Yg saya tahu kalo gak punya KTP, menggelandang, kemudian mati kalo di 
jabodetabek langsung 
di bawa ke RSCM. Disana dimasukkan ke peti es sampai lama , dan ada 
pengumumannya di depan kamar mayat.
Kalo dah sebulan 2 bulan, gak ada yg nyari2  lalu digunakan untuk praktek 
kedokteran.
Kata mahasiswa itu harga mayat itu mencapai 25 juta.
Kalo dah di odel2, langsung dikuburkan di pemakaman umum, bercampur dengan 
mayat lain yg tak bertuan.
Setahu saya di pemakamam umum Pondok Rangoon, cuma dibungkus tikar, 
diperlakukan seperti mengubur bangkai binatang.

Anaknya Iwan Fals- Gilang Rambu Anarki dimakamkan di halaman rumahnya sendiri.
Memang katanya susah, tapi mereka berjanji bahwa rumah plus halaman yg luas itu 
akan ditempati seumur hidup.
Di desa2 di Bogor setahu saya juga banyak yg dimakamkan di tanah wakaf.
Tapi nggak janji gimana nantinya, ada kerabat saya di makamkan di tanah wakaf 
yg sekelilingnya perumahan.
Dan mungkin 20 tahun lalu bisa kegusur dengan sendirinya dibikin rumah, mall.

Seperti kuburan Blok P yg digusur jadi kantor walikota Jaksel, hanya tersisa 
beberapa makam diantaranya makam Ade Irma Suryani.
Konon gosipnya kalo malam tertentu gedung walikota lantai yg paling tinggi 
sering ada yg serem2.

Tapi kalo orang kaya punya KTP bisa beli plus urus sertifikat kapling pemakaman 
yg harganya ratusan juta, terawat seumur hidup lingkungannya sangat bagus.
Ada hotel, ada danau, ada taman Di San Diego Hills [? kalo tak salah], 
Karawang. 

Salam, 
l.meilany


  ----- Original Message ----- 
  From: Donnie 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, April 22, 2008 3:45 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Fwd: Republika: 'Islam Tak Butuh Mirza Ghulam 
Ahmad'


  Mbak Mei,

  Masih mending kalau mati tanpa KTP masih dirawat jasadnya (meskipun 
  mungkin keliru), masih banyak yang jasadnya tidak bisa terurus, tidak 
  bisa dimakamkan hanya karena tidak punya selembar KTP, seperti orang 
  miskin atau anak jalanan. Apa lagi sekarang setiap wilayah punya 
  peraturan bedah bumi (bikin liang lahat) yang harganya selangit, plus 
  kalo tidak warga asli setempat (dibuktikan dengan KTP dan lama 
  menetap) tidak eligible untuk dimakamkan.. (seperti didesa tempat 
  saya menetap saat ini)

  Jadi, bagi yang punya KTP, janganlah menganggap remeh isu tentang KTP

  salim,
  Donnie

  =================
  On Apr 22, 2008, at 12:49 PM, L.Meilany wrote:

  > Nimbrung :
  > 1. Agama itu perlu dicantumkan di KTP, surat2 keterangan jati diri 
  > yg dibawa-bawa.
  > Manakala mati mendadak jauh dari keluarga, nyasar di pedalaman 
  > hutan, lantas gimana diperlakukan.
  > Kalo islam kan musti cepet2 dikubur, disolatkan, orang kristen 
  > masih bisa lama nunggu bala bantuan.
  > Kalo budha dibawa ke krematorium, dibakar habis abunya disimpan di 
  > guci untuk diingat-ingat.
  >
  > 2. Agama yg diakui di Indonesia memang cuma 6, tapi kenyataannya 
  > lebih dari 6.
  > Misalnya saja agama kristen : yg diakui cuma kristen katholik, 
  > protestan , begitu kan?
  > Tapi kan banyak juga yg kristen pantekosta, karismatik, mormon, 
  > koptik, kristen yunani, syria ortodoks, advent hari ke 7,
  > Jemaat bethel, sion, tabelnaker, bunda hati kudus; dari protestan 
  > saja ada banyak cabang2, HKBP, presbiterian,
  > kristen jawa, kristen pasundan, dll. Semuanya kan kristen -Yesus 
  > Kristus.
  > Meskipun tempat ibadahnya cara ibadahnya ada lain2. Yg katholik dan 
  > protestan juga ndak marah2 hebat.
  > :-)
  > Jadi kalo Islam ada islam syiah, sunni, darul arqam,ldii, al 
  > zaytun, ht, muhammadiyah dll di KTPnya juga ditulis islam saja.
  > Makanya mungkin ahmadiyah maunya juga gitu.
  > Kan kalo solat, mati misalnya tata cara, ritualnya kan sama secara 
  > Islam kebanyakan, betul tidaaaaak?
  > Islam masih lebih bagus dari Kristen yg gerejanya nggak mau campur 
  > antara kristen yg satu dengan yg lain, pula tata cara ibadahnya lain2.
  > Di masjid semua islam yg JIL, atau apapun kan boleh beribadah 
  > dimasjid yg sama.
  > :-)
  >
  > salam,
  > l.meilany
  >
  > ----- Original Message -----
  > From: wawan wawan
  > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Sent: Tuesday, April 22, 2008 9:02 AM
  > Subject: Re: [wanita-muslimah] Fwd: Republika: 'Islam Tak Butuh 
  > Mirza Ghulam Ahmad'
  >
  > On 4/22/08, Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > > berkali2 juga sudah disebutkan. silahkan membentuk agama sendiri. 
  > tidak
  > > perlu ada label islam.
  > > ---
  > > Indonesia hanya mengakui 6 agama
  > >
  > > Trus ktpnya gimana ?
  > > Tanpa katepe lahir ilegal, gak bisa kawin, gak bisa daftar kerja, 
  > pns,
  > > tentara, gak bisa sekolah
  > > Jaminan kesrhatan gak ada
  > > Kartu miskin gak bisa buat
  > > Gak ada paspor
  > >
  > > Gimana sih !
  >
  > ini pertanyaan aneh om. bukankah itu adalah konsekwensi berikutnya ?
  >
  > kalo ada yang tidak setuju dengan pemerintah indonesia, ya silahkan
  > buat pemerintah sendiri . terus tempatnya dimana ?
  > ya silahkan cari sendiri. kan gitu analoginya.
  >
  > kok gara2 masalah ktp, kawin, dan pns dll terus ndompleng ke islam ?
  > coba ndompleng ke agama2 lain yg diakui pemerintah.
  > kali2 aja ada yg mau :)
  >
  > atau balik ke london. aman.
  >
  > jangan2, gara2 hanya 6 ini, terus label islam dipakai ?
  > karena jelas , tanpa memakai imbuhan dan awalan islam,
  > mereka akan kesulitan untuk tinggal dimana.
  >
  > btw, om arcon ini pendapatnya soal ahmadiah ini gimana ?
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  > 

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke