Mba Mei, jangankan autis, jadi perempuan juga sering dilecehin.
It is a sorry state.  Oh, ternyata dalam bahasa Inggris ada 
ungkapannya: I'm sorry to say that being an autist or a woman, one is 
still harassed or discriminated. Artinya, ini menyatakan empati 
terhadap situasi yang memang seperti itu. 

Tapi secara hakikat,  autis, lahir buta-tuli, transexual, gay, 
lesbian adalah - bukanlah suatu kecacatan. Ciptaan Tuhan 
adalah 'sempurna' apa adanya. Dan tentu saja kita selalu punya usaha 
atau ikhtiar dalam 'mensyukuri kesempurnaan' itu.

Khususnya ttg autis, duluuuu saya pernah posting ttg Asperger's 
syndrome, tentang puisi yang diciptakan orang autis, dan menulis 
bahwa melihat autis adalah subhanallah, seperti melihat 'nenek 
moyang' sendiri.  Ada diskusi spekulatif di kalangan akademisi, bahwa 
gene autis adalah gen dorman yang aktif lagi karena suatu rangsangan. 

Makanya, waktu aku bilang 'gaya autis' (aku nggak pernah bilang 
janoko itu autis loh, tapi seperti autis), dalam pikiranku memang 
pingin mengatakan yang lain, bahwa akhlak atau integritas bermilis 
janoko ini emang jeblog, sejujurnya gitu. Gaya autis atau nggak 
nyambungnya itu kan modus operandinya blio. Apa expressi 'gaya autis 
janoko' penghalusan, lha iya. Wong integritas rendah lebih parah dari 
kondisi autis yang merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna. Janoko-lah 
yang melecehkan autism dengan usaha thread jack itu, yang kita lagi 
berusaha bongkar. Makanya jangan ketepu.

Ketidakenakkan timbul akibat situasi yang memang begitu, bahwa orang 
autis atau bahkan menjadi perempuan sering dilecehkan.  Ketidakenakan 
mba Mei itu timbul dari simpati (yang umum), tapi jangan srta merta 
dibenturkan dengan situasi khusus yang saya jabarkan di atas ttg 
Janoko.  

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Nimbrung pcmiiw :
> 1. "Cinta itu buta" ini ungkapan tidak menyerang keadaan jasmani 
seseorang.
> Kata 'buta; tuli, bisu' adalah kata sifat. Ia bisa saja dipadankan 
ke kata yg lain.
> Dan kata2 itu punya seribu makna bila dipadankan ke kata yg lain.
> 
> Tetapi misalnya autis, banci, TBC, gila [skisofrenik], lemah mental 
adalah suatu kondisi yg tidak pada umumnya.
> Jika kita mengatakan pria itu banci karena tingkahlakunya yg 
keperempuanan, apakah memang benar demikian?
> Kalo ada orang batuk2, apakah kita langsung mencap 'elo pasti TBC '
> Seseorang yg bergelar autis, banci, gila, TBC kan logikanya 
berdasarkan medis misalnya.
> Bukan asal sembarangan itu yg saya maksud.
> 
> 2. Banyak ortu2 yg penuh ketabahan mengurus anak dengan kebutuhan 
khusus. Dia ndak apa2.
> Tapi di masyarakat penyandang autis masih dibedakan, 
didiskriminasikan, dilecehkan.
> Mungkin ini akibat pemahaman yg keliru.
> [ Saya nanti kirim juga mail seorang Ibu yg bersedih hati karena 
anaknya yg autis di lecehkan di ruang publik] 
> 
> 3. Eufimisme - pelembutan 
> Apakah tepat ungkapan autis dikatakan sebagai eufimisme -pelembutan-
 dari 'akhlak bermilis yg rendah'?
> Setahu saya pelembutan ungkapan itu adalah dari yg kedengaran buruk 
menjadi lebih halus, maknanya sama.
> Tapi kalo 'akhlak bermilis rendah' di lembutkan dengan 
kata 'Autis', apa itu pelembutan? 
> Jadi, yg 'akhlak bermilisnya tinggi' itu yg pegimana? :-D
> [ Saya kirim juga eufimisme yg ngetop di perbincangan sehari-hari]
> 
> Ini poinnya. Yg Mia duga sebagai eufimisme bagi saya ya nadanya 
tetap tidak enak -fales :-)
> 
> Salam :-)
> l.meilany
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Mia 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, August 01, 2007 6:38 PM
>   Subject: [wanita-muslimah] Eufemisme (Re: A u t i s m)
> 
> 
>   Kalau minta maaf nggak itung untung-rugi dong, namun bertanya 
kepada 
>   diri sendiri, apa substansinya?
> 
>   Kan saya sudah bilang 'gaya autis' itu bukan ejekan kepada 
siapapun, 
>   termasuk kepada Pak Janoko sendiri - itu adalah bentuk halus dari 
>   expressi ini: bahwa akhlak pak Janoko dalam bermilis itu rendah.
>   Artinya, tadinya saya memang menahan diri dari mengatakan yang 
>   terakhir ini. (apa mesti maaf kepada Pak Janoko karena sudah 
berusaha 
>   memperhalus?..:-)
> 
>   Untuk ibu yang mempunyai anak autis saya sudah menyatakan simpati 
>   saya, bahwa anak autis adalah sempurna apa adanya sebagai ciptaan 
>   Allah. (ini termasuk anak autis, transexual,gay/lesbian - Karen 
>   Armstrong).
> 
>   Tapi Pak Irwank, aku ngerti kok yang digundahkan Pak Irwank. 
Meminta 
>   maaf dalam tradisi tata krama berbahasa Indonesia itu bukan 
>   hanya 'minta maaf' secara substansial dalam arti 
>   misalnya, "astaghfirullah, I'm sorry, I apologise" atau yang 
semacam 
>   itu. Tapi juga termasuk ekspressi simpati, empati, rasa 
kebersamaan 
>   dan yang semacam itu, bahkan juga termasuk basa-basi seperti 
dalam 
>   pidato2 atau ceramah, permintaan maaf itu bertebaran begitu saja, 
dan 
>   ini oke saja, dan pasti mudah dilakukan seperti yang Pak Irwank 
>   bilang, apa susahnya? Namun yang dimaksudkan Pak RSA kan pasti 
bukan 
>   ini.
> 
>   Dan mba Rita sudah menjelaskan lebih baik dari saya, 'cinta buta' 
kan 
>   bukan berarti ejekan kepada orang buta. Dalam Quran dibilang, 
jangan 
>   seperti orang tuli-bisu, kan ini bukan ejekan kepada orang tuna-
rungu.
> 
>   salam
>   Mia
> 
>   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, IrwanK <irwank2k6@> wrote:
>   >
>   > Maaf ikut nimbrung nih.. :-)
>   > Kalau boleh saya sarankan, ada baiknya Mbak Mia minta maaf atas 
>   penggunaan
>   > kata autis di sini.. Kenapa? Gak ada ruginya minta maaf koq.. 
>   Apalagi kalau
>   > niatnya memang untuk kebaikan bersama..
>   > 
>   > Seringkali kita terjebak pada peng-heboh-an dalam melihat 
sesuatu..
>   > misalnya ada teman yang agak nakal, 'jahil'/tukang ngerjain, 
>   disebutnya
>   > 'rusuh'.. atau penggunaan istilah lain, yang memiliki arti 
khusus, 
>   dijadikan
>   > sebagai 'lelucon' di antara kelompok/gang..
>   > 
>   > Kalau tidak keluar dari kelompok/gang sendiri, barangkali tidak 
ada
>   > masalah..
>   > tetapi begitu hal itu dibaca/dilihat/didengar orang lain.. bisa 
>   muncul
>   > kesalah-
>   > pahaman.. dan ini berlaku secara umum.. contohnya: pembahasan 
di 
>   pengajian
>   > lokal/sendiri; soal kata kafir, dsb.. :-)
>   > 
>   > Kesimpulannya (mungkin lho ya).. yang waras ngalah lah.. :D
>   > CMIIW..
>   > 
>   > Wassalam,
>   > 
>   > Irwan.K
>   > 
>   > On 8/1/07, ritajkt <ritajkt@> wrote:
>   > >
>   > > Saya mencoba menarik hikmah dari silang pendapat soal autis 
di 
>   thread
>   > > ini dengan membuat telaah berikut ini;
>   > >
>   > > 1. Pak Satriyo (rsa/efikoe) meminta Mbak Mia minta maaf 
karena 
>   mbak
>   > > Mia memakai istilah "gaya autis"nya Janoko. Menurut Pak 
satriyo,
>   > > tulisan Mbak Mia tersebut adalah penghinaan terhadap 
penderita 
>   autis.
>   > >
>   > > (saya tidak memasukkan alasan pribadi dari Pak Satriyo dan 
Ibu 
>   Ajeng
>   > > mengenai realita personal masing-masing yang TERNYATA 
bersentuhan
>   > > dengan anak-anak autis. Karena ini akan mengarah pada 
persoalan
>   > > pribadi.)
>   > >
>   > > 2. Mbak Mia menjelaskan bahwa istilah "gaya autis"nya Janoko 
yang 
>   ia
>   > > tulis adalah suatu eufemisme, atau suatu gaya bahasa untuk
>   > > menghaluskan suatu kenyataan, yaitu kenyataan dimana Pak 
Janoko
>   > > mengalami masalah komunikasi yang nampaknya tidak bisa 
>   berkomunikasi
>   > > secara dua arah melainkan hanya satu arah saja.
>   > >
>   > > Fenomena komunikasi satu arah ini adalah fenomena dari 
penderita
>   > > autisme. PCMIIW.
>   > >
>   > > Dengan kata lain, apa yang dilakukan mbak Mia sama dan 
sebangun
>   > > posisinya dengan orang yang berkata "Cintamu itu buta" dimana
>   > > kata "buta" disini dipakai bukan sebagai penghinaan terhadap 
orang
>   > > yang menderita cacat yang "tidak bisa melihat", melainkan 
mengarah
>   > > pada fenomena/keadaan yang dianggap "tidak bisa melihat".
>   > >
>   > > Nah, semoga pemetaan saya ini ada gunanya buat teman-teman 
yang
>   > > berbeda pendapat. Kalo ada salah-salah kata ya harus 
dimaafkan 
>   wong
>   > > saya tidak merasa sebagai ahli bahasa...:-)).
>   > >
>   > > salam,
>   > > rita
> 
> 
> 
>    
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke