Semua ini tentu bisa di antisipasi kalau pemimpim memang perduli dan mengerti 
apa yang menjadi prioritas. Jalan rusak ya, urusan siapa? rakyat kan tidak bisa 
bikin apa apa. Mungkin masyarakat kita sudah terbiasa dengan situasi ini 
sehingga ya, "udah lah. percuma". mengapa sampai sekarrang banyak jalan yang 
sudah lama rusak, dan sampai sekarang tetap rusak. Kalau ada usaha sedikit 
saja, tentu urusan itu sedah selesai. Kai nge errtina mindo alu mettruk rukur 
demi sekian ribu masyarakat yang butuh. "Gengsi??????" Gengsi masyarakat atau 
Gendsi Pribadi. Bagenda me jadi na adi la kita pernah erlajar/mengerti tentang 
masyarakat. Emakana, man kerina kam Calon Pemimpin ibas Pilkada 2010 enda,    
TIDAK USAH MENCALONKAN DIRI JIKA ANDA HANYA  " MERASA BISA TAPI TIDAK BISA 
MERASA" nambah serbut na nge kari kegeluhen masyarak karo enda. 

Harga sayur mayur melonjak. 
harga tentu terjadi karena hukum perrmintaan dan penawaran. Ibas si bagenda 
rupana me perlu Intelijen Pasar ras Analis Pasar. Beberapa rekan sudah jelas 
ngatakan daerah tujuan product sayur mayur karo. Sudah ada yang bicara tentang 
pengaruh cuaca, musim masa tanam daerah lain dll. Ini suatu info yg bagus untuk 
mulai memikirkan waht going next. MARI SISUNGKUN CALON BUPATI SI MENDAFTAR IBAS 
PILKADA 2010. Kai JABAB na. 
Adi labo angkana masalah sie janah la tehna jalan keluarna, SAMPING SAJA. Kita 
la perlu pemimpin si ngerana saja, janah jadi SURINDAN ka ibas kita masyarakat 
karo.  




________________________________
From: Alexander Firdaust <daustco...@yahoo.com>
To: infok...@yahoogroups.com; tanahkaro@yahoogroups.com; 
komunitask...@yahoogroups.com
Sent: Sat, June 19, 2010 7:10:42 PM
Subject: [tanahkaro] Berita Kompas Tentang Pertanian Karo

   
Harga Produk Holtikultura Karo Melonjak
Kamis, 17 Juni 2010 | 19:27 WIB


KABANJAHE, KOMPAS.com - Harga sayur-sayuran di 
sentra komoditas hortikultura Kabupaten Karo, Sumatera Utara membubung 
naik dalam satu bulan terakhir. Kenaikan harga terutama terjadi untuk 
komoditas kol, sawi putih dan cabai merah akibat relatif langkanya 
pasokan. Sementara permintaan produk holtikultura dari dataran tinggi 
Karo di luar negeri juga meningkat.
Menurut salah seorang 
eksportir sayur dari Berastagi Reman Barus yang ditemui Kompas, Kamis 
(17/6/2010) mengungkapkan, sebulan terakhir petani di dataran 
tinggi Karo relatif enggan menanam kol dan sawi putih, setelah harganya 
jatuh. Di sisi lain, permintaan akan kol dan sawi putih dari Malaysia, 
Singapura dan Taiwan terus meningkat. Akibatnya harga kol dan sawi putih ikut 
naik. "Tadinya sempat harga kol menyentuh Rp 1.000 sampai Rp 1.500 per 
kilogram, sekarang harga kol sudah meningkat hingga Rp 3.000 per 
kilogram," ujar Reman.
Reman mengatakan, sebenarnya permintaan 
sayuran dari Berastagi ke luar negeri sama besar dengan permintaan pasar dalam 
negeri. Terlebih menurut Reman, permintaan produk holtikultura 
seperti kol dan sawi putih dari Taiwan akan mengalami lonjakan pada 
bulan Juli hingga September. "Di Taiwan pada bulan-bulan tersebut biasa 
terjadi badai sehingga mereka pun mengalami kelangkaan produk 
holtikultura seperti sawi putih dan kol," katanya.
Dengan kondisi 
pasokan dari petani yang langka, sementara permintaan dari luar negeri 
dan dalam negeri sama, harga diperkirakan tetap akan naik. "Kalau di 
Karo sini biasa, kalau harga satu komoditas turun, petani pun enggan 
menanam komoditas tersebut,"ujarnya.
Salah seorang pengepul sayur 
di Desa Simpang Sinaman, Kecamatan Tiga Tanah, Kabupaten Karo, Indra 
Tarigan mengutarakan, saat ini pasokan sayur terutama jenis cabai merah 
dari para petani di wilayah Kabupaten Karo sangat kurang. Ia mengatakan, harga 
satu kilogram cabai merah saat ini mencapai Rp 25.000 per 
kilogram. "Bulan kemarin masih Rp 12.000 per kilogram," kata Indra.
Menurut Indra akibat harga cabai merah yang naik lebih dua kali lipat dalam 
periode satu bulan itu sebagian pedagang dan pengepul terpaksa 
mendatangkan komoditas itu dari Pulau Jawa. Setelah diantar ke 
Berastagi, komoditas itu lantas dikirim ke sejumlah daerah di Sumatera, 
di antaranya ke wilayah Sumatera Barat.
"Ya, cabai-cabai itu 
dikirim dari beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah, seperti dari 
Muntilan, kata Indra.  
Indra menambahkan, kenaikan harga cabai 
merah bahkan pernah mencapai Rp 40.000 pada tahun 2005 lalu. "Ya, saat 
itu bahkan cabai merah dari Manado pun sampai disini," katanya.
Sementara itu, Johannes Sitepu, salah seorang pedagang sayur yang ditemui di 
Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, mengatakan kenaikan 
harga sayur di pasar-pasar ibu kota sangat dipengaruhi pasokan sayur 
dari daerah lain. Johannes adalah salah seorang pemasok sayur ke Pasar 
Kramatjati, Jakarta dan Cibitung, Bekasi.
Sumber:http://regional. kompas.com/ read/2010/ 06/17/19273999/ Harga.Produk. 
Holtikultura. Karo.Melonjak#

Petani Karo Keluhkan Jalan Rusak


Rabu, 16 Juni 2010 | 20:26 WIB
KABANJAHE, 
KOMPAS.com - Petani sayur di Kabupaten Karo dan pelaku 
pariwisata daerah mengeluhkan kerusakan jalan lintas Sumatera di ruas 
Kabanjahe-Merek- Sidikalang dan Kabanjahe-Kotabuluh hingga Aceh. Warga di 
sekitar ruas jalan nasional tersebut, yang sebagian besar memiliki mata 
pencaharian sebagai petani sayur mayur mengalami kesulitan.
Pasalnya, jalur distribusi sayur-mayur dari wilayah Kabupaten Karo ke sejumlah 
wilayah lain di Sumatera Utara dan provinsi lain menjadi terganggu. 
Pelaku wisata pun kesulitan mempromosikan kawasan wisata Dataran Tinggi 
Karo, sebagai salah satu tujuan wisata tradisional di Provinsi Sumatera 
Utara.
Indra Tarigan (53), salah seorang pengepul sayur mayur di 
Desa Simpang Sinaman, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo mengatakan, 
rusaknya jalan kerapkali menyebabkan kemacetan panjang di sekitar 
wilayah pasar. "Kalau macet itu setiap hari, bisa sampai satu jam mobil 
tertahan di depan pasar. Bayangkan saja, sayuran tertahan selama itu, 
kadang-kadang sampai di tempat tujuan sayuran sudah busuk dan tidak ada 
yang mau beli," kata Indra.
Menurut Indra, rusaknya jalan nasional itu mulai terjadi sejak sekitar setahun 
lalu. Ia menduga, rusaknya 
jalan disebabkan ketiadaan dan tidak berfungsinya saluran air di 
pinggir-pinggir jalan sehingga menyebabkan genangan air di badan jalan.
"Pemerintah juga tidak perhatian dengan rusaknya jalan ini. Sekarang sebagian 
orang juga mulai mengutip uang dari para pengguna jalan. Jadi jalan rusak itu 
dijadikan (alasan) sebagai pungutan (uang) jalan," sebut Indra.
Kerusakan jalan di wilayah Karo yang merupakan salah satu tujuan turis domestik 
maupun asing di Sumut juga dikeluhkan praktisi pariwisata. Menurut 
Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Provinsi Sumut Arthur 
Batubara, sering kali institusinya kesulitan mempromosikan destinasi 
tradisional di Sumut seperti Berastagi (Karo) dan Danau Toba karena 
rusaknya infrastruktur utama penghubung kota-kota di Sumut ini.
"Sekarang turis dari Eropa seringstay di Berastagi, terus lanjut ke 
Danau Toba, untuk selanjutnya over land ke Bukittinggi 
(Sumatera Barat). Sekarang kami pun jadi bingung mempromosikannya, kalau 
kondisi jalannya rusak seperti itu," kata Arthur.
Menurut Arthur, pihaknya sempat mendesak pemerintah daerah memperbaiki kondisi 
jalan 
tersebut. Namun karena itu jalan nasional, itu jadi urusan APBN. "Hanya 
saja yang kami dengar, tahun ini memang ada perbaikan kualitas jalan, 
terutama di ruas Karo menuju Dairi," katanya.
Sumber:http://regional. kompas.com/ read/2010/ 06/16/20262176/ Petani.Karo. 
Keluhkan. Jalan.Rusak

Salam Mejuah Juah

Karo Cyber Community
 

 


      

Kirim email ke