Memang Chae, pemahaman Islam yg sekarang memerlukan pencerahan total, 
reformasi total.  Saya ingat awal2nya di milis saya habis dimaki2 
karena saya bilang Islam perlu dicerahkan.  Tapi makin lama, sudah 
berapa tahun ya?, makin terasa betapa mendesaknya kebutuhan 
pencerahan ini.

Silahkan baca pengalaman tangan pertama di Afghanistan 

http://www.timesonline.co.uk/tol/comment/columnists/guest_contributors
/article1480090.ece

yang baru terbit pagi ini.

Tentu saja laki2 muslim tidak merasa ada yg salah dg pemahaman Islam 
karena memang sistemnya mengutamakan kepentingan laki2 muslim dan 
menomorduakan kepentingan anggota masyarakat lain, perempuan dan 
minoritas.  Jadi enggak heran ada resistansi yg luar biasa baik dari 
laki2 muslim apalagi ulamanya thd gerakan pencerahan.  Laki2 muslim 
tidak merasakan tidak enaknya jadi perempuan di masyarakat Islam 
terbelakang spt Afghanistan, jadi karena tidak merasakan tertekan ya 
tentu tidak ada yg perlu dipusingkan.  Toh bukan mereka yg ditekan, 
cuma perempuan dan kafir.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bagaimana tidak dikatakan bahwa perempuan dalam Islam memang tidak
> setara dengan laki-laki jika laki-laki masih dianggap sebagai 
pemimpin
> perempuan (Qs.4:34), jika perempuan hanya mendapatkan 1/2 dari 
bagian
> laki-laki dalam hal waris (Qs.4:11), jika perempuan berbuat hal yang
> tidak menyenangkan maka dia boleh dipukul (Qs.4:34) dan juga 
bagaimana
> perempuan menjadi saksi haruslah dua orang, juga perempuan diperkosa
> harus menhadirkan 4 saksi (mana mungkinnnn!!!!!!!!), perempuan 
sebagai
> istri boleh diganti-ganti kayak pake kaos kaki saja (Qs.4:20-21),
> perempuan juga boleh dikoleksi jika laki-laki menyenangi perempuan
> lebih dari satu, bisa koleksi sampai 4 orang (Qs.4:3),perempuan di
> perlakukan sebagai "setan" bagi laki-laki sehingga wajib di keberi
> keberadaanya dari padangan laki-laki, ini semua untuk kepentingan
> laki-laki (Qs.33:59)
> 
> ...Masih mau lanjut..;))
>  In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <ko_jano@> wrote:
> 
> >   Jano - ko =
> >    
> >   Mas kapan tho mau berhenti "ber - ignorance ria" ?
> >    
> >   Sebaiknya mas Dana lebih banyak membaca Al Qur'an supaya tahu
> mulianya kedudukan wanita di Islam, ngono
> >    
> >   Ignorance alias ndeso itu yang menyebabkan timbulnya salah
> pengertian antara barat - timur - islam, yang sebenarnya tidak perlu
> terjadi seandainya kita paling tidak mengikuti pola diskusinya 
Francis
> F  dan banyak membaca.
> >    
> >   Diskusi - membaca - diskusi - membaca.
> >    
> >    
> >   Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, tapi bung Dana harus
> ingat bahwa didunia ini yang berhak untuk hidup bukan hanya manusia
> tapi juga mahluk yang lain, baik yang mahluk ghaib atau yang tidak,
> yang juga membutuhkan peraturan untuk mengatur mereka, ingat, mereka
> juga bertasbih kepada Allah SWT.
> > 
> >    
> >   Salam manis
> >    
> >    
> >   ---ooo0ooo---
> >    
> >    
> >   
> > Dan <dana.pamilih@> wrote:
> >           Demokrasi modern yg kita kenal bukan lahir dari 
peradaban
> Islam oleh
> > karena itu wajar jika ada yg skeptis. Demokrasi di Barat itu penuh
> > perjuangan dan tidak lahir begitu saja. Tetapi perkembangan 
pemikiran
> > dan filosofi menuju demokrasi moderen spt sekarang itu jelas 
evolusi
> > dan catatan sejarahnya. Dari filosofi Yunani, Magna Carta, Masa
> > Pencerahan, dsb dsb.
> > 
> > Saya terus terang ikut kelompok yg skeptis tetapi bukan berarti 
saya
> > menentang. Cuma kurang yakin aja karena buktinya belum banyak dan
> > belum mapan. Saya sendiri juga belum pernah baca tulisan2 pemikir
> > Islam mengenai demokrasi. Apakah Anda dapat memberi nama dan judul
> > buku yg perlu saya baca sehingga saya bisa mengikuti alur 
pemikiran
> > filosofisnya dari masyarakat kesukuan di jazirah Arabia menjadi 
negara
> > demokrasi moderen itu apa saja tahapan2 yg telah dilalui dan
> > pemikiran2 filsuf mana yg dianut?
> > 
> > Salah satu yg kurang sreg bagi saya dalam demokrasi Islam ialah 
masih
> > belum setaranya posisi hukum perempuan. Dan ketidak setaraan ini
> > bertentangan dg HAM yg paling dasar. Ada demokrasi tetapi 
perempuan
> > tidak memperoleh kebebasan dan kesetaraan? Ini belum demokrasi 
bagi
> saya.
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo"
> > <wikan.danar@> wrote:
> > >
> > > ya Pak Dana, negara2 Islam juga tengah berubah menuju ke 
demokrasi,
> > > dan semestinya Pak Dana juga tidak menyangsikan hal itu, karena 
Pak
> > > Dana telah menyebutkan contohnya Indonesia sebagai negara yang
> > > mayoritas muslim melaksanakan demokrasi dengan baik.
> > > 
> > > Kalau Pak Dana menyamaratakan bahwa negara2 Islam tidak pintar
> > > berdemokrasi, berarti Pak Dana mengganggap remeh (underestimate)
> > > terhadap kemampuan negara2 Islam tersebut berdemokrasi. Padahal 
kalau
> > > mau fair, ayo dibandingkan antara demokrasi di negara Islam 
dengan
> > > negara Amerika. Satu hal saja. Indonesia dan Pakistan pernah 
mempunyai
> > > presiden/perdana menteri perempuan, sementara Amerika belum.
> > > 
> > > Selanjutnya saya tertarik soal theokrasi yang Pak Dana benturkan
> > > dengan demokrasi. Pak Dana mengambil contoh Iran yang dibilang 
sebagai
> > > contoh negara theokrasi. Oke, banyak orang berpendapat 
demikian, tapi
> > > ada pula yang berpendapat lain. Misalnya dengan menyebut sebagai
> > > "demokrasi beragama" (religious democracy), alih2 theokrasi.
> > > Pelaksanaan pemilu di Iran juga bagus dan lancar. Yang namanya 
supreme
> > > leader juga gak seenaknya sendiri memutuskan. Pada beberapa 
sisi,
> > > supreme leader seperti halnya raja pada negara2 monarki 
konstitutional
> > > sebagai lambang spiritual dan penentu akhir dari sistem 
bernegara.
> > > Artinya pada suatu saat negara chaos karena kudeta atau 
ketiadaan
> > > pimpinan, maka ada supreme leader yang bakal menangani negara, 
jadi
> > > tidak sampai ancur2-an seperti Indonesia pada Mei 1998.
> > > 
> > > Kita juga bisa belajar dan melihat betapa kudeta di Thailand 
bisa jadi
> > > tidak berdarah karena peranan raja yang besar. Orang masih 
menghargai
> > > raja, meskipun perdana menteri sudah diturunkan. Militer pun 
tidak
> > > bakal semena2, karena ada raja yang bakal menjadi kata akhir 
bagi
> > > negara.
> > > 
> > > Terus, saya baca lagi negara2 yang termasuk theokrasi dari 
daftar di
> > > wikipedia. http://en.wikipedia.org/wiki/Theocracy
> > > Oh, ternyata Israel dan Inggris juga termasuk di dalamnya.
> > > Apa maksudnya ini? Condolezza Rice termasuk yang memuji2 Israel
> > > sebagai negara yang demokratis. Nyatanya bentuk pemerintahan 
Israel
> > > adalah theokratis. Jadi demokratis/theokratisnya suatu negara, 
jangan2
> > > hanya didasarkan oleh persepsi Amerika saja, bukan kenyataan
> > > sebenarnya.
> > > 
> > > Inggris? Ternyata negara theokratis juga dengan kerajaan sebagai
> > > "Supreme Governor" dari Gereja Inggris dan "Pelindung 
Kepercayaan".
> > > Jadi Pak Dana, lupakanlah Inggris sebagai negara demokratis, 
karena
> > > nyatanya dia adalah theokratis. Mau berdebat soal istilah? 
Silakan
> > > saja. Kalau misalnya Iran Anda sebut sebagai theokratis, 
Inggris juga
> > > bisa dong saya sebut sebagai theokratis. Ini saya ngambilnya 
dari
> > > Wikipedia lho, bukan pendapat subjektif saya pribadi.
> > > 
> > > Selanjutnya ...
> > > Pendapat Pak Dana lebih bernuansa prasangka ketimbang kebenaran.
> > > Karena nyatanya, pada partai2 Islam yang menjadi peserta bahkan
> > > pemenang pemilu di beberapa negara seperti Aljazair, Mesir, 
Turki,
> > > Palestina, kebanyakan dari mereka diserobot dengan cara yang 
tidak
> > > adil. Jadi bagaimana mau membuktikan diri bahwa partai Islam 
jadi
> > > rahmatan lil'alamin kalau senantiasa dicurangi seperti itu?
> > > 
> > > Soal Iran, Bapak bisa lihat sendiri, bagaimana seorang 
Ahmadinejad
> > > yang sederhana bisa menjadi pemenang pemilu di Iran. Di 
Amerika, mana
> > > bisa seorang yang gak punya duit bisa jadi presiden? Lihat dan
> > > renungkan Pak Dana. Betapa di Amerika, kekuatan duit itu begitu 
utama
> > > untuk pelaksanaan demokrasi. Sehingga akhirnya banyak warga 
yang putus
> > > asa dan memilih untuk tidak memilih dalam pemilu. Apakah ini 
benar
> > > demokrasi, atau sebenarnya kekuasaan/kekuatan uang (Duitcracy)?
> > > 
> > > salam,
> > > --
> > > wikan
> > > http://wikan.multiply.com
> > > 
> > > On 3/6/07, Dan <dana.pamilih@> wrote:
> > > >
> > > > Persoalan utama apakah demokrasi Islam itu benar2 demokrasi. 
Apakah
> > > > penguasa benar2 bertanggung jawab pada rakyat bukan kepada 
Tuhan
> > saja?
> > > >
> > > > Apakah ada transparansi yg memuaskan dalam hal menjalankan 
negara?
> > > > Apakah rakyat benar2 bisa menurunkan penguasa yg tidak lagi
> > disukainya?
> > > >
> > > > Praktek dan pengalaman negara2 syariat atau bermayoritas 
Islam itu
> > > > ternyata tidak menjawab pertanyaan2 di atas secara memuaskan.
> > > >
> > > > Konsep pemerintahan Islam itu umumnya teokratis. Saya pernah 
debat
> > > > sama pak HMNA dan dia bilang Iran bukan teokrasi. Terus saya 
tanya
> > > > memang presidennya bisa gonta ganti tapi Supreme Leader 
(Ayatullah)
> > > > nya bisa diganti enggak? Bukannya seumur hidup dan hanya 
bertanggung
> > > > jawab kepada Tuhan bukan kepada rakyat? Ini teokrasi namanya.
> > > >
> > > > Indonesia lebih demokratis karena memang kita sekarang ini 
negara
> > > > demokrasi beneran bukan cuma namanya doang.
> > >
> > 
> > 
> > 
> >          
> > 
> >  Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke