Estananto wrote: > --- "m.c. cptrwn" <[EMAIL PROTECTED]> schrieb: > > > > Ada dua cara beserta plus(+) dan minus(-)nya. > > > 1. mengirimkan orang ke luar negeri (seperti Made, > > Carlos, dkk.) > > > + R&D sudah jalan. resources tersedia. kultur > > sudah ada. > > > - jumlah yang bisa kita kirimkan ke sana > > sedikit :( > > Like this guy? > http://www.businessweek.com/magazine/content/02_49/b3811013.htm
kurang lebih. kalau di india seperti vinod khosla (pendiri sun). VC number 1 di dunia yg menghasilkan persh seperti sun,juniper dan genentech. Btw, jangan salah sangka lho, tapi orang Indonesia sudah mulai ada juga lho :)) tapi sebaiknya saya gak cerita detailnya dulu. Anak satu enak ini emang hebat, datang ke yurep sendirian, kerja sebentar, lihat opportunity, coding , bikin produk , bikin startup dan pershnya maju dibiayai vc. sekarang, lebih maju lagi dia. > > > misalnya pak budi cs ingin agar bandung/cimahi bisa > > mengundang banyak > > investor dan meniru gyundong province (seperti yang > > diforward mas iman > > di bhtv) dengan cara memberi insentif very less tax > > selama 8 tahun. > > Isu utama dalam perencanaan ekonomi Indonesia adalah > lapangan kerja dan keunggulan komparatif, di bawah > bayang2 heavy debt. Ini sudah pakem sejak zaman Orba. > Sayangnya tidak ada yang berpikir bahwa pola itu > sekarang juga dilakukan negara2 SEA yang lain dan kita > akan kalah kalau masih begini2 saja. > Karenanya saya yakin isu free tax belum akan ngetop > karena daerah dan pusat justru butuh duit. Konon > katanya pemerintah akan buka 7 Free Trade Zone, tapi > konsepnya saya sama sekali belum dengar. Nah ini dia baru menarik. Sebenarnya tanggapan pribadi para decision maker baik di daerah atau pusat tentang free trade zone bagaimana sich ? apakah ada yang berpikir sampai kesana dimana long term benefits lebih diperlukan sebagai strategi dibanding short term benefits ? carlos ps: titip salam untuk mas iman , pak estananto.