangat luas, mereka berangkat belajar ke tanah suci Makkah naik kapal api [bukan kopi lho...] pulang tidak serta merta merazia jilbab, ndak mau salaman dengan lawan jenis dan kelakuan aneh lainnya. Di aceh, gambar2 ratu kesohor ndak ada yg pake jilbab, padahal dengan pasti bisa dijejaki mereka menjalankan syariat Islam dengan teguh. sudah saatnya dikembangkan Islam Nusantara yg humanis, berwajah penuh senyum persahabatan, cinta damai dan cinta kemerdekaan. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED] ...> wrote: > > benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik > daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa > kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang > arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang > afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak cara > berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab- araban. > Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala akar > budaya kita sendiri. > > Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini > kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam > pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah ka > gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja kudu > ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa > tangkal darajat.." > > Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai dan > kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak milik > seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi > terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri > menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). > Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa kedudukan > Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam budaya > arab begitu terpuruk maka kemudian Nabi mensosialisasikan persamaan > kedudukan Ibu dan Bapa ini dengan sabda2 Beliau yang lebih > menonjolkan/meninggikan kedudukan Ibu dibandingkan kedudukan Ayah. > > Semisal hadis tentang seseorang yang bertanya kepada Rasul mana yang > harus di dahulukan, maka kemudian Nabi menjawab sampe 3 kali Ibumu.. > kemudian baru Bapa mu. Atau dengan hadis tentang surga di telapak kaki > Ibu dll > > Chae > Yahoo! Groups Sponsor ~--> Fair play? Video games influencing politics. Click and talk back! http://us.click.yahoo.com/u8TY5A/tzNLAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
benar sekali Mba Mei, akar budaya kita ini jelas-jelas lebih baik daripada akar budaya arab (kenyataanya memang demikian) tapi kenapa kalau soal menjadi muslim kita sering kali minder dengan orang-orang arab. Takut enggak kelihatan muslim atau dipandang islamnya kurang afdol sering kali di embel-embeli dengan budaya arab kalau tidak cara berpakaian maka dari bahasa yang digunakan campur dengan arab-araban. Seharusnya kita bangga untuk jadi muslim Indonesia dengan segala akar budaya kita sendiri. Semisal yang dicontohkan Mba meilany dalam akar budaya kita ini kedudukan ayah dan ibu itu sudah berimbang, yang saya tahu ada dalam pribahasa sunda yang kira-kira bunyinya seperti ini.."munjung ulah ka gunung..muja ulah ka sagara tapi munjung mah kudu ka indung muja kudu ka bapa. Atau pribahasa lainya seperti.."Indung tangkal rahayu Bapa tangkal darajat.." Beda dengan akar budaya arab dimana Ibu itu tidak mempunyai nilai dan kedudukan apapun bahkan seorang Ibu bisa diwariskan menjadi hak milik seorang anak. Maka dari itu Nabi mengadakan perubahan atau koreksi terhadap akar budaya bangsa arab pada waktu itu. Qur'an sendiri menyatakan bahwa kedudukan Bapa dan Ibu itu sama (Qs.2:83,4:36 dll). Tapi tentu saja tidak bisa serta merta Nabi mengatakan bahwa kedudukan Ibu dan ayah sama, mengingat kedudukan Ibu sendiri di dalam budaya arab begitu terpuruk maka kemudian Nabi mensosialisasikan persamaan kedudukan Ibu dan Bapa ini dengan sabda2 Beliau yang lebih menonjolkan/meninggikan kedudukan Ibu dibandingkan kedudukan Ayah. Semisal hadis tentang seseorang yang bertanya kepada Rasul mana yang harus di dahulukan, maka kemudian Nabi menjawab sampe 3 kali Ibumu.. kemudian baru Bapa mu. Atau dengan hadis tentang surga di telapak kaki Ibu dll Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nimbrung sdikit saja. untuk nambahin > Di kosakata bahasa indonesia, penghargaan terhadap kata 'ibu'- perempuan itu tinggi. > "Ibu kota, biang gula, pasar induk, ibu pertiwi, bahasa ibu" > sebenernya bahasa indonesia sudah mencerminkan seperti apa yg di katakan hadist > 'surga itu ditelapak kaki ibu' > :-) > > Maksud saya, kalo dah gini knapa juga sangat semangat pindah ke budaya Arab. > kita kan orang indonesia. > Budaya indonesia bagus, bahasa indonesia juga bagus, :-))) > > > salam > l.meilany - cinta tanah air Indonesia. > > > > - Original Message - > From: Chae > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, November 28, 2005 3:14 PM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan > > > Ki Sabri, memang betul kultur budaya kita sendiri ternyata berbeda > dengan kultur budaya arab, kalau di bilang jujurnya budaya asli arab > itu baik sebelum dan sesudah islam datang tidak lebih baik daripada > kultur budaya kita sendiri. > > Makanya suka rada-rada ngeri juga kalau ada yang semangat mau meng-SI > kan negri tercinta karena bukan SI yang hendak di wujudkan tapi SA > yang hendak di wujudkan alias Syariat Arab. > > Suka muncul tuh pertanyaan "kenapa ajaran yang dibawa kanjeng Nabi > Muhammad saw di turunkan di tanah arab, dan banyak jawaban "katanya > karena masyarakat arab itu masyarakat paling "ancur" alias bobrok. > Karena sebiadabnya bangsa Indonesia ini enggak ada sejarah ngubur anak > sendiri atau menjadikan Ibu atau istri sebagai barang taruhan di meja > judi. Jadi kalau diumpakan penyakit, di arab sana tuh penyakitnya udah > kronis semacam kanker dan kalau di Indonesia kemungkinan masih berupa > bisul. Nah.. yang gawatkan kalau obat buat penderita kanker diberikan > kepada penderita bisul, bukanya sembuh bisulnya malah keracunan obat. > > Ketika Qur'an sebagai rujukan hukum bagi umat islam yang diturunkan > kepada masyarakat arab sendiri kan tidak terlepas dari budaya > setempat. Semisal ketika seorang wanita mengadu kepada Nabi Muhammad > saw bahwa ia telah di pukul oleh suaminya, seketika merah padam wajah > Nabi karena menahan marah (emang sih Nabi ini termasuk manusia yang > keluar dari zamanya;) dan kemudian Nabi memerintakan wanita itu untuk > membalas perlakuan suaminya. Seketika protes datang dari kalangan > masyarakat atas keputusan Nabi tsb di nilai tidak proposional > mengingat perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam > masyrakat arab pada waktu itu. Kemudian Turunlah Qs.4:34 yang tetap > dalam budaya masyarakat arab, tidak keluar dari budaya yang ada dimana > ditekankan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan karena pada saat > itu kaum laki-laki dominan menjadi pencari nafkah dan penjaga kabilah. > > Tentu sekarang ini kita tidak bisa berhenti hanya sebatas pemba
Re: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Nimbrung sdikit saja. untuk nambahin Di kosakata bahasa indonesia, penghargaan terhadap kata 'ibu'- perempuan itu tinggi. "Ibu kota, biang gula, pasar induk, ibu pertiwi, bahasa ibu" sebenernya bahasa indonesia sudah mencerminkan seperti apa yg di katakan hadist 'surga itu ditelapak kaki ibu' :-) Maksud saya, kalo dah gini knapa juga sangat semangat pindah ke budaya Arab. kita kan orang indonesia. Budaya indonesia bagus, bahasa indonesia juga bagus, :-))) salam l.meilany - cinta tanah air Indonesia. - Original Message - From: Chae To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, November 28, 2005 3:14 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan Ki Sabri, memang betul kultur budaya kita sendiri ternyata berbeda dengan kultur budaya arab, kalau di bilang jujurnya budaya asli arab itu baik sebelum dan sesudah islam datang tidak lebih baik daripada kultur budaya kita sendiri. Makanya suka rada-rada ngeri juga kalau ada yang semangat mau meng-SI kan negri tercinta karena bukan SI yang hendak di wujudkan tapi SA yang hendak di wujudkan alias Syariat Arab. Suka muncul tuh pertanyaan "kenapa ajaran yang dibawa kanjeng Nabi Muhammad saw di turunkan di tanah arab, dan banyak jawaban "katanya karena masyarakat arab itu masyarakat paling "ancur" alias bobrok. Karena sebiadabnya bangsa Indonesia ini enggak ada sejarah ngubur anak sendiri atau menjadikan Ibu atau istri sebagai barang taruhan di meja judi. Jadi kalau diumpakan penyakit, di arab sana tuh penyakitnya udah kronis semacam kanker dan kalau di Indonesia kemungkinan masih berupa bisul. Nah.. yang gawatkan kalau obat buat penderita kanker diberikan kepada penderita bisul, bukanya sembuh bisulnya malah keracunan obat. Ketika Qur'an sebagai rujukan hukum bagi umat islam yang diturunkan kepada masyarakat arab sendiri kan tidak terlepas dari budaya setempat. Semisal ketika seorang wanita mengadu kepada Nabi Muhammad saw bahwa ia telah di pukul oleh suaminya, seketika merah padam wajah Nabi karena menahan marah (emang sih Nabi ini termasuk manusia yang keluar dari zamanya;) dan kemudian Nabi memerintakan wanita itu untuk membalas perlakuan suaminya. Seketika protes datang dari kalangan masyarakat atas keputusan Nabi tsb di nilai tidak proposional mengingat perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam masyrakat arab pada waktu itu. Kemudian Turunlah Qs.4:34 yang tetap dalam budaya masyarakat arab, tidak keluar dari budaya yang ada dimana ditekankan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan karena pada saat itu kaum laki-laki dominan menjadi pencari nafkah dan penjaga kabilah. Tentu sekarang ini kita tidak bisa berhenti hanya sebatas pembacaan terhadap teks Qur'an dan hadis karena teks Qur'an dan hadis sudah berhenti. Apa jadinya ketika kita berhenti hanya sebatas membaca teks Qur'an padahal zaman telah berubah. Kita menjadikan Qur'an yang secara teks sedang berdialog dengan budaya yang berumur 1400 tahun yang lalu kemudian kita bawa untuk dijadikan dialog dalam budaya kita sekarang. Apa jadinya? yang jelas tidak akan nyambung bisa-bisa jadi Jaka sembung bawa kedongdong;) Balik lagi kemasalah gugatan para feminis terhadap kesetaraan gender atau atas ketimpangan gender akibat dari kekeliruan dalam memahami teks2 Qur'an sehingga melahirkan penafsiran agama yang bias gender terlebih ketidak adilan terhadap perempuan ini sering di legimitasi oleh nilai2 agama. Chae > > Dari sudut historis, kultur jawa sama sekali tidak asing dengan > > pemimpin tertinggi perempuan [RATU] bahkan kata RATU lebih banyak > > digunakan di banding RAJA. Tahta [keprabon] juga istilah yg netral dan > > tidak memiliki tendensi gender. Wahyu keprabon [hak atas Tahta yg > > diterima dari 'Tuhan'] bisa jatuh ke lelaki atau perempuan. Kultur > > jawa dalam persoalan ini juga taat azas; kalo anak sulung Raja adalah > > perempuan, maka dia tetap berhak atas tahta. > > > > Ini potret saja, secara kultural, jawa tidak memiliki masalah > > ketimpangan gender. Pembagian peran [domestik publik] juga > > terdistribusi merata. Lelaki jawa [kok kliatan etnik sekali] tidak > > canggung merawat, menggendong, menyuap, neybokin anak. Kalo hamil > > memang belum bisa :=)) dan ini soal kodrat. Tapi KEWAJIBAN untuk > > bersikap sangat hati-hati berlaku bagi laki2 ketika istrinya hamil Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluar
[wanita-muslimah] Re: Makanya enggak cocok was Ketidaksetaraan
Ki Sabri, memang betul kultur budaya kita sendiri ternyata berbeda dengan kultur budaya arab, kalau di bilang jujurnya budaya asli arab itu baik sebelum dan sesudah islam datang tidak lebih baik daripada kultur budaya kita sendiri. Makanya suka rada-rada ngeri juga kalau ada yang semangat mau meng-SI kan negri tercinta karena bukan SI yang hendak di wujudkan tapi SA yang hendak di wujudkan alias Syariat Arab. Suka muncul tuh pertanyaan "kenapa ajaran yang dibawa kanjeng Nabi Muhammad saw di turunkan di tanah arab, dan banyak jawaban "katanya karena masyarakat arab itu masyarakat paling "ancur" alias bobrok. Karena sebiadabnya bangsa Indonesia ini enggak ada sejarah ngubur anak sendiri atau menjadikan Ibu atau istri sebagai barang taruhan di meja judi. Jadi kalau diumpakan penyakit, di arab sana tuh penyakitnya udah kronis semacam kanker dan kalau di Indonesia kemungkinan masih berupa bisul. Nah.. yang gawatkan kalau obat buat penderita kanker diberikan kepada penderita bisul, bukanya sembuh bisulnya malah keracunan obat. Ketika Qur'an sebagai rujukan hukum bagi umat islam yang diturunkan kepada masyarakat arab sendiri kan tidak terlepas dari budaya setempat. Semisal ketika seorang wanita mengadu kepada Nabi Muhammad saw bahwa ia telah di pukul oleh suaminya, seketika merah padam wajah Nabi karena menahan marah (emang sih Nabi ini termasuk manusia yang keluar dari zamanya;) dan kemudian Nabi memerintakan wanita itu untuk membalas perlakuan suaminya. Seketika protes datang dari kalangan masyarakat atas keputusan Nabi tsb di nilai tidak proposional mengingat perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam masyrakat arab pada waktu itu. Kemudian Turunlah Qs.4:34 yang tetap dalam budaya masyarakat arab, tidak keluar dari budaya yang ada dimana ditekankan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan karena pada saat itu kaum laki-laki dominan menjadi pencari nafkah dan penjaga kabilah. Tentu sekarang ini kita tidak bisa berhenti hanya sebatas pembacaan terhadap teks Qur'an dan hadis karena teks Qur'an dan hadis sudah berhenti. Apa jadinya ketika kita berhenti hanya sebatas membaca teks Qur'an padahal zaman telah berubah. Kita menjadikan Qur'an yang secara teks sedang berdialog dengan budaya yang berumur 1400 tahun yang lalu kemudian kita bawa untuk dijadikan dialog dalam budaya kita sekarang. Apa jadinya? yang jelas tidak akan nyambung bisa-bisa jadi Jaka sembung bawa kedongdong;) Balik lagi kemasalah gugatan para feminis terhadap kesetaraan gender atau atas ketimpangan gender akibat dari kekeliruan dalam memahami teks2 Qur'an sehingga melahirkan penafsiran agama yang bias gender terlebih ketidak adilan terhadap perempuan ini sering di legimitasi oleh nilai2 agama. Chae > > Dari sudut historis, kultur jawa sama sekali tidak asing dengan > > pemimpin tertinggi perempuan [RATU] bahkan kata RATU lebih banyak > > digunakan di banding RAJA. Tahta [keprabon] juga istilah yg netral dan > > tidak memiliki tendensi gender. Wahyu keprabon [hak atas Tahta yg > > diterima dari 'Tuhan'] bisa jatuh ke lelaki atau perempuan. Kultur > > jawa dalam persoalan ini juga taat azas; kalo anak sulung Raja adalah > > perempuan, maka dia tetap berhak atas tahta. > > > > Ini potret saja, secara kultural, jawa tidak memiliki masalah > > ketimpangan gender. Pembagian peran [domestik publik] juga > > terdistribusi merata. Lelaki jawa [kok kliatan etnik sekali] tidak > > canggung merawat, menggendong, menyuap, neybokin anak. Kalo hamil > > memang belum bisa :=)) dan ini soal kodrat. Tapi KEWAJIBAN untuk > > bersikap sangat hati-hati berlaku bagi laki2 ketika istrinya hamil Yahoo! Groups Sponsor ~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/