Wikan,
kritik itu kan tidak lepas dari orangnya. masak sih ada kritik yang
'bebas-nilai'? i honestly doubt that. bukan berarti tiap kritik harus selalu
dilihat dulu siapa orangnya. jadi ga nyambung sama iklan apa tuh yang
ngomong tapi ditanggapi 'sebelah-mata' sec leterlijk.
eniwei, mulai kapan nonton itu sama dengan hura-hura, Wikan? sangat
simplistik pernyataan ini karena menunjukkan sentimen yang tebal. apakah AB
atau siapa saja yang serupa perasaannya itu tidak juga menonton? Bedanya dia
bukan pres atau wapres, dan dia saat menonton pun dia tidak undang2 atau
kasih public announcement. belum lagi perkara apa yang dia tonton.
soal pemerintah sekarang kurang sensitif, mulai kapan pemerintahan kita
benar-benar sensitif? mohon sertakan bukti konkrit. saya yakin kalaupun ada,
tentu terbatas di masa tertentu baik di era orla atau orba. reformasi? hanya
di masa habibie upaya itu ada. sayang pembunuhan karakter dan saling rebut
kekuasaan menepikan kemungkinan Habibie untuk bisa mendapat kesempatan untuk
bersaing dengan sehat untuk memikul amanah rakyat. setelah Habibie, tak satu
pun pemerintahan yang beres. Jika pernyataan saya ini juga dianggap
simplistis, silakan saja toh setidaknya saya berusaha tdk simplistis.
masalah mengatur negara, pemerintahan dan rakyat bukan perkara sesepele
urusan rumah tangga (yang juga umumnya jauh dari sepele, krn kalau sepele,
pasti tingkat cerai dan selingkuh sangat rendah) sehingga kita bisa
menyederhanakan persoalan. ini masalah bersama. apa ada contoh konrit
pemerintahan di masa partainya AB berkuasa yang positif? kalo ada saya
bersedia adu data dan informasi ... :-)

pak Aly,
mohon memberikan tanggapan yang proporsional. berbalas olok-olok sangat
tidak kondusif dan konstruktif. hanya membuang-buang waktu dan melampiaskan
syahwat sok suci. sekiranyapun pihak yang kita kritik salah, kita tempatkan
saja kesalahannya itu secara proporsional dan 'bantu' dia agar tidak
mengulang kesalahan yang sama, bukan malah akhirnya debat kusir
menang-menangan.

maaf jika tidak berkenan ...

salam,
satriyo

2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo <[EMAIL PROTECTED]>:

>   kok pada sensitif sih sama kritik ...
> wajar aja kalau orang ngritik, kita lihat isinya, jangan lihat orangnya.
> isinya kan bagus, jangan lupakan rakyat miskin yang jangankan nonton film
> buat kehidupan sehari-harinya aja susah.
> lagian emang bener bahwa pemerintah sekarang kurang sensitif sama
> kondisi masyarakat sekitar.
> sampeyan ini gimana sih mas aly, harusnya mendukung upaya agar
> pemerintah lebih memperhatikan nasib kaum miskin ketimbang berhura2
> nonton film.
>
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com
>
> 2008/4/4 Muhammad Aly <[EMAIL PROTECTED]<assalamualaikum_hello%40yahoo.com>>:
>
> >
> > AB dan org2 PDIP lagi pada mabok... byk yg suka mabok
> > ... beli minuman keras lebih mahal dari tiket bioskop
> > gak diungkit tuh... lupa kritik SBY nonton AAC lagi
> > mabok he3...
> > Dasar wiro sableng 212.. penuh politik.. jurus mabok
> > menjepit lawat pakai ketek he3..
>
> 
>



-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke