Mbak Ning,

Apakah anda sudah pernah baca fatwa tentang Ahmadiyah yang 
dikeluarkan oleh MUI dan ditanda-tangani oleh Buya Hamka 27 tahun 
yang lalu, dan masih dipertahankan dan berlaku hingga sekarang?

Cobalah anda baca, maka anda akan temukan bahwa fatwa itu dibuat 
TIDAK berdasarkan AL-QUR'AN dan HADITS, tetapi dibuat BERDASARKAN 
sembilan buah buku tentang Ahmadiyah, yang sampai detik ini buku-buku 
tersebut TIDAK PERNAH diketahui keberadaannya, tidak pernah 
dihadirkan dan diketahui judul dan namanya serta bentuk fisiknya 
seperti apa. Karena tidak bisa menghadirkan bukti atas dasar 
pembuatan fatwanya tentang Ahmadiyah itu, maka artinya MUI telah 
membual.

Dalam fatwanya MUI juga telah memfitnah dengan menyatakan bahwa 
Jemaat Ahmadiyah menimbulkan "bahaya bagi ketertiban dan keamanan 
negara." 

Mengenai pernyataan bahwa Jemaat Ahmadiyah berbahaya bagi ketertiban 
dan keamanan negara jelas merupakan fitnah yang luar biasa. Tidak 
pernah ada bukti bahwa Jemaat Ahmadiyah berbahaya bagi ketertiban dan 
keamanan negara Republik Indonesia, baik sebelum maupun setelah 
dikeluarkannya fatwa pada tahun 1980. 

Kenyataannya, warga Jemaat Ahmadiyah di Indonesia selalu berusaha 
menjadi warga negara yang baik dan terhormat serta menjunjung tinggi 
dan mematuhi hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia, dan 
Jemaat Ahmadiyah yang menjunjung tinggi serta patuh hukum inilah yang 
seringkali mengalami penganiayaan dan persekusi oleh kelompok Islam 
tertentu karena tetap berpegang pada keimanannya.

Sudah cukup paham mbak Ning?

Salam,
MAS

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih 
(Ning)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Pak MAS,
> Jangan memfitnah ah.... 
>  
> Saya tidak percaya bahwa MUI mengeluarkan fatwa berdasarkan bualan 
dan fitnah. Bualan siapa dan fitnah siapa yang mereka gunakan sebagai 
dasar ? Bila yang dijadikan dasar itu adalah pendapat jumhur ulama, 
yang bersumber dari AlQur'an dan Al Hadits, atau dari AlQuran dan Al 
Hadits itu sendiri, apakah pantas dikatakan bualan dan fitnah ?
>  
> Sebenarnya, fatwa itu kan artinya pendapat. Fatwa itu tidak 
bersifat mengikat secara hukum. Orang boleh percaya atau tidak, 
mengikuti atau tidak. 
>  
> Namun, bila fatwa ini sudah dijadikan hukum oleh penguasa, ya 
sifatnya jadi mengikat. Maksud saya, produk hukum-nya itu yang 
bersifat mengikat. Hukum apa pun, begitu dinyatakan positif, ya harus 
dijalankan. Ya kan ? Apa akibatnya kalau hukum tidak dijalankan oleh 
aparat negara ? Biasanya kemudian akan muncul "aparat-aparat swasta" 
yang "membantu" aparat negara tersebut untuk menjalankan hukum 
tersebut. Kalau sudah seperti ini, biasanya jadi tidak terkontrol. 
Hal ini tentu yang tidak kita inginkan.
>  
> Bila kemudian sekelompok aliran tertentu dibredel oleh aparat, 
jangan cuma dilihat kelompok tersebut saja. Lihatlah masyarakat, 
keluarga-keluarga di luar kelmpok itu, yang memiliki berbagai 
keterbatasan, keterbatasan ilmu, keterbatasan waktu, dll, namun tetap 
ingin melindungi anak-anaknya agar jangan terikut dengan kelompok 
tersebut. Mereka perlu dibantu dan dilindungi agar tidak menjadi 
resah, bingung dan terganggu aktivitasnya. Kita tidak bisa hanya 
memikirkan anak-anak kita sendiri. Bagaimana dengan anak-anak orang 
lain ? Apa kita akan cuex aja ? Atau kita cuma berdo'a saja ? Tentu 
tidak. Tindakan yang sifatnya fisik, tentu harus disikapi dengan 
tindakan fisik juga, tidak cukup dengan tindakan "hati" (berdo'a).
>  
> Wallahua'lam bishowab.
> Wassalaam,
> -Ning
>  
>  
> 
> ________________________________
> 
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:wanita-
[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ma_suryawan
> Sent: Thursday, November 01, 2007 1:59 PM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: SESAT ...! Re: [wanita-muslimah] Maraknya Aliran-aliran 
Tidak Lazim (1), Semua Mengaku Sebagai Nabi
> 
> 
> 
> Lina,
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <mailto:wanita-muslimah%
40yahoogroups.com> , "Lina Dahlan" 
> <linadahlan@> wrote:
> >
> > Kalo soal MUI, ya CUEX aja kalo emang MUI punya kewenangan 
> > mengeluarkan fatwa. 
> 
> Apakah anda bisa cuek dihadapan fatwa yang dibuat oleh MUI 
> berdasarkan bualan dan fitnah?
> 
> Sama aja cuexnya sikap kita sama orang2 blenger 
> > yang ngaku dgn alasannya jadi rasulullah. Kecuali kalo MUI nyuruh 
> > orang tuk melabrak dan membumihanguskan aliran sesat...ato aliran 
> > sesat itu melakukan or bersikap merugikan orang lain, baru deh 
GAK 
> > CUEX
> 
> Fatwa MUI yang menghakimi keyakinan/keimanan suatu kaum adalah 
> berdasarkan bulan dan fitnah.
> 
> Buah dari bualan dan fitnah atas suatu keyakinan adalah persekusi 
> atas nama agamanya MUI.
> 
> > Soale banyak orang Indonesia yang awam and bodoh soal agama kayak 
> > saya, yang gak pinter pengetauannya ttg agama kayak mbak Mia, 
yang 
> > masih bergantung kepada fatwa2 MUI. Kalopun misalnya fatwa MUI 
itu 
> > salah, ya biarin aja itu salahnya MUI, biar mereka yang tanggung.
> 
> Orang yang awam dan bodoh, dengan menurutkan omongan Anda, harus 
> mengerti bahwa MUI mengeluarkan fatwanya atas keyakinan/keimanan 
> suatu kaum BUKANLAH berdasarkan al-Qur'an dan Hadits, tetapi 
> berdasarkan bualan dan fitnah.
> 
> Salam,
> MAS
> 
> > CUEX toh? Wong hidup orang spt saya ini kan sibuk dengan nyangkul 
> > tuk makan aja, gak sempet belajar banyak agama...:-)
> > 
> > FPI MELABRAK--> ini sudah masalah lain. Gak termasuk daftar CUEX 
> > karena dah termasuk dalam BERSIKAP
> > 
> > Polisi menangkap Lia Aminudin. Tanya ama polisi kenapa ?. 
Tentunya 
> > ada laporan dari warga yang merasa terganggu...?? Lia Aminuddin 
aja 
> > CUEX .
> > 
> > Darah JIL dihalalkan --> gak ngikutin tuntas apa yg dimaksud 
> > dgn 'darah halal'.
> > Buat mbak Lena, masa seh darah orang halal? Darah binatang 
(marus) 
> > aja haram…:-)) 
> > 
> > Minta aja kpd MUI tuk mengeluarkan fatwa soal ledakan bom atas 
nama 
> > agama, kalo itu memang hal yang mendesak…or kalo banyak orang 
awam 
> > yang bingung dan meresahkan ini ledakan atas nama agama 
> haram/halal, 
> > sesat/gak..:-)
> > 
> > cuex and piiiss...
> > Wassalam,
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <mailto:wanita-muslimah%
40yahoogroups.com> , "Mia" <aldiy@> wrote:
> > >
> > > LINA: "Jadi biasakanlah cuek dikatakan sesat, dan biasakanlah 
> cuek 
> > > menilai sesat asal punya alasan"
> > > 
> > > MIA: Oke mba Lina, coba kita terapkan dengan bagaimana kita 
> > > MENYIKAPI MUI. MUI mengatakan JIL, Ahmadiyyah sesat, Al-Qiyadah 
> > > sesat, FPI pun melabrak Ahmadiyyah, polisi menangkap AM, Lia 
> > > Aminuddin masuk penjara, dan darah JIL dihalalkan sebagian 
orang.
> > > Apakah MUI mengeluarkan fatwa ketika FPI dan bom diledakkan 
atas 
> > > nama agama? Mba Lena di WM sini pun menghalalkan darah orang. 
> > > 
> > > Mba Lina, apa artinya kecuekan kita di sini, apa alasan kita 
> > ketika 
> > > menilai sesat, dan ketika menerima perlakuan agressif seperti 
> > ini? 
> > > Mohon analisa dan penjelasannya.
> > > 
> > > salam
> > > Mia
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <mailto:wanita-muslimah%
40yahoogroups.com> , "Lina Dahlan" 
> > > <linadahlan@> wrote:
> > > >
> > > > Kalau saya memandangnya harus dipisahkan antara MENYIKAPI 
> > aliran2 
> > > > tsb dengan MENILAI/MENGHAKIMI. 
> > > > 
> > > > Dalam BERSIKAP tentu saja kita gak boleh menyakiti mereka 
> > secara 
> > > > fisik. Biarkan saja dan doakan semoga Allah swt menunjukkan 
> > jalan 
> > > > yang lurus kepada mereka. Dan kita tetap BERSIKAP baik 
> terhadap 
> > > > mereka.
> > > > 
> > > > Menilai/Menghakimi dibagi secara INDIVIDU ato GOL. Kalo Gol 
> > harus 
> > > > lihat apakah kelompok ini berkompeten memberikan 
> > > > penilaian/penghakiman¡Kƒº. Kalo secara Pribadi sih bebas-
bebas 
> > > aja. 
> > > > Secara pribadi, sebagai orang yang beriman, kita harus 
niatkan 
> > > > karena Allah dalam menilai atau menghakimi. Jadi, posisi kita 
> > > tetep 
> > > > sebagai manusia yang mempunyai sifat ilahi yang ¡§yaa Hakiim 
> dan 
> > > yaa 
> > > > Hakam¡¨. Ibaratnya sebagai seorang hakim di pengadilan yang 
> > harus 
> > > > memutuskan suatu perkara atau seorang pemimpin yang harus 
> > > > mengeluarkan fatwa. Sang hakim/pemimpin gak bisa bilang ¡§ini 
> > > haknya 
> > > > Allah tuk menghakimi.¡¨ Tentu saja, manusia bisa 
> > > menilai/menghakimi 
> > > > (apapun) tapi tidak bisa maha menilai/menghakimi. Kalo dah 
> > > ¡§maha¡¨ 
> > > > urusannya ntar di akherat.itu. Masalahnya adalah kita hanya 
> > takut 
> > > > menyinggung perasaan. Ini manusiawi sekali. 
> > > > 
> > > > Kalau ada suatu ajaran yang keluar dari AlQur¡¦an dan Hadist, 
> > > apalagi 
> > > > katanya kalo denger di TV, AlQur¡¦an boleh diduduki, ada 
gambar 
> > > > manusia di salib, ya jelas kesesatan islamnya. Kenapa harus 
> > takut 
> > > > mengatakan itu sesat?? Merekapun sudah tau akibatnya kalo 
akan 
> > > > dikatakan sesat kok?? Saya yakin itu. 
> > > > 
> > > > Kalo kita harus mengikuti junjungan Nabi SAW, apa iya Nabi 
SAW 
> > gak 
> > > > pernah ¡¥marah¡¦ dan mengatakan ¡§kafirlah (sesat?) orang 
yang 
> > > > mengatakan Tuhan itu tiga¡K¡¨. 
> > > > 
> > > > Jadi biasakanlah cuek dikatakan sesat, dan biasakanlah cuek 
> > > menilai 
> > > > sesat asal punya alasan. Belajarlah menjadi cuek saat ini. 
> > Jadi, 
> > > > bisa hidup damai¡Kƒº) Toh yang penting sikap kita tidak 
> > menyakiti 
> > > > secara fisik. Sepertinya dari tulisan mbak Ning, juga gak 
> > > dikatakan 
> > > > bahwa yang beda faham or sesat sekalipun mesti diteror or 
> > > > diintimidasi deh.
> > > > 
> > > > Intinya sih, kalo emang sesat ya katakan sesat. 
¡§Sesungguhnya 
> > > telah 
> > > > jelas antara yang Haq dan yang Batil¡¨. Jangan jadi hakim 
> > bingung 
> > > > kayak Nasaruddin Hoja¡Kƒº
> > > > Ato..sesama aliran sesat gak boleh saling 
menyesatkan¡Khe..he¡K
> > > > 
> > > > 
> > > > Wassalam,
> > > >
> > >
> >
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke