> Lurino <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> hadits yang anda kutip memang benar dan shahih,
> dalam cakupan terbatas, yang saya angkat di sini
> adalah hukum logika. misalnya gini: pernyataan A
> benar, dan pernyataan B benar, hubungan A dan B
> masih dipertanyakan, apakah itu berarti A dan B
> pasti merujuk pada satu hal yang sama? analisis
> teks, sayangnya, gak seawam itu bung.
> 


Hadist itu bukanlah buku ilmu pengetahuan apalagi buku logika!!
Hadist itu cuma berisi kepercayaan manusia Arab dulu, dan 
kepercayaan itu merupakan bagian aktivitas otak dalam ber-
angan2.  Jadi Logika itu sama sekali bukanlah kepercayaan'
melainkan merupakan metode untuk menyimpulkan secara analisis
melalui urut2an yang valid apakah suatu pernyataan itu benar
atau salah, contohnya:

Semua yang ada hanya bisa "ADA" kalo ada penciptanya.
Allah itu tidak ada penciptanya.
Kesimpulannya: Allah itu "TIDAK ADA".

Pernyataan A benar, pernyataan B benar, dan pernyataan C juga sebagai
kesimpulan yang benar karena pernyataan A dan B saling berhubungan
yang mengikat pernyataan C sebagai kesimpulan yang VALID ATAU SHAHIH.

Demikianlah metode dalam logika dalam menemukan kebenaran yang hakiki
yang tidak mungkin bisa dibohongi dengan kata2 dalam kitab2 suci yang
banyak ataupun dengan pernyataan2 panjang yang penuh berlika-liku
dalam menyesatkan umatnya.

Dengan cara atau metode logika inilah ilmu pengetahuan berkembang
pesat sehingga anda bisa mengendarai mobil, pesawat terbang, menikmati
TV, DVD, dll yang kesemuanya tidak tercatat dalam Quran maupun Hadist2nya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.








Kirim email ke