wah...diskusinya menarik juga nihhh

saya cuma mau kasih contoh tambahan

semua pasti pada kenal dengan beladiri jepun, yaitu judo atau 
leluhurnya jujutsu

dua jenis beladiri sangat kental dengan filosofi dan spiritual zen 
budhisme ala jepang

tapi di abad ini ada fenomena mencengangkan dari brasil, yaitu 
beladiri gubagan helio gracie, yang dinamakan brazilian jujutsu 
(gracie jujutsu), 

perlu diketahui kalo keluarga gracie ini awalnya belajar ilmu 
beladiri judo dari seorang jepang yg ada di brazil

lalu dengan sentuhan ala barat (yg tentunya boleh di bilang jauh dari 
unsur filosofi atau spiritual), maka teknik2 judo dan jujutsu itu di 
kembangkan sedemikian rupa

dan hasilnya adalah keluarga gracie dgn teknik mixnya itu bisa 
menjuarai berbagai kejuaraan mix martial art, bahkan bisa menang 
melawan pejudo atau pejujutsu dari jepannya

moral of the storynya adalah, contoh diatas itu (judo-->brazilian 
jujutsu) pada saat beladiri itu dilepaskan dari unsur yg mengikatnya 
(dalam hal ini spiritual/filosofi) dan kemudian fokus utk 
mengembangkan teknik2 dan mental agar dapat diaplikasikan pada 
kondisi sebenarnya, akan dapat di capai suatu pencapaian sesuai dgn 
tujuan dari beladiri itu sendiri yaitu bisa membela diri, ketimbang 
terus berkutat pada urusan spiritual/filosofis

ada komentar????






--- In silatindonesia@yahoogroups.com, "R. Wijaya" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> IMHO
> 
> Sangat sayang sekali kalai kita sebagai pesilat hanya mengkotakan 
ilmu silat hanya sebatas olah tehnik dan olah tenaga. Ini seperti 
kisah seekor kutu yang ditaruh dalam kotak korek api, setelah 
beberapa saat maka loncatan kutu tersebut tidak lebih tinggi dari 
batas korek api, berbeda dengan kutu yang berada dalam ruang yang 
bebas.
> 
> Kutu yang loncatanya pendek adalah gambaran pesilat yang membuat 
kotak atau batasan bagi keilmuannya sendiri. Baginya silat hanyalah 
kumpulan jurus2 untuk berkelahi saja. Padahal dalam hal belajar silat 
banyak sisi-sisi yang harusnya bisa kita pahami dan aplikasikan dalam 
hidup. IPSI sendiri membuat kategori seperti ini;
> 1. Bela diri.
> 2. Olah raga.
> 3. Seni.
> 4. Mental Spritual.
> 
> Pesilat yang terfokus hanya pada poin 1 & 2 maka hanyalah itu yang 
dia dapat dan sukar untuk dikembangkan lagi keilmuannya. Pada 
akhirnya pesilat seperti ini menjadi apatis, berpikiran sempit, tidak 
bisa menerima secara terbuka pada pesilat lain yang mempunyai 
kemampuan di luar nalar. Dia pun tidak mampu memahami hukum2 alam 
yang ada di tubuhnya dan aplikasinya dalam pertarungan maupun 
kehidupan sehari-hari.
> 
> Pendapat saya pribadi, layaknya kita pesilat selalu berpikiran 
terbuka dan mampu menerima perbedaan apapun dengan semangat positif, 
jangan kita apriori dan cenderung tertutup.
> 
> Bicara mental spiritual pastinya sukar melepaskannya dari unsur 
bela diri. Secara historis, bela diri timbul karena usaha 
mempertahankan hidup dari kematian dan bicara hidup dan mati tak 
lepas dari konteks mental spiritual..
> 
> CMIIW
> 
> regards
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: devil_buddy <[EMAIL PROTECTED]>
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, March 14, 2007 6:21:38 PM
> Subject: [silatindonesia] Re: new member (sarana silat )
> 
> --- In silatindonesia@ yahoogroups. com, "R. Wijaya" 
<chow_fang_2000@ ...> 
> wrote:
> >
> > mental itu kan bagian dr spritual...
> > 
> > 
> 
> mental itu sama dengan nyali gak???
> 
> yg jelas sih banyak orang yg ga kenal urusan spiritual tapi 
> mental/nyalinya gede bgt...heheheh
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
______________________________________________________________________
______________
> No need to miss a message. Get email on-the-go 
> with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.
> http://mobile.yahoo.com/mail 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke