Susah sekali meminta maaf ya ... atau mungkin dengan label "pelaksana 
shalat 5 waktu (walau pernah tanpa penutup aurat)" sudah cukup 
sebagai excuse dari meminta maaf?

Zaenal Maarif juga sama ... pada posisi meminta maaf krn telah 
menyakiti hati/perasaan orang(-orang) lain, lepas dari benar tidaknya 
apa yang dia bilang tentang orang lain itu ...

Ga ada ruginya ko minta maaf ... dan jangan segan untuk meminta maaf 
untuk kesalahan yang selintas terkesan remeh temeh ...

salam,
rsa

PS: anak saya juga ada yang spt anaknya member WM yang japri ke bu 
meilany seputar omongan mia ini ...

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Temans2, saya pernah bilang 'gaya autisnya' Janoko.  Ini adalah 
> semacam euphemism, untuk diskusinya yang nggak nyambung.  Euphemism 
> itu menghaluskan kata/istilah, bukannya ejekan. Kalau pun jadi 
> terbaca semacam ejekan, yah itu nggak terhindarkan.
> 
> Autis sendiri adalah kondisi lahir, apa adanya, dan itu 'sempurna' 
> adanya, sebagai ciptaan Allah.  Wa bil khusus, ini penjelasan untuk 
> ibu yang menjapri mba Mei, yang ditujukan ke saya.
> 
> Balik ke Pak Janoko, istilah autis untuk blio adalah istilah halus 
> untuk yang lain. Dulu kan pernah dibahas. Rentetan postingan janoko 
> kalau disimak adalah 'semacam kekerasan' akibat nggak mampu ber-
> empati, yang biasanya berbentuk character assasination dan thread 
> jacking.
> 
> Kita bisa terbebas dari kondisi lack of empathy ini dengan melatih 
> diri ketika solat. Apa gunanya kita solat 5 kali sehari kalau itu 
> nggak diperuntukkan mencairkan ego kita? Khususnya kepada pak 
Janoko, 
> dulu pernah saya anjurkan untuk membatasi dari me-reply postingan 
> orang, tapi sebaiknya lebih sering menulis buah pikiran sendiri 
dulu 
> ttg suatu subyek, utk melatih diri sendiri.
> 
> salam
> Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" 
> <nurbayanti@> wrote:
> >
> > Kata "autis" saat ini memang mulai sering digunakan utk "mengejek"
> > orang. Saya termasuk salah satunya :-) Teman2 suka bilang, saya 
ini
> > autis. Kata "autis" dalam konteks ini biasanya merujuk pada orang 
yg
> > tidak peduli dng orang lain. Dlm konteks pak jan, mungkin tidak 
mau
> > mendengar orang lain dalam berdiskusi. Ini terkait dng etika
> > berdiskusi. Diskusi kan harus 2 arah, yg gak akan jalan kalau 
> masing2
> > pihak tidak SALING "mendengarkan". 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <ko_jano@> wrote:
> > >
> > > Mei :
> > > 
> > > Lantas juga : Miadear sering menyebut Pak Jano ko itu autis? 
Tapi
> > saya baru baca di bawah ini
> > >  Apa sih pengertian autis untuk bahasa gaul?
> > >  Ada member WM perempuan dari Sumatera tempo hari menjapri saya,
> > maaf baru hari ini saya sampaikan.
> > >  Ia sangat tertekan, tersinggung mengenai kata2 autis. Padahal
> > kayaknya saya gak baca yg mana? :-)
> > >  Sebab anak laki2nya usia 8 tahun sekarang ini mengalami autis.
> > Autis bukan hal yg untuk dijadikan semacam ejekan, katanya.
> > >
>


Kirim email ke