Pak Satriyo, Ini milis umum! Milis itu ruang publik dimana ada sekian anggota yang ngobrol melalui email tentang berbagai topik. Saat kita posting satu tulisan/ tanggapan, maka kita harus siap untuk ditanggapi siapapun bukan hanya orang tertentu saja. Artinya ketika anda menanggapi mba Rita, tanggapan berikutnya bisa dari mana saja, malah mungkin mba Ritanya jika kebetulan di tempat yang tidak bisa ngakses internet, mungkin saja belum sempat menanggapi.
Memangnya kenapa kalau saya menanggapi? Tidak boleh? Saya menanggapi yang kebetulan saya tahu karena walaupun saya tidak selalu teratur ngobrol di WM, saya pernah tahu mba Rita, mba Mia, dll yang sudah lama banget di WM. Jika saya menjelaskan bahwa mba Rita itu anggota lama WM, bahkan sebelum saya dan pak Satriyo masuk, memangnya kenapa? Kenyataannya begitu kok. Lalu ketika saya mengemukakan pendapat tentang media massa, apakah itu dilarang di milis? Justru salah satu faktor yang menyenangkan dalam milis itu jika untuk satu topik ada banyak pendapat, pendapat dari yang awam sampai ke orang yang memang ahli di topik yang sedang dibicarakan itu akan memperkaya pemahaman kita. Jadi yang namanya ikut menanggapi di milis itu, yang istilah pak Satriyo "main nimbrung" dan istilah lebih seram lagi, "(sok) mbantu" di milis itu biasa. Milis tempat orang saling mengemukakan pendapat. Ada satu istilah dari salah satu sahabat saya, istilah itu disebut "insecurity feeling", nah pertanyaannya kemudian, apakah ada perasaan tidak aman dalam diri anda dan menganggap anggota lain dalam satu milis yang menanggapi itu dianggap membantu orang yang sedang berdiskusi dengan anda? Dalam hal ini ketika anda sedang ngobrol dengan mba Rita, lalu ketika saya ikut menjelaskan dan mengemukakan pendapat pribadi saya dianggap membantu mba Rita? Tenang aja pak, ngobrol di milis itu bukan soal bantu-membantu untuk menyerang dan melumpuhkan seseorang tapi saling membantu untuk makin jelas satu topik, dalam bahasa lainnya supaya topik itu makin jernih. Aturan main di milis kan sudah jelas yang ada dalam tata tertib milis ini. Apa disana ada larangan ketika 2 anggota sedang berdiskusi, anggota lainnya harus diam? Ada apa dengan akhir paragraf saya? Saya menjelaskan tentang keseimbangan dalam pemakaian waktu terbatas yang kita miliki, dan ketika saya bertanya dengan senyum di bawah itu, saya memang bertanya, kenapa disebut menuduh? Apa ini berkaitan dengan insecurity feeling juga?...:) salam Aisha -------------- >From : Satriyo Aisha, Terima kasih lagi buat masukan2 dan peringatannya ... ;-]] Yang memang 'bicara' dengan dengan konteks dimaksud kan memang hanya Rita bukan? Itu yang saya maksud dengan 'fokus' ... jelas? ;-] Kok jadi kemana-mana si? Pake ngaitkan saya dengan yang lain. Tanya saja ke Meilany yang jelas dah beberapa kali kopi darat atau mungkin dengan Mia yang sebagian saudara2 laki2nya kenal saya ... orang2 pks semua, termasuk ummi, ibunya Mia. Bagian akhir paragraf anda ko khas berisi tuduhan ya, walau bernada tanya? hehehe Eniwei, saya masih tetap tunggu jawaban dari Rita yang memang memulai konteks soal media dan lain-lain itu ... Diskusi kan memang harus jelas, nda main nimbrung dan (sok) mbantu jelasin kan? ada aturan main lohhh ... ah kan sudah tahu. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Satriyo, Kok mba Rita disebut yang fokus ke anda? Dulu mba Rita banyak ngobrol dengan pak Jano, apa anda itu pak Jano yang punya nama Sutiyoso juga? Yang jelas mba Rita ini anggota lamaaaa sekali dari WM ini, sebelum pak Satriyo masuk, dan sebelum saya masuk. Dulu sekitar 5-6 tahun yang lalu saya hanya membaca WM, saya mulai berani nulis di WM juga karena salah satunya saya tertarik dengan pendapat-pendapat mba Rita dan ternyata ngobrolnya mba Rita enak sekali selain saya tertarik dengan karya2 blio yang OK buangetsss. Memang beberapa bulan ini mba Rita jarang milisan, tapi blio yang lebih lama dari keanggotaan anda dulu sering kok nulis atau posting artikel bagus. Yang saya tahu, media massa itu ada yang cetak selain yang elektronik. Yang cetak misalnya koran, tabloid, majalah, dll. Yang elektronik itu, yang di radio dan di internet. Hidayatullah itu bukannya majalah? Seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Pikiran Rakyat, Femina, Nova, dll ada yang cetak dan ada yang versi "cyber"nya, Hidayatullah juga bukannya ada yang cetak dan "cyber"nya? Jika iya, masuk media massa juga dwonksss...:) Saya pakai pertanyaan ini karena saya bukan pembaca Hidayatullah cetak ataupun di internetnya, kecuali mungkin sebagian yang diposting teman-teman disini. Jadi kalau pak Satriyo memfwd artikel Hidayatullah, maka anda tidak meragukan kredibilitas media massa, padahal anda kan katanya ragu dengan media massa, atau anda hanya percaya Hidayatullah dan tidak percaya media massa lainnya? Pak, yang dimasalahkan mba Rita bukan apakah artikel yang anda kirim itu dari Hidayatullah atau bukan, tapi jika H itu media massa maka anda juga mengirim artikel dari media massa..:) Yang namanya kemewahan itu bukan dari segi nilai uang saja, tapi jika kita sibuk maka kita sulit untuk milisan, atau jika pekerjaan kita ke tempat dimana tidak ada akses internet maka milisan itu sesuatu yang mewah. Misalnya saya masuk ke pedalaman untuk satu pekerjaan, tidak ada akses internet, yang ada hanya hutan dan orang-orang dari suku terasing, internet atau milisan itu satu kemewahan. Indonesia itu kan bukan hanya Jakarta tuh pak yang dimana-mana gampang ngakses internet...:) Waktu untuk hidup ini kan terbatas dan lurus tidak akan kembali lagi, tidak mungkin jika waktu yang ada hanya dihabiskan untuk milisan, mana untuk kegiatan lainnya? Bukankah Islam mengajarkan keseimbangan antara kegiatan untuk duniawi dan akhirat, untuk keluarga dan non keluarga, untuk beristirahat dan bekerja, untuk melakukan berbagai ibadah dan tidak untuk milisan saja? memangnya pak Satriyo lebih banyak menghabiskan waktu untuk milisan dibanding untuk bekerja, untuk mendidik anak, untuk membimbing istri, dll?...:) salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]