Re: OOT RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-20 Terurut Topik skala selaras
Kalau ketemu orang yang tetap memasalahkan Pribumi non pribumi, saya akan
menjawab kebalikannya:
Saya memang non Pribumi, sama seperti anda, karena yang namanya Pribumi asli
di Indonesia sudah pada musnah semua, tinggal sedikit yang masih asli,
seperti suku2 di Irian, itu profil Pribumi asli. sedangkan anda sekalian,
adalah keturunan perantau yang datang dari utara.

Sebelum ada yang menuding kita Cina, lebih baik kita dengan lantang
mendahului memproklamirkan diri, kita memang  Cina kok,-- meniru kiprahnya
Gusdur---, memangnya kenapa? Hak kita sebagai Wara negara tidak kurang
sedikit pun dibanding kalian.

ZFy

- Original Message -
From: ulysee [EMAIL PROTECTED]


 Salam kenal juga,

 Iya yah kalau dijawab ngga percaya abis matanya sipit, kulitnya kuning
 bisa dijawab apa ya.
 Barangkali disitu baru gue jawab, gue pribumi kok, dari SUKU tionghua.
 Hihihi.



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: OOT RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-20 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA



Yg membikin cina orang asing adalah Suharto - politic. Dia orang yg kurang berpendidikan dan tiba2 mendapat harta karun posisi sebagai presiden. Anak buahnya juga semua pendidikannya kurang dan berpikiran sempit.
Untuk menstabilkan kedudukannya dia memakai system if you are not with me you better move out or you die. Jadi dia masacre orang yg dimata dia adalah "communis'" Wong cina juga pro sosialis a'La RRC jadi dijadikan satu. Tetapi oleh karena tidak dpt dibunuh semua dn mungkin karena posisi suku ini sebagai suku "middlemen" massa - sama seperti suku yahudi di EU -Deutschland maka dia diskriminasi. Suharto polisi adalah polisi orang yg pendidikannya rendah.
Lihat Timor dan Aceh dan Irian - ini kan disebabkan you're with me or you die. Dia kirim tentaranya yg korrupt karena under paid dan achirnya pasukan ini melakukan pelanggaran HAM dan extortion dan hasilnya kalian lihat. Seorang yg berpendidikan tidak memakai tentara utk oposisi - ini adalh mengundang civil war. Negara China hanya waktu TienAnMen - karena hampir civil war nbaru tentara dipakai - juga redguard waktu sudah keterlaluan baru tentara dipakai.
Rupanya oleh prinsip hidup ini dan jealousy didlm pikiran Suharto cs. maka dia mengadakan peraturan diskriminatip ini. Sebetulnya yg dibilang peranakan cina - atau kalau orang Malaysia sebut suku babah - mereka adalah pribumi asli Indonesia. Mereka berbeda dgn pribumi lain hanya dalam soal bah melayu "Jakarta"[memakai melayu yg achirnya oleh Sukarno dijadikan bah. Indonesia] dan pakaian kebaya mereka yg berlainan sedikit dari kebaya Jawa atau Sunda. Wanita pakai bagian atas yg berlainan dan laki2 memakai celana dan baju suku Jawa yg sedikit berlainan. Mungkin agama juga tidak semua muslim ada yg kristen ada yg tridarma. Banyak diantara suku ini tidak memiliki tanah untuk pertanian - keadaan diskriminatip dari belanda - jadi harus hidup menjadi middlemen. Juga nama marga masih memakai nama marga bah hokkian [bukan cina] dan seolah2 berlainan dgn lain suku. Tetapi kalau melihat nama kan dari nama kita bisa lihat mereka itu asal daerah mana -
 Batak dan Timor namanya kan berlainan - jadi suku babah juga berlainan. Cara mereka makan tidak pakai sumpit tetapi pakai tangan dan sendok dan masakannya typical babah culture. Ini suku dalam enzyclopedia sudah dimasukkan sebagai suku. 
Karena itu waktu mereka keluar negeri kebudayaan ini keluar dan waktu mereka dipaksa kirim kechina mereka juga tidak assimilasi dgn cina sana dan tetap berdiri sendiri. Karena itu yg disebut cina diIndonesia sebetulnya adalah suku Babah - dgn babah culture mereka. Mereka mungkin ada darah cina tetapi 100% indonesia.
Andreasskala selaras [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalau ketemu orang yang tetap memasalahkan Pribumi non pribumi, saya akanmenjawab kebalikannya:Saya memang non Pribumi, sama seperti anda, karena yang namanya Pribumi aslidi Indonesia sudah pada musnah semua, tinggal sedikit yang masih asli,seperti suku2 di Irian, itu profil Pribumi asli. sedangkan anda sekalian,adalah keturunan perantau yang datang dari utara.Sebelum ada yang menuding kita Cina, lebih baik kita dengan lantangmendahului memproklamirkan diri, kita memang " Cina" kok,-- meniru kiprahnyaGusdur---, memangnya kenapa? Hak kita sebagai Wara negara tidak kurangsedikit pun dibanding kalian.ZFy- Original Message -From: "ulysee" [EMAIL PROTECTED] Salam kenal juga, Iya yah kalau dijawab "ngga percaya abis matanya sipit, kulitnya kuning" bisa dijawab apa
 ya. Barangkali disitu baru gue jawab, "gue pribumi kok, dari SUKU tionghua." Hihihi.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-18 Terurut Topik HKSIS
Sahabat-sahabat netter yb,

Makin dipikir, makin terasa jadinya kita terjerat dalam lingkaran-setan 
kata-kata Pribumi yang melilit. Begitu sulit dan alotnya untuk menyatukan 
pendapat, padahal seperti terasa gampang saja. Mengapa dan dimana masalahnya, 
ya?

Benar seperti dinyatakan beberapa kawan, nampaknya pemerintah Orba suka 
bermain dengan kata-kata untuk mencapai tujuan politik tertentu. Diawal 
terbentuknya kekuasaan Orba, melancarkan gerakan ganti-nama bagi etnis 
Tionghoa, sebagai pernyataan kesetiaan pada RI, membuktikan loyalitasnya 
pada RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan jubah, cukup dengan 
mengganti nama, menyandang nama yang berbau Indonesia katanya! Sungguh luar 
biasa. Untuk membuang nama-nama orang yang berbau Tionghoa, untuk memusnahkan 
adat-istiadat budaya Tionghoa, mereka memulai dengan gerakan ganti-nama ini. 
Yang kemudian menjadi lebih tegas dengan melarang segala adat-istiadat 
Tionghoa, dari pelarangan segala tulisan Tulisan Tionghoa,  sampai pada ibadah 
Tionghoa dilarang, inilah bentuk diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa 
dengan menekan harga-diri etnis Tionghoa.

Kemudian lebih lanjut mereka mengganti penggunaan istilah Tionghoa-Tiongkok 
menjadi Cina, sebagai pernyataan anti-Tiongkok dan sekaligus bertujuan untuk 
menekan harga-diri etnis Tionghoa. 

Sekarang ini, lagi-lagi mengangkat kata Pribumi dan Non-pribumi untuk 
dihentikan penggunaannya, yang seolah-olah dengan demikian penguasa tampil 
sebagai pihak yang anti-diskriminasi rasial. Dan, kemudian kita dibawah jadi 
berdebat setuju dan menentang pencabutan penggunaan kata Pribumi. Yang 
menentang pencabutan dituduh rasialis, yang setuju dituduh sepihak dengan 
penguasa, merasa penguasa sudah tidak rasialis lagi. Padahal tidaklah 
demikian. Bagi bung Asahan yang menentang pencabutan penggunaan kata Pribumi 
tidak berdiri sebagai seorang yang rasialis anti-Tionghoa, sebaliknya yang 
setuju, termasuk saya, juga tidaklah berarti sepihak dengan penguasa, atau 
khususnya pemerintah Habibie dianggap sudah tidak rasialis lagi dan dengan 
demikian diskriminasi rasial di Indonesia selesai sudah, tidak ada lagi. 
Bagaimana mungkin!

Saya menyetujui instruk Presiden Habibi untuk menghentikan penggunaan 
istilah Pribumi dan Non-Pribumi, dalam pengertian tidak guna kita teruskan 
pengkotak-kotakan bangsa ini berdasarkan suku, etnis yang satu dengan yang 
lain. Sudahlah seharusnya kita semua, dari berbagai ras, berbagai suku, 
berbagai etnis yang ada di Nusantara ini bisa memberikan toleransi 
setinggi-tinggi untuk menerima segala perbedaan yang ada, hidup secara 
hormonis, bersama-sama membangun masyarakat adil dan makmur. Dengan tegas tidak 
 memperkenankan penguasa meperlakukan sekelompok warga sebagai Pribumi yang 
harus didahulukan, atau yang dianak-emaskan, sedang sekelompok lain lalu 
menjadi di Non-Pribumikan dan diperlakukan sebagai anak-tiri. 

Hentikan pengkotak-kotakan bangsa Indonesia ini menjadi kelompok Pribumi dan 
kelompok yang lain Non-Pribumi! UUD-45 hanya mengenal satu macam warganegara 
Indonesia, perlakukanlah setiap warga sama hak dan kewajibannya deengan tidak 
mempedulikan ras, suku dan etnis yang berbeda-beda.

Bukanlah dengan demikian kita semua bisa hidup lebih tentram, lebih bersahabat 
dan bersatu-padu untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi dalam 
pembangunan ekonomi dan masyarakat dimana kita hidup?! Mewujudkan Bhineka 
Tunggal Ika dalam kenyataan hidup bermasyarakat.
 
Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Sunday, September 18, 2005 2:06 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan 
Non Pribumi?


  Bung Andri Yang bijaksana,
  Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita
  sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang
  kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya
  juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha
  berbuat sungguh-sungguh.  Pribumi , Non Pribumi, Asli , Bukan asli
  Pendatang ,  Peranakan , Totok CINA, dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
  kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
  bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi
  seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
  keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
  rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
  coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
  disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
  sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan
  yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung
  ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: Saya
  pribumi!. Lalu bung sendiri, umpamanya merasa 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-18 Terurut Topik BISAI

 Salam sebangsa dan setanah air.
Tidak banyak yang bisa saya tambahkan karena saya merasa sudah cukup banyak
atau mungkin telah kebanyakan ,semua argumen,  semua alasan, semua
pertimbangan serta pendapat dan pemikiran saya sekitar Pribumi danNon
Pribumi. Saya bukannya lelah atau kehabisan tenaga, tapi benar-benar jenuh,
ingin berbicara soal lain dan ingin berlari dari kepengapanan dari
perdebatan yang sudah non produktif ini  meskipun itu bukan berarti  sudah
jelas siapa yang menang siapa yang kalah karena tujuan saya adalah untuk
menguji kebenaran bukan untuk bertarung dengan teman-teman sesaudara
sendiri. Masaalah ideologi memang tidak mudah dan tidak bisa dipaksakan
betapapun seseorang telah merasa begitu benar dan orang lain  telah dianggap
begitu keras kepala. Terkadang kita harus berhenti di tengah jalan untuk
istirahat, duduk, melepaskan lelah dari perjalanan jauh untuk satu tujuan
yang sama. Masaalah pikiran bukan sekedar yang satu mengkrubuti yang lain
dan lalu merasa menang karena merasa berada di pihak yang terbanyak.
Demokrasi, tidak berlaku dalam mengadili sebuah pikiran yang berbeda.
Demokrasi adalah untuk kesatuan tindakan bersama dan bukan untuk menindas
pikiran yang berbeda.Tapi berbicara tentang diri sendiri, saya sedikitpun
tidak merasa dikrubutin meskipun seolah demikian. Saya hanya merasa mungkin
pikiran-pikiran saya dipedulikan orang lain dengan berbagai tanggapan yang
saling berbeda. Itu sangat wajar dan bahkan sangat menguntungkan untuk diri
saya sendiri karena saya bisa belajar dalam praktek itu sendiri. Juga saya
tidak merasa bahwa pikiran saya sebagai pikiran minoritas, aneh,
meng-ada-ada. Sama sekali tidak. Kalau pikiran saya memang aneh, 
meng-ada-ada,
dalam satu dua kali terjang saja, rubuh terguling dan lalu tidak
diperdulikan orang lain. Semua tuduhan negatif telah saya tangkis dan saya
merasa, arah ke saling pengertian melalui perdebatan, keterus terangan,
adalah arah utama dan bukan ke arah perseteruan atau dendam serta kebencian.
Saya tidak menghitung jumlah, berapa yang menyetujui pikiran saya dan berapa
yang tidak. Saya tidak berani main gampangan-gampangan dalam masaalah
ideologi. Pengalaman di masa lalu sungguh sangat patut dijadikan cermin dan
selalu aktual (guru negatif).
 Soal permainan kata, gonta ganti kata, haram sekarang, besok dihalalkan
lagi dan lalu dibegitukan lagi menurut kepentingan seketika, kepentingan
oportunis, kepentingan pragmatis sempit sepihak atau pribadi-pribadi
penguasa, semua kita telah sepakat. Itu permainan busuk ORBA. Kita menolak
permainan ini, apalagi menurutkan apa yang mereka maui dan paksakan. Mereka
telah memaksa semua etnis Cina mengganti namanya dengan nama Indonesia (
Abubakar, Mohammad, Simon, Firdaus bahkan hingga Abdullah Aidit, apakah itu
nama Indonesia asli?). Tapi karena dipaksa dengan ancaman undang-undang,
represi dan bahkan hingga terror sekalipun, maka dituruti saja karena etnis
Cina memang tidak berdaya menghadapi paksaan sebuah rezim yang sedang
galak-galaknya ketika itu. Sekarang  kita sebut jaman reformasi, jaman 
demokrasi.
Tapi untuk kewaspadaan, janganlah hendaknya kita terlalu percaya dengan
hembusan angin demokrasi yang baru sepoi sepoi basah itu. Suatu saat,
ingatlah, tsunami Orba yang entah jilid ke berapa, bisa saja bangkit dari
dasar lautan demagogi dan kemuafikan mereka. Apakah tidak mungkin bila semua
ini terjadi, lalu semua etnis Cina yang telah berganti nama Indonesia lalu
dipaksa kembali memakai dan menggunakan nama Cina mereka dengan tujuan untuk
lebih mudah mengawasi dan mengontrol mereka dengan maksud untuk pemisahan(
apa ya bhs Inggrisnya, segregate, barangkali, maafkanlah si bodoh ini) ras.
Apakah itu tidak mungkin? Semoga tidak mungkin, tapi siapa yang bisa
menjamin tidak mungkin. Lalu kita (atau generasi mendatang) akan rame-rame
lagi mengutuk penggunaan nama Indonesia bagi etnis Cina. Inilah yang saya
maksudkan komidi putar yang adalah komidi putar oportunisme yang cuma
merugikan etnis Cina itu sendiri.
Salam persaudaraan.
asahan aidit.
40 tahun dalam pengasingan.



- Original Message - 
From: HKSIS [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com; HKSIS-Group [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, September 18, 2005 5:21 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
dan Non Pribumi?


 Sahabat-sahabat netter yb,

Makin dipikir, makin terasa jadinya kita terjerat dalam lingkaran-setan
 kata-kata Pribumi yang melilit. Begitu sulit dan alotnya untuk
 menyatukan pendapat, padahal seperti terasa gampang saja. Mengapa dan
 dimana masalahnya, ya?

Benar seperti dinyatakan beberapa kawan, nampaknya pemerintah Orba suka
 bermain dengan kata-kata untuk mencapai tujuan politik tertentu. Diawal
 terbentuknya kekuasaan Orba, melancarkan gerakan ganti-nama bagi etnis
 Tionghoa, sebagai pernyataan kesetiaan pada RI, membuktikan
 loyalitasnya pada RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan
 jubah, cukup dengan mengganti nama, menyandang nama

OOT RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-17 Terurut Topik ulysee
Salam kenal juga, 

Iya yah kalau dijawab ngga percaya abis matanya sipit, kulitnya kuning
bisa dijawab apa ya.
Barangkali disitu baru gue jawab, gue pribumi kok, dari SUKU tionghua.
Hihihi. 


-Original Message-
From: andri halim [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, September 17, 2005 12:09 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?


jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
bilang kamu non-pri yah? langsung aja jawab, saya
pribumi koq   --- mana aku percaya, mata lo sipit
begitu - heheheheheheee (kiding)

salam kenal, ngejawabnya pake otak yang dingin bgt, jd
nga ada panas2nya lagi




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ChanCT
Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah Pribumi cukup 
menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah menodai istilah 
Pribumi itu. Kata bung: Kita bersihkan kata pribumi dari  semua noda dan 
kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa lalu. Semua 
kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku, sama derajat dan 
semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai keadilan dan melawan semua 
bentuk diskriminasi politik, ekonomi, kebudayaan maupun ras.

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi, pernahkah 
bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu kotornya, jahatnya 
pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah Pribumi itu? Bukankah 
salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan penggunaan istilah Pribumi 
dan Non-Pribumi itu, yang jelas selama ini digunakan untuk mengkotak-kotak 
warga negara Indonesia ini menjadi, Pribumi dan Non-Pribumi untuk 
sekelompok yang etnis Tionghoa. 

Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita adalah 
pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja sulit, ya. Karena 
setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada sekelompok warga, akan ada 
sekelompok lain yang harus disebut non-pribumi. Kalau kita sebut sekelompok 
warga dengan sebutan orang Indonesia asli, tentu ada sekelompok lain yang harus 
disebut menjadi non-asli. Lalu, kita harus memberi definisi siapa saja yang 
bisa dikategorikan Pribumi dan Asli-Indonesia dan yang lain menjadi 
Non-Pribumi dan Non-asli.

Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di Nusantara ini adalah 
pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi hanyalah berbeda waktu, sekelompok 
datang lebih dahulu dan yang lain lebih belakang, maka sebenarnya kita semua, 
sudah tidak lagi berhak menyandang Pribumi atau Asli-Indonesia, yang masih 
berhak disebut Pribumi hanyalah orang-orang Nusatenggara dan Irian-Papua yang 
berkulit kehitam-hitaman dan berambut kriting itu. Ini kalau kita melihat dari 
sudut biologis. Bukankah begitu?

Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian Pribumi yang bung ajukan 
itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa dibenarkan 
kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM, tapi kira-kira 
bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.3 
tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli, jadi setiap orang yang lahir di 
Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka, secara hukum bisa dikatakan 
orang-orang yang lahir di Indonesia sejak diundangkannya pada tahun 1946 itulah 
orang-orang Indonesia asli, yang Pribumi. Tentu, dengan tidak mempedulikan 
seorang itu dari ras apa, suku apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, 
maka bisa dikategorikan Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya 
digunakan untuk membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di 
Indonesia, entah orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang 
menjadi warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, 
orang-orang yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan 
naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli Indonesia. 

Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di 
Indonesia selama ini tidak demikian adanya. Pribumi dan Non-Pribumi adalah 
sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada didalam 
masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis Tionghoa itu. 
Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita sambut instruksi 
Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah Pribumi yang jelas merusak 
persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau dan bisa dicapai dengan 
mempertahankan sebutan Pribumi dan Non-Pribumi itu?

Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti meniadakan 
segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan setiap etnis. 
Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis tertentu. Berpegang 
teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita bersatu-teguh dengan segala 
perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku, ya beda etnis, ya beda agama, ya 
beda ideologi. Sayang seribu sayang, sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan 
Bhineka Tunggal Ika diserukan dan berkumandang di Nusantara ini, tapi belum 
juga terwujud dalam kenyataan hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat 
generasi muda untuk lebih keras berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan 
cita-cita pejuang kemerdekaan yang belum selesai itu. 

Salam,
ChanCT


  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan 
Non Pribumi?


  Saudara Andri Halim yang saya hormati,
  Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan
  kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik BISAI
 dibikin
para ahli definisi, tukang-tukang kriterium, instrusksi Presiden, para
pejuang anti diskriminasi rasial yang yang punya kesensitifan absolut.
Semua yang gila-gilaan ini ahirnya akan kembali ke retorika yang sudah
inflasi, suduh luar biasa inflasinya. Sudahlah, saya kira diskusi yang
berputar-putar seperti komidi putar ini  telah memang benar-benar sia-sia,
menghabiskan waktu yang akan abadi tanpa menemukan titik temu yang bisa
disepakati bersama.
Tentang kembali ke Yunnan. Saya lebih suka kembali yang lebih jauh lagi,
yaitu ke Afrika. Tapi oke deh, kalau memang suka menempuh jalan singkat,
seperti menerima saja instruksi Habibi untuk menyetop  diskriminasi rasial
hinggga tuntas, hal antrian yang lebih belakangan ini, saya sendiri tidak
keberatan kalau disebut asal usul saya ini Cina. Tapi apakah bangsa
Indonesia akan menerima berita sejarah ini dan mengakui asal usulnya dari
Cina.? Saya jadi teringat akan sebuah film yang saya lihat di TV (Discovery
Channel) ,sebuah film dokumenter tentang penyelidikan seorang doktor
Amerika (saya lupa namanya) yang menyelidiki asal usul nenek moyang manusia
yang berdasarkan DNA, ia mengatakan asal usul nenek moyang manusia adalah
dari Afrika. Dan ketika ia memeriksa DNA seorang bangsa Kirgistan yang rupa
mukanya sangat Cina, tapi ternyata DNA-nya DNA orang Afrika berumur puluhan
ribu tahun lalu yaitu DNA asal usul nenek moyang manusia yang berasal dari
Afrika itu .Bagaimana kalau kita mengaku sebagai orang Afrika saja sehingga
di Indonesia tidak ada orang Indonesia, tidak ada orang Jawa, tidak ada
orang Cina , tidak ada semua etnis yang ada sekarang ini ada,  dan yang ada
hanyalah dari Afrika. Barangkali ini baik untuk menghilangkan diskriminasi
rasial. Tapi bung tentu lebih suka dimulai dari Yunnan saja. Lebih dekat dan
lebih menguntungkan. Tapi manusia bukan emas atau intan. Untuk manusia, asli
dan tidak asli bernilai sama. Mengapa yang asli maupun yang tidak asli mesti
dikutuk atau diharamkan.Barangkalai di sinilah kita bertemu atau tidak
bertemu secara meyakinkan. Namun salam persaudaraan yang sehangat-hangatrnya
dari saya.
asahan aidit.

definisi-difinisi dalam ilmu eksak
- Original Message - 
From: ChanCT [EMAIL PROTECTED]
To: HKSIS-Group [EMAIL PROTECTED]; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, September 16, 2005 10:21 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
dan Non Pribumi?


 Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah Pribumi cukup
 menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah menodai
 istilah Pribumi itu. Kata bung: Kita bersihkan kata pribumi dari
 semua noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di
 masa lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan
 suku, sama derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai
 keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi,
 kebudayaan maupun ras.

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi,
 pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu
 kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah
 Pribumi itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan
 penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi itu, yang jelas selama ini
 digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara Indonesia ini menjadi,
 Pribumi dan Non-Pribumi untuk sekelompok yang etnis Tionghoa.

Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita adalah
 pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja sulit, ya.
 Karena setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada sekelompok warga,
 akan ada sekelompok lain yang harus disebut non-pribumi. Kalau kita sebut
 sekelompok warga dengan sebutan orang Indonesia asli, tentu ada sekelompok
 lain yang harus disebut menjadi non-asli. Lalu, kita harus memberi
 definisi siapa saja yang bisa dikategorikan Pribumi dan Asli-Indonesia
 dan yang lain menjadi Non-Pribumi dan Non-asli.

Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di Nusantara ini
 adalah pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi hanyalah berbeda waktu,
 sekelompok datang lebih dahulu dan yang lain lebih belakang, maka
 sebenarnya kita semua, sudah tidak lagi berhak menyandang Pribumi atau
 Asli-Indonesia, yang masih berhak disebut Pribumi hanyalah orang-orang
 Nusatenggara dan Irian-Papua yang berkulit kehitam-hitaman dan berambut
 kriting itu. Ini kalau kita melihat dari sudut biologis. Bukankah begitu?

Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian Pribumi yang bung ajukan
 itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa
 dibenarkan kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM,
 tapi kira-kira bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan
 ketentuan Undang-undang No.3 tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli,
 jadi setiap orang yang lahir di Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka,
 secara hukum bisa dikatakan orang

RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik ulysee
Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda kotor pada istilah
pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 

Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu sendiri yang arti
harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu dihilangkan. Terlalu
banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu istilah. Lebih gampang
mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 

Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk kepentingan politik /
dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan kita/kami dari mereka
sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir KONTRADIKTIF (heheheh
ini istilah beken dari perguruan sebelah) 

Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara politisir lagi,
jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang bilang kamu non-pri
yah? langsung aja jawab, saya pribumi koq dengan demikian label jelek
pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan demikian tionghua sendiri
yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau dikotak-kotakin lagi.

(maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya cetuskan diantara teman
dan kerabat, mereka komentarnya gila luh sambil ketawa-ketiwi dan
diskusi berhenti)

catatan: 
pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli, berasal dari tempat
yang bersangkutan. 
{Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak untuk menyandang sebutan
pribumi juga toh?} 

Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli.. kya! Hehehehe.

-Original Message-
From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?

Bung Asahan yang budiman,

Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah Pribumi
cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah
menodai istilah Pribumi itu. Kata bung: Kita bersihkan kata pribumi
dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator
bangsa di masa lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam
ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
mencintai keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik,
ekonomi, kebudayaan maupun ras.

Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi,
pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu
kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah
Pribumi itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan
penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi itu, yang jelas selama
ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara Indonesia ini menjadi,
Pribumi dan Non-Pribumi untuk sekelompok yang etnis Tionghoa. 



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
Salam kenal Bung Dana,

Menurutku yang menjadi akar permasalahan bukan di kata
Pribumi dan Non-Pribumi, tetapi diskriminasi yang
terjadi begitu hebatlah sehingga membuat seolah-olah
kata-kata tersebut sebagai senjata yang mematikan,
andaikata benar kata-kata tersebut dihilangkan dari
kamus Indonesia, maka pasti juga akan timbul kata-kata
atau masalah baru karena yang hanya
dipikirkan/dipermasalahkan kata-kata tersebut saja,
tetapi akar dari permasalahan tersebut hanya dibiarkan
saja.

Satu negara yang menurutku kejadiaannya hampir sama
dengan dengan kejadiaan di Indonesia, yaitu negara
Afrika selatan, yang ada orang kulit hitam sebagai
Pribumi dan orang kulit putih sebagai Non-pribumi,
tahun 1960'an dibuatlah Hukum Apartheid yang digunakan
untuk mengatur sistem ekonomi dan sistem sosial
masyarakat, seperti yang diketahui pahlawan Afika
Nelson mandela yang akhirnya menang dalam
memperjuangkan hak-hak mereka agar mereka tidak
didiskriminasikan sebagai warga no.2. Apa yang
mereka(pribumi) minta pada saat 1980an adalah agar
mereka tidak dianggap sebagai manusia-manusia no.
akhir dan hak-hak mereka dihormati, bukan meminta agar
menghapuskan kata negro.
Nah..., setelah diskriminasi kepada kulit hitam
berhasil diredam, maka mereka baru
mempersoalkan/memikirkan bagaimana dengan nasib
orang-orang kulit hitam yang telah tinggal di USA,
yang akhirnya disepakatilah agar digunakan nama :
afro-american(non pribumi) kepada mereka, walaupun
pada kenyataannya kata-kata negro masih kadang
digunakan utk menghina orang-orang kulit hitam, tetapi
setidaknya diskriminasi terhadap mereka telah dapat
lebih diredam, cth : orang-orang kulit hitam telah
dapat kerja dipemerintahan dengan jabatan tinggi.
NB : Sampai sekarang kata Negro pun masih ada krn
apa?, krn kata tersebut menunjukan bahwa orang
tersebut adalah orang niger(non pribumi).

Disetiap negara pasti terjadi yang saya namakan :
permasalahan sosial, hanya bagaimana cara suatu negara
menyelesaikannya itulah yang sangat berharga, bukan
melihat bahwa negara ini nga rasialis, nga
membeda-bedakan etnis, karena pasti dahulunya negara
tersebut menghadapi permasalahan yang sama, Cth : di
Singapura, banyak orang bilang bahwa negara itu aman
sekali , tidak ada namanya rasial walaupun dinegara
tersebut ada beberapa etnis, memang benar, tatapi
tahukah kita bagaimana cara Lee Kuan Yeuw
menyelesaikan masalah tersebut(krn itulah yang
seharusnya bangsa ini pelajari, dari sejarah cara
penyelesaian masalah sosial oleh suatu negara), krn
nga mungkin Mr. Lee menyelesaikannya dengan hanya
membuat undang2 agar diharamkannya kata melayu
kepada orang2 melayu, dan juga mengharamkan kata
Cina kepada orang2 pendatang tiong hua, karena kalo
Mr. Lee hanya begitu gampangnya menyelesaikan masalah
sosial/etnis pada tahun 1960an, nga mungkin singapura
semaju ini, iya kan.

Salam hangat kepada teman-teman yang nimbrung di
diskusi ini, Andri

--- RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Sebuah masyarakat yang madani (Civil Society) dan
 maju tak akan 
 menggunakan istilah pri dan bukan pri, walau
 disetiap bahasa, ada 
 istilah ini. Indigeneous dalam bahasa Inggris,
 Einheimische(r) dalam 
 bahasa Jerman.
 
 Namun, di Jerman, Austria, kita tak pernah mendengar
 pemakaian bahasa 
 ini dalam kehidupan se-hari hari. Tidak dikantor,
 tidak dijalan, atau 
 dimanapun. Puluhan tahun saya hidup di Austria ini,
 dimana banyak 
 kaum pendatang, namun tak dipakai istilah ini.
 
 Andaipun ada istilah yang setengah resmi seperti
 Zugereiste(r), 
 yang berarti yang baru datang, ini hanya merujuk
 pada kelompok 
 penduduk yang belum benar benar terintegrasikan,
 terutama dari sisi 
 bahasa.
 
 Tetapi pemakaian resmi, seperti dinegeri kita. Ini
 harus ditolak 
 tegas. Orang Jawa bagi saya, adalah orang Jawa yang
 turun temurun, 
 maupun mereka keturunan Arab, India, Tionghoa, Indo
 atau manapun, 
 yang telah membudaya di Jawa.
 
 Hal yang sama terlihat di Minahasa. Mereka hanya
 membedakan Kawanua 
 yakni warga Minahasa, ataupun bukan. Yang bukan
 adalah yang belum 
 membudaya. Pengunjung. Otherwise mereka tak bedakan
 agama, ataupun 
 etnis. Kawanua ya Kawanua.
 
 Kalau kita belum juga mampu menyingkirkan hal ini,
 maka kita tak akan 
 mampu menyongsong haridepan kita.
 
 Pembedaan ini selain tak ada faedahnya dari sisi
 apapun, malah hanya 
 memperrsulit nation building yang benar yang kita
 butuhkan.
 
 Atau, kalau kita memang mau mendirikan negara kecil
 kecil berdasarkan 
 ethnis. Maka jangan heran, kalau kelak di Bagan Si
 Api Api atau 
 Pontianak ada negara kecil yang warganya adalah
 Tionghoa. Mirip 
 Singapura. Tetapi, jangan bicara Bhineka Tunggal
 Ika, lalu memakai 
 istilah pri dan non pri.
 
 
 
 Salam
 
 RM Danardono HADINOTO
 
 
 
 




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM

RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim

jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
bilang kamu non-pri yah? langsung aja jawab, saya
pribumi koq   --- mana aku percaya, mata lo sipit
begitu - heheheheheheee (kiding)

salam kenal, ngejawabnya pake otak yang dingin bgt, jd
nga ada panas2nya lagi


--- ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pertanyaan Bung Chan CT untuk menghilangkan noda
 kotor pada istilah
 pribumi itu membuat saya kepingin nimbrung nih. 
 
 Saya setuju sama Bung Asahan. Bahwa istilah itu
 sendiri yang arti
 harfiahnya tidak berkonotasi jelek, tidak perlu
 dihilangkan. Terlalu
 banyak buang tenaga untuk menghilangkan suatu
 istilah. Lebih gampang
 mengubah 'kesan' yang tersampaikan. 
 
 Bahwa sebelumnya istilah itu digunakan untuk
 kepentingan politik /
 dipolitisir untuk memisahkan atau membedakan
 kita/kami dari mereka
 sepertinya bisa dilawan lagi dengan cara politisir
 KONTRADIKTIF (heheheh
 ini istilah beken dari perguruan sebelah) 
 
 Usul 'gila' saya adalah : tionghua lawan dengan cara
 politisir lagi,
 jangan mau kalau dibilang non-pri, kalau ada yang
 bilang kamu non-pri
 yah? langsung aja jawab, saya pribumi koq dengan
 demikian label jelek
 pri- dan non-pri akan luntur sendiri. Dengan
 demikian tionghua sendiri
 yang mendobrak pengkotak-kotakkan itu. Jangan mau
 dikotak-kotakin lagi.
 
 (maap, saya bilang usul gila, abisnya waktu saya
 cetuskan diantara teman
 dan kerabat, mereka komentarnya gila luh sambil
 ketawa-ketiwi dan
 diskusi berhenti)
 
 catatan: 
 pengertian pribumi menurut KBBI = penghuni asli,
 berasal dari tempat
 yang bersangkutan. 
 {Dan tio-in berasal dari Indonesia, jadi berhak
 untuk menyandang sebutan
 pribumi juga toh?} 
 
 Tapi kalau buka KBBI mencari pengertian asli..
 kya! Hehehehe.
 
 -Original Message-
 From: ChanCT [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, September 16, 2005 3:22 PM
 To: HKSIS-Group; budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus
 mengharamkah istilah
 Pribumi dan Non Pribumi?
 
 Bung Asahan yang budiman,
 
 Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan
 istilah Pribumi
 cukup menarik, kita harus membuang segala pengertian
 kotor yang telah
 menodai istilah Pribumi itu. Kata bung: Kita
 bersihkan kata pribumi
 dari  semua noda dan kotoran yang diberikan oleh
 penguasa dan diktator
 bangsa di masa lalu. Semua kita adalah
 pribumi-pribumi dari segala macam
 ras dan suku, sama derajat dan semua kita adalah
 bangsa Indonesia yang
 mencintai keadilan dan melawan semua bentuk
 diskriminasi politik,
 ekonomi, kebudayaan maupun ras.
 
 Setuju! Saya juga sangat setuju dengan
 pengertian bung itu. Tapi,
 pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan
 noda dan begitu
 kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini
 melekat keras pada istilah
 Pribumi itu? Bukankah salah satu cara yang dekat,
 adalah menghentikan
 penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi itu,
 yang jelas selama
 ini digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara
 Indonesia ini menjadi,
 Pribumi dan Non-Pribumi untuk sekelompok yang
 etnis Tionghoa. 
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving.
http://us.click.yahoo.com/V8WM1C/EbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-15 Terurut Topik ChanCT
Kawan-kawan sekalian yang budiman,

Jadi makin menarik diskusi kita mengenai istilah Pribumi dan 
Non-Pribumi ini. Tapi, saya tidak melihat adanya perbedaann hakiki diantara 
kita. Ini perasaan saya dari yang tersirat dalam kata-kata yang ada, ya. 

Kalau boleh saya katakan, bung Asahan yang menentang diharamkannya 
penggunaan istilah Pribumi dan Non-Pribumi tidak dengan demikian berarti 
menyetujui diskriminasi rasial, yang anti Tionghoa. Juga sebaliknya, 
kawan-kawan lain (termasuk saya) yang menyetujui dihentikan penggunaan istilah 
Pribumi dan Non-Pribumi ini tidak berarti berdiri dipihak mantan Presiden 
Habvibie, kelanjutan pemerintah Orba Soeharto itu.

Cobalah kita fokuskan kembali pada istilah Pribumi itu lebih dahulu. 
Tidak ada diantara kita yang menentang pengertian secara bahasa, Pribumi 
adalah netral, tidak sedikitpun ada pengertian negatif. Istilah Pribumi 
menjadi masalah justru karena dipolitisir untuk menyudutkan sekelompok warga, 
khususnya kelompok etnis Tionghoa. Dan sampai disini, semua pihak yang berdebat 
sama-sama mengakui kebenaran ini. Saya sejak awal, dalam tulisan pertama 
Pribumi  Non-Pribumi sudah menyatakan: 

Dan jelas, istilah Pribumi dan Non Pribumi adalah istilah politis yang 
dipergunakan Pemerintah Kolonial  Belanda dan Pemerintah Orde baru dengan 
maksud untuk memecah belah golongan penduduk di negara Indonesia dan 
melanggengkan kekuasaanya.

Coba, lebih lanjut kita perhatikan betul istilah Pribumi dan sebutan 
Non-Pribumi yang ditujukan pada etnis Tionghoa ini, bagaimanapun juga tidak 
bisa dibenarkan. Siapa yang berhak menyandang Pribumi di Nusantara ini? 
Karena kenyataan mayoritas mutlak penghuni Nusantara ini adalah juga 
pendatang dari daerah Yunan sana, penghuni yang masih bisa dikatakan 
Pribumi, yang masih asli adalah kelompok Negroid dan Wedoid yang berkulit 
kehitam-hitaman dan berambut keriting dan sekarang menetap di Nusatenggara dan 
Irian itu. Jadi, dalam pengertian dimana kita semua sama-sama pendatang, yang 
berbeda hanya waktu, sebagian lebih dahulu dan yang belakangan, pengkategorian 
Pribumi dan Non-Pribumi selama ini jelas adalah salah! Dan kalau kita sudah 
tahu salah, kenapa harus diteruskan? Apalagi jelas, penggunaan istilah 
Pribumi dan Non-Pribumi ini sebagai salah satu alasan untuk mendiskriminasi 
sekelompok warga yang etnis Tionghoa, dengan puncak kerusuhan yang meletus Mei 
'98 itu.

Lalu, kalau kita tarik lebih lanjut penggunaan istilah Pribumi dan Non 
Pribumi dengan selalu mempertentangkan yang Pribumi dan Non-Pribumi, maka 
jelas akan menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia karena :
-  Orang-orang Aceh akan mengatakan bahwa Aceh mereka adalah Pribumi sedangkan 
pendatang dari luar Aceh seperti suku Batak, Minang, Jawa, dan lain-lain adalah 
Non Pribumi.

-   Orang-orang Betawi akan mengaatakan bahwa di Jakarta mereka adalah Pribumi 
sedangkan pendatang dari luar Jakarta seperti suku Aceh, Batak, Minang, Jawa, 
Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya adalah Non Pribumi.


-   Orang-orang Papua akan mengatakan bahwa di Papua mereka adalah Pribumi 
sedangkan pendatang dari luar Papua seperti suku Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan 
lain-lain adalah Non Pribumi.


-   Orang-orang Dayak di Kalimantan akan mengatakan di Kalimantan Barat mereka 
adalah Pribumi sedangkan pendatang dari luar Kal-Bar seperti suku Jawa, Madura, 
dan lain-lain adalah non Pribumi.



Untuk apa kita membuat masyarakat yang kenyataan plural dan majemuk di 
Nusantara ini  terpecah-pecah dengan selalu mengkotak-kotakan menjadi Pribumi 
dan Non-Pribumi? Siapa sesungguhnya yang Pribumi, siapa yang Non-Pribumi? 
Bukankah jauh lebih baik dan akan lebih sehat, seandainya kita semua yang 
berbeda-beda itu, baik beda warna kulit, beda suku, beda etnis dan beda agama, 
semua bisa hidup rukun ber-damai-damai, bersama-sama membangun masyarakat ini 
lebih baik lagi, bersama-sama memusatkan segenap energi dan perhatian mendorong 
maju ekonomi yang nyaris bangkrut ini. 



Dan hendaknya janganlah kita trapkan semboyan yang pernah diteriakkan jaman 
RBKP (Revolusi Besar Kebudayaan Proletar) di Tiongkok dahulu: Apa yang 
ditentang musuh, kita sokong. Apa yang yang disokong musuh, kita tentang. Saya 
yakin semboyan itu hanya berlaku pada masalah pendirian, dan tidak berlaku 
secara umum dalam soal-soal praktis. Jadi, jangan kita menentang mengharamkan 
penggunaan istilah Pribumi hanya karena itu instruksi Mantan Presiden Habibie 
yang kelanjutan pemerintah Orba. Juga jangan karena masih menyetujui pengunaan 
istilah Pribumi lalu dikatakan rasis anti-Cina. 



Tidak mesti begitu.



Salam,

ChanCT



  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Thursday, September 15, 2005 7:59 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi 
dan Non Pribumi?


  Saudara Zhou Fy dan Saudara Mayat yang terhormat.
  Bila seseorang mengatakan kepada saya:dasar pribumi!! meskipun yang  
dimaksudkan seseorang

[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Terurut Topik mayatperempuan
Dirgahayu

waduh, terima kasih banyak atas ceramah bung
Asahan Aidit yang cukup panjang lebar membahas
mentalitas saya, etnis tionghoa, orde baru,
segala jenis cat dsb. tetapi agak aneh pada
saat bung Asahan Aidit menuduh saya berbicara
atas nama etnis tionghoa dan mempersempit masalah
pola segregatif istilah pribumi dan non-pribumi
hanya sebagai masalah etnis tionghoa. bung Asahan
Aidit semakin menjadi aneh pada saat mengidentifikasi
penolakan saya terhadap istilah rasist pribumi dan
non-pribumi karena saya beretnis tionghoa. padahal
di tulisan saya kemarin itu, saya tidak menyebut
secara spesifik bahwa istilah ini menjadi masalah
hanya untuk etnis tionghoa. dengan kata lain, bung
Asahan Aidit telah menghukum saya untuk berhenti 
menggugat sesuatu yang pekat dengan nuansa rasialisme
hanya dikarenakan saya beretnis tionghoa. dapat dipastikan
pada saat saya mendukung kawan-kawan dari agama marginal
spt sunda wiwitan, hindu kahuripan, ahmadiyah dsb, anda
juga akan terburu-buru mengatakan bahwa seorang cina spt
saya cuma bisa merengek-rengek. padahal masalah segregasi
dan marginalisasi 'agama' amat berbeda dengan diskriminasi
terhadap etnis tionghoa. hendaknya bung Asahan Aidit 
tidak memindahkan fokus pembahasan menjadi pembahasan 
terhadap diri pribadi saya.  

dalam frame demokrasi, setiap orang memiliki kebebasan
untuk berbicara. mungkin jenis kebebasan ini tidak pernah
bung Asahan Aidit sadari sebagai jenis kebebasan hakiki
yang melekat pada seorang manusia, terlebih lagi pada saat
masyarakat sipil berhadap-hadapan dengan negara dan alat
negara spt tentara. 

selain itu, bung Asahan Aidit juga mesti menghargai
Indonesia yang merupakan NEGARA HUKUM dengan mendukung
upaya memberantas tindak kriminal terhadap kemanusiaan
sampai ke akar-akarnya. atau setidak-tidaknya, marilah
kita berpartisipasi untuk mencegah bibit-bibit segregatif
atau konflik horisontal spt yang hendak diwariskan
dengan istilah pribumi dan non-pribumi.  

dan aku kira, dalam mengisi dan hendak mendorong maju
era demokrasi inilah saya hendak mengajukan pendapat
masalah istilah pribumi dan non-pribumi bukan
spt yang anda katakan spt Sedikit sedikit, belum 
apa-apa asal terasa etnis Cina  disinggung, mesin 
otomatisnya langsung bunyi: anti Cina! rasialist!


etnis tionghoa BUKANLAH SUPER ETNIS atau segolongan
mahluk adi-kodrati. tetapi tampaknya begitu banyak
kalangan yang mengistimewakan etnis tionghoa ini di
samping terdapat elemen-elemen yang memandang etnis
tionghoa sebagai etnis paling berbahaya bagi kemapanan
dan maksud dominasi mereka sehingga etnis tionghoa perlu
dibonsai, dipangkas atau kalau perlu di etnik-cleansing-kan. 
saya tidak pernah tau di mana bung Asahan Aidit berdiri.
saya cuma tau kalao kakak kita, bang Amat, bersifat sangat
bersahabat terhadap golongan tionghoa. tetapi di mana pun
posisi bung Asahan Aidit berdiri, masalah perjuangan hak-hak
sipil dan demokrasi tidak akan berhenti dengan penolakan
bung Asahan Aidit terhadap konsepsi bernegara modern dan
demokrasi egaliterianism. 


tampaknya, ledakan Bom di vietnam mempengaruhi kestabilan
cairan otak anda bung Asahan Aidit shg anda menjadi
agak rancuh dalam mengamati fokus perbincangan dengan
berkomentar bahwa Kata pribumi adalah milik bangsa 
Indonesia yang  berada dalam perbendaharaan kata-katanya, 
dan bukan milik  Habibi, bukan milik kaum kolonialis 
lama maupun baru dan juga bukan milik orang Cina. 

seingat saya, kita tidak sedang membahas istilah pribumi
dan non-pribumi dari sudut kajian semantik atau pelajaran
bahasa indonesia. tetapi kita berbicara mengenai taburan
politisasi yang diwariskan oleh orde baru atas kedua istilah
tersebut. kata pribumi adalah perbendaharaan bahasa indonesia
tetapi TIDAK TEPAT apabila kata pribumi ini dipakai untuk
menggolong-golongkan warga-negara yang pada akhirnya menciptakan
dinding-dinding segregatif antar anak bangsa. 

saya sebagai bangsa Indonesia menolak kata pribumi dan
non-pribumi dengan definisi tidak jelas untuk dijadikan
referensi pengkotak-kotakan golongan warga-negara spt yang pernah
dilakukan oleh Belanda untuk menjerat bangsa indonesia dalam
kolonialisme selama 300 thn. 

agaknya bung Asahan Aidit harus mulai belajar sebuah pola
diskusi kajian daripada terlalu mempergunakan perasaan. 
saya menyakini bahwa bung Asahan Aidit pun tidak mampu
mendefinisikan arti kata 'pribumi' yang kita maksudkan. 
tetapi karena sikap anti-tionghoa anda, semerta-merta anda
mengarang cerita bahwa golongan tionghoa suka sekali menuding-nuding
orang lain sebagai kelompok rasist anti-tionghoa. 


padahal,terdapat kehendak dari intern komunitas tionghoa untuk
ikut berpartisipasi secara aktif membangun bangsa dan negara
Indonesia. dan sikap-sikap aneh yang ditampilkan bung Asahan
Aidit seringkali membuat hati segelintir tionghoa menjadi
kecil dan keder. orang-orang spt Asahan Aidit ini cenderung
berusaha menjegal partisipasi positif golongan tionghoa dgn
bersikekeh meneruskan warisan politik segregatif orde-baru. 

Mayat


--- In 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Terurut Topik BISAI
Saudara Zhou Fy dan Saudara Mayat yang terhormat.
Bila seseorang mengatakan kepada saya:dasar pribumi!! meskipun yang  
dimaksudkan seseorang( umpamanya seorang asing yang suka menghina kita secara 
historis)  adalah barbar, maka  saya tidak akan marah, saya tidak tersinggung. 
Mengapa saya harus marah dan tersinggung. Pribumi adalah identitas Antroplogis 
saya. Memang  saya seorang pribumi meskipun saya tidak bangga sedikitpun 
menerima takdir yang tidak bisa saya tolak itu. Tapi siapa saja yang mengatai 
saya:dasar barbar!! meskipun dengan maksud baik, saya pasti akan bertindak 
lain. Saya setuju sekali dengan anda bahwa kata pribumi telah di distorsi 
oleh Orba secara sangat serius seperti juga sama halnya dengan kata Cina. 
Pendistorsian inilah yang saya tentang .  Tapi bukan dengan cara mengharamkan 
kata yang telah dicemari itu. Pada hakekatnya sangat banyak orang menentang 
pengharaman kata pribumi , secara sadar atau tidak sadar, spontan maupun 
nuchter. Yang melakukan pengharaman itu adalah Orba, mesin politiknya Suharto 
dan bukan rakyat Indonesia. Mengapa Suharto dan Orbanya berbuat demikian?. 
Sejak pembantaian Suharto terhadap PKI dan rakyat Indonesia yang tidak bersalah 
yang mulai di tahun 1965 itu, Suharto ingin menyaring etnis Cina dengan tangguk 
rapat yang hampir-hampir tak tembus air untuk membedakan antara etnis Cina yang 
dia sangka ikut PKI, simpatisan komunis, simpatisan  negeri  dan Partai Komunis 
Cina, dengan Cina yang masih bisa dia pakai yang tentu saja pertama-tama yang 
kaya-kaya atau yang super kaya, yang bukan Komunis, yang tidak ber-orientasi ke 
Cina Daratan atau PKC. Hasil penyaringan itu, saya sebut saja satu nama untuk 
sementara, seperti yang kita kenal yang telah bernama Bob Hasan dan tentu saja 
masih banyak yang lainnya  yang yang sekelas kakap seperti Bob Hasan untuk 
dijadikan Suharto  menjadi para bendahara pribadinya. Suharto itu tidak bodoh 
seperti yang disangka sebagian orang, dia tahu dia tidak mungkin bicara soal 
atau mengelola ekonomi Indonesia tanpa para kapitalis Besar Cina yang kaya 
pengalaman, sukses dan lebih mudah dikendalikan karena bukan pribumi. Sedangkan 
waktu itu boleh dikatakan, Indonesia tidak punya kapitalis kakap yang 
sesunguhnya dan hanya memproduksi kapitalis birokrat yang bodoh berdagang tapi 
lihai mengeruk uang tanpa kerja dan susah payah. Tapi tentu saja Suharto tidak 
mau menggunakan terlalu banyak dan memberikan kesempatan kepada para kapitalis 
Cina saja. Itu akan menimbulkan kecemburuan di kalangan kroni-kroninya sendiri 
dan juga para pengusaha pribumi yang ingin berhasil tapi mendapatkan saingan 
yang maha berat bila harus bersaing dengan para kapitalis kakap dari etnis 
Cina. Dengan kata lain Suharto telah membikin kontradiksinya sendiri yang mana 
yang harus diistimewakan( baca: didiskriminasi).Sekali lagi dia seorang licik, 
lihai, cerdik dan juga tidak bodoh. Sambil memelihara dan menggunakan Bob Hasan 
dan sebangsanya, sambil juga mendiskriminir
antara pengusaha pribumi dan pengusaha Cina. Cina yang mulai dari yang miskin 
hingga agak kaya dia babat, yang miskin dia tuduh komunis untuk dibabat dan 
ahirnya sebagian terbesar dari etnis Cina menderita diskriminasi. Dia (Orba) 
lalu menyebarkan  kata yang telah dia beri racun: PRIBUMI DIPERAS, DIJAJAH, 
OLEH NON PRIBUMI dan dijadikannya sebagai psikologi massa yang bermakna: Cina 
musuh orang Indonesia melalui penjajahan ekonomi. Akibat dari penyebaran 
psikologi massa yang beracun itu dengan sendirinya telah menyuluh kerusuhan 
atau teror rasial anti Cina sebagaimana yang antara lain, kita kenal ngerinya 
di bulan Mei 1998. Sesudah kejatuhannya(Suharto), dia menunjuk Habibi sebagai 
penggantinya. Kita tahu Habibi seorang cendekiawan yang betul-betul pintar, 
tapi juga tidak semata cuma pintar, ia juga lihai dan licik. Akibat dari 
kerusuhan terror rasial 98, banyak kapitalis dan pengusaha besar Cina kelas 
kakap lari ker luar negeri, seperti yang kita kenal ,dan tahulah dia, apa itu 
artinya bagi ekonomi Indonesia yang telah dihancurkan Suharto hingga mendekati 
angka nihil. Untuk memperbaiki sedikit muka Indonesia yang sudah coreng moreng 
itu di mata dunia dan juga muka dirinya , maka keluarlah dia punya instruksi 
untuk mengharamkan kata  pribumi dan sebagai analogi tentu saja kata Non 
pribumi. Indah kedengarannya bukan?. Habibi bisa diangkat jadi pahlawan anti 
rasialist yang ingin menghapus rasialisme anti Cina di Indonesia hanya dengan 
dua buah kata pribumi dan non pribumi harus menghilang dari kamus 
perbendaharaan kata bahasa Indonesia karena menurut dia berbau rasialis dan 
dengan maksud agar kembali menanamkan psikologi massa bahwa timbulnya rasiais 
atau pun penyebab rasialisme di Indonesia adalah karena kata pribumi dan non 
pribumi  dan bukan karena watak rasialis yang sesungguhnya dari Suharto dan 
Orbanya. Cerdik bukan? Dan bukan hanya cerdik, pandai dan lihai, tapi juga ada 
orang yang mempercayainya, seperti sebagian dari golongan anda hingga sekarang 

[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Terurut Topik mayatperempuan
Dirgahayu

jawaban kawan Asahan Aidit untuk bung Chan CT 
sangat menarik. saya banyak mendapat pelajaran
dan informasi dari uraian bung Asahan Aidit ini.
sehingga perkenankan saya untuk menambahkan
diskusi baik antara kawan Asahan Aidit vs bung
Chan CT.

masalah istilah untuk menamakan diri suatu etnis
adalah sepenuhnya HAK ETNIS BERSANGKUTAN. pemaksaan
penamaan untuk seseorang, sekelompok etnis, sebuah
bangsa adalah sebuah bentuk represif yang sangat
vulgar. kolonial belanda pernah menamakan rakyat
indonesia dgn istilah 'inlander'. tetapi harian
SIN PO akhirnya menolak penggunaan kata 'inlander'
dan menggantinya dengan istilah INDONESIA. harian
SIN PO ini adalah harian pertama yang menggunakan
kata INDONESIA dalam tajuk beritanya. 

SIN PO tidak memaksakan kata INDONESIA. tetapi karena
terdapat konsensus di antara para pejuang kemerdekaan
saat itu yang memilih kata INDONESIA maka SIN PO
telah bertindak benar dengan menolak kata 'inlander'
dan menggantinya dengan kata INDONESIA. sekalipun SIN PO
adalah terbitan golongan etnis tionghoa tetapi ternyata
kalangan SIN PO sangat menghormati, kooperatif dan
menunjukkan solidaritasnya terhadap perjuangan kemerdekaan
INDONESIA. 

bung Asahan Aidit perlu mengetahui bahwa selain 
penindasan fisik terdapat juga penjajahan psikologis
dan represif bahasa/istilah. Lenin memberi perhatian
yang sangat besar untuk masalah POLITIK ISTILAH. kawan
DN. Aidit mengetahui hal ini. sehingga setau saya,
hanya PKI saja yang paling baik menggeluarkan begitu
banyak slogan perjuangan. 

golongan tionghoa telah membuktikan diri sebagai 
golongan yang sangat toleran, sekalipun belum tentu
bersimpati dan mendukung, terhadap rezim orde baru
dengan tidak terlalu memaksakan kehendak ketika dirinya
diberi-nama CINA, demi semata-mata menghindari konflik
horisontal dan memperparah jalannya kehidupan berbangsa
pasca tragedi 65 yang begitu berdarah dan keji. tetapi 
saat ini masanya sudah agak berbeda. diktator suharto
telah mundur sekalipun tak tersentuh, dan sudah saatnya
kita kembali pada proses nation-building yang pernah 
diintervensi oleh soehato dan orde baru. salah satu
usaha itu adalah dengan menghormati pilihan penamaan
diri untuk etnis tionghoa. 

saatnya, kita menegaskan bahwa bukan hanya golongan
etnis tionghoa saja yang perlu berkontemplasi spt
yang selalu bung Asahan Aidit serukan. tetapi proses
kontemplasi ini harus dilakukan oleh seluruh golongan
rakyat Indonesia. agar kerukunan, saling menghormati
sesama saudara sebangsa dll dapat mulai dipraktekan
oleh seluruh golongan dan latar belakang. 

dan sebagai orang yang telah berpihak untuk menentang
segala bentuk penjajahan, saya mengira, kawan Asahan
Aidit pun akan menentang jenis penjajahan 'bahasa'. 
sebagai orang muda, saya hendak belajar banyak dari
sikap anti-penjajahan dari para senior saya spt bung
Asahan Aidit ini. sehingga saya pun berusaha dengan
objektif dan terbuka menentang usaha-usaha segregatif
sebuah rezim mulai dari pola-pola represif sampai pada 
kebijakan penggunaan istilah yang tampaknya remeh. 

sebagai seorang nasionalis kebangsaan indonesia, bung
Asahan Aidit seharusnya tidak mudah terjebak masuk
jerat parochialisme segregatif yang mengutamakan politik
etnisitas. nasionalisme kebangsaan tentu saja memiliki
bobot lebih tinggi dari politik etnis sehingga yang perlu
diutamakan adalah nasionalisme kebangsaan dan pola 
identifikasi diri sebagai BANGSA sehingga maksud-maksud
dan usaha-usaha untuk merenggangkan harmonisasi antar
golongan etnis dan usaha membagi rakyat ke dalam golongan
etnis dengan sistem berlapis spt terlihat dalam proyek
penggunaan istilah pribumi dan non-pribumi harus
DITOLAK, DIHARAMKAN, DILAWAN 

Mayat




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, BISAI [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Bung ChanCT yang sangat baik.
 
 
 Saya dapat menangkap makna yang terpositif  dari uraian bung: 
memblokir rasialisme di semua sudut dan pintu-pintunya yang terkecil 
sekalipun. Tapi yang tersisa, juga masih memerlukan peneropongan 
lebih lanjut. Di luar karantina, masih ada faktor-faktor terselubung 
lainnya yang selalu siap menyebarkan virus gelap dengan berbagai 
cara yang salah satunya adalah elitisme, dengan kata  atau 
phraselogisme, terminologi, yang itu biasanya dilakukan oleh 
penguasa dan pejabat tinggi.
 Kata pribumi sebagai kata biasa di antra puluhan ribu kata 
lainnya di dalam bahasa Indonesia  sebenarnya lebih banyak dikaitkan 
dengan istilah Antropologi yang bersinonim dengan  penduduk asli 
atau   bumiputera. Itu juga yang saya maksudkan dengan arti netral 
atau arti sesungguhnya dari kata pribumi. Tapi lalu kata itu 
diberi warna politik oleh para elit bangunan atas yang tentu saja 
untuk tujuan politik atau keuntungan politik. Melalui instrusksi, 
atau mungkin Peraturan Pemerintah  atau Keputusan Presiden atau 
rencana Undang-Undang dan sebagainya, sebuah kata netral direnggut 
dari kamus umum bahasa Indonesia dan dipindahkan ke kamus Politik. 
Kamus umum bahasa Indonesia bertambah menipis 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-12 Terurut Topik BISAI
i 
maupun di Vietnam. Pikiran ketua Mao adalah baik dan tidak ada yang jelek. Tapi 
tidak mungkin Pikiran ketua Mao dijadikan pedoman revolusi untuk Indonesia 
karena Indonesia punya kehususan sendiri sebagai negeri, bangsa dan adat 
istiadat.Lain dengan negeri Cina. Begitu pula apa yang sedang dilakukan di Cina 
sekarang ini, menurut saya tidak bisa diterapkan di Indonesia meskipun orang 
Indonesiabisa menarik pelajaran dan belajar dariCina meskipun itu 
bukan berarti harus menurut jalan Cina, karenabila demikian ,Indonesia 
akan sesat jalan seperti di waktu yang lalu lalu itu. Belajar bukan berarti 
menurutitanpa pikir dan fanatik pada sang gurutapi selalu mencari 
solusi yang sesuai dengan keadaan obyektif dan subyektifdiri sendiri. 
Jalan Cina tidak bisa menjadi jalan Indonesia. Ini bukan soal diskriminasi 
rasial atau anti Cina. Saya sangat setuju antara Indonesia dan Cina membina 
dan memelihara hubungan yang baik dan sungguh-sungguh, saling 
menguntungkan, saling menghormati dan sama derajat dan juga memajukan 
perdagangan di antara kedua bangsa. Tapi tidak main jiplak betapapun hebatnya 
Cina yang akan datang.
Bung ChanCT yang saya hormati, inilah beberapa pikiran 
saya yang juga sebagai tanggapan atas uraian bung. Saya berpendapat bahwa 
keterus terangan di antara kita lebih penting daripada perbedaan pendapat. 
Saya berani berterus terang kepada bung karena saya tidak memasang jarak antara 
pribumi dan non pribumi melainkan sebagai orang sebangsa dan setanah air 
dan mungkin juga senasib.
Salam yang sehangat hangatnya dari saya.
asahan aidit.




- Original Message - 

From: ChanCT 
To: HKSIS-Group ; budaya_tionghua@yahoogroups.com 

Sent: Monday, September 12, 2005 5:48 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah 
Pribumi dan Non Pribumi?

Bung Asahan yb,

 Terimakasih atas respon 
yang begitu cepat. Saya jadi tertarik dengan uraian bung mengenai istilah 
"Pribumi" dan "Non-Pribumi" dari titik pandang lain, hanyalah ulah pemerintah 
untuk mengalihkan masalah berat, krisis-ekonomi, krisis-politikyang 
dihadapi. Setuju juga.

 Tapi, juga tidak dapat 
diingkari bahwa adanya penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" ini dalam 
sejarah yang cukup panjang, sejak jaman penjajahan Belanda sampai Orde Baru 
berkuasa itu, digunakan untuk membedakan secara ras, mendiskriminasi etnis 
Tionghoa. Penggunaan istilah "Pribumi" ini hanyalah salah 
satusebabtimbulnya diskriminasi ras, khususnya terhadap etnis 
Tionghoa, yang menimbulkan sentimen dan kebencian terhadap etnis Tionghoa. 
Sebagaimana juga bung tegaskan, "Tapi memangharus 
diakui, bahwa istilah (maksudnya "Pribumi" dan "Non-Pribumi", ChanCT)yang 
sudah dilaburi warna politik dengan inti reklame menarik itu, memang lebih 
banyak ditujukan pada etnis Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih 
banyak menjadi korban yang juga sekaligus adalah juga korban reklame 
Pemerintah yang berjubah antidiskriminasi rasial." Kutipan 
selesai.

 Mengapa? Begitu sebutan 
"Pribumi" digunakan pada sekelompok warga, maka ada sekelompok lain yang harus 
disebut sebagai "Non-Pribumi", dengan pengertian lainadalah "pendatang" 
yang seharusnya "tidak berhak" menikmati kemakmuran dari jerih-payah yang 
diperolehnya, atau menjadi yang dikatakan sebagai hasil "penghisapan", 
"Pemerasan kejam" terhadap yang "Pribumi" itu! Singkat kata, dalam banyak kasus 
kita bisa melihat sebagai satu gejala umum ( tentu tidak mutlak),ternyata 
kelompok "perantau", "pendatang" yang bertekad ingin merubah nasib hidupnya itu, 
didalam dadanya terkandung semangat juang yang luar-biasa, sehingga didalam 
persaingan bebas dengan yang dinamakan "Pribumi"dimanamereka 
hidup,bisa lebihunggul dan menang. Belum kita bicara siapakah 
sesungguhnya di Nusantara ini orang yang berhak menyandang "Pribumi"? Bukankah 
kalau melihat sejarah yang lebih jauh kebelakang, umumnya penghuni di Nusantara 
ini adalah pendatang dari daerah Yunan, yang dikatakan "Melayu-tua", dan yang 
dinamakan "Pribumi" Negroid dan Wedoid berkulit kehitam-hitaman dan berambut 
kriting itu, yang tinggal di Nusatenggara dan Irian itu?

 Mari kita perhatikan 
kelanjutan dari pengunaan istilah "Pribumi" di Indonesia yang semula hanya 
ditujukan pada etnis Tionghoa itu. Pernahkah bung memperhatikan adanya 
organisasi "Pembela Pribumi" yang berbau rasis ditahun-tahun 97, menjelang 
meletusnya Tragedi Mei '98, yang bertujuan merebut kembali hak-hak 
Pribumiyang katanya telah "dirampas" secara keji olehetnis Tionghoa 
itu? Dankalau kita perhatikan, pertikaian di Poso yang sedikit banyak juga 
ada masalah tersingkirkannya suku Maluku yang "Pribumi" oleh pendatang Bugis 
itu, dan lebih jelas lagi bisa kita lihat pertikaian suku Dayak dan Madura di 
Kalimantan 

[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-11 Terurut Topik ChanCT





Bung Asahan yb,

 Terimakasih atas respon 
yang begitu cepat. Saya jadi tertarik dengan uraian bung mengenai istilah 
"Pribumi" dan "Non-Pribumi" dari titik pandang lain, hanyalah ulah pemerintah 
untuk mengalihkan masalah berat, krisis-ekonomi, krisis-politikyang 
dihadapi. Setuju juga.

 Tapi, juga tidak dapat 
diingkari bahwa adanya penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" ini dalam 
sejarah yang cukup panjang, sejak jaman penjajahan Belanda sampai Orde Baru 
berkuasa itu, digunakan untuk membedakan secara ras, mendiskriminasi etnis 
Tionghoa. Penggunaan istilah "Pribumi" ini hanyalah salah 
satusebabtimbulnya diskriminasi ras, khususnya terhadap etnis 
Tionghoa, yang menimbulkan sentimen dan kebencian terhadap etnis Tionghoa. 
Sebagaimana juga bung tegaskan, "Tapi memangharus 
diakui, bahwa istilah (maksudnya "Pribumi" dan "Non-Pribumi", ChanCT)yang 
sudah dilaburi warna politik dengan inti reklame menarik itu, memang lebih 
banyak ditujukan pada etnis Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih 
banyak menjadi korban yang juga sekaligus adalah juga korban reklame 
Pemerintah yang berjubah antidiskriminasi rasial." Kutipan 
selesai.

 Mengapa? Begitu sebutan 
"Pribumi" digunakan pada sekelompok warga, maka ada sekelompok lain yang harus 
disebut sebagai "Non-Pribumi", dengan pengertian lainadalah "pendatang" 
yang seharusnya "tidak berhak" menikmati kemakmuran dari jerih-payah yang 
diperolehnya, atau menjadi yang dikatakan sebagai hasil "penghisapan", 
"Pemerasan kejam" terhadap yang "Pribumi" itu! Singkat kata, dalam banyak kasus 
kita bisa melihat sebagai satu gejala umum ( tentu tidak mutlak),ternyata 
kelompok "perantau", "pendatang" yang bertekad ingin merubah nasib hidupnya itu, 
didalam dadanya terkandung semangat juang yang luar-biasa, sehingga didalam 
persaingan bebas dengan yang dinamakan "Pribumi"dimanamereka 
hidup,bisa lebihunggul dan menang. Belum kita bicara siapakah 
sesungguhnya di Nusantara ini orang yang berhak menyandang "Pribumi"? Bukankah 
kalau melihat sejarah yang lebih jauh kebelakang, umumnya penghuni di Nusantara 
ini adalah pendatang dari daerah Yunan, yang dikatakan "Melayu-tua", dan yang 
dinamakan "Pribumi" Negroid dan Wedoid berkulit kehitam-hitaman dan berambut 
kriting itu, yang tinggal di Nusatenggara dan Irian itu?

 Mari kita perhatikan 
kelanjutan dari pengunaan istilah "Pribumi" di Indonesia yang semula hanya 
ditujukan pada etnis Tionghoa itu. Pernahkah bung memperhatikan adanya 
organisasi "Pembela Pribumi" yang berbau rasis ditahun-tahun 97, menjelang 
meletusnya Tragedi Mei '98, yang bertujuan merebut kembali hak-hak 
Pribumiyang katanya telah "dirampas" secara keji olehetnis Tionghoa 
itu? Dankalau kita perhatikan, pertikaian di Poso yang sedikit banyak juga 
ada masalah tersingkirkannya suku Maluku yang "Pribumi" oleh pendatang Bugis 
itu, dan lebih jelas lagi bisa kita lihat pertikaian suku Dayak dan Madura di 
Kalimantan yang sampai bunuh-membunuh itu. Dan, ... kalau pengertian "Pribumi" 
dan "Non-Pribumi" ini diteruskan, bukankah terjadi desintegrasi NKRI? Barulah 
pemerintah cepat-cepat menstop, dengan tegas menghentikanpenggunaan 
istilah "Pribumi" dan "Non-pribumi" yang dalam kenyataan telah membuat 
perpecahan bangsa Indonesia ini menjadi lebih parah.Karena yang merasa 
"Pribumi" terdesak oleh "Non-Pribumi", kelompok pendatang itu.

 Jadi, saya sepenuhnya 
setuju dengan instruksi Presiden Habibie itu, untuk menghentikan penggunaan 
istilah "Pribumi" pada sebutan kelompok warga RI. Mengapa harus mempertentangkan 
warganya dengan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi"? Seharusnyalah kita hanya 
mengenal satu macam warganegara dengan hak dan kewajiban yang sama! Tidak ada 
lagi pembagian klas, pribumi lebih tinggi dari yang dikatakan non-pribumi, atau 
suku Jawa yang mayoritas lebih tinggi kedudukannnya dari suku lain, atau 
khususnya etnis Tionghoa sebagai "Non-Pribumi" yang boleh dianak-tirikan. Tidak 
seharusnya ada pengertian anak emas dan anak tiri dalam memperlakukan 
warganegaranya. Setiap orang, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama 
dan sederajat dihadapan HUKUM. Betul, kan!

 Lalu, bagaimana 
seharusnya memperlakukan persaingan bebas yang terjadi, dan kenyataan etnis 
Tionghoa, suku Bugis, suku Madurayang dikategorikan "Non-Pribumi", sebagai 
"Pendatang" justru menunjukkan keungulannya dibidang usaha-ekonomi itu? Haruskan 
mereka disingkirkan dengan pernyataan telah "merampas" hak "Pribumi"? Benarkan 
mereka-mereka yang berhasil usahanya itu merupakan "penghisapan" dan 
"pemerasan-kejam" terhadap "Pribumi" dan oleh karenanya boleh direbut kembali 
secara semena-mena?

 Bagi negeri kaya yang 
sangat miskin, dimana ekonomi sedang terpuruk parah seperti Indonesia ini, 
tidaklah mungkin sekaligus mengangkat rakyatnya menjadi makmur sekaligus. Tidak 
mungkin itu, kecuali dalam mimpi indah saja. Yang mungkin dilakukan adalah 
sebagaimana dikatakan Deng Siao-ping, "Perkenankan sementara orang kaya lebih 
dahulu. Dan kita gunakan