Sepakat banget terakhirnya hehehe
kaya bukan mbak fero yg nulis :P.

Kalau soal "jaminan keadilan" utk keluarga poligami.
Sebenarnya sudah diatur di KHI.
Bahwa perkawinan poligami itu harus ada perjanjiannya.
Tapi ini yg jarang dilakukan.

Ya susah juga kalau dari awal gak dibicarakan.
Jarang sekali poligami dibicarakan sejak awal.
Yg biasanya terjadi, poligami jadi berita petir di siang bolong :P.
Dng kondisi spt ini, istri pertama cuma punya dua pilihan:
Cerai atau belajar ikhlas :-)

Saya gak bisa bilang pilihan yg satu lebih baik dari yg lainnya.
Itu kan sekedar pilihan aja.

Ps. Masalah laki2 yg berkualitas cuma sedikit sih, biasa mbak.. hehe..
tapi ada juga perempuan yg meski ngiler-ngiler ngeliat laki2 yg berkualitas,
tapi udah nikah..
jadi il-fil..:-) Sementara buat yg pindah orientasi seksual... well, they
say a gay is a woman's bestfriend hehehe.
Jadi mungkin keliatannya kehilangan satu prospek, tapi bukan hilang, cuma
ditransfer jadi temen aja hehehe..
temen saya ada tuh, 8 tahun pacaran, eh pacarnya jadi gay.



2008/8/1 Ferona <[EMAIL PROTECTED]>

>   Manusia tidak bisa berlaku adil, namun bila memang izin untuk
> berpoligami itu datangnya dari Allah maka Allah yang akan menunjukkan
> keadilan-Nya. (hayo loh Allah ditantangin ;))
>
> Bahasan berpoligami terus berputar-putar di masalah adil. Padahal
> sudah jelas. Pertama manusia tidak bisa adil. Kedua Allah tahu manusia
> ga bisa adil, so Allah memang ga nyuruh manusia untuk adil dalam
> berpoligami ... :) Surat Annisa yang terkenal itu kalau dibaca
> keseluruhannya rasanya memang ndak ada disitu ditulis syarat poligami
> kudu adil.
>
> Adil itu proporsional, menurut saya. Apa yang menurut saya cukup,
> belum tentu cukup buat yang lain. Masing-masing kebutuhan orang
> berbeda dalam segi kuantitas dan kualitasnya.
>
> Tapi ada juga yang menjelaskan bahwa adil disini yang bisa dibagi
> adalah jumlah hari dan jumlah nafkah kepada istri (di luar nafkah
> anak). Tapi jumlah hari dan jumlah nafkah pun masih bisa
> dinegosiasikan kepada istri2. Yang penting kesepakatan.
>
> Poligami memang jadi menjijikkan kalau dibicarakan dalam konteks
> syahwat dan ego laki-laki. Tapi bisa jadi satu solusi bagi sebagian
> perempuan yang memang menginginkan menikah dengan pria yang memang
> bisa menjadi Imam dalam rumah tangga. Yang sayangnya jumlahnya semakin
> sedikit. Apalagi semakin maraknya jumlah pria yang lebih menyukai
> sesama pria, membuat market semakin menyempit :p
>
> Lalu bagaimana dengan istri pertama yang sakit hati? Bukankah kita
> tidak boleh menyakiti hati orang lain?
>
> Ya iyalah. Pasti istri pertama sakit hati. Tapi hidup itu adalah
> pilihan, bukan? Istri boleh memilih untuk berpisah dengan suaminya
> atas nama sakit hati, atau belajar menerima kenyataan bahwa sebagai
> orang Islam dia harus mengakui bahwa Allah memang memberi peluang itu
> bagi suaminya dan kesempatan bagi perempuan lain untuk menjadi istri
> suaminya. Pilihan mutlak di tangan istri pertama. Silakan memilih, dan
> pastikan Anda memilih tanpa emosi (bisa nggak ya?)
>
> Bicara sakit hati, hidup itu dipenuhi dengan banyak sakit hati. Sakit
> hati itu sebenarnya hanya masalah bagaimana kita memandang persoalan.
> Dan hati itu lebih mudah dihibur, apalagi bila penghiburan itu
> dikembalikan kepada kepasrahan dan keikhlasan menerima hukum Allah.
> Allah memiliki caranya sendiri untuk menghibur hati hambaNya yang
> memasrahkan dirinya dan berprasangka baik pada Allah.
>
> Ikhlas itu susah. Mau ndak ikhlas juga susah. Mau ninggalin suami juga
> susah. Apalagi kalau suaminya memang suami ideal banget. Imam
> keluarga, sahabat dan kekasih sejati, ayah yang dicintai anak-anak,
> suami yang penuh perhatian. Duh duh duh ... dilema ya? Ya ndak tau
> lah, susah kalau berandai-andai. Lebih baik tercebur dulu dalam
> situasi yang sebenarnya, baru bisa rasakan bagaimana rasanya terjepit
> dalam posisi itu.
>
> Menikah itu bukan perkara ranjang belaka. Menikah itu membawa tanggung
> jawab serombongan orang-orang. Mulai dari istri, anak2, keluarga
> istri, tetangga, dan lain -lain. Yang pasti pria berpoligami akan
> sulit bila diantara istri2nya tidak bisa akur dan saling membenci.
> Sulit, dan capek banget. Beban hidup bertambah berat, karena ngurusin
> satu istri aja sebenarnya susah ya..apalagi dua istri... dua mertua..
> halah!
>
> Yang paling penting semua adab dan aturan untuk berpoligami dilakukan
> dengan benar. Kalau memang niatnya baik, membangun keluarga besar yang
> sakinah bla bla bla itu, insya Allah dimudahkan Allah dan Allah yang
> akan menunjukkan keadilan-Nya.
>
> Tapi kalau niatnya memang ga bener, ya kita tunggu aja cerita-cerita
> sedihnya :)
>
> Fer!
> Kayak bukan gw yang nulis ... :p
>
>
> On 8/1/08, Fani Noviyani <[EMAIL PROTECTED]<chantiqueunique%40rocketmail.com>>
> wrote:
> > Assalamualaikum,
> >
> > Benar...mungkin hanya manusia setengah dewa yg bisa melakukan adil yg
> seadil2nya...tapi apakah ada manusia setengah dewa itu? bukankah fitrah
> seorang manusia itu tdk luput dari khilaf, dosa?
> > Jadi, bagaimana bentuk berpoligami yg "benar"?
> > Ada yg bisa mengklarifikasinya? Ahlinya mungkin?
> >
> > Thx.
> > Salam,
> > > FuNNy <
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke