Mas Donnie,

Saya kurang ngerti definisi adil menurut Rasul, tapi rasanya sesuatu
yang sifatnya memang bisa dibagi, akan dibagi secara adil, semua orang
dapat jatah yang sama. Tapi masalah cinta dan syahwat, itu susah
dibagi secara adil.

Sebenarnya adil atau tidak adil, harusnya dipandang dari kacamata
istri atau dari kacamata suaminya ya? Karena adil menurut suami, belum
tentu adil menurut istri, dan sebaliknya.

Jadi ketika mau mencoba adil, saya usulkan suami ini mengadakan rapat
dengan para istri untuk menemukan kesepakatan bersama. Masalah hari,
nafkah, rumah, dll. Semua yang bisa dibagi, maka harus dibagi sesuai
dengan kesepakatan. Karena kalau cuma mau dibagi sama besar dan sama
rata tanpa nanya-nanya ke istri, takutnya ada istri yang kurang puas
dengan pembagian itu. Musyawarah mufakat itu rasanya jalan keluar yang
nyaman.

Dan ini gak bakalan bisa dilakukan, kalau istri2nya macam Halimah dan
Mayangsari yang berseteru ... :D Artinya suami yang mau berpoligami
pun mesti mikirin gimana caranya istri2nya bisa rukun dan damai ...

Duh repot ya :(


Fer!




On 7/31/08, Donnie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bagaimana sih definisi adil menurut Rasul kita?
>  Apakah kecemburuan dari beberapa istri beliau kepada beberapa istri
>  beliau yang lain bisa dijadikan indikator keadilan?
>  Atau apakah kita sudah terdoktrin bahwa Belia adalah seorang super
>  yang tidak ada kelemahan sama sekali?
>
>

Kirim email ke