----- Original Message ----- From: "Ari Condro" <masar...@gmail.com> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Sunday, March 14, 2010 07:30 Subject: Re: [wanita-muslimah] Misteri Sungai di Dalam Laut Mexico
sebenarnya aku ndak perduli masalah anggur apa bidadari houri ini. yg ane pengen tahu, si abah setuju ama anggur atau setuju ama bidadari ? sepanjang yg ane baca, si abah ndak setuju ama bidadari. apa ini bisa disimpulkan kalau si abah setuju dengan si anggur putih ? * kagak dijawab juga, mbulet mbulet terus kemana mana. * ##################################################################### Inikan pertanyaaan Arcon: jadi kesimpulannya : abah hmna setuju dengan luxenberg ? kalo pak samsudin arief gimana ? Kedua pertanyaan itu saya sudah jawab, cuma Arcon tidak bisa baca, karena kedua pertanyaan itu jawabannya ada di bawah ini (yang telah saya posting) WDS:: Luxenberg starts with Q 44:54 ?? ????????????? ??????? ????? wa zawwajnahum bi hur 'in, 'We shall wed them to maidens with large, dark eyes'. For ??????? zawwajnahum, 'we shall wed them' he has a different, and purely Arabic, alternative: ??????? rawwahnahum 'we shall let them rest'. It's a difference of only two diacritical dots and in rasm it's identical. ***************************************************************** HMNA: It's a difference of only two diacritical dots and in rasm it's identical. Luxenberg pakai prinsip bacaan mengacu pada teks/tulisan/rasm Inilah yang dibantah Syamsudin Arief: Ini cuplikan dari tulisannya: Pada prinsipnya Al-Qur'an bukanlah 'tulisan' (rasm atau writing) tetapi merupakan 'bacaan' (qira'ah atau recitation) dalam arti ucapan dan sebutan. Baik proses turun-(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan-(transmisi)-nya dilakukan melalui lisan dan hafalan, bukan tulisan. Dari dahulu, yang dimaksud dengan 'membaca' Al-Qur'an adalah "membaca dari ingatan (qara'a 'an zhahri qalbin; to recite from memory)." Adapun tulisan berfungsi sebagai penunjang semata. Sebab ayat-ayat Al-Qur'an dicatat-yakni, dituangkan menjadi tulisan diatas tulang, kayu, kertas, daun, dan lain sebagainya-berdasarkan hafalan, bersandarkan apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qari'muqri'. Proses transmisi semacam ini, dilakukan dengan isnaad secara mutawaatir dari generasi ke generasi, terbukti berhasil menjamin keutuhan dan keaslian Al-Qur'an sebagaimana diwahyukan oleh Malaikat Jibrial a.s kepada Nabi sallallaahu 'alaihi wa-sallam dan diteruskan kepada para Sahabat, demikian hingga hari ini. Ini berbeda dengan kasus Bibel, di mana tulisan-manuscript evidence dalam bentuk papyrus, scroll, dan sebagainya-memegang peran utama dan berfungsi sebagai acuan dan landasan bagi Testamentum alias Gospel. Jadi seluruh kekeliruan dan kengawuran orientalis bersumber dari sini. Orang-orang seperti Jeffery, Wansbrough dan Puin (dan Luxenberg -HMNA-), misalnya, berangkat dari sebuah asumsi keliru, menganggap Al-Qur'an sebagai 'dokumen tertulis' atau teks, bukan sebagai 'hafalan yang dibaca' atau recitatio. Dengan asumsi keliru ini (taking "the Qur'an as Text") mereka lantas mau menerapkan metode-metode filologi yang lazim digunakan dalam penelitian Bibel, seperti historical criticism, source criticism, form criticism, dan textual criticism. ################################################################################ * kok malah lempar decoy, mengalihkan perhatian, dari urusan costeau * salam, Ari [Non-text portions of this message have been removed]