abah HMNA,

Saya sepakat hadits nabi kalau menyangkut aqidah dan hukum harus dan layak 
dijadikan sumber dalil untuk ittiba'. Nah untuk menyangkut politik amat terbuka 
ruang untuk melakukan re interpretasi. Seperti hadits yang dipostingkan abah, 
tidak ada yang salah dari segi matan, hadits nabi tentunya tidak hampa budaya, 
artinya mengapa nabi meresponse peristiwa suksesi kepemimpinan kaisar persia 
seperti itu, ya karena memang kualitas wanita yang akan menjadi pengganti sang 
kaisar adalah tidak berkualitas, maka wajar apabila diprediksi tidak happy 
alias tidak "yuflihu". Dan lagi kultur arab timur tengah memang amat patriarkis 
sehingga bias gender itu menjadi hal yang niscaya. Seandainya arab tidak 
patriarkis tentulah Rasulullah tidak akan berkomentar seperti itu. Itulah yang 
disebut komentar Nabi (hadits) yang tidak hampa budaya.

Kalau merujuk pada Al qur'an tidak ada satu ayatpun yang mencela tentang 
tampilnya wanita sebagai pemimpin politik, bahkan kisah balqis demikian netral 
al qur'an meriwayatkan, begitu lugas tanpa ada celaan sedikitpun pada diri sang 
ratu Balqis, malah ada pujian yang hiperbolism seperti "laha arsyul adziim" 
yang artinya "dia mempunya singgasana yang agung" perhatikan sebutan singgasana 
balqis yang agung dengan sebutan "arsyul adzim" adalah sama halnya ketika Allah 
menyebut singgasana milik-Nya sendiri juga dengan sebutan "arsyul adziim". 
Padahal singgasana Nabi / Raja Sulaimanan tidak disebut demikan kan ??. 
Meskipun ini ucapan burung hud hud, tetapi ini kan merupakan bagian dari Al 
qur'an yang merupakan firman Allah.

Nah untuk peristiwa Aisyah yang berakhir dengan kekalahan secara militer 
terlalu cepat menyimpulkan sebagai ukuran tidak layaknya seorang wanita tampil 
sebagai pemimpin, karena memang di kultur arab yang patriarkis kurang 
memberikan tempat bagi wanita untuk tampil ke depan di ruang publik / 
gelanggang politik. Sebenarnya banyak kisah tampilnya wanita sebagai pemimpin 
juga terbilang sukses (untuk kita bisa mempedebatkan ukuran suatu keberhasilan) 
seperti :
1) Ratu Elizabeth dari Inggris di bawah kepemimpinan tampil sebagai imperium 
yang menguasai 2/3 dunia sebagai kolonialist.
2) Ratu Victoria dari spanyol di mata warganya yang merupakan kaum katholik 
ortodok ya dibilang sukses membebaskan andalusia dari kaum muslimin.
3) PM Golda Meier dari Israel di mata warganya tentu diniliai sukses memimpin 
negaranya memenangkan perang israel vs Arab meskipun dikeroyok ramai-rami oleh 
negara arab (mesir, syiria, yordani, libanon dsb). 

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Jum, 9/4/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> 
menulis:

Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
Judul: Re: [wanita-muslimah] Pemimpin Wanita Dalam Tinjauan Islam
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 9 April, 2010, 9:14 AM







 



  


    
      
      
      ----- Original Message ----- 

From: "Abdul Muiz" <mui...@yahoo. com>

To: <wanita-muslimah@ yahoogroups. com>

Sent: Thursday, April 08, 2010 11:47

Subject: Re: [wanita-muslimah] Pemimpin Wanita Dalam Tinjauan Islam



wanita tidak boleh jadi pemimpin politik" itu doktrin islam enggak ya ?? siapa 
yang yang mengcreat ini ??



############ ######### ######### ######### ######### ######### ######### 
######### #######

HMNA:

Saya ulangi (cuplikan) dari Seri 640 :

Saat Nabi Muhammad SAW mendengar kabar suksesi kekaisaran Persia kepada putri 
Kaisar, beliau bersabda: 



-- Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahumu Mraatan [H.R. Bukhariy], artinya: 
Sekali-kali tidak beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada 
perempuan. Hadits ini, seperti dinyatakan oleh Imam Ibn Hajar, diungkapkan 
berkaitan dengan hadits-hadits lain tentang kisah kesewenang-wenangan Kaisar 
Persia. Ia kemudian di kudeta dan dibunuh, dan kemudian terjadi pelimpahan 
kekuasaan ketangan puteri Kaisar. Dalam pandangan Muhammad al-Syawaribi, hadits 
tersebut tidak bisa dijadikan rujukan untuk hal yang ilzamiyah (normatif), 
karena diriwayatkan secara ahad (individual) . Hadits ahad hanya bersifat 
ikhbariyah (informatif) , sehingga tidak memiliki konsekwensi hukum apapun. 
Dalam kaidah Ushul Fiqh untuk hal-hal yang sangat prinsip yaitu ilzamiyah, 
haruslah berlandaskan kepada teks yang diriwayatkan secara mutawatir 
(kolektif). 

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 

 

Kerugian peperangan itu sangat besar.

-- Pertama, kerugian jiwa, yaitu dari pihak St 'Aisyah sejumlah 16,796 orang 
terbunuh, dan dari pihak Khalifah 1,070 orang.

-- Kedua, perpecahan madzhab, mereka para penyokong St 'Aisyah dan Muawiyah 
disebut Ahlussunnah, dan para penyokong Khalifah disebut Syi'ah (partai) 'Ali, 
dan yang menyedihkan ialah yang pada mulanya hanya berupa mdzhab politik, namun 
ujung-ujungnya menjadi madzhab theologi, yaitu Madzhab Ahlussunnah dan Madzhab 
Syi'ah (tanpa menyebutkan 'Ali lagi). 



***

Ala kulli hal, dalam Hadits yang telah dikutip di atas, ungkapan "urusan 
mereka" (Amruhum), adalah urusan dalam konteks kancah politik. Alhasil, tidak 
akan beruntung kaum yang mendiami sebuah negeri, tidak terkecuali Indonesia 
ini, jika dipimpin oleh perempuan dalam urusan politik. Sedangkan St 'Aisyah 
yang begitu cerdas dan bijak dalam kehidupan keseharian, akan tetapi gagal 
dalam kepemimpinan politik, maka betapa pula oleh perempuan yang biasa-biasa 
saja. WaLlahu a'lamu bisshwab.



*** Makassar, 29 Agusutus 2004    

         [H.Muh.Nur Abdurrahman]

http://waii- hmna.blogspot. com/2004/ 08/640-perang- unta-dan- kepemimpinan. 
html



############ ######### ######### ######### ######### ######### ######### 
######### ######### #########



--- Pada Kam, 8/4/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@ yahoo.co. id> 
menulis:



Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@ yahoo.co. id>

Judul: Re: [wanita-muslimah] Pemimpin Wanita Dalam Tinjauan Islam

Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

Tanggal: Kamis, 8 April, 2010, 9:39 AM



BISMILLA-HIRRAHMA- NIRRAHIYM



WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU

[Kolom Tetap Harian Fajar]

640 Perang Unta dan Kepemimpinan Perempuan



Saat Nabi Muhammad SAW mendengar kabar suksesi kekaisaran Persia kepada putri 
Kaisar, beliau bersabda: 



-- Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahumu Mraatan [H.R. Bukhariy], artinya: 
Sekali-kali tidak beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada 
perempuan. Hadits ini, seperti dinyatakan oleh Imam Ibn Hajar, diungkapkan 
berkaitan dengan hadits-hadits lain tentang kisah kesewenang-wenangan Kaisar 
Persia. Ia kemudian di kudeta dan dibunuh, dan kemudian terjadi pelimpahan 
kekuasaan ketangan puteri Kaisar. Dalam pandangan Muhammad al-Syawaribi, hadits 
tersebut tidak bisa dijadikan rujukan untuk hal yang ilzamiyah (normatif), 
karena diriwayatkan secara ahad (individual) . Hadits ahad hanya bersifat 
ikhbariyah (informatif) , sehingga tidak memiliki konsekwensi hukum apapun. 
Dalam kaidah Ushul Fiqh untuk hal-hal yang sangat prinsip yaitu ilzamiyah, 
haruslah berlandaskan kepada teks yang diriwayatkan secara mutawatir 
(kolektif). 



[Non-text portions of this message have been removed]





    
     

    
    


 



  





__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke