Setuju sanak tan jabok,
berbicara soal ranah dan rantau, semestinya kita berbicara tentang
sebuah
sistem yang satu, bukan sesuatu yang terkotak-kotak.
sistem kita merupakan sistem yang njlimet (kompleks), terkotak-kotak,
dan
hubungannya gak nyambung. dari yang dulu zaman Ahmad Khatib hingga
saa
bang mantari sutan,
bagaimana membuat anak panah yang tepat sasaran? apakah dengan membuat
busurnya??
indikator keberhasilan, bukankah sudah nyata...
yang kita perlukan cuma menatanya kembali...
old value, with new wrapping...
---
bang erwin klo boleh saya menanggapi,
Assalamu'alaikum,
pertanyaan sanak mantari sutan ini adalah pertanyaan visioner. rasanya
pertanyaan inilah yang menjadi concern dan kegusaran mendalam dari pak Saaf
sehingga beliau sempat melontarkan soal visi minangkabau 2020.
soal hubungan ranah-rantau, saya pernah mengaitkan dengan pola pat
Bapak Arif tan jabok yang saya hormati.
Menarik brief yang Bapak sampaikan. Membuat kita para minangkabau ini
bertanya, siapa kita dan dimana kita saat ini.
Apa yang kita cari?
Busur bertatah emas berlian
atau
Anak panah yang selalu tepat sasaran, tanpa pernah berpikir pulang
Kepada rang mudo mudo
Ini yang justru perlu kajian dan penelitian. Beberapa prinsip adalah " sakali
aia gadang sakali tapian barubah " Perubahan memang dibenarkan oleh adat kita
Kita harus mengadakan penyesuaian dengan perkembangan baru. Namun ada pula yang
tak barubah " nan tak lapuak di hujan