The_Eye_in_The_Sky wrote:
> Budi Rahardjo wrote:
>
> > Di Indonesia ... kebanyakan demo buruh sih.
> > Kayak sekarang, sulit bagi pabrik mau buka di Indonesia karena
> > sedikit2 demo buruh. Mendingan bikin pabrik di China saja.
> > Buruh mau demo, disikat tentara. hik hik hik.
> > Tragis memang ya?
> > Kata orang ini kapitalis vs sosialis.
> > Tapi apa mau dikata.
>
> Tadi malam lihat di acara TV Singapore, cuman sekilas karena sambil
> ngoprek TV rusak. Isinya Lee Kuan Yew diwawancara.
> Beliau cerita dulu dulu di Singapore juga ada buruh demo dan mogok. Tapi
> diambil langkah keras pemecatan semua, lalu recruitment ulang dengan
> menyaring bibit bibit hardliner.

Cara ini sama dengan keluhanya Pak Eka "masak mau pecat orang harus
beri pesangon".

Menariknya India pun melakukan hal yang sama (restrukturisasi peraturan
labour/union) dimana peraturan hiring/layoff dibuat mudah dan peran
union dikesampingkan.

Menarik bukan, jadi jangka panjangnya (cara spore dan india) adalah
model pro-market ala kapitalisme.

( banyak yang "gatel" gak nich denger istilah 'pro market' dan
kapitalisme)  :-))


> Dengan cara itu didapatkan tenaga kerja
>   yg produktif dan efisien. Tapi ya akibatnya seperti anda bilang di
> blog anda, jarang ketemu orang Singapore tersenyum di jam kerja :D

Kalau soal orang Singapore gak pernah senyum di MRT itu sebenarnya
sempat muncul artikelnya di koran Strait Times tahun 2000an.

Saya masih ingat karena punya komplain yang sama seperti Pak Budi kalau
mereka jarang senyum :)


-mcp

Kirim email ke