On Sun, Oct 29, 2006 at 05:52:45AM +0700, Budi Rahardjo wrote: > Hanya, satu hal yang bikin saya susah adalah > kurangnya berita dukungan perusahaan besar terhadap Debian. > Misalnya, yang digembar-gemborkan oleh Oracle dan perusahaan > software komersial lainnya adalah Redhat. Persepsi yang tumbuh > di masyarakat adalah hanya Redhat yang mendukung Oracle. > Oracle tidak jalan (kurang baik jalannya) di Debian. > Padahal, ok-ok saja kan.
Ok, tapi bisa bikin PITA :-) Justru itu lahir ubuntu. Dulu saya mikir, kenapa kok harus ubuntu, kenapa tidak debian saja, ternyata (kesimpulan saya) karena debian keras kepala he..he.. (secara pribadi, saya belum pernah melihat pengguna linux yang tidak keras kepala seperti debian begot .. hi..hi..). > Mudah-mudahan contoh Munich ini bisa menambah keyakinan > bahwa memang Debian sudah ok. Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities. Nampaknya fenomena ini dimanfaatkan oleh intel (beware, saya gak ngerti dan gak mau ngerti soal bisnis :-). Tidak sedikit developer intel yang memasukkan kontribusi ke kernel. Dan jalan bisnis yang dilalui intel adalah mem-bundle semua menjadi satu paket. Barangkali, kalau ditarik benang merah, orang bisa ngerti kenapa kernel hacker (umumnya) tidak menyukai GPLv3. Di Indonesia kapan? Tidak mungkin. Selama semboyan: "apa pun ok asal saya yang ngerjain" masih dipegang teguh. Salam, P.Y. Adi Prasaja --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---