Tulisan pak Luthfi dibawah ini tidak akurat...
"Kita semua tahu bahwa semburan lumpur tersebut terjadi disekitar sumur
BJP-1 pada
tanggal 29 Mei 2006 pagi beberapa menit setelah terjadi gempa Jogja."
Lho kok tiba-tiba gempa Yogya berubah hari dan tanggalnya bersamaan dengan
semburan BJP-1 pak
Artificial recharge adalah ide briliant untuk memecahkan masalah banjir Jakarta.
Teknologi "Artificial recharge" ini sudah diterapkan di Indonesia, sangat umum
di dunia perminyakan sebagai WATER FLOODING sebagai cara untuk "menyapu" -
minyak - "oil sweeping" dari sumur injeksi ke sumur produksi.
Pak Jamal,
Hari-hari ini mang Okim lagi repot. Nanti insyaallah dikirim batu-batu
bergambar Dewi Kwan Im.
Salam batu mulia, mang Okim
- Original Message -
From: M.Jamal
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 15, 2007 2:10 AM
Subject: kirim foto
Pak Awang,
Kalau punya peta jalur potensi mud volcano karena overpressure, saya mau dong...
Thanks
On 3/15/07, nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Terima kasih sekali pak Awang atas penjelasannya, saya yakin pak Awang pasti
mempunyai data2 yang sangat komplit tentang geologi Jawa Timu
Rekan2 dan Khususnya pak miko,
Saya mau tanya tentang synonim/persamaan nama batuan yang kita kenal dalam
bahasa geologi dengan istilah pada masyarakat umum.
Misalkan topaz, corrondum atau batuanlain2nya?
Terima kasih sebelumnya atas infonya.
Pak Wahyu Trioso pernah memberikan tulisannya tentang pengukuran
geodetik ini untuk melihat distribusi stress-strain di sumatra
selatan.
aku dongengkan disini :
http://rovicky.wordpress.com/2006/07/26/tempat-tempat-yg-perlu-diantisipasi/
rdp
On 3/15/07, H.Z Abidin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Thanks untuk perhatiannya pak Maryanto.
Pertanyaan-2 pak Maryanto susah untuk dijawab dalam milis
karena jawabannya akan terlalu panjang.
Tapi hampir semuanya ada di buku saya pak.
Mulai dari gunungapi, active faults, subsidence dan landslide.
Terkait gunungapi saya memang tidak masuk ke merapi,
Menghubungkan gempa dengan semburan memang bukan hal tidak mungkin
karena secara statistik memang ada didaerah lain yang menunjukkan hal
itu. Tentusaja sebagai geologi tidak serta merta menggunakan data
statistik, karena setiap data memilki karakteristik sendiri-sendiri.
Setiap data point memilki
Pak TJ, bukankah memperlebar atau memperluas sungai secara hidrodinamik akan
memperbesar pengurasan airtanah bebas ke arah sungai? Dan di musim sulit air
(kemarau) juga akan menyebabkan semakin luasnya area yg kekurangan airtanah
dan semakin luas juga daerah sumber pencemar airtanah termasuk masuk
Seperti dalam posting awal saya...
"Penentuan sebaran sungai purba ini adalah untuk merencanakan tempat
pembangunan waduk resapan. Waduk resapan ini rencananya akan digunakan sebagai
salahsatu alternatif untuk mengurangi banjir. Jadi diasumsikan, sungai-sungai
purba di Jakarta ini adalah l
ok, pak. kami tunggu. hari ini sudah diterima 7x4 abstrak, lumayanlah
setelah woro2. nah, nggak perlu nunggu sampai detik2 terakhir,
sekarang saja segera kirimkan.
salam,
syaiful
On 3/14/07, Hiltrudis Gendoet Hartono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Hai...tunggu kang Ipulsedang kita siapken nih..
setuju pak harry, daripada nyari sungai purba lebih baik sungai yg ada
dilebarin, di dalemin dan diluasin.
seperti kata bang ali sampe kiamat-pun jakarta tidak akan pernah
bebas dari banjir, wong jaman belanda saja jakarta pernah banjir, ko.
kelapa gading dulunya...rawa tempat tinggalnya air sekara
Aku jadi inget diskusi dengan Pak Koesoema di Gedung BPPT bulan lalu
tentang pembuangan LuPor (nama baru dari Lusi :).
Pak Koesoema crita, bagaimana semestinya memanfaatkan pola sungai atau
pola pengairan (drainage pattern). Membuang dengan menggunakan "paleo
drainage", "Paleo drainage" itu sunga
Saya rasa terasa naif sekali kalau kita beranggapan bahwa sungai Purba itu
mempunyai morphology seperti pada saat terbentuknya, yaitu mempunyai
perbadaan morphology yan homogen dari arah hulu ke hilir.. pada
kenyataannya, katakanlah di Jakarta, kalau kita lihat penampang geologi dari
bogor ke j
Pak Fajar mungkin bisa komentari hal berikut,
Secara logika, untuk menjadikan sungai purba sebagai tempat penyaluran
air ke laut, minimal ada 3 hal
1. Reservoir cukup porous. Air hujan yang ada apakah bisa masuk ke
reservoir, mengingat banjir terakhir debitnya sangat tinggi ?
2. Terdapat perbed
Pak Fajar
Kalau reservoir ini ditiriskan, apakah kejenuhan airnya menurun
ataukan terisi oleh air laut ?
Apakah akan ada perubahan saturasi atau lebih akan didahului oleh "settlement".
Saya pikir kalau saturasinya tidak menurun drastis ya menginjeksikan
air menjadi muspro alias sia-sia ... karena
Mudah2an tidak akan terjadi salah ketik lagi didalam tulisan2 anda
berikutnya pak Luthfi, terutama yang berhubungan dengan profesi anda sebagai
geologist dan dipergunakan untuk menarik kesimpulan2 teknis.
wass,
nyoto
On 3/14/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Betul Anda Mas Ny
Akan jadi sangat menarik pak...
Lapisan akuifernya ditiriskan dengan pemompaan, kemudian diinjeksikan air
permukaan kedalamnya.
Mungkin diskusinya bisa berkembang.. Mana yang lebih baik, diinjeksikan pada
sungai purba atau pada daerah resapannya?
Salam,
Fajar (1141)
sudun
Betul Anda Mas Nyoto, maaf terjadi mistype, bukan kesengajaan.
Terima kasih atas koreksi Anda.
Salam,
_
From: nyoto - ke-el [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 13 Maret 2007 19:42
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Respon-2 Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI
Pak
19 matches
Mail list logo
