Budi Rahardjo wrote:
On 4/17/06, m.c. ptrwn <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
kalau begitu ini tidak ada bedanya dengan kenyataan dimana pada 1970
Pak Samaun ingin membuat industri semi melalui fairchild tapi ditolak
dengan alasan "padat karya" ?
Waktu itu ceritanya National Semiconductor sudah punya pabriknya
(di Bandung). Jadi sudah ada. Hanya, waktu itu mereka mau meningkatkan
dengan memasang robot/mesin. Karena ketakutan digantikan mesin,
maka usulan mereka ditolang. Akhirnya perusahaan minggat sekalian
ke Malaysia :)
Di Indonesia ... kebanyakan demo buruh sih.
Kayak sekarang, sulit bagi pabrik mau buka di Indonesia karena
sedikit2 demo buruh. Mendingan bikin pabrik di China saja.
Buruh mau demo, disikat tentara. hik hik hik.
Tragis memang ya?
Kata orang ini kapitalis vs sosialis.
Tapi apa mau dikata.
Memang kalau dipikirkan secara rasional
tindakan buruh itu merugikan kaum buruh itu sendiri.
Akan tetapi ini adalah reaksi trauma yang alamiah
terhadap tekanan para penjahat Orde Baru
di masa lalu. Jadi demo buruh harus ditangani
tidak lagi dengan pendekatan Orde Baru/China
yang main asal sikat saja. Saya yakin sepenuhnya
buruh di China juga tidak bisa terus menerus
ditindas macam sekarang pasti ada titik ledaknya.
Mungkin beda terbesar antara Indonesia dan India ini seperti kata Pak
Estananto, kalau pemth India punya long term strategy (dengan mencetak
banyak engineers,etc) sementara pemth Indonesia tidak.
Percaya atau tidak, jaman Pak Harto malah ada strategi!
Ngomong-ngomong apa ya strategi si penjahat Harto?
Sekarang memang kita kebablasan dalam demokrasi.
Di satu sisi bagus karena kita pernah merasakan demokrasi yang mahal
dan ternyata tidak langsung meningkatkan kualitas hidup.
Nah, sekarang bagaimana kita belajar dari dua ekstrim dan mensintesa
sebuah solusi yang khas Indonesia.
-- budi
Saya punya pendapat yang sangat berbeda dengan anda.
Buat saya demokrasi sangat meningkatkan kualitas hidup
saya sebagai bangsa Indonesia. Soalnya tidak stress
musti bungkam terus macam di jaman si penjahat Harto.
Kualitas hidup kan tidak semata-mata kemakmuran ekonomi.
Kesehatan jiwa juga sangat penting :-)